Waktu berlalu sampai akhirnya tiba jam 8 malam, justru Shiori
dan Minho baru terakhir sehabis dari ruangan
IGD.. tetapi sebelumnya, Kamui-sensei bilang dalam sms Hp nya Minho
bahwa dia dapat kabar dari Takahashi, pemilik RS itu kalau pengajuan proposal
nya ditunda sehingga bisa lebih konsentrasi lama di kepustakaan. Lalu mereka
akhirnya kembali ke ruangan Kamui.
“keliling sudah selesai.. dan ternyata saya mendapatkan
kabar dari Takahashi sensei kalau ada pengunduran sejenak untuk pengajuan
proposal. Pengajuan
nanti langsung akan di hadiri oleh beberapa perusahaan farmasi dan juga
kemungkinan berhubungan dengan medical appliances.. jadi, siap-siap proposal
ini harus dibuat sebaik mungkin”, kata Kamui, membuka pembicaraan dalam
pertemuan kecil mereka.
“baik,sensei”, balas Minho dan
Shiori, kompak.
Kamui melanjutkan
pembicaraannya.
“tadi saya lupa bahwa ada
pasien kanker yang bisa kamu dan Fjita-sensei bantu tangani..persiapkan
kemoterapi buat Shin-san, stadium 3b bukanlah rinngan dan saya heran, kenapa
dia masih bisa bertahan dengan sakitnya”
“sudah menyebar di beberapa
titik kelenjar getah bening dan meluas di pelvic (tulang panggul), Kamui-sensei,
jadi pastinya akan sekitar 3-4 seri kemoterapi dan juga pemotongan penilenya”,
balas Minho dengan mimik serius.
”Shin-san itu teman Lee-sensei
waktu sekolah, Kamui-sensei”, celetuk Shiori.
Kamui terkejut,”benar kah??
Pucuk di cinta ulam tiba, jika kalian teman baik.. ini kesempatan Lee- sensei
untuk bisa maju”
”Bagaimanapun juga, jika
berhasil, pasti akan ada kesan membanggakan pada diri Shin-san itu padamu,
Lee-sensei.. ”, lanjutnya.
Shiori menimpali sambil agak
cuek,”banget, Kamui-sensei”.
Minho sadar dengan sikap Shiori
yang agak aneh, walau dia cuma menoleh sejenak langsung mengalihkan lagi pada
issue kemoterapi.
”apa nanti ini tidak membuat
konsentrasi kita terpecah, Kamui-sensei? Maaf, terutama kepada saya.. karena
tugas saya nanti akan membantu sensei dan yang lain untuk penelitian ini”
Kamui menaruh catatan medis
Shin di meja,”tergantung kamu mengelola dan bekerjasama dengan Fujita-sensei serta
yang lain seperti apa. Kamu sudah 3 tahun lebih disini, Lee-sensei... jadi saya kasih
banyak kesempatan pada mu untuk berbuat”
Minho yang tadinya duduk, jadi
berdiri, lalu menunduk hormat, ”terima kasih, Kamui-sensei... saya banyak
berhutang budi pada Sensei”
Kamui hanya senyum tipis.
”saya butuh bicara dengan Fujita-sensei..
untuk saat ini
dengan Lee- sensei selesai”, kata Kamui.
Minho kembali menunduk hormat,
terima kasih, sensei.. saya pamit”.
Dia lalu berbalik arah, dan
keluar ruangan. Tapi sesampai di pintu ruangan Kamui, Shiori ikut bangun dari
kursinya dan setengah teriak pada Minho.
”nanti tunggu aku pulang ya,
Lee-sensei!”
Minho menoleh dengan ekspresi
aneh. Untuk apa?? Herannya dalam hati.
”Untuk apa??,” tanya Minho.
Kamui tertawa melihat itu, dia
malah terkesan membully Minho.
”artinya kamu suruh tunggu
sebentar, lalu pulang sama-sama.. jangan kaku begitu sama perempuan, Lee-sensei..
memang kamu gak
pernah pacaran ya.. setua ini??”
Shiori langsung menimpali
perkataan Kamui.
”Kamui-sensei ini... bisa
saja, hahaha... aku biasa saja dengan Lee-sensei.”
Kamui tertawa lebar,”ah
sudahlah.. Lee-sensei..
besok kunjungi Shin-san dan pastikan pengujian penyebaran sel dengan uranium
sudah selesai.. karena ini pengujian satu bulan yang lalu dari RS lain..data
kemungkinan sudah berubah”
Minho masih berdiri di depan
pintu ruangan Kamui,
”baik, sensei”
”saya permisi, Kamui-sensei..sampai
jumpa besok”, lanjutnya, menunduk hormat.
Kamui menggoda lagi, ”Jangan
lupa, jangan tinggalkan Fujita-sensei ya... having
fun with her”
Muka Minho Cuma datar-datar
saja menjawab,”baik, sensei.. konbanwa (selamat malam)”, lalu
menutup pintu dan pergi dari ruangan itu.
.................................
Kamui dan Shiori masih
berbicara di ruang yang sama.
”bagimana Senpai (senior) mu itu.. baik-baik saja?”
Shiori berfikir
menjawab,“uhmmm… kaku, Sensei.. aku pusing”
Kamui malah tertawa pada Shiori.
”saya belum ada apprentice
yang lain.. kamu kan
tahu, Fujita-sensei... negara sebentar lagi melepaskan beban subsidi buat
beberapa RS Nasional dan kemungkinan bisa saja RS ini juga terkena dampaknya.
Yang saya khawatirkan adalah ketika RS ini terkena pengurangan subsidi yang
parah, Lee-sensei belum bisa saya upgrade
dan menggantikan saya di divisi ini. Jujur saja, setelah ini, sebuah RS swasta
menarik saya di kota lain dan saya akan
mengatakan pada Tuan Takahashi, kolega ayah mu agar Minho
sensei menggantikan saya. Sengaja saya tidak katakan akan keluar dalam 1-2
tahun ke depan karena saya pikir, biar ini menjadi kejutan baginya. Dia orang
yang cerdas dan cepat, kalau sampai dia tidak punya karir, rasanya Tuhan tidak
adil padanya”
Shiori bergumam.
”Lee-sensei bisa saja saya rekomendasikan bekerja di RS
kepunyaan ayah saya, tetapi dia harus tinggal di Hokkaido .. saya sangat tidak tahu bagaimana
keluarganya...tetapi sensei kan
tahu, jaringan ayah saya cukup kuat, itu sebabnya dia bisa membawa saya ke
sini.”
Kamui mengangguk: ”saya faham.. kita lihat saja sebulan ini
perkembangannya. Sudah banyak dalam 3 tahun terakhir ini pasien-pasien sangat
puas dengan penanganannya yang baik, ramah, detail..”
”ah...dunia kedokteran memang
dunia penuh jaringan.. saya juga tak tahu
kenapa mengambil Minho sensei jadi apprentice
saja.. ceritanya sedikit rumit”
Shiori senyum saja pada atasan pembina itu, ”kalau sensei
percaya dengan saya, otomatis tidak akan saya cerita kembali ke Lee-sensei soal
dirinya..”
”demo, kore wa futari
no himitsu dake, yakusoku da.. (tapi ini hanya rahasia kita berdua, janji),” kata Kamui,
dia setuju saja kalau bercerita, tanpa masalah.
Shiori mengangguk: ”hai`..
yakusoku da”
Kamui berdiri, mengambil dua cangkir teh, lalu membuat teh
hijau.
Shiori ikutan berdiri membantu membuat teh itu.
”saya dahulu seperti mengambil barang tak berguna dari
gudang kedokteran”, ujar Kami, dia menghirup aroma teh yang kuat itu.
Shiori bingung,”maksud sensei?”
”Lee-sensei sebenarnya orang yang sudah tidak dipercaya di
beberapa RS, tetapi dengan keyakinan saya, saya menariknya kembali untuk
bekerja di RS ini”, kata Kamui.
Shiori heran,”ano kare ni dou shita no, sensei?? Warui nyuusu attara??” (memang ada apa dengan dia? Karena berita buruk?)
Kamui mengangguk,”ya...
tampaknya begitu.. ada permasalahan yang sampai sekarang saya tidak tahu,
tetapi catatan etika nya dianggap buruk”
Kamui kembali duduk, lalu di
susul Shiori.
”catatan etika yang buruk? Saya melihatnya baik. Dengan sesama pasien apalagi..
tidak mengeluh, bahkan bersikap profesional”, balas Shiori.
”mungkin urusan pribadi.. hell yeah.. kamu tahu lah, Fujita-sensei...
dunia kedokteran penuh dengan basa basi yang bahkan jika kamu lupa menyapa
selamat siang saja dengan aku, kalau aku jahat, urusannya bisa panjang”, Kamui
berekspresi dengan mengangkat kedua tangannya ke bahu, tanda terkesan cuek.
Shiori menyeruput sebentar, ”ya,
sensei.. wakarimashita (saya
mengerti).... aku
pernah mendapatkan cerita seperti ini.. yang mirip sekali”
Mereka lalu berbicara banyak
soal usaha ayah Shiori.. sedang Minho hanya bisa melihat sebentar dari balik kaca ruangan.
Lantas, setelah beberapa lama,Shiori
keluar ruangan Kamui.
..............................
Kamui juga ikut keluar dari
ruangannya, bicara pada Minho.
”nah.. kita pulang.. masih mau
ada pertemuan?”
Minho langsung berdiri dan
menunduk hormat pada atasannya itu.
”tidak, sensei... kebetulan
semua dokter jaga masuk dan tidak ada hal yang menurut saya harus tinggal
disini”
”baiklah.. saya juga mau
pulang..konbanwa, minna... otsukaresamadeshita
(selamat malam.. terima kasih kerjasamanya)”
Shiori dan Minho menunduk
menghormat bersamaan,”konbanwa, sensei..
mata ashita” (malam, sampai jumpa besok), sampai kamui keluar ruangan utama
mereka bertiga.
Minho membereskan berkas di
mejanya
”nah.. sekarang mau apa..
kenapa katanya mau bareng pulang sama aku?”, tanya dia pada Shiori.
Shiori senyum,”tidak jadi...maaf
ya,hehehehe”
Minho sebal sekali kalau sudah
begitu..niatnya memang pulang cepat untuk mengurus adik-adiknya.
”What?? Buang-buang
waktu ku saja... ada hal penting di flatku yang harus segera ku tangani”
“gomen ne, Lee-sensei… tadinya aku mau bilang kalau besok bisa jadi
aku sudah mau susun untuk hipotesanya.. tapi besok aku ikut sensei lagi saja
ya?”, pinta Shiori sambil menunduk-nundukkan kepalanya dan mengatupkan kedua telapak
tangannya, memohon kebaikan hati Minho untuk membantunya.
Minho masih lihat lihat kertas
kerja itu lagi.
“kemana? Kan perkenalan dengan berbagai ruangan
sudah”
”departemen obgyn belum,
sensei”, jawab Shiori.
Minho terkesan cuek dan tidak
mau tahu ketika disebut departemen itu.
”besok sama suster saja.. aku
bakalan juga menyusun metodologi dan juga besok teman ku harus di screening (tapis) ulang”
Shiori tahu sebenarnya apa
yang terjadi, tapi dia berusaha tidak tahu saja.
”oh.. ya sudah lah kalau begitu...
tidak mengapa, sensei”
Minho memberikan lagi berkas
pada Shiori.
”ini ada sisa literatur
tentang penggunaan infra red dalam pangan”
Shiori senang menerima itu.
Sebab literatur memang penting dalam penentuan modifikasi metodologi, ”wah.. terima kasih, senseiii.. ”
Minho senyum, dia mencoba
ramah dengan juniornya itu.
”ya sudah.. ayo pulang.. besok harus sudah
sampai sini lagi jam 8”
Shiori malah ingin Minho
pulang bersama dengannya, tetapi memang dasarnya Minho sedikit menolak, dia
memang tidak biasa jalan dengan perempuan, apalagi ketika Shiori bilang, kalau
ia hanya naik bus saja.
Minho dengan santai menjawab,”iya,
masih banyak bus sampai malam dikota sebesar ini”
Shiori bete dengan perkataan cowok itu baru saja.
”ya, ya ya.. baiklah.. konbanwa, sensei..
sampai jumpa besok pagi!”, sambil menghormat gaya militer, menyindir cowok itu.
Minho Cuma jawab datar,
melambaikan tangannya.
”konbanwa.. ki o tsukete” (malam.. hati hati dijalan).
Shiori keluar duluan sambil
bergumam,”ih.. jadi cowok judes sekali.. sebel..apa aku bisa, punya partner
kerja yang kayak begitu?? Aduh ayaaahhh... kok aku ketemu orang seperti itu
sssiiiihhh??”, sambil dia menghela nafas...
Minho ternyata di belakangnya,
”memang aku seperti apa, Fujita-sensei?”
Shiori tengsin,”ah..enggak.. gak apa-apa.. aku duluan yah”
Shiori mempercepat langkahnya
keluar RS menuju parkiran.
Sampai diparkiran, Minho
melihatnya keluar dengan mobil.. lantas di susulnya.
Tanpa membuka kaca helmnya, Minho
hanya berhenti disamping mobil Shiori dan berkata santai, ”katanya naik bus?”
Shiori membuka jendela kaca
dan tertawa kecil,”hehehehe.. ada yang mau aku bicarakan di cafe..bisa?”
Minho hanya menjawab singkat,”jangan
lama-lama”
Shiori mengangguk,”mochiron.. shinpai shinaide.. cafe mana yang dekat disini?”
“ikuti aku, nanti kamu parkir disana,ok?”,
ujar Minho. Lalu
dia cuek saja mengendarai motornya lagi.
Shiori mengangguk, mereka
keluar RS dan menuju sebuah café.
..........................
Suasana café begitu adem,
karena diiringi dengan easy listening music..
”sensei memang daridulu sudah
disini ya? Atau
sensei lulusan sini juga?,” tanya Shiori, membuka pembicaraan.
”bukan.. aku lulusan Kenzai
Medical University”, balas Minho santai.
Shiori memutar-mutar gelas jus
nya,”oh.. jadi
disini baru 3 tahun?”
Minho mengangguk,”hai`..” sambil dia memandang pada
penyanyi cafe yang malam itu menyanyi lagu ”melody of life” yang memang sangat
lembut.
Shiori menawarkan, apa Minho
mau bernyanyi bersamanya.
”gak.. sudah malam.. aku
enggak bisa”, balas Minho, dia seperti terburu-buru.
”baru jam 10.. kota besar
begini banyak bus sampai malam kan?”, ujar Shiori, menyindir perkataan Minho
tadi di ruangan.
Shiori tiba-tiba membayar apa
yang minuman keduanya dan pergi.
”aku gak suka sensei kaku sama
aku.. bagaimanapun,
sensei akan jadi partner ku dalam bekerja.. dan jujur saja, kita ini aslinya
sama-sama egois.. bedanya sensei sangat egois dengan kekakuan sensei.. aku
egois dengan sifat ku sendiri yang menurut sensei seperti anak kecil”, sambil
dia senyum menoleh pada Minho.
Minho memberikan tips pada
pelayan cafe dan menghampiri Shiori,”hmmm..”
Shiori tersenyum, ”karaokean
jadi kan?? Aku pengen dengar suara sensei tadi nyanyi melody of life..
kebetulan itu lagu kesukaan ku juga” (melody of life adalah soundtrack nya
Final Fantasy ke VII)
Minho agak ketus lagi
menjawab,”suara ku gak bagus”
Shiori bercanda padanya, ”yah
paling tidak, tidak terjadi tsunami, sensei, hohohoho”
Mereka meninggalkan cafe dan
menuju gedung sebelah yang kebetulan karaoke.
Karaoke room....
Shiori dan Minho akhirnya
bernyanyi juga di karaoke itu.
”watashi wa shinou
tomo.. kimi ga ikite iru tame ni... inochi wa tsuzuku.. eien ni.. sono chikara
no kagiri... doko ma demo tsuzuku” (bait lagu: aku rela mati demi kamu,
asalkan kamu tetap hidup, karena sungguh jiwa selalu hidup, selamanya,
dimanapun kekuatan terbaik itu ada, akan selalu hidup).
Shiori berteriak-teriak
senang.. ”ayo nyanyi lagiii!!!... putar lagu apa sekarang??”
”Gackt ya??okay kan??”
Minho senyum tipis, dia
katakan, dia tidak bisa mengikuti suara Gackt yang menurutnya tinggi. Suara
bernyanyinya biasa saja.
Lantas telepon Shiori
berdering.. ayahnya menelepon.
”chotto matte kudasai, sensei.. ada telepon”, dia menunjuk pada
smartphonenya kepada Minho, lalu dia keluar ruangan, meninggalkan Minho yang
akhirnya tidak jadi memutar lagu berikutnya.
”chichiue (ayah)... genki?”, tanya Shiori, membuka pembicaraan.
”genki.. bagaimana hari
pertama mu??”, tanya ayahnya, Daisuke Fujita.
”hontou ni ureshikatta deshita, chichiue.. semua baik dengan saya...
Kamui sensei.. baik sekali menjadi dokter... ”, senyum Shiori dari jauh.
”Yokatta na.. terima kasih
dengan Kamui-sensei yang sudah menolong kamu”, lega hatinya Daisuke. Dia memang
menitipkan anak satu-satunya itu pada orang yang tepat.
Daisuke bingung, kenapa kok
suara dibelakang sana sangat ribut. Shiori menjawab, kalau dia memang sedang
ada di gedung karaoke dan akhirnya menelepon dari luar.
”teman? Onna no ko.. otoko no ko??(cewek
atau cowok?)”, Tanya dia pada anaknya itu.
Shiori menjawab dengan sedikit
ragu, takut ketahuan ayahnya, kalau yang diajak adalah cowok.
“etto.. anoo.. otoko no ko, chichiue”
“dare?” (siapa?), Tanya
daisuke, penasaran.
“daijoubu, chichiue..
watashi no senpai (jangan khawatir, ayah.. senior saya)”, jawab Shiori.
Daisuke memang tipe ayah yang
protektif, tidak suka anaknya asal berhubungan dengan seorang lelaki. Dia harus
tahu anaknya dekat dengan siapa, untuk menghindari hal yang tidak enak.
“sou ka.. kalau begitu, jaga
diri disana.. jangan
menyusahkan Kamui sensei atau siapapun, ok? Salam dari ibu mu”, kata Daisuke,
menutup pembicaraan. Dia cukup puas mendengar anak perempuannya itu patuh dan
berterima kasih kepada Kamui.
Shiori pun membalas rindu
ayahnya. Ketika dia mau masuk, Minho sudah ada di depan pintu ruangan karaoke
Shiori hanya senyum tipis pada
Minho,”maaf ya, Sensei...tadi itu ayah ku.. ”
Shiori pikir, waktu
karaokeannya dengan Minho sudah habis, dia juga tidak ingin membuat cowok
dokter satu itu menghabiskan waktu dengannya, padahal yang dibicarakan belum
banyak pula. Pikirannya, dia ingin mencaritahu tentang Minho lebih dalam lagi,
supaya bisa lebih enak bekerja sama. Hari sudah menunjukkan lebih jam 11 malam
dan memang sudah waktunya istirahat, sebelum besok pagi melanjutkan kerja.
”wah..ternyata bisa lelah
juga.. aku yang bayar”, kata Minho, santai.
Shiori senang dengan perkataan
Minho baru saja, matanya berbinar ditraktir karaoke,”beneran?? Terima kasih
Sensei... baik sekali”, katanya sambil menunduk hormat.
Minho senyum saja. Mereka
keluar dari gedung itu dan menuju parkir.
”jya.. shitsurei shimasu, mata ashita (ok, permisi, sampai jumpa besok)”,
sapa Minho dibalik helmnya.
Shiori melambaikan tangan dari
dalam mobil, ”jya ne.. mata ashita ne, Sensei”
Minho melaju terlebih dahulu
dengan motornya.. tanpa sadar, dia diikut Shiori dari belakang..
Sampai dekat sebuah apartemen
biasa ... Shiori berhenti memarkir di dekat taman agar tidak ketahuan Minho. Dia
melihat Minho masuk gerbang depan apartemen itu
Shiori hanya tersenyum dan
bergumam,”jya ne, sensei.. sampai jumpa besok ya”
Lalu, telepon berdering
lagi...
”moshi moshi...”, jawab
Shiori, memulai pembicaraan lagi. Dia tidak mengenal nomor tersebut.
”moshi moshi.. Akimoto chiaki desu..”, kata suara tersebut.
Shiori senang, ternyata itu rekan sejawatnya,”aha.. Akimoto-sensei.. apa kabar?? Ohisashiburi da! (lama tidak jumpa)”
”genki da yo... kenapa lama sudah tidak telepon aku dan aku tidak
tahu kamu sekarang di Yutaka juga?”, jawab Chiaki, ramah.. ternyata cewek
dokter itu satu rumah sakit dengannya.
Shiori heran bercampur senang,
”Akimoto sensei di Yutaka juga?? Haaa... senangnya!!”
Chiaki tertawa mendengar
perkataan Shiori,”hahahahaha.. aku tapi di obgyn, jadi kamu belum ke obgyn kan?
Mampir besok ya?”
”ah.. baiklah Akimoto-
sensei.. besok
kita ketemu di kantin ya... atau sekalian diruanganmu”
Chiaki tertawa dan heran,
darimana Shiori tahu kalau kantin adalah tempat favorit dia juga untuk
mengobrol selain di ruangan.
”Tahu dari Kamui sensei dan Lee-
sensei”, jawab Shiori.
”Lee-sensei? Lee Minho???”,
tanya Chiaki.
”un.. iya”, jawab dan angguk
Shiori.
”ah.. i see.. i see. Nah, kalau begitu,
sampai jumpa besok makan siang!”, ujar Chiaki dan dia menutup telponnya. Shiori
kembali ke mobilnya dan melaju ke apartemen sewaannya.
Malam itu ada sedikit bintang muncul, tapi hari masih cerah....
Bersambung....