This is me....

Sabtu, November 01, 2014

Cinta Dokter Cute (Part 13: Cinta Bukan Berarti Harus Menderita)

Lee Minho sebagai dokter Minho    Kazuki Kitamura sebagai dokter Choi Hyeon Jun Gackt sebagai dokter Roh Seung Won

“Hi..ceria sekali kamu pagi ini, Shin Young, selamat pagi,” kata Min Suh, temannya pemilik toko bunga tempat Shin Young bekerja.
Shin Young senyum padanya,”selamat pagi.. iya.. hari ini aku senang.. bebanku sepertinya sudah lepas”
Min Suh agak heran dengan kalimat temannya itu, lalu dia bertanya, apa maksud dari perkataan Shin Young baru saja. Ternyata, akhirnya Shin Young curhat kalau dia senang kakaknya sudah tunangan dengan Minho. Min Suh kaget dengan cerita Shin Young.
“apa.. jadi.. kamu masih berhubungan dengan mereka??”
Shin Young mengangguk,”tapi hanya dengan kakakku... bagaimanapun, aku masih cinta keluarga angkat ku, Min Suh”
“ya.. aku faham, Shin Young.. tetapi, aku hanya heran dengan ekspresimu yang menyatakan.. sepertinya kamu sudah tidak cinta Minho lagi,” ujar Min Suh, dia sungguh memperhatikan wajah Shin Young.
“aku tidak mungkin memiliki Minho.. itu sebabnya apapun yang terjadi antara Eonni Hye Rim dan Minho.. aku akan bahagia.. aku tidak terikat lagi dengan Minho,” jawab Shin Young. Dia tersenyum, padahal aslinya sangat menderita.
“Shin Young.. kamu berkilah,” kata Min Suh jujur.
Shin Young mengelak,”aku tidak berkilah, Min Suh.. bagaimanapun.. bukannya aku harus bahagia kalau kakakku akhirnya mendapatkan orang yang dia cintai??”
Min Suh malah menggeleng,”tidak begitu caranya, Shin Young.. sebenarnya aku tidak suka caramu”
“kenapa begitu? Aku tidak ingin kakakku menderita, Min Suh.. jadi aku yang harus pergi,” bela Shin Young pada dirinya sendiri.
“aku mengerti... tapi pengorbananmu ini suatu saat hanya akan menyakiti dirimu.. jika kamu tidak berani mengatakan perasaanmu yang sebenarnya atau bahkan kembali kepada Minho,”


Shin Young jadi terdiam. Dia tidak menyangka kalau Min Suh bisa berkata seperti itu. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan Minho, apalagi kalau mencintainya lagi. Baginya, kebahagiaan kakak tiri dan orangtua tirinya adalah yang utama.
“Aku mengerti kalau kamu hanya tiri di dalam keluargamu.. tetapi menurutku, Minho sudah banyak berkorban hati untuk mu.. dan sebaiknya kamu kembali ke Seoul dan balas cintanya,” kata Min Suh lagi, dia senyum pada sahabat baiknya itu.
“apa.. kamu ingin buat perasaanku jatuh lebih dalam lagi, Min Suh??,” tanya Shin Young padanya.
Min Suh menggeleng,”enggak kok.. hanya saja.. menurutku.. langkahmu kurang tepat dalam mencintai seseorang.. pada awalnya kemarin aku berfikir kalau kamu ingin berkorban untuk kakakmu.. tetapi.. menurutku.. kamu berhak mendapatkan Minho.. aku melihatnya dia lelaki baik.. sudah pasti kalau aku jadi kamu.. aku gak akan ragu akan merebut Minho dari kakakmu.. hanya saja.. cara kita berbeda”, lalu dia senyum pada Shin Young.

Shin Young hanya diam dan memegang mawar putih yang seharusnya di letakkan di dalam sebuah pot kecil.
“ini bunga kesukaan Minho, dia suka mawar putih,” kata Shin Young tiba-tiba memecah kesunyian pembicaraan mereka.
“umm.. cowok yang sensitif, lembut, bersahabat dan pencari cinta sejati,” balas Min Suh, lalu dia tersenyum lagi pada Shin Young
“kamu mau melepas cowok seperti itu? Walau mungkin dia terkesan seperti anak-anak.. bagiku.. aku suka loh.. cowok tipe seperti itu.. dia sanggup saja tidak akan melepaskanmu kalau dia sudah berfikir.. kamulah cinta sejatinya,” lanjut Min Suh lagi.
Shin Young menunduk, ternyata dia menangis. Min Suh kaget.
“aku minta maaf.. aku enggak bermaksud menyakiti hatimu, Shin Young.. tapi aku merasa.. sebenarnya kamu sedih dibalik tawa dan senyummu itu,” Min Suh malah memeluknya.
“aku sedih.. karena aku tidak bisa memilih.. kalaupun aku cinta Minho.. aku tidak mungkin menyiksa Eoni Hye Rim dengan rasa cintanya pada Minho,” kata Shin Young
“ah.. aku ngerti.. lebih baik.. kita enggak usah lagi bicarakan soal ini, bisa buat kamu sedih.. kamu kan janji padaku.. kalau kamu kesini untuk lupakan semuanya.. jadi, lupakan saja mulai detik ini.. kamu bisa dapat yang lebih baik dari Minho,” Min Suh masih mengusap-usap punggungnya Shin Young, menenangkannya.

Pagi itu.. Minho sama sekali tidak bersemangat. Dia masih pura-pura tidur di lantai dengan kasur tipis. Ketika membuka matanya, justru yang terbayang hanya wajahnya Shin Young yang tersenyum.
“Pagi, Shin Young Imja.. dimanapun kamu berada,” senyumnya di pagi itu. Dia mulai stress cintanya tidak dia dapatkan.
Ibunya mengetuk pintu kamar,”Pagi Minho.. apa kamu tidak bekerja hari ini??”
Minho malas bangun, dia hanya melihat jam disamping kasur tipisnya itu, dilihat sudah jam 6 lewat, dia tahu dia harus pergi kerja, praktek pagi hari senin yang sibuk.
Dia diam sejenak, lalu baru menjawab perkataan ibunya dengan berteriak dari dalam kamar,”aku sudah bangun.. Pagi, Eomma.. sebentar aku akan turun makan!”
Dia bangun dan melihat Hye Rim yang masih tidur di tempat tidurnya, cuek saja dia tidak membangunkan perempuan itu, lalu pergi ke kamar mandi dan kembali dengan baju yang sudah lengkap untuk bekerja.

“kemana Hye Rim.. apa dia belum bangun??,” tanya ibunya Minho
Minho malah menjawab dengan sedikit judes,”mana bisa cewek macam itu bangun pagi, Eomma??.. kalau Shin Young iya”, dia duduk santai lalu meminta pembantunya menuangkan jus jeruk.
“kamu tidak boleh begitu, Minho.. tidak baik mencela Hye Rim terus,” kata ibunya dengan lembut. Ayahnya hanya memperhatikan gaya bicara anak terakhirnya itu.
“memang dia seperti itu kok.. lihat saja.. matahari sudah tinggi begini masih saja asik tidur,” jawab Minho lagi.
“kamu kemarin mabuk ya?,” tanya ayahnya.
Ani.. aku kan tidak kuat minum, Appa...kalau mau tahu siapa yang kuat minum.. calon menantu Appa itu jagonya,” balas Minho. Dia makan roti nya dengan mengunyah santai.
Ayah dan Ibunya Minho tersindir dengan perkataan anaknya sendiri. Ya, Minho memang tidak biasa mabuk, kalaupun minum hanya sekedar pertemanan dan dia tidak mau mabuk, karena bisa bisa tidak bekerja seharian.
“kamu benar-benar benci dengan Hye Rim??,” tanya ayahnya
Minho mengangguk,”Ye.. tidak suka sama sekali”, jawabnya jujur, masih dengan nada santai.
“tidak bisa begitu, Minho.. dia sudah jadi tunanganmu.. dan tiga bulan lagi kalian akan menikah.. jadi harusnya kamu bisa terima dia.. bukan tidak suka atau benci terus menerus,” kata Ibunya.
Minho diam saja, dia asli bete berat dengan hidupnya yang sekarang. Dia makan tidak lama, lalu pamit.
“aku rencana akan menginap di apartment saja.. sebab ada sisa pekerjaan yang mesti diselesaikan,” katanya kepada orangtuanya.

Sampai di Rumah sakit, dia mengerjakan tugasnya seperti biasa. Jam istirahat, dia kembali bertemu dengan sekan sejawatnya, Ji hwan.
“mukamu makin kusut aja.. seperti tidak ada sinarnya sama sekali,” ujar Ji Hwan padanya.
“bantu aku mencari dia,” balas Minho. Yang dimaksud jelas Shin Young.
“aku sih sudah sebarkan lewat jejaring temanku.. hanya saja, asal jangan jejaring sosialku diketahui tunanganmu itu,” balas Ji Hwan lagi.
“lalu hasilnya??,” tanya Minho penasaran,”apa sudah ada titik temu??”
Ji Hwan menggeleng,”apa jangan jangan pacarmu itu pergi ke luar negeri??”
Minho bergumam dan menghela nafas,”andai dia pergi ke luar negeri pun, kemanapun aku pasti cari”
Ji Hwan jadi menganggap Minho terlalu obsesif dengan sikapnya itu, tapi Minho hanya menjawab kalau dia merasa bersalah dengan semuanya yang telah terjadi, terutama malam itu ketika mereka bersama.
“ah.. itu biasa saja sekarang ini,” balas Ji Hwan santai.
“tapi menurutku dia bukan perempuan biasa yang bisa melakukan itu,” ujar Minho serius,”dan lagi.. aku sudah berjanji tidak akan meninggalkannya”
“tapi kan.. dia sendiri yang pada akhirnya meninggalkanmu bukan??,”

Minho mengangguk dan diam. Dia memang ditinggalkan, tetapi dia tahu kalau itu adalah alasan kuat Shin Young supaya Hye Rim tetap bahagia, yang perempuan itu anggap sebagai sebuah pengorbanan. Ji Hwan geleng kepala dengan apa yang diceritakan Minho, dia hampir tidak percaya hari gini ada perempuan bertipe seperti Shin Young.
“rasanya semua berputar hanya disini saja,” ujar Ji Hwan sambil minum.
“yang jelas.. aku hanya bisa membantumu dengan menyebarkan fotonya.. mungkin ada diantara teman-temanku yang bisa tahu dimana dia sekarang,”
“aku hampir putus asa seiring waktu,” kata Minho, dia mulai lagi mengeluh.
“Cinta sejati itu tidak akan pergi kemana-mana...,” ujar Ji Hwan menepuk pundaknya beberapa kali.
Hari itu, Minho berfikir lagi bagaimana caranya dia bisa menemukan Shin Young secepatnya dan dia kabur bersama perempuan itu.
Dia benar-benar tidak pulang ke rumahnya, tetapi ke apartmentnya. Tak lama berselang dia ada di tempat itu, Hye Rim meneleponnya.

“Jadi kamu malam ini tidak pulang ke rumah??,” tanya Hye Rim tiba-tiba padanya.
“malas.. aku masih ada banyak sisa pekerjaan yang harus diselesaikan dari RS,” jawab Minho dengan nada suara yang tidak enak. Hye Rim bisa membaca kalau sebenarnya calon suaminya itu bete karena dirinya.
“Bilang saja kalau kamu tidak suka aku tinggal di rumahmu.. kamu ingin aku pulang kan??,” tanya Hye Rim
“pulang saja.. tidak ada yang menyuruhmu datang atau pergi dari rumahku,” balas Minho dengan nada dingin dan judes.
“Lee Minho menyebalkan!,” teriak Hye Rim, lalu dia menutup teleponnya.
Hye Rim marah, menggerutu sendiri,”Sialan Minho! Masih saja dia cinta dengan Shin Young!”
“aku harus bagaimana lagi sih.. biar kamu cinta aku, Lee Minho?? Setiap hari aku lihat muka judes mu itu terus.. lama-lama aku ingin bunuh Shin young!”

Hyeon bertemu lagi dengan Ae Cha yang kandungannya semakin membesar saja.
“jangan sampai kamu putus asa, Ae Cha.. aku sama sekali tidak setuju dengan keputusan Seung Won.. tapi aku hanya bisa membantumu secara moril saja,” kata Hyeon memandang mantan pacarnya itu sewaktu kuliah.
Ae Cha hanya menghela nafasnya sampai terdengar oleh Hyeon.
“orangtuaku meminta pertanggungjawaban dia,” kata Ae Cha.
“aku mengerti.. dari awal, aku sudah merasakan hubungan yang sepertinya sudah mulai hambar diantara kalian,” balas Hyeon,”tapi aku berharap.. kamu tidak sembarangan bertindak untukmu dan anakmu ini”
“aku benar-benar buntu, Hyeon.. jalanku buntu,” balas Ae Cha dengan wajah sedih.
Hyeon Jun berani mengenggam tangan cewek itu dengan lembut,”jangan putus asa.. aku tidak akan membiarkan kamu sedih.. aku selalu peduli denganmu dan kamu tidak sendirian.. “
“aku minta maaf atas nama Seung Won,” kata Hyeon Jun lagi.
Mata Ae Cha malah jadi berkaca-kaca, dia ingin menangis. Dia jadi membayangkan, cowok yang di depannya dulu adalah pacarnya, begitu manis padanya, tapi Hyeon malah putus dengannya lalu menikah dengan wanita lain dan kembali bercerai.
Hyeon mengusap air mata Ae Cha, dia lalu mendekat dan malah mencium wanita itu, lalu memeluknya.
“aku enggak sangka kalau Seung begitu membuatmu susah.. padahal dia juga temanku,” kata Hyeon masih memeluk Ae Cha.
Ae Cha hanya bisa menangis,”rasanya dunia ku sebentar lagi kiamat... aku sudah putus asa.. semua rasanya sudah terlambat”
“aku akan berusaha menenangkan Seung sehingga mimpimu terwujud bersamanya,” kata Hyeon lagi,”jangan khawatir..aku akan membantumu”
Dia lalu melepaskan pelukannya pada Ae Cha dan tersenyum pada wanita itu.
“kasihan sekali, Ae Cha.. kenapa aku berfikir akan cinta lagi padanya??,” hati Hyeon Jun malah semakin tidak karuan karena hubungannya kembali akrab dicurhati mantannya itu sewaktu di kampus.

Mereka memang saling kenal walau beda jurusan dahulu di kampus. Hyeon yang pendiam tapi sebenarnya bisa berdekatan dengan siapa saja dan ramah, tipe cowok serius dalam hubungan. Dulu Ae Cha seorang cewek yang sangat centil dan dia berani mendekati Hyeon. Hyeon dahulu hanya seorang cowok cuek yang sibuk dengan kuliahnya karena harus menjadi dokter. Sama sekali tidak berminat di dekati Ae Cha atau siapapun cewek, apalagi untuk banyak main-main, dia harus serius dalam kuliahnya.
“cowok macam dia masih ada di dunia ini??,” tanya Na Mi pada Ae Cha
Ae Cha tertawa keras,”heran kan? Masih ada cowok polos yang susah banget aku dekati”
“kamu kurang hot kali??,” tanya Na Mi sambil mengerling genit. Ae Cha lalu berbisik pada temannya itu kalau dia mau ngerjain Hyeon dalam waktu dekat. Na Mi hanya tertawa-tawa saja
“nanti aku calling teman-temanku deh, hahaha,” tawa Na Mi.

“ayolah Hyeon... aku kesepian.. temani aku di flat ku,” kata Ae Cha pada Hyeon ditelepon.
“aku banyak tugas, Ae Cha.. mian.. aku harus lulus cepat,” jawab Hyeon dengan suara agak gemetaran.
“sebentar saja, Hyeon...aku sakit.. tidak ada yang tolong aku,” Ae Cha merengek pada Hyeon. Hyeon jadi tidak enak hati dan akhirnya dia temani juga Ae Cha di flatnya. Ae Cha tersenyum ketika dia melihat Hyeon ada di depan pintu, dia memang sendirian tinggal disana, tanpa siapapun kecuali dirinya. Hyeon pun masuk dengan agak sedikit ragu, dia membawa peralatan periksa.
“kamu sakit apa??,” tanya Hyeon pada Ae cha di depan pintu.
“periksa saja di dalam deh,” senyum cewek itu.
Mereka lalu duduk di ruang tamu. Ae Cha pura-pura jatuh lemas, Hyeon lekas menangkap tubuhnya.
“jangan-jangan.. kamu harus dibawa ke Rumah sakit??,” kata Hyeon panik ketika dia membantu cewek itu ke atas tempat tidur kamarnya, lalu memeriksa dahinya.
“tapi kok sepertinya enggak panas ya?? Biasa saja,” katanya polos membandingkan antara suhu dahi dia dengan cewek itu.
Ae Cha pura-pura lemas dan dia memeluk Hyeon. Hyeon kaget, karena dia tepat diatas badan cewek itu. Ae Cha nekat menciumnya dan menarik bajunya sampai kancingnya ada yang putus.
“click,” tiba-tiba ada suara seperti kamera dan teman Ae Cha tertawa.
“wah...asik nih..dapat foto baru hehe,” ternyata Na Mi dan Ae Cha berhasil ngerjain Hyeon.
Ae Cha ikutan tertawa bersama Na Mi, sementara Hyeon Jun malah stress dan kaget karena dia merasa terancam dengan foto yang sudah diambil teman cewek itu.

“mau apa kalian?,” wajah Hyeon sudah pucat pasi, dia memang takut ditipu atau diperas dan dia termasuk anak yang kutu buku.
Ae Cha dan Na Mi tertawa-tawa saja dengan ekspresi Hyeon Jun tersebut.
“kamu ini cowok jaman dulu atau jaman sekarang sih? Masak iya dicium aja takut? Hahaha,” kata Ae Cha tertawa terpingkal-pingkal
“tidak lucu! Aku pikir kamu sakit,” kata Hyeon setengah teriak,”aku mau pulang saja”
Dia lekas membereskan bajunya, tapi Ae Cha malah menarik belakang bajunya, sehingga Hyeon jatuh diatas tempat tidur.
Dia tidak menyangka kalau Ae cha yang dia pikir cewek manis ternyata sangar padanya.
“hey.. apa-apaan kamu??,” Hyeon panik. Na Mi malah tertawa terbahak-bahak dan dia mengeluarkan handycam nya.
Ae Cha malah mencium dan membuka paksa baju Hyeon dengan bernafsu, sementara Na Mi merekam mereka. Hyeon makin tidak karuan.
“Gila kamu!,” dia teriak lalu membalikkan tubuh Ae Cha, setengah terbanting, membereskan baju dan ikat pinggangnya lalu keluar dari flat dengan membanting pintu.
Na Mi dan Ae Cha tertawa terbahak-bahak.
“hahaha.. cowok itu polos banget deh.. gila! Baru kali ini aku ketemu cowok polos masih takut sama cewek, hahaha!,” kata Na Mi. Mereka melihat rekaman yang memaksa Hyeon harus melayani Ae Cha.
Ae Cha juga tertawa keras dengan rekaman itu.
“kita apakan nih??,” tanya Na Mi.
Mereka berfikir dan akhirnya memasukkan video rekaman itu di sebuah disk kecil.

Hyeon hanya tersenyum pada Ae Cha kalau mengingat peristiwa itu. Ternyata Hyeon, cowok yang termasuk pendiam, mahasiswa pekerja keras dan tidak macam-macam berhasil mengubah kepribadian Ae Cha yang tadinya genit dan tidak teratur menjadi perempuan yang baik.
“aku akan berusaha membantumu..,” kata Hyeon lagi
“kamu terlalu baik padaku, Hyeon.. aku merasa bersalah dengan semua ini..,” jawab Ae Cha.
“tidak boleh begitu... bagaimanapun, walau kamu mantanku..kita tetap berteman dan aku tidak suka temanku Seung Won mengkhianatimu..,” jawab Hyeon santai. Dia senyum pada cewek itu, lalu mengelus pipinya Ae Cha.
“sabar.. aku akan berusaha membantumu,” senyumnya lagi pada cewek itu. Ae Cha lalu memeluknya.

“heeeeeehhhhhhhhh......haaaahhhhh,” Minho menggaruk kepalanya kepusingan sendiri ketika ibunya telepon dia dan mendapatkan pengaduan kalau dirinya judes kepada Hye Rim.
“dasar cewek pengaduan, menyebalkan,” gerutu Minho dalam hatinya.
“kamu tidak bisa seperti itu, Minho.. Eomma kecewa denganmu,” kata ibunya ditelepon.
mian haeyo, Eomma.. aku benar-benar marah dengan sikap kekanak-kanakannya.. sangat menyebalkan.. mengganggu ku,” keluh Minho ditelepon.
“Eomma tahu..tapi cobalah untuk menerima Hye Rim..lagipula sebentar lagi kan dia akan jadi isterimu,” kata ibunya lagi
Minho makin bete aja dengar kata “isteri”.
“isteri? Huh.. dia akan jadi isteri mengesalkan,” gerutu Minho dan gerutu nya itu didengar ibunya walau suaranya pelan.
“kamu menggerutu lagi? Tidak percaya dengan pilihan kedua orangtuamu, Minho??,”
Minho langsung mengelak, lalu dia berjanji akan berusaha menerima Hye Rim dengan persyaratan kalau cewek itu juga bersikap dewasa dan mengubah sifat kekanak-kanakannya itu.

Malam itu dia hanya sibuk berfikir dan melamun dimana Shin Young berada?? Lalu seorang rekan sejawatnya mengirimkan pesan via jejaring sosialnya.
“ada temanku yang melihat kalau ada cewek mirip sekali dengan Shin Young,” ketik temannya.
“ah... really?,” Minho melihat pesan itu menjadi matanya bersinar, dia berharap memang cewek yang disebut itu adalah Shin Young.
“ya..coba kamu lihat ini,” temannya itu mengirimkan sebuah foto, seorang cewek yang dari samping sedang berjalan ke banyak jajaran tempat lelang ikan.
“sepertinya memang Shin Young.. mirip sekali wajahnya dan postur badannya.. apa benar dia memang Shin Young cintaku??,” kata hatinya Minho ketika melihat foto itu dengan jelas.
“dia memang mirip sekali dengan Shin Young,” kata Minho pada rekannya itu.
“Lalu bagaimana?? Akan kamu cari sampai Busan?? Ini kota besar.. temanku itu hanya sekilas memfoto, dia tidak sempat mengejar dan berkenalan dengan cewek itu,” ketik rekannya.
“terima kasih kamu sudah kirim,” jawab Minho. Dia lantas berfikir lagi... apakah dia harus ke Busan?? Sementara waktu persiapan pernikahannya semakin dekat?
Dia merebahkan dirinya diatas tempat tidur di apartmentnya malam itu. Hye Rim sibuk meneleponnya, tapi sama sekali tidak diperdulikan. Lamunannya hanya pada foto itu.
“jelas ini Shin Young.. aku hafal wajahnya walau dari samping sekalipun,”
Dia malah jadi menangis,”Shin young.. i miss you so much.. seharusnya aku bersama kamu disetiap malamku.. tapi kamu memilih pergi”

“kamu sama sekali tidak menghubungi Minho lagi kan?? Aku berkali-kali meneleponnya sama sekali tidak dia angkat. Menyebalkan! Ini semua pasti karena ulahmu,” bentak Hye Rim pada Shin Young di telepon. Shin young kaget, sama sekali dia sudah tidak berhubungan dengan Minho. Dia memang mengaku tidak berhubungan dengan cowok itu lagi.
“aku sama sekali tidak menghubunginya, Eonni.. mohon percaya padaku..aku tidak ingin Minho bersama ku lagi.. aku ingin Eonni bahagia bersamanya,” jawab Shin young meyakinkan kakak tirinya itu.
“aku bisa mencium pengkhianatan Minho padaku, Shin young.. dan siapa lagi yang dia pikirkan selain kamu??,” kata Hye Rim lagi.
“tapi memang sama sekali aku sudah tidak menghubungi dia lagi, Eonni.. tolong percaya aku..,” jawab Shin young memelas. Dia tidak ingin kakak tirinya itu berfikiran buruk padanya.
“kalau memang benar ketahuan Minho menghubungi mu lagi.. kubunuh kamu!,” bentak Hye Rim, lalu langsung menutup teleponnya.
Shin Young menunduk sedih,”kenapa hidupku begini?? Kenapa orang yang aku sayang harus jadi milik kakak tiriku??”, dia menangis sendirian di kamarnya.

Minho di sana juga menutup wajahnya dengan bantal, menangis sedih. Dia membayangkan foto itu, berharap memang itu Shin young. Berharap perempuan yang dicintainya itu masih hidup dan dia berusaha akan mencarinya sampai ketemu lagi dan ingin sekali nekad tidak ingin melaksanakan pesta pernikahannya nanti dengan Min Hye Rim.
“aku harus temukan Shin young... tolong jangan biarkan dia pergi dari sisiku, Tuhan,” keluh Minho sambil menutup bantal. Sikapnya jadi sangat melankolis.
Sementara Hye Rim kesal di rumahnya sendiri setelah dia minta pulang dari rumah Minho. Dia membanting sebuah kado pertunangan mereka.
“SIALAN.. KENAPA MINHO MASIH MEMIKIRKANNYA???,” maki-makinya kepada kado pertunangannya itu.
“aku benar-benar akan bunuh Shin Young kalau Minho berhasil menemukannya...!,” teriaknya lagi.
Shin Young mencoba tidur, tetapi bayang wajah Minho selalu ada di setiap detiknya malam itu. Begitu juga Minho disana, dia melamun membayangkan Shin young ada di sisinya....
“tidak seharusnya kamu pergi dari sisiku, Shin Young..aku akan bertekad menemukanmu,”


Bersambung ke part 14...