Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee Young Joon, Lee Hana.
“Kenapa sih... Eonni dari kemarin
sepertinya pikir sesuatu keras sekali??,” Soon Hee heran sehabis mereka berpisah
sebentar kemarin itu, Minseo mendadak jadi pendiam.
“Besok Eonni akan kembali lagi kerja,”
jawab Minseo ringan, dia memaksakan senyumnya pada adiknya itu.
“lalu?? Hari ini apa mau jalan-jalan
lagi?,”tanya Soon Hee
Minseo menggeleng saja, rasa kemarin yang
masih ada untuk Minho, ternyata sampai detik ini masih ada.
“hey Soon Hee.. menurutmu.. ada tidak..
cinta yang sudah putus.. bersemi kembali??,” tanya Minseo. Mimik wajahnya
terpaksa dibuat ceria.
“Ah.. beneran?? Dengan siapa??,” Soon Hee
jadi heran dan matanya berbinar
Belum sampai Minseo ingin mengucapkan
sebuah kata, dia langsung menyerobot lagi,”Pasti dengan Minho!”
“iya kan??,” katanya lagi
Minseo mengangguk saja.
Soon Hee berdiri, dia kegirangan,” Aigoo.. ini pasti buat Eonni
berbunga-bunga!,” dia duduk lagi lalu memeluk kakaknya.
Soon Hee kaget, dia pikir hal itu akan
jadi cinta lama bersemi kembali, ternyata tidak.
“ooohh.. apa Eonni sedih??,” katanya
melepas pelukannya pada Minseo.
Minseo menangis, dia memang masih cinta
pada Minho, tapi itu sudah masa lalu. Walau kemarin ketika Minho mengatakan
kalau dia masih ingin lagi menjalin hubungan, baginya.. dia lebih mengutamakan
pekerjaan yang sudah pindah keluar kota dan akan membiarkan Minho kuliah sampai
selesai.
“dia bilang...tetap mau mengejarku,” kata
Minseo pada adiknya
Soon Hee malah senang,”wah... jadi Minho
memang cinta Eonni...hubungan jarak jauh saja kalau begitu”
Minseo menggeleng, dia tidak mau.. bagi
dia.. Minho masa lalu.
“Tapi...dia enggak bisa lupakan Eonni.. kalau
cowok enggak bisa lupakan ceweknya.. bisa-bisa dia nekat loh,” kata Soon Hee
“Eonni tetap harus pergi, Soon Hee.. besok
saja sudah harus kembali ke Busan lagi,” jawab Minseo berkilah
“eh... Busan.. jaman sekarang dekat
sekali.. bisa saja Minho cari Eonni loh,” kata Soon Hee dengan wajah cerianya
Minseo bilang kalau dia tidak bisa begitu
saja merebut Minho dari tangan Soo Hee.. dia merasa memang Minho masih cinta
padanya, hanya saja, dia pikir, kendala nya terlalu lebar.
“dia itu.. percaya sekali dengan apa kata
peramal Kang itu bukan??,” tanya Soon Hee lagi.
Minseo mengangguk,”dia juga bilang seperti
itu, padahal peramal itu musuhku hahaha”
Soon Hee tertawa,”ya.. Eonni selalu jadi
musuh para peramal, hahaha... Tapi.. bisa jadi.. peramal Kang memang benar,
weee..”, dia meledek kakaknya sendiri
“benar bagaimana?? Maksudnya.. aku akan
tetap dengan Minho??,” tanya Minseo
Soon Hee mengangguk,”apa lagi?? Pasti
dong, hehehe”
“ah.. lupakan dulu itu.. Eonni harus
kerja, supaya kamu bisa masuk universitas.. iya kan?? Sayang sekali posisi
Eonni sudah sebagai pengawas sekarang.. jangan pikir itu dulu,” balas Minseo
“tapi pasti nanti Minho akan kembali
lagi,” semangat Soon Hee pada kakaknya sendiri.
Minseo berekspresi tidak mau tahu. Dia
bilang pada adiknya, dia sedang memburu posisi, belum ada manager perempuan di
perusahaan tekstil itu dan dia berharap bisa mendapatkan posisi itu. Soon Hee
menyemangatinya, walau dia berharap, suatu hari, kakaknya akan tetap bersama
Minho.
Minho meletakkan wajahnya diatas laptop,
matanya berputar-putar saja melihat game yang sangat dekat dengan layar itu. Semenjak
bertemu dengan Minseo beberapa hari lalu, pikirannya jadi tertuju kepada cewek
itu.
“apa dia masih ada di Seoul??,” katanya
mengeluh, menarik nafasnya sampai terdengar
“Soo Hee mau dikemanakan??” katanya lagi.
Pikirannya mengawang kemana-mana.
Dia yang selalu ingat dan percaya dengan
kata-kata peramal Kang bahwa memang akan berpisah sementara dengan Minseo lalu
mereka akan bersama lagi, jadi galau sebab sekarang dia sedang pacaran dengan
Soo Hee. Dia perhatikan kalau Soo Hee cewek yang baik, perhatian, sayang dan
juga tidak macam-macam dengannya, manis sekali. Minho memang suka cewek yang
sederhana enggak banyak minta. Baginya cukup cewek itu perhatian padanya,
ngerti perasaannya kalau lagi moody. Dia
anggap Minseo cewek yang sangat mengerti tentang dia. Dia merasa Soo Hee hanya
cewek pelariannya saja setelah hampir 2 tahun dia tidak bertemu Minseo, sampai
kemarin.
Ternyata, di kantong celana panjangnya,
dia malah menyimpan bandul love yang didalamnya foto dia dan Minseo, walau di
bandul bulat kalung di lehernya malah foto dia dan Soo Hee.
“gak nyangka bertemu lagi dengan Minseo
ku,” katanya masih galau di depan laptop.
“Lalu.. apa kata peramal Kang akan
terbukti? Dulu-dulu, kalau bicara dengan Minseo ... aku cocokkan dengan peramal
Kang... tepat juga”
Dia ingat-ingat lagi Minseo bilang kalau
dia akan menggantikan usaha ayahnya dalam waktu singkat usia 24 tahun, lalu
akan bertemu Minseo lagi di usia 26 tahun dan mereka akan bersama lagi di usia
27 tahun. Tapi itu rasanya lama sekali sementara dia baru sekitar 21 tahun.
Minho berdiri lalu bolak-balik kamar nya
seperti setrikaan. Dia pusing sendiri, berfikir sendiri mau bagaimana.
Kenangannya pada Minseo memang susah hilang. Apa yang dia bilang kalau Minseo
akan selalu ingat ciuman terakhirnya sebenarnya terbalik, dia sendiri yang
menciptakan kenangan itu nanti.
“Minho.. Soo Hee datang,” kata ibunya di
luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Minho
Dia membuka pintunya, ibunya melihat
wajahnya sedikit kusut.
“ada apa??,” tanya ibunya.
“Tidak apa, Eomma.. nanti aku ke depan,”
jawab Minho, dia menutup pintu kamarnya lagi, mencuci mukanya di kamar mandi
dalam kamarnya dan menuju ruang tamu.
Dia ke ruang tamu, disana sudah ada Soo
Hee yang tersenyum manis padanya.
“Minho.. aku cari dari beberapa hari lalu,
kemana saja?? Telepon dan pesan ku tidak dijawab,” Soo Hee mencium pipinya
“ah.. mian..
aku pusing,” jawab Minho singkat, lalu duduk.
Ternyata Soo Hee mengajaknya jalan, pergi
ke pesta ulangtahun salah seorang temannya.
Minho menurut saja. Dia tidak ingin
menyakiti hati cewek yang baik dan sudah menjadi pacarnya dalam tiga bulan
terakhir ini. Walau dia tidak mood, dia coba mengontrol perasaannya sendiri.
“kita harus buat perayaan 100 hari pacaran
kita loh, Minho,” senyum Soo Hee
“ah..
mian... aku lupa.. kapan mau pergi ketempat temanmu itu??,”kilah Minho
Soo Hee menunjukkan tangannya, 1 minggu
lagi. Minho mengangguk mengiyakan, menyanggupi akan menemaninya.
“Aku harus kerja lagi, Eomma.. Appa.. aku
bakalan kangen kalian deh,” Minseo memeluk kedua orangtua dan kedua adiknya,
harus berpisah dengan mereka karena sudah selesai cutinya dan harus kembali
kerja lagi.
“semangat, Minseo.. kamu pasti bisa!,”
kata ayahnya dengan wajah ceria
“iya, kamu pasti bisa,” kata ibunya
Minseo berwajah ceria menjawab semangat
mereka,”Ya.. doakan aku ya, Appa... Eomma.. dalam tahun ini, ada promosi
pengangkatan menjadi manager”
Ayah dan Ibunya tercengang,”wow.. kamu
pasti bisa, Minseo!”, kata mereka
Minseo mengangguk mantap,”Ya..aku yakin
aku bisa..”
Minseo lalu melambaikan tangannya, tanda
berpisah dengan keluarganya dan akan sibuk bekerja lagi.
“Jaga diri, Minseo!,” teriak semua anggota
keluarganya sambil melambaikan tangannya.
Minseo membalas lambaian tangan mereka
dengan semangat,”Bye bye.. nanti aku kabari kalau sudah sampai!”
Minho hari itu tidak mood lagi kuliah. Dia
hanya terkesan melamun ketika mata kuliah berlangsung hari itu. Soo Hee yang
mengajaknya jalan saja, ketika kirim messej hanya dia diamkan saja, tidak dia
jawab.
“hari ini.. apa Minseo sudah kembali??,”
dia menopang dagu nya di taman universitas.
“Minho.. maaf ya.. aku kembali ke Busan..
aku harus kerja.. aku tidak ingin lagi pikirkan hubungan kita... anggap saja
itu semua sudah lalu,” kata hatinya Minseo ditengah perjalanan.
Minho membuka bandul yang dia simpan
didompetnya, isinya foto dia dan Minseo.
“Aku percaya.. pasti kita nanti akan
kembali lagi, bersama lagi.. peramal Kang bilang begitu.. tunggu aku 3 tahun
lagi.. pasti kita ketemu lagi, Minseo,”
Ternyata Minseo diperjalanan juga membuka
bandul yang ada foto dia dan Minho,”belum waktunya kita akan bertemu lagi,
Minho... aku harus bekerja giat dan membahagiaan kedua orangtuaku dan kedua
adikku”
Waktu berlalu..2 tahun kemudian...
“aku.. bosan dengan kamu,” kata Minho
pelan pada Soo Hee.
Soo Hee kaget mendengar kata “bosan” yang
diungkapkan dari mulut Minho dimalam itu ketika mereka habis makan malam
bersama disebuah restaurant lalu pergi ke flat Soo Hee.
“aku tidak salah dengar??,” tanya Soo Hee
dengan ekspresi bingung, dia tertawa kecil tetapi heran.
Minho menggeleng,” Tidak salah dengar..
memang begitu.. aku ingin putus”
Soo Hee sangat heran dengan perkataan
Minho. Sudah dua tahun mereka pacaran, rasanya baik-baik saja, walaupun ada
pertengkaran, tapi masih bisa diatasi. Tapi hari ini.. Soo Hee benar-benar
mendengar kabar bagai petir disiang bolong. Tidak ada masalah terakhir ini
hubungan mereka, kenapa harus berakhir??
“Bosan?? Apa cuma karena bosan.. kamu
ingin putus??,” Soo Hee benar-benar kecewa, dia lalu melempar Minho dengan buku.
Minho mengelak,” Aku sudah bosan dengan
hubungan ini”,
“Bam,” suara buku jatuh.
Soo Hee berteriak ,” PERGI KAMU, MINHO!”,
dia lalu menangis.
“aku minta maaf.. tapi.. hubungan ini
memang tidak bisa dilanjutkan lagi,” kata Minho menunduk.
“PERGI KAMU!,” teriak Soo Hee
“aku minta maaf, Soo Hee..,” Minho
menunduk lagi
“PERGI!!”, Soo Hee memukul badan Minho.
Minho coba mengelak dari tangannya.
“ya.. aku pergi.. aku minta maaf,” Minho lalu keluar dari flat Soo Hee.
Cewek itu melempar buku yang lain ketika
Minho keluar pintu.
Minho diam disebuah cafe. Dia hanya diam
saja melihat orang lalu-lalang keluar masuk cafe sampai cafe itu tutup lagi,
lalu pulang ke rumah dengan wajah suntuk, bete.
Dia merebahkan dirinya, menatap
langit-langit.
“haaaaaaaahhhhhhhhhh........ kenapa tadi
aku bilang bosan ya??”
Dia lalu mengambil bantal dan menutup
wajahnya,” menyebalkan hari ini...”
Ternyata dia ingat, hari ini juga hari dia
putus dengan Minseo... dan ternyata.. putus lagi dengan Soo Hee setelah
hubungan mereka dua tahun berlalu.
“Hari yang bikin sial,” gerutunya.
Dia lalu membuka bandul kalung yang ada
foto dia dan Soo Hee.
“mian.. mungkin sebenarnya, selama 2 tahun
ini.. kamu hanya pelarian saja,” katanya membuka bandul itu dan melihat foto
dia dengan Soo Hee.
Minho lalu mengeluarkan fotonya, membuang
bandul yang masih ada foto Soo Hee itu ke dalam tempat sampah.
“hanya tersisa satu bandul dalam hidupku..
dan itu berisi foto Minseo dan aku saja,” katanya dalam hati. Dia mencoba
tidur...
Beberapa hari kemudian, ayah Minho bicara
padanya sedikit soal usaha..
“Sudah tingkat tiga kan..kuliahmu???,”
tanya Lee senior.
Minho mengangguk,”Ye, Appa.. aku janji satu tahun kurang lagi, aku lulus.. Appa janji
akan menurunkan usaha padaku kan?? Jadi aku usahakan terbaik untuk usaha ini”
“benar hubunganmu putus dengan Soo Hee??,”
tanya Lee lagi
Minho mengangguk,”Ye..mian Appa.. aku sudah tidak bisa pertahankan lagi.. Appa tahu
dari mana??”
“Soo Hee cerita pada ibumu,” jawab Lee
singkat
Minho menggaruk kepalanya, dia tidak ingin
urusan cinta lamanya akan berurusan dengan kedua orangtuanya.
“hubunganku tidak bisa diperbaiki lagi,
Appa..,” kata Minho lagi.
“ah..sudahlah,” balas ayahnya.
“kuliahmu..nilainya baik-baik saja kan??,”
tanya ayahnya lagi
Minho mengangguk,”Sangat baik.. Appa boleh
menguji ku”
“Baik,” kata Lee senior, berdiri,”Kamu
akan menemui salahsatu klien ku, bernegosiasi soal kapas”
Minho menengadahkan kepalanya, tertuju
pada ayahnya,”secepat itu, Appa?”
Lee senior mengangguk,”Ye.. wae yo?? Takut??”
Minho menggeleng,” Ani, Appa.. ini peluang baru aku belajar strategi usaha”, katanya
mantap
“Bagus.. besok mulai kerja,” kata Lee
senior. Minho menunduk hormat pada ayahnya.
“Kamu besok kembali ke Seoul,” kata senior
manager Ho pada Minseo dikantornya
“jadi.. saya yang harus mengusahakan
bernegosiasi dengan pihak Hana Ilgob corporation??”, Minseo tanya balik pada
atasannya
Ho mengangguk,”apa lagi?? Siapkan tiket
untuk esok.. katakan pada staff Man,”
“baik,” Minseo menunduk hormat padanya.
Dia lalu keluar ruangan dan menyiapkan presentasi dan laporan.
“Hana Ilgob?,” tanya hatinya Minseo
sendiri, dia berfikir.. rasanya dia pernah mendengar nama perusahaan itu.
Minseo kaget, dia baru sadar kalau itu
nama perusahaan yang dimiliki ayah Minho!
“Hananim..
apa aku akan bertemu Minho lagi?? Sudah dua tahun berlalu,” kata hatinya
Minseo. Dia tidak boleh galau walau dia mengingat, esok adalah hari ulang tahun
Minho dan tepat dia akan berusia 23 tahun.
Senior manager Ho masuk ruangan Minseo,
dia memberikan sebuah kartu nama.
“ini perwakilan dari Hana Ilgob yang akan
berbicara denganmu.. anak dari pemiliknya,”
Minseo menunduk hormat menerima kartu itu,
begitu dilihatnya.. dia sedikit kaget, tapi disembunyikannya
“Lee Minho,” katanya membaca nama di kartu
itu, pelan.
“ya.. besok yang akan bernegosiasi adalah
Tuan Lee Junior, Lee Minho,” kata senior manager Ho. Dia memang tidak tahu
kisah cinta mereka berdua.
“Ya, baik, manager Ho.. tolong doakan aku
agar sukses,” kata Minseo
“semangat.. kamu bisa! Selama ini.. kami
mengandalkan mu,” senyum Ho.
“baik,” jawab Minseo menunduk hormat lagi
pada Ho. Lelaki itu keluar ruangan, Minseo jadi termenung
“Besok.. aku bertemu Minho... dan.. esok
pula hari ulang tahunnya..”
“Minho.. aku kembali ke Seoul walau hanya
sehari,”
Minho masuk ruang kantor ayahnya, dia
menyiapkan apa saja yang akan di meeting kan mengenai negosiasi usaha kerjasana
kapas dan lycra dengan perusahan tempat Minseo bekerja.
Minseo dengan mantap memasuki gedung kantor
Hana Ilbog corporation.
Dia lalu diarahkan oleh seorang sekretaris
menuju ruang meeting.
Dia berdiri di depan pintu ruang meeting.
Minho kaget.
“Minseo..,” katanya spontan
Minseo mencoba bersikap biasa saja,”Annyeong haseyo.. Park Minseo-eyo... mannaseo
bangabhabnida”, dia menunduk hormat pada Minho, Lee senior dan beberapa
staff disana.
Lee senior mengenal wajahnya,”ah... Park
Minseo! Lama tidak bertemu”
Minseo menunduk hormat padanya,”Ya.. lama
tidak bertemu, Lee-ssi.. bagaimana
kabar??”
Minho masih bengong dengan kejadian itu.
Lee senior lalu menepuk pundaknya.
“Kamu yang akan bernegosiasi dengan Park
Minseo, Minho.. ayo semangat!”
“aku tidak percaya,” dalam hatinya Minho.
Minseo tersenyum pada Minho lalu menunduk
hormat padanya,” terima kasih atas kesempatannya.. Tuan-tuan”
“ah iya.. mari silahkan duduk,” sapa Lee
senior, ramah.
Mereka semua lalu duduk. Lee senior
membuka acara, kemudian tak berapa lama, Minseo menyampaikan presentasi
kualitas bahan mentah katun, lycra dan linen perusahaannya yang bisa digunakan
oleh Hana Ilbog untuk bahan baju usaha mereka.
“yang ini bahannya katun,” kata Minseo
menunjukkan slide presentasi,” kami menambahkan teknologi SPF 50 kepada bahan
ini, tetapi, hanya bisa bertahan kandungan SPF ini jika sudah sekitar 2 tahun,”
Lee senior mengangguk, dia berbisik pada
Minho,” kamu harus pintar menawar harganya.. aku tidak sangka.. kalau mantan mu
ternyata malah jadi partner kerja kita”
Minho diam saja, padahal dalam hatinya,
dia dag dig dug der, mengenang kembali masa-masa pacaran mereka dan dua tahun
lebih yang lalu ketika dia mencium Minseo lagi di jembatan cinta.
Minseo terus menyampaikan produk-produk
pada perusahaan tempat dia bekerja dan juga list harga, promosi. Sampai
selesai.
“aku tertarik antara campuran katun dan lycra
yang mengandung SPF tinggi ini.. bisa jadi dibuat untuk pakaian dalam,” kata
Minho. Suaranya agak sedikit bergetar.
“Tapi.. untuk harga segini per meter
sangat mahal,” katanya lagi
“kami menyediakan promo khusus untuk
pembelian seribu meter,” kata Minseo. Dia menyerahkan brosur pada Minho yang
dilengkapi dengan contoh bahan dalam bentuk potongan.
Tangan Minho agak gemetaran menerima
brosur itu, Minseo biasa saja.
Minho melihat wajahnya Minseo, pikirannya
langsung kemana-mana.
“silahkan dibaca, Tuan Lee,” senyum Minseo
ramah.
“Ye,” jawab Minho singkat tapi dia agak
gugup.
Lee senior melihat tingkah anaknya yang
sepertinya memang masih suka dengan perempuan itu.
Minho membaca semua brosur dalam waktu
singkat.
“ini model baju yang akan kita gunakan..
tentu Park-agassi sudah tahu
bahannya,” kata Minho.
Minseo lalu menjelaskan tipe bahan apa
yang sebaiknya cocok itu model ini.
“chiffone lebih bagus..kalau saya pikir,” kata
Minseo.
Lee senior hanya memperhatikan saja
tingkah mereka. Minho dan Minseo malah asyik berdiskusi panjang lebar soal
bahan dan harga
“deal,” kata Minho senang. Dia berdiri dan
menunduk hormat pada Minseo.
Minseo juga menunduk hormat padanya.
Mereka saling menyepakati dan pengiriman barang akan dilakukan.
Minseo pamit, dia akan kembali ke Busan.
“Bagaimana kalau kita makan dulu?? Aku
yang traktir,” kata Minho pada Minseo.
Minseo menoleh,”tidak usah, Tuan Lee,” dia
coba menghormati Minho dengan memanggilnya “tuan”.
Minho menutup mulutnya, memalingkan
wajahnya,” ketemu lagi.. kenapa sudah berbeda sih??”
Mereka menuruni tangga lalu lorong besar yang
sepi, Minho langsung menggenggam tangan Minseo dan memeluknya.
“Jahat banget.. jahat banget seperti gak
kenal aku,” kata Minho
“prak,” berkas perjanjian perusahaan
mereka yang ditangan Minseo jatuh.
Minho memeluknya dengan erat,” hari ini
aku ulang tahun.. bagaimana bisa kamu lupa??,”
Minseo diam saja.
“kenapa kamu lupa? Sengaja ya.. mau
lupakan aku??,” kata Minho lagi. Sifat anak-anaknya muncul lagi.
“ dunia kita sudah berbeda..,” jawab
Minseo
“Tapi..aku gak akan beda dengan mu... kamu
masih tetap Minseo-ku,” balas Minho. pelukannya makin erat
“I
miss you, Minseo jelek,” gerutu Minho.
Lee senior memperhatikan dari jauh,” dia
memang cinta matinya anakku”
“Aku harus kembali ke Busan segera hari
ini,” kata Minseo, masih menolak perasaan Minho.
“gak boleh..aku gak suka.. aku maunya
peluk kamu aja.. ,” balas Minho seperti anak-anak.
“masih Minho yang seperti dulu,” kata
Minseo
“Memang..dan aku gak bisa lupain kamu,”
jawab Minho. Dia lalu melepas pelukannya dan malah mencium Minseo.
“pokoknya enggak boleh pergi.. kita
pacaran lagi,” kata Minho dengan suara manja
Minseo tidak habis pikir, cowok ini memang
tipe pecinta.
“Tapi..aku harus kembali ke Busan.. aku
harus kirimkan semua laporan deal ini,” dia lalu membereskan berkas yang jatuh
dan Minho membantunya
“aku ulangtahun hari ini.. kamu bagaimana
sih?? Enggak mau rayakan ulangtahunku??,” Minho sebel padanya, hanya cemberut
saja.
Minseo sebenarnya selalu ingin tertawa
sedari dulu kalau melihat cowok itu cemberut. Watak manja dan kerasnya seperti
anak-anak justru membuat dia kangen pada Minho.
“ya.. aku usahakan pulang malam,” kata
Minseo pada Minho, mereka sibuk membereskan berkas yang berantakan.
“Kerja denganku saja, Chu,” Minho malah
iseng menciumnya lagi dengan cepat
“ayo dong.. rayakan ulang tahun ku,” kata
Minho lagi
Minseo senyum.. Minho menarik tangannya..
mereka keluar gedung itu, Lee senior hanya menggeleng kepala saja.
“Jadi.. kamu sengaja ya..??,” cemberut
Minho lagi pada Minseo ketika dia diminta jujur untuk bicara, sebenarnya apa
yang terjadi.
“aku baru putus beberapa waktu lalu dengan
Soo Hee,” katanya lagi
Minho lalu mengeluarkan sesuatu dari
kantungnya.. bandul yang berisi foto dia dan Minseo.
“ini..aku masih pegang..,” tunjuknya pada
Minseo.
Minseo senyum saja.
“fotoku...tidak kamu buang kan??,” tanya
Minho
Minseo menggeleng.
“Pacaran lagi dong.. aku semangat nih,”
pinta Minho lagi
Minseo ingin sekali tertawa kalau Minho
sudah berkata itu, masih Minho yang dulu seperti anak-anak.
“Tapi aku harus kembali ke Busan..
pekerjaanku semakin banyak,” kilah Minseo
“pokoknya enggak boleh menghilang lagi..
titik,” kata Minho dengan mimik wajah sebal
“iya.. aku janji,” jawab Minseo
“Jadi.. pacaran lagi kan??,” tanya Minho
lagi penasaran, dia minta kepastian
Minseo mengangguk mengiyakan..
Dari restaurant, mereka pergi lagi ke
tower waktu pertama kali Minho nembak Minseo menjadi pacar..
“Minho tunggu dong.. sepatu ku kan tinggi
begini..susah jalannya,” keluh Minseo
“lepas saja.. hari ini tidak hujan.. banyak
bintangnya!,” teriak Minho berlari di lapangan dekat Tower itu.
Mereka duduk di bawah, memandang bintang..
ditengah lapangan.
“tahun-tahun lalu.. aku nembak kamu
disini,” kata Minho senyum sambil melihat langit
“Minho yang sekarang.. pasti lebih dewasa
dan sudah sanggup mewarisi usaha ayahnya,” kata Minseo.
Minho menoleh,”tahun depan.. aku 24
tahun.. ramalan Kang-ssi dan kamu benar loh.. kita bertemu lagi ketika hari
ulang tahunku ke 23,”
Minseo senyum saja, dia masih tidak mau
membuka dirinya pada Minho. Dia selalu ingat kalau Minho tidak suka cewek yang
punya kemampuan aneh.
“kita lari lagi ke Tower!,” teriak Minho,
dia menggandeng tangan Minseo, mengajaknya naik
“sepatuku!,” balas Minseo
“biar deh.. kamu kan cinderella..,” teriak
Minho lagi.. Mereka lalu naik ke Tower.
Kelap kelip nuansa kota terlihat indah
sekali..
Minho menatap mata Minseo dipuncak Tower
itu..
“aku masih cinta dengan kamu, Minseo,”
senyum Minho,”berkali-kali aku pacaran dengan yang lain... ternyata.. cintaku
hanya kamu”
Minseo senyum saja. Minho lalu menciumnya.
“jangan pergi lagi dong.. please.. andai
kamu masih bekerja di Busan.. kita kan masih bisa pacaran,” pinta Minho
Minseo mengangguk,” Iya.. aku tidak akan
pergi lagi.. aku sadar.. lelaki yang menerima ku hanya Minho”
“Gitu dong!,” Minho memeluknya erat lagi,
dia malah mengangkat tubuh Minseo.
“aduhhhh...... jangan.. aku takut
ketinggian!!,” teriak Minseo ketika dia melihat tingginya Tower itu dari atas
karena Minho mengangkatnya.
Minho malah tertawa,”enggak akan jatuh
deh.. aku akan selalu tangkap kamu kalau kamu jatuh.. Imja”
Minho menurunkannya.
“aku harus kembali ke Busan.. hari ini..
,” kata Minseo pelan.
“Janji.. akan kembali ke sini lagi, urusan
perusahaan belum selesai,” senyum Minho
Minseo mengangguk.
“aku antarkan,” kata Minho. Mereka pergi
menuju bandara.
“Sampai jumpa lagi..,” senyum Minho pada
Minseo, dia cuek mencium cewek itu ketika akan masuk ruang check in.
Minseo malu diperlakukan itu di depan
umum,”ya.. aku akan kirim pesan sesampainya di Busan”
“Minseo salanghae,” kata Minho lagi, mengusap pipinya
“aku janji aku akan lulus dengan nilai
bagus.. sesuai apa yang pernah kamu ucapkan dulu padaku,” kata Minho lagi
Minseo tersenyum.. ,”aku yakin.. Minho
bisa melakukan itu”
“ Jadi.. pokoknya kita pacaran lagi..
terus aku giat belajar deh, hehe,” kata Minho, matanya berbinar senang.
“sana pergi,” dia mendorong Minseo,”aku
malas sebenarnya lihat kamu pergi”
Minho melepasnya, dia melambaikan
tangannya pada Minseo.
“aku janji akan kembali ke Seoul lagi,
Minho.. ,” kata Minseo dalam hatinya, ketika Minho melambaikan tangan untuknya.
Cinta lama bersemi kembali...
Bersambung ke part 12...