Setelah masuk ruangan NICU, saatnya Minho dan Shiori masuk berkenalan dengan ruangan orang dewasa. Kesan ruangan ini berbeda-beda.. ada yang terkesan sangat kalem dengan paduan warna kayu yang khas, dan ada pula yang putih benar-benar seperti kamar-kamar di rumah sakit. Semua di Yutaka Medical University dirancang sebenarnya tidak seperti Rumah sakit, mengingat sebenarnya RS ini lebih ke arah pendidikan dan untuk orang-orang menengah ke bawah dan orang-orang yang tidak sanggup untuk membayar biaya kesehatan yang terbilang tinggi di negeri ini. Yutaka medical University termasuk kategori RS Nasional, tapi cukup bergengsi. Walau begitu untuk orang-orang menengah ke bawah, tetap saja fasilitas terbaik diutamakan. Semua ruangan di buat se-private mungkin.
Minho masih sedikit bercanda pada Shiori.
"sekarang kita ke ruangan rawat inap bagi orang dewasa saja ya.. nanti ke kamar mayatnya"
Shiori cemberut, dia tidak habis pikir kenapa Minho, seniornya itu bisa bercanda kaku dan akhirnya menurutnya malah terkesan menyebalkan.
Shiori cemberut, dia tidak habis pikir kenapa Minho, seniornya itu bisa bercanda kaku dan akhirnya menurutnya malah terkesan menyebalkan.
"kamar mayat terus.. Senpai ini apa pernah bercinta dengan mayat ya?"
Minho sendiri sebenarnya termasuk cowok sensitive yang kalau ada orang bercanda kasar dengannya, dia juga bisa tersinggung.
Minho sendiri sebenarnya termasuk cowok sensitive yang kalau ada orang bercanda kasar dengannya, dia juga bisa tersinggung.
"cerewet.. itu urusan pribadi", jawabnya singkat.
Sama sekali Shiori tidak minya maaf dengannya. Minho pun akhirnya memilih diam dengan candaan yang awalnya dia buat sendiri.
Mereka menelusuri lorong khusus ke ruang rawat inap bagi orang dewasa. Di RS ini, di setiap barak khusus , misalnya untuk NICU, dewasa, pediatric, atau geriatric dan lainnya di sekat seperti rumah dengan kamar-kamar yang di dalamnya ada kamar lagi..dengan tujuan agar setiap jenis pasien tidak saling menganggu kalau ada kunjungan..
Minho menyapa kedua suster yang sedang berjaga di depan. Dia senyum pada mereka.
"selamat sore, Yamada-san... Itou-san...apa sore ini kunjungan sudah selesai dari para keluarga pasien di ruangan ?"
Yamada dan Itou menunduk hormat, "ah.. Lee-sensei.. selamat sore... belum, sensei.. jadwal mengunjungi jam 4 sampai jam 5.. apa..Sensei ada perlu dengan para pasien?"
"tidak.. saya ingin memperkenalkan dokter baru.. ini Fujita Shiori-sensei.. dia dari bagian IGD.. tapi rencananya akan membantu Kamui-sensei dan saya", jawab Minho.
Yamada dan Itou langsung menunduk hormat pada Shiori, memperkenalkan diri mereka, lalu di balas dengan Shiori.
"Apa disini semua usia dewasa?"
"iya, Fujita-sensei... tapi ada juga remaja sampai dengan usia tua, sekitar 60 tahun"
"sou desu ka.., ”balas Shiori. ”Jadi..boleh dong kami lihat ke dalam.. iya kan.. Lee- sensei?"
"sou desu ka.., ”balas Shiori. ”Jadi..boleh dong kami lihat ke dalam.. iya kan.. Lee- sensei?"
Kedua perawat mempersilahkan mereka masuk.
"douzo (silahkan)..,” kata Itou, mengarahkan mereka dengan membuka pintu menuju setiap kamar.
”tapi sebelumnya apa tidak mengganggu jam besuk kan, Itou-san?", tanya Minho lagi.
Itou menggeleng ,” Tidak, Lee-sensei... walau jam besuk memang sebentar lagi”
Minho lalu meminta Itou untuk memperlihatkan pada dia dan Shiori, data setiap pasien.
"saya akan coba lihat... sebentar Lee-sensei.. Fujita-sensei", balas Itou dengan ramah. Dia lalu menuju lemari berkas file para pasien yang sedang dirawat.
"saya akan coba lihat... sebentar Lee-sensei.. Fujita-sensei", balas Itou dengan ramah. Dia lalu menuju lemari berkas file para pasien yang sedang dirawat.
Sekitar 5 menit kemudian, Itou memperlihatkan pada Minho dan Shiori, data-data pasien yang terbaru.
"ah.. Lee- sensei... ini ada pasien kanker yang baru saja 2 hari ini tiba dan rencananya akan di kemoterapi dalam waktu secepatnya.. apa Lee-sensei sudah diberitahukan oleh Kamui-sensei??"
"belum.. ", jawab Minho singkat, sambil melihat data orang itu. Dilihatnya, orang itu bernama Shin Mabuchi, seumuran dengannya.
"kalau sensei berkenan.. sensei bisa mengunjungi.. kami tahu sensei asistennya Kamui-sensei..saya akan telepon Kamui-sensei sebentar untuk ijin", kata Itou.
Minho mengangguk, menyetujui.
Lantas Itou menelepon dan terdengar suara Kamui dari jauh, menyetujui bawahannya memeriksa orang tersebut.
"silahkan sensei... sudah diijinkan oleh Kamu-sensei", ujarnya.
Yamada lalu mengarahkan mereka, pada kamar pasien yang tertera di medical record itu, Shin Mabuchi.
”mari.. Lee- sensei.. Fujita-sensei.. silahkan”
”Jadi.. kami bisa langsung saja bertemu dengan pasien yang Kamui-sensei tangani?”, tanya Minho pada Yamada.
Yamada mengangguk,”oh.. Shin –san? Shin Mabuchi.. ya, sensei..”
Minho bergumam dengan suara pelan, “Shin Mabuchi? Sepertinya nama itu sangat tidak asing ditelingaku”
Shiori yang berdiri di sebelahnya ikutan heran, karena gumam Minho terdengar olehnya.
“dou shita no, sensei? Kare wo shitteru ka??(ada apa, dok.. kamu kenal cowok itu?)”
“uhmm.. tabun..(ya, mungkin)”, balas Minho,”sepertinya.. nama yang sudah tidak asing ditelingaku”
Shiori hanya membalas dengan santai,”umm.. bisa jadi.. orang itu mungkin pernah sensei kenal”
”sepertinya..”, balas Minho, singkat.
Lalu mereka sampai di sebuah ruangan dan Yamada mempersilahkan mereka masuk.
Yamada menyapa seorang lelaki yang bernama Shin Mabuchi itu dengan ramah.
“selamat sore, Shin-san.. saya perkenalkan pada Anda, dua dokter kami.. ini Lee-sensei yang akan menangani anda.. begitu pula sebelahnya, Fujita-sensei.. asisten beliau”
Minho kaget, ternyata benar.. Mabuchi Shin yang disebut adalah temannya waktu SMA!
Minho berusaha untuk tetap tenang,”Lee Minho.. saya dari bagian bedah kanker”
Lalu dia senyum dan menunduk hormat pada Mabuchi. Kemudian diikuti oleh Shiori.
Suster Yamada pamit pada semuanya yang ada disitu, lalu keluar ruangan.
Orang yang bernama Shin Mabuchi itu tiba-tiba nekad bangun, lalu memaksakan berdiri dan.....memeluk Minho!
”Minho-kun.. aku Mabuchi... teman mu di kelas 2-4! Waktu di Gojo boys high school!”, teriak Mabuchi dengan rasa senangnya.
Shiori berusaha juga untuk tidak curiga kepada Mabuchi.
”oh.. jadi shin san dan Lee- sensei ini… ternyata kalian teman akrab waktu sekolah SMA ya? Wah.. senang sekali bertemu lagi dengan teman lama!”
”ohisashiburi da, mabuchi-kun... doko e ita ? (lama gak ketemu lagi,mabuchi.. kamu kemana aja?)”
Tapi Shiori melihat cara Mabuchi yang memeluk Minho sangat berbeda.. seperti seorang kekasih yang lama gak bertemu dan tiba-tiba sangat kangen untuk memeluk.
Dia melihat mabuchi mengelus-elus bokong Minho.. tentu saja Shiori juga akhirnya risih melihatnya.. dia melihat wajah Minho agak tegang dan serasa gak enak dengan dirinya.
Minho berusaha untuk bisa melepas pelukan temannya itu, tapi tampaknya Mabuchi masih menahan badannya untuk dipeluk erat.. wajah Minho langsung merah tak enak hato.. tetapi dia coba untuk menahannya..
”yah..sudah lama sekali kita gak bertemu.. terakhir kali kamu tidak bilang kalau kamu akhirnya mengambil kuliah kedokteran dan bekerja disini..senang sekali aku bisa jumpa sama kamu, Minho-kun...kamu sudah sukses seperti yang kamu cita-citakan.. seneng banget aku tahunya!”, balas Mabuchi dengan suara ceria. Sepertinya rasa sakitnya hilang ketika bertemu dengan Minho.
Minho sangat sangat risih diperlakukan seperti itu.. sementara Shiori hanya bisa melihat saja keganjilan itu.
Minho lantas memberanikan diri untuk meminta Mabuchi melepas pelukannya itu.
”iya.. terima kasih, Mabuchi-kun... kabar mu bagaimana juga sekarang?sukses jadi pengusaha? Cita-cita mu kan sukses jadi pengusaha retail lebih dari ayah mu,hehehehe”, canda Minho pada temannya itu. Lalu dia mempersilahkan Mabuchi untuk tidak berdiri lagi, tapi berbaring, takut infus nya lepas dari tangannya.
”aku baik sekali, Minho-kun.. tapi ternyata aku sakit”, jawab Mabuchi, agak memelas.
Minho senyum saja, sembari membenarkan selang infus Mabuchi.
Shiori lalu ikutan nimbrung.
”wah..kalian ini pasti teman baik ya.. iya kan, Shin-san?? Reunian lagi deh”
Mabuchi kembali berbaring.
”terima kasih banyak, Minho-kun”
Shiori jadi bengong dengan kata-kata mabuchi yang lembut pada Minho.
Minho pura-pura batuk, supaya Shiori pikirannya bisa dialihkan pada hal lain.
”ekhem.. maaf, Mabuchi-kun.. ini tenggorokan agak gatal”
Mabuchi senyum senyum saja, hatinya berbunga-bunga bisa bertemu Minho.
Tapi Shiori malah polos bertanya pada Minho.
”Lee-sensei...sedang sakit??”, dia lalu berdiri depan Minho,memegang dahi Minho sambil berjinjit karena Minho yang lebih tinggi darinya, dan disamakan dengan dahi nya.
”ah.. tapinya gak panas kok” ujar Shiori lagi, spontan, masih sambil menyamakan panas dahi nya Minho dengannya.
Minho berdehem lagi.. sementara dia masih sangat risih dengan cara Mabuchi memandanginya.
”Mabuchi-kun.. kamu kenapa mendadak sakit begini?? Bisa berbagi cerita denganku?”, tanya Minho. Dia mencoba senyum, duduk di samping tempat tidur Mabuchi. Dia harus tetap profesional sebagai dokter.
Mabuchi sejenak diam, lalu,”boleh kami hanya bicara empat mata, Fujita-sensei?”
Shiori mengangguk,”silahkan jika itu perlu..saya undur diri.. permisi”
Minho mengangkat sedikit tangan kanannya... dia sebenarnya enggan Shiori pergi dari kamar itu, tapi Shiori sudah keburu berbalik arah, keluar ruangan.
Mabuchi cuek, tidak peduli Shiori sudah keluar ruangan. Yang dia butuhkan adalah berbicara dengan Minho.
”duduk lah dekat ku, Minho-kun”, suaranya begitu terkesan lembut pada Minho.
Minho makin tambah gak suka.. tetapi untuk tetap profesional, dia menuruti apa kata Mabuchi.
Tiba-tiba, tangannya dipegang erat Mabuchi, sekali lagi, Minho berusaha untuk profesional, mencoba untuk bersikap santai seolah tidak akan terjadi apa-apa.
”Minho-kun..aku kangen banget sama kamu.. kenapa kamu menghilang bertahun-tahun begini??”, tanya Mabuchi, wajahnya berubah jadi sayu yang awalnya semangat bertemu Minho.
Tanpa sadar, Shiori yang tadinya ingin mengambil pulpennya yang tertinggal di meja dan ingin kembali membuka pintu yang masih belum sepenuhnya tertutup, mendadak berhenti di depan agak ke samping pintu.
Shiori kaget.
”Glek! Lee- sensei mantan pacar Shin san??”,sambil ekspresinya menutup mulutnya, berbicara dalam hati.
Minho mencoba menjawab dengan tetap santai.
”saya harus pergi dari echigo lalu ke Kenzai Medical university karena saya harus mengejar cita-cita.. kuliah kedokteran..dan berhasil.. syukurlah.. kamu sendiri kenapa bisa sakit begini??”
Jawaban Mabuchi terkesan tidak nyambung.
”saya mencari mu kemana-mana, Minho-kun.. cinta saya padamu gak akan pernah hilang.. kamu lah cinta saya yang pertama dan terakhir bagi saya”
Shiori makin kaget dengar kata itu, dia tidak menyangka.. ada hubungan cinta antar keduanya.
”Glek!! OMG.. Lee-sensei.. aku gak nyangka!!”, katanya lagi, masih dalam hatinya.
Minho berusaha mengalihkan bahasan.
”Kita bahas sakit mu saja..supaya kamu cepat sembuh, Mabuchi-kun..saya sedih melihat kamu seperti ini”
Mabuchi masih menjawab dengan tidak nyambung.
”bertemu dan melihat kamu seperti ini saja rasanya sakit saya seperti sudah sembuh, Minho-kun..akhirnya orang yang saya cintai bisa saya ketemukan lagi”
Shiori makin menempelkan kupingnya di dekat pintu, dia makin penasaran. Apa benar.. Minho itu aslinya gay?
Walau Minho pikir, tidak ada orang yang mengintip dia bicara dengan Mabuchi, Minho tetap tidak enak hati.
”tolong tangan saya dilepaskan dulu..sebab saya butuh memeriksa kamu, mengukur suhu, tekanan darah, memeriksa cek lab kamu sempurna semuanya, agar saya bisa tangani kamu dengan baik”
Mabuchi tersenyum gembira,”aku senang akhirnya aku bisa dirawat oleh orang yang ku cintai selama ini”
Lagi-lagi, Shiori kaget setengah mati.
”OMG.. aku bener-bener gak nyangka.. kenapa Lee-sensei yang secakep, sepintar itu dan sepertinya jadi idola disini...tapi malah gay?? Apa sama sekali dia tidak suka dengan seorang perempuan sekalipun??”
”Kasihan sekali Lee-sensei.. apa.. dia punya sesuatu trauma??,” lanjut hatinya Shiori lagi, jadi sok tahu.
Minho mengambil stetoskop, memeriksa dada seputar jantung dan paru-parunya Mabuchi, lalu ke tensimeter, memeriksa tekanan darah dengan telaten.
Mata Mabuchi masih terkesan berbinar memandang Minho yang sibuk memeriksanya.
”tekanan darahmu sedikit turun untuk laki-laki, systol 110, diastol 70, tetapi tidak apa.. tidak merasakan pusing dan jantung berdebar-debar kan? Karena kami memberi mu pengurang sakit untuk sementara”, senyum Minho, sambil melipat alat tensimeter kembali.
Mabuchi menggeleng, menjawab juga disertai senyum manisnya pada Minho.
”tidak, Minho-kun..aku baik-baik aja... pengobatan kalian disini baik sekali”
Minho kembali duduk tenang disamping tempat tidur Mabuchi.
”nah.. Mabuchi-kun..sebenarnya apa yg terjadi padamu..kenapa bisa kamu terserang kanker penile ini??” (penile= p3nis)
Mabuchi memandang Minho dan bercerita dengan tatapan kosong.
”semenjak kamu pergi dariku , rasanya dunia ku runtuh, Minho-kun.. aku tahu kamu mengejar cita-cita mu.. tetapi yang terjadi kamu malah meninggalkan aku dan aku bingung selama itu.. aku menjadi tidak jelas, hidup berganti-ganti pacar dan aku gak tau harus gimana.. susah sekali rasanya melupakan mu, Minho-kun”
Shiori makin kaget dengan percakapan itu, dia kembali menutup mulutnya, berbicara dalam hatinya, dari balik pintu,”haaahhh...aduuhhh, Lee-sensei... ternyata.. benar seorang gay!”.
Minho tersenyum saja, tidak terlalu serius dengan perkataan Mabuchi baru saja. Dia lalu melihat catatan medis temannya itu.
”Mabuchi-kun..dalam 3 hari ke depan kamu baiknya kemoterapi.. untuk sementara, kemoterapi yang berupa dipermukaan kulit yang terkena kanker tidak bisa kami lakukan, karena bukan lagi dipermukaan kulit, tapi disini berdasarkan hasil MRI (magnetic resonance imaging) tidak bisa lagi dengan 5-fluororacil (5-FU), maafkan saya.. dan kalaupun ingin kemoterapi atopik atau dengan olesan 5-FU ini.. ini hanya tambahan..kasus mu sudah parah.. mungkin sebenarnya ini sudah berjalan sekitar 10 tahun, Mabuchi-kun.. tanpa kamu sadari bahwa virus HPV (Human pappiloma virus) tipe 18 sudah sangat ganas ditubuh mu dan kamu mengabaikan luka dan kutil yang ada pada kemaluan mu sendiri..”
Minho kembali melanjutkan pembicaraannya,”Maaf, mabuchi-kun.. kenapa kamu gak menjaga dirimu ..safe sex dengan kondom??tidakkah itu merugikan dirimu sendiri?”
Mabuchi menghela nafas,”aku rasa semua ini karenamu, Minho-kun..aku begitu putus asa ketika kamu menjauh di kelas tiga dan akhirnya kamu pergi tanpa kabar berita”
Minho sedikit menyesal.. tapi bukan karena dia suka dengan Mabuchi. Dia masih seorang lelaki normal, menyukai lawan jenis. Justru dia menyesalkan ternyata temannya itu berubah orientasi seksualnya selama ini.
”ada banyak hal kenapa teman bisa saling berpisah.. saya benar-benar minta maaf”, balas Minho.
Shiori makin kaget dengan pendengarannya dari suara Minho seperti itu, kembali dia bicara dengan hatinya,”Oh my... Lee-sensei.. ada apa denganmu??”
Mabuchi menjawab pertanyaan Minho dengan wajah memelas.
”lantas saya harus bagaimana, Minho-kun?apakah saya akan mati??”
Minho tersenyum saja, ” kamu tidak harus putus asa, Mabuchi-kun.. kesempatan hidupmu masih panjang”
”jika aku mati..aku ingin sekali mati di dekatmu, Minho kun.. rasanya aku sudah terbuang di keluarga.. isteri ku sendiri sudah tidak mau mengurusi aku.. dia minta cerai”, ujar Mabuchi.
Minho hanya bisa tersenyum, berusaha menenangkan hati teman SMA nya itu.
”jangan khawatir.. kita akan usahakan pengobatan yang terbaik untuk mu.. tetapi berjanji lah pada ku, Mabuchi-kun.. kalau kamu bisa bertahan hidup demi orang-orang yang masih mencintai dan menghargai kamu”
”apakah.. Minho-kun mencintai dan menyayangi aku??”, mendadak Mabuchi bertanya hal yang aneh.. seperti seorang lelaki yang bertanya cinta pada kekasihnya yang perempuan.
Minho tersenyum, ”sebagai teman.. kita harus saling cinta dan sayang... tapi.. hanya sebagai teman.. tidak lebih”
Shiori terbelalak matanya, dia hanya mendengar sampai kalimat ” sebagai teman.. kita harus saling cinta dan sayang”. Dia makin kepo saja, karena Minho bicara lanjutan kalimatnya dengan nada yang tidak tinggi, sehingga sepotong terdengar oleh Shiori.
”hooohhhhh..Lee-senseiii... kenapa kamu jadi seperti itu??!!!????” . Shiori jadi heboh sendiri di balik pintu.
Minho masih mencoba bersabar dengan temannya itu.
”bisakah kamu menerima keadaan mu untuk tetap berjuang kalau aku katakan kondisi sakit mu yang sebenarnya??”
Mabuchi tersenyum,”apapun itu, Minho kun..aku sudah pasrah dengan keadaanku”
”baiklah..Mabuchi-kun.. saya mengatakan yang sesungguhnya, sesuai dengan apa yang tertera dalam catatan kesehatanmu yang terakhir... kanker mu sudah stadium 3b.. dan sudah menjalar ke tiga atau empat titik pertahanan getah bening mu..saya berharap.. kamu bisa lebih kuat dan masih sanggup untuk ceria, dan tetap enak makan.. ketika saya melihat obat yang awal diberikan ini, vitamin-vitamin ini sudah cukup kuat untuk mempertahankan tubuh mu agar mau makan.. bertahanlah dalam 3 hari ke depan, Mabuchi-kun.. saya akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu”
Mabuchi memegang erat tangan Minho..sekali lagi, Minho berusaha profesional. Dia tidak akan menanggapi hal itu.
”sabarlah, Mabuchi-kun.. saya harus pamit membuat laporan kepada dokter atasan, Kamui-sense, segera agar kamu bisa kami tangani”, senyum Minho, meminta melepaskan genggaman tangan Mabuchi dari tangannya.
Mabuchi hanya bisa berharap, Minho akan melakukan yang terbaik untuknya dan dia sangat bahagia bisa dibantu oleh orang yang dicintainya sejak dulu.
Minho senyum tipis. Sama sekali dia tidak bisa mencintai lelaki itu.
”saya akan berusaha cerita sejujurnya, bahwa nanti yang paling pahit adalah, kamu bisa kehilangan penilemu, kami akan membuat penile tiruan untuk mu, lantas kami akan menyingkirkan kelenjar getah being antara 3-4 titik dekat dengan lokasi perkembangan kanker karena sudah terkena, lalu kami akan melakkan kemoterapi dari segi obat, sekitar 4 seri, sekitar 12 minggu dan jika cryosurgeri. Semoga cukup membantu, maka kami tidak perlu melakukan operasi atau penectomy.. itu yang kami bisa lakukan untuk mu”
”terima kasih, Minho-kun.. aku benar-benar lega bertemu kamu kembali”, ujar Mabuchi dengan penuh harap.
Minho menunduk hormat dan senyum, ”tidak mengapa, Mabuchi-kun..itu sudah tugas saya dan teman-teman sejawat disini”
Mabuchi lalu memegang tangan Minho lagi,”terima kasih banyak, Minho-kun... aku mencintaimu”
Minho melepas tangan Mabuchi pelan-pelan, agar cowok itu tidak tersinggung. Bagaimanapun, orang sakit biasanya lebih mudah tersinggung.
”baiklah.. Mabuchi-kun..beristirahatlah.. besok sore saya kembali kunjungi kamu bersama Kamui-sensei jika beliau tidak sibuk”
Lalu ia berdiri dan memindahkan kursi ke tempatnya semula.
Minho senyum,”nah..sampai jumpa besok sore”
Shiori sadar bahwa ia harus segera berada jauh dari pintu..maka dia buru-buru mengatur langkah pelan-pelan menuju kursi yang ada di luar kamar itu. Lalu, dia pun duduk.
Minho sama sekali kurang menyadari bahwa walau dia membuka pintu, posisi pintu tidak tertutup rapat. Shiori melihatnya.
Minho berdiri di depan kursi tunggu itu,”ayo pergi.. ke ruangan lain, kamar mayat”
Shiori menatapnya dengan sedikit heran, sebab Minho keluar ruangan dengan ekpresi wajah biasa saja.
”kamu kenapa, Fujita-sensei.. ada yang salah denganku??”
Shiori mengelak,”ah, gak apa, Senpai.. ya sudah..ayo ke kamar mayat”
Minho senyum, ”nah begitu.. yang berani!”
”tapi pulpen ku ketinggalan dikamar Shin san”, kata Shiori lagi.
Minho mengambil pulpen dari sakunya, memberikannya pada Shiori.
”ini pulpen mu.. untung baru pulpen, coba kalau jarum tertinggal di tubuh pasien.. bisa gawat... kamu ceroboh sekali, Fujita-sensei”
Shiori mengambil pulpen dengan wajah sedikit termenung.
Minho kembali heran,”kenapa sih kamu?? Sakit?”
Shiori mengelak,”ah..enggak.. ayo.. sekarang.. aku berani kok.. ke kamar mayat.. ”
Minho senyum datar, ” tidak usah ke kamar mayat...ayo ke ruangan lain”
Shiori hanya mengangguk, menuruti langkah kaki Minho,”baiklah”
Tetapi dalam hatinya, dia berkata,”Lee-sensei... aku gak nyangka...dia seorang gay??”
Bersambung....