Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukin ke hati.. kalau masih serius
juga.. tanggung sendiri deh..
“Hi Sim Hwang.. kalau dinegeriku.. kamu
adalah Ninja,” kata Takako bicara dengan wajah ceria pada Sim Hwang, prajurit
mata-mata bawahan Minho sejak kecil.
“wah.. Ninja itu seperti apa, Nyonya??,”
tanya Sim. Pagi itu, Takako meminta Sim berlatih dengannya di halaman rumah
besar nya Minho, hadiah dari Raja.
“aku pun Ninja.. tapi kalau perempuan,
namanya kunoichi.. tugas ku juga
sebagai mata-mata... jadi, ketika kamu berlari cepat dan bisa cepat mengambil
keputusan.. aku yakin.. kamu setaraf dengan Shuntarou... Ninja dari negeri ku,”
senyum Takako pada Sim
“Nanti aku ajarkan tehnik bertarung Ninja
ala negeriku,” katanya lagi, menepuk-nepuk pundak Sim
Sim menunduk hormat padanya,”Gambsahabnida, Nyonya.. Tuan Lee
beruntung mempunyai isteri seperti Anda”
Takako malah tertawa keras, seperti tawa
seorang lelaki,”Hahahaha! Ih.. aku sebal dengan Minho!”
“kenapa??,” tanya Sim
Minho sebenarnya sudah datang, dia
menyuruh dengan kode kalau Sim sebaiknya diam saja dengan kedatangannya. Takako
tidak tahu kalau Minho dibelakangnya.
“Minho itu..apa banyak wanita disini yang
suka padanya?,”
Sim Hwang bingung menjawabnya, dia diam.
Tapi Minho bicara padanya tanpa suara,”jawab saja”
“ya.. begitulah, Nyonya,” Sim menggaruk
kepalanya
“kok kamu bingung?? Memang Minho pernah
punya berapa kekasih??,” tanya Takako, masih tidak perhatian kalau Minho
dibelakangnya
Sim ragu menjawab, tapi Minho menunjukkan
angka dua.
“eh.. eh.. dua orang, Nyonya.. Tapi Lee
Daejang itu selalu sibuk..,” jawab Sim masih menggaruk kepalanya, bingung
dengan jawabannya sendiri
“Jadi.. aku yang ketiga dong??,” wajah
Takako mendadak lemas
“Tapi.. Minho baik kan ya??,”
Sim mengangguk,”Iya.. Nyonya tidak perlu
khawatir”
“Lalu..apa Minho pernah kasar dengan
kalian??”
Sim menggeleng saja.
“Apa Minho pernah suruh kalian
macam-macam??”
Sim menggeleng lagi
“Minho.. tidak genit dengan perempuan kan??,”
Sim mengangguk.
“Aku masih khawatir.. Minho tidak cinta
aku .. karena aku hanya isteri pertukaran politik saja,” kata Takako lemas lagi
“Nyonya tidak perlu khawatir.. daridulu,
Lee Daejang bekerja di kerajaan juga sangat baik.. ,” jawab Sim
Minho senyum dengan kekhawatiran Takako.
Mungkin karena dia jauh dan berada di negeri orang, dia jadi khawatir sendiri.
“Iya.. Nyonya Lee memang tidak perlu
khawatir,” jawab Minho dari belakang
Takako langsung menoleh, Sim buru-buru
menunduk hormat pada Minho,”mian habnida,
Daejang”
“gwaenchanh-a..
,” jawab Minho dengan senyum
Takako langsung mau kabur, tapi Minho
langsung cepat menangkap tangannya.
“dangsin-eun
jeo meollieseo silhaenghaneun gyeong-u .. geu uimi.. dangsin-eul nal salanghaji
anh-a (kalau kamu kabur dari ku.. berarti kamu tidak cinta aku),”
“Ani..
naneun meolli silhaengdoeji anhseubnida.. Minho salanghabnida (tidak.. aku
tidak lari darimu.. aku cinta kamu, Minho),” jawab Takako dengan bahasa
terbata-bata dan gugup
Sim lalu lekas permisi dan meninggalkan
mereka, menaruh lagi senjatanya di tempat khusus dan pergi dari situ,
meninggalkan Minho dan Takako berdua saja.
“wae
geuleohge dangsin-ege nae salang geogjepngdoenda?? (kenapa kamu khawatir
tentang cintaku padamu),” tanya Minho dengan suara pelan dan lembut
“naneun
gwihaui gugga-eseoibnida... naega baesin dulyeowo (aku ada di negerimu..aku
takut dikhianati)”, jawab Takako, matanya sedih
Minho malah memeluknya pagi itu dengan
senyum,” Takut aku jatuh cinta lagi dengan Hee Kyung? Aku sudah bilang dari kemarin-kemarin..
kalau aku sudah putuskan tidak lagi cinta dengannya.. apapun alasannya.. aku
harus menjaga kamu.. aku bukan orang yang melanggar janji.. Janji ku denganmu
kan juga janji dengan kerajaan,”
Takako diam saja dipeluk Minho. Dia masih
ingat kejadian 2 hari lalu ketika Minho memeluk Hee Kyung untuk menyelesaikan
masalah cinta mereka.
“Hee Kyung.. tidak mencarimu lagi kan??,”
Minho mengangguk,”Tidak... memang kenapa??
Lagipula.. aku tidak ada urusan lagi dengannya.. urusanku dengan Kerajaan dan
kamu saja”, senyum Minho, malah membelai lembut kepala Takako.
“Kapan mau membawa ku ke sungai
Hanseong??,”
Minho tertawa kecil,”Oh.. maaf.. aku belum
bisa.. hari ini aku harus pertemuan dengan Jendral Kwon soal Chang Yue itu”
Takako cemberut, dia melepas pelukan Minho
darinya,”Sibuk terus deh!”, katanya dengan suara manja
“hai.. tentang Chang Yue ini kan juga..
ada ide mu di dalamnya,” balas Minho sabar
“Lalu.. kapan aku bisa jalan-jalan
denganmu?? Kemarin kamu sibuk pertemuan dengan para kepala daerah,” cemberut
Takako
Minho malah balas cemberutnya dengan
senyum,”Kehidupan ku memang begini.. aku harus mengabdi pada kerajaan”
“Tapi lupa denganku,” balas Takako judes
“Ya.. aku minta maaf.. lagipula.. hari ini
Raja ingin bertemu denganku soal persiapan pernikahan kita,” jawab Minho
“dan.. rencananya.. Ratu juga akan
memanggilmu,”
“Lalu.. sore.. kita pergi ke penjahit Yeon
itu.. bagaimana?? Jangan marah ya?,”
Takako masih diam dan cemberut. Minho jadi
diam di depannya.
Tak berapa lama,”Baiklah”
Minho senyum,” Waktunya makan pagi.. Han
Hye sudah siapkan makanan buat kita”
“Aku bisa kan.. berteman dengan Han Hye
itu?? tampaknya dia perempuan sibuk sekali.. setiap waktu di dapur dan
beres-beres rumah ini”
“Han Hye memang perempuan giat.. itu sebab
aku ambil dia.. kamu bisa jadi sahabatnya,” balas Minho
“Gomawo, Minho,” wajah Takako jadi ceria lagi dan
dia nekat mencium Minho
“chu,” suara ciuman Takako untuknya. Minho
hanya cengengesan saja. Dia tahu, Sim dan beberapa anak buahnya mengintip
mereka bermesraan dari balik pintu ruangan barak para prajurit bawahan Minho di
rumah besar itu.
Minho melepaskan Takako, lalu mengambil
kerikil dan menyentilnya sampai kerikil itu ke depan pintu barak, mengeluarkan
suara “pluk!” pada permukaan pintu
“Ayo.. kalian mengintipku kan?? Hahaha!,”
Takako heran,”Heeeeh??”, dia sama sekali
tidak merasa mereka diintip
Sim dan Myung keluar dari pintu barak,
diikuti beberapa dari mereka, cengengesan tertawa, kegep ketahuan mengintip.
“Hahahaha.. Mian haeyo, Daejang.. hajiman dangsin-eun neomu lomaentig geunyeoui
(maaf, Jendral.. tapi jendral memang romantis dengannya),” balas Sim
“naneun
nangmanjeog in salam.. dangsin-eun algoissida! (aku ini cowok romantis,
tahu!),” lantas dia tertawa pada mereka
Sim dan yang lainnya membalas tawaan Minho
dengan keras
“Lekas makan.. beberapa dari kalian akan
aku ikutkan pertemuan dengan Jendral Kwon sehabis ini,” kata Minho lagi
Mereka lalu menunduk hormat pada Takako
dan Minho,”Baik, Daejang.. gambsahabnida”
Minho dan Jendral Kwon harus kembali ke
kerajaan untuk mengurusi rencana penyerangan mereka pada Chang Yue sang
perompak asal Han. Raja juga memimpin pertemuan itu. Tak diduga, Raja
mengirimkan utusan ke rumah Minho pagi itu juga dan malah mengundang Takako
untuk bisa bersama mereka, ikut rembug berpikir.
Takako sangat senang dengan pernghargaan
Raja Jeong Seok itu, wajahnya ceria dan matanya berbinar-binar walau sambil
masih makan pagi.
“Jadi... Yang Mulia Raja percaya padaku,
Minho??,” katanya dengan mata berbinar pada Minho dan juga pada prajurit kerajaan
yang ditugaskan Raja.
Minho mengangguk senyum padanya, “ Rencana
untuk membahas seputar Chang Yue memang sengaja akan melibatkan mu dalam
pemikiran ini,”
“Tapi.. apa nanti aku juga akan terlibat
dalam pertempuran??,”
Minho menggeleng,”Aku tidak suka”
“kenapa?,”
“Karena aku harus melindungi kamu ...kalau
misal nanti Yang Mulia Raja menginginkannya.. maaf.. aku akan menolaknya dengan
keras,” jawab Minho dengan lembut
“uh... kamu menyebalkan!,” gerutu Takako,
wajahnya langsung cemberut
Minho sama sekali tidak marah. Dia lalu
berbicara pada prajurit itu untuk bersedia menunggunya sebentar supaya
berangkat bersama ke istana. Prajurit itupun menunggu di luar ruangan.
“Bagaimana bisa aku biarkan kamu nanti
melakukan hal yang membahayakan? Walau kamu seorang kunoichi sekalipun, aku
tetap harus pegang janji ayahmu dan shogun mu,” kata Minho melihat wajah Takako
dengan dalam
“Badanku sakit kalau tidak bertarung!,”
gerutu Takako
“aku ngerti kok,” balas Minho lagi,”Tapi
kalau kamu terluka.. apa aku tidak sedih??”
“kamu gak ngerti aku!,” dia langsung
menggebrak meja dengan mangkuk nasinya lalu pergi meninggalkan Minho.
Minho hanya bergumam melihat kelakukan
Takako yang masih manja. Dia lalu selesai makan dan pergi ke kamarnya.
“kalau kamu begitu terus.. nanti aku gak
akan ajak kamu ke hanseong,” kata Minho, dia main masuk kamar dan duduk di
kursi depan sebuah meja marmer, tempat biasa dia minum kalau hanya mau di kamar
saja.
Takako cemberut membelakangi Minho,”aku
bisa pergi sendiri.. memangnya takut?? Aku tinggal ajak Sim Hwang bersamaku”
Minho lalu berdiri dan akhirnya malah
cuek,” ya sudah.. pergi saja sana dengan dia..tidak usah ikut pertemuan dengan
Yang Mulia Raja”
Takako diam saja, masih cemberut dan
membelakangi Minho
Minho lalu keluar ruangan dengan santainya.
“Menyebalkan!,” teriak Takako.
Minho jalan lagi menuju ruang depan
rumahnya, bertemu dengan perngawal kerajaan, ingin pergi bersama.
“isteriku mungkin tidak bisa bergabung..
nanti aku katakan pada Yang Mulia... ayo kita pergi,” katanya pada pengawal
Pengawal berdiri dan menunduk hormat
padanya.
Minho lalu pergi bersamanya dan juga
dengan Sim Hwang dan beberapa bawahannya. Sampai di gerbang depan rumahnya,
akhirnya Takako berteriak.
“Tunggu aku dong, Minho!,” dia berlari
pada mereka.
Minho menoleh padanya, ternyata Takako
malah sudah berdandan cantik dengan hanboknya.
Pengawal menoleh,”Isteri Jendral Lee manja
sekali.. apa perempuan tsushima seperti dia semua?,” katanya dalam hati
“Aku ikut,” kata Takako pada Minho dan
yang lain.
Minho hanya senyum saja, lalu menarik
tangannya, menyuruh tukang kuda tempat dia bekerja menyiapkan kereta. Dia tidak
ingin Takako naik kuda biasa.
“Kenapa Jendral Lee tidak menumpang di
kereta saja?,” tanya pengawal itu.
“Aku harus bahagiakan isteriku, biar dia
saja yang didalam.. Yang Mulia Raja ingin dia menikmati fasilitas kerajaan..
karena kita harus menjaganya,” jawab Minho kalem dengan senyum
Mereka mengendarai kudanya disamping
kereta Takako berada di dalamnya.
Takako berasa bete diperjalanan dia
sendirian saja didalam kereta kuda. Sementara dia mengintip ternyata mereka
melewati sebuah sungai yang besar dan indah.
“Masaka..
kore wa hanseong kawa da,”
katanya dengan semangat.
“heeehhh...
utsukushi da neee,” lanjutnya
dengan terkagum melihat besarnya sungai itu
Dia lalu melihat banyak orang berkumpul di
dekat sungai seperti biasa melakukan aktivitas berlayar dan sebagainya. Dia
membuka jendela kereta kudanya. Sementara dia lihat Minho asik bicara dengan
pengawal raja.
“Minho.. aku mau turun sebentar,” katanya
membuka jendela kereta
“dekinai
no.. mada tooku kyuuden kara dearu (tidak bisa..kita masih agak jauh dari
kerajaan),” jawab Minho
“aah.. aku mau turun sebentar..,” balas
Takako manja
“Berhenti!,” teriaknya pada sais.
Sais pun menghentikan kereta kuda.
Minho turun dari kudanya, lalu menghampiri
Takako,”kita harus cepat.. kalau tidak.. aku tidak enak dengan Yang Mulia
Raja,”
“aku ingin sebentar disini.. indah
sekali..,” cemberut Takako.
“waktu kita sempit.. Yang Mulia Raja pasti
sudah menunggu,” jawab Minho.
Takako malah turun dari kereta kudanya
lalu keluar,”aku mau sebentar disini saja,”
“manja sekali,” gerutu hatinya Minho, dia
kesal dengan tingkah Takako tapi mesti dia tahan-tahan.
“Masuklah.. nanti kita terlambat,” suara
Minho berubah jadi tegas.
Takako benar-benar cemberut, dia kesal
Minho tidak menuruti keinginannya. Dia pun lalu membuka pintu kereta kudanya
lagi...
Tetapi...
“AWAS JENDRAL LEE!!,” Pengawal kerajaan
teriak. Ada pisau terbang melesat ke antara Minho dan Takako.
Minho sekejap menghindar, dia menggeser
badan Takako sehingga mereka hampir jatuh.
“SETTT!!!”, suara pisau terbang akhirnya
menancap pada kereta kuda.
“KEJAR!,” teriak Sim Hwang pada dua
temannya yang juga bersama Minho.
“Tunggu disini!,”kata Minho pada Takako
“Tapi..,”jawab Takako. Sebelum selesai,
Minho lalu berlari kencang, menyusul Sim Hwang dan dua orang pengawal
bawahannya mengejar orang yang menutup wajahnya, yang tadi melempar pisau.
Takako melihat pisau yang bersarang di
pintu kereta kuda.
“Masaka..
kore wa doku (ini beracun),” katanya kaget
“ Manjiji
masibsio! (Jangan sentuh),” katanya lagi setengah teriak pada sais yang
ingin mencabut pisau itu
“Geu
kal-eun... yudog (pisau ini beracun),” katanya lagi. Dia lalu mengeluarkan
sapu tangan dan baru mencabut pisau itu.
Pengawal yang bersamanya tetap bersiaga,
takut Takako diserang.
Sementara Minho dan para bawahannya
mengejar orang dengan topeng yang tadi melempar pisau. Sampai dipinggiran
sebuah hutan kecil, lelaki itu sangat sigap berlari diantara pepohonan. Sim
Hwang larinya sangat cepat dan melempar pisau kecilnya... tetapi tidak kena..
“seettt!!,” orang bertopeng itu mengelak
dengan cepat serangan pisau Sim Hwang.
“Tangkap!,” teriak Minho kencang
Lelaki itu lalu malah mengambil pisau yang
tadi dilempar Sim Hwang dan dilemparkan kembali ke Sim.
Sim Hwang mengelak dengan cepat dan pisau
menancap pada kayu pohon
Orang bertopeng itu hanya tertawa
terbahak-bahak dengan bahasa yang tidak dimengerti Minho, sepertinya bahasa
manchuria.
“sia-lan! (shit),” teriak Sim Hwang.
Minho langsung menghampiri Sim Hwang dan
dua pengawalnya,”siapa lelaki itu? apa yang dia katakan??”
“Dia akan membunuh isteri mu, Jendral..
yang tadi... itu bahasa manchuria,” jawab Sim Hwang sambil memasukkan pisau
kecilnya pada sebuah kantung.
“apa?? Dari mana dia tahu tentang
isteriku??,” tanya Minho heran.
“Tidak tahu, Jendral.. tapi itu yang dia
katakan tadi,” ujar Sim Hwang
Minho jadi berfikir, kenapa bisa kok
Takako diincar seseorang dengan bahasa yang berbeda? Ada hubungan apa antara manchuria
dengan ilbon (jepang)??
Mereka lalu kembali ke tempat yang tadi,
masih di sisi sungai.
“siapa lelaki itu?,” tanya Takako pada
Minho.
Minho menyuruhnya kembali masuk ke kereta,
tidak bicara
“pisaunya.. beracun,” kata Takako lagi
“benar, Jendral..,” kata Sais kuda,
membenarkan perkataan Takako
“orang itu.. berniat membunuhmu,” jawab
Minho
Takako hanya berujar,”Oh,” saja. Lalu
Minho memintanya masuk kembali ke dalam kereta kuda dan mereka harus meneruskan
perjalanannya
Diperjalanan yang tidak begitu jauh itu,
Minho masih berfikir.
Ketika sudah sampai di kompleks kerajaan,
mereka langsung bertemu Raja Jeong Seok..
“Maafkan kami jika terlambat, Yang Mulia
Raja, sebab ada sedikit hambatan di jalan,” kata Minho menunduk hormat pada
Raja, lalu disusul dengan yang lain, termasuk Takako. Jendral Kwon sudah datang
terlebih dulu.
Mereka memulai pertemuan..
“Yang aku pikirkan sebenarnya bukan Chang
Yue... tapi manchuria,” kata Jeong Seok
“Manchuria??,” tanya Takako. Jeong Seok
mengangguk
“Kami baru saja menemukan seseorang
bertopeng dengan bahasa manchuria,” kata Minho
“benar, Yang Mulia... orang itu
menginginkan Isteri Jendral Lee mati,” kata Sim Hwang buka suaranya sambil
menunduk hormat
“Tapi..andai begitu..apa hubungannya?
Ilbon tetap Ilbon.. manchuria tetap manchuria,” kata Kwon
“kita harus mencari tahu.. hubungan ini..
aku tidak yakin Nippon akan bekerjasama dengan manchuria.. ini seperti cerita
lalu.. ketika mongolia ingin menguasai kami,” kata Takako, membuka suaranya
“maksudmu.. menjadikanmu sebagai alat??,”
tanya Jeong Seok
Takako mengangguk,”Tapi..aku belum ingin
mengambil kesimpulan.. kita harus berhati-hati”
“Sim Hwang.. dapat dijadikan mata-mata
untuk ini,” kata Minho
“dia bisa mengusai bahasa manchuria.. aku
bisa tugaskan untuk ke perbatasan wilayah”, lanjutnya lagi
“apa tidak terlalu dini??,” tanya
Kwon,”bisa saja.. mereka sebenarnya dekat”
Takako jadi berfikir: apa maunya manchuria
padanya? Ada hubungan apa antara manchuria dengan Nippon?? Apa mereka akan
tetap menjadikan Joseon sebagai tameng bagi menguasai Nippon..seperti sejarah
dua ratus tahun yang lalu ketika mongol bernafsu menguasai wilayah leluhurnya??
“apa hubungannya antara ilbon dan
manchuria?? Tidak mungkin manchuria bernafsu menguasai ilbon.. terlalu jauh?
Apa kita akan diadu domba oleh manchuria.. lalu mereka akan menguasai tanah
Joseon ini??,” tanya Raja Jeong Seok
“itu yang hamba khawatirkan, Yang Mulia
Raja,” balas Minho
“Wilayah kekuasaan manchuria semakin
meluas.. Jurchen sudah menjadi bagiannya setelah sebelumnya berdiri sendiri
sebagai Jurchen,”
Jeong Seok bergumam, lalu,”Sim Hwang akan
ku perintahkan pergi ke Jillin untuk mengawasi semua keadaan, lalu juga suruh
salah seorang anak buahmu, Jendral Kwon, untuk menjadi perantara mata-mata
antara Sim Hwang dan kalian... sebab jarak Jillin dan Hanyang terlalu jauh,
kita perlu beberapa mata-mata antar daerah,”
Minho dan yang lainnya menunduk
hormat,”Baik, Yang Mulia!”
“Jika dalam waktu cepat kita sudah bisa
mendapatkan infomasi yang mencurigakan, apalagi jika ada pengkhianat disini..
maka semuanya harus diselesaikan segera... ,” kata Jeong Seok lagi
“Baik!,” jawab Minho dan yang lainnya,
menunduk hormat lagi
“Kalau begitu..lebih baik aku juga membuat
surat untuk shogun Ashikaga dan ayahku sendiri,” ujar Takako.
“akan lebih baik begitu, Takako Gongju..
aku juga akan mengirimkan surat kepada Shogun Ashikaga tentang sikap manchuria
yang sudah mulai aneh.. aku tidak ingin wilayahku menjadi ajang adu domba,”
kata Jeong Seok
Takako menunduk hormat pada Raja Joseon
itu,”Kami menunggu.. sebab dengan peristiwa ini.. rasanya mengagetkanku”
“Segera, Sim Hwang akan kami perintahkan
esok langsung menuju perbatasan, Yang Mulia Raja.. ,” ujar Minho
Jeong Seok mengangguk menyetujui,” Untuk
Chang Yue.. aku akan memikirkan nanti saja.. kedaulatan darat masih aku lebih
pentingkan.. “
“Baik.. siap, laksanakan,” kata Minho dan Kwon,
serta semuanya menunduk hormat.
Minho dan yang lainnya lalu keluar segera
setelah mereka selesai pertemuan dengan Raja, dia bicara sejenak dengan Sim
Hwang dengan menumpang duduk di depan barak prajurit utama kerajaan, juga
bersama dengan Jendral Kwon. Sementara ternyata Takako dipanggil oleh Ratu.
“Tidak habis pikir kalau nanti kita
terpaksa berperang dengan manchuria...sementara banyak rakyat joseon disana,”
kata Kwon membuka pembicaraan.
“Kalau mereka tidak macam-macam.. kita
juga tidak akan lakukan hal yang sama,” senyum Minho, kalem.
“Yang Mulia Raja hanya ingin kita
mematai-matai saja.. jadi aku pinjam juga beberapa mata-mata mu.. untuk
penyampai Sim,” lanjutnya lagi
Kwon lalu membuka peta jalur antara Jurchen
sampai Hanyang.
“Sim Hwang.. kamu tetap di Jillin.. kamu
akan aku berikan uang, menyamar sebagai pedagang,” kata Minho
“siap, Jendral,” jawab Sim Hwang
“Lalu Jendral Kwon...ini ada beberapa kota
yang bisa menaruh mata-mata mu ...jangan sampai mereka terlalu lelah ketika
bekerja.. ini ada Nangnang, lalu sariwon..dan.. ,”
“Maaf Jendral Lee..lebih baik kita bagi
seperti ini saja, satu di sini.. satu disini.. dan disini.. setiap kota yang
aku tunjuk ada 2 mata-mata.. jadi Sim Hwang bekerjasama dengan seorang
bawahanku, kemudian enam orang bawahanku akan ada ditiap kota yang kita tunjuk
ini.. sampai dengan Hanyang,” jawab Kwon memotong pembicaraan Minho
“Ya, baik.. aku setuju,” senyum Minho.
Mereka lalu memutuskan siapa saja yang
pergi lalu Kwon kembali ke Raja Jeong Seok dan kembali lagi ke baraknya ketika
keputusan itu sudah disetujui Raja.
Sementara Takako masih tetap bersama
Ratu.. Mereka duduk di taman kerajaan sambil minum teh dan kue..
“Bagaimana persiapan pernikahanmu, Takako Gongju?? Apa ada masalah??,” senyum Sang
Ratu dengan wajah lembutnya
“Tidak ada..tapi bagiku membosankan..
Minho tidak mengajakku jalan-jalan,” keluh Takako menjawab dengan wajah
cemberut
Ratu Seon malah jadi tertawa kecil,”Aku
saja ingin sekali ke sana.. tapi tidak bisa tanpa Yang Mulia Raja, hihihi”
“Heeehhh?? Benar itu?? Ih.. enggak enak
sekali deh!,” jawab Takako sambil berdiri.
“Aku waktu di Inuhara tidak begini.. aku
bebas kemana saja aku suka..,” lanjutnya lagi
“Tapi.. pasti Jendral Lee akan ajak Anda
jalan-jalan.. jangan khawatir.. para Jendral muda memang selalu sibuk,” balas
Seon dengan senyumnya lagi
“Sibuk membosankan.. kadang aku jadi suka
mengobrol saja dengan Han Hye.. pembantunya itu.. untung dia baik dan mau
bicara padaku walau sibuk sekali..sementara pembantu yang lain sedikit bicara“,
keluh Takako,”sementara Minho malah asik dengan para prajuritnya di barak,
uhhh”
“Jendral Lee memang orang yang
bertanggung-jawab.. dia tidak akan bisa diam kalau pekerjaan belum selesai,”
ujar Seon, berdiri juga disamping Takako.
“Tapi.. Anda tidak kecewa kan.. ketika
dinikahkan dengan Jendral kami??,”
Takako diam sejenak,”Awalnya aku menolak..
aku benci Minho”
Seon senyum dengan perkataan itu,”Aku pun
awalnya tidak mengenal Yang Mulia Raja... tapi aku mencoba menerima”
“Itu kan karena Ratu sudah tahu kalau dia
Raja, walau belum pernah bertemu.. aku sama sekali tidak begitu,” cemberut
Takako
Seon hanya senyum saja mendengar curhatan
Takako bagaimana dia kesal dengan Minho, berusaha meracuninya, bertarung
dengannya, tapi Minho tetap saja sabar dengannya.
“Jendral Lee lelaki yang baik,” senyum
Seon
“Ya.. dan sekarang.. aku jadi takut kalau
kehilangan Minho.. kekasihnya yang lalu cantik sekali,” ujar Takako. Ekspresi
wajahnya berubah jadi serius sekali.
“Kalau Jendral Lee lelaki setia, dia tidak
akan berpaling.. dia akan berusaha tetap mencintai Takako Gongju,” senyum Seon
“Aku takut Minho memiliki selir, hahhhh,”
Takako mendesah, mengeluh
Seon tertawa kecil lagi,”Hal itu kan belum
terjadi.. jangan dipikirkan terlalu jauh.. iya kan??”
“Aku bukan orang sini.. apa Yang Mulia
Ratu tahu.. kalau hari ini.. aku diincar ingin dibunuh ketika mau pergi ke
sini??,”
Seon agak kaget dengan perkataan Takako
baru saja,”benarkah?? Berbahaya sekali kalau begitu.. apa Jendral Lee tahu??”
Takako mengangguk,”Ya.. Tapi Minho tidak
mengerti bahasa manchuria... Sim Hwang yang berbicara itu”
“ah.. Sim Hwang.. dia memang keturunan
manchuria.. Jendral Lee pintar memilihnya sebagai mata-mata,” ujar Seon
“wah.. aku belum tahu kalau Sim Hwang
setengah manchuria! Pantas dia pandai sekali bahasa itu.. tadi Minho, dia dan
pengawal kerajaan mengejar orang itu.. tapi sepertinya dia mirip seorang ninja
yang lihai,” ujar Takako serius
“Mungkin karena aku belum tahu ilmu
mata-mata manchuria.. aku hanya tahu manchuria memang ada ilmu beladirinya..
seperti yang dimiliki para bhiksu mereka,”
“Tapi...kenapa aku jadi sasaran mereka??
Dan darimana mereka tahu.. kalau aku ada disini??,”
Seon menjawab kalau bisa saja hal itu
sudah terdengar sebelum kedatangan Takako kesini. Joseon semakin maju, semakin
banyak yang ingin negeri itu. sejarah beberapa ratus tahun yang lalu sudah
membuktikannya dan sebenarnya Joseon sudah cukup kuat untuk menahan serangan
negeri lain jika memang mennginginkan negeri itu.
“Kenapa manchuria??,” tanya Takako pada
Seon
“Aku sendiri bukan asli orang Joseon.. aku
juga masih memiliki darah manchuria,” senyum Seon
“hah?,” Takako kaget lebay, dia memang tidak menyangka kalau Seon juga berdarah
manchuria
“Tapi selamanya, karena darahku sudah
terikat dengan Joseon.. maka aku tetap mencintai Joseon,” masih kata Seon
“Ya.. darahku juga terikat dengan Joseon..
ayahku menginginkannya begitu,” balas Takako.
“Apa kamu ada penyesalan?,” tanya Seon
tiba-tiba
Takako malah menggaruk kepalanya, seperti
salah tingkah,”Ah, hahaha! Mana bisa aku punya perasaan menyesal begini??
Shogun yang menginginkannya... aku tidak bisa mengelak”
Seon malah senyum lagi,”begitulah...
terkadang kita tidak punya pilihan.. mungkin perempuan lain melihatnya, kita
beruntung.. tetapi tidak juga.. aku menyikapinya biasa saja.. tentu sebagai
isteri harus mentaati suami..”
Takako mengangguk,”Un.. iya.. begitulah..
walau..aku merasa.. ini terlalu cepat dan menyebalkan”
“Tapi.. kamu tahu tidak?? Jendral Lee
memujimu sebagai isterinya,” senyum Seon
Takako kaget, dia tidak menyangka Minho
seperti itu,”Hieeehh... masak sih?? Dia bilang apa??”
“Ya.. Jendral Lee bilang.. kamu wanita
yang baik walau memang sedikit manja, hehe,” tawa Seon,”Tetapi sepertinya dia
tidak punya masalah denganmu”
Takako duduk dan malah cemberut,”Bukan
begitu.. Minho itu terlalu sibuk.. dia pikirkan terus pekerjaannya.. tidak
pikirkan aku.. kemarin aku kangen sekali masakan daerah tsushima.. Han Hye
tidak bisa buatkan.. Minho tidak memarahinya, malah menasehati ku, kalau tidak
ada.. yang ada saja dimakan”
“Dia memang Jendral yang sederhana..
padahal asalnya dari keluarga kaya.. Mungkin esok, kedua orangtuanya datang
dari Namyang,” balas Seon
“Mertuaku??,” tanya Takako kaget
Seon mengangguk,”Ya.. mertuamu, Takako
Gongju.. mereka juga sepasang suami-isteri yang baik.. hanya saja, Tuan Lee
memang berwatak keras.. maklum saja.. dia juga sama-sama Jendral.. tapi menjadi
kepala daerah di Namyang.. Yang Mulia Raja yang menginginkannya”
“Apa mertua perempuanku cerewet?? Aku
benci orang cerewet, huh,” kata Takako
Seon malah jadi tertawa cukup keras,” Kamu
ini terlalu terbuka ya, Takako Gongju.. tapi aku senang bisa berteman dengan
mu.. walau pada awalnya.. kamu kan orang asing bagi kami”
“Ah, hehe.. Minho bilang aku tidak sopan,
ah..,” balas Takako dengan cengengesan
Takako lalu bertanya dimana itu Namyang,
dia memang belum pernah tahu daerah manapun di negeri ini, pengetahuan
jalan-jalannya masih sangat sedikit. Seon menjawab kalau Namyang cukup jauh
dari Hanseong tetapi pernah menjadi pusat kerajaan ketika masih menjadi
GuGoryeo serta Goryeo.
“ah.. pasti itu juga kota yang besar,”
kata Takako. Seon mengangguk.
Mereka lalu bicara soal persiapan
pernikahan ulang antara Minho dan Takako.
“Minho sepertinya biasa saja.. atau..dia
sama sekali tidak memikirkannya??,” tanya Takako heran
“Yang Mulia Raja memang tidak ingin
Jendral Lee memikirkan hal ini.. Beliau sudah memerintahkan banyak orang untuk
membantu kalian.. Jadi.. jangan dahulu pergi kemana-mana, Puteri
Takako..sebaiknya.. Aku sudah meminta Jendral Lee untuk menahanmu disini,”
senyum Seon
“Heehhh? Lalu.. Minho mau kemana??,”
“Jendral Lee mu itu..tinggal juga disini..
kalian harus bisa merawat diri dalam 3 hari ke depan.. semua pembantu kami siap
membantu,” jawab Seon dengan ramah
“ah... aku jadi tidak enak hati dengan
kalian.. kenapa sih.. kalian baik sekali padaku?? hehe,” Takako mulai lagi, dia
dengan santainya menepuk-nepuk pundak Ratu Seon.
Seon bukannya marah tapi malah senyum dan
lalu tertawa keras
“Ah.. aku belum pernah tertawa sampai
sekeras ini.. sepertinya memang Takako Gongju begitu menghiburku.. kalau aku
bilang pada Yang Mulia Raja.. apa beliau ijinkan ya.. Jendral Lee dan Puteri
Takako tinggal saja di kompleks istana??,”
Belum selesai Seon bicara, Minho datang
dihadapan mereka. Dia menunduk hormat pada Ratu Seon dan meminta kembali Takako
untuk pamit.
“Aku diperintahkan Yang Mulia Raja agar
kalian tetap disini,” kata Seon
“Oh..
mian habnida.. ,” kata Minho sambil menunduk hormat
“Yang Mulia Raja memintanya.. supaya
beliau juga bisa memberikan kebahagiaannya karena pernikahan kalian,” senyum
Seon
“Hananim
gambsahabnida.. Daedanhi gamsahabnida.. saya juga bahagia Yang Mulia Raja
sangat peduli dengan kami,” jawab Minho dengan bahasa sopan dan menunduk hormat
lebih dalam.
“Jadi.. tinggallah dulu disini sampai hari
pernikahan tiba,” senyum Seon
“Baik, Yang Mulia Ratu,” jawab Minho
Mereka berjalan keluar taman istimewa
khusus Raja dan Ratu..
“Mereka ingin kita tinggal disini.. aku
harus katakan pada Sim Hwang dan juga Nam Ki supaya mereka tetap bertugas
seperti tadi yang sudah aku bicarakan pada Jendral Kwon”, kata Minho dilorong
kerajaan. Takako mengangguk saja.
Dia lalu mencari Sim dan Nam Ki yang sudah
berdiri di samping gerbang istana, bicara dengan mereka berdua. Lantas tak
berapa lama, keduanya pergi keluar dari istana.
“Apa memang peraturannya harus tinggal
disini.. karena kamu Jendral?,” tanya Takako. Minho membawanya berkuda, berdua
saja satu kuda, memenuhi janjinya sehabis dari penjahit Yeon. Mereka santai
berkuda, pergi ke pinggiran sungai Hanseong.
“Ya.. Yang Mulia Raja menginginkannya
sebagai hadiah untukku karena aku dan juga Jendral Park sudah berhasil mengamankan
Jeju dan Tsushima,” senyum Minho, masih tatapannya lurus melihat jalan yang
sudah mulai sepi sore itu, mencari jalan untuk ke pinggiran sungai.
Tangan satu Minho memeluk pinggang Takako
yang duduk di depannya.
“Aku pikir.. kamu seorang Jendral yang
cuek,” senyum Takako pada Minho.
Dibilang begitu, Minho baru melihat
wajahnya, menunduk sedikit,”ah... hehe.. kamu dengar dari siapa tentangku??”
“Yang Mulia Ratu,” balas Takako cepat
“oh,” jawab Minho,”sama saja.. aku sama
dengan Jendral-jendral muda yang lain.. biasa saja,” jawab Minho santai.
Takako malah mengelus pipi Minho. Mereka
lalu sampai di pinggiran sungai. Minho turun terlebih dahulu dan menambatkan
kudanya, barulah dia memegang tangan Takako agar turun.
“Tolong antarkan kami keliling sungai
ini,” kata Minho pada seorang pemilik perahu
“Baik,” jawab pemilik perahu wisata itu
Takako senang sekali akhirnya keinginannya
tercapai juga, dia langsung melompat ke perahu/sampan kecil itu, Minho langsung
menangkap tubuhnya.
“hey.. hati-hati jatuh!,” senyum Minho
Perahu lalu melaju pelan-pelan sambil
melihat keindahan pinggiran sungai yang sudah mulai sore itu. Matahari memang
masih bersinar, tetapi cahaya nya sudah mulai berubah dan merubah langit
menjadi merah jingga.
Dalam perjalanan bolak-balik itu, Minho
sering senyum melihat wajah Takako yang ceria, mencoba berbicara pada tukang
perahu sewaan itu.
“Paman perahu itu capek.. nanti dia tidak
bisa konsentrasi mengayuh,” senyum Minho pada Takako dalam bahasa negeri
Takako.
“Ilbon-eo??,” tanya tukang perahu pada Minho, bertanya
apa Takako orang jepang.
“Ye,
samchon,” jawab Minho santai mengiyakan. Takako bersandar dipundak Minho,
sementara Minho memeluk pinggangnya.
“Aigoo..
geulaseo.. dangsin-eun hangug-eo haehyeob-eseowa ilbon-eo haejeog igil li
daejang-inga?? (apa.. ini jendral Lee yang kemarin berhasil menaklukkan
para perompak di semenanjung korea??),” tanya tukang perahu itu
“sasil
ingayo?? (benar gak??),”
Minho mengangguk senyum saja.
Tukang perahu senang,”Wah.. perahu ku
dinaiki Jendral Lee! Aku senang dan bangga!”
Minho malah tertawa,”Aku akan bayar lebih,
paman.. sebab yang kamu naiki ini bukan sembarang perempuan.. dia anak seorang
gubernur di Tsushima”
“whoa.. dangsin-ui anae??,” tanya tukang perahu
“Ye..
naega Lee daejang-ui anae,” jawab Takako dengan senyum semangat
Minho hanya tertawa.
Takako menaruh kepalanya di pundak Minho,
menikmati sore yang indah, melihat-lihat pemandangan sungai. Minho sibuk
mengelus rambutnya yang panjang
“Otoosan..
atashi wa ima, minho no soba ni iru ga, shiawase desu (Ayah.. sekarang aku
bahagia disamping Minho),” kata hatinya Takako, menerawang jauh sambil tetap
kepalanya bersandar pada bahu Minho.
Sepanjang diatas perahu, Minho terus
membelai rambut Takako yang panjang dan halus. Pikirannya langsung ke kedua
orangtuanya yang rencananya besok akan tiba di Hanyang.
“Appa.. Eomma esok pagi kemungkinan sudah
datang.. semoga mereka bisa menerima Takako.. apalagi, perempuan ini titipan
yang berat untukku.. sementara, aku masih berfikir.. apa yang sebenarnya
terjadi hari ini.. kenapa ada seorang manchuria mengincar untuk membunuhnya??”,
kata hatinya Minho..
Turun dari sampan, Minho mengajaknya makan
disebuah rumah makan pinggiran sungai. Minho banyak senyum hari itu.
“eh.. kenapa senyum terus padaku?? Dapat
uang banyak? Hihihi,” tanya Takako, iseng padanya
Minho tertawa lebar,”tugas ku ringan hari
ini.. jadi aku bisa bersama mu sampai malam lagi”
“Minho memang sibuk sekali.. dan aku
lagi-lagi hanya bisa bicara dengan Han Hye,” keluh Takako sambil makan
“Hari ini.. aku tidak sibuk.. iya kan??
Aku dapat hadiah uang dari Yang Mulia Raja.. itu sebabnya, aku belikan kamu
baju banyak,” senyum Minho
“Tapi kenapa baju mu biasa saja??,” tanya
Takako padanya. Dia memang melihat baju Minho seperti hanya dari serat kapas
yang sederhana, berwarna biru tua yang kesannya malah sedikit kusut, dengan
tutup kepala yang menyatu dengan jubahnya.
Minho hanya tertawa kecil mendengar
perkataan Takako, lalu dia menjawab,”Aku sebenarnya berasal dari keluarga
Jendral yang kaya.. tetapi Appa ku
tidak mengajarkan aku untuk bermewah-mewah.. beliau mengatakan,”emas itu bukan
yang mulia tetapi perilaku mu yang memuliakanmu”, begitu katanya”
“Aku suka prinsip Appa mu kalau begitu,”
lagi-lagi Takako menepuk-nepuk pundak Minho.
Kali ini, Minho tidak tersinggung atau
marah padanya, dia malah senyum saja, lalu melanjutkan makannya.
“kenapa belum dimakan juga?? Ini masakan
joseon kesukaanmu kan??,” tanya Minho, mangkuk daging sapi dengan minyak biji
wijen dan sayuran masih belum disentuh Takako.
“ah.. aku senang melihat wajah Minho..
hehe,” jawab Takako masih menopang dagunya.
“Makan.. nanti kita harus lekas pulang..
,” jawab Minho
“ya.. baik.. aku makan.. tetapi,” ujar
Takako
“tetapi apa?,” Minho masih menunduk,
menikmati makannya, tanpa melihat wajah Takako.
Takako memintanya menegakkan kepalanya.
“amm,” kata Takako pada Minho, menawarkan
daging sapinya ke mulut Minho
“umm..mulutku masih penuh,” jawab Minho
dengan suara campur aduk dengan nasi dan lauk yang masih dikunyahnya
“sebentar...,” lanjutnya lagi
“Ayo dong, Minho..,” kata Takako
“ya.. baik.. ,” jawab Minho datar..
sebenarnya dia malu sekali kalau isterinya manja padanya.
Minho lalu disuapi Takako. Perempuan itu
cekikikan, tertawa bahagia. Minho mengunyah makanan sambil senyum, sampai
matanya tidak terlihat dan pipinya terangkat.
“tadi.. sewaktu di atas sampan.. aku
katakan pada ayahku dari jauh.. “ayah.. aku bahagia bisa berada di samping
Minho”... ayah ku pasti mendengar,” kata Takako dengan senyum
Minho mengangguk, menghabiskan daging yang
ada di mulutnya.
“ya.. sudah kewajibanku menjaga mu.. ,”
senyumnya setelah makanan dimulutnya habis ditelan.
“Kalau begitu... emmmm,” Takako iseng pada
Minho
“kalau begitu.. apa??,” Minho bingung
Takako lalu setengah berdiri di depan
Minho.. dia nekat mencium pasangannya itu di restauran yang banyak
pengunjungnya!
“Chu,” suara ciuman Takako pada Minho
dengan lembut
Wajah Minho malah memerah, dia tidak
menyangka pasangannya berani sekali di depan umum.
“O
naui hananim.. anaeneun.. yeogie kiseu hal su eobs-seubnida (o Tuhan..
isteriku.. kamu enggak boleh cium aku disini),” kata Minho dengan wajah antara
malu dan tidak enak hati.
“Ki
ni shinai yo.. atashi wa Minho o aishiteru kara.. soshite..koko ni, jibun o
kissu shite yo (aku
enggak peduli.. aku kan cinta Minho.. makanya aku kiss kamu disini saja),”
balas Takako dengan cekikikan, baru dia memakan daging sapi pesanannya.
“aigoo... bagaimana kalau nanti ada yang
kenal aku.. melihat tadi??,” bisik Minho, wajahnya masih memerah saking malunya
Beberapa orang yang sedang makan menoleh
pada mereka, beberapa ternyata prajurit kerajaan yang waktu lowong mereka,
makan disana.
“Itu pasti isteri Jendral Lee.. dengar
bahasanya.. bukan bahasa kita,” bisik salahsatu prajurit itu
“naaa..
maeu jeosoghan museun anae.. (isteri yang vulgar banget),” gosip prajurit
yang lain
“saelo
dangsin-eun babo.. gyeolhon (mereka pengantin baru.. dasar bego),” kata
prajurit yang lain, ikutan ngerumpi sambil menepak kepala prajurit yang tadi
mengatakan kalau Takako terlalu vulgar
Salah seorang prajurit malah menghampiri
Minho dan Takako..
“Lee daejang.. sedang disini??,” tanya dia
dengan ramah,”aku Kim Joon”
Wajah Minho yang masih memerah malu
berusaha disembunyikannya, tapi Takako malah ramah pada Kim Joon
“ayo gabung bersama kami!,” Takako berdiri
dan melihat pakaian para prajurit kerajaan yang walau seperti pakaian biasa,
dia lihat ternyata sama.. pakaian diluar dinas, tapi masih berseragam
Para prajurit langsung tertawa dan
menyerbu meja Minho dan Takako.
Takako dengan cueknya menepuk-nepuk pundak
salah satu prajurit,”Kalian makan sepuasnya.. Jendral Lee yang akan traktir!!”
“Asik!!,” kata seorang prajurit,”Pelayan..
Bir nya lagi!”
Minho masih agak malu, dia tahu, pasti
para prajurit itu sudah melihatnya tadi dicium isterinya sendiri di depan umum.
“Lee Daejang.. mesra sekali tadi,” sindir
Kim Joon
Minho hanya cengengesan,”ah, hehe.. budaya
kita mungkin berbeda dengannya.. aku terpaksa mengikuti.. mian,”
“Tapi isteri Lee daejang sudah terkenal di
istana.. “, kata yang lain
Prajurit yang lain mengangguk.
“sepertinya isteri Jendral berani sekali
ya? Hahaha,” kata seorang prajurit yang lain
“begitulah.. dia seorang Ninja wanita.. ,”
senyum Minho
“pasti berani juga dong kalau cuma
mencium, hehehe,” canda yang lain
Minho malah jadi malu. Prajurit yang tadi
mengatakan itu, kemudian disikut oleh prajurit lain dan dipiting lehernya.
“eeeh.. aku bisa mati nih!,”
“Kalian harus datang kalau pernikahan
kami,” kata Takako dengan penuh semangat
“Pasti.. aku bersedia mengamankan
suasana!,” kata Sun Hyuk
“gambsahabnida..
kalian baik semuanya padaku,” kata Takako lagi, masih dengan penuh semangat
“Manseeeeee!!,” mereka mengangkat botol minuman sama-sama..tertawa-tawa
juga bersama Takako. Mereka menghabiskan malam sambil makan dan minum bersama.
Minho dan Takako pulang malam itu tidak ke
rumah Minho, tapi kerajaan meminjamkan mereka kamar yang besar dan mewah.
“Jangan pernah cium aku lagi di depan umum,”
kata Minho dengan suara tegas
“biar,” jawab Takako cuek, dia melepas
hanboknya, memakai baju putih, lalu membantu Minho melepas baju luarnya.
“kenapa??,” tanya Takako, heran ketika
Minho hanya memandangnya.
Minho baru kemudian berani menciumnya.
Takako malah tertawa.
“kenapa??,” Minho malah yang jadi heran
“Ternyata.. Minho pemalu, hahaha!,” Takako
tertawa sangat keras sampai dia memegang perutnya saking kerasnya.
“Enggak ada ampun deh,” balas Minho. Dia
lalu menarik tangan Takako dan menggendongnya ke tempat tidur. Takako malah
tertawa-tawa walau Minho menciumnya.
“Minho.. nan dangsinwa hammke haengbog (aku bahagia denganmu),” senyum
Takako padanya
“Nado..
nan neomu haengbog haeyo..dangsin eun neomu aleumdawoyo,” Minho membalas
dengan senyuman dan mencium kening isterinya itu
“Besok ayah dan ibu ku datang.. kamu harus
bahagia dengan mereka, perlakukan mereka dengan baik,” kata Minho lagi
Takako mengangguk,”aku akan patuh pada
orangtuamu.. aku janji”
“gomawo..chu,”
Minho mencium bibirnya dengan cepat, lalu senyum.
Tampaknya dia sudah benar-benar bisa
melupakan Hee Kyung dan menerima Takako.. sebab ayahnya sebelumnya juga
mengirimkan surat, kalau ada kecurigaan nya terhadap Geum, ayah dari Hee
Kyung... Tapi Minho belum mau membahas serius menanggapi surat ayahnya itu,
sebelum kedua orangtuanya datang esok..
Bersambung ke part 8....