Jadwal Minho padat sekali hari itu, bangun
pagi dia langsung segera melarikan mobilnya ke sebuah gedung bersama seorang
manager dan juga asisten manager.
”kamu kok semangat banget wajahnya?,”
tanya Manager Roh Byung Ho
Minho tertawa,” ah, hehe.. aku dapat lagu
baru.. kapan mau mendengarnya??”
”Kapan Oppa ciptakan?,” tanya asistennya
Min Hye Su yang juga perias Minho.
Minho bergumam,”umm... kemarin”
Manager dan asistennya bingung, sebab
biasanya kalau soal mengarang lagu, Minho suka lama. Dia lebih suka main drama daripada bermusik, walau
dia bisa main piano dan mengkomposisi lagu.
”wah.. hebat... besok coba tunjukkan pada
manager Ban,” kata Byung Ho.
”kamu dulu yang lihat aku main.. jangan
main kasih semua karya laguku,” Minho memukul kepala Byung Ho. Kebiasaannya
memang suka main mengorbitkan apa saja dari Minho tanpa bilang ke pribadi Minho
terlebih dahulu.
Byung Ho hanya cengengesan saja sambil
menyetir.
”sudah beberapa hari ini kerja Oppa jalan
olahraga sore sampai malam.. bawa Myong juga.. memang ada apa??,” tanya Hye Su.
Mereka semua memang pisah rumah dan baik Hye Su atau Byung Ho hanya perlu tahu
Minho sedang apa saja, tidak perlu sampai 24 jam bersama nya.
”bukan jalan sore.. aku berolahraga..
sekalian bawa Myong supaya dia enggak jadi anjing pemalas.. lagipula.. kan aku
jadi dapat inspirasi,” kilah Minho
Kemarin dia tidak bertemu Hyo Rin, mungkin
cewek itu dagangannya habis sehingga tidak mampir ke taman itu.
”Memang, Myong gak bisa diajak jalan ke
tempat lain? Aku khawatir Oppa dikenal banyak orang disana dan ada yang iseng,”
kata Hye Su. Minho sudah terkenal dan dia sebaiknya memang berhati-hati, karena
karakter fans bisa saja bermacam-macam dan mungkin bisa terlalu posesif atau
mencelakai dirinya.
”stalker?? Aku tidak ingin diganggu...,”
balas Minho singkat, menaikkan letak kacamata hitamnya yang turun sedikit
sambil melihat pemandangan luar dari jendela mobil.
”Kemarin tidak bertemu Hyo Rin lagi.. apa
hari ini bisa ketemu lagi ya??,” tanya hatinya Minho sambil memandang luar
jendela. Mobil terus melaju sampai ke gedung management talenta.
”So..
Lee Minho.. aku dapat kabar kamu buat sebuah lagu,” kata Ban Dae Woo.
Minho menghela nafasnya sambil dia duduk
berhadapan dengan Ban,”haaaaa... pasti kerjaan Byung Ho nih”
Ban tertawa saja,”siapa lagi? Kamu kan dekat dengan mereka berdua? Mana??”
”nanti deh.. itu juga seperti ada lyric
yang hilang,” jawab Minho dengan intonasi malas.
”kalau malas buat lagu.. mana bisa ada
uang??,” tanya Ban.
” Aku bukan dikejar membuat lagu.. tapi
drama dan iklan, Ban-ssi,” kilah
Minho.
”Kamu mau selesaikan lagu itu atau tidak??
Inspirasinya dari mana??,”
Minho meledek Ban,”ada deh.. aku tidak mau
cerita”
”cewek??,” tanya Ban penasaran
”pacarnya Myong, hahaha!,” canda Minho
menjadikan anjing nya sebagai tertuduh inspirasi lagunya.
Ban kaget, masak iya anjing pacaran bisa
jadi inspirasi? Seperti bukan
Lee Minho saja. Tapi Minho memang berkilah, dia tidak mau cerita kalau dia
kenalan dengan seorang cewek penjual kue beras. Dia hanya tidak bisa
membayangkan, bagaimana nanti Hyo Rin bisa diledek manajemen kalau dia cerita
siapa cewek itu yang menjadi inspirator lagunya.
”Drama award nanti.. kamu dapat undangan..
ini,” Ban menyerahkan sebuah kertas undangan mewah beludru velvet di depan
Minho yang masih duduk.
Minho menerima dan membukanya,” dapat
enggak ya??,” katanya penasaran
”Drama mu masuk number one chart jumlah
penonton terbanyak... mungkin kamu bisa dapat gelar Best of rookie drama actor”, balas Ban.
Minho hanya cengengesan. Dia tidak sengaja
memang ditarik main drama. Awalnya dia hanya sedang berjalan disebuah mall
mencari kaos sore-sore, namun ternyata saat itu, Ban Dae Woo melihat sosok
tingginya yang juga bisa jadi model. Lalu Minho diberikan kartu nama dan dia
tidak menyangka kalau orang yang memberikan kartu itu adalah seorang manager
dan juga pemilik sebuah manajemen talenta.
” Apa kamu pernah acting sebelumnya?,”
tanya Ban di sebuah cafe pada Minho.
”pernah.. tapi hanya parade teater di sekolah,”
jawab Minho enteng, dia memang tidak terlalu berharap awalnya terkenal atau
bahkan bermain drama. Dia lebih suka nonton talkshow, cita-citanya mau
jadi presenter talk show.
Ban tertawa waktu mendengar itu, “ wajahmu
cocok jadi model dan actor drama”
”ah.. masak??,” tanya Minho enteng.
”coba saja dulu.... firasat ku bilang..
kamu bisa cepat naik daun,” jawab Ban
”aku bisa apa ya??,” Minho garuk-garuk
kepalanya. Di satu sisi dia berkhayal terkenal itu memang enak, disatu sisi dia
yang tidak banyak bicara, sukanya diam walau kadang suka bercanda juga, tidak
ingin banyak kehidupan pribadinya diketahui banyak orang. Menjadi seorang
seniman memang bisa jadi terkenal, namun konsekuensinya juga tidak ringan.
Ban menyarankannya untuk masuk karena perasaan
dan analisisnya bilang kalau Minho bisa menjadi artis yang sukses dalam waktu
dekat. Minho masih tidak percaya apa yang dikatakan Ban, mengingat kadang dia
suka merasa tidak percaya diri dan terkesan malu. Tapi Ban menyemangatinya,
hingga akhirnya Minho menerima tawaran itu dan mencoba.
Sukses menjadi model, muncul tawaran
bermain drama dan dia coba juga menerimanya. Totalitasnya dalam bermain peran
membuat dia makin terkenal. Tapi, kemarin dia merasa aneh dengan Hyo Rin:
Kenapa sampai tidak kenal dia? Apa Hyo Rin berbohong? Minho jadi agak percaya
diri karena mungkin Hyo Rin cewek yang berpura-pura tidak kenal dia supaya bisa
dekat.
”terus kenapa memang kalau yang menjadi
inspirasi adalah Myong? Dia kan anjing ku sejak belum berkarir disini,” kata
Minho masih berkilah
”Aku sama sekali tidak percaya, hohoho,” balas Ban santai.
Minho menyandarkan badannya dikursi,”
beneran kok.. “
“Kamu.. sedang tidak dekat dengan
seseorang kan?? Awas bahaya,” kata Ban. Konsekuensi menjadi sudah terkenal,
hubungan pun harus berhati-hati, kalau perlu berjalan pun pakai bodyguard.
Minho mengerti soal itu, privasi nya akan
diaduk-aduk media kalau dia berani menentang arus. Itu sebabnya dia cukup
berkilah saja. Semua kalau perlu seperti sandiwara atau sembunyi-sembunyi.
“terserah sih.. kamu mau suka siapa saja
dan kapan saja.. hanya saja, kamu bukan yang seperti dulu lagi,” kata Ban
Minho mengangguk saja.
“Jadi.. setiap hari.. Oppa apa saja
kegiatannya kalau sedang waktu luang??,” tanya presenter pada Minho malam itu
dalam sebuah acara talkshow
“tidur,” jawab Minho polos sambil tertawa.
Semua orang yang sedang menonton live action talkshow itu tertawa di studio.
Dua orang anak cewek dan cowok disebuah
rumah yang sangat sederhana yang sedang menonton acara TV itu pun tertawa,
ternyata mereka adalah adiknya Hyo Rin: Ho Sung dan Ha Neul.
“Oppa Minho itu keren banget dan lucu
sepertinya deh,” kata Ha Neul, adik ceweknya Hyo Rin.
“Siapa dia?? Aktor??,” tanya Hyo Rin
ketika sedang membantu neneknya membuat kue.
Ho Sung mengangguk,”aktor pendatang baru, Eonni.. drama nya bagus sekali.. aku
suka,”
“Jadi.. setiap hari bisa tidur lama??,”
tanya presenter lagi
Minho mengangguk malu,”iya sih.. tapi
kadang bermain dengan anjing ku.. ya.. sekalian belajar acting lagi”
“Oppa sudah hebat acting masih belajar
juga?? Hebat sekaliii,” puji presenter pada Minho
Minho bilang kalau dia masih baru di dunia
acting, jadi harus terus mengasah kemampuannya. Kalaupun dia nanti akan terus
di dunia acting, dia akan terus mengasah kemampuannya, memberikan yang terbaik
pada para fans nya.
Hyo Rin cuma melihat sekilas, bolak-balik
antara dapur dan ruang makan, tempat Ho Sung dan Ha Neul menonton.
“Drama baru nanti.. judulnya apa?? Dan..
bisa sedikit ceritakan pada kami tidak??,” tanya presenter lagi
“Drama besok tentang kehidupan pada masa
perang begitu... campuran antara sejarah dan fiksi.. diambil dari sebuah
novel,” jawab Minho
Lalu presenter tanya, berapa lama nanti
mempelajari naskah itu? Minho menjawab, dia bisa sampai berbulan-bulan
mempelajari satu per satu adegan, supaya lebih totalitas. Katanya itu semua
pembelajaran untuknya, supaya dia tidak menyusahkan sutradara dan crew lainnya
nanti ketika syuting.
“Tapi... ini inspirasi ceritanya bukannya
Novelis Goh membuatnya dari cerita kisah cinta masa perang saudara ya? Tentang
penjual kue beras yang akhirnya kalian terpisah antara Utara dan Selatan??,”
tanya presenter lagi
Minho mengangguk,”serasa menemukan jiwa
dari perempuan pemain itu sebenarnya di dunia nyata.. perempuan penjual kue
beras yang ceria walau jaman sedang sulit,” senyumnya agak malu-malu
Presenter heran,”oh ya?? Apa benar ada
sosok itu?”
Minho masih malu menjawab,”ah.. enggak
sih.. hanya aku merasa saja.. aku juga ingin menjiwai lawan mainku saja nanti,
hehehe.. kebetulan.. aku juga akan menyumbang soundtrack nanti di drama ini”
Semua penonton talkshow tepuk tangan,
mereka menghargai Minho akan membuat sebuah lagu khusus untuk drama barunya
nanti.
“waaaahhhhhhhhh............. memang hebat
deh Oppa Minho!,” teriak Ha Neul kegirangan. Dia memang fans nya Minho dari
debut drama pertama.
Hyo Rin hanya melihat-lihat saja sambil
berlalu. Dia lalu meminta tolong pada Ho Sung mengambil tepung beras di lemari
makan, lalu, dia menuju ruang makan.
“eh.. kok.. wajahnya seperti cowok yang
pernah membeli kue beras ku bersama anjingnya itu??,” kata hatinya Hyo Rin
dengan sedikit heran. Dia melihat wajah Minho di talkshow itu jadi sedikit
serius.
“waahh... Eonni lihat wajah Oppa Minho
sepertinya terkesima sekali.. suka ya??,” goda Ho Sung.
“eh.. kata siapa??,” elak Hyo Rin, dia
langsung mengambil baskom berisi tepung beras yang diberikan Ho Sung padanya.
Ha Neul juga jadi ikutan menggoda,”suka
juga tidak apa kok, Eonni... tapi kan.. bisa enggak ya.. kita bertemu Oppa
Minho?? Cakep sekali sepertinya deh,”
Ha Neul lalu menopang dagunya,”cuma mimpi
bisa langsung ketemu aktor seperti itu.. cakep, baik, kaya.. aduh.. kapan kita
seperti itu ya??,”
Hyo Rin memukul kepala Ha Neul dan Ho
Sung,”bekerja keras dahulu.. baru bisa seperti itu.. barusan kalian lihat kan..
kalau dia bilang semuanya karena kerja keras??”
Ho Sung dan Ha Neul kompak bicara,”iya
juga ya, hahahaha”
“Nah.. jadi kalian harus bantu aku dan halmeoni buat kue malam ini... besok aku
ada pesanan banyak dari seorang nyonya... jadi.. malam ini harus kerja keras..
uang nya kan lumayan.. untuk sekolah kalian juga??”
Hyo Rin menoleh pada seorang nenek tua
yang duduk di kursi dan... matanya tidak melihat alias buta. Dia neneknya
mereka bertiga yang sudah menderita Glaukoma sehingga matanya buta. Tetapi nenek
Na Ri pintar sekali membuat kue beras yang lembut dan enak, tidak seperti kue
beras umumnya di jual dipasaran.
“halmeoni tahu tidak?? Beberapa hari yang
lalu, aku sempat punya langganan cowok yang anjingnya suka sekali dengan kue
beras kita.. wajahnya mirip sekali dengan aktor itu,” kata Hyo Rin menyerahkan
tepung pada neneknya yang duduk.
“ah.. masak iya?? Mungkin karena kamu baru
saja melihat acara tivi itu??,” senyum neneknya.
“enggak kok.. beneran, halmeoni.. aku
sempat tadi terkesima,” balas Hyo Rin, sambil dia memberikan isi pada kue-kue
yang sudah dibentuk indah oleh neneknya itu.
“tentunya dia pasti cakep sekali.. seperti
yang tadi Ho Sung dan Ha Neul bilang,” kata neneknya lagi
“Iya.. tapi... pasti pembeli itu bukan
dia.. walau namanya sama,” kata Hyo Rin lagi.
“pesanan ini banyak sekali,” senyum
neneknya walau dia sama sekali sudah tidak bisa melihat, mahir sekali membuat
bulatan, mengisi dan membentuk kembali kue-kue itu.
“aku menabung untuk sekolah Ho Sung dan Ha
Neul, halmeoni.. mereka minimal harus sampai SMA,” jawab Hyo Rin
“kamu perempuan pekerja keras yang
bertanggung jawab, Hyo Rin.. orangtua kalian pasti sangat bangga,” kata nenek
Na Ri.
Hyo Rin dan keluarganya tinggal di daerah
kumuh dimana hampir tidak tersentuh oleh pemerintah. Disana semuanya kebanyakan
orang-orang miskin yang tidak mampu untuk melangsungkan hidupnya. Walau maju,
tetap saja disetiap negara ada daerah seperti itu. Dapat dibayangkan, rumahnya
hanya 3 petak, satu ruang kamar untuk semuanya, dapur yang sempit bersatu dengan
ruang makan dan menonton tv dan kamar mandi yang sempit. Begitulah kehidupan
kumuh ditengah kota yang tidak tersentuh. Orangtua Hyo Rin dulunya kaya, lantas
ketika bangkrut, mereka bunuh diri, meninggalkan 3 anaknya begitu saja dan
nenek Na Ri yang tiba-tiba menderita glaukoma karena tekanan penderitaan harus
mengurus 3 cucunya. Hyo Rin hanya bisa menikmati bangku sekolah sampai SMA,
bahkan sedari orangtuanya meninggal, dia membantu neneknya berjualan dengan
sepeda usangnya, berkeliling taman-taman, jalan mengayuh sepeda berjualan
setiap hari. Kue beras nenek Na Ri memang terkenal enak, hanya saja, kalau
musim tertentu misalnya musim dingin, terkadang agak kurang laku. Kadang juga
Hyo Rin tetap berjualan supaya mereka bisa mendapatkan uang. Sementara, Ha Neul
bekerja part time disebuah toko dan Ho Sung yang masih kecil belum bisa
bekerja, kecuali membantu neneknya berdagang sepulang sekolah atau menyiapkan
bahan-bahan kue. Mereka keluarga miskin yang harus bekerja keras di negara yang
beban ekonomi nya tinggi.
Paginya, Hyo Rin mengayuh sepedanya sangat
jauh sekali, menuju sebuah kompleks perumahan elit dengan tipe rumah seperti di
desa, dengan pekarangan yang luas.
Sebelum masuk kompleks itu, harus melewati
penjagaan yang ketat lalu diawasi dan ditanya ini itu serta harus mempunyai
logo khusus kendaraan agar bisa masuk.
“kamu ada perlu apa kesini??,” kata
security di gerbang depan kompleks
“Mian
habnida.. aku mau mengantarkan pesanan seorang Nyonya.. Nyonya Han Sora,
suaminya bernama Lee Jung Hoon”, jawab Hyo Rin, dia menyerahkan kartu nama
orang yang disebut itu.
“oh.. Lee-ssi... kami tahu.. tapi.. kenapa kamu bawa sepeda??,” security itu
melihat dengan pandangan aneh dari atas ke bawah. Penampilan Hyo Rin memang
sederhana, dia hanya memakai jeans, kaos dan topi, bersepeda tua pula, sehingga
security itu sangat curiga.
“aku hanya punya sepeda ini,” jawab Hyo
Rin tegas,”aku diijinkan masuk tidak.. nanti pesananku terlambat.. Nyonya Han
bisa marah!”
“aku hubungi dahulu Nyonya Han,” balas
security itu. Dia lalu menelepon dari ruangannya. Hyo Rin dipandang lagi oleh
security yang lain dari atas ke bawah. Tapi dia cuek saja, dia merasa, dirinya
bukan orang jahat yang ingin merampok keluarga Nyonya Han yang memesan kue nya
itu.
“Ya.. Nyonya Han bilang memang dia pesan
kue mu.. kamu Sun Hyo Rin kan??,” tanya security itu kembali ke hadapannya
Hyo Rin mengangguk mantap,”Ye.. aku Sun Hyo Rin”
“Rumah Nyonya Han memang ada di alamat
itu.. dari sini.. kamu harus naik sepeda 10 kilometer lalu melewati seperti
kebun bunga dan belok kanan.. tepat di pojok blok C ada rumah bertuliskan Lee
Jung Hoon, yang seperti rumah amerika kuno”, kata security mengarahkan tujuan
“Ya, baik.. Gomaseubnida!,” kaya Hyo Rin dengan ceria, dia lalu mengayuh
sepedanya dan melambaikan tangan pada security setelah dia menyerahkan ID card
alias kartu kependudukannya sebagai jaminan masuk ke kompleks itu
Security bengong kaget ketika melihat tempat
tinggal asal di kartu nya, daerah kumuh Go Ryong dan menggaruk kepalanya.
“Nyonya Han bisa pesan kue dari daerah
kumuh?? Apa tidak sakit perut nanti??”, kata security lagi.
Hyo Rin terus mengayuh sepedanya, dia
terkesima melihat kiri dan kanan rumah-rumah tersebut sangat luas, seperti di
tivi dan suasana luar negeri yang dia tahu. Dia teringat masa kecilnya lagi
pernah merasakan yang seperti itu: punya rumah besar dan mewah, makanan enak
dan juga mainan banyak, tapi itu semua tinggal kenangan saja setelah
orangtuanya meninggal nekat bunuh diri.
“haaah.. dulu rumah ku seperti ini..
kenapa Appa dan Eomma sejahat itu meninggalkan kami??,” dia berhenti tepat di
depan rumah Lee Jung Hoon. Rumah yang sangat besar, dengan pekarangan yang luas
dan tanpa pagar.
Dia lalu memparkir sepedanya di paving
blok sebelah pekarangan, memencet bel.
“sepi sekali.. tidak ada orang sama
sekali??,” katanya dalam hati setelah beberapa kali memencet bel, belum ada
yang keluar.
Tiba-tiba wanita berusia 30 an keluar
rumah.
“ah.. mian
habnida.. aku Sun Hyo Rin.. ingin mengantarkan kue pesanan Nyonya Han..,”
kata Hyo Rin ramah menunduk hormat pada wanita itu yang ternyata pembantu
dirumah besar itu.
“sudah berjanji dengan Nyonya Han
sebelumnya??,” tanya pembantu itu
Hyo Rin mengangguk mantap,”sudah.. hanya..
terlambat 5 menit, hehe.. rumah ini jauh sekali.. aku hanya naik sepeda kesini,”
katanya menunjuk pada sepeda tuanya.
“baik.. tunggu dulu disini,” kata pembantu
itu, menutup pintu lagi dan Hyo Rin tetap diluar.
“dasar orang kaya.. curiga sekali aku mau
merampok rumah,” keluh Hyo Rin. Dia menunggu saja di depan pintu.
Tetapi, ketika dia menunggu, terdengar
suara gonggongan anjing.
Anjing itu lalu menghampirinya dari
pekarangan,”Guk! Guk!”, dia menggonggong dengan suara keras.
“heeee.. aku bukan orang jahat!,” kata Hyo
Rin ketakutan.
“eh.. kamu........ anjing yang bernama
Myong itu kan???,” Hyo Rin melihat kalung bertuliskan huruf hagul: Myong.
Myong menggonggong keras sekali, lalu
langsung menubruk badan Hyo Rin dan menjilatinya.
“heeeehhh.. aduh.. kamu ini!,” Hyo Rin
kegelian wajahnya dijilat Myong.
“pasti kamu mau minta kue lagi deh.. hari
ini aku cuma bawa pesanan seorang Nyonya.. enggak ada untuk kamu, hehehe,” kata
Hyo Rin lagi, tapi Myong masih saja berdiri tegak dan menjilati wajahnya.
Tak berapa lama, pintu dibuka, ternyata
Nyonya Han keluar.
“Myong! Ayo kesini!,” teriak Han pada
anjing itu.
Hyo Rin yang mengetahui itu Han Sora
langsung menunduk hormat padanya, “Annyeong
haseyo, Nyonya.. maaf aku terlambat”
Myong menghampiri Han dan mengibaskan
buntutnya pada Nyonya itu.
“Annyeong
haseyo.. akhirnya bisa sampai juga ya??,” senyum Nyonya Han,”ayo masuk..
aku sudah menunggu sedari tadi”
Hyo Rin menunduk hormat dan
masuk,”permisi”, katanya masuk ruang tamu besar itu
Dia terperangah dengan ruang tamu yang
sangat besar sekali, gaya amerika tempo dulu tapi sangat besar,”whoah... orang
kaya sekali pasti Nyonya Han ini,” katanya dalam hati.
“silahkan duduk,” kaya Han.
“eh iya.. maaf, hehe,” Hyo Rin langsung
tengsin malu dan dia duduk.
Han menyuruh pembantunya membuatkan minum.
Sementara Myong malas berada di samping kaki Han meletakkan wajahnya di lantai.
“Maaf ya.. Myong memang begitu. .. kadang
sok ramah dengan orang lain.. oh iya pesanannya.. mana??,” kata Han ramah.
Hyo Rin berdiri mantap,”ah, maaf..
sebentar aku ambil dulu”, dia berlari keluar dan kembali lagi dengan 3 kotak
tumpukan kue beras berbagai rasa: kacang hijau, ketan hitam, kacang merah,
strawberry dan sayuran.
“Ini Nyonya... 3 kotak sesuai dengan yang
dipesan,” katanya ramah menyerahkan pada Han Sora.
Nyonya itu melihat pesanannya dan membuka
semua kotak,” aku coba satu”
Hyo Rin lalu mengambil yang lain dari
kantung plastik yang dia bawa juga,”ini tambahan untuk Nyonya dan keluarga..
Nyonya kan pesan ini untuk pesta.. Halmeoni saya memberikan lebih,” katanya
sambil senyum lebar pada Sora
Nyonya Han senang sekali, dia mencoba nya
lalu,”umm.. enak sekali.. nenek mu pintar.. ibuku saja tidak sepintar ini
membuatnya”
“gambsahabnida, Nyonya.. atas pujiannya,”
jawab Hyo Rin senyum lebar
“aku harus bayar segera.. sebentar,”
Nyonya Han lalu berdiri dan pergi ke ruangan lain.
“Myong! Kamu dimana??,” teriak Minho dari
dalam rumah yang sangat besar itu. Myong yang dipanggil hanya menggonggong.
Hyo Rin ternyata memberikan kue beras nya
pada Myong
“hai.. kamu pasti kangen sama kue beras
nenek ku ya?? Ini,”
Minho mencari nya ke depan, lalu..
“Hi.. Hyo Rin! Kamu disini??,” katanya
senang, menghampiri cewek itu yang sedang berjongkok memberikan anjingnya kue.
Hyo Rin berdiri lalu ramah menyapa
Minho,”iya.. waah.. jadi kamu anak Nyonya Han ya?? Aku gak tahu”
Minho cengengesan,” ketemu lagi dong ya??
Jatah ku mana? Masak cuma Myong yang diberi??”
“Ibu mu pesan kue ku.. tapi sudah aku
kasih lebih tadi,” balas Hyo Rin dengan wajah ceria.
Nyonya Han kembali ke ruang tamu, dia
heran Myong makan kue.
“kamu berikan dia kue, Minho??,” tanya Han
ke anaknya
“tidak, Eomma.. Hyo Rin berikan,” jawab
Minho
“kalian sudah saling kenal??,” tanya Han
heran
“Iya, Nyonya.. ternyata Minho ini anak
Nyonya ya?? Aku kenal dia beberapa hari yang lalu.. Myong makan kue ku... aku
lagi berjualan di taman,” jawab Hyo Rin
“ini uangnya, coba dihitung dulu,” Han
memberikan uang pada Hyo Rin, lalu dihitung oleh cewek itu.
Minho mengelus-elus saja kepala Myong yang
sedang makan.
“enak sekali kamu.. jatahmu banyak,” kata
Minho pada anjingnya.
Hyo Rin yang berdiri lalu menoleh pada
Minho yang duduk,” besok kita ketemu saja di taman.. aku kasih deh, hehe”
“Mana bisa begitu? Memang kamu suka minta
kuenya, Minho??,” tanya ibunya, heran.
Hyo Rin ramah ngobrol dengan Han,”ah..
enggak kok, Nyonya.. kebetulan waktu itu.. aku yang kasih.. ternyata.. aku juga
baru tahu kalau Nyonya ini ibunya Minho.. temanku juga”
Minho berdiri,”boleh.. besok ya.. “
Myong menggonggong saja.
Hyo Rin tertawa,”hahahaha.. Myong pasti
besok minta lagi deh!”
“jangan kamu biasakan begitu, Minho..,”
kata ibunya, supaya Myong jangan manja.
“Lalu.. saya pikir.. kamu teman sekolah
Minho.. atau bahkan teman main dramanya,” canda Nyonya Han
Hyo Rin heran,”teman main drama, Nyonya??
Hahaha.. aduh.. aku tidak bisa main drama.. iya kan, Minho??”
Minho tertawa,” Hyo Rin ini bukan artis,
Eomma.. dia berjualan kue beras neneknya, hehe.. beberapa hari lalu waktu aku jalan
berolahraga sore, Myong menghampirinya.. minta kue nya..”
“Jadi.. apa ini Minho sang aktor itu??,”
kata hatinya Hyo Rin.
“Eomma pikir kalian juga satu profesi..,”
ujar Nyonya Han
“Ani,
Eomma.. Hyo Rin ini teman baruku,” jawab Minho senyum.
“Ah, hehe.. iya, Nyonya Han.. Myong minta
kue yang kujual..dan aku beri.. ,” balas Hyo Rin tertawa ringan.
”ah.. permisi Nyonya.. tugas ku sudah
selesai antarkan kue nya, aku mau pulang”
Han lalu keluar rumah, mengantarkan Hyo
Rin sampai depan pintu, dia bingung melihat sepeda tua Hyo Rin.
“berapa kilo kamu naik sepeda itu? kenapa
tidak pilih mobil?,” tanya dia heran
“ah.. aku biasa naik sepeda.. ini sepeda
antik, Nyonya.. sudah jarang punya,” jawab Hyo Rin diplomatis.
“kamu tinggal dimana??,” tanya Han lagi
“G....,” jawab Hyo Rin
Tapi belum sampai Hyo Rin selesai, Minho
langsung memotong,”Goru, Eomma.. iya kan, Hyo Rin?”
Hyo Rin bingung apa maksud Minho
berbohong.
“Goru?? Ah.. itu kompleks perumahan hijau
sekali.. wah.. senangnya bisa tinggal disana,” jawab Nyonya Han.
Minho mengedipkan matanya pada Hyo Rin,
lalu senyum.
“pantas saja suka naik sepeda..,” senyum
Nyonya Han.
“ah.. iya Nyonya.. maaf kalau tidak nyaman
dengan sepeda ini,” Hyo Rin menunduk hormat pada Han, lalu dia pamit pada
mereka semua.
Tapi Minho malah minta ijin mengantarkan
Hyo Rin pada ibunya,”sebentar, Eomma.. aku ada perlu”
“ayo, Myong!,” teriaknya pada anjingnya
“hi Hyo Rin... gidalyeojusibsio! Please wait!!,” Minho teriak, lalu menyuruh Myong
mengejar Hyo Rin yang mengayuh sepedanya.
Hyo Rin memberhentikan kayuhan sepedanya
ketika Myong berdiri di depannya dan menggonggong.
“ada apa?,” tanya Hyo Rin pada Myong, lalu
dia menoleh, melihat Minho berlari menghampiri.
“aku antarkan kamu sampai depan ya? Jauh
sekali komplek ini ke depan,” tawar Minho
“ah.. enggak usah.. gwaenchanh a.. aku masih bisa mengayuh sepeda ku,” jawab Hyo Rin
“Geuleohgehaji
malla...nan geunyang dangsin-eul dowajugo sip-eo (jangan begitu.. aku ingin
menolong),” jawab Minho dan dia senyum pada Hyo Rin.
“memang kamu sedang tidak ada pekerjaan
lain??,” tanya Hyo Rin heran
Minho menggeleng,”sedang kosong.. tunggu
disini ya.. aku akan keluarkan mobil ku,” kata Minho, “Myong.. kamu disini saja,”
katanya pada anjingnya.
Myong menggonggong patuh, Minho lalu
berjalan balik arah, kembali ke rumahnya
Hyo Rin berjongkok di depan Myong,”hai
Myong.. memang benar ya.. tuan mu itu seorang aktor drama yang kemarin aku
lihat ditivi??”
Myong hanya menjawab,”Guk! Guk!”
Hyo Rin tertawa padanya,”aku tidak
mengerti bahasamu deh, hahaha!”
Tak berapa lama, Minho kembali dengan
mobilnya, dia segera membuka bagasi,”taruh disini saja sepeda mu”
Hyo Rin kaget,”Hieeehhh?? Enggak usah
deh.. aku naik sepeda saja.. enggak enak nanti dilihat banyak orang”
“kenapa?? Kompleks ini sepi kok.. semua
orang masing-masing disini,” jawab Minho santai, dia lalu mengangkat sepeda Hyo
Rin masuk ke bagasi mobilnya
Hyo Rin hanya menggaruk kepalanya.
Minho membuka pintu, Myong langsung masuk
mobil.
“ayo masuk,” kata Minho pada Hyo Rin
Hyo Rin sejenak ragu, tapi lalu dia masuk
juga, duduk di samping Minho sedang Myong duduk di belakang.
Minho melajukan mobilnya keluar kompleks.
“besok.. janji ketemu lagi ditaman ya??,”
tanya Minho dalam mobil
“eh.. kamu... memang beneran aktor ya??
Yang kemarin sore di wawancara di tv??,” tanya Hyo Rin
Minho cuma senyum sambil menyertir,” kalau
iya.. kenapa??,” dia sengaja melambatkan menyetirnya.
Hyo Rin kaku menjawabnya,”ah.. enggak
kok.. enggak, gak apa.. cuma tanya”
“kamu mau tanya apa padaku.. tanya aja.. pil-yoga dul-yeowo eobs-seubnida.. tanya
aja.. aku nanti jawab,” kata Minho santai
Hyo Rin mengetuk-ketuk jarinya di
dashboard,”jadi.. beneran kamu ini Lee Minho yang aktor itu??”
Minho memberhentikan mobilnya, lalu
menoleh,”Ye.. benar.. memangnya
kenapa??”
“Kok tidak takut dengan ku?,” tanya Hyo
Rin polos
Minho tertawa lebar dan
kencang,”Hahahahaha! Memangnya kamu mau culik aku??”
“apa yang perlu ditakutkan??”
“memang.. kamu enggak takut kalau misalnya
aku jahat dengan kamu??,” tanya Hyo Rin, dia penasaran
“hey.. aktor juga manusia, Hyo Rin..
temanku,” jawab Minho sambil tertawa
Dia lalu iseng memencet tombol klakson,
Hyo Rin jadi panik
“hey.. nanti banyak orang keluar loh!,”
teriaknya pada Minho.
Tapi Minho malah tertawa-tawa, lalu...
“kamu tidak tahu ya... waktu pertama kali
ketemu.. kalau aku aktor drama??”
Hyo Rin menggeleng,”beneran aku tidak
tahu.. tapi aku melihat talkshow kemarin kamu ada disana”
“oh,” balas Minho singkat, lalu diam.
“iya sih.. beneran.. aku tidak kenal kamu
sebelumnya,” Hyo Rin garuk kepalanya,”aku pikir.. kamu orang biasa saja.. mian”
Minho malah senyum,”gwaenchan a.. aku tidak marah kok,”
“eh.. tapi.. kamu
masih mau jadi temanku kan?,”
Hyo Rin kaget,
dia malah lalu tertawa,”hahahahaha! Minho lucu!”
“kenapa?? Memang
tidak boleh berteman dengan tukang kue ya??,” tanya Minho heran
Hyo Rin gantian
tertawa terbahak-bahak sampai dia keluar air mata dan memegang perutnya
“hahahahaha..
enggak terbayang deh.. “
“serious,” jawab
Minho dengan mimik wajah serius
Hyo Rin malah
makin tertawa keras,”enggak percaya, hahahaha”
“ya sudah deh... tapi besok pasti kita
ketemu lagi,” Minho melanjutkan mengendarai mobilnya, menuju gerbang luar.
Mereka sampai dan ID card Hyo Rin
dikembalikan lagi.
“Najung-e
bwayo, Minho..!!!,” kata Hyo Rin melambaikan tangannya, berteriak
“sampaikan terima kasih untuk ibumu ya!,”
teriaknya lagi
Minho berdiri di gerbang kompleks yang
besar dan mewah itu, melambaikan tangannya pada Hyo Rin.
“najung-e
bwayo, Hyo Rin.. juuihasibsio!!”, teriak Minho.
“hwagsilhi..
geulae!!,” Hyo Rin membalas teriakan Minho, lalu dia melajukan sepedanya.
Minho senyum, lalu kembali masuk mobil dan pulang ke rumahnya lagi bersama
Myong.
Bersambung ke part 3....