This is me....

Senin, Juli 08, 2013

Doctor's Heart, Part 5: Dia Yang Terbuang Walau Pintar

Waktu berlalu sampai akhirnya tiba jam 8 malam, justru Shiori dan Minho baru terakhir sehabis dari ruangan IGD.. tetapi sebelumnya, Kamui-sensei bilang dalam sms Hp nya Minho bahwa dia dapat kabar dari Takahashi, pemilik RS itu kalau pengajuan proposal nya ditunda sehingga bisa lebih konsentrasi lama di kepustakaan. Lalu mereka akhirnya kembali ke ruangan Kamui.


“keliling sudah selesai.. dan ternyata saya mendapatkan kabar dari Takahashi sensei kalau ada pengunduran sejenak untuk pengajuan proposal. Pengajuan nanti langsung akan di hadiri oleh beberapa perusahaan farmasi dan juga kemungkinan berhubungan dengan medical appliances.. jadi, siap-siap proposal ini harus dibuat sebaik mungkin”, kata Kamui, membuka pembicaraan dalam pertemuan kecil mereka.
“baik,sensei”, balas Minho dan Shiori, kompak.
Kamui melanjutkan pembicaraannya.
“tadi saya lupa bahwa ada pasien kanker yang bisa kamu dan Fjita-sensei bantu tangani..persiapkan kemoterapi buat Shin-san, stadium 3b bukanlah rinngan dan saya heran, kenapa dia masih bisa bertahan dengan sakitnya”

“sudah menyebar di beberapa titik kelenjar getah bening dan meluas di pelvic (tulang panggul), Kamui-sensei, jadi pastinya akan sekitar 3-4 seri kemoterapi dan juga pemotongan penilenya”, balas Minho dengan mimik serius.
”Shin-san itu teman Lee-sensei waktu sekolah, Kamui-sensei”, celetuk Shiori.
Kamui terkejut,”benar kah?? Pucuk di cinta ulam tiba, jika kalian teman baik.. ini kesempatan Lee- sensei untuk bisa maju”
”Bagaimanapun juga, jika berhasil, pasti akan ada kesan membanggakan pada diri Shin-san itu padamu, Lee-sensei.. ”, lanjutnya.

Shiori menimpali sambil agak cuek,”banget, Kamui-sensei”.
Minho sadar dengan sikap Shiori yang agak aneh, walau dia cuma menoleh sejenak langsung mengalihkan lagi pada issue kemoterapi.
”apa nanti ini tidak membuat konsentrasi kita terpecah, Kamui-sensei? Maaf, terutama kepada saya.. karena tugas saya nanti akan membantu sensei dan yang lain untuk penelitian ini”
Kamui menaruh catatan medis Shin di meja,”tergantung kamu mengelola dan bekerjasama dengan Fujita-sensei serta yang lain seperti apa. Kamu sudah 3 tahun  lebih disini, Lee-sensei... jadi saya kasih banyak kesempatan pada mu untuk berbuat”
Minho yang tadinya duduk, jadi berdiri, lalu menunduk hormat, ”terima kasih, Kamui-sensei... saya banyak berhutang budi pada Sensei”
Kamui hanya senyum tipis.

”saya butuh bicara dengan Fujita-sensei.. untuk saat ini dengan Lee- sensei selesai”, kata Kamui.
Minho kembali menunduk hormat, terima kasih, sensei.. saya pamit”.
Dia lalu berbalik arah, dan keluar ruangan. Tapi sesampai di pintu ruangan Kamui, Shiori ikut bangun dari kursinya dan setengah teriak pada Minho.
”nanti tunggu aku pulang ya, Lee-sensei!”
Minho menoleh dengan ekspresi aneh. Untuk apa?? Herannya dalam hati.
”Untuk apa??,” tanya Minho.

Kamui tertawa melihat itu, dia malah terkesan membully Minho.
”artinya kamu suruh tunggu sebentar, lalu pulang sama-sama.. jangan kaku begitu sama perempuan, Lee-sensei.. memang kamu gak pernah pacaran ya.. setua ini??”
Shiori langsung menimpali perkataan Kamui.
”Kamui-sensei ini... bisa saja, hahaha... aku biasa saja dengan Lee-sensei.”
Kamui tertawa lebar,”ah sudahlah.. Lee-sensei.. besok kunjungi Shin-san dan pastikan pengujian penyebaran sel dengan uranium sudah selesai.. karena ini pengujian satu bulan yang lalu dari RS lain..data kemungkinan sudah berubah”
Minho masih berdiri di depan pintu ruangan Kamui,
”baik, sensei”
”saya permisi, Kamui-sensei..sampai jumpa besok”, lanjutnya, menunduk hormat.
Kamui menggoda lagi, ”Jangan lupa, jangan tinggalkan Fujita-sensei ya... having fun with her
Muka Minho Cuma datar-datar saja menjawab,”baik, sensei.. konbanwa (selamat malam)”, lalu menutup pintu dan pergi dari ruangan itu.
                                                            .................................
Kamui dan Shiori masih berbicara di ruang yang sama.
”bagimana Senpai (senior) mu itu.. baik-baik saja?”
Shiori berfikir menjawab,“uhmmm… kaku, Sensei.. aku pusing”
Kamui malah tertawa pada Shiori.
”saya belum ada apprentice yang lain.. kamu kan tahu, Fujita-sensei... negara sebentar lagi melepaskan beban subsidi buat beberapa RS Nasional dan kemungkinan bisa saja RS ini juga terkena dampaknya. Yang saya khawatirkan adalah ketika RS ini terkena pengurangan subsidi yang parah, Lee-sensei belum bisa saya upgrade dan menggantikan saya di divisi ini. Jujur saja, setelah ini, sebuah RS swasta menarik saya di kota lain dan saya akan mengatakan pada Tuan Takahashi, kolega ayah mu agar Minho sensei menggantikan saya. Sengaja saya tidak katakan akan keluar dalam 1-2 tahun ke depan karena saya pikir, biar ini menjadi kejutan baginya. Dia orang yang cerdas dan cepat, kalau sampai dia tidak punya karir, rasanya Tuhan tidak adil padanya”

Shiori bergumam.
”Lee-sensei bisa saja saya rekomendasikan bekerja di RS kepunyaan ayah saya, tetapi dia harus tinggal di Hokkaido.. saya sangat tidak tahu bagaimana keluarganya...tetapi sensei kan tahu, jaringan ayah saya cukup kuat, itu sebabnya dia bisa membawa saya ke sini.”
Kamui mengangguk: ”saya faham.. kita lihat saja sebulan ini perkembangannya. Sudah banyak dalam 3 tahun terakhir ini pasien-pasien sangat puas dengan penanganannya yang baik, ramah, detail..”
”ah...dunia kedokteran memang dunia penuh jaringan.. saya juga tak tahu kenapa mengambil Minho sensei jadi apprentice saja.. ceritanya sedikit rumit”
Shiori senyum saja pada atasan pembina itu, ”kalau sensei percaya dengan saya, otomatis tidak akan saya cerita kembali ke Lee-sensei soal dirinya..”

demo, kore wa futari no himitsu dake, yakusoku da.. (tapi ini hanya rahasia kita berdua, janji),” kata Kamui, dia setuju saja kalau bercerita, tanpa masalah.
Shiori mengangguk: ”hai`.. yakusoku da
Kamui berdiri, mengambil dua cangkir teh, lalu membuat teh hijau.
Shiori ikutan berdiri membantu membuat teh itu.
”saya dahulu seperti mengambil barang tak berguna dari gudang kedokteran”, ujar Kami, dia menghirup aroma teh yang kuat itu.

Shiori bingung,”maksud sensei?”
”Lee-sensei sebenarnya orang yang sudah tidak dipercaya di beberapa RS, tetapi dengan keyakinan saya, saya menariknya kembali untuk bekerja di RS ini”, kata Kamui.
Shiori heran,”ano kare ni dou shita no, sensei?? Warui nyuusu attara??” (memang ada apa dengan dia? Karena berita buruk?)
Kamui mengangguk,”ya... tampaknya begitu.. ada permasalahan yang sampai sekarang saya tidak tahu, tetapi catatan etika nya dianggap buruk”
Kamui kembali duduk, lalu di susul Shiori.

”catatan etika yang buruk? Saya melihatnya baik. Dengan sesama pasien apalagi.. tidak mengeluh, bahkan bersikap profesional”, balas Shiori.
”mungkin urusan pribadi.. hell yeah.. kamu tahu lah, Fujita-sensei... dunia kedokteran penuh dengan basa basi yang bahkan jika kamu lupa menyapa selamat siang saja dengan aku, kalau aku jahat, urusannya bisa panjang”, Kamui berekspresi dengan mengangkat kedua tangannya ke bahu, tanda terkesan cuek.
Shiori menyeruput sebentar, ”ya, sensei.. wakarimashita (saya mengerti).... aku pernah mendapatkan cerita seperti ini.. yang mirip sekali”
Mereka lalu berbicara banyak soal usaha ayah Shiori.. sedang Minho hanya bisa melihat sebentar dari balik kaca ruangan.
Lantas, setelah beberapa lama,Shiori keluar ruangan Kamui.
                                                ..............................
Kamui juga ikut keluar dari ruangannya, bicara pada Minho.
”nah.. kita pulang.. masih mau ada pertemuan?”
Minho langsung berdiri dan menunduk hormat pada atasannya itu.
”tidak, sensei... kebetulan semua dokter jaga masuk dan tidak ada hal yang menurut saya harus tinggal disini”
”baiklah.. saya juga mau pulang..konbanwa, minna... otsukaresamadeshita (selamat malam.. terima kasih kerjasamanya)”
Shiori dan Minho menunduk menghormat bersamaan,”konbanwa, sensei.. mata ashita” (malam, sampai jumpa besok), sampai kamui keluar ruangan utama mereka bertiga.

Minho membereskan berkas di mejanya
”nah.. sekarang mau apa.. kenapa katanya mau bareng pulang sama aku?”, tanya dia pada Shiori.
Shiori senyum,”tidak jadi...maaf ya,hehehehe”
Minho sebal sekali kalau sudah begitu..niatnya memang pulang cepat untuk mengurus adik-adiknya.
”What?? Buang-buang waktu ku saja... ada hal penting di flatku yang harus segera ku tangani”
gomen ne, Lee-sensei… tadinya aku mau bilang kalau besok bisa jadi aku sudah mau susun untuk hipotesanya.. tapi besok aku ikut sensei lagi saja ya?”, pinta Shiori sambil menunduk-nundukkan kepalanya dan mengatupkan kedua telapak tangannya, memohon kebaikan hati Minho untuk membantunya.

Minho masih lihat lihat kertas kerja itu lagi.
“kemana? Kan perkenalan dengan berbagai ruangan sudah”
”departemen obgyn belum, sensei”, jawab Shiori.
Minho terkesan cuek dan tidak mau tahu ketika disebut departemen itu.
”besok sama suster saja.. aku bakalan juga menyusun metodologi dan juga besok teman ku harus di screening (tapis) ulang”
Shiori tahu sebenarnya apa yang terjadi, tapi dia berusaha tidak tahu saja.
”oh.. ya sudah lah kalau begitu... tidak mengapa, sensei”

Minho memberikan lagi berkas pada Shiori.
”ini ada sisa literatur tentang penggunaan infra red dalam pangan”
Shiori senang menerima itu. Sebab literatur memang penting dalam penentuan modifikasi  metodologi, ”wah.. terima kasih, senseiii.. ”
Minho senyum, dia mencoba ramah dengan juniornya itu.
”ya sudah.. ayo pulang.. besok harus sudah sampai sini lagi jam 8”
Shiori malah ingin Minho pulang bersama dengannya, tetapi memang dasarnya Minho sedikit menolak, dia memang tidak biasa jalan dengan perempuan, apalagi ketika Shiori bilang, kalau ia hanya naik bus saja.

Minho dengan santai menjawab,”iya, masih banyak bus sampai malam dikota sebesar ini”
Shiori bete dengan perkataan cowok itu baru saja.
”ya, ya ya.. baiklah.. konbanwa, sensei.. sampai jumpa besok pagi!”, sambil menghormat gaya militer, menyindir cowok itu.
Minho Cuma jawab datar, melambaikan tangannya.
konbanwa.. ki o tsukete” (malam.. hati hati dijalan).
Shiori keluar duluan sambil bergumam,”ih.. jadi cowok judes sekali.. sebel..apa aku bisa, punya partner kerja yang kayak begitu?? Aduh ayaaahhh... kok aku ketemu orang seperti itu sssiiiihhh??”, sambil dia menghela nafas...

Minho ternyata di belakangnya, ”memang aku seperti apa, Fujita-sensei?”
Shiori tengsin,”ah..enggak.. gak apa-apa.. aku duluan yah”
Shiori mempercepat langkahnya keluar RS menuju parkiran.

Sampai diparkiran, Minho melihatnya keluar dengan mobil.. lantas di susulnya.
Tanpa membuka kaca helmnya, Minho hanya berhenti disamping mobil Shiori dan berkata santai, ”katanya naik bus?”
Shiori membuka jendela kaca dan tertawa kecil,”hehehehe.. ada yang mau aku bicarakan di cafe..bisa?”
Minho hanya menjawab singkat,”jangan lama-lama”
Shiori mengangguk,”mochiron.. shinpai shinaide.. cafe mana yang dekat disini?”
“ikuti aku, nanti kamu parkir disana,ok?”, ujar Minho. Lalu dia cuek saja mengendarai  motornya lagi.
Shiori mengangguk, mereka keluar RS dan menuju sebuah café.
                                                            ..........................
Suasana café begitu adem, karena diiringi dengan easy listening music..

”sensei memang daridulu sudah disini ya? Atau sensei lulusan sini juga?,” tanya Shiori, membuka pembicaraan.
”bukan.. aku lulusan Kenzai Medical University”, balas Minho santai.
Shiori memutar-mutar gelas jus nya,”oh.. jadi disini baru 3 tahun?”
Minho mengangguk,”hai`..” sambil dia memandang pada penyanyi cafe yang malam itu menyanyi lagu ”melody of life” yang memang sangat lembut.

Shiori menawarkan, apa Minho mau bernyanyi bersamanya.
”gak.. sudah malam.. aku enggak bisa”, balas Minho, dia seperti terburu-buru.
”baru jam 10.. kota besar begini banyak bus sampai malam kan?”, ujar Shiori, menyindir perkataan Minho tadi di ruangan.
Shiori tiba-tiba membayar apa yang minuman keduanya dan pergi.
”aku gak suka sensei kaku sama aku.. bagaimanapun, sensei akan jadi partner ku dalam bekerja.. dan jujur saja, kita ini aslinya sama-sama egois.. bedanya sensei sangat egois dengan kekakuan sensei.. aku egois dengan sifat ku sendiri yang menurut sensei seperti anak kecil”, sambil dia senyum menoleh pada Minho.

Minho memberikan tips pada pelayan cafe dan menghampiri Shiori,”hmmm..”
Shiori tersenyum, ”karaokean jadi kan?? Aku pengen dengar suara sensei tadi nyanyi melody of life.. kebetulan itu lagu kesukaan ku juga” (melody of life adalah soundtrack nya Final Fantasy ke VII)
Minho agak ketus lagi menjawab,”suara ku gak bagus”
Shiori bercanda padanya, ”yah paling tidak, tidak terjadi tsunami, sensei, hohohoho”
Mereka meninggalkan cafe dan menuju gedung sebelah yang kebetulan karaoke.

Karaoke room....
Shiori dan Minho akhirnya bernyanyi juga di karaoke itu.
watashi wa shinou tomo.. kimi ga ikite iru tame ni... inochi wa tsuzuku.. eien ni.. sono chikara no kagiri... doko ma demo tsuzuku” (bait lagu: aku rela mati demi kamu, asalkan kamu tetap hidup, karena sungguh jiwa selalu hidup, selamanya, dimanapun kekuatan terbaik itu ada, akan selalu hidup).
Shiori berteriak-teriak senang.. ”ayo nyanyi lagiii!!!... putar lagu apa sekarang??”
”Gackt ya??okay kan??”
Minho senyum tipis, dia katakan, dia tidak bisa mengikuti suara Gackt yang menurutnya tinggi. Suara bernyanyinya biasa saja.
Lantas telepon Shiori berdering.. ayahnya menelepon.
chotto matte kudasai, sensei.. ada telepon”, dia menunjuk pada smartphonenya kepada Minho, lalu dia keluar ruangan, meninggalkan Minho yang akhirnya tidak jadi memutar lagu berikutnya.

chichiue (ayah)... genki?”, tanya Shiori, membuka pembicaraan.
”genki.. bagaimana hari pertama mu??”, tanya ayahnya, Daisuke Fujita.
hontou ni ureshikatta deshita, chichiue.. semua baik dengan saya... Kamui sensei.. baik sekali menjadi dokter... ”, senyum Shiori dari jauh.
”Yokatta na.. terima kasih dengan Kamui-sensei yang sudah menolong kamu”, lega hatinya Daisuke. Dia memang menitipkan anak satu-satunya itu pada orang yang tepat.

Daisuke bingung, kenapa kok suara dibelakang sana sangat ribut. Shiori menjawab, kalau dia memang sedang ada di gedung karaoke dan akhirnya menelepon dari luar.
”teman? Onna  no ko.. otoko no ko??(cewek atau cowok?)”, Tanya dia pada anaknya itu.
Shiori menjawab dengan sedikit ragu, takut ketahuan ayahnya, kalau yang diajak adalah cowok.
etto.. anoo.. otoko no ko, chichiue
“dare?” (siapa?), Tanya daisuke, penasaran.
daijoubu, chichiue.. watashi no senpai (jangan khawatir, ayah.. senior saya)”, jawab Shiori.
Daisuke memang tipe ayah yang protektif, tidak suka anaknya asal berhubungan dengan seorang lelaki. Dia harus tahu anaknya dekat dengan siapa, untuk menghindari hal yang tidak enak.

“sou ka.. kalau begitu, jaga diri disana.. jangan menyusahkan Kamui sensei atau siapapun, ok? Salam dari ibu mu”, kata Daisuke, menutup pembicaraan. Dia cukup puas mendengar anak perempuannya itu patuh dan berterima kasih kepada Kamui.
Shiori pun membalas rindu ayahnya. Ketika dia mau masuk, Minho sudah ada di depan pintu ruangan karaoke
Shiori hanya senyum tipis pada Minho,”maaf ya, Sensei...tadi itu ayah ku.. ”

Shiori pikir, waktu karaokeannya dengan Minho sudah habis, dia juga tidak ingin membuat cowok dokter satu itu menghabiskan waktu dengannya, padahal yang dibicarakan belum banyak pula. Pikirannya, dia ingin mencaritahu tentang Minho lebih dalam lagi, supaya bisa lebih enak bekerja sama. Hari sudah menunjukkan lebih jam 11 malam dan memang sudah waktunya istirahat, sebelum besok pagi melanjutkan kerja.
”wah..ternyata bisa lelah juga.. aku yang bayar”, kata Minho, santai.
Shiori senang dengan perkataan Minho baru saja, matanya berbinar ditraktir karaoke,”beneran?? Terima kasih Sensei... baik sekali”, katanya sambil menunduk hormat.
Minho senyum saja. Mereka keluar dari gedung itu dan menuju parkir.

”jya.. shitsurei shimasu, mata ashita (ok, permisi, sampai jumpa besok)”, sapa Minho dibalik helmnya.
Shiori melambaikan tangan dari dalam mobil, ”jya ne.. mata ashita ne, Sensei
Minho melaju terlebih dahulu dengan motornya.. tanpa sadar, dia diikut Shiori dari belakang..
Sampai dekat sebuah apartemen biasa ... Shiori berhenti memarkir di dekat taman agar tidak ketahuan Minho. Dia melihat Minho masuk gerbang depan apartemen itu
Shiori hanya tersenyum dan bergumam,”jya ne, sensei.. sampai jumpa besok ya”

Lalu, telepon berdering lagi...
”moshi moshi...”, jawab Shiori, memulai pembicaraan lagi. Dia tidak mengenal nomor tersebut.
”moshi moshi.. Akimoto chiaki desu..”, kata suara tersebut.
Shiori senang, ternyata itu rekan sejawatnya,”aha.. Akimoto-sensei.. apa kabar?? Ohisashiburi da! (lama tidak jumpa)”
genki da yo... kenapa lama sudah tidak telepon aku dan aku tidak tahu kamu sekarang di Yutaka juga?”, jawab Chiaki, ramah.. ternyata cewek dokter itu satu rumah sakit dengannya.
Shiori heran bercampur senang, ”Akimoto sensei di Yutaka juga?? Haaa... senangnya!!”
Chiaki tertawa mendengar perkataan Shiori,”hahahahaha.. aku tapi di obgyn, jadi kamu belum ke obgyn kan? Mampir besok ya?”
”ah.. baiklah Akimoto- sensei.. besok kita ketemu di kantin ya... atau sekalian diruanganmu”
Chiaki tertawa dan heran, darimana Shiori tahu kalau kantin adalah tempat favorit dia juga untuk mengobrol selain di ruangan.
”Tahu dari Kamui sensei dan Lee- sensei”, jawab Shiori.
”Lee-sensei? Lee Minho???”, tanya Chiaki.
”un.. iya”, jawab dan angguk Shiori.
”ah.. i see.. i see. Nah, kalau begitu, sampai jumpa besok makan siang!”, ujar Chiaki dan dia menutup telponnya. Shiori kembali ke mobilnya dan melaju ke apartemen sewaannya.

Malam itu ada sedikit bintang muncul, tapi hari masih cerah....

Bersambung....