This is me....

Minggu, November 16, 2014

Doctor's Heart (Part 12: That Foolish Game Torn You)

Lee Min ho sebagai Dokter Minho              Gackt sebagai Dokter Kamui

“Aku menyadari, bahwa kamu mungkin tidak setuju dengan keputusan kita, tapi ini adalah keputusan bersama antara pihak kita dengan Maru chem,” Kamui memulai pembicaraan pagi itu, dia berdiri di ruang meeting khusus dalam ruangannya, dengan Shiori dan Minho.
Kata-katanya itu tertuju pada Shiori yang kemarin sempat protes dengan apa yang mereka putuskan. Minho diam saja karena dia memang lebih banyak menuruti perintah Kamui.
cant believe that... mostly the experiments would be children,” kata Shiori masih dengan mimick ngotot.

Kamui senyum pada anak rekan sejawatnya itu,”just take it easy, doc Fujita.. semua sudah berada sesuai prosedur,”
”yang mungkin Fujita sensei khawatirkan adalah.. kita menggunakan manusia sebagai objek langsung”, kata Minho kalem
”dia tahu,” timpal Shiori singkat.
Kamui senyum lagi,”oh.. jadi kalian sebenarnya sudah saling tahu kata hati masing-masing ya??”, dia menyindir Shiori yang khawatirnya terlalu berlebihan.
btw.. ayahmu sendiri yang menjamin kami,” lanjut Kamui lagi.
Nani?? Sonna koto..,” wajah Shiori jadi kaget, dia enggak nyangka ayahnya pada akhirnya malah jadi terlibat jauh. Dia pikir ayahnya setuju-setuju saja dengan segala ide nya soal perdebatannya tidak akan menggunakan manusia langsung sebagai eksperimen.
Kamui malah tertawa dengan ekspresi Shiori yang seperti itu, Minho cuma senyum datar.
”Ini perjanjian yang terkesan berat.. makanya aku pribadi bahkan tidak mengundang Doc Minho sendiri.. ”, Kamui menyerahkan 1 map berkas pada Shiori dan dia melihatnya. Memang berkas penandatanganan kerjasama yang baru dengan Maru chem dan disana tertera juga tanda tangan ayahnya.
Minho menunduk hormat pada Kamui sambil duduk.
”jadi..Otoosan ada disini??,” kata hatinya Shiori. Tidak mungkin ayahnya menandatangani dari jauh, pasti masih ada diseputar kota ini.
Apa.. ayahku ada disini??,” tanya Shiori pada Kamui
“begitulah.. itu makanya semua tanda tangan beliau sudah tertera disini,” jawab Kamui santai
Shiori lalu berdiri dan menunduk hormat pada Kamui,”baiklah Kamui sensei..aku ikut saja keputusan ini”. Kalau sudah begitu, dia memang tidak akan bisa melawan ayahnya secara pribadi maupun hierarki.
Kamui senyum setelah Shiori berkata seperti itu,”baiklah... siang ini sudah mulai bekerja mendekati para calon eksperimen.. dan Minho sensei sudah membuat  surat pernyataan untuk para anggota keluarga kan??,”
Minho menunduk hormat,”shimashita (sudah dilakukan), Kamui sensei,”
Shiori duduk kembali, dia berfikir,”ternyata Otoosan ada disini.. umm.. kenapa tidak bilang-bilang sih?? Aku sangat tidak setuju dengan semua ini, Otoosan...”

Shiori menelepon Daisuke, ayahnya. Minho sibuk berbicara dengan pasien lain yang dewasa dan keluarga pasien bagi pasien anak-anak.
Dia masih tidak percaya ternyata ayahnya ada di kota itu. Daisuke hanya tertawa ketika anaknya kesal.
”sepertinya.. Minho-kun.. senpai mu itu tidak menginformasikan kamu kalau aku disini?? Aku sudah berada bersama Direktur Takahashi,” kata Daisuke di teleponnya.
”Aku jarang sekali bicara dengan senpai ku yang judes itu,” keluh Shiori. Walau Minho sudah mencoba ramah terhadapnya, apalagi berkaitan dengan kasus ciuman dia dengan Chiaki, tetap saja, bagi Shiori , seniornya itu judes dan kaku.
Daisuke tertawa-tawa dan menyuruh anaknya pergi ke ruangan Takahashi. Shiori pun pergi sesuai dengan perintah ayahnya, ke ruangan Takahashi. Minho memergokinya sedang berjalan, tanpa dia lihat.
”Birokrasi dan hierarki dimana-mana.. menyebalkan,” kata hatinya Minho, lalu dia melanjutkan jalannya ke ruangan pasien kanker yang lain.

”Ayah sudah gagal dalam bisnis suamimu itu,” kata Takeo pada Chiaki di teleponnya
”kenapa Otoosan berharap pada rumahsakit ini? Rumah sakit ini masih ada hubungan kerjasama dengan perusahaan patungan Daisuke dan Maru chem.. ,” jawab Chiaki di ruangannya.
”apa.. karena masih ada Lee Minho didalam proyek itu nanti?,” tanya Chiaki lagi.
Dia tahu, memang ayahnya sangat tidak suka dengan Minho karena masa lalu mereka. Ayahnya sepertinya ingin Minho hancur dalam kehidupannya, termasuk karir dalam rumah sakit itu. Chiaki sudah menganggapnya masa lalu, tetapi tidak dengan ayahnya.
Dia hanya ingat beberapa kali Minho dihina oleh ayahnya baik ketika mereka bicara dalam suasana biasa, maupun ketika bertemu sebagai sesama rekan medis. Chiaki begitu menyesalkan sikap ayahnya yang begitu pendendam.

”Dalam keluarga Akimoto sama sekali tidak ada satupun yang memiliki anggota keluarga tidak jelas.. kami keluarga terhormat,” kata itu yang pernah diucapkan Takeo pada Minho di depan rekan medis dan paramedis lainnya di Kenzai Hospital dan Medical University ketika mereka sedang merayakan ulangtahun universitas tersebut.
Beberapa rekan tertawa,”memang ada.. disini rekan kita yang sama sekali tidak jelas keluarganya? Kasian sekali, hahaha,” kata salahseorang dari mereka
Minho diam saja, dia sama sekali tidak ingin melawan. Chiaki juga hanya memperhatikan saja mereka membahas seperti itu.
”Enggak terbayang deh.. mestinya tidak ada rekan kita yang seperti itu... bisa rusak nama universitas ini, hahaha,” kata rekan medis yang lain.
Semuanya tertawa terbahak-bahak dan salah satu dari mereka juga bahkan berkata,”sepertinya orang seperti itu sama sekali tidak pantas ada di universitas terkenal ini, hahahaha”
Dalam hatinya, Minho tersinggung.. siapa yang ingin punya keluarga dari hasil yang berantakan?? Chiaki hanya memandang Minho. Hubungan mereka memang sudah berjalan, tapi sama sekali belum diketahui sesama rekan di universitas itu.
”Kamu hanya akan menimbun penyesalan jika kita selalu bersama,” kata Minho di apartmentnya Chiaki.
Chiaki mendekatkan wajahnya pada Minho,”kenapa?? Apa kamu juga menyesal.. kita berhubungan?”
Minho berdiri lalu memakai kaosnya,”aku tidak tahu.. ”, balasnya singkat.
Chiaki ikut berdiri,”aku minta maaf atas kelakuan ayahku”
Minho diam saja, dia memakai kemejanya.
”aku harus pergi,” katanya. Dia lalu mencium Chiaki dan pergi tanpa bicara lagi.

”sudahlah, otoosan.. aku tidak ingin lagi hidupku dihantui masa lalu... aku juga sudah menikah dan dia sudah berhubungan dengan orang lain,” kata Chiaki
”mohon hentikan saja.. lagipula, masih banyak peluang lain soal bisnis kemoterapi ini,” lanjutnya lagi.
”sudah hentikan saja dendam ini, otoosan.. aku sudah lelah,”
Takeo tetap berkeras hati. Dendamnya malah jadi bertambah dengan adanya Daisuke mengacaukan bisnis keluarganya. Chiaki tidak habis pikir, sebab jika memang ayahnya tidak suka dengan Daisuke, berarti dia akan berhadapan lagi dengan satu orang, yaitu Shiori dan selama ini dia kenal baik dengan rekannya itu.
”Takahashi tidak akan memecatmu jika kamu tidak melakukan mal praktek dan sejenisnya yang melanggar aturan rumah sakit dan kependidikan,” kata Takeo
”aku tidak ingin lagi mendengar soal ini, otoosan.. onegaishimasu, tolong hentikan,” kepala Chiaki jadi pusing berat. Dia membayangkan masa lalu saja dia sudah menghancurkan perasaan, hati dan kehidupan Minho, kalau bertambah satu lagi, maka rasanya dia semakin gelap.

Minho mengunjungi salah satu pasien anak dengan kanker darah. Shiori mengintipnya dari balik pintu.
shitsurei shimasu (permisi),” kata Shiori, senyum, minta ijin masuk pada Minho dan keluarga dari pasien itu.
Minho menyuruhnya masuk dan memperkenalkan pada keluarga pasien itu. Shiori menunduk hormat pada mereka.
”selama ini, kami hanya menggunakan cyratabine.. tetapi.. ini sudah cara lama.. kami inginkan sesuatu yang lebih baru dan lebih bisa membantu penyembuhan,” kata Minho. Shiori tetap berdiri saja disamping Minho, memperhatikan mereka bicara.
”diharapkan dalam kemoterapi kali ini tidak ada rasa sakit atau miminal rasa sakit.. dan tidak sampai 2-3 seri.. kami berharap hasil terbaik sehingga Shun-kun diharapkan bisa sembuh,” kata Minho lagi.
Shiori menghela nafasnya, dia melihat anak kecil di depannya yang berusia 10 tahun itu. Kedua orangtuanya mengharap anaknya bisa sembuh dengan tehnik pengobatan yang sudah dijelaskan Minho.
”Jika memang ini akan menjadi yang terbaik bagi Shun-kun.. kami akan menerima dan  biarkan Shun-kun menjalani pengobatan ini sampai selesai, Lee-sensei,” kata ayahnya Shun.
Minho jujur menginformasikan kalau pengobatan ini memang terbilang baru.
”apakah.. Lee-sensei sudah mengetahui jaminan kalau kemoterapi ini akan aman??,” tanya Ayah Shun.
Minho menjawab dengan mantap,”kami yakin”
Shiori menoleh,”eh?? Kenapa mulai lagi Minho senpai berbohong??,” katanya dalam hati.
Ayahnya Shun lega,”syukurlah.. kalau begitu.. kami bersedia menandatangani persetujuan pengobatan sampai selesai, Lee-sensei”
Minho senyum dan menunduk hormat,”terima kasih, Maeda-san.. kami akan usahakan yang terbaik untuk mengobatan Shun-kun”
Shiori hanya ikutan menunduk hormat saja. Minho lalu mengeluarkan lembar persetujuan yang harus ditandatangani oleh Maeda dan isterinya.
Maeda dan isterinya menadatangani surat persetujuan kalau Shun akan menggunakan kemoterapi baru untuk leukemia (kanker darah) nya.
”Semoga tidak terjadi efek samping yang membahayakan baginya,” kata hatinya Shiori. Dia tidak bisa melarang Minho bicara dengan keluarga anak kecil itu.
Shiori berjongkok di samping tempat tidur Shun dan tersenyum pada anak kecil itu.
”Shun kun.. harus segera sembuh.. supaya nanti bisa bermain dan bersekolah lagi,” katanya pada anak itu
arigatou, sensei,” senyum Shun ramah pada Shiori dan Minho, mengucapkan terima kasih atas semangat yang diberikan padanya.
Minho senyum saja. Mereka lalu pamit, keluar ruangan.

Minho berjalan saja, Shiori berjalan disampingnya.
”sudah dapat berapa??,” tanya Shiori padanya
”sepuluh orang,” jawab Minho singkat, masih sambil jalan.
”target kita.. masih 55 orang??,” tanya Shiori
Minho mengangguk, sambil tetap berjalan, tanpa memperhatikannya.
”Minho senpai...,” kata Shiori.
Minho baru menoleh,”apa?”
”Kenapa semuanya 60% hampir anak-anak??,” tanya Shiori padanya
Minho menghentikan langkahnya, diam sejenak, lalu,”pertama, kalau kita lihat dari daftar pasien saat ini, anak-anak di rumah sakit ini yang utama dengan kanker. Kedua: ini adalah hasil kesepakatan antara ayahmu sendiri, Takahashi sensei, Kamui sensei.. dan kita hanya pelaksana”
”ada lagi?,” tanya Minho. Sepertinya dia sensitif sekali karena hari ini pembahasan hanya seputar: kenapa sih harus anak-anak??
Shiori menggeleng,”Iya (tidak).. terima kasih.. permisi”, dia jalan duluan dari Minho.
Minho sedikit berteriak padanya,”Lakukan saja.. ini bukan maunya kita!”
Shiori hanya menoleh padanya, tidak bicara apapun, lalu tetap berjalan meninggalkan Minho.
Minho bergumam,”pasti dia tidak setuju karena memang belum pernah dicobakan sama sekali pada manusia...”
Tapi dia sama sekali tidak peduli, dia lanjutkan pergi ke ruangan lain untuk mencari lagi pasien sesuai dengan berkas data yang dia pegang.

Kamui hari itu sampai sore sibuk dengan operasi pasien pada kanker payudara. Setelah selesai, dia membersihkan baju operasinya, lalu menuju ruangan Takahashi, direktur Rumah Sakit itu
Dilihatnya, disana sudah ada Daisuke Fujita. Dia masuk dan menyapa para seniornya yang ada disana. Mereka duduk bertiga saja dalam satu ruangan meeting.
”satu minggu lagi diharapkan Lee-sensei sudah bisa mengumpulkan kesediaan dari 55 pasien dan kita bisa langsung bekerja pada kemoterapi tahap pertama,” kata Kamui membuka pembicaraan.
”apa ada sanggahan dari pihak Takeo?,” tanya Daisuke
Kamui menggeleng,”tidak ada kelanjutannya lagi,”
”saya sudah menyuruh Maru chem untuk memformulasikan khusus bagi 55 orang tersebut, karena kadar untuk anak dan dewasa berbeda,” kata Daisuke.
”jadi diberikan selama 12 minggu kalau begitu,” kata Kamui
Daisuke mengangguk,”sesuai kesepakatan.. tidak akan berkurang dan lebih waktunya.. semoga tidak ada yang mengacaukan”
”dengan guinea pigs masih dilakukan.. aku sudah meminta tolong pada Imae-sensei bersama timnya,” kata Kamui
deal... semoga Takeo tidak mengacak-acak proyekku,” kata Daisuke.
”bagaimanapun.. dia tidak boleh meloncati garis otoritas,” kata Takahashi,”dia sudah punya jaringan tersendiri”
”Aku sendiri tidak yakin dia hanya bergelut pada garis otoritas,” kata Daisuke
”Maksud Anda??,” tanya Takahashi heran. Biasanya memang mainan mereka paling hanya seputar hierarki dan otoritas atas wilayah kependidikan.

”Kamui-sensei yang bisa menjawabnya,” jawab Daisuke
Kamui tertawa,”sungguh lucu sekali kasus ini,”
Takahashi tidak mengerti sebenarnya apa yang telah terjadi pada rumahsakitnya. Bukan dia tidak memperhatikan, dia tidak tahu kalau alasan dibalik ini adalah tentang seseorang.
”antara cinta, bisnis dan hal memalukan,” kata Kamui
Takahashi hanya bergumam, Daisuke tersenyum. Dia juga baru tahu cerita yang sebenarnya dari Kamui.
”berkaitan dengan salahsatu rekan sejawat kita disini??,” tanya Takahashi, heran dan penasaran.
”begitulah,” balas Kamui.
Takahashi bertanya siapa orang yang sudah membuat Takeo gerah. Kamui lalu menjawab, kalau itu Minho, bawahannya sendiri.
Takahashi kaget sampai dia membenarkan letak duduknya menjadi tegak
”beneran??,” katanya heran. Kamui hanya tertawa.
”bagaimana bisa?? Rank nya saja terbilang baru di RS ini,” kata Takahashi lagi. Dia memang melihat record karir Minho belum ada banyak kemajuan, memang termasuk bagus tetapi karena baru, belum ada posisi yang bisa dia capai.
”Sebelum aku menariknya dari sebuah klinik kecil.. dia adalah musuh Takeo,” kata Kamui
”shinjirarenai.. hampir tidak mengetahui hal ini.. memang di rekomendasi tidak ada kejelasan ketika keluar dari Kenzai University,” kata Takahashi.
”tapi... saya menganggap ini bukan masalah besar.. artinya.. jangan sampai Takeo membawa keterlibatan saya dalam persoalan cinta atau pribadi yang lain.. demi nama rumah sakit ini,”
”ya.. memang seorang dokter dewasa semestinya seperti itu, Takahashi-sensei.. tapi sepertinya ini akan jadi hal yang berbeda,” ujar Kamui

”Menurut Lee-sensei.. Takeo pernah terlibat kasus penggelapan dana RS..dan ini belum terungkap secara publik,” lanjutnya lagi
Takahashi dan Daisuke kaget.. sebab memang mereka belum tahu itu.
”Bukankah.. Lee-sensei itu keluar dari Kenzai.. sekitar 5 tahun yang lalu?? Bagaimana belum terungkap??,” kata Takahashi. Daisuke malah tidak tahu sama sekali ada kasus tersebut.
”Lee-sensei.. lolos.. tapi.. Kojima-sensei.. tidak,” kata Kamui
”maksud Anda??,” kata Daisuke dan Takahashi bersamaan.
”di duga kuat.. Kojima sensei.. yang meninggal 5 tahun lalu akibat serangan jantung mendadak di RS Kenzai.. bukan karena itu,” ujar Kamui
”Diracun maksud mu??,” tanya Takahashi heran,”ah.. apa iya sampai seperti itu??”
”ini baru dugaan.. selanjutnya... Lee-sensei pun terdepak.. atas nama cinta.. ,” kata Kamui.
”cinta atau mengetahui sebuah rahasia??,” tanya Daisuke
”bisa jadi keduanya.. Lee-sensei sendiri tidak cerita semuanya pada ku,” ujar Kamui.
”Lupakan.. kepentingan kita disini adalah kelancaran penelitian.. dalam bentuk benturan apapun jika Takeo menghendakinya.. aku tidak akan membiarkan,” kata Daisuke.
Kamui berdiri,”Nah.. menurut ku juga begitu.. baik.. aku harus pamit.. masih harus bicara dengan kedua bawahanku,”
Kamui menunduk hormat pada para seniornya, lalu dia pamit keluar ruangan.

Shiori sedang jaga di IGD dan juga praktek umum. Sementara Minho masih berkeliling sambil kontrol para pasien yang dibawah pengawasannya.
Shiori melamun saja ketika pasien sudah tidak ada lagi, dia menopang dagu.
”satu minggu lagi.. apa otoosan sudah selesai bicaranya dengan Takahashi-sensei??,” katanya dalam lamunan.
”Apa.. ada orang disini??,” ternyata suara itu dari Kamui yang membuka pintu ruangan praktek umum.
Shiori kaget, dia langsung berdiri,”ah.. Kamui-sensei.. ayo masuk!,” sambil dia menunduk hormat sedikit pada Kamui
Kamui masuk dan langsung duduk di depannya,”bagaimana hari ini.. ??”
”pasien lumayan banyak.. kebetulan Fujiwara-sensei tidak ada.. jadi aku yang gantikan sampai malam ini.. maaf..aku tidak bisa temani Lee-sensei,” ujar Shiori.
”tidak apa.. biarkan dia bekerja sendiri dibantu dengan Imae-sensei,” jawab Kamui.
”sudah bertemu ayahmu?,” lanjut Kamui lagi
Shiori menggeleng,”Iya.. mada desu.. selesai ini mungkin.. takut ada pasien lagi,”
”Kamu.. sudah tidak terbebani dengan kasus tadi pagi kan??,” tanya Kamui
”sedikit, Kamui-sensei.. tapi karena ayahku juga andil disini.. terpaksa aku tidak bisa melawan,” jawab Shiori
Kamui tersenyum padanya,”terkadang kita tidak bisa seidealisme yang diusahakan”
”Begitulah.. dan rasanya.. yang paling tidak punya idealisme itu Lee-senpai,” ujar Shiori dengan nada malas.
”karena dia terlalu pendiam, tidak banyak bicara dan hanya menurut saja pada apa yang aku atau manajemen rumah sakit perintahkan??,”
Shiori mengangguk mantap,”seperti itulah”

”Aku mengetahui kisah senpai mu itu,” ujar Kamui.
”ya.. aku mengerti, sensei.. itu mungkin yang menyebabkan dia dingin dan kaku terhadap semua orang,” balas Shiori
Kamui menyandarkan badannya di kursi,”sebenarnya tidak juga.. hanya kamu belum tahu banyak tentang kehidupannya”
”tahu.. sedikit.. hanya saja.. aku tidak mau banyak tahu juga,” kata Shiori.
Kamui tertawa kecil,”seharusnya kamu mau banyak tahu tentang dia.. bagaimanapun.. keseharianmu banyak dengannya nanti, hehe”
Shiori jadi mengingat kembali kejadian di karaoke, tapi Minho memintanya untuk merahasiakan, jadi dia pikir, dirahasiakan juga pada Kamui.
Dia jadi tertawa kecil juga pada Kamui,”aku hanya tahu kehidupan dia sebatas di RS saja, sensei, hehe”
”Tidak apa kalau mau lebih.. dia orang yang kesepian..sedang aku sibuk dengan keluargaku,” balas Kamui.
”tekanan hidup memang lebih keras,” kata Shiori.
Kamui mengangkat kedua tangannya sebahu,”begitulah.. tapi dia bukan orang yang sebenarnya gampang menyerah kok”
”pekerjaanku untuk guinea pigs belum selesai.. pasti Imae-sensei akan meminta,” kata Shiori,”aku janji selesaikan lusa supaya beliau bisa cepat bekerja seiring dengan hasil kita”
”tidak perlu ke khawatir itu tentang penelitian ini.. semua sudah ada pertimbangannya,” kata Kamui, kalem.
”apa sensei yakin..penelitian ini akan berdampak positif untuk para pasien??”
Kamui mengangguk mengiyakan,”ini mungkin baru pertama di negeri ini... jadi makanya kamu khawatir.. tapi kita tidak tahu dibelahan lain mungkin sudah mencobanya dan berhasil”
Shiori berharap apa yang dikatakan Kamui akan berhasil. Sebab dia hanya tahu, efek sampingnya, orang akan berkulit seperti perak jika dosis nya tidak tepat, dan sulit untuk kembali ke kulit asalnya. Memasukkan unsur kimia pada tubuh tertentu memang terkesan biasa dalam dunia medis, hanya saja, dia menganggap kanker bukanlah sebuah mainan sehingga dia khawatir ketika obat langsung dicobakan pada manusia, bukan pada hewan dahulu yang diberikan sel kanker.
”asal kita semua tidak membocorkan rahasia ini kepada pasien,” senyum Kamui mengakhiri percakapan dengannya hari itu.

Minho masih berkeliling antara ruangan para pasien kanker. Dia melayani dengan baik mereka bahkan tertawa dengan mereka. Masih juga tetap membujuk agar mereka mau menjadi pasien pengobatan tehnik baru. Harapan pasien pada pengobatan ini memang antara hidup dan mati. Mereka berharap orang yang mereka cintai sebagai pasien akan tetap hidup, dengan cara apapun.
Minho kembali ke ruangannya, dia duduk beristirahat. Waktu sudah hampir jam 7 malam, saatnya dia bersiap pulang. Shiori baru masuk lagi ke ruangan itu, dia menunduk hormat ketika bertemu Minho.
”maaf.. hari ini aku tidak bisa temani,” katanya pada Minho
Minho senyum tipis saja,”tidak apa..aku sudah dapat pasien banyak.. sepertinya usaha kita akan berjalan lancar”
yokatta ne (syukurlah),” balas Shiori singkat, lalu dia membereskan mejanya, untuk bersiap pulang. Sementara Minho sudah memakai jaket kendaraannya.

”apa..kamu masih khawatir dengan cara kita pada pasien nanti??,” tanya Minho tiba-tiba.
Shiori yang sedang membereskan meja nya, menoleh pada Minho.
”masih,” jawabnya,”sebab mungkin.. menurut Kamui-sensei..aku orang bertipe idealis,”
Minho tertawa kecil,”oh, hehe.. mungkin sudah tidak bisa lagi kita seperti itu”
“ya..aku tahu,” balas Shiori
”hari ini kita mendapatkan 20 orang..jadi..aku mau traktir kamu,” mendadak Minho bilang begitu
”wah..banyak juga..tiga hari lagi..semua data sudah bisa selesai..iya kan??,” tanya Shiori senang
Minho mengangguk,”ayo kita minum sebentar.. masih jam 7.. masih sore”
Shiori bergumam,”umm.. sepertinya tidak bisa.. aku ada jaga”
Minho heran,”dimana?? Apa boleh?? Kamu kan bukan orang sini..hanya dokter latihan”
”kamu mau singgah ke flat tua ku?? Hehe,” tawa kecil Shiori padanya.
”ada apa??,” Minho tanya balik
”enggak apa..hanya sebuah praktek kecil bagi pada jompo,” jawab Shiori, dia lalu membereskan mejanya lagi, sampai selesai, Minho belum menjawabnya.
”kalau tidak mau..tidak mengapa..minumnya nanti saja.. sampai kita benar-benar selesai,” lanjutnya lagi
”boleh,” balas Minho, menerima tawaran Shiori untuk membantunya memeriksa para jompo di flat lingkungan dia tinggal
”okay.. terima kasih,” ujar Shiori. Minho bilang dia harus keluar terlebih dahulu dengan motornya.
”apa harus naik motor?? Naik mobilku saja??,” tawar Shiori padanya.
”tidak usah..aku naik ini saja,” balas Minho ditempat parkir
Tak bicara lagi, mereka lalu segera meluncur ke lokasi.

Ramai sekali ternyata flat itu. Flat yang sederhana. Minho melihat-lihat ruang dalam flat dua kamar itu, yang digunakan Shiori untuk mengumpulkan para jompo dan memeriksanya. Minho juga membawa peralatan pribadinya.
”Fujita-sensei.. membawa siapa??,” tanya seorang kakek
Shiori berbicara ramah pada kakek itu, sambil sedikit menunduk hormat,”ah.. ini rekanku..dari satu rumahsakit.. perkenalkan.. Lee-sensei”
Minho menunduk hormat pada beberapa orang tua yang sedang di flat itu,”Lee..Lee Minho..salam perkenalan,” katanya senyum tipis pada mereka.
”ingin membantu Fujita-sensei malam ini??,” tanya seorang nenek
”iya,” senyum tipis Minho.
”bagus kalau begitu, sensei.. Fujita sensei disini membantu kami sendirian.. tapi...apa sensei tidak repot?? Takut merepotkan,” kata seorang nenek yang lain
”tidak sama sekali, Obaasan (nenek),” jawab Minho ramah.
”terima kasih, sensei,” kata para kakek dan nenek itu
”Nah...sekarang..kita mulai saja!,” Shiori menepuk tangannya sekali, semangat sekali. Lalu para kakek dan nenek itu saling duduk antri.
Minho sudah menyiapkan alat periksa sederhananya.

Ojiisan sebenarnya sudah sehat..hanya saja... kalau Ojiisan masih terus minum kuat sekali..aku ragu.. liver ojiisan bisa bagus.. ,” kata Minho senyum pada seorang kakek
”mohon dikurangi minumnya..,” lanjutnya lagi.
”wakarimashita, sensei,” jawab kakek tua itu, dia mengerti apa maksud Minho.
”apa ojiisan tinggal sendirian disini??,” tanya Minho sambil menulis resep vitamin.
”tidak..dengan anakku, sensei,” jawab kakek itu
”apa dia bekerja?? Mungkin sesekali ojiisan perlu rileks dan jalan-jalan dengan anakmu,” balas Minho lagi menatap mata kakek itu dan senyum
”aah...rasanya..dia tidak pernah anggap aku ada..aku selalu cerita hidupku satu bulan ini pada Fujita-sensei,” kata kakek itu
Shiori yang sedang memeriksa jompo lain, mendengar itu hanya senyum saja pada kakek itu.
Minho senyum padanya,”mungkin.. anak ojiisan memang sibuk.. tetapi..menurut ku tidak mengapa jika memang ojiisan dahulu yang mengajaknya”
”mungkin...kita perlu ngobrol disini?,” senyum Minho lagi.
”wah..ternyata dia bisa juga jadi tempat curhat,” kata hatinya Shiori ketika mendengar Minho berkata itu pada si kakek.
”dia hanya sibuk dengan pekerjaannya... aku hanya diberi uang saja.. pergi pagi, pulang malam.. hanya tinggal tidur saja..,” kata kakek itu
Minho senyum padanya, dia mengerti apa itu kesepian tanpa ada yang bisa menampung cerita.
”sepertinya memang anak yang sibuk,” kata Minho
”aku tidak mengerti..dia tidak pernah cerita kehidupannya, dia berteman dengan siapa, pacaran dengan siapa... tidak tahu,” ujar kakek itu
”sebaiknya memang ada yang memulai bicara... mungkin memang anaknya kakek tipe yang disapa terlebih dahulu,”
”sepertinya semua berubah ketika ibunya tiada,” ujar sang kakek
”oh...,” ujar Minho. Mendadak dia jadi ingat ibunya sendiri, bukan ibu tirinya.
”membuka hati memang bukan hal yang mudah,” katanya lagi
”itu sebabnya..aku lebih suka bercerita pada Fujita-sensei..dia anak muda yang mau memperhatikan kami disini,” ujar kakek itu
Minho senyum, dia lalu memberikan resep dan sekaligus vitamin yang sudah dia bungkus tadi saat mereka ngobrol.
”ini mohon diminum sehabis makan.. tiga kali satu pil sehari.. mohon ojiisan tidak tidur terlalu malam,” papar Minho
Kakek itu mengangguk ketika Minho menasehatinya dari segi kesehatan.
”terima kasih.. Anda baik sekali, Lee-sensei,” kata kakek itu berdiri menunduk hormat. Minho ikutan berdiri dan menunduk hormat padanya, membalas kembali.

Mereka selesai sampai jam 22.00 malam itu..
”terima kasih senpai mau membantuku...pekerjaan ku malam ini jadi lebih ringan,” senyum Shiori pada Minho, dia menunduk hormat pada cowok itu
”tidak mengapa,” jawab Minho. Dia meluruskan kakinya
Shiori pergi ke dapur dan menghidangkan minuman dingin untuk Minho
”terima kasih,” balas Minho, lalu dia meminum jus buah itu.
”begini pekerjaan ku tiga kali dalam seminggu,” kata Shiori, duduk di depannya
”masih mau berfikir tentang orang lain..itu bagus,” ujar Minho, menaruh gelas diatas meja.
”ya..begitulah..aku bukan tinggal di tempat yang mewah.. semua mahal disini,” ujar Shiori menopang dagunya.
Minho senyum,” jaman memang sulit...”
”eh..senpai belum pernah cerita padaku tentang kedua orangtuamu,” kata Shiori dengan mata berbinar. Sebenarnya dia sudah tahu cerita tentang Minho dari Kamui.. tapi memang disembunyikannya.
Wajah Minho agak sedikit berubah tidak enak hati, tapi dia lalu menjawab,”aku tinggal dengan ketiga adikku”
”oh..pasti seperti aku ya... kedua orangtua ada di kampung?? Hehe,” canda Shiori
Minho diam sejenak, lalu,”orangtuaku sudah tidak ada”
Shiori sebenarnya sudah tahu juga cerita itu dari Kamui, tapi dia mencoba berempati pada perkataan Minho,” oh..aku tidak tahu.. aku minta maaf, senpai”
Minho senyum tipis padanya,” tidak mengapa”
”ah iya..aku masih punya kue.. untuk 20 pasien tadi..kita rayakan disini saja, hehe,” Shiori bangkit lalu menuju dapur dan membuka kulkas, dia lalu kembali lagi ke depan Minho dengan kue dan piring kecil.

Mereka makan kue bersama....
”senpai ini terlalu kaku ..apa pada setiap orang begini??,” tanya Shiori tidak ragu pada Minho
”aku memang tidak suka banyak bicara, gomen,” jawab Minho sambil minum bir ringan kalengan.
”oh, hehe.. hidup terkadang perlu juga tidak terlalu serius,” kata Shiori
Minho mengangguk saja.
”kamu... tahu apa lagi tentang ku??,” tanya Minho
Shiori kaget dengan pertanyaan Minho barusan,”eh?? Ah... aku cuma tanya tadi .. kalau memang menyinggung.. aku minta maaf..aku enggak akan tanya lagi”
”apa masih ada hubungannya dengan Akimoto chiaki??,” tanya Minho lagi.
Shiori menggeleng,”aku tidak tahu.. aku sudah 1 minggu ini tidak bicara dengan Akimoto-senpai”
”sepertinya... kamu sudah tahu banyak tentangku dari Kamui-sensei,” kata Minho
Shiori mengelak,”ah..enggak kok.. beneran deh”
”enggak usah bohong.. ekspresi elakan mu menandakan begitu,” ujar Minho santai, dia minum lagi bir nya.
”tentang aku di Kenzai.. itu masa laluku,” katanya lagi
”aku tidak ingin mengingatnya lagi,”
”aku mengerti,” balas Shiori singkat.
”tapi ternyata tidak semudah itu... karena Akimoto-sensei masih disini,” kata Minho.
Shiori diam. Dia tidak ingin Minho jadi sensitif.
”habiskan saja kuenya..mau lagi??,” tawarnya pada Minho, memecah suasana ketika mereka sama-sama diam.
”terima kasih,” jawab Minho, memberikan piring kecilnya lagi untuk minta tambah.

”Terima kasih.. malam ini mau membantuku,” senyum Shiori, ketika mereka turun dari flat dan ke tempat Minho memarkirkan motornya.
”tidak apa,” jawab Minho.
Shiori menunduk hormat padanya, lalu,”kalau kapan-kapan mau membantu lagi..nanti aku kabari, hehe”
Minho senyum padanya.
”ah.. tolong.. untuk cerita hidupku.. cukup sampai dirimu saja,” kata Minho.
”ya... aku mengerti..aku minta maaf,” jawab Shiori.
Minho melihatnya dalam dari atas ke bawah...
”kenapa??,” tanya Shiori heran.
Lalu, entah mengapa.. dia mendekatkan wajahnya pada Shiori.. buru-buru cewek itu menjauh dari wajah Minho..
”oh... aku minta maaf,” kata Minho, dia sadar sendiri kalau dia salah, menegakkan kembali tubuhnya.
Shiori memegang dadanya, kaget,”ah iya.. tidak apa.. aku juga kaget, haha”
”ya sudah.. sampai jumpa besok... bantu aku berkeliling..,” senyum Minho.
”ya,” kata Shiori menunduk hormat
”terima kasih, senpai,” katanya lagi
Minho memakai helmnya dan dia melaju kencang menuju flatnya sendiri...


Bersambung....