Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukin ke hati.. kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..
Sudah hampir dua minggu Minho tinggal di
Tsushima. Dia juga ternyata membantu Sadamori untuk melatih dan berdiskusi
tentang strategi perang bersama dengan para anggota Samurai Sadamori. Dia
belajar bahasa setempat dengan cukup cepat karena ternyata bahasa aslinya tidak
jauh berbeda dengan bahasa nya.
Suara ribut para prajurit (samurai) sedang
berlatih dan Minho menjadi instruktur di dalamnya.
Dia mengoreksi beberapa tendangan dan
pukulan. Dia mengajarkan tehnik beladiri rakyat Goryeo kepada para samurai Klan
Sadamori.
”tendangannya masih kurang lurus,” kata
Minho pada seorang Samurai
”Ini juga pukulannya tidak keras.. begini..,” Minho mengoreksi serangan
seorang Samurai
Mereka saling berlatih dengan keras dari
pagi sampai siang dihari itu.
Keluarga Sadamori lalu makan bersama
dengannya.
“Dua hari lagi Takako ingin pergi dari
kita..,” kata Sadamori.
Takako diam saja, dia tidak mau protes
apapun siang itu pada keluarganya. Dia masih berbunga-bunga dengan kata-kata
Minho kemarin sore.
“Saya berjanji akan menjaga Takako-hime,
Sadamori-sama,” kata Minho.
Mereka selesai makan lalu dilanjutkan
dengan mengobrol hanya empat orang: Sadamori, Suiko isterinya, Minho dan
Takako. Sementara para pembantu Sadamori hanya menunggu diluar ruangan itu.
“Aku percayakan anakku yang nakal ini
kepada Anda, Lee-sama,” kata Sadamori,”dia anak perempuanku satu-satunya. Di
Klan ini, ketika sudah mengabdi kepada Shogun, maka memberikan apapun pada
keshogunan adalah sebuah keniscayaan kepatuhan,”
Minho menunduk hormat pada Sadamori.
Takako hanya memperhatikan saja Minho yang sopan pada kedua orangtuanya.
“Kebiasaan Takako banyak yang buruk,”
senyum Suiko pada Minho,”tetapi.. kami berharap Jendral Lee akan mencintainya
sepenuh hati.. aku sungguh berat melepaskannya, apalagi akan berada di negeri
yang berbeda,”
“Sudah kewajibanku harus menjaga isteri
dan keluarga ku,” kata Minho menunduk hormat pada Suiko.
“Jikalau dia nakal.. ajarkan saja.. tidak
perlu takut,” kata Sadamori, dia melihat pada Takako.
“iya kan, Takako??,” lanjutnya lagi
“Iya....,” jawab Takako singkat, menunduk
hormat pada ayahnya.
“Kamu harus bisa memasak untuknya, temani dia
kemana pun jika memang dia membutuhkan mu, rendahkan ego mu, suami adalah raja
dalam diri dan rumahmu, jangan kamu membentaknya seperti kamu membentak para
kunoichi atau samurai disini.. dia suamimu.. berbeda, jika nanti kalian punya
anak.. urus segala keperluan suami dan anak-anakmu.. kamu harus patuh atas
perintahnya,” kata Sadamori
Takako menunduk hormat, menghormati segala
nasehat ayah dan ibunya di depan Minho.
Minho senyum saja melihat isterinya itu
mati kutu dinasehati kedua orangtuanya.
Satu jam lebih Sadamori dan Suiko
menasehati puteri bungsu mereka.
Takako sendirian saja berdiri di atas
jembatan yang dibawahnya sebuah kolam besar. Sakura mekar dengan indahnya,
beberapa kuntum bunganya berjatuhan di atas jembatan itu. Minho
memperhatikannya dari jauh, tetapi dia tidak ingin mendekati Takako.
Ayako menghampiri Minho,”Lee-sama.. ada
yang bisa aku bantu??,”
Minho menoleh dan senyum pada kunoichi
yang sekaligus pembantu di rumah besar itu,”ah.. gwaenchanh-a.. ah.. maksud saya..nandemo arimasen, Ayako-san.. hanya memperhatikan Takako-sama
saja.. takut dia sedih karena besok kami akan meninggalkan Tsushima”
“Takako-hime.. sudah memiliki seorang
kekasih, Ryuhei-sama dari Klan Takahashi”, jawab Ayako
“ya.. saya tahu soal itu, Hime-sama
sendiri yang menceritakannya,” ujar Minho senyum pada Ayako
“apa.. Lee-sama.. tetap akan mencintai
Hime-sama walau hatinya bukan dengan Anda??,” tanya Ayako,”Hime-sama..
sebenarnya baik.. Hime-sama yang mengambilku sedari kami kecil.. aku anak yatim-piatu..
keluargaku miskin.. Hime-sama melihatku..aku bukan orang sini... aku orang
Kyushu,”
“tidak heran, dia begitu akrab dengan mu,”
ujar Minho, tetap dengan senyumnya
“aku benar-benar berhutang budi dan nyawa
pada Hime-sama.. kami semua sayang padanya. Dia memang galak, sombong, berani
berkata apa adanya tanpa basa basi.. tetapi sebenarnya.. Hime-sama melindungi
kita,” kata Ayako lagi
Minho senyum membalas perkataan Ayako.
“Tentunya Lee-sama akan menjaga
Hime-sama.. tolong jaga Hime-sama ketika nanti disana,” Ayako malah menunduk
hormat dalam dalam pada Minho.
“Ya.. saya akan berusaha menjaganya..
sesuai dengan janji saya juga kepada Raja Yang Mulia Jeong Seok,” Minho
membalas penghormatan Ayako dengan juga menunduk hormat pada Kunoichi itu.
Ayako permisi, dia tidak ingin menganggu
Minho.
Ketika Ayako sudah pergi pun, Minho masih
memandang Takako dari kejauhan saja.
Seekor kupu-kupu menghampiri Takako.
“hi.. kawaii
(manis).,” kata Takako tertawa senang. Minho tetap memperhatikan dari jauh,
bagaimana seekor kupu-kupu berwarna kuning dan biru itu hinggap diujung jari
Takako.
“Dia manis kalau sedang senyum atau
tertawa,” kata hatinya Minho, mengagumi tuan puteri yang sudah jadi isterinya
itu. Dua minggu pernikahan mereka, sama sekali Minho tidak tidur satu kasur
bersamanya. Dia hanya berfikir, Takako masih pikir-pikir mencintainya. Dia
tidak mau memaksa perempuan itu.
Minho akhirnya tidak tahan juga ingin
menghampirinya, dia berlari kecil menuju taman itu.
“Hime-sama!,” teriaknya memanggil Takako.
Takako menoleh, tapi malah memanggilnya
dengan panggilan lebih rendah kedudukannya,”Minho-kun??” (kun biasanya untuk
teman atau pacar, tetapi Sama untuk yang lebih tinggi: Tuan/Nyonya atau
Puteri/Pangeran/Raja/Bangsawan untuk jaman dulu)
“sedang apa??,” Minho senyum manis
padanya, berdiri di hadapannya. Mereka diatas jembatan dimata disisi kanan dan
kiri kolam bermekaran Sakura.
Takako mengelak dari pandangan Minho, dia
lalu melihat lagi ikan-ikan di bawah jembatan itu,”memandang ikan”, katanya
dengan nada agak ketus, tangannya dilipat diatas kayu jembatan.
“ikannya memang bagus-bagus,” basa basi
Minho, lalu ikut memandang ikan juga yang sedang berkumpul di bawah jembatan.
Minho pelan-pelan menggeser badannya,
sehingga bersebelahan, menempel pada Takako.
Hati Takako berdebar-debar sebenarnya,
tapi dia mencoba menyembunyikannya.
“Besok.. kita akan pergi ke Goryeo.. ke
Joseon.. Aku harap.. kamu bisa bahagia tinggal denganku,” senyum Minho, menoleh
pada Takako.
Takako masih cuek, tidak menoleh pada
Minho, malah tetap melihat para ikan di bawah jembatan.
“Ya,” jawabnya singkat.
Minho gregetan dengan sikap isterinya itu
yang menurutnya malu-malu kucing. Dia lalu memegang pundak Takako dengan cepat
sehingga badan cewek itu menghadapnya, lalu mencium bibirnya.
“uuuh.. uh,” keluh Takako, dia malu kalau
dicium di tempat umum.
Minho menyudahi ciumannya dengan
tersenyum,”kamu manis sekali sih.. aku tidak tahan”
Takako lalu menonjoknya, tapi Minho
berhasil menangkap tangannya.
“Jangan pura-pura Hime-sama.. aku sudah
mulai mencintai Hime-sama.. jadi.. aku mohon.. Hime-sama juga mencintaiku,”
“uh!,” Takako menepis tangan Minho. Dia
mengelap-lap bibirnya sendiri.
“uh.. uh,” katanya kesal. Tapi Minho malah
senyum saja.
“Hime-sama.. kalau kamu ingin bertemu
Ryuhei itu.. silahkan saja,” kata Minho dengan suara lembut.
Takako heran dengan perkataan Minho
barusan.
“apa.. kamu tidak akan marah denganku??,”
Minho menggeleng,”Anieyo.. Iie.. okoranai,” kata Minho.. bilang kalau dirinya tidak
akan marah.
“aku bisa saja kabur dengan Ryuhei kun
itu,” kata Takako, dia menoleh lagi pada ikan dibawah jembatan.
Minho menangkap tangannya, menyuruh Takako
memandangnya,” Aku tahu.. kamu masih cinta dengan Ryuhei itu.. tapi.. aku janji
tidak akan marah kalau kamu ingin menemuinya”
“umurmu berapa sih? Sok tua sekali,”
gerutu Takako menoleh lagi. Dia malas melihat wajah Minho.
“masuk tahun ke 27,” senyum Minho,
memegang wajahnya Takako supaya menatapnya
“sok tua sekali,” gerutu Takako lagi.
Minho sama sekali tidak marah dengan
perempuan manja itu. Takako meninggalkannya begitu saja.
“sepertinya dia memang akan bertemu
Ryuhei,” kata hatinya Minho.
Diam-diam, Minho mengikutinya.
Benar saja.. disebuah hutan, Takako
bertemu dengan Ryuhei..
Minho membuntutinya tidak dengan kuda,
tetapi dengan berlari.. meloncat dari satu pohon ke pohon yang lain..
“Ryuhei-kun!,” Takako menambatkan kudanya,
lalu langsung berlari menghampiri Ryuhei dan menubruk memeluknya. Hampir saja
dia jatuh karena kimononya sangat panjang sekali.
Minho mengintip dari balik semak yang tinggi,”ummm,”,
ternyata dia mulai cemburu, tapi masih membiarkan saja. Memang tidak mudah
untuk menghilangkan rasa cinta dalam waktu cepat, begitu juga mungkin nanti
ketika dia kembali ke Joseon besok.. tidak tahu bagaimana menghadapi perasaan
hatinya sendiri pada Hee Kyung.
Takako memeluk Ryuhei dengan erat, tapi
sepertinya Ryuhei dingin sekali.
“Gomen
ne, Ryuhei-kun.. orangtua ku menjodohkanku dengan Chousen jin (orang korea sekarang) itu,”
“aku tahu itu,” kata Ryuhei dingin. Dia
melepas pelukan Takako. Minho masih mengintip saja, mengawasi.
“aku minta maaf,” Takako menangis.
Ryuhei menatapnya dengan tajam, lalu
mencium Takako.
“argh.. i saekki ya.. sialan benar Ryuhei itu,” Minho sudah mulai panas
cemburu. Dia melihat Takako diam saja dicium Ryuhei.
Mereka saling berciuman dengan bernafsu.
Minho sudah mulai mengepal-ngepal tangannya, kesal dan cemburu.
“aku tidak ingin pergi dengan Minho itu,
Ryuhei-kun,” kata Takako memeluk lagi Ryuhei.
Ryuhei mencium leher Takako. Cewek itu
menolak.
“Kita lakukan disini saja,” kata Ryuhei,”aku
tidak ingin kamu dibawa Jendral Chousen itu”
Takako menolak ketika Ryuhei mencoba
melepaskan Obi (ikat pinggang) kimononya.. dan terlepas..
“jangan, Ryuhei-kun.. aku tidak mau,”
Takako erat dipeluk Ryuhei, dia tidak bisa melepaskan dirinya dari cowok itu
yang sudah mulai bernafsu.
“aku cinta kamu,” kata Ryuhei penuh nafsu.
Dia menciumi saja Takako.
“aku tidak mau,” Takako berupaya
melepaskan pelukan dan ciuman Ryuhei yang sudah sangat bernafsu padanya.
“Jangan bohong, Hime-sama.. kamu masih
cinta aku kan??,” kata Ryuhei.
“uhh.. tolong lepaskan aku,” Takako sudah
mulai memberontak.
“lelaki sialan,” geram Minho, dia makin
kesal.
“Jangan Ryuhei-kun!,” Takako sibuk
melepaskan dirinya, Ryuhei memaksanya, dia membuka kimono atas Takako.
Takako berontak menolak,”Ryuhei-kun.. kamu
kenapa?? Jangan! Aku tidak mau”
“aku tidak akan pernah rela kamu jadi
milik Jendral Chousen itu! lebih baik aku cicipi saja tubuhmu.. baru biarkan
jendral itu menikmati kamu, hahahaha!”, teriak Ryuhei
“Samurai sialaaaaannnnn!,” Minho sudah
sangat geram. Urat-urat diwajahnya langsung keluar, panas.
Kimono atas Takako terbuka, dada nya yang
putih terlihat, Ryuhei memeluknya dengan erat, ingin mencoba melepaskan kimono
Takako semuanya dan mendadak Takako lemas.
Ketika Minho memperhatikannya, ternyata
Ryuhei menggunakan ilmu kesaktiannya terhadap Takako, mata Ryuhei bersinar.
“Gawat... Ilmu ninja mata srigala!,” kata
Minho, kaget.
Ryuhei tertawa keras, Takako masih sadar,
tapi dia lemas sekali, tidak bisa lagi melawan. Minho panas melihat isterinya
setengah telanjang, akan diperkosa mantan pacar isterinya itu.
Dia langsung meloncat dari
persembunyiannya, berdiri di hadapan Ryuhei,”Hiat!!!”,
Ryuhei kaget, dia melempar Takako, lalu
cewek itu jatuh ke tanah, lemas.
“Dare??!!
(siapa kamu!), “ teriak Ryuhei langsung dia menarik pedangnya.
“Minho dari keluarga Lee.. Suami
Takako-hime!!,” kata Minho tegas. Dia juga mengeluarkan pedangnya.
Ryuhei tertawa-tawa. Minho geram.
Mata Ryuhei langsung berkilat, Minho
langsung menepis dengan pedangnya, sehingga terpantul ke bagian lain.
“Minho-kun,” kata Takako lemas. Dia
merangkak ingin mendekati Minho. tapi Ryuhei menarik tangan Takako dan langsung
menodongkan pedangnya ke leher Takako.
Minho geram,” lepaskan isteriku!,”
“cih... enak sekali hidupmu, Jendral tidak
tahu malu! Datang ke negeri kami langsung meminta pacarku!,” teriak Ryuhei
“bukan urusanmu,” kata Minho geram,”cepat
lepaskan isteriku”
“Minho-kun.. tolong,” kata Takako lemas.
Tapi Ryuhei malah melukai leher Takako
seperti irisan tipis silet, lalu menghisap darah cewek itu.
Minho makin geram,”SIALAN!”, makinya
dengan keras.
Takako hanya menangis pelan.
Ryuhei lalu melempar lagi Takako ke tanah.
Takako hanya menangis dalam diam, dia sudah lemas.
Mata Ryuhei sudah merah bagai srigala.
Minho tahu dia harus melawan ilmu mata Srigala lelaki samurai itu dan tidak
mungkin dengan mata terbuka. Dia mengambil kain bagian ikat pinggang Takako
yang sudah terlanjur ada di tanah, lalu menutup matanya dengan kain putih itu.
“Minho-kun.. hati-hati,” kata Takako yang
berurai air mata.
“Kamu pikir.. hanya dengan penutup obi
itu.. kamu bisa melawanku??,” Ryuhei meremehkannya
“Coba saja,” kata Minho datar. Dia
memegang pedangnya, memasang kuda-kuda. Berarti dia harus melawan Ryuhei dengan
mata tertutup.
Takako menangis tanpa air mata, dia takut
Minho tidak bisa melawan Ryuhei. Badannya lemas sekali, tidak ada tenaga sama
sekali karena ilmu mata srigala itu.
Minho meraba udara disekelilingnya, memasang
kuda-kuda dan tetap memegang pedangnya.
Ryuhei mengatur langkahnya bersama angin,
dia tidak ingin Minho mengetahui langkahnya.
Ryuhei langsung menyerang Minho tanpa
suara, tapi Minho waspada
“Tring!,” suara pedang saling beradu.
Minho sadar, lawannya cukup kuat, jangan sampai dia salah langkah menyerang.
Mereka saling beradu pedang, Minho
tertendang. Takako menahan nafasnya sambil menangis
Minho langsung bangun lagi sebelum Ryuhei
akan menebasnya, langsung menangkis sabetan pedang cowok samurai itu.
“Minho-kun.. selamatkan aku,” kata Takako
menangis diam melihat pertarungan itu.
“Trang! Set set set!,” keduanya saling
beradu pedang, tidak mau kalah, berusaha saling tebas.
“seeetttttt!!,” baju Minho tergores pedang
Ryuhei. Ryuhei tertawa.
“satu kali goresan lagi... tubuh mu yang
kena, hahahaha!,” tawa Ryuhei menggema di lapangan tengah hutan itu.
Takako cemas, menangisnya makin bertambah
walau tanpa suara, air matanya makin deras mengalir dipipinya. Dia takut Minho
mati dibunuh mantan pacarnya itu.
Minho melompat lalu mundur beberapa puluh
meter.. dia merasa dia akan kalah jika menutup matanya.
“Kenapa Jendral?? Takut kalah dengan ku??
Hahahaha!,” teriak Ryuhei bangga.
Minho membuka penutup matanya pelan-pelan.
Dia membaca mantera. Ketika membuka matanya, sinar matanya berubah jadi biru
muda terang.
Ryuhei kaget,”ilmu apa itu??,”
“Roarrrrrrrr!!!!!!,” Minho menggeram bagai
seekor naga.
Telapak tangannya langsung mengeluarkan
sinar biru dan kilat pula, sampai ke ujung pedangnya.
“Ilmu pedang naga halilintar!,” kata
Ryuhei.
“tapi.. kenapa matanya juga bisa sepertiku??”,
masih kata Ryuhei heran.
Ilmu mata srigala dan ilmu pedang naga
halilintar pun beradu. Minho berani menatap mata Ryuhei yang berusaha menyerang
dengan mata srigalanya itu.
“Hiaaaaaaaaatttttttttt!!!!!!!!!!,” Minho
menyerang Ryuhei, melompat lalu ingin menebasnya, Ryuhei melawan. Mereka
kembali saling beradu pedang.
Takako menangis menjerit-jerit tapi sama
sekali suaranya tidak bisa dikeluarkan.
Adu pedang masih terjadi, beberapa pohon
kecil dan juga bambu habis mereka tebas dengan maksud ingin membunuh
masing-masing lawan ketika menghindar.
Takako sudah pasrah, dia tidak bisa
apa-apa, hanya lemas melihat pertarungan itu.
“Trang!,” pedang Minho dan Ryuhei saling
beradu, lalu Minho mendadak melompat tinggi dan menyerang Ryuhei lagi dengan
jurusnya.
“Pedang naga memecah karang!
Hiaaaaaaaattttt!!,”
Pedangnya beradu dengan pedang Ryuhei..
pedang Ryuhei patah! Beruntung orang itu berhasil menghindar sehingga tubuhnya
juga tidak ikut terbelah karena jurus Minho. tapi matanya tidak bisa menghindar
dari serangan mata Minho yang juga sama-sama mengeluarkan jurus.
Tubuh Ryuhei terhempas beberapa puluh
meter, terjatuh. Minho langsung berlari menghampirinya, menghunuskan pedangnya
ketika Ryuhei sudah jatuh.
“Minho.. jangan!,” teriak Takako dengan
sisa suara nya, dia mencoba bangkit, tapi lemas sekali.
“Kamu sudah mencelakai isteriku...
harusnya badan mu terbelah tanpa ampun,” kata Minho dingin sambil menghunuskan
pedangnya, ternyata Ryuhei luka dalam, dia muntah darah, walau dia berhasil
menghindar dari serangan pedang Minho tadi.
Ryuhei tertawa walau dia muntah darah.
Takako limbung berjalan menghampiri Minho dan Ryuhei. Minho menoleh dan
langsung berlari menghampiri Takako.
“Hime-sama..
gwaenchanh isseubnika?? Ah.. daijyoubu desu ka??,” kata Minho khawatir. Dia
berjongkok dan membereskan baju atas Kimono Takako yang terbuka, juga mengencangkan
Obi nya.
“Jangan bunuh Ryuhei-kun.. aku mohon,”
kata Takako, suaranya pelan sekali, hampir tidak terdengar.
“ya.. aku tidak membunuhnya,” kata Minho
pelan. Minho lalu menyarungkan pedangnya kembali. Bola matanya sudah berubah
menjadi coklat lagi, tidak biru lagi seperti tadi.
Pelan lalu dia mengangkat tubuh Takako dan
menggendongnya ke atas kuda.
“bertahanlah sebentar.. ,” kata Minho,
Takako menyandarkan wajahnya di punggung kuda, dia lemas sekali.
Dia pun lalu naik kuda bersama Takako,
meninggalkan Ryuhei yang muntah darah dan pingsan.
Suiko kaget mengetahui anaknya bertemu
Ryuhei.
“kenapa kamu masih bertemu lelaki itu??,”
tanya Suiko dengan nada kecewa pada Takako yang berbaring. Minho hanya mengelap
dahi Takako dengan air hangat, lalu mengompresnya
“tidak usah khawatir lagi, Ibu mertua..
Hime-sama.. baik-baik saja.. tapi karena masih kaget dan khawatir, dia belum
bisa mengeluarkan semua suaranya.. Ibu mertua tidak perlu khawatir,” kata Minho
kalem.
“Ini sama sekali tidak lucu, Takako..
kalau kamu dicelakai Ryuhei itu, bagaimana??,” kata Suiko lagi
Dia lalu menoleh pada beberapa prajurit/
samurai klannya.
“kirimkan surat pada Klan Ryuhei itu..
katakan: Kami dari Klan Sadamori meminta Ryuhei dihukum!,” teriak Suiko
“Mohon jangan dilakukan, Ibu mertua,”
balas Minho sebelum para Samurai yang disuruh Suiko itu menunduk hormat dan
mematuhi perintah majikannya.
Suiko menoleh pada Minho,”kenapa??”
“Ryuhei itu.. sudah terluka parah... itu
sudah menjadi hukumannya,” jawab Minho menunduk hormat pada ibu mertuanya
“tidak perlu di hukum lagi,” lanjutnya.
Takako diam-diam memegang lembut tangan
Minho yang sedang duduk menunduk hormat pada ibunya.
“Sumimasen
deshita, Okaasan..
seharusnya.. aku yang dihukum,” kata Takako pelan, suaranya masih sangat pelan,
hampir tidak terdengar.
Minho menoleh pada Takako,”tidak juga
dengan Hime-sama... aku mengerti.. tidak mudah untuk melupakan orang yang
dicintai,”
Takako diam. Dia tahu, dia bersalah pada
hati dan perasaan Minho. Dia hanya bisa menggenggam tangan Minho erat. Minho
mendiamkannya, tidak menepis genggaman tangan Takako.
“kamu tidak sebaiknya ceroboh lain kali,”
kata Suiko, judes pada anaknya sendiri.
“aku minta maaf, Okaasan,” kata Takako
lagi, pelan.. suaranya mulai bisa kembali.
Minho senyum padanya. Dia tidak bisa marah
dengan Takako.
Malam itu, Minho menemaninya makan. Dia
pelan-pelan dan sabar menyuapi Takako makan.
“sudah berkurang lemasnya??,” tanya Minho,
sambil menyuapi sendok per sendok yang terbuat dari kayu itu ke mulut Takako.
Takako duduk bersandar di dinding kayu,
mengangguk,”suaraku.. sudah mulai ada, terima kasih, Minho-kun,”
“Besok kita akan tetap pergi... semoga
malam ini kamu akan sehat, Hime-sama,” katanya lagi, menyuapi Takako.
Takako makan dengan senang, wajahnya jadi
ceria lagi Minho memperhatikannya.
Minho tahu, isterinya ini memang tipe
perempuan kekanak-kanakan dan manja.
Tiba-tiba, mendadak Takako memandang Minho
dan mengambil mangkuk nasi lembek itu, lalu menaruhnya di lantai
“ada apa??,” Minho heran.
Takako membuka bajunya sendiri di hadapan
Minho, semua tubuhnya terlihat.
Dia lalu memberanikan diri mencium Minho,”
Aku ingin menjadi isteri Jendral Lee”
Minho senyum, lalu membalas ciumannya
dengan lembut dan membaringkannya..
Pagi datang dengan mekarnya Sakura dan
burung-burung yang berkicau, pagi itu cerah sekali..
Minho memandang wajah Takako dengan
lembut.. dia lalu bangun dan memakai bajunya..
“Hime-sama.. ayo bangun.. kita harus
berkemas.. pagi ini.. kita akan ke Joseon,” senyum Minho padanya.
Takako menggeliat, dia memeluk Minho,”aku
mau sama kamu saja disini”, katanya manja, tidak peduli tubuhnya terlihat
Minho.
“Tidak bisa.. Perintah Yang Mulia Raja
Joseon.. Hime-sama.. harus ikut dengan ku dalam 15 hari ke depan.. kita harus
menghadap Yang Mulia Raja.. Hime-sama.. sebagai wanita kehormatan disana,”
senyum Minho, mengelus punggung Takako yang putih lembut bagai salju.
“aku masih ingin tidur,” kata Takako manja,
tangannya masih bergayut di leher Minho.
Seorang Samurai dan Ayako menguping pembicaraan mereka di
depan pintu kamar.
“oh.. jadi ceritanya tadi malam mereka
bersenang-senang ya.. Ayako chan??,” kata Samurai setengah baya itu. Ayako
menyikut perut samurai itu.
“sumimasen,
Hime-sama.. Lee-sama.. Sadamori-sama.. meminta Anda semua segera bersiap,” kata
Ayako dari balik pintu ruangan.
Minho berteriak kalau sebentar lagi mereka
akan bersiap-siap. Takako masih mencium Minho.
“aku cinta kamu, Minho,” katanya dengan
sedikit malu, pipinya memerah.
“aku juga.. cinta dengan Hime-sama,”
senyum Minho
“tapi... kita harus bersiap-siap..,”
lanjut Minho lagi
Sadamori menyiapkan seluruh perlengkapan
kepergian Takako. Sebuah kuda bagus akan menemani mereka, Minho tetap memakai
kudanya, begitu juga perjalanan nanti dari Tsushima ke Jeju, akan dengan kapal
dagang yang dipunyai Sadamori.
Takako menunduk hormat pada Sadamori dan
Suiko, lalu memeluk ibunya, Suiko.
“Ingat pesan kami.. jaga diri,” kata Suiko
dengan lembut. Hari itu, Takako memakai Kimono mahal sutera berwarna dan
bermotif emas, rambutnya yang panjang di kuncir bawah dengan pita keras, ala
Heian.
Minho menunduk hormat pada semuanya yang
ada disana, dia berterima kasih diterima baik oleh mereka.
“Hati-hati, Hime-sama,” para Kunoichi
sedih melepas Takako, terutama Ayako yang memang sedari kecil sudah akrab
dengannya.
“Mohon jaga Hime-sama untuk kami,
Lee-sama,” Ayako menunduk hormat dalam-dalam pada Minho
Minho senyum padanya,”tentu saja”
Takako naik kudanya, lalu disusul Minho
baru naik kudanya sendiri. Takako membawa surat dari Sadamori dan Shogun
Ashikaga untuk Kerajaan Joseon dan tidak lupa juga oleh-oleh berupa pedang emas
dari Klan Sadamori untuk kerajaan Joseon. Dia juga membawa cap Klan Sadamori
sebagai identitas diri.
“sayounaraaaaa!!!,” lambai tangan Takako
pada semuanya.
Minho juga melambaikan tangan pada
semuanya di depan gerbang rumah besar Klan itu.
Mereka melarikan kudanya menuju
pelabuhan.. untuk kemudian ke Jeju.. dan ke Hanyang, bertemu dengan raja Joseon
dan orangtua Minho...
Bersambung ke part 5...