Lee Min ho sebagai Dokter Minho Gackt
sebagai Dokter Kamui
“Aku menyadari, bahwa kamu mungkin tidak
setuju dengan keputusan kita, tapi ini adalah keputusan bersama antara pihak
kita dengan Maru chem,” Kamui memulai pembicaraan pagi itu, dia berdiri di
ruang meeting khusus dalam ruangannya, dengan Shiori dan Minho.
Kata-katanya itu tertuju pada Shiori yang
kemarin sempat protes dengan apa yang mereka putuskan. Minho diam saja karena
dia memang lebih banyak menuruti perintah Kamui.
”cant
believe that... mostly the experiments would be children,” kata Shiori masih dengan mimick ngotot.
Kamui
senyum pada anak rekan sejawatnya itu,”just
take it easy, doc Fujita.. semua sudah berada sesuai prosedur,”
”yang mungkin Fujita sensei khawatirkan
adalah.. kita menggunakan
manusia sebagai objek langsung”, kata Minho kalem
”dia tahu,” timpal Shiori singkat.
Kamui senyum lagi,”oh.. jadi kalian sebenarnya
sudah saling tahu kata hati masing-masing ya??”, dia menyindir Shiori yang
khawatirnya terlalu berlebihan.
”btw..
ayahmu sendiri yang menjamin kami,” lanjut Kamui lagi.
”Nani??
Sonna koto..,” wajah Shiori jadi kaget, dia enggak nyangka ayahnya pada
akhirnya malah jadi terlibat jauh. Dia pikir ayahnya setuju-setuju saja dengan
segala ide nya soal perdebatannya tidak akan menggunakan manusia langsung
sebagai eksperimen.
Kamui malah tertawa dengan ekspresi Shiori
yang seperti itu, Minho cuma senyum datar.
”Ini perjanjian yang terkesan berat.. makanya
aku pribadi bahkan tidak mengundang Doc Minho sendiri.. ”, Kamui menyerahkan 1
map berkas pada Shiori dan dia melihatnya. Memang berkas penandatanganan
kerjasama yang baru dengan Maru chem dan disana tertera juga tanda tangan ayahnya.
Minho menunduk hormat pada Kamui sambil
duduk.
”jadi..Otoosan
ada disini??,” kata hatinya Shiori. Tidak mungkin ayahnya menandatangani dari jauh, pasti masih ada diseputar
kota ini.
”Apa.. ayahku ada disini??,” tanya Shiori pada Kamui
“begitulah.. itu makanya semua tanda
tangan beliau sudah tertera disini,” jawab Kamui santai
Shiori lalu berdiri dan menunduk hormat
pada Kamui,”baiklah Kamui sensei..aku ikut saja keputusan ini”. Kalau sudah
begitu, dia memang tidak akan bisa melawan ayahnya secara pribadi maupun
hierarki.
Kamui senyum setelah Shiori berkata
seperti itu,”baiklah... siang ini sudah mulai bekerja mendekati para calon
eksperimen.. dan Minho sensei
sudah membuat surat pernyataan untuk
para anggota keluarga kan??,”
Minho menunduk hormat,”shimashita (sudah dilakukan), Kamui
sensei,”
Shiori duduk kembali, dia berfikir,”ternyata
Otoosan ada disini.. umm..
kenapa tidak bilang-bilang sih?? Aku sangat tidak setuju dengan semua ini,
Otoosan...”
Shiori menelepon Daisuke, ayahnya. Minho
sibuk berbicara dengan pasien lain yang dewasa dan keluarga pasien bagi pasien
anak-anak.
Dia masih tidak percaya ternyata ayahnya
ada di kota itu. Daisuke hanya tertawa ketika anaknya kesal.
”sepertinya.. Minho-kun.. senpai mu itu tidak menginformasikan
kamu kalau aku disini?? Aku
sudah berada bersama Direktur Takahashi,” kata Daisuke di teleponnya.
”Aku jarang sekali bicara dengan senpai ku yang judes itu,” keluh Shiori.
Walau Minho sudah mencoba ramah terhadapnya, apalagi berkaitan dengan kasus
ciuman dia dengan Chiaki, tetap saja, bagi Shiori , seniornya itu judes dan
kaku.
Daisuke tertawa-tawa dan menyuruh anaknya
pergi ke ruangan Takahashi. Shiori
pun pergi sesuai dengan perintah ayahnya, ke ruangan Takahashi. Minho memergokinya sedang berjalan, tanpa
dia lihat.
”Birokrasi dan hierarki dimana-mana..
menyebalkan,” kata hatinya Minho, lalu dia melanjutkan jalannya ke ruangan
pasien kanker yang lain.
”Ayah sudah gagal dalam bisnis suamimu
itu,” kata Takeo pada Chiaki di teleponnya
”kenapa Otoosan berharap pada rumahsakit
ini? Rumah sakit ini masih ada hubungan kerjasama dengan perusahaan patungan
Daisuke dan Maru chem.. ,” jawab Chiaki di ruangannya.
”apa.. karena masih ada Lee Minho didalam
proyek itu nanti?,” tanya Chiaki lagi.
Dia tahu, memang ayahnya sangat tidak suka
dengan Minho karena masa lalu mereka. Ayahnya sepertinya ingin Minho hancur
dalam kehidupannya, termasuk karir dalam rumah sakit itu. Chiaki sudah
menganggapnya masa lalu, tetapi tidak dengan ayahnya.
Dia hanya ingat beberapa kali Minho dihina
oleh ayahnya baik ketika mereka bicara dalam suasana biasa, maupun ketika
bertemu sebagai sesama rekan medis. Chiaki begitu menyesalkan sikap ayahnya
yang begitu pendendam.
”Dalam keluarga Akimoto sama sekali tidak
ada satupun yang memiliki anggota keluarga tidak jelas.. kami keluarga
terhormat,” kata itu yang pernah diucapkan Takeo pada Minho di depan rekan
medis dan paramedis lainnya di Kenzai Hospital dan Medical University ketika
mereka sedang merayakan ulangtahun universitas tersebut.
Beberapa rekan tertawa,”memang ada..
disini rekan kita yang sama sekali tidak jelas keluarganya? Kasian sekali,
hahaha,” kata salahseorang dari mereka
Minho diam saja, dia sama sekali tidak
ingin melawan. Chiaki juga hanya memperhatikan saja mereka membahas seperti
itu.
”Enggak terbayang deh.. mestinya tidak ada
rekan kita yang seperti itu... bisa rusak nama universitas ini, hahaha,” kata rekan
medis yang lain.
Semuanya tertawa terbahak-bahak dan salah
satu dari mereka juga bahkan berkata,”sepertinya orang seperti itu sama sekali
tidak pantas ada di universitas terkenal ini, hahahaha”
Dalam hatinya, Minho tersinggung.. siapa
yang ingin punya keluarga dari hasil yang berantakan?? Chiaki hanya memandang
Minho. Hubungan mereka memang sudah berjalan, tapi sama sekali belum diketahui
sesama rekan di universitas itu.
”Kamu hanya akan menimbun penyesalan jika
kita selalu bersama,” kata Minho di apartmentnya Chiaki.
Chiaki mendekatkan wajahnya pada
Minho,”kenapa?? Apa kamu juga
menyesal.. kita berhubungan?”
Minho berdiri lalu memakai kaosnya,”aku
tidak tahu.. ”, balasnya singkat.
Chiaki ikut berdiri,”aku minta maaf atas
kelakuan ayahku”
Minho diam saja, dia memakai kemejanya.
”aku harus pergi,” katanya. Dia lalu mencium Chiaki dan pergi tanpa
bicara lagi.
”sudahlah, otoosan.. aku tidak ingin lagi
hidupku dihantui masa lalu... aku juga sudah menikah dan dia sudah berhubungan
dengan orang lain,” kata Chiaki
”mohon hentikan saja.. lagipula, masih
banyak peluang lain soal bisnis kemoterapi ini,” lanjutnya lagi.
”sudah hentikan saja dendam ini, otoosan..
aku sudah lelah,”
Takeo tetap berkeras hati. Dendamnya malah
jadi bertambah dengan adanya Daisuke mengacaukan bisnis keluarganya. Chiaki
tidak habis pikir, sebab jika memang ayahnya tidak suka dengan Daisuke, berarti
dia akan berhadapan lagi dengan satu orang, yaitu Shiori dan selama ini dia kenal
baik dengan rekannya itu.
”Takahashi tidak akan memecatmu jika kamu
tidak melakukan mal praktek dan sejenisnya yang melanggar aturan rumah sakit
dan kependidikan,” kata Takeo
”aku tidak ingin lagi mendengar soal ini,
otoosan.. onegaishimasu, tolong hentikan,”
kepala Chiaki jadi pusing berat. Dia membayangkan masa lalu saja dia sudah
menghancurkan perasaan, hati dan kehidupan Minho, kalau bertambah satu lagi,
maka rasanya dia semakin gelap.
Minho mengunjungi salah satu pasien anak
dengan kanker darah. Shiori mengintipnya dari balik pintu.
”shitsurei
shimasu (permisi),” kata Shiori, senyum, minta ijin masuk pada Minho dan
keluarga dari pasien itu.
Minho menyuruhnya masuk dan memperkenalkan
pada keluarga pasien itu. Shiori menunduk hormat pada mereka.
”selama ini, kami hanya menggunakan
cyratabine.. tetapi.. ini sudah cara lama.. kami inginkan sesuatu yang lebih
baru dan lebih bisa membantu penyembuhan,” kata Minho. Shiori tetap berdiri
saja disamping Minho, memperhatikan mereka bicara.
”diharapkan dalam kemoterapi kali ini
tidak ada rasa sakit atau miminal rasa sakit.. dan tidak sampai 2-3 seri.. kami
berharap hasil terbaik sehingga Shun-kun diharapkan bisa sembuh,” kata Minho
lagi.
Shiori menghela nafasnya, dia melihat anak
kecil di depannya yang berusia 10 tahun itu. Kedua orangtuanya mengharap
anaknya bisa sembuh dengan tehnik pengobatan yang sudah dijelaskan Minho.
”Jika memang ini akan menjadi yang terbaik
bagi Shun-kun.. kami akan
menerima dan biarkan Shun-kun menjalani
pengobatan ini sampai selesai, Lee-sensei,” kata ayahnya Shun.
Minho jujur menginformasikan kalau
pengobatan ini memang terbilang baru.
”apakah.. Lee-sensei sudah mengetahui
jaminan kalau kemoterapi ini akan aman??,” tanya Ayah Shun.
Minho menjawab dengan mantap,”kami yakin”
Shiori menoleh,”eh?? Kenapa mulai lagi
Minho senpai berbohong??,” katanya dalam hati.
Ayahnya Shun lega,”syukurlah.. kalau
begitu.. kami bersedia
menandatangani persetujuan pengobatan sampai selesai, Lee-sensei”
Minho senyum dan menunduk hormat,”terima
kasih, Maeda-san.. kami akan usahakan yang terbaik untuk mengobatan Shun-kun”
Shiori hanya ikutan menunduk hormat saja.
Minho lalu mengeluarkan lembar persetujuan yang harus ditandatangani oleh Maeda
dan isterinya.
Maeda dan isterinya menadatangani surat
persetujuan kalau Shun akan menggunakan kemoterapi baru untuk leukemia (kanker
darah) nya.
”Semoga tidak terjadi efek samping yang
membahayakan baginya,” kata hatinya Shiori. Dia tidak bisa melarang Minho bicara dengan
keluarga anak kecil itu.
Shiori berjongkok di samping tempat tidur
Shun dan tersenyum pada anak kecil itu.
”Shun kun.. harus segera sembuh.. supaya
nanti bisa bermain dan bersekolah lagi,” katanya pada anak itu
”arigatou,
sensei,” senyum Shun ramah pada Shiori dan Minho, mengucapkan terima kasih
atas semangat yang diberikan padanya.
Minho senyum saja. Mereka lalu pamit,
keluar ruangan.
Minho berjalan saja, Shiori berjalan
disampingnya.
”sudah dapat berapa??,” tanya Shiori
padanya
”sepuluh orang,” jawab Minho singkat,
masih sambil jalan.
”target kita.. masih 55 orang??,” tanya Shiori
Minho mengangguk, sambil tetap berjalan,
tanpa memperhatikannya.
”Minho senpai...,” kata Shiori.
Minho baru menoleh,”apa?”
”Kenapa semuanya 60% hampir anak-anak??,”
tanya Shiori padanya
Minho menghentikan langkahnya, diam sejenak,
lalu,”pertama, kalau kita lihat dari daftar pasien saat ini, anak-anak di rumah
sakit ini yang utama dengan kanker. Kedua: ini adalah hasil kesepakatan antara
ayahmu sendiri, Takahashi sensei, Kamui sensei.. dan kita hanya pelaksana”
”ada lagi?,” tanya Minho. Sepertinya dia
sensitif sekali karena hari ini pembahasan hanya seputar: kenapa sih harus
anak-anak??
Shiori menggeleng,”Iya (tidak).. terima kasih.. permisi”, dia jalan duluan dari Minho.
Minho sedikit berteriak padanya,”Lakukan
saja.. ini bukan maunya kita!”
Shiori hanya menoleh padanya, tidak bicara
apapun, lalu tetap berjalan meninggalkan Minho.
Minho bergumam,”pasti dia tidak setuju
karena memang belum pernah dicobakan sama sekali pada manusia...”
Tapi dia sama sekali tidak peduli, dia
lanjutkan pergi ke ruangan lain untuk mencari lagi pasien sesuai dengan berkas
data yang dia pegang.
Kamui hari itu sampai sore sibuk dengan
operasi pasien pada kanker payudara. Setelah selesai, dia membersihkan baju
operasinya, lalu menuju ruangan Takahashi, direktur Rumah Sakit itu
Dilihatnya, disana sudah ada Daisuke Fujita.
Dia masuk dan menyapa para seniornya yang ada disana. Mereka duduk bertiga saja
dalam satu ruangan meeting.
”satu minggu lagi diharapkan Lee-sensei
sudah bisa mengumpulkan kesediaan dari 55 pasien dan kita bisa langsung bekerja
pada kemoterapi tahap pertama,” kata Kamui membuka pembicaraan.
”apa ada sanggahan dari pihak Takeo?,”
tanya Daisuke
Kamui menggeleng,”tidak ada kelanjutannya
lagi,”
”saya sudah menyuruh Maru chem untuk
memformulasikan khusus bagi 55 orang tersebut, karena kadar untuk anak dan
dewasa berbeda,” kata Daisuke.
”jadi diberikan selama 12 minggu kalau
begitu,” kata Kamui
Daisuke mengangguk,”sesuai kesepakatan..
tidak akan berkurang dan lebih waktunya.. semoga tidak ada yang mengacaukan”
”dengan guinea pigs masih dilakukan.. aku
sudah meminta tolong pada Imae-sensei bersama timnya,” kata Kamui
”deal...
semoga Takeo tidak mengacak-acak proyekku,” kata Daisuke.
”bagaimanapun.. dia tidak boleh meloncati
garis otoritas,” kata Takahashi,”dia sudah punya jaringan tersendiri”
”Aku sendiri tidak yakin dia hanya
bergelut pada garis otoritas,” kata Daisuke
”Maksud Anda??,” tanya Takahashi heran.
Biasanya memang mainan mereka paling hanya seputar hierarki dan otoritas atas
wilayah kependidikan.
”Kamui-sensei yang bisa menjawabnya,”
jawab Daisuke
Kamui tertawa,”sungguh lucu sekali kasus
ini,”
Takahashi tidak mengerti sebenarnya apa
yang telah terjadi pada rumahsakitnya. Bukan dia tidak memperhatikan, dia tidak tahu kalau alasan dibalik ini
adalah tentang seseorang.
”antara cinta, bisnis dan hal memalukan,” kata
Kamui
Takahashi hanya bergumam, Daisuke
tersenyum. Dia juga baru tahu cerita yang sebenarnya dari Kamui.
”berkaitan dengan salahsatu rekan sejawat
kita disini??,” tanya Takahashi, heran dan penasaran.
”begitulah,” balas Kamui.
Takahashi bertanya siapa orang yang sudah
membuat Takeo gerah. Kamui
lalu menjawab, kalau itu Minho, bawahannya sendiri.
Takahashi kaget sampai dia membenarkan
letak duduknya menjadi tegak
”beneran??,” katanya heran. Kamui hanya
tertawa.
”bagaimana bisa?? Rank nya saja terbilang
baru di RS ini,” kata Takahashi lagi. Dia memang melihat record karir Minho
belum ada banyak kemajuan, memang termasuk bagus tetapi karena baru, belum ada
posisi yang bisa dia capai.
”Sebelum aku menariknya dari sebuah klinik
kecil.. dia adalah musuh
Takeo,” kata Kamui
”shinjirarenai.. hampir tidak mengetahui hal ini.. memang
di rekomendasi tidak ada kejelasan ketika keluar dari Kenzai University,” kata
Takahashi.
”tapi... saya menganggap ini bukan masalah
besar.. artinya.. jangan sampai Takeo membawa keterlibatan saya dalam persoalan
cinta atau pribadi yang lain.. demi nama rumah sakit ini,”
”ya.. memang seorang dokter dewasa
semestinya seperti itu, Takahashi-sensei.. tapi sepertinya ini akan jadi hal
yang berbeda,” ujar Kamui
”Menurut Lee-sensei.. Takeo pernah
terlibat kasus penggelapan dana RS..dan ini belum terungkap secara publik,”
lanjutnya lagi
Takahashi dan Daisuke kaget.. sebab memang
mereka belum tahu itu.
”Bukankah.. Lee-sensei itu keluar dari
Kenzai.. sekitar 5 tahun yang
lalu?? Bagaimana belum terungkap??,” kata Takahashi. Daisuke malah tidak tahu
sama sekali ada kasus tersebut.
”Lee-sensei.. lolos.. tapi..
Kojima-sensei.. tidak,” kata Kamui
”maksud Anda??,” kata Daisuke dan
Takahashi bersamaan.
”di duga kuat.. Kojima sensei.. yang
meninggal 5 tahun lalu akibat serangan jantung mendadak di RS Kenzai.. bukan
karena itu,” ujar Kamui
”Diracun maksud mu??,” tanya Takahashi
heran,”ah.. apa iya sampai seperti itu??”
”ini baru dugaan.. selanjutnya...
Lee-sensei pun terdepak.. atas nama cinta.. ,” kata Kamui.
”cinta atau mengetahui sebuah rahasia??,”
tanya Daisuke
”bisa jadi keduanya.. Lee-sensei sendiri
tidak cerita semuanya pada ku,” ujar Kamui.
”Lupakan.. kepentingan kita disini adalah
kelancaran penelitian.. dalam bentuk benturan apapun jika Takeo
menghendakinya.. aku tidak akan membiarkan,” kata Daisuke.
Kamui berdiri,”Nah.. menurut ku juga
begitu.. baik.. aku harus pamit.. masih harus bicara dengan kedua bawahanku,”
Kamui menunduk hormat pada para seniornya,
lalu dia pamit keluar ruangan.
Shiori sedang jaga di IGD dan juga praktek
umum. Sementara Minho masih berkeliling sambil kontrol para pasien yang dibawah
pengawasannya.
Shiori melamun saja ketika pasien sudah
tidak ada lagi, dia menopang dagu.
”satu minggu lagi.. apa otoosan sudah
selesai bicaranya dengan Takahashi-sensei??,” katanya dalam lamunan.
”Apa.. ada orang disini??,” ternyata suara
itu dari Kamui yang membuka pintu ruangan praktek umum.
Shiori kaget, dia langsung berdiri,”ah.. Kamui-sensei.. ayo masuk!,” sambil dia
menunduk hormat sedikit pada Kamui
Kamui masuk dan langsung duduk di
depannya,”bagaimana hari ini.. ??”
”pasien lumayan banyak.. kebetulan
Fujiwara-sensei tidak ada.. jadi aku yang gantikan sampai malam ini.. maaf..aku tidak bisa temani Lee-sensei,”
ujar Shiori.
”tidak apa.. biarkan dia bekerja sendiri
dibantu dengan Imae-sensei,” jawab Kamui.
”sudah bertemu ayahmu?,” lanjut Kamui lagi
Shiori menggeleng,”Iya.. mada desu.. selesai ini mungkin.. takut ada pasien lagi,”
”Kamu.. sudah tidak terbebani dengan kasus
tadi pagi kan??,” tanya Kamui
”sedikit, Kamui-sensei.. tapi karena
ayahku juga andil disini.. terpaksa aku tidak bisa melawan,” jawab Shiori
Kamui tersenyum padanya,”terkadang kita
tidak bisa seidealisme yang diusahakan”
”Begitulah.. dan rasanya.. yang paling
tidak punya idealisme itu Lee-senpai,” ujar Shiori dengan nada malas.
”karena dia terlalu pendiam, tidak banyak
bicara dan hanya menurut saja pada apa yang aku atau manajemen rumah sakit
perintahkan??,”
Shiori mengangguk mantap,”seperti itulah”
”Aku mengetahui kisah senpai mu itu,” ujar
Kamui.
”ya.. aku mengerti, sensei.. itu mungkin
yang menyebabkan dia dingin dan kaku terhadap semua orang,” balas Shiori
Kamui menyandarkan badannya di kursi,”sebenarnya
tidak juga.. hanya kamu belum tahu banyak tentang kehidupannya”
”tahu.. sedikit.. hanya saja.. aku tidak
mau banyak tahu juga,” kata Shiori.
Kamui tertawa kecil,”seharusnya kamu mau
banyak tahu tentang dia.. bagaimanapun.. keseharianmu banyak dengannya nanti,
hehe”
Shiori jadi mengingat kembali kejadian di
karaoke, tapi Minho memintanya untuk merahasiakan, jadi dia pikir, dirahasiakan
juga pada Kamui.
Dia jadi tertawa kecil juga pada
Kamui,”aku hanya tahu kehidupan dia sebatas di RS saja, sensei, hehe”
”Tidak apa kalau mau lebih.. dia orang
yang kesepian..sedang aku sibuk dengan keluargaku,” balas Kamui.
”tekanan hidup memang lebih keras,” kata Shiori.
Kamui mengangkat kedua tangannya
sebahu,”begitulah.. tapi dia bukan orang yang sebenarnya gampang menyerah kok”
”pekerjaanku untuk guinea pigs belum
selesai.. pasti Imae-sensei akan meminta,” kata Shiori,”aku janji selesaikan
lusa supaya beliau bisa cepat bekerja seiring dengan hasil kita”
”tidak perlu ke khawatir itu tentang
penelitian ini.. semua sudah ada pertimbangannya,” kata Kamui, kalem.
”apa sensei yakin..penelitian ini akan
berdampak positif untuk para pasien??”
Kamui mengangguk mengiyakan,”ini mungkin
baru pertama di negeri ini... jadi makanya kamu khawatir.. tapi kita tidak tahu
dibelahan lain mungkin sudah mencobanya dan berhasil”
Shiori berharap apa yang dikatakan Kamui
akan berhasil. Sebab dia hanya tahu, efek sampingnya, orang akan berkulit
seperti perak jika dosis nya tidak tepat, dan sulit untuk kembali ke kulit
asalnya. Memasukkan unsur kimia pada tubuh tertentu memang terkesan biasa dalam
dunia medis, hanya saja, dia menganggap kanker bukanlah sebuah mainan sehingga
dia khawatir ketika obat langsung dicobakan pada manusia, bukan pada hewan
dahulu yang diberikan sel kanker.
”asal kita semua tidak membocorkan rahasia
ini kepada pasien,” senyum Kamui mengakhiri percakapan dengannya hari itu.
Minho masih berkeliling antara ruangan
para pasien kanker. Dia melayani dengan baik mereka bahkan tertawa dengan
mereka. Masih juga tetap membujuk agar mereka mau menjadi pasien pengobatan
tehnik baru. Harapan pasien pada pengobatan ini memang antara hidup dan mati.
Mereka berharap orang yang mereka cintai sebagai pasien akan tetap hidup,
dengan cara apapun.
Minho kembali ke ruangannya, dia duduk
beristirahat. Waktu sudah
hampir jam 7 malam, saatnya dia bersiap pulang. Shiori baru masuk lagi ke
ruangan itu, dia menunduk hormat ketika bertemu Minho.
”maaf.. hari ini aku tidak bisa temani,”
katanya pada Minho
Minho senyum tipis saja,”tidak apa..aku
sudah dapat pasien banyak.. sepertinya usaha kita akan berjalan lancar”
”yokatta
ne (syukurlah),” balas Shiori singkat, lalu dia membereskan mejanya, untuk
bersiap pulang. Sementara Minho sudah memakai jaket kendaraannya.
”apa..kamu masih khawatir dengan cara kita
pada pasien nanti??,” tanya Minho tiba-tiba.
Shiori yang sedang membereskan meja nya,
menoleh pada Minho.
”masih,” jawabnya,”sebab mungkin.. menurut
Kamui-sensei..aku orang bertipe idealis,”
“ya..aku tahu,” balas Shiori
”hari ini kita mendapatkan 20
orang..jadi..aku mau traktir kamu,” mendadak Minho bilang begitu
”wah..banyak juga..tiga hari lagi..semua
data sudah bisa selesai..iya kan??,” tanya Shiori senang
Minho mengangguk,”ayo kita minum
sebentar.. masih jam 7.. masih sore”
Shiori bergumam,”umm.. sepertinya tidak
bisa.. aku ada jaga”
Minho heran,”dimana?? Apa boleh?? Kamu kan
bukan orang sini..hanya dokter latihan”
”kamu mau singgah ke flat tua ku?? Hehe,” tawa kecil Shiori padanya.
”ada apa??,” Minho tanya balik
”enggak apa..hanya sebuah praktek kecil
bagi pada jompo,” jawab Shiori, dia lalu membereskan mejanya lagi, sampai
selesai, Minho belum menjawabnya.
”kalau tidak mau..tidak mengapa..minumnya
nanti saja.. sampai kita benar-benar selesai,” lanjutnya lagi
”boleh,” balas Minho, menerima tawaran Shiori
untuk membantunya memeriksa para jompo di flat lingkungan dia tinggal
”okay.. terima kasih,” ujar Shiori. Minho
bilang dia harus keluar terlebih dahulu dengan motornya.
”apa harus naik motor?? Naik mobilku saja??,” tawar Shiori
padanya.
”tidak usah..aku naik ini saja,” balas
Minho ditempat parkir
Tak bicara lagi, mereka lalu segera
meluncur ke lokasi.
Ramai sekali ternyata flat itu. Flat yang
sederhana. Minho melihat-lihat ruang dalam flat dua kamar itu, yang digunakan Shiori
untuk mengumpulkan para jompo dan memeriksanya. Minho juga membawa peralatan pribadinya.
”Fujita-sensei.. membawa siapa??,” tanya
seorang kakek
Shiori berbicara ramah pada kakek itu,
sambil sedikit menunduk hormat,”ah.. ini rekanku..dari satu rumahsakit..
perkenalkan.. Lee-sensei”
Minho menunduk hormat pada beberapa orang
tua yang sedang di flat itu,”Lee..Lee Minho..salam perkenalan,” katanya senyum
tipis pada mereka.
”ingin membantu Fujita-sensei malam ini??,”
tanya seorang nenek
”iya,” senyum tipis Minho.
”bagus kalau begitu, sensei.. Fujita sensei disini membantu kami
sendirian.. tapi...apa sensei
tidak repot?? Takut merepotkan,” kata seorang nenek yang lain
”tidak sama sekali, Obaasan (nenek),” jawab Minho ramah.
”terima kasih, sensei,” kata para kakek
dan nenek itu
”Nah...sekarang..kita mulai saja!,” Shiori
menepuk tangannya sekali, semangat sekali. Lalu para kakek dan nenek itu saling
duduk antri.
Minho sudah menyiapkan alat periksa
sederhananya.
”Ojiisan
sebenarnya sudah sehat..hanya saja... kalau Ojiisan masih terus minum kuat
sekali..aku ragu.. liver ojiisan bisa bagus.. ,” kata Minho senyum pada seorang
kakek
”mohon dikurangi minumnya..,” lanjutnya
lagi.
”wakarimashita,
sensei,” jawab kakek tua
itu, dia mengerti apa maksud Minho.
”apa ojiisan tinggal sendirian disini??,”
tanya Minho sambil menulis resep vitamin.
”tidak..dengan anakku, sensei,” jawab
kakek itu
”apa dia bekerja?? Mungkin sesekali
ojiisan perlu rileks dan jalan-jalan dengan anakmu,” balas Minho lagi menatap
mata kakek itu dan senyum
”aah...rasanya..dia tidak pernah anggap
aku ada..aku selalu cerita hidupku satu bulan ini pada Fujita-sensei,” kata
kakek itu
Shiori yang sedang memeriksa jompo lain,
mendengar itu hanya senyum saja pada kakek itu.
Minho senyum padanya,”mungkin.. anak
ojiisan memang sibuk.. tetapi..menurut ku tidak mengapa jika memang ojiisan
dahulu yang mengajaknya”
”mungkin...kita perlu ngobrol disini?,”
senyum Minho lagi.
”wah..ternyata dia bisa juga jadi tempat
curhat,” kata hatinya Shiori ketika mendengar Minho berkata itu pada si kakek.
”dia hanya sibuk dengan pekerjaannya... aku
hanya diberi uang saja.. pergi pagi, pulang malam.. hanya tinggal tidur
saja..,” kata kakek itu
Minho senyum padanya, dia mengerti apa itu
kesepian tanpa ada yang bisa menampung cerita.
”sepertinya memang anak yang sibuk,” kata
Minho
”aku tidak mengerti..dia tidak pernah
cerita kehidupannya, dia berteman dengan siapa, pacaran dengan siapa... tidak
tahu,” ujar kakek itu
”sebaiknya memang ada yang memulai
bicara... mungkin memang anaknya kakek tipe yang disapa terlebih dahulu,”
”sepertinya semua berubah ketika ibunya
tiada,” ujar sang kakek
”oh...,” ujar Minho. Mendadak dia jadi
ingat ibunya sendiri, bukan ibu tirinya.
”membuka hati memang bukan hal yang
mudah,” katanya lagi
”itu sebabnya..aku lebih suka bercerita
pada Fujita-sensei..dia anak muda yang mau memperhatikan kami disini,” ujar
kakek itu
Minho senyum, dia lalu memberikan resep
dan sekaligus vitamin yang sudah dia bungkus tadi saat mereka ngobrol.
”ini mohon diminum sehabis makan.. tiga
kali satu pil sehari.. mohon ojiisan tidak tidur terlalu malam,” papar Minho
Kakek itu mengangguk ketika Minho
menasehatinya dari segi kesehatan.
”terima kasih.. Anda baik sekali,
Lee-sensei,” kata kakek itu berdiri menunduk hormat. Minho ikutan berdiri dan
menunduk hormat padanya, membalas kembali.
Mereka selesai sampai jam 22.00 malam
itu..
”terima kasih senpai mau
membantuku...pekerjaan ku malam ini jadi lebih ringan,” senyum Shiori pada
Minho, dia menunduk hormat pada cowok itu
”tidak mengapa,” jawab Minho. Dia
meluruskan kakinya
Shiori pergi ke dapur dan menghidangkan
minuman dingin untuk Minho
”terima kasih,” balas Minho, lalu dia
meminum jus buah itu.
”begini pekerjaan ku tiga kali dalam
seminggu,” kata Shiori, duduk di depannya
”masih mau berfikir tentang orang
lain..itu bagus,” ujar Minho, menaruh gelas diatas meja.
”ya..begitulah..aku bukan tinggal di
tempat yang mewah.. semua mahal disini,” ujar Shiori menopang dagunya.
Minho senyum,” jaman memang sulit...”
”eh..senpai belum pernah cerita padaku
tentang kedua orangtuamu,” kata Shiori dengan mata berbinar. Sebenarnya dia sudah tahu cerita tentang
Minho dari Kamui.. tapi memang disembunyikannya.
Wajah Minho agak sedikit berubah tidak
enak hati, tapi dia lalu menjawab,”aku tinggal dengan ketiga adikku”
”oh..pasti seperti aku ya... kedua
orangtua ada di kampung?? Hehe,” canda Shiori
Minho diam sejenak, lalu,”orangtuaku sudah
tidak ada”
Shiori sebenarnya sudah tahu juga cerita
itu dari Kamui, tapi dia mencoba berempati pada perkataan Minho,” oh..aku tidak
tahu.. aku minta maaf, senpai”
Minho senyum tipis padanya,” tidak
mengapa”
”ah iya..aku masih punya kue.. untuk 20
pasien tadi..kita rayakan disini saja, hehe,” Shiori bangkit lalu menuju dapur
dan membuka kulkas, dia lalu kembali lagi ke depan Minho dengan kue dan piring
kecil.
Mereka makan kue bersama....
”senpai ini terlalu kaku ..apa pada setiap
orang begini??,” tanya Shiori tidak ragu pada Minho
”aku memang tidak suka banyak bicara, gomen,” jawab Minho sambil minum bir
ringan kalengan.
”oh, hehe.. hidup terkadang perlu juga
tidak terlalu serius,” kata Shiori
Minho mengangguk saja.
”kamu... tahu apa lagi tentang ku??,”
tanya Minho
Shiori kaget dengan pertanyaan Minho
barusan,”eh?? Ah... aku cuma tanya tadi .. kalau memang menyinggung.. aku minta
maaf..aku enggak akan tanya lagi”
”apa masih ada hubungannya dengan Akimoto
chiaki??,” tanya Minho lagi.
Shiori menggeleng,”aku tidak tahu.. aku
sudah 1 minggu ini tidak bicara dengan Akimoto-senpai”
”sepertinya... kamu sudah tahu banyak
tentangku dari Kamui-sensei,” kata Minho
Shiori mengelak,”ah..enggak kok.. beneran deh”
”enggak usah bohong.. ekspresi elakan mu
menandakan begitu,” ujar Minho santai, dia minum lagi bir nya.
”tentang aku di Kenzai.. itu masa laluku,”
katanya lagi
”aku tidak ingin mengingatnya lagi,”
”aku mengerti,” balas Shiori singkat.
”tapi ternyata tidak semudah itu... karena
Akimoto-sensei masih disini,” kata Minho.
Shiori diam. Dia tidak ingin Minho jadi
sensitif.
”habiskan saja kuenya..mau lagi??,”
tawarnya pada Minho, memecah suasana ketika mereka sama-sama diam.
”terima kasih,” jawab Minho, memberikan
piring kecilnya lagi untuk minta tambah.
”Terima kasih.. malam ini mau membantuku,”
senyum Shiori, ketika mereka turun dari flat dan ke tempat Minho memarkirkan
motornya.
”tidak apa,” jawab Minho.
Shiori menunduk hormat padanya,
lalu,”kalau kapan-kapan mau membantu lagi..nanti aku kabari, hehe”
Minho senyum padanya.
”ah.. tolong.. untuk cerita hidupku..
cukup sampai dirimu saja,” kata Minho.
”ya... aku mengerti..aku minta maaf,” jawab
Shiori.
Minho melihatnya dalam dari atas ke
bawah...
”kenapa??,” tanya Shiori heran.
Lalu, entah mengapa.. dia mendekatkan
wajahnya pada Shiori.. buru-buru
cewek itu menjauh dari wajah Minho..
”oh... aku minta maaf,” kata Minho, dia
sadar sendiri kalau dia salah, menegakkan kembali tubuhnya.
Shiori memegang dadanya, kaget,”ah iya.. tidak apa.. aku juga kaget, haha”
”ya sudah.. sampai jumpa besok... bantu
aku berkeliling..,” senyum Minho.
”ya,” kata Shiori menunduk hormat
”terima kasih, senpai,” katanya lagi
Minho memakai helmnya dan dia melaju
kencang menuju flatnya sendiri...
Bersambung....