Shiori ikut saja kemana Minho akan
mengantarnya. Mereka berjalan menelusuri lorong rumah sakit.
”Akan kemana dulu kita pergi, Lee sensei?”, tanya Shiori pada Minho.
Minho diam sejenak, lalu, ”kesemua
tempat.. mulai dari NICU sampai kamar mayat.. sekalian kamu berkenalan dengan
mayat-mayat disini”, balasnya dengan nada cuek dan tetap berjalan, sama sekali
tidak menoleh, bahkan menatap wajah dokter perempuan itu. Minho aslinya memang tipikal malas berbicara
banyak, apalagi dengan perempuan.
Shiori cemberut saja dengan jawaban Minho.
Dia menggerutu pelan,”hidoii... (kejam)”
Minho mendengar itu, dia tetap cuek saja.
”kenapa kamu takut dengan kamar mayat?,”
tanya Minho, santai.
Shiori langsung memandang wajah Minho
dengan heran dan tatapan mata aneh.
”Ih..aku sama sekali tidak takut... hanya..aku
malas.. ”, kilahnya pada cowok itu.
Minho sebenarnya mau tertawa dengan
tingkah dokter cewek disampingnya itu. Belum pernah dia temukan sesama rekan
yang kesannya manja.
”jangan-jangan.. dia ini anak orang kaya... bisa menyebalkan
berteman dengan anak manja,” gerutu Minho dalam hatinya.
”bukannya dulu ada mata kuliah forensik
ya?? Apa kamu enggak belajar?? Kan harus berani membedah mayat,” kata Minho,
santai.
Shiori memang kesal kalau dia harus
berurusan dengan mayat, entah,”okay,
memang ada pelajarannya... tapi untuk saat ini... jangan ke kamar mayat dulu
deh”
Minho malah senyum tipis, dia menebak
kalau cewek ini memang manja.
Mereka lalu masuk ke ruang besar NICU..di
depan sana sudah ada dua orang perawat, menyambut mereka.
“perkenalkan.. ishida-san.. iino-san.. ini
Fujita-sensei”, kata Minho, memperkenalkan Shiori pada kedua perawat yang sudah
rutin menjaga ruang teserbut.
Shiori menunduk menghormat dan tersenyum
pada keduanya, “Fujita Shiori
desu..hajimemashite yoroshiku onegaishimasu”
Ishida dan Iino dengan ramah menyapa juga
pada cewek itu,“hai.. yoroshiku
onegaishimasu, Fujita-sensei”
”nanti Fujita-sensei akan di bagian IGD...
membantu Fujiwara sensei”, kata Minho
”kenapa tidak fujiwara sensei yang
perkenalkan pada kita?”, tanya Ishida pada Minho, dengan polosnya.
Minho agak tengsin ketika perawat itu
mengatakan hal yang jujur, ”ah..lupa..kami tadi habis bertemu Kamui-sensei jadi
tadi sekalian ke sini”, dia sengaja mengalihkan pembicaraan itu.
Iino, perawat yang satu lagi mengangguk
dan senyum pada mereka berdua.
”sou
desu ne.. jadi Fujita-sensei... Lee sensei.. mari jalan kesini, silahkan”.
Iino dan Ishida mempersilahkan mereka berdua memakai baju khusus untuk masuk
ruangan.
”Fujita-sensei ini cantik ya.. ”, sapa
ramah Ishida pada Shiori.
Shiori senyum saja dan mengangguk. Dia
berterima kasih atas keramahtamakan kedua perawat itu padanya. Lalu dia
bercerita kalau dia adalah dokter latihan disini, jadi harus banyak tahu
tentang setiap divisi, agak ketika nanti membantu, tidak akan ada masalah
berarti.
Minho dengan santai malah jadi ikutan nyeletuk dalam bahasa inggris,dengan
mimik yang seolah tanpa dosa,”yup.. she’s
pretty.. but she’s too childish”, dengan suara pelan.
Shiori menoleh padanya, dengan ekspresi
yang tidak suka.
”cowok ini terlalu kaku dan menyebalkan
kepribadiannya,” keluhnya dalam hati.
Ishida dan Iino kurang faham dengan bahasa
inggris jadi mereka hanya senyum senyum saja.
Mereka sampai di dalam ruangan. Banyak
sekali anak bayi yang sedang dirawat hari itu.
”bisa kasih kami laporan sore ini soal
NICU?”, pinta Minho pada kedua perawat itu.
Ishida menghampiri meja jaganya dan
memberikan beberapa laporan kepada Minho.
”sepertinya hari ini bayi-bayi semua
sehat.. tidak ada satupun yang sedang dirawat berpenyakit berbahaya.. dan tidak ada laporan juga untuk Kamui-sensei
dengan bagian ini. Ada juga bayi yang mengalami ventracular septal defect...sisanya jaundice”, ujar Ishida.
”oh.. itu bagiannya Tanaka-sensei dan
rekan-rekan sejawatnya..”, balas Minho
Ishida dan Iino hanya menunduk hormat pada
mereka.
Minho lalu berkeliling melihat para bayi
yang kebanyakan tertidur itu.
”whoaaahhh... bayi-bayinya lucuuuuu..”, Shiori
spontan senang, sangat tidak tahan melihat banyak bayi.
”awas mereka bangun.. nanti kamu yang aku
marahi”, ujar Minho, santai. Dia mengetuk-ketuk kaca seorang bayi yang
terbangun, mencoba bercanda padanya.
Shiori meledek dan menekuk wajahnya ke Minho,
”Sensei pikir aku tidak tahu.. kalau tiap inkubator kedap suara ya?? Dasar sensei egoist”
Minho berubah air mukanya..tapi Shiori
sama sekali gak menyadari, kalau Minho termasuk cowok sensitive perasannya. Dia
mulai tersinggung.
Shiori sibuk keliling-keliling tiap
inkubator ..dia bergumam-gumam berbicara dengan para bayi walaupun mereka
rata-rata sedang tidur, Ishida dan Iino mengawasi dari belakang.
”wah.. kalau begini caranya.. lebih baik
aku ke bagian NICU saja ya.. enak lagi.. gak bertemu dengan sensei yang kurang ramah”, sindir Shiori lagi pada
Minho.
Minho jadi sensitive, tahu-tahu dia sudah
di belakang cewek itu,”coba saja kalau bisa..”,
”so..Fujita-sensei.. menurut mu.. bagaimana dengan kasus bayi jaundice yang sekarang ada tepat di
depan mu?”
Shiori menjawab awalnya dengan sedikit
ragu, namun...
”uhmmm..kalau dilihat dari umurnya, dia
kemungkinan baru berusia kurang dari 2 minggu.. mungkin baru kurang dari 7hari? Apa sudah di cek
kadar bilirubinnya? Jika tidak tinggi, dengan yang dilihat kulitnya tidak
terlalu kuning, fototerapi tampaknya cukup”
Minho berdiri tepat di samping box bayi
itu,” kamu pikir begitu? Bagaimana jika analisa mu salah?”
”Senpai
(senior) mengujiku??”, senyum Shiori yang terkesan menyindir Minho.
”sekali-sekali boleh dong??”, balas Minho,
cuek tidak memperhatikan Shiori, tapi memperhatikan bayi itu
”ishida-san..boleh saya lihat data bayi
ini dan ibunya?”, pinta Shiori.
Minho masih cuek, dia masih sibuk senyum
senyum sama bayi itu.
Shiori malah meledeknya, sambil melihat
Ishida mengambil kartu dan melihat kondisi kulit bayi yang sedang di inkubator
dengan mattress fototerapi., ”waahh..ternyata senpai suka juga sama bayi ya?? Kebapakan sekali”
Dibilang seperti itu, Minho jadi terkesan
malu.. lantas dia memanggil Iino, mengalihkan pembicaraan.
”ah.. Iino-san.. bisa tolong saya lihat
bayi yang lain?? Apa ayumi-sensei sudah control semua bayi ini??”
Iino menghampiri, menunduk hormat dan
tersenyum.
“sudah,
sensei.. Ayumi-sensei setiap hari control tadi jam 3 sore”
Shiori berbicara pelan, setengah berbisik
dengan cueknya pada Minho.
”sst..senpaiii..urusan mu dengan ku belum
selesai,hehehehe”
Minho menoleh saja,”apa?”, padahal dia
tahu, tadi dia menantang dokter cewek itu untuk menjelaskan.
Shiori menunjuk pada kertas biru muda,
catatan si bayi.
”ini... katanya mau menguji ku?hehehe”
Minho dengan santainya hanya menjawab,”ya
sudah..silahkan”
”Baiklah, Lee-sensei..di catatan data ini
bisa dilihat bahwa Ryo-chan memiliki golongan darah yang berbeda dengan sang
ibu, terutama di rhesusnya.. lihat.. rhesus ibunya positif, kebanyakan dari
rhesus asia adalah positif, tetapi karena ayah Ryo chan adalah caucasian, maka kemungkinan dia menerima
rhesus negatif bisa terjadi sekitar 85% dan itu yang menyebabkan sang ibu
membuat antibodi yang berbeda dengan bayi sewaktu dia dalam kandungan dan
akhirnya mempengaruhi liver untuk memproduksi bilirubin. Angka bilirubinnya
lebih dari 86 Umol/L.. bahkan ini sekitar 450 lebih Umol/L, maka secara klinis,
Ryo-chan mengalami hiperbilirubinemia, yang ditakutkan adalah efek sampingnya yang
bisa memperngaruhi kerusakan pada otaknya. Yang seperti ini tidak hanya cukup
dengan mattress fototerapi, tetapi harus ada perlakuan khusus. Ryo-chan tetap
harus bersama ibu nya di RS ini untuk terus diberikan ASI, karena kandungan ASI
jelas mampu berperan dalam pembentukan keping darah yang mampu mengurangi
kejadian kulit kuning pada bayi. Jika dalam waktu 2x24 jam selama 2-3 kali
pemberian fototerapi tidak juga nilainya turun, maka Ryo-chan sebisa mungkin
diberikan treatment dengan transfusi immunoglobulin yang kita kenal dengan
Intravenus immunoglobulin atau IVIg. Dan kondisi Ryo-chan akan dilihat kembali
dalam 72 jam berikutnya”
Minho memperhatikan pemaparan Shiori
dengan serius sambil melipat tangannya, sampai dia lupa kalau Shiori sudah
selesai bicara.
Shiori mengibaskan kedua telapak tangannya
di depan wajah Minho.
”senpaiii.. aku sudah menjelaskan.. apa
ada yang salah???”
Minho agak melamun,”oh.. sorry.. iya..
pemaparan mu tepat”
Shiori malah jadi iseng, bercanda padanya,
”jadi sensei.. boleh gak saya pindah ke bagian ini??”
Minho masih saja judes menjawab,”gak
boleh.. kamu junior saya, jadi harus ikut perintah saya dan Kamui-sensei”
Ishida dan Iino malah jadi tersenyum
dengan kejadian itu. Minho
agak malu karena ternyata juniornya memang manja.
”Fujita-sensei ini.. pintar sekali ya? Hihihi,”
puji Iino
Shiori hanya cengengesan dengan perkataan
Iino, sementara Minho masih sebal dengan rekannya itu yang memang asli manja.
Minho lal mengelarkan lagi suara tegasnya,”sudah..
kunjungan disini selesai..
ganti ke bagian lain... kami permisi, Ishida-san.. Iino-san..”
”baik.. nah, ishida-san.. iino-san..
terima kasih banyak”, ujar Shiori, sambil dia menunduk.
Ishida dan Iino membalas keramahan mereka.
Minho dan Shiori lanjut ke bagian lagi.
Sementara Minho berfikir keras, apa dia akan disusahkan rekan kerjanya ini
nanti?? Shiori pun berfikir keras, apa nanti Minho mau membimbingnya untuk
proyek penelitian bersama... sedangkan cowok dokter yang satu ini benar-benar
tidak banyak bicara dan sedikit judes??
Bersambung....