This is me....

Minggu, November 09, 2014

Aku Isteri Jendral Lee! (Part 4: Jangan Pernah Berani Sentuh Isteriku)

Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukin ke hati.. kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..

Sudah hampir dua minggu Minho tinggal di Tsushima. Dia juga ternyata membantu Sadamori untuk melatih dan berdiskusi tentang strategi perang bersama dengan para anggota Samurai Sadamori. Dia belajar bahasa setempat dengan cukup cepat karena ternyata bahasa aslinya tidak jauh berbeda dengan bahasa nya.
Suara ribut para prajurit (samurai) sedang berlatih dan Minho menjadi instruktur di dalamnya.
Dia mengoreksi beberapa tendangan dan pukulan. Dia mengajarkan tehnik beladiri rakyat Goryeo kepada para samurai Klan Sadamori.
”tendangannya masih kurang lurus,” kata Minho pada seorang Samurai
Ini juga pukulannya tidak keras.. begini..,” Minho mengoreksi serangan seorang Samurai
Mereka saling berlatih dengan keras dari pagi sampai siang dihari itu.


Keluarga Sadamori lalu makan bersama dengannya.
“Dua hari lagi Takako ingin pergi dari kita..,” kata Sadamori.
Takako diam saja, dia tidak mau protes apapun siang itu pada keluarganya. Dia masih berbunga-bunga dengan kata-kata Minho kemarin sore.
“Saya berjanji akan menjaga Takako-hime, Sadamori-sama,” kata Minho.
Mereka selesai makan lalu dilanjutkan dengan mengobrol hanya empat orang: Sadamori, Suiko isterinya, Minho dan Takako. Sementara para pembantu Sadamori hanya menunggu diluar ruangan itu.
“Aku percayakan anakku yang nakal ini kepada Anda, Lee-sama,” kata Sadamori,”dia anak perempuanku satu-satunya. Di Klan ini, ketika sudah mengabdi kepada Shogun, maka memberikan apapun pada keshogunan adalah sebuah keniscayaan kepatuhan,”
Minho menunduk hormat pada Sadamori. Takako hanya memperhatikan saja Minho yang sopan pada kedua orangtuanya.
“Kebiasaan Takako banyak yang buruk,” senyum Suiko pada Minho,”tetapi.. kami berharap Jendral Lee akan mencintainya sepenuh hati.. aku sungguh berat melepaskannya, apalagi akan berada di negeri yang berbeda,”
“Sudah kewajibanku harus menjaga isteri dan keluarga ku,” kata Minho menunduk hormat pada Suiko.
“Jikalau dia nakal.. ajarkan saja.. tidak perlu takut,” kata Sadamori, dia melihat pada Takako.
“iya kan, Takako??,” lanjutnya lagi
“Iya....,” jawab Takako singkat, menunduk hormat pada ayahnya.
 “Kamu harus bisa memasak untuknya, temani dia kemana pun jika memang dia membutuhkan mu, rendahkan ego mu, suami adalah raja dalam diri dan rumahmu, jangan kamu membentaknya seperti kamu membentak para kunoichi atau samurai disini.. dia suamimu.. berbeda, jika nanti kalian punya anak.. urus segala keperluan suami dan anak-anakmu.. kamu harus patuh atas perintahnya,” kata Sadamori
Takako menunduk hormat, menghormati segala nasehat ayah dan ibunya di depan Minho.
Minho senyum saja melihat isterinya itu mati kutu dinasehati kedua orangtuanya.
Satu jam lebih Sadamori dan Suiko menasehati puteri bungsu mereka.

Takako sendirian saja berdiri di atas jembatan yang dibawahnya sebuah kolam besar. Sakura mekar dengan indahnya, beberapa kuntum bunganya berjatuhan di atas jembatan itu. Minho memperhatikannya dari jauh, tetapi dia tidak ingin mendekati Takako.
Ayako menghampiri Minho,”Lee-sama.. ada yang bisa aku bantu??,”
Minho menoleh dan senyum pada kunoichi yang sekaligus pembantu di rumah besar itu,”ah.. gwaenchanh-a.. ah.. maksud saya..nandemo arimasen, Ayako-san.. hanya memperhatikan Takako-sama saja.. takut dia sedih karena besok kami akan meninggalkan Tsushima”
“Takako-hime.. sudah memiliki seorang kekasih, Ryuhei-sama dari Klan Takahashi”, jawab Ayako
“ya.. saya tahu soal itu, Hime-sama sendiri yang menceritakannya,” ujar Minho senyum pada Ayako
“apa.. Lee-sama.. tetap akan mencintai Hime-sama walau hatinya bukan dengan Anda??,” tanya Ayako,”Hime-sama.. sebenarnya baik.. Hime-sama yang mengambilku sedari kami kecil.. aku anak yatim-piatu.. keluargaku miskin.. Hime-sama melihatku..aku bukan orang sini... aku orang Kyushu,”
“tidak heran, dia begitu akrab dengan mu,” ujar Minho, tetap dengan senyumnya
“aku benar-benar berhutang budi dan nyawa pada Hime-sama.. kami semua sayang padanya. Dia memang galak, sombong, berani berkata apa adanya tanpa basa basi.. tetapi sebenarnya.. Hime-sama melindungi kita,” kata Ayako lagi
Minho senyum membalas perkataan Ayako.
“Tentunya Lee-sama akan menjaga Hime-sama.. tolong jaga Hime-sama ketika nanti disana,” Ayako malah menunduk hormat dalam dalam pada Minho.
“Ya.. saya akan berusaha menjaganya.. sesuai dengan janji saya juga kepada Raja Yang Mulia Jeong Seok,” Minho membalas penghormatan Ayako dengan juga menunduk hormat pada Kunoichi itu.
Ayako permisi, dia tidak ingin menganggu Minho.
Ketika Ayako sudah pergi pun, Minho masih memandang Takako dari kejauhan saja.

Seekor kupu-kupu menghampiri Takako.
“hi.. kawaii (manis).,” kata Takako tertawa senang. Minho tetap memperhatikan dari jauh, bagaimana seekor kupu-kupu berwarna kuning dan biru itu hinggap diujung jari Takako.
“Dia manis kalau sedang senyum atau tertawa,” kata hatinya Minho, mengagumi tuan puteri yang sudah jadi isterinya itu. Dua minggu pernikahan mereka, sama sekali Minho tidak tidur satu kasur bersamanya. Dia hanya berfikir, Takako masih pikir-pikir mencintainya. Dia tidak mau memaksa perempuan itu.
Minho akhirnya tidak tahan juga ingin menghampirinya, dia berlari kecil menuju taman itu.
“Hime-sama!,” teriaknya memanggil Takako.
Takako menoleh, tapi malah memanggilnya dengan panggilan lebih rendah kedudukannya,”Minho-kun??” (kun biasanya untuk teman atau pacar, tetapi Sama untuk yang lebih tinggi: Tuan/Nyonya atau Puteri/Pangeran/Raja/Bangsawan untuk jaman dulu)
“sedang apa??,” Minho senyum manis padanya, berdiri di hadapannya. Mereka diatas jembatan dimata disisi kanan dan kiri kolam bermekaran Sakura.
Takako mengelak dari pandangan Minho, dia lalu melihat lagi ikan-ikan di bawah jembatan itu,”memandang ikan”, katanya dengan nada agak ketus, tangannya dilipat diatas kayu jembatan.
“ikannya memang bagus-bagus,” basa basi Minho, lalu ikut memandang ikan juga yang sedang berkumpul di bawah jembatan.
Minho pelan-pelan menggeser badannya, sehingga bersebelahan, menempel pada Takako.
Hati Takako berdebar-debar sebenarnya, tapi dia mencoba menyembunyikannya.
“Besok.. kita akan pergi ke Goryeo.. ke Joseon.. Aku harap.. kamu bisa bahagia tinggal denganku,” senyum Minho, menoleh pada Takako.
Takako masih cuek, tidak menoleh pada Minho, malah tetap melihat para ikan di bawah jembatan.
“Ya,” jawabnya singkat.
Minho gregetan dengan sikap isterinya itu yang menurutnya malu-malu kucing. Dia lalu memegang pundak Takako dengan cepat sehingga badan cewek itu menghadapnya, lalu mencium bibirnya.
“uuuh.. uh,” keluh Takako, dia malu kalau dicium di tempat umum.
Minho menyudahi ciumannya dengan tersenyum,”kamu manis sekali sih.. aku tidak tahan”
Takako lalu menonjoknya, tapi Minho berhasil menangkap tangannya.
“Jangan pura-pura Hime-sama.. aku sudah mulai mencintai Hime-sama.. jadi.. aku mohon.. Hime-sama juga mencintaiku,”
“uh!,” Takako menepis tangan Minho. Dia mengelap-lap bibirnya sendiri.
“uh.. uh,” katanya kesal. Tapi Minho malah senyum saja.
“Hime-sama.. kalau kamu ingin bertemu Ryuhei itu.. silahkan saja,” kata Minho dengan suara lembut.
Takako heran dengan perkataan Minho barusan.
“apa.. kamu tidak akan marah denganku??,”
Minho menggeleng,”Anieyo.. Iie.. okoranai,” kata Minho.. bilang kalau dirinya tidak akan marah.
“aku bisa saja kabur dengan Ryuhei kun itu,” kata Takako, dia menoleh lagi pada ikan dibawah jembatan.
Minho menangkap tangannya, menyuruh Takako memandangnya,” Aku tahu.. kamu masih cinta dengan Ryuhei itu.. tapi.. aku janji tidak akan marah kalau kamu ingin menemuinya”
“umurmu berapa sih? Sok tua sekali,” gerutu Takako menoleh lagi. Dia malas melihat wajah Minho.
“masuk tahun ke 27,” senyum Minho, memegang wajahnya Takako supaya menatapnya
“sok tua sekali,” gerutu Takako lagi.
Minho sama sekali tidak marah dengan perempuan manja itu. Takako meninggalkannya begitu saja.
“sepertinya dia memang akan bertemu Ryuhei,” kata hatinya Minho.
Diam-diam, Minho mengikutinya.

Benar saja.. disebuah hutan, Takako bertemu dengan Ryuhei..
Minho membuntutinya tidak dengan kuda, tetapi dengan berlari.. meloncat dari satu pohon ke pohon yang lain..
“Ryuhei-kun!,” Takako menambatkan kudanya, lalu langsung berlari menghampiri Ryuhei dan menubruk memeluknya. Hampir saja dia jatuh karena kimononya sangat panjang sekali.
Minho mengintip dari balik semak yang tinggi,”ummm,”, ternyata dia mulai cemburu, tapi masih membiarkan saja. Memang tidak mudah untuk menghilangkan rasa cinta dalam waktu cepat, begitu juga mungkin nanti ketika dia kembali ke Joseon besok.. tidak tahu bagaimana menghadapi perasaan hatinya sendiri pada Hee Kyung.
Takako memeluk Ryuhei dengan erat, tapi sepertinya Ryuhei dingin sekali.
Gomen ne, Ryuhei-kun.. orangtua ku menjodohkanku dengan Chousen jin (orang korea sekarang) itu,”
“aku tahu itu,” kata Ryuhei dingin. Dia melepas pelukan Takako. Minho masih mengintip saja, mengawasi.
“aku minta maaf,” Takako menangis.
Ryuhei menatapnya dengan tajam, lalu mencium Takako.
“argh.. i saekki ya.. sialan benar Ryuhei itu,” Minho sudah mulai panas cemburu. Dia melihat Takako diam saja dicium Ryuhei.
Mereka saling berciuman dengan bernafsu. Minho sudah mulai mengepal-ngepal tangannya, kesal dan cemburu.
“aku tidak ingin pergi dengan Minho itu, Ryuhei-kun,” kata Takako memeluk lagi Ryuhei.
Ryuhei mencium leher Takako. Cewek itu menolak.
“Kita lakukan disini saja,” kata Ryuhei,”aku tidak ingin kamu dibawa Jendral Chousen itu”
Takako menolak ketika Ryuhei mencoba melepaskan Obi (ikat pinggang) kimononya.. dan terlepas..
“jangan, Ryuhei-kun.. aku tidak mau,” Takako erat dipeluk Ryuhei, dia tidak bisa melepaskan dirinya dari cowok itu yang sudah mulai bernafsu.
“aku cinta kamu,” kata Ryuhei penuh nafsu. Dia menciumi saja Takako.
“aku tidak mau,” Takako berupaya melepaskan pelukan dan ciuman Ryuhei yang sudah sangat bernafsu padanya.
“Jangan bohong, Hime-sama.. kamu masih cinta aku kan??,” kata Ryuhei.
“uhh.. tolong lepaskan aku,” Takako sudah mulai memberontak.
“lelaki sialan,” geram Minho, dia makin kesal.
“Jangan Ryuhei-kun!,” Takako sibuk melepaskan dirinya, Ryuhei memaksanya, dia membuka kimono atas Takako.
Takako berontak menolak,”Ryuhei-kun.. kamu kenapa?? Jangan! Aku tidak mau”
“aku tidak akan pernah rela kamu jadi milik Jendral Chousen itu! lebih baik aku cicipi saja tubuhmu.. baru biarkan jendral itu menikmati kamu, hahahaha!”, teriak Ryuhei
“Samurai sialaaaaannnnn!,” Minho sudah sangat geram. Urat-urat diwajahnya langsung keluar, panas.
Kimono atas Takako terbuka, dada nya yang putih terlihat, Ryuhei memeluknya dengan erat, ingin mencoba melepaskan kimono Takako semuanya dan mendadak Takako lemas.
Ketika Minho memperhatikannya, ternyata Ryuhei menggunakan ilmu kesaktiannya terhadap Takako, mata Ryuhei bersinar.
“Gawat... Ilmu ninja mata srigala!,” kata Minho, kaget.
Ryuhei tertawa keras, Takako masih sadar, tapi dia lemas sekali, tidak bisa lagi melawan. Minho panas melihat isterinya setengah telanjang, akan diperkosa mantan pacar isterinya itu.
Dia langsung meloncat dari persembunyiannya, berdiri di hadapan Ryuhei,”Hiat!!!”,
Ryuhei kaget, dia melempar Takako, lalu cewek itu jatuh ke tanah, lemas.

Dare??!! (siapa kamu!), “ teriak Ryuhei langsung dia menarik pedangnya.
“Minho dari keluarga Lee.. Suami Takako-hime!!,” kata Minho tegas. Dia juga mengeluarkan pedangnya.
Ryuhei tertawa-tawa. Minho geram.
Mata Ryuhei langsung berkilat, Minho langsung menepis dengan pedangnya, sehingga terpantul ke bagian lain.
“Minho-kun,” kata Takako lemas. Dia merangkak ingin mendekati Minho. tapi Ryuhei menarik tangan Takako dan langsung menodongkan pedangnya ke leher Takako.
Minho geram,” lepaskan isteriku!,”
“cih... enak sekali hidupmu, Jendral tidak tahu malu! Datang ke negeri kami langsung meminta pacarku!,” teriak Ryuhei
“bukan urusanmu,” kata Minho geram,”cepat lepaskan isteriku”
“Minho-kun.. tolong,” kata Takako lemas.
Tapi Ryuhei malah melukai leher Takako seperti irisan tipis silet, lalu menghisap darah cewek itu.
Minho makin geram,”SIALAN!”, makinya dengan keras.
Takako hanya menangis pelan.
Ryuhei lalu melempar lagi Takako ke tanah. Takako hanya menangis dalam diam, dia sudah lemas.

Mata Ryuhei sudah merah bagai srigala. Minho tahu dia harus melawan ilmu mata Srigala lelaki samurai itu dan tidak mungkin dengan mata terbuka. Dia mengambil kain bagian ikat pinggang Takako yang sudah terlanjur ada di tanah, lalu menutup matanya dengan kain putih itu.
“Minho-kun.. hati-hati,” kata Takako yang berurai air mata.
“Kamu pikir.. hanya dengan penutup obi itu.. kamu bisa melawanku??,” Ryuhei meremehkannya
“Coba saja,” kata Minho datar. Dia memegang pedangnya, memasang kuda-kuda. Berarti dia harus melawan Ryuhei dengan mata tertutup.
Takako menangis tanpa air mata, dia takut Minho tidak bisa melawan Ryuhei. Badannya lemas sekali, tidak ada tenaga sama sekali karena ilmu mata srigala itu.
Minho meraba udara disekelilingnya, memasang kuda-kuda dan tetap memegang pedangnya.
Ryuhei mengatur langkahnya bersama angin, dia tidak ingin Minho mengetahui langkahnya.
Ryuhei langsung menyerang Minho tanpa suara, tapi Minho waspada
“Tring!,” suara pedang saling beradu. Minho sadar, lawannya cukup kuat, jangan sampai dia salah langkah menyerang.
Mereka saling beradu pedang, Minho tertendang. Takako menahan nafasnya sambil menangis
Minho langsung bangun lagi sebelum Ryuhei akan menebasnya, langsung menangkis sabetan pedang cowok samurai itu.
“Minho-kun.. selamatkan aku,” kata Takako menangis diam melihat pertarungan itu.
“Trang! Set set set!,” keduanya saling beradu pedang, tidak mau kalah, berusaha saling tebas.
“seeetttttt!!,” baju Minho tergores pedang Ryuhei. Ryuhei tertawa.
“satu kali goresan lagi... tubuh mu yang kena, hahahaha!,” tawa Ryuhei menggema di lapangan tengah hutan itu.
Takako cemas, menangisnya makin bertambah walau tanpa suara, air matanya makin deras mengalir dipipinya. Dia takut Minho mati dibunuh mantan pacarnya itu.
Minho melompat lalu mundur beberapa puluh meter.. dia merasa dia akan kalah jika menutup matanya.
“Kenapa Jendral?? Takut kalah dengan ku?? Hahahaha!,” teriak Ryuhei bangga.
Minho membuka penutup matanya pelan-pelan. Dia membaca mantera. Ketika membuka matanya, sinar matanya berubah jadi biru muda terang.
Ryuhei kaget,”ilmu apa itu??,”
“Roarrrrrrrr!!!!!!,” Minho menggeram bagai seekor naga.
Telapak tangannya langsung mengeluarkan sinar biru dan kilat pula, sampai ke ujung pedangnya.
“Ilmu pedang naga halilintar!,” kata Ryuhei.
“tapi.. kenapa matanya juga bisa sepertiku??”, masih kata Ryuhei heran.
Ilmu mata srigala dan ilmu pedang naga halilintar pun beradu. Minho berani menatap mata Ryuhei yang berusaha menyerang dengan mata srigalanya itu.
“Hiaaaaaaaaatttttttttt!!!!!!!!!!,” Minho menyerang Ryuhei, melompat lalu ingin menebasnya, Ryuhei melawan. Mereka kembali saling beradu pedang.
Takako menangis menjerit-jerit tapi sama sekali suaranya tidak bisa dikeluarkan.

Adu pedang masih terjadi, beberapa pohon kecil dan juga bambu habis mereka tebas dengan maksud ingin membunuh masing-masing lawan ketika menghindar.
Takako sudah pasrah, dia tidak bisa apa-apa, hanya lemas melihat pertarungan itu.
“Trang!,” pedang Minho dan Ryuhei saling beradu, lalu Minho mendadak melompat tinggi dan menyerang Ryuhei lagi dengan jurusnya.
“Pedang naga memecah karang! Hiaaaaaaaattttt!!,”
Pedangnya beradu dengan pedang Ryuhei.. pedang Ryuhei patah! Beruntung orang itu berhasil menghindar sehingga tubuhnya juga tidak ikut terbelah karena jurus Minho. tapi matanya tidak bisa menghindar dari serangan mata Minho yang juga sama-sama mengeluarkan jurus.
Tubuh Ryuhei terhempas beberapa puluh meter, terjatuh. Minho langsung berlari menghampirinya, menghunuskan pedangnya ketika Ryuhei sudah jatuh.

“Minho.. jangan!,” teriak Takako dengan sisa suara nya, dia mencoba bangkit, tapi lemas sekali.
“Kamu sudah mencelakai isteriku... harusnya badan mu terbelah tanpa ampun,” kata Minho dingin sambil menghunuskan pedangnya, ternyata Ryuhei luka dalam, dia muntah darah, walau dia berhasil menghindar dari serangan pedang Minho tadi.
Ryuhei tertawa walau dia muntah darah. Takako limbung berjalan menghampiri Minho dan Ryuhei. Minho menoleh dan langsung berlari menghampiri Takako.
Hime-sama.. gwaenchanh isseubnika?? Ah.. daijyoubu desu ka??,” kata Minho khawatir. Dia berjongkok dan membereskan baju atas Kimono Takako yang terbuka, juga mengencangkan Obi nya.
“Jangan bunuh Ryuhei-kun.. aku mohon,” kata Takako, suaranya pelan sekali, hampir tidak terdengar.
“ya.. aku tidak membunuhnya,” kata Minho pelan. Minho lalu menyarungkan pedangnya kembali. Bola matanya sudah berubah menjadi coklat lagi, tidak biru lagi seperti tadi.
Pelan lalu dia mengangkat tubuh Takako dan menggendongnya ke atas kuda.
“bertahanlah sebentar.. ,” kata Minho, Takako menyandarkan wajahnya di punggung kuda, dia lemas sekali.
Dia pun lalu naik kuda bersama Takako, meninggalkan Ryuhei yang muntah darah dan pingsan.

Suiko kaget mengetahui anaknya bertemu Ryuhei.
“kenapa kamu masih bertemu lelaki itu??,” tanya Suiko dengan nada kecewa pada Takako yang berbaring. Minho hanya mengelap dahi Takako dengan air hangat, lalu mengompresnya
“tidak usah khawatir lagi, Ibu mertua.. Hime-sama.. baik-baik saja.. tapi karena masih kaget dan khawatir, dia belum bisa mengeluarkan semua suaranya.. Ibu mertua tidak perlu khawatir,” kata Minho kalem.
“Ini sama sekali tidak lucu, Takako.. kalau kamu dicelakai Ryuhei itu, bagaimana??,” kata Suiko lagi
Dia lalu menoleh pada beberapa prajurit/ samurai klannya.
“kirimkan surat pada Klan Ryuhei itu.. katakan: Kami dari Klan Sadamori meminta Ryuhei dihukum!,” teriak Suiko
“Mohon jangan dilakukan, Ibu mertua,” balas Minho sebelum para Samurai yang disuruh Suiko itu menunduk hormat dan mematuhi perintah majikannya.
Suiko menoleh pada Minho,”kenapa??”
“Ryuhei itu.. sudah terluka parah... itu sudah menjadi hukumannya,” jawab Minho menunduk hormat pada ibu mertuanya
“tidak perlu di hukum lagi,” lanjutnya.
Takako diam-diam memegang lembut tangan Minho yang sedang duduk menunduk hormat pada ibunya.
“Sumimasen deshita, Okaasan.. seharusnya.. aku yang dihukum,” kata Takako pelan, suaranya masih sangat pelan, hampir tidak terdengar.
Minho menoleh pada Takako,”tidak juga dengan Hime-sama... aku mengerti.. tidak mudah untuk melupakan orang yang dicintai,”
Takako diam. Dia tahu, dia bersalah pada hati dan perasaan Minho. Dia hanya bisa menggenggam tangan Minho erat. Minho mendiamkannya, tidak menepis genggaman tangan Takako.
“kamu tidak sebaiknya ceroboh lain kali,” kata Suiko, judes pada anaknya sendiri.
“aku minta maaf, Okaasan,” kata Takako lagi, pelan.. suaranya mulai bisa kembali.
Minho senyum padanya. Dia tidak bisa marah dengan Takako.

Malam itu, Minho menemaninya makan. Dia pelan-pelan dan sabar menyuapi Takako makan.
“sudah berkurang lemasnya??,” tanya Minho, sambil menyuapi sendok per sendok yang terbuat dari kayu itu ke mulut Takako.
Takako duduk bersandar di dinding kayu, mengangguk,”suaraku.. sudah mulai ada, terima kasih, Minho-kun,”
“Besok kita akan tetap pergi... semoga malam ini kamu akan sehat, Hime-sama,” katanya lagi, menyuapi Takako.
Takako makan dengan senang, wajahnya jadi ceria lagi Minho memperhatikannya.
Minho tahu, isterinya ini memang tipe perempuan kekanak-kanakan dan manja.
Tiba-tiba, mendadak Takako memandang Minho dan mengambil mangkuk nasi lembek itu, lalu menaruhnya di lantai
“ada apa??,” Minho heran.
Takako membuka bajunya sendiri di hadapan Minho, semua tubuhnya terlihat.
Dia lalu memberanikan diri mencium Minho,” Aku ingin menjadi isteri Jendral Lee”
Minho senyum, lalu membalas ciumannya dengan lembut dan membaringkannya..

Pagi datang dengan mekarnya Sakura dan burung-burung yang berkicau, pagi itu cerah sekali..
Minho memandang wajah Takako dengan lembut.. dia lalu bangun dan memakai bajunya..
“Hime-sama.. ayo bangun.. kita harus berkemas.. pagi ini.. kita akan ke Joseon,” senyum Minho padanya.
Takako menggeliat, dia memeluk Minho,”aku mau sama kamu saja disini”, katanya manja, tidak peduli tubuhnya terlihat Minho.
“Tidak bisa.. Perintah Yang Mulia Raja Joseon.. Hime-sama.. harus ikut dengan ku dalam 15 hari ke depan.. kita harus menghadap Yang Mulia Raja.. Hime-sama.. sebagai wanita kehormatan disana,” senyum Minho, mengelus punggung Takako yang putih lembut bagai salju.
“aku masih ingin tidur,” kata Takako manja, tangannya masih bergayut di leher Minho.
Seorang Samurai  dan Ayako menguping pembicaraan mereka di depan pintu kamar.
“oh.. jadi ceritanya tadi malam mereka bersenang-senang ya.. Ayako chan??,” kata Samurai setengah baya itu. Ayako menyikut perut samurai itu.
sumimasen, Hime-sama.. Lee-sama.. Sadamori-sama.. meminta Anda semua segera bersiap,” kata Ayako dari balik pintu ruangan.
Minho berteriak kalau sebentar lagi mereka akan bersiap-siap. Takako masih mencium Minho.
“aku cinta kamu, Minho,” katanya dengan sedikit malu, pipinya memerah.
“aku juga.. cinta dengan Hime-sama,” senyum Minho
“tapi... kita harus bersiap-siap..,” lanjut Minho lagi

Sadamori menyiapkan seluruh perlengkapan kepergian Takako. Sebuah kuda bagus akan menemani mereka, Minho tetap memakai kudanya, begitu juga perjalanan nanti dari Tsushima ke Jeju, akan dengan kapal dagang yang dipunyai Sadamori.
Takako menunduk hormat pada Sadamori dan Suiko, lalu memeluk ibunya, Suiko.
“Ingat pesan kami.. jaga diri,” kata Suiko dengan lembut. Hari itu, Takako memakai Kimono mahal sutera berwarna dan bermotif emas, rambutnya yang panjang di kuncir bawah dengan pita keras, ala Heian.
Minho menunduk hormat pada semuanya yang ada disana, dia berterima kasih diterima baik oleh mereka.
“Hati-hati, Hime-sama,” para Kunoichi sedih melepas Takako, terutama Ayako yang memang sedari kecil sudah akrab dengannya.
“Mohon jaga Hime-sama untuk kami, Lee-sama,” Ayako menunduk hormat dalam-dalam pada Minho
Minho senyum padanya,”tentu saja”
Takako naik kudanya, lalu disusul Minho baru naik kudanya sendiri. Takako membawa surat dari Sadamori dan Shogun Ashikaga untuk Kerajaan Joseon dan tidak lupa juga oleh-oleh berupa pedang emas dari Klan Sadamori untuk kerajaan Joseon. Dia juga membawa cap Klan Sadamori sebagai identitas diri.
“sayounaraaaaa!!!,” lambai tangan Takako pada semuanya.
Minho juga melambaikan tangan pada semuanya di depan gerbang rumah besar Klan itu.
Mereka melarikan kudanya menuju pelabuhan.. untuk kemudian ke Jeju.. dan ke Hanyang, bertemu dengan raja Joseon dan orangtua Minho...


Bersambung ke part 5...