“aiko.. dari mana saja kamu, nak??” bu
Isni menyapa di depan teras. Aiko mematikan mesin mobilnya dan memeluk ibunya
”maaf, okaasan.. tadi aiko lukisannya
laku.. tetapi ada masalah
dengan banyak orang.. jadi besok pagi aiko akan pergi lagi ke pameran lukisan
dan memberikannya pada pembeli”
Isni tersenyum, ”laku lukisannya toh??
Okaasan senang kamu bisa berpartisipasi di kegiatan amal”
Aiko tersenyum
”kan sekalian dia juga cari teman, mbak
isni.. kasian kalau kita terus kekang gak boleh kemana-mana”, terang
salahseorang wanita berusia sekitar 30 tahun an, yang duduk di sebelah isni.
”aku hanya tidak ingin anak-anakku terlalu
bebas tanpa menghormati orangtuanya,” gumam isni
Wanita yang duduk di sebelah isni itu
tertawa ”tenang, bu.. selama ini aku percaya anak-anak mu baik-baik dan
berusaha tidak mencari masalah dengan orangtuanya”
”ya sudah.. kamu masuk.. chichiue daritadi
sudah tunggu kamu, gak kasih kabar kemananya.. beliau khawatir”
Aiko menunduk, lalu masuk rumah
”aiko.. yang semangat ya.. jangan lupa
traktir tante besok.. kan sudah laku lukisannya,”
Aiko senyum ”baik, tante.. besok siang aku
traktir .. ini lukisannya masih tertinggal.. sementara besok lusa orangnya
sudah mau pulang ke negaranya.”
Tante yang bernama iswanti itu menghampirinya
”what? Are you sure pembelinya foreigner? Wow.. that’s great!”
Aiko
senyum, “iya tante.. he’s Korean”
“I
see.. so, was he your 1st consumer?”
Aiko mengangguk.
“ya sudah.. sana kamu makan dulu, terus
istirahat.. jangan lupa
berdoa”
”baik, tante.. aiko masuk dulu ya”
Sampai di ruang tamu.. dia melihat ayahnya
masih menonton tv.. dia menghampiri ayahnya
”konbanwa, chichiue.. osoide, gomen..”,
aiko menunduk menghormat di hadapan ayahnya
Sang ayah tersenyum, ”duduk”
Aiko duduk di depan ayahnya.
”darimana tadi?”
”eeeh..tadi habis dari pameran,
ayah...lalu pergi main sebentar”
Tanpa perhatian mendalam aiko, ayahnya
tahu kakinya luka ”itu kaki kenapa? Terkilir?”
”hai...”
”tidak sakit kan??”
Aiko menggeleng, ”tidak terlalu,
chichiue..besok pasti juga sembuh”
”boleh chichiue pegang??”
”itai,ne?” (sakit?)
Aiko mengangguk
Ayahnya duduk dekatnya ”tapi tampaknya
besok sudah bisa sembuh..dibantu siapa??” dan sambil senyum
Aiko ragu menjawab
”etto.. tomodachi”
”tomodachi to...tomo to??”
Aiko menggaruk kepalanya yang tidak gatal
,”eh hehehe..gomen..tomo”
Ayahnya mengerti ”sou ka.. besok sembuh.. besok
ada acara??”
”iya,chichiue...ke pameran lagi..lalu ke
konser”
Ayahnya kaget ”wow..baru kali ini chichi
tau kamu ke konser...”
Aiko duduk disamping ayahnya ”ada yang
memberikan..ini”
”ow..penyanyi kesukaan mu kah?”
Aiko menggeleng ”kenal saja baru tadi”
Ayahnya heran ”gimana bisa? Siapa yang
berikan tiketnya?”
Aiko ragu menjawab
”etto... managernya, chichiue..sekaligus
kakaknya”
”nani?hontou?”
”hai,chichiue..uso de wa arimasen”
Ayahnya melepas koran dan ditaruhnya di
meja ”sugoii.. so, besok mau pergi dengan siapa??”
”hitori de..sendiri saja”
”yakin
chichiue gak mau temani??” senyum sang ayah
Aiko
berfikir sambil pegang-pegang pipinya..
“OK!
Tapi chichiue yang setir yaaa.. kaki
ku sakit..tadi jatuh..”
”besok jam?”
”delapan..terlalu pagi” sambil aiko
mengangkat bahu
”harus mengantar lukisan dahulu
kan?”,timpal sang ayah
Aiko mengangguk
”ok,baiklah! Ayah yang akan temani kamu besok.. ”
”terima kasih,chichiueee.. memang baik deh.. tapi tiketnya??kan Cuma
satu”
Ayahnya senyum ”bisa beli baru atau tunggu
di luar.. take it easy, my girl”
“and
anyway..ayah sudah lama tidak lihat konser..apa kamu lupa,ayah ini dulunya juga
penyanyi??” ujarnya sambil senyum
Aiko tertawa
Ayahnya – Nakamura-san menyuruhnya
istirahat. Dia pun masuk
kamar
Sementara itu..sang ayah diluar tiba-tiba
tertidur
Bayangan seperti terasa ada yang masuk ke
dalam benak Minho
”good
night... can i come in to your mind?”, sebuah suara datang dalam tidurnya
Min
ho ingin sekali bangun, tetapi pikiran dan tubuhnya terasa terikat dengan suara
itu.
“who
are you? I don’t recognize you, sorry”, ujar Min ho dalam mimpinya.
“are
you lee min ho, am I right?.” Ujar suara itu lagi
“it’s
true..but pardon me, who are you?”
Tiba-tiba
dia seperti berada di ruangan yang tidak terlalu luas dan di depannya duduk
seorang lelaki paruh baya
“you
can guess who I am later… “, ujar lelaki itu
“and
what d u want from me?”, ujar min ho masih tidak mengenal orang itu
“it’s
nice to see you, dude.. jangan jutek
dulu”,lelaki itu tersenyum
”ah..sorry..
,” senyum min ho, kecut.
“it’s
nice if you know about aiko.. I hope you are her nice friend”
“oh
I see.. aiko’s father?”
“yes”
“how
come can you get into my dream?.. so..you are x dna too,”
“yes..and
I just come to people who would be nice to my daughter”
Min
ho senyum tipis,”apa yang terjadi jika anak mu aku jahati?”
Nakamura-san
balas tersenyum “aku Cuma akan melindungi dia..sisanya adalah urusan mu dengan
Tuhan”
“Ja..
good night…nice to meet you here,” ujar Nakamura-san
Dan mendadak Min ho baru bisa bangun
”Heavenly GOD! ”, dia bangun kaget dan
berkeringat
”i
thought i would be died being killed in my dream”, dia bergumam
Dia menyalakan lampu kamar dan pergi ambil
air minum di refrigator
Dan duduk di kursi makan depan tv
”uhmm...interesting..
you are wrong, aiko’s father.. I wont hurt you daughter,take it easy..we have
been bonded since we never met before”
Min ho memutar-mutar gelas yang sudah
kosong
Joy bangun ,”kenapa kamu belum tidur
juga??”
Min ho menengok ”oh..enggak.. gak bisa
tidur mendadak begini.. panas sekali”
Joy ikut duduk, dia pun nguap di depan Min
ho lebar-lebar sambil merebut gelas dan ikutan minum
”oi..itu gelasku!,” timpal Min ho
Joy dengan santainya minum ”aku juga
haus.. kenapa..mimpi ya?”
Min ho angguk
”mimpi ketemu pacaran sama si
aiko?hahahahaha”
Min ho pukul kepala Joy ”sudah malam masih
saja kumat gilanya”
”aduh..gak sopan sama kakak sendiri”
”kamu mulai duluan..sudah..aku mau balik
tidur..kembalikan botolnya ke kulkas”,ujar min ho sambil ngeloyor pergi
”besok kita harus bangun jam 6..tapi aku
mau bangun jam 5..mau renang dulu..”, ujarnya kembali sambil naik ke tempat
tidur
Joy masih minum ”ya ya ya..sana kamu
tidur..”
”awas ganggu aku..jangan lupa bangunin aku
jam 5 pagi,tepat! Jadi
manager jangan malas”
Joy kesal ”iya iya.. cerewet..sana tidur”