This is me....

Senin, Juli 08, 2013

DOCTOR'S HEART: Part 1: we can meet everyone, everywhere

IGD instalasi yang kadang-kadang sangat sibuk...apalagi kalau sedang ada banyak kecelakaan atau tiba-tiba ada hal mendadak yang benar-benar gak diinginkan.. seperti malam ini, kejadian seorang nenek yang ditusuk orang tidak dikenal.
Seorang suster menelepon Minho.


"Malam, Lee sensei..maaf bisakah Anda membantu kami? ada seorang nenek ditusuk orang tidak dikenal"
Lee Minho, seorang dokter bedah. Dia yang sedang di telepon suster itu, heran.
"kemana dokter jaga?"
"Fujiwara-sensei juga sedang menangani pasien kecelakaan,sekarang masih operasi kecil dan tidak bisa diganggu", jawab suster
Minho tidak dapat penolak, "okay..baik..saya akan segera kesana"
Dokter yang bernama Lee Minho pun segera berlari dari ruangannya menuju ruang IGD.

Minho berjalan ke tempat tidur IGD,senyum kepada suster dan seorang nenek, lalu memakai maskernya.
"Malam Obaasan (nenek)...kenapa ini, obaasan,suster?"
Dia melihat dan mendekati seorang nenek tua yang lambungnya habis tertusuk benda tajam...nenek itu menangis kesakitan.

"sepertinya ditusuk benda tajam, sensei (dokter)..sepertinya obeng”, jawab suster.
Nenek tua itu mengeluh kesakitan.
“Tolong aku, dokter... aku takut mati sekali.”
Minho tersenyum, berusaha menenangkan hati nenek itu.
"Obaasan yang tenang ya.. shinpai shinai de kudasai (jangan khawatir).. tidak akan ada operasi..tapi obaa-san harus tidur dulu sebentar, karena saya harus periksa bagian dalam obaasan".

“Tolong cek tekanan darahnya”, pinta Minho pada suster
Suster dengan sigap langsung melakukan apa yang diperintahkan Minho.
Tak berapa lama,“130/90, sensei.. “
“berapa umurnya?”, tanya Minho.
“65 tahun, sensei”, jawab suster lagi
Minho lalu tersenyum pada sang nenek,"mohon nenek tidur sebentar.. ini tidak akan sakit,”
“tiopental..please", katanya lagi pada suster.

Suster mengambil beberapa mili tiopental, Minho menyuntiknya,tidak berapa lama, nenek itupun tertidur total.
“tidak perlu rontgen atau USG, sensei??”, tanya suster.
Minho menggeleng, “tidak, repot, lama..menghindari syok pula”.

Minho dibantu suster itu membersihkan luka dengan beberapa cairan antibiotik
sebelum dijahit kembali.
“fundus ok.. body ok, greater curvature ok..gak ada yang dikhawatirkan”, dia senyum pada suster, sambil sedikit mengobok dekat bagian lambung.
Suster kaget karena dia melihat Minho Cuma bermodal satu jari untuk menyimpulkan kondisi sebuah organ.

“tidak terkena lambung sama sekali, sensei?”, tanya suster keheranan.
Minho menggeleng, “bagian lemak luar saja”
“desinfektan..benang..jarum”, lanjut Minho lagi pada suster.
Suster pun membantunya, hanya dalam kurang 20 menit, semua beres.

Kerja Minho pun selesai.
"beres..ada keluarga yang mengantarkan beliau?? Tunggu sekitar 20 menit lagi siuman dan berikan segera antibiotik"
"baik, sensei...ada, sensei.. tapi bukan keluarga aslinya", jawab suster.

"oh.. kalau begitu...saya minta bertemu orang itu dan saya pakai sebentar ruangan Fujiwara sensei..lagipula, beliau belum selesai", katanya pada suster lagi.
Suster itu mengangguk dan menuruti perintah Minho.
Minho pun jalan ke wastafel untuk bersihkan sisa darah dan membuang sarung tangannya.

Suster keluar ruangan, bertemu dengan seseorang yang mengantarkan nenek itu.
Tak berapa lama, seorang perempuan berambut sebahu datang, berdiri di hadapan Minho.
"Perkenalkan, saya Fujita Shiori...Lee sensei.. maaf, sensei..saya yang tadi mengantarkan Inoue-san,pasien sensei yang tadi"
Minho dengan ramah akhirnya berdiri, menunduk hormat pada Fujita, "oh..silahkan duduk.. Fujita-san"
Perempuan yang bernama Fujita Shiori itu pun duduk. Lalu Minho membuka kertas catatan Inoue Michiyo.

Minho menjelaskan pada perempuan itu, kalau luka nenek Inoue tidak ada yang serius, lukanya tidak dalam..untuk sementara Minho memberikan penghilang nyeri, penurun panas,penambah nafsu makan dan antibiotik, dan sekitar 5 hari lagi, nenek Inoue sebaiknya kontrol lagi untuk melihat, apakah ada perbaikan atau takut nafsu makannya menurun, sebab dia melihat sama sekali obeng itu tidak menyentuh lapisan dalam lambung, sehingga sebenarnya lambung tidaklah bocor.

Fujita berterima kasih dengan penjabaran Minho.
"ah,..yokatta na (syukurlah).. mohon maaf,sensei.. saya sebenarnya bukan anggota keluarganya, saya cuma tinggal di apartemen dekat rumah Inoue-obaasan..dia perempuan terlantar..diurus oleh negara"
Minho senyum pada Fujita, "oh.. syukur lah dia punya tetangga baik seperti anda, Fujita-san..kemungkinan biaya pengobatannya juga akan ditanggung negara jika begitu.. tetapi saya tidak faham benar soal ini..nanti bisa ditanyakan ke bagian administrasi khusus untuk orang yang dibiayai negara"
Fujita menunduk hormat pada Minho, "baiklah, sensei.. terima kasih"
Perempuan yang bernama Fujita itu pamit. Minho melanjutkan kembali kerjanya, menunggu di ruang bedah.

Esoknya....
Seorang dokter bernama Kamui memanggil Minho ke ruangannya.
"masuk", kata Kamui.
Minho pun membuka pintu ruangan Kamui, "sensei..
selamat siang.. ada apa?"
Kamui berdiri, Minho menunduk hormat padanya.
"saya punya apprentice baru, sepertinya seumur dengan kamu dan mungkin kalian bisa bekerja sama dengan baik...tapi dia akan beda jurusan, saya menaruhnya di bagian IGD, sebagai teman Fujiwara-sensei.. tetapi Kepala RS ini ingin saya yang mengawasi nona ini..", kata Kamui.

Minho melihat perempuan itu dan agak sedikit kaget.
Perempuan itu agak sedikit kaget juga.
Kamui malah jadi senyum,"jadi... kalian sepertinya sudah kenal ya? bagus kalau begitu"
Minho jujur berkata apa adanya.
"tadi malam Fujita-san membawa seorang nenek kesini..itu sebabnya saya kenal, sensei..."

Perempuan itu menunduk hormat pada Minho.
"hajimemashite.. Fujita Shiori desu... yoroshiku onegaishimasu.. annyeong haseyo", katanya dengan ramah.
Minho yang memang masih keturunan orang korea menjawab keramahan Fujita dengan senyum tipis dan menunduk hormat, "annyeong haseyo.. hajimemashite".

Kamui senang dengan perkenalan mereka berdua, yang dianggapnya akan mempermudah kerjasama karena sudah pernah bertemu sebelumnya. Dia malah tertawa senang.
"hohohoho..jadi ternyata saya punya 2 apprentice yang sudah saling kenal.. bagus lah.. mudah-mudahan kalian rukun..sebab apprentice-apprentice saya terdahulu rukun semua,hehehehe"

Minho malah mendadak diam. Dia lalu menunduk hormat.
”Baiklah, sensei...,”
Fujita juga menunduk hormat pada Kamui, "saya usahakan, Kamui-sensei.."
Kamui senyum pada Fujita, "secara senioritas, maka Lee-sensei lebih senior dari kamu..dia sudah 3 tahun lulus dan kamu baru 1 tahun..jadi rukun-rukunlah dengan lelaki pendiam macam dia,hahahahaha"

Minho merasa tidak enak hati dengan atasannya itu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan candaai Kamui, hanya bisa berkata, "kamui-sensei..."
Kamui tertawa. Dia memang orang yang tidak suka terlalu serius di luar bidangnya, dia suka bercanda dengan siapapun, bukan seorang dokter yang kaku.
"Sekarang waktunya istirahat...saya lebih suka mengobrol di kantin daripada di ruangan ini..banyak kameranya", dia menunjuk pada cctv 
Kamui melepas jas dokternya dan mereka pergi ke kantin.

Kantin...
Kamui tanpa ragu berteriak kepada pelayan kantin, ”oi...Morita-san... 3 ramen ya!”
Pelayan yang bernama Morita itu lekas menjawab, ”hai’ (ya).. kashikomarimasu”, lalu segera membuat ramen.
Kamui tidak suka terlalu kaku, dia menegur Minho.
”kalian duduk dong..kok canggung sekali sama saya.. Minho sensei, kamu jangan terlalu kaku sama cewek, nanti gak laku-laku,hahahaha”

Minho sensitif digodain seperti itu, tetapi, dia tidak sanggup melawan.
Mereka duduk sambil bersamping-sampingan di meja ramen.. meja ramen seperti meja sushi, panjang
Tak berapa lama, Morita muncul dengan 3 mangkuk ramen
”ini ramen nya.. kashikomarimashita (maaf sudah lama menunggu)”, kata Morita dengan ramah.
Mereka mengambil jatah ramen masing-masing.
itadakimasu!! (selamat makan)”, kata mereka bersamaan, menikmati ramen bersama.

Kamui berbasa-basi pada Fujita.
”Fujita-sensei..enak kan ramen disini? Siapa dulu.. morita-san yang buat.. itu sebabnya saya malas banyak cerita di ruangan..”
Shiori tersenyum, sementara Minho masih asik menikmati ramennya
Kamui menggoda Minho lagi,”cowok manis ini jangan diganggu kalau sedang makan ramen.. nanti ramen mu di habisin sama dia,hahahahaha”
Minho langsung serius, menoleh pada atasannya, ”sensei..”

Kamui kembali tertawa.
”payah kamu ini, Lee-sensei..hidup jangan terlalu serius.. dimana saja kita bisa bertemu orang baik dan orang jahat.. iya kan, Fujita- sensei?”
Shiori senyum pada Kamui, ”benar tuh, Lee senpai (senior)..jangan terlalu serius kalau di luar pekerjaan”
Tanpa ragu, Shiori langsung memanggil Minho dengan sebutan: senpai, seperti anak sekolah antara senior dan junior.
Minho sensitif sekali, dia langsung bergumam tidak jelas.
”junior yang cerewet”

Kamui mendengar itu, dia jadi tertawa.
”sepertinya apprentice-apprentice saya kali ini bakalan seru sekali! Saya bisa bayangkan Takahashi-san kemasukan dua apprentice yang aneh, berlawanan sikap dan mudah-mudahan kalian rukun selalu,hahahaha”
Takahashi adalah direktur Rumah Sakit itu.
Shiori ikutan tertawa dengan perkataan Kamui, yang menurutnya menarik tentang diri Minho.

Kamui memang suka menggoda bawahannya itu. Tapi, Minho berusaha untuk tidak melawan, karena memang tidak enak hati dengan atasan sendiri.
”oi, Morita.. menurut mu gimana apprentices ku..dua orang ini??”, teriak Kamui pada Morita sang pelayan kantin.
Minho malah tambah gak enak ,mukanya agak sedikit berubah.

Morita dari tempat dekat dapur cuma bisa teriak.
”tampaknya mereka berdua OK.. aku dukung Kamui-sensei berikan yang terbaik.. ganbatte!! (semangat yang terbaik)”
Kamui tertawa.. Shiori senyum-senyum.. Minho masih adem ayem walau sebenarnya gondok.

Kamui menepuk-nepuk punggung Minho dengan santai.
”saatnya berubah, Lee- sensei.. sudah saatnya”
Tampaknya Minho tahu, dia sedang dikerjain habis.. makanya dia diam saja..

Kamui lalu bicara lagi.
”proyek pertama kita bahas selepas aku minta Lee-sensei membagi ruangannya padamu, Fujita-sensei.. yang pasti, saya tidak akan betah kamu hanya ada di ruangan IGD, membosankan..cukup tidur saja disana...sisanya kamu harus membantu Lee- sensei dan saya membuat beberapa percobaan kecil soal kanker”
Shiori mengangguk mantap, ”baik, sensei..saya siap membantu”, lalu tersenyum pada semuanya.
”nah..habiskan ramen kalian ...sebentar lagi kita perang”, semangat Kamui pada mereka.
Shiori senyum kepada Minho, tapi Minho cuma membalas dengan diam
”wah.. Lee- senpai sepertinya serius sekali ya..orangnya?”, canda Shiori kepada Minho..
Minho tetap diam sampai dia menghabiskan ramennya.
Kamui berjalan duluan masuk ruangannya.. hingga hanya tinggal Minho dan Shiori yang menikmati ramen, sambil Shiori bertanya-tanya banyak pada Minho, tetapi Minho hanya menjawab seperlunya saja...

Bersambung...