This is me....

Minggu, November 30, 2014

Aku Isteri Jendral Lee! (Part 7: Kenangan Indah Pertama di Hanseong)


Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukin ke hati.. kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..

“Hi Sim Hwang.. kalau dinegeriku.. kamu adalah Ninja,” kata Takako bicara dengan wajah ceria pada Sim Hwang, prajurit mata-mata bawahan Minho sejak kecil.
“wah.. Ninja itu seperti apa, Nyonya??,” tanya Sim. Pagi itu, Takako meminta Sim berlatih dengannya di halaman rumah besar nya Minho, hadiah dari Raja.
“aku pun Ninja.. tapi kalau perempuan, namanya kunoichi.. tugas ku juga sebagai mata-mata... jadi, ketika kamu berlari cepat dan bisa cepat mengambil keputusan.. aku yakin.. kamu setaraf dengan Shuntarou... Ninja dari negeri ku,” senyum Takako pada Sim
“Nanti aku ajarkan tehnik bertarung Ninja ala negeriku,” katanya lagi, menepuk-nepuk pundak Sim
Sim menunduk hormat padanya,”Gambsahabnida, Nyonya.. Tuan Lee beruntung mempunyai isteri seperti Anda”
Takako malah tertawa keras, seperti tawa seorang lelaki,”Hahahaha! Ih.. aku sebal dengan Minho!”
“kenapa??,” tanya Sim
Minho sebenarnya sudah datang, dia menyuruh dengan kode kalau Sim sebaiknya diam saja dengan kedatangannya. Takako tidak tahu kalau Minho dibelakangnya.


“Minho itu..apa banyak wanita disini yang suka padanya?,”
Sim Hwang bingung menjawabnya, dia diam. Tapi Minho bicara padanya tanpa suara,”jawab saja”
“ya.. begitulah, Nyonya,” Sim menggaruk kepalanya
“kok kamu bingung?? Memang Minho pernah punya berapa kekasih??,” tanya Takako, masih tidak perhatian kalau Minho dibelakangnya
Sim ragu menjawab, tapi Minho menunjukkan angka dua.
“eh.. eh.. dua orang, Nyonya.. Tapi Lee Daejang itu selalu sibuk..,” jawab Sim masih menggaruk kepalanya, bingung dengan jawabannya sendiri
“Jadi.. aku yang ketiga dong??,” wajah Takako mendadak lemas
“Tapi.. Minho baik kan ya??,”
Sim mengangguk,”Iya.. Nyonya tidak perlu khawatir”
“Lalu..apa Minho pernah kasar dengan kalian??”
Sim menggeleng saja.
“Apa Minho pernah suruh kalian macam-macam??”
Sim menggeleng lagi
“Minho.. tidak genit dengan perempuan kan??,”
Sim mengangguk.
“Aku masih khawatir.. Minho tidak cinta aku .. karena aku hanya isteri pertukaran politik saja,” kata Takako lemas lagi
“Nyonya tidak perlu khawatir.. daridulu, Lee Daejang bekerja di kerajaan juga sangat baik.. ,” jawab Sim
Minho senyum dengan kekhawatiran Takako. Mungkin karena dia jauh dan berada di negeri orang, dia jadi khawatir sendiri.

“Iya.. Nyonya Lee memang tidak perlu khawatir,” jawab Minho dari belakang
Takako langsung menoleh, Sim buru-buru menunduk hormat pada Minho,”mian habnida, Daejang”
gwaenchanh-a.. ,” jawab Minho dengan senyum
Takako langsung mau kabur, tapi Minho langsung cepat menangkap tangannya.
dangsin-eun jeo meollieseo silhaenghaneun gyeong-u .. geu uimi.. dangsin-eul nal salanghaji anh-a (kalau kamu kabur dari ku.. berarti kamu tidak cinta aku),”
Ani.. naneun meolli silhaengdoeji anhseubnida.. Minho salanghabnida (tidak.. aku tidak lari darimu.. aku cinta kamu, Minho),” jawab Takako dengan bahasa terbata-bata dan gugup
Sim lalu lekas permisi dan meninggalkan mereka, menaruh lagi senjatanya di tempat khusus dan pergi dari situ, meninggalkan Minho dan Takako berdua saja.

wae geuleohge dangsin-ege nae salang geogjepngdoenda?? (kenapa kamu khawatir tentang cintaku padamu),” tanya Minho dengan suara pelan dan lembut
naneun gwihaui gugga-eseoibnida... naega baesin dulyeowo (aku ada di negerimu..aku takut dikhianati)”, jawab Takako, matanya sedih
Minho malah memeluknya pagi itu dengan senyum,” Takut aku jatuh cinta lagi dengan Hee Kyung? Aku sudah bilang dari kemarin-kemarin.. kalau aku sudah putuskan tidak lagi cinta dengannya.. apapun alasannya.. aku harus menjaga kamu.. aku bukan orang yang melanggar janji.. Janji ku denganmu kan juga janji dengan kerajaan,”
Takako diam saja dipeluk Minho. Dia masih ingat kejadian 2 hari lalu ketika Minho memeluk Hee Kyung untuk menyelesaikan masalah cinta mereka.
“Hee Kyung.. tidak mencarimu lagi kan??,”
Minho mengangguk,”Tidak... memang kenapa?? Lagipula.. aku tidak ada urusan lagi dengannya.. urusanku dengan Kerajaan dan kamu saja”, senyum Minho, malah membelai lembut kepala Takako.

“Kapan mau membawa ku ke sungai Hanseong??,”
Minho tertawa kecil,”Oh.. maaf.. aku belum bisa.. hari ini aku harus pertemuan dengan Jendral Kwon soal Chang Yue itu”
Takako cemberut, dia melepas pelukan Minho darinya,”Sibuk terus deh!”, katanya dengan suara manja
“hai.. tentang Chang Yue ini kan juga.. ada ide mu di dalamnya,” balas Minho sabar
“Lalu.. kapan aku bisa jalan-jalan denganmu?? Kemarin kamu sibuk pertemuan dengan para kepala daerah,” cemberut Takako
Minho malah balas cemberutnya dengan senyum,”Kehidupan ku memang begini.. aku harus mengabdi pada kerajaan”
“Tapi lupa denganku,” balas Takako judes
“Ya.. aku minta maaf.. lagipula.. hari ini Raja ingin bertemu denganku soal persiapan pernikahan kita,” jawab Minho
“dan.. rencananya.. Ratu juga akan memanggilmu,”
“Lalu.. sore.. kita pergi ke penjahit Yeon itu.. bagaimana?? Jangan marah ya?,”
Takako masih diam dan cemberut. Minho jadi diam di depannya.
Tak berapa lama,”Baiklah”
Minho senyum,” Waktunya makan pagi.. Han Hye sudah siapkan makanan buat kita”
“Aku bisa kan.. berteman dengan Han Hye itu?? tampaknya dia perempuan sibuk sekali.. setiap waktu di dapur dan beres-beres rumah ini”
“Han Hye memang perempuan giat.. itu sebab aku ambil dia.. kamu bisa jadi sahabatnya,” balas Minho

“Gomawo, Minho,” wajah Takako jadi ceria lagi dan dia nekat mencium Minho
“chu,” suara ciuman Takako untuknya. Minho hanya cengengesan saja. Dia tahu, Sim dan beberapa anak buahnya mengintip mereka bermesraan dari balik pintu ruangan barak para prajurit bawahan Minho di rumah besar itu.
Minho melepaskan Takako, lalu mengambil kerikil dan menyentilnya sampai kerikil itu ke depan pintu barak, mengeluarkan suara “pluk!” pada permukaan pintu
“Ayo.. kalian mengintipku kan?? Hahaha!,”
Takako heran,”Heeeeh??”, dia sama sekali tidak merasa mereka diintip
Sim dan Myung keluar dari pintu barak, diikuti beberapa dari mereka, cengengesan tertawa, kegep ketahuan mengintip.
“Hahahaha.. Mian haeyo, Daejang.. hajiman dangsin-eun neomu lomaentig geunyeoui (maaf, Jendral.. tapi jendral memang romantis dengannya),” balas Sim
naneun nangmanjeog in salam.. dangsin-eun algoissida! (aku ini cowok romantis, tahu!),” lantas dia tertawa pada mereka
Sim dan yang lainnya membalas tawaan Minho dengan keras
“Lekas makan.. beberapa dari kalian akan aku ikutkan pertemuan dengan Jendral Kwon sehabis ini,” kata Minho lagi
Mereka lalu menunduk hormat pada Takako dan Minho,”Baik, Daejang.. gambsahabnida”

Minho dan Jendral Kwon harus kembali ke kerajaan untuk mengurusi rencana penyerangan mereka pada Chang Yue sang perompak asal Han. Raja juga memimpin pertemuan itu. Tak diduga, Raja mengirimkan utusan ke rumah Minho pagi itu juga dan malah mengundang Takako untuk bisa bersama mereka, ikut rembug berpikir.
Takako sangat senang dengan pernghargaan Raja Jeong Seok itu, wajahnya ceria dan matanya berbinar-binar walau sambil masih makan pagi.
“Jadi... Yang Mulia Raja percaya padaku, Minho??,” katanya dengan mata berbinar pada Minho dan juga pada prajurit kerajaan yang ditugaskan Raja.
Minho mengangguk senyum padanya, “ Rencana untuk membahas seputar Chang Yue memang sengaja akan melibatkan mu dalam pemikiran ini,”
“Tapi.. apa nanti aku juga akan terlibat dalam pertempuran??,”
Minho menggeleng,”Aku tidak suka”
“kenapa?,”
“Karena aku harus melindungi kamu ...kalau misal nanti Yang Mulia Raja menginginkannya.. maaf.. aku akan menolaknya dengan keras,” jawab Minho dengan lembut
“uh... kamu menyebalkan!,” gerutu Takako, wajahnya langsung cemberut
Minho sama sekali tidak marah. Dia lalu berbicara pada prajurit itu untuk bersedia menunggunya sebentar supaya berangkat bersama ke istana. Prajurit itupun menunggu di luar ruangan.

“Bagaimana bisa aku biarkan kamu nanti melakukan hal yang membahayakan? Walau kamu seorang kunoichi sekalipun, aku tetap harus pegang janji ayahmu dan shogun mu,” kata Minho melihat wajah Takako dengan dalam
“Badanku sakit kalau tidak bertarung!,” gerutu Takako
“aku ngerti kok,” balas Minho lagi,”Tapi kalau kamu terluka.. apa aku tidak sedih??”
“kamu gak ngerti aku!,” dia langsung menggebrak meja dengan mangkuk nasinya lalu pergi meninggalkan Minho.
Minho hanya bergumam melihat kelakukan Takako yang masih manja. Dia lalu selesai makan dan pergi ke kamarnya.
“kalau kamu begitu terus.. nanti aku gak akan ajak kamu ke hanseong,” kata Minho, dia main masuk kamar dan duduk di kursi depan sebuah meja marmer, tempat biasa dia minum kalau hanya mau di kamar saja.
Takako cemberut membelakangi Minho,”aku bisa pergi sendiri.. memangnya takut?? Aku tinggal ajak Sim Hwang bersamaku”
Minho lalu berdiri dan akhirnya malah cuek,” ya sudah.. pergi saja sana dengan dia..tidak usah ikut pertemuan dengan Yang Mulia Raja”
Takako diam saja, masih cemberut dan membelakangi Minho
Minho lalu keluar ruangan dengan santainya.
“Menyebalkan!,” teriak Takako.

Minho jalan lagi menuju ruang depan rumahnya, bertemu dengan perngawal kerajaan, ingin pergi bersama.
“isteriku mungkin tidak bisa bergabung.. nanti aku katakan pada Yang Mulia... ayo kita pergi,” katanya pada pengawal
Pengawal berdiri dan menunduk hormat padanya.
Minho lalu pergi bersamanya dan juga dengan Sim Hwang dan beberapa bawahannya. Sampai di gerbang depan rumahnya, akhirnya Takako berteriak.
“Tunggu aku dong, Minho!,” dia berlari pada mereka.
Minho menoleh padanya, ternyata Takako malah sudah berdandan cantik dengan hanboknya.
Pengawal menoleh,”Isteri Jendral Lee manja sekali.. apa perempuan tsushima seperti dia semua?,” katanya dalam hati
“Aku ikut,” kata Takako pada Minho dan yang lain.
Minho hanya senyum saja, lalu menarik tangannya, menyuruh tukang kuda tempat dia bekerja menyiapkan kereta. Dia tidak ingin Takako naik kuda biasa.
“Kenapa Jendral Lee tidak menumpang di kereta saja?,” tanya pengawal itu.
“Aku harus bahagiakan isteriku, biar dia saja yang didalam.. Yang Mulia Raja ingin dia menikmati fasilitas kerajaan.. karena kita harus menjaganya,” jawab Minho kalem dengan senyum
Mereka mengendarai kudanya disamping kereta Takako berada di dalamnya.

Takako berasa bete diperjalanan dia sendirian saja didalam kereta kuda. Sementara dia mengintip ternyata mereka melewati sebuah sungai yang besar dan indah.
“Masaka.. kore wa hanseong kawa da,” katanya dengan semangat.
“heeehhh... utsukushi da neee,” lanjutnya dengan terkagum melihat besarnya sungai itu
Dia lalu melihat banyak orang berkumpul di dekat sungai seperti biasa melakukan aktivitas berlayar dan sebagainya. Dia membuka jendela kereta kudanya. Sementara dia lihat Minho asik bicara dengan pengawal raja.
“Minho.. aku mau turun sebentar,” katanya membuka jendela kereta
dekinai no.. mada tooku kyuuden kara dearu (tidak bisa..kita masih agak jauh dari kerajaan),” jawab Minho
“aah.. aku mau turun sebentar..,” balas Takako manja
“Berhenti!,” teriaknya pada sais.
Sais pun menghentikan kereta kuda.
Minho turun dari kudanya, lalu menghampiri Takako,”kita harus cepat.. kalau tidak.. aku tidak enak dengan Yang Mulia Raja,”
“aku ingin sebentar disini.. indah sekali..,” cemberut Takako.
“waktu kita sempit.. Yang Mulia Raja pasti sudah menunggu,” jawab Minho.
Takako malah turun dari kereta kudanya lalu keluar,”aku mau sebentar disini saja,”
“manja sekali,” gerutu hatinya Minho, dia kesal dengan tingkah Takako tapi mesti dia tahan-tahan.
“Masuklah.. nanti kita terlambat,” suara Minho berubah jadi tegas.
Takako benar-benar cemberut, dia kesal Minho tidak menuruti keinginannya. Dia pun lalu membuka pintu kereta kudanya lagi...

Tetapi...
“AWAS JENDRAL LEE!!,” Pengawal kerajaan teriak. Ada pisau terbang melesat ke antara Minho dan Takako.
Minho sekejap menghindar, dia menggeser badan Takako sehingga mereka hampir jatuh.
“SETTT!!!”, suara pisau terbang akhirnya menancap pada kereta kuda.
“KEJAR!,” teriak Sim Hwang pada dua temannya yang juga bersama Minho.
“Tunggu disini!,”kata Minho pada Takako
“Tapi..,”jawab Takako. Sebelum selesai, Minho lalu berlari kencang, menyusul Sim Hwang dan dua orang pengawal bawahannya mengejar orang yang menutup wajahnya, yang tadi melempar pisau.
Takako melihat pisau yang bersarang di pintu kereta kuda.
Masaka.. kore wa doku (ini beracun),” katanya kaget
Manjiji masibsio! (Jangan sentuh),” katanya lagi setengah teriak pada sais yang ingin mencabut pisau itu
Geu kal-eun... yudog (pisau ini beracun),” katanya lagi. Dia lalu mengeluarkan sapu tangan dan baru mencabut pisau itu.
Pengawal yang bersamanya tetap bersiaga, takut Takako diserang.

Sementara Minho dan para bawahannya mengejar orang dengan topeng yang tadi melempar pisau. Sampai dipinggiran sebuah hutan kecil, lelaki itu sangat sigap berlari diantara pepohonan. Sim Hwang larinya sangat cepat dan melempar pisau kecilnya... tetapi tidak kena..
“seettt!!,” orang bertopeng itu mengelak dengan cepat serangan pisau Sim Hwang.
“Tangkap!,” teriak Minho kencang
Lelaki itu lalu malah mengambil pisau yang tadi dilempar Sim Hwang dan dilemparkan kembali ke Sim.
Sim Hwang mengelak dengan cepat dan pisau menancap pada kayu pohon
Orang bertopeng itu hanya tertawa terbahak-bahak dengan bahasa yang tidak dimengerti Minho, sepertinya bahasa manchuria.
“sia-lan! (shit),” teriak Sim Hwang.
Minho langsung menghampiri Sim Hwang dan dua pengawalnya,”siapa lelaki itu? apa yang dia katakan??”
“Dia akan membunuh isteri mu, Jendral.. yang tadi... itu bahasa manchuria,” jawab Sim Hwang sambil memasukkan pisau kecilnya pada sebuah kantung.
“apa?? Dari mana dia tahu tentang isteriku??,” tanya Minho heran.
“Tidak tahu, Jendral.. tapi itu yang dia katakan tadi,” ujar Sim Hwang
Minho jadi berfikir, kenapa bisa kok Takako diincar seseorang dengan bahasa yang berbeda? Ada hubungan apa antara manchuria dengan ilbon (jepang)??
Mereka lalu kembali ke tempat yang tadi, masih di sisi sungai.

“siapa lelaki itu?,” tanya Takako pada Minho.
Minho menyuruhnya kembali masuk ke kereta, tidak bicara
“pisaunya.. beracun,” kata Takako lagi
“benar, Jendral..,” kata Sais kuda, membenarkan perkataan Takako
“orang itu.. berniat membunuhmu,” jawab Minho
Takako hanya berujar,”Oh,” saja. Lalu Minho memintanya masuk kembali ke dalam kereta kuda dan mereka harus meneruskan perjalanannya
Diperjalanan yang tidak begitu jauh itu, Minho masih berfikir.

Ketika sudah sampai di kompleks kerajaan, mereka langsung bertemu Raja Jeong Seok..
“Maafkan kami jika terlambat, Yang Mulia Raja, sebab ada sedikit hambatan di jalan,” kata Minho menunduk hormat pada Raja, lalu disusul dengan yang lain, termasuk Takako. Jendral Kwon sudah datang terlebih dulu.
Mereka memulai pertemuan..
“Yang aku pikirkan sebenarnya bukan Chang Yue... tapi manchuria,” kata Jeong Seok
“Manchuria??,” tanya Takako. Jeong Seok mengangguk
“Kami baru saja menemukan seseorang bertopeng dengan bahasa manchuria,” kata Minho
“benar, Yang Mulia... orang itu menginginkan Isteri Jendral Lee mati,” kata Sim Hwang buka suaranya sambil menunduk hormat
“Tapi..andai begitu..apa hubungannya? Ilbon tetap Ilbon.. manchuria tetap manchuria,” kata Kwon
“kita harus mencari tahu.. hubungan ini.. aku tidak yakin Nippon akan bekerjasama dengan manchuria.. ini seperti cerita lalu.. ketika mongolia ingin menguasai kami,” kata Takako, membuka suaranya
“maksudmu.. menjadikanmu sebagai alat??,” tanya Jeong Seok
Takako mengangguk,”Tapi..aku belum ingin mengambil kesimpulan.. kita harus berhati-hati”
“Sim Hwang.. dapat dijadikan mata-mata untuk ini,” kata Minho
“dia bisa mengusai bahasa manchuria.. aku bisa tugaskan untuk ke perbatasan wilayah”, lanjutnya lagi
“apa tidak terlalu dini??,” tanya Kwon,”bisa saja.. mereka sebenarnya dekat”
Takako jadi berfikir: apa maunya manchuria padanya? Ada hubungan apa antara manchuria dengan Nippon?? Apa mereka akan tetap menjadikan Joseon sebagai tameng bagi menguasai Nippon..seperti sejarah dua ratus tahun yang lalu ketika mongol bernafsu menguasai wilayah leluhurnya??

“apa hubungannya antara ilbon dan manchuria?? Tidak mungkin manchuria bernafsu menguasai ilbon.. terlalu jauh? Apa kita akan diadu domba oleh manchuria.. lalu mereka akan menguasai tanah Joseon ini??,” tanya Raja Jeong Seok
“itu yang hamba khawatirkan, Yang Mulia Raja,” balas Minho
“Wilayah kekuasaan manchuria semakin meluas.. Jurchen sudah menjadi bagiannya setelah sebelumnya berdiri sendiri sebagai Jurchen,”
Jeong Seok bergumam, lalu,”Sim Hwang akan ku perintahkan pergi ke Jillin untuk mengawasi semua keadaan, lalu juga suruh salah seorang anak buahmu, Jendral Kwon, untuk menjadi perantara mata-mata antara Sim Hwang dan kalian... sebab jarak Jillin dan Hanyang terlalu jauh, kita perlu beberapa mata-mata antar daerah,”
Minho dan yang lainnya menunduk hormat,”Baik, Yang Mulia!”
“Jika dalam waktu cepat kita sudah bisa mendapatkan infomasi yang mencurigakan, apalagi jika ada pengkhianat disini.. maka semuanya harus diselesaikan segera... ,” kata Jeong Seok lagi
“Baik!,” jawab Minho dan yang lainnya, menunduk hormat lagi
“Kalau begitu..lebih baik aku juga membuat surat untuk shogun Ashikaga dan ayahku sendiri,” ujar Takako.
“akan lebih baik begitu, Takako Gongju.. aku juga akan mengirimkan surat kepada Shogun Ashikaga tentang sikap manchuria yang sudah mulai aneh.. aku tidak ingin wilayahku menjadi ajang adu domba,” kata Jeong Seok
Takako menunduk hormat pada Raja Joseon itu,”Kami menunggu.. sebab dengan peristiwa ini.. rasanya mengagetkanku”
“Segera, Sim Hwang akan kami perintahkan esok langsung menuju perbatasan, Yang Mulia Raja.. ,” ujar Minho
Jeong Seok mengangguk menyetujui,” Untuk Chang Yue.. aku akan memikirkan nanti saja.. kedaulatan darat masih aku lebih pentingkan.. “
“Baik.. siap, laksanakan,” kata Minho dan Kwon, serta semuanya menunduk hormat.

Minho dan yang lainnya lalu keluar segera setelah mereka selesai pertemuan dengan Raja, dia bicara sejenak dengan Sim Hwang dengan menumpang duduk di depan barak prajurit utama kerajaan, juga bersama dengan Jendral Kwon. Sementara ternyata Takako dipanggil oleh Ratu.
“Tidak habis pikir kalau nanti kita terpaksa berperang dengan manchuria...sementara banyak rakyat joseon disana,” kata Kwon membuka pembicaraan.
“Kalau mereka tidak macam-macam.. kita juga tidak akan lakukan hal yang sama,” senyum Minho, kalem.
“Yang Mulia Raja hanya ingin kita mematai-matai saja.. jadi aku pinjam juga beberapa mata-mata mu.. untuk penyampai Sim,” lanjutnya lagi
Kwon lalu membuka peta jalur antara Jurchen sampai Hanyang.
“Sim Hwang.. kamu tetap di Jillin.. kamu akan aku berikan uang, menyamar sebagai pedagang,” kata Minho
“siap, Jendral,” jawab Sim Hwang
“Lalu Jendral Kwon...ini ada beberapa kota yang bisa menaruh mata-mata mu ...jangan sampai mereka terlalu lelah ketika bekerja.. ini ada Nangnang, lalu sariwon..dan.. ,”
“Maaf Jendral Lee..lebih baik kita bagi seperti ini saja, satu di sini.. satu disini.. dan disini.. setiap kota yang aku tunjuk ada 2 mata-mata.. jadi Sim Hwang bekerjasama dengan seorang bawahanku, kemudian enam orang bawahanku akan ada ditiap kota yang kita tunjuk ini.. sampai dengan Hanyang,” jawab Kwon memotong pembicaraan Minho
“Ya, baik.. aku setuju,” senyum Minho.
Mereka lalu memutuskan siapa saja yang pergi lalu Kwon kembali ke Raja Jeong Seok dan kembali lagi ke baraknya ketika keputusan itu sudah disetujui Raja.

Sementara Takako masih tetap bersama Ratu.. Mereka duduk di taman kerajaan sambil minum teh dan kue..
“Bagaimana persiapan pernikahanmu, Takako Gongju?? Apa ada masalah??,” senyum Sang Ratu dengan wajah lembutnya
“Tidak ada..tapi bagiku membosankan.. Minho tidak mengajakku jalan-jalan,” keluh Takako menjawab dengan wajah cemberut
Ratu Seon malah jadi tertawa kecil,”Aku saja ingin sekali ke sana.. tapi tidak bisa tanpa Yang Mulia Raja, hihihi”
“Heeehhh?? Benar itu?? Ih.. enggak enak sekali deh!,” jawab Takako sambil berdiri.
“Aku waktu di Inuhara tidak begini.. aku bebas kemana saja aku suka..,” lanjutnya lagi
“Tapi.. pasti Jendral Lee akan ajak Anda jalan-jalan.. jangan khawatir.. para Jendral muda memang selalu sibuk,” balas Seon dengan senyumnya lagi
“Sibuk membosankan.. kadang aku jadi suka mengobrol saja dengan Han Hye.. pembantunya itu.. untung dia baik dan mau bicara padaku walau sibuk sekali..sementara pembantu yang lain sedikit bicara“, keluh Takako,”sementara Minho malah asik dengan para prajuritnya di barak, uhhh”
“Jendral Lee memang orang yang bertanggung-jawab.. dia tidak akan bisa diam kalau pekerjaan belum selesai,” ujar Seon, berdiri juga disamping Takako.
“Tapi.. Anda tidak kecewa kan.. ketika dinikahkan dengan Jendral kami??,”
Takako diam sejenak,”Awalnya aku menolak.. aku benci Minho”
Seon senyum dengan perkataan itu,”Aku pun awalnya tidak mengenal Yang Mulia Raja... tapi aku mencoba menerima”
“Itu kan karena Ratu sudah tahu kalau dia Raja, walau belum pernah bertemu.. aku sama sekali tidak begitu,” cemberut Takako
Seon hanya senyum saja mendengar curhatan Takako bagaimana dia kesal dengan Minho, berusaha meracuninya, bertarung dengannya, tapi Minho tetap saja sabar dengannya.

“Jendral Lee lelaki yang baik,” senyum Seon
“Ya.. dan sekarang.. aku jadi takut kalau kehilangan Minho.. kekasihnya yang lalu cantik sekali,” ujar Takako. Ekspresi wajahnya berubah jadi serius sekali.
“Kalau Jendral Lee lelaki setia, dia tidak akan berpaling.. dia akan berusaha tetap mencintai Takako Gongju,” senyum Seon
“Aku takut Minho memiliki selir, hahhhh,” Takako mendesah, mengeluh
Seon tertawa kecil lagi,”Hal itu kan belum terjadi.. jangan dipikirkan terlalu jauh.. iya kan??”
“Aku bukan orang sini.. apa Yang Mulia Ratu tahu.. kalau hari ini.. aku diincar ingin dibunuh ketika mau pergi ke sini??,”
Seon agak kaget dengan perkataan Takako baru saja,”benarkah?? Berbahaya sekali kalau begitu.. apa Jendral Lee tahu??”
Takako mengangguk,”Ya.. Tapi Minho tidak mengerti bahasa manchuria... Sim Hwang yang berbicara itu”
“ah.. Sim Hwang.. dia memang keturunan manchuria.. Jendral Lee pintar memilihnya sebagai mata-mata,” ujar Seon
“wah.. aku belum tahu kalau Sim Hwang setengah manchuria! Pantas dia pandai sekali bahasa itu.. tadi Minho, dia dan pengawal kerajaan mengejar orang itu.. tapi sepertinya dia mirip seorang ninja yang lihai,” ujar Takako serius
“Mungkin karena aku belum tahu ilmu mata-mata manchuria.. aku hanya tahu manchuria memang ada ilmu beladirinya.. seperti yang dimiliki para bhiksu mereka,”
“Tapi...kenapa aku jadi sasaran mereka?? Dan darimana mereka tahu.. kalau aku ada disini??,”

Seon menjawab kalau bisa saja hal itu sudah terdengar sebelum kedatangan Takako kesini. Joseon semakin maju, semakin banyak yang ingin negeri itu. sejarah beberapa ratus tahun yang lalu sudah membuktikannya dan sebenarnya Joseon sudah cukup kuat untuk menahan serangan negeri lain jika memang mennginginkan negeri itu.
“Kenapa manchuria??,” tanya Takako pada Seon
“Aku sendiri bukan asli orang Joseon.. aku juga masih memiliki darah manchuria,” senyum Seon
“hah?,” Takako kaget lebay, dia memang tidak menyangka kalau Seon juga berdarah manchuria
“Tapi selamanya, karena darahku sudah terikat dengan Joseon.. maka aku tetap mencintai Joseon,” masih kata Seon
“Ya.. darahku juga terikat dengan Joseon.. ayahku menginginkannya begitu,” balas Takako.
“Apa kamu ada penyesalan?,” tanya Seon tiba-tiba
Takako malah menggaruk kepalanya, seperti salah tingkah,”Ah, hahaha! Mana bisa aku punya perasaan menyesal begini?? Shogun yang menginginkannya... aku tidak bisa mengelak”
Seon malah senyum lagi,”begitulah... terkadang kita tidak punya pilihan.. mungkin perempuan lain melihatnya, kita beruntung.. tetapi tidak juga.. aku menyikapinya biasa saja.. tentu sebagai isteri harus mentaati suami..”
Takako mengangguk,”Un.. iya.. begitulah.. walau..aku merasa.. ini terlalu cepat dan menyebalkan”
“Tapi.. kamu tahu tidak?? Jendral Lee memujimu sebagai isterinya,” senyum Seon
Takako kaget, dia tidak menyangka Minho seperti itu,”Hieeehh... masak sih?? Dia bilang apa??”
“Ya.. Jendral Lee bilang.. kamu wanita yang baik walau memang sedikit manja, hehe,” tawa Seon,”Tetapi sepertinya dia tidak punya masalah denganmu”
Takako duduk dan malah cemberut,”Bukan begitu.. Minho itu terlalu sibuk.. dia pikirkan terus pekerjaannya.. tidak pikirkan aku.. kemarin aku kangen sekali masakan daerah tsushima.. Han Hye tidak bisa buatkan.. Minho tidak memarahinya, malah menasehati ku, kalau tidak ada.. yang ada saja dimakan”
“Dia memang Jendral yang sederhana.. padahal asalnya dari keluarga kaya.. Mungkin esok, kedua orangtuanya datang dari Namyang,” balas Seon
“Mertuaku??,” tanya Takako kaget
Seon mengangguk,”Ya.. mertuamu, Takako Gongju.. mereka juga sepasang suami-isteri yang baik.. hanya saja, Tuan Lee memang berwatak keras.. maklum saja.. dia juga sama-sama Jendral.. tapi menjadi kepala daerah di Namyang.. Yang Mulia Raja yang menginginkannya”
“Apa mertua perempuanku cerewet?? Aku benci orang cerewet, huh,” kata Takako
Seon malah jadi tertawa cukup keras,” Kamu ini terlalu terbuka ya, Takako Gongju.. tapi aku senang bisa berteman dengan mu.. walau pada awalnya.. kamu kan orang asing bagi kami”
“Ah, hehe.. Minho bilang aku tidak sopan, ah..,” balas Takako dengan cengengesan

Takako lalu bertanya dimana itu Namyang, dia memang belum pernah tahu daerah manapun di negeri ini, pengetahuan jalan-jalannya masih sangat sedikit. Seon menjawab kalau Namyang cukup jauh dari Hanseong tetapi pernah menjadi pusat kerajaan ketika masih menjadi GuGoryeo serta Goryeo.
“ah.. pasti itu juga kota yang besar,” kata Takako. Seon mengangguk.
Mereka lalu bicara soal persiapan pernikahan ulang antara Minho dan Takako.
“Minho sepertinya biasa saja.. atau..dia sama sekali tidak memikirkannya??,” tanya Takako heran
“Yang Mulia Raja memang tidak ingin Jendral Lee memikirkan hal ini.. Beliau sudah memerintahkan banyak orang untuk membantu kalian.. Jadi.. jangan dahulu pergi kemana-mana, Puteri Takako..sebaiknya.. Aku sudah meminta Jendral Lee untuk menahanmu disini,” senyum Seon
“Heehhh? Lalu.. Minho mau kemana??,”
“Jendral Lee mu itu..tinggal juga disini.. kalian harus bisa merawat diri dalam 3 hari ke depan.. semua pembantu kami siap membantu,” jawab Seon dengan ramah
“ah... aku jadi tidak enak hati dengan kalian.. kenapa sih.. kalian baik sekali padaku?? hehe,” Takako mulai lagi, dia dengan santainya menepuk-nepuk pundak Ratu Seon.
Seon bukannya marah tapi malah senyum dan lalu tertawa keras
“Ah.. aku belum pernah tertawa sampai sekeras ini.. sepertinya memang Takako Gongju begitu menghiburku.. kalau aku bilang pada Yang Mulia Raja.. apa beliau ijinkan ya.. Jendral Lee dan Puteri Takako tinggal saja di kompleks istana??,”

Belum selesai Seon bicara, Minho datang dihadapan mereka. Dia menunduk hormat pada Ratu Seon dan meminta kembali Takako untuk pamit.
“Aku diperintahkan Yang Mulia Raja agar kalian tetap disini,” kata Seon
Oh.. mian habnida.. ,” kata Minho sambil menunduk hormat
“Yang Mulia Raja memintanya.. supaya beliau juga bisa memberikan kebahagiaannya karena pernikahan kalian,” senyum Seon
Hananim gambsahabnida.. Daedanhi gamsahabnida.. saya juga bahagia Yang Mulia Raja sangat peduli dengan kami,” jawab Minho dengan bahasa sopan dan menunduk hormat lebih dalam.
“Jadi.. tinggallah dulu disini sampai hari pernikahan tiba,” senyum Seon
“Baik, Yang Mulia Ratu,” jawab Minho
Mereka berjalan keluar taman istimewa khusus Raja dan Ratu..
“Mereka ingin kita tinggal disini.. aku harus katakan pada Sim Hwang dan juga Nam Ki supaya mereka tetap bertugas seperti tadi yang sudah aku bicarakan pada Jendral Kwon”, kata Minho dilorong kerajaan. Takako mengangguk saja.
Dia lalu mencari Sim dan Nam Ki yang sudah berdiri di samping gerbang istana, bicara dengan mereka berdua. Lantas tak berapa lama, keduanya pergi keluar dari istana.

“Apa memang peraturannya harus tinggal disini.. karena kamu Jendral?,” tanya Takako. Minho membawanya berkuda, berdua saja satu kuda, memenuhi janjinya sehabis dari penjahit Yeon. Mereka santai berkuda, pergi ke pinggiran sungai Hanseong.
“Ya.. Yang Mulia Raja menginginkannya sebagai hadiah untukku karena aku dan juga Jendral Park sudah berhasil mengamankan Jeju dan Tsushima,” senyum Minho, masih tatapannya lurus melihat jalan yang sudah mulai sepi sore itu, mencari jalan untuk ke pinggiran sungai.
Tangan satu Minho memeluk pinggang Takako yang duduk di depannya.
“Aku pikir.. kamu seorang Jendral yang cuek,” senyum Takako pada Minho.
Dibilang begitu, Minho baru melihat wajahnya, menunduk sedikit,”ah... hehe.. kamu dengar dari siapa tentangku??”
“Yang Mulia Ratu,” balas Takako cepat
“oh,” jawab Minho,”sama saja.. aku sama dengan Jendral-jendral muda yang lain.. biasa saja,” jawab Minho santai.
Takako malah mengelus pipi Minho. Mereka lalu sampai di pinggiran sungai. Minho turun terlebih dahulu dan menambatkan kudanya, barulah dia memegang tangan Takako agar turun.

“Tolong antarkan kami keliling sungai ini,” kata Minho pada seorang pemilik perahu
“Baik,” jawab pemilik perahu wisata itu
Takako senang sekali akhirnya keinginannya tercapai juga, dia langsung melompat ke perahu/sampan kecil itu, Minho langsung menangkap tubuhnya.
“hey.. hati-hati jatuh!,” senyum Minho
Perahu lalu melaju pelan-pelan sambil melihat keindahan pinggiran sungai yang sudah mulai sore itu. Matahari memang masih bersinar, tetapi cahaya nya sudah mulai berubah dan merubah langit menjadi merah jingga.
Dalam perjalanan bolak-balik itu, Minho sering senyum melihat wajah Takako yang ceria, mencoba berbicara pada tukang perahu sewaan itu.
“Paman perahu itu capek.. nanti dia tidak bisa konsentrasi mengayuh,” senyum Minho pada Takako dalam bahasa negeri Takako.
“Ilbon-eo??,” tanya tukang perahu pada Minho, bertanya apa Takako orang jepang.
Ye, samchon,” jawab Minho santai mengiyakan. Takako bersandar dipundak Minho, sementara Minho memeluk pinggangnya.
Aigoo.. geulaseo.. dangsin-eun hangug-eo haehyeob-eseowa ilbon-eo haejeog igil li daejang-inga?? (apa.. ini jendral Lee yang kemarin berhasil menaklukkan para perompak di semenanjung korea??),” tanya tukang perahu itu
sasil ingayo?? (benar gak??),”
Minho mengangguk senyum saja.
Tukang perahu senang,”Wah.. perahu ku dinaiki Jendral Lee! Aku senang dan bangga!”
Minho malah tertawa,”Aku akan bayar lebih, paman.. sebab yang kamu naiki ini bukan sembarang perempuan.. dia anak seorang gubernur di Tsushima”
“whoa.. dangsin-ui anae??,” tanya tukang perahu
Ye.. naega Lee daejang-ui anae,” jawab Takako dengan senyum semangat
Minho hanya tertawa.
Takako menaruh kepalanya di pundak Minho, menikmati sore yang indah, melihat-lihat pemandangan sungai. Minho sibuk mengelus rambutnya yang panjang
Otoosan.. atashi wa ima, minho no soba ni iru ga, shiawase desu (Ayah.. sekarang aku bahagia disamping Minho),” kata hatinya Takako, menerawang jauh sambil tetap kepalanya bersandar pada bahu Minho.
Sepanjang diatas perahu, Minho terus membelai rambut Takako yang panjang dan halus. Pikirannya langsung ke kedua orangtuanya yang rencananya besok akan tiba di Hanyang.
“Appa.. Eomma esok pagi kemungkinan sudah datang.. semoga mereka bisa menerima Takako.. apalagi, perempuan ini titipan yang berat untukku.. sementara, aku masih berfikir.. apa yang sebenarnya terjadi hari ini.. kenapa ada seorang manchuria mengincar untuk membunuhnya??”, kata hatinya Minho..

Turun dari sampan, Minho mengajaknya makan disebuah rumah makan pinggiran sungai. Minho banyak senyum hari itu.
“eh.. kenapa senyum terus padaku?? Dapat uang banyak? Hihihi,” tanya Takako, iseng padanya
Minho tertawa lebar,”tugas ku ringan hari ini.. jadi aku bisa bersama mu sampai malam lagi”
“Minho memang sibuk sekali.. dan aku lagi-lagi hanya bisa bicara dengan Han Hye,” keluh Takako sambil makan
“Hari ini.. aku tidak sibuk.. iya kan?? Aku dapat hadiah uang dari Yang Mulia Raja.. itu sebabnya, aku belikan kamu baju banyak,” senyum Minho
“Tapi kenapa baju mu biasa saja??,” tanya Takako padanya. Dia memang melihat baju Minho seperti hanya dari serat kapas yang sederhana, berwarna biru tua yang kesannya malah sedikit kusut, dengan tutup kepala yang menyatu dengan jubahnya.
Minho hanya tertawa kecil mendengar perkataan Takako, lalu dia menjawab,”Aku sebenarnya berasal dari keluarga Jendral yang kaya.. tetapi Appa ku tidak mengajarkan aku untuk bermewah-mewah.. beliau mengatakan,”emas itu bukan yang mulia tetapi perilaku mu yang memuliakanmu”, begitu katanya”
“Aku suka prinsip Appa mu kalau begitu,” lagi-lagi Takako menepuk-nepuk pundak Minho.
Kali ini, Minho tidak tersinggung atau marah padanya, dia malah senyum saja, lalu melanjutkan makannya.

“kenapa belum dimakan juga?? Ini masakan joseon kesukaanmu kan??,” tanya Minho, mangkuk daging sapi dengan minyak biji wijen dan sayuran masih belum disentuh Takako.
“ah.. aku senang melihat wajah Minho.. hehe,” jawab Takako masih menopang dagunya.
“Makan.. nanti kita harus lekas pulang.. ,” jawab Minho
“ya.. baik.. aku makan.. tetapi,” ujar Takako
“tetapi apa?,” Minho masih menunduk, menikmati makannya, tanpa melihat wajah Takako.
Takako memintanya menegakkan kepalanya.
“amm,” kata Takako pada Minho, menawarkan daging sapinya ke mulut Minho
“umm..mulutku masih penuh,” jawab Minho dengan suara campur aduk dengan nasi dan lauk yang masih dikunyahnya
“sebentar...,” lanjutnya lagi
“Ayo dong, Minho..,” kata Takako
“ya.. baik.. ,” jawab Minho datar.. sebenarnya dia malu sekali kalau isterinya manja padanya.
Minho lalu disuapi Takako. Perempuan itu cekikikan, tertawa bahagia. Minho mengunyah makanan sambil senyum, sampai matanya tidak terlihat dan pipinya terangkat.
“tadi.. sewaktu di atas sampan.. aku katakan pada ayahku dari jauh.. “ayah.. aku bahagia bisa berada di samping Minho”... ayah ku pasti mendengar,” kata Takako dengan senyum
Minho mengangguk, menghabiskan daging yang ada di mulutnya.
“ya.. sudah kewajibanku menjaga mu.. ,” senyumnya setelah makanan dimulutnya habis ditelan.

“Kalau begitu... emmmm,” Takako iseng pada Minho
“kalau begitu.. apa??,” Minho bingung
Takako lalu setengah berdiri di depan Minho.. dia nekat mencium pasangannya itu di restauran yang banyak pengunjungnya!
“Chu,” suara ciuman Takako pada Minho dengan lembut
Wajah Minho malah memerah, dia tidak menyangka pasangannya berani sekali di depan umum.
O naui hananim.. anaeneun.. yeogie kiseu hal su eobs-seubnida (o Tuhan.. isteriku.. kamu enggak boleh cium aku disini),” kata Minho dengan wajah antara malu dan tidak enak hati.
“Ki ni shinai yo.. atashi wa Minho o aishiteru kara.. soshite..koko ni, jibun o kissu shite yo (aku enggak peduli.. aku kan cinta Minho.. makanya aku kiss kamu disini saja),” balas Takako dengan cekikikan, baru dia memakan daging sapi pesanannya.
“aigoo... bagaimana kalau nanti ada yang kenal aku.. melihat tadi??,” bisik Minho, wajahnya masih memerah saking malunya
Beberapa orang yang sedang makan menoleh pada mereka, beberapa ternyata prajurit kerajaan yang waktu lowong mereka, makan disana.
“Itu pasti isteri Jendral Lee.. dengar bahasanya.. bukan bahasa kita,” bisik salahsatu prajurit itu
naaa.. maeu jeosoghan museun anae.. (isteri yang vulgar banget),” gosip prajurit yang lain
saelo dangsin-eun babo.. gyeolhon (mereka pengantin baru.. dasar bego),” kata prajurit yang lain, ikutan ngerumpi sambil menepak kepala prajurit yang tadi mengatakan kalau Takako terlalu vulgar

Salah seorang prajurit malah menghampiri Minho dan Takako..
“Lee daejang.. sedang disini??,” tanya dia dengan ramah,”aku Kim Joon”
Wajah Minho yang masih memerah malu berusaha disembunyikannya, tapi Takako malah ramah pada Kim Joon
“ayo gabung bersama kami!,” Takako berdiri dan melihat pakaian para prajurit kerajaan yang walau seperti pakaian biasa, dia lihat ternyata sama.. pakaian diluar dinas, tapi masih berseragam
Para prajurit langsung tertawa dan menyerbu meja Minho dan Takako.
Takako dengan cueknya menepuk-nepuk pundak salah satu prajurit,”Kalian makan sepuasnya.. Jendral Lee yang akan traktir!!”
“Asik!!,” kata seorang prajurit,”Pelayan.. Bir nya lagi!”
Minho masih agak malu, dia tahu, pasti para prajurit itu sudah melihatnya tadi dicium isterinya sendiri di depan umum.
“Lee Daejang.. mesra sekali tadi,” sindir Kim Joon
Minho hanya cengengesan,”ah, hehe.. budaya kita mungkin berbeda dengannya.. aku terpaksa mengikuti.. mian,”
“Tapi isteri Lee daejang sudah terkenal di istana.. “, kata yang lain
Prajurit yang lain mengangguk.
“sepertinya isteri Jendral berani sekali ya? Hahaha,” kata seorang prajurit yang lain
“begitulah.. dia seorang Ninja wanita.. ,” senyum Minho
“pasti berani juga dong kalau cuma mencium, hehehe,” canda yang lain
Minho malah jadi malu. Prajurit yang tadi mengatakan itu, kemudian disikut oleh prajurit lain dan dipiting lehernya.
“eeeh.. aku bisa mati nih!,”
“Kalian harus datang kalau pernikahan kami,” kata Takako dengan penuh semangat
“Pasti.. aku bersedia mengamankan suasana!,” kata Sun Hyuk
gambsahabnida.. kalian baik semuanya padaku,” kata Takako lagi, masih dengan penuh semangat
“Manseeeeee!!,” mereka mengangkat botol minuman sama-sama..tertawa-tawa juga bersama Takako. Mereka menghabiskan malam sambil makan dan minum bersama.

Minho dan Takako pulang malam itu tidak ke rumah Minho, tapi kerajaan meminjamkan mereka kamar yang besar dan mewah.
“Jangan pernah cium aku lagi di depan umum,” kata Minho dengan suara tegas
“biar,” jawab Takako cuek, dia melepas hanboknya, memakai baju putih, lalu membantu Minho melepas baju luarnya.
“kenapa??,” tanya Takako, heran ketika Minho hanya memandangnya.
Minho baru kemudian berani menciumnya. Takako malah tertawa.
“kenapa??,” Minho malah yang jadi heran
“Ternyata.. Minho pemalu, hahaha!,” Takako tertawa sangat keras sampai dia memegang perutnya saking kerasnya.
“Enggak ada ampun deh,” balas Minho. Dia lalu menarik tangan Takako dan menggendongnya ke tempat tidur. Takako malah tertawa-tawa walau Minho menciumnya.
“Minho.. nan dangsinwa hammke haengbog (aku bahagia denganmu),” senyum Takako padanya
Nado.. nan neomu haengbog haeyo..dangsin eun neomu aleumdawoyo,” Minho membalas dengan senyuman dan mencium kening isterinya itu
“Besok ayah dan ibu ku datang.. kamu harus bahagia dengan mereka, perlakukan mereka dengan baik,” kata Minho lagi
Takako mengangguk,”aku akan patuh pada orangtuamu.. aku janji”
gomawo..chu,” Minho mencium bibirnya dengan cepat, lalu senyum.
Tampaknya dia sudah benar-benar bisa melupakan Hee Kyung dan menerima Takako.. sebab ayahnya sebelumnya juga mengirimkan surat, kalau ada kecurigaan nya terhadap Geum, ayah dari Hee Kyung... Tapi Minho belum mau membahas serius menanggapi surat ayahnya itu, sebelum kedua orangtuanya datang esok..

Bersambung ke part 8....