This is me....

Rabu, November 05, 2014

Salang Itu Cinta (Part 8: Dia Tetap Suami Orang)

Kisah diriku sendiri..

“waktumu semakin dekat pulang... jadi.. aku harus bagaimana??,” tanya Aisha pada Shin, hari itu mereka hanya bisa komunikasi dengan aplikasi saja.
“aku kembali lagi.. cari alasan kesini, haha,” Shin tertawa
you dont miss your wife and kid??,”
Shin menunjukkan icon senyumnya,”I do.. but i am having two women now.. so i must share my miss to all of you”, kalau dia bercanda bilang dia punya dua wanita, jadi harus bagi rata ke semua wanitanya.
“gokil,” balas Aisha singkat,”dia udah mule genit deh.. cape deh gue”
“apa itu gokil??,” tanya Shin. Dia memang asli tidak bisa bahasa indonesia gaul.
crazy,” balas Aisha singkat, dia kesal cowok itu bercanda gaya seperti itu.
Shin bertanya apa Aisha marah barusaja dengan candanya, Aisha mengiyakan. Dia lalu meminta maaf, karena memang itu yang dia pikirkan dalam hatinya.
“tetapi memang hal itu yang sedang aku pikirkan.. berfikir.. kenapa aku bisa jatuh cinta lagi,” kata Shin.
Sebenarnya Aisha orang yang mudah galau, hanya, dia ingin menjadi dewasa dengan menyembunyikannya.


“Kapan akan kembali ke sana?,” tanya Aisha lagi
“ 2 minggu lagi,” jawab Shin singkat.
Aisha hanya menarik nafas panjang di depan laptopnya, dia berfikir kalau dia bisa mengembalikan waktu yang lalu, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan. Dia merasa, dari awal memang sudah mendekati kehancuran alias hubungan hanya cari penyakit saja.
“Kamu.. sebaiknya menceritakan tentang ku... pada isterimu,” ketik Aisha dengan ragu.
“apa itu harus??,” Shin bertanya balik.
Aisha lalu mengiyakan, dia mengetik, bahwa dia tidak ingin mengecewakan isteri cowoknya itu suatu hari nanti.
soon or later.. dia akan mengetahuinya,” balas Shin.
“Aku mengerti.. hanya saja.. aku merasa bersalah dengan isterimu,” jawab Aisha jujur.
Shin mengatakan berkali-kali kalau Aisha sebaiknya tidak punya perasaan seperti itu, itu karena sebenarnya dirinya sendiri yang harus bertanggung-jawab atas semua ini.
Aisha menjawab kalau dia tidak ingin melukai perasaan isterinya.

“sampai berapa kali aku menjelaskan padamu... kalau memang aku berniat baik??,” tanya Shin padanya, ketika akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu
“kenapa kamu ragu??,” tanya dia lagi
Aisha bingung harus mengatakan seperti apa, banyak masalah, belum lagi yang terpenting adalah persoalan keyakinan.
“Jadi.. kamu takut.. kalau suatu hari.. aku tidak berpindah seperti apa yang kamu inginkan?? Aku tidak tahu kepercayaanku apa,” jawab Shin, ketika Aisha membahas persoalan itu.
“Aku ingin kamu pindah,” balas Aisha
“aku mengerti.. hanya saja.. kita semua membutuhkan waktu yang tidak sedikit,” jawab Shin
“terutama persoalan isteriku yang harus tahu,”
Aisha diam saja. Asli dia tidak mengerti apa maunya hati cowok itu. Bisa-bisa jurang semakin dalam dan tidak dapat digali lagi...
“apa.. aku memaksamu, Shin??”
Shin sejenak diam, lalu,”ya.. sedikit,”
“Aku minta maaf,” kata Aisha menunduk
“Aku faham.. semua karena trauma mu dan kamu merasa kamu tidak bisa menyakiti orang lain... isteriku, maksud mu.. iya kan??,”
Aisha mengangguk.
“Bagiku.. suka dan cinta dengan mu juga tidak mudah.. aku belajar..,” ujar Shin lagi.
Aisha malah menangis, tapi dia tahan-tahan suaranya, hanya air mata yang keluar.

“Aku bertanya pada Tuhan..kenapa nasibku begini,” kata Aisha padanya.
Shin tidak mengerti apa maksud perkataannya, apa dia bersalah padanya lagi atau?
Aisha bilang, dia tidak salah sama sekali, semua pastinya sudah ada ditulis dalam sebuah tulisan besar di langit sana.
“jadi.. kamu percaya.. kalau aku ada disini untuk perjalanan hidup mu??,” tanya Shin
Aisha memang galau.. antara ingin memiliki dia dan antara banyak hal yang harus diselesaikan satu persatu untuk bisa hidup bersama cowok itu.
“tidak mungkin jika tidak tertulis dalam kitab Tuhan dilangit,” balas Aisha.
“kamu menangis,” kata Shin, dia ingin memegang pipi Aisha dengan maksud mengusap air matanya, tapi cewek itu menolak, tidak boleh sama sekali Shin memegangnya.
“lalu.. kalau kamu sedih.. aku harus bagaimana??,” tanya Shin, melihat wajahnya.
“cukup doakan aku saja.. supaya aku tidak sedih karena hubungan kita,” balas Aisha, matanya sembab.
“kamu ingin.. kita berpisah??,” tanya Shin lagi.
Aisha menggeleng, dia malah menunduk sedih,”gak kebayang.. gimana rasanya kalau gue pisah sama dia?? Gue udah mulai sayang”
Shin memberanikan diri memegang kepalanya Aisha... lalu mengelus nya
“aku minta maaf.. ,”
Aisha tidak marah dia mengelus kepalanya. Perasaaannya ingin tenang.
“aku akan usahakan.. bicarakan semuanya.. dengan isteriku,” kata Shin lagi

Aisha menoleh padanya, sebenarnya hal itu pasti berat buat semuanya. Egoisnya antara muncul dan harus dipendam. Bagaimana rasanya kalau pasangan kita menyatakan suka dengan perempuan lain.. apa rela?? Pastinya tidak.
“kenapa??,” tanya Shin keheranan, sebab dia pikir, awalnya hal itu pula yang diinginkan Aisha makanya dia coba memenuhi permintaannya.
“ Aku akan menyakiti perempuan lain,” jawab Aisha, menghela nafas.
Shin jadi ikutan menghela nafasnya,” jadi??”
“Aku pusing,” kata Aisha
Shin malah mengelus kepala Aisha dengan agak kasar dan tertawa,” susah ya..??”
Aisha hanya mengangguk saja, dia minta pulang.

“Ris... gimana kalau dia nanti bilang sama bininya??,” tanya Aisha di kantor pada Risa
Risa kaget,”What?? Jadi dia berani bilang gitu??,”
Aisha mengangguk,” ya.. janjinya seperti itu..”
“wah... gila.. jangan-jangan.. ntar dia malah datangin bininya lagi??,” tebak Risa keheranan
“gue gak tahu lah, Ris.. gak mau banyak berharap,” kata Aisha
“galau banget lu, say... kacau banget kayaknya.. emang dia serius banget ya??,” tanya Risa.
Aisha mengangguk,”serius.. kacau sekali hati gue”
“Kayaknya lama-lama gak bisa begini, say... coba deh keras sama dia.. misalnya lu maksa gitu..kapan mau seriusan bahas married??”
Aisha hanya menggeleng,”gak bisa..dia lagi belajar agama”
Risa kaget, apa yang dikatakan sahabatnya itu benar atau tidak.
Aisha mengangguk, Shin memang bilang sedang mempelajari, ketika mereka bertemu, dia suka tanya ini-itu, banyak hal dan dijawab Aisha dengan kemampuan pengetahuannya.
“wah... bisa nekat juga itu cowok cantik,” balas Risa dengan nada heran
“Tapi memang begitu sih.. gue juga belum lihat gak seriusnya dimana?? Agama itu soal serius kan??,” tanya Aisha pada Risa
Risa mengangguk, dia juga begitu. Sebadung-badungnya dia, tetap berfikir kalau agama dasar di kehidupan rumahtangga.
“Mungkin dia kalau begitu lagi timbang-timbang cara... maksud gue.. dia lagi cari cara... kayak gitu enggak mudah.. laki orang sih,” kata Risa lagi
“Gua udah males sama laki orang... yang datang laki orang terus.. bete,” ujar Aisha
“mana sih.. kita tahu nasib orang atau nasib diri sendiri, say??,” Risa mencoba menenangkan diri sahabatnya itu.
Siapa yang tahu? Mana ada yang tahu?? Rasanya Aisha terjepit dikenyataan.. dia tidak bisa menerima peristiwa hidup yang menimpanya.

“Kalau kamu pulang.. apa kamu mau bicarakan tentang aku pada keluargamu??,” tanya Aisha.
Shin mengangguk,” Ya.. aku berusaha.. aku ingin tidak berlarut-larut.. tapi kamu tetap tidak berkhianat,”
Aisha mengangguk, menyanggupi.
“Aku..boleh minta password jejaring sosialmu??,” tanya Shin.
Aisha jadi heran, kenapa?? Bukannya itu hal penting?? Shin bilang dia posesif, rasanya dia tidak habis pikir kenapa kok ketakutan kalau Aisha selingkuh.
“OMG, Shin... sebaliknya.. biasanya aku yang diselingkuhi,” jawab Aisha dengan tertawa kecil.
really??,” tanya Shin meminta kepastian. Baginya, menjadi posesif dan tidak ada pengkhianatan itu penting. Sikap pencemburunya dianggap melindungi dirinya supaya bisa bertahan dikehidupan cinta.
Aisha mengangguk.
“I just wonder.. i thought your life was very nice.. and none was hard to hurt you,” Shin merasa aneh, dia berfikir Aisha santai saja dengan kehidupan dia sebelumnya dan tidak pernah disakiti lelaki. Tapi memang dari awal cowok itu sudah menebaknya dari sikap menjaga jaraknya Aisha padanya.
“I promise myself that i try to not hurt you.. but if you don’t mind give me yours”, katanya lagi, kalau tidak keberatan tukar password jejaring sosial dan dia akan berusaha tidak berurusan dengan teman-temannya Aisha, hanya ingin mengetahui gaya interaksi teman-teman lelakinya
Aisha tertawa, baginya hal seperti itu lucu dan Shin meminta permintaannya dipikirkan lagi.
you are possesive,” kata Aisha padanya. Dia tidak habis pikir kenapa sih kok cowok cantik posesif? Bukannya bisa cari cewek lain mudah banget??
Shin bilang banyak orang berfikir lelaki yang sangat memperhatikan penampilan diri sendiri dianggap lelaki yang mencari kesempurnaan, pasangannya harus yang sama hebat, yang sama lebihnya, tetapi dia bilang, tidak semuanya begitu. Shin menganggap Aisha baik dan berbeda.

Aisha jadi berani menatap matanya, rasanya dia mau menangis lagi dengan kebaikan dan pengertian cowok itu. Tapi justru Aisha malah meledeknya,”heran juga ya.. kenapa bisa?? Padahal orang pasti menganggap kamu sosok sempurna dan sudah pasti mencari lagi yang sempurna?? Kamu benar-benar sehat kan? Hehehe”
Shin cemberut, kalau dia tidak seperti itu dan yang penting bagi seseorang adalah kebaikan hati, tapi Aisha malah tertawa.
“Kamu tahu? Dunia sekarang penuh materialisme dan aku sangat tidak menyangka..dibalik yang aku pikirkan tentang Korea.. ada seorang lelaki yang ternyata jauh dari pandangan umum dunia,” Aisha berdiri, sebenarnya dia mau menangis, tapi coba ditahan.. disana takut ada banyak orang lalu-lalang, dia tidak ingin membuat Shin susah kalau menangis.
“Maksud kamu??,” tanya Shin keheranan.
Aisha menahan dulu air matanya supaya tidak jatuh, lalu menoleh padanya.
“Aku pikir.. lelaki seperti kamu.. lelaki sombong yang merasa dirinya lebih... kita seperti langit dan bumi... dari sisi fisik saja.. terlihat bedanya.. aku pikir.. kamu sama dengan banyak lelaki yang merasa cakep disana.. merendahkan orang lain yang kurang kelebihan di fisiknya atau di hal lainnya”

“Diantara putih ada hitam dan sebaliknya.. diantara hitam ada putih, Aisha.. dan aku tidak ingin menjadi orang dengan pandangan umum,” jawab Shin, ikut berdiri.
“benar begitu??,” tanya Aisha,”aku heran.. dimataku.. you are such a perfect person: tall, fair, handsome, have a very good job, what else?? Perempuan pasti akan banyak suka kamu,”
Shin tertawa,” Aisha.. it’s not like that... semua orang ada kelemahannya”
Aisha menggeleng,”tapi dimataku.. kamu lelaki hebat loh... pandanganku dulu.. kamu manja.. karena kamu suka dandan”
Shin malah ternyata tertawa lagi,”Aduh.. ya memang aku begini sih sebenarnya dari dulu... kamu tidak keberatan kan??”
Aisha menggeleng, dia bilang sama sekali tidak keberatan, asalkan tidak terlalu over. Di negeri ini juga banyak yang seperti dia dan menurutnya, asal tidak over dia anggap sebagai lelaki yang bisa merawat dirinya.
“Tapi aku tidak bisa berdandan.. aku tidak tahu,” kata Aisha.
Shin malah senyum,”mungkin.. kalau kamu berdandan tebal seperti banyak para perempuan itu.. kamu malah tidak cantik sama sekali, hatimu tidak akan terpancar”
“kamu dewasa sekali hehe,” balas Aisha
“kita harus pulang? Aku sudah mulai tidak tahan,” keluh Shin,”tadi..aku ingin membayangkan bisa memeluk kamu”
“OMG hehehe.. tidak usah seperti itu.. nanti malah jadi kacau,” balas Aisha, padahal dia bisa sawan kaget dan mungkin menggampar cowok itu lagi.
“Aku berusaha tidak lagi menciptakan trauma pada dirimu,” kata Shin sebelum pulang
Aisha malah menunduk hormat dalam-dalam padanya dan senyum semangat,” don’t worry... aku tidak berpikiran seperti itu.. aku tidak yakin kamu melukai hati atau pikiranku.. aku hanya gusar karena kamu married man.. bukan yang lain.. “

Pulang, Aisha termenung di kamarnya.
“Shin.. bagaimanapun.. kamu ini tetap suami orang lain.. aku bisa kepayahan dengan pikiranku dan pikiran isterimu nanti”
Aisha terus membayangkan banyak kemungkinan. Bagaimana nanti dia akan berhadapan dengan isterinya Shin, bagaimana reaksinya perempuan itu, bagaimana mengatasi segala perbedaan. Satu hal yang dia tidak habis pikir: Kenapa sepanjang hidupnya, hanya lelaki yang sudah menikah yang suka padanya? Apa yang mereka pikirkan tentang dirinya? Ingin sebagai pelampiasan karena pernikahan membosankan atau??
“Apa memang Shin juga seperti itu... dia sedang bosan dan mencari pelarian??,” tanya dirinya sendiri.
“Shin.. kamu sudah di apartment lagi??,” tanya Aisha dalam skype nya.
Shin agak lama membalas, ternyata dia membersihkan dirinya dulu.
“Ya.. aku sudah ada di dalam.. ada apa??,” balas cowok itu
Aisha ragu awalnya ingin mengetik perasaan hatinya, lalu,”Aku mau bertanya...”
“tentang?,”
“isterimu..,” kata Aisha,”dia.. cantik ya??”
“cantik sekali,” jawab Shin santai,”Tapi menurutmu.. apa semua harus dengan dilihat dari polesan luar??”
“Tidak juga,” balas Aisha
“ya.. memang tidak... dia model,” balas Shin
“Makin buat gue gak pede,” kata hatinya Aisha
Tak berapa lama, Shin menyapanya,”mengapa?? Takut??”
Aisha mengelak kalau dia bilang dia sudah mengantuk, lalu mengucap salam perpisahan hari itu, tapi Shin mencegahnya.
“kamu belum menjawab pertanyaanku.. apa ada ketakutan dalam hatimu,” kata cowok itu.
Aisha diam saja. Shin meminta jawaban. Akhirnya...
“ya.. aku takut,” balas Aisha.
Cowok itu bertanya, kenapa harus begitu?
Aisha menjawab, karena pasti perempuan itu banyak kelebihannya dibanding dia.
Shin malah tertawa,”hai, Aisha.. yang cantik dan baik.. rasanya kamu belum pernah bertanya padaku.. berapa gaji ku.. berapa uang yang aku punya... aku punya mobil atau tidak.. punya rumah atau tidak disana.. berapa tabunganku.. iya kan??”
Aisha mengangguk saja.
“Kamu bukan materialistis.. itu yang aku lihat.. perempuan disana akan bertanya apa kamu kaya atau tidak, haha,” Shin malah tertawa.
“Aku memang tidak ingin bertanya itu.. karena aku percaya... kamu pekerja keras dan pasti kamu akan berusaha yang terbaik, hasilnya juga akan baik.. aku tidak perlu ragu,” balas Aisha
Shin lalu diam dari tertawanya, dia malah tersenyum di skype itu,”kamu.. semakin membuat aku gila”
“Aku tidak cantik.. aku berkawat gigi,” balas Aisha.
“rasanya.. gue harus cari alasan supaya pisah dari dia,” lanjut hatinya Aisha
“oh, No.. please jangan seperti itu lagi.. bagiku.. kamu itu cantik alami.. dan kamu penolong.. aku suka perempuan pemelihara sepertimu,” jawab Shin
“lebih baik kamu tidur daripada gusar.. aku bisa lebih gusar lagi kalau kamu berfikir seperti itu.. besok pekerjaanku sangat menumpuk.. bicara dengan banyak orang,” katanya lagi.
Aisha mengerti, lalu dia mengucapkan selamat malam dan menutup video call nya.
Dia tidak langsung tidur, tapi juga tidak tahu apa Shin disana sedang berfikir juga atau tidak.
“melelahkan... capek rasanya.. tapi gue udah mulai cinta sama dia... kenapa gue mulai lagi terjebak??,”
“dia tetap suami orang lain... gimanapun... lebih baik gue akan terus jaga jarak.. gue gak ngerti kenapa begini.. gue gak mau buat isterinya menderita”


Bersambung ke part 9...