Lee Minho sebagai dokter Minho Kazuki Kitamura sebagai dokter Choi Hyeon
Jun Gackt sebagai dokter Roh Seung Won
“Hi..ceria sekali kamu pagi ini, Shin
Young, selamat pagi,” kata Min Suh, temannya pemilik toko bunga tempat Shin
Young bekerja.
Shin Young senyum padanya,”selamat pagi..
iya.. hari ini aku senang.. bebanku sepertinya sudah lepas”
Min Suh agak heran dengan kalimat temannya
itu, lalu dia bertanya, apa maksud dari perkataan Shin Young baru saja.
Ternyata, akhirnya Shin Young curhat kalau dia senang kakaknya sudah tunangan
dengan Minho. Min Suh kaget dengan cerita Shin Young.
“apa.. jadi.. kamu masih berhubungan
dengan mereka??”
Shin Young mengangguk,”tapi hanya dengan
kakakku... bagaimanapun, aku masih cinta keluarga angkat ku, Min Suh”
“ya.. aku faham, Shin Young.. tetapi, aku
hanya heran dengan ekspresimu yang menyatakan.. sepertinya kamu sudah tidak
cinta Minho lagi,” ujar Min Suh, dia sungguh memperhatikan wajah Shin Young.
“aku tidak mungkin memiliki Minho.. itu
sebabnya apapun yang terjadi antara Eonni Hye Rim dan Minho.. aku akan
bahagia.. aku tidak terikat lagi dengan Minho,” jawab Shin Young. Dia
tersenyum, padahal aslinya sangat menderita.
Shin Young mengelak,”aku tidak berkilah,
Min Suh.. bagaimanapun.. bukannya aku harus bahagia kalau kakakku akhirnya
mendapatkan orang yang dia cintai??”
Min Suh malah menggeleng,”tidak begitu
caranya, Shin Young.. sebenarnya aku tidak suka caramu”
“kenapa begitu? Aku tidak ingin kakakku
menderita, Min Suh.. jadi aku yang harus pergi,” bela Shin Young pada dirinya
sendiri.
“aku mengerti... tapi pengorbananmu ini
suatu saat hanya akan menyakiti dirimu.. jika kamu tidak berani mengatakan perasaanmu
yang sebenarnya atau bahkan kembali kepada Minho,”
Shin Young jadi terdiam. Dia tidak
menyangka kalau Min Suh bisa berkata seperti itu. Dia tidak ingin lagi bertemu
dengan Minho, apalagi kalau mencintainya lagi. Baginya, kebahagiaan kakak tiri
dan orangtua tirinya adalah yang utama.
“Aku mengerti kalau kamu hanya tiri di
dalam keluargamu.. tetapi menurutku, Minho sudah banyak berkorban hati untuk
mu.. dan sebaiknya kamu kembali ke Seoul dan balas cintanya,” kata Min Suh
lagi, dia senyum pada sahabat baiknya itu.
“apa.. kamu ingin buat perasaanku jatuh
lebih dalam lagi, Min Suh??,” tanya Shin Young padanya.
Min Suh menggeleng,”enggak kok.. hanya
saja.. menurutku.. langkahmu kurang tepat dalam mencintai seseorang.. pada
awalnya kemarin aku berfikir kalau kamu ingin berkorban untuk kakakmu..
tetapi.. menurutku.. kamu berhak mendapatkan Minho.. aku melihatnya dia lelaki
baik.. sudah pasti kalau aku jadi kamu.. aku gak akan ragu akan merebut Minho
dari kakakmu.. hanya saja.. cara kita berbeda”, lalu dia senyum pada Shin
Young.
Shin Young hanya diam dan memegang mawar
putih yang seharusnya di letakkan di dalam sebuah pot kecil.
“ini bunga kesukaan Minho, dia suka mawar
putih,” kata Shin Young tiba-tiba memecah kesunyian pembicaraan mereka.
“umm.. cowok yang sensitif, lembut,
bersahabat dan pencari cinta sejati,” balas Min Suh, lalu dia tersenyum lagi
pada Shin Young
“kamu mau melepas cowok seperti itu? Walau
mungkin dia terkesan seperti anak-anak.. bagiku.. aku suka loh.. cowok tipe
seperti itu.. dia sanggup saja tidak akan melepaskanmu kalau dia sudah
berfikir.. kamulah cinta sejatinya,” lanjut Min Suh lagi.
Shin Young menunduk, ternyata dia
menangis. Min Suh kaget.
“aku minta maaf.. aku enggak bermaksud
menyakiti hatimu, Shin Young.. tapi aku merasa.. sebenarnya kamu sedih dibalik
tawa dan senyummu itu,” Min Suh malah memeluknya.
“aku sedih.. karena aku tidak bisa
memilih.. kalaupun aku cinta Minho.. aku tidak mungkin menyiksa Eoni Hye Rim
dengan rasa cintanya pada Minho,” kata Shin Young
“ah.. aku ngerti.. lebih baik.. kita
enggak usah lagi bicarakan soal ini, bisa buat kamu sedih.. kamu kan janji
padaku.. kalau kamu kesini untuk lupakan semuanya.. jadi, lupakan saja mulai
detik ini.. kamu bisa dapat yang lebih baik dari Minho,” Min Suh masih
mengusap-usap punggungnya Shin Young, menenangkannya.
Pagi itu.. Minho sama sekali tidak
bersemangat. Dia masih pura-pura tidur di lantai dengan kasur tipis. Ketika
membuka matanya, justru yang terbayang hanya wajahnya Shin Young yang
tersenyum.
“Pagi, Shin Young Imja.. dimanapun kamu berada,” senyumnya di pagi itu. Dia mulai
stress cintanya tidak dia dapatkan.
Ibunya mengetuk pintu kamar,”Pagi Minho..
apa kamu tidak bekerja hari ini??”
Minho malas bangun, dia hanya melihat jam
disamping kasur tipisnya itu, dilihat sudah jam 6 lewat, dia tahu dia harus
pergi kerja, praktek pagi hari senin yang sibuk.
Dia diam sejenak, lalu baru menjawab
perkataan ibunya dengan berteriak dari dalam kamar,”aku sudah bangun.. Pagi,
Eomma.. sebentar aku akan turun makan!”
Dia bangun dan melihat Hye Rim yang masih
tidur di tempat tidurnya, cuek saja dia tidak membangunkan perempuan itu, lalu
pergi ke kamar mandi dan kembali dengan baju yang sudah lengkap untuk bekerja.
“kemana Hye Rim.. apa dia belum bangun??,”
tanya ibunya Minho
Minho malah menjawab dengan sedikit
judes,”mana bisa cewek macam itu bangun pagi, Eomma??.. kalau Shin Young iya”,
dia duduk santai lalu meminta pembantunya menuangkan jus jeruk.
“kamu tidak boleh begitu, Minho.. tidak
baik mencela Hye Rim terus,” kata ibunya dengan lembut. Ayahnya hanya
memperhatikan gaya bicara anak terakhirnya itu.
“memang dia seperti itu kok.. lihat saja..
matahari sudah tinggi begini masih saja asik tidur,” jawab Minho lagi.
“kamu kemarin mabuk ya?,” tanya ayahnya.
“Ani..
aku kan tidak kuat minum, Appa...kalau mau tahu siapa yang kuat minum.. calon
menantu Appa itu jagonya,” balas Minho. Dia makan roti nya dengan mengunyah
santai.
Ayah dan Ibunya Minho tersindir dengan
perkataan anaknya sendiri. Ya, Minho memang tidak biasa mabuk, kalaupun minum
hanya sekedar pertemanan dan dia tidak mau mabuk, karena bisa bisa tidak
bekerja seharian.
“kamu benar-benar benci dengan Hye Rim??,”
tanya ayahnya
Minho mengangguk,”Ye.. tidak suka sama sekali”, jawabnya jujur, masih dengan nada
santai.
“tidak bisa begitu, Minho.. dia sudah jadi
tunanganmu.. dan tiga bulan lagi kalian akan menikah.. jadi harusnya kamu bisa
terima dia.. bukan tidak suka atau benci terus menerus,” kata Ibunya.
Minho diam saja, dia asli bete berat dengan hidupnya yang
sekarang. Dia makan tidak lama, lalu pamit.
“aku rencana akan menginap di apartment
saja.. sebab ada sisa pekerjaan yang mesti diselesaikan,” katanya kepada
orangtuanya.
Sampai di Rumah sakit, dia mengerjakan
tugasnya seperti biasa. Jam istirahat, dia kembali bertemu dengan sekan
sejawatnya, Ji hwan.
“mukamu makin kusut aja.. seperti tidak
ada sinarnya sama sekali,” ujar Ji Hwan padanya.
“bantu aku mencari dia,” balas Minho. Yang
dimaksud jelas Shin Young.
“aku sih sudah sebarkan lewat jejaring
temanku.. hanya saja, asal jangan jejaring sosialku diketahui tunanganmu itu,”
balas Ji Hwan lagi.
“lalu hasilnya??,” tanya Minho
penasaran,”apa sudah ada titik temu??”
Ji Hwan menggeleng,”apa jangan jangan
pacarmu itu pergi ke luar negeri??”
Minho bergumam dan menghela nafas,”andai
dia pergi ke luar negeri pun, kemanapun aku pasti cari”
Ji Hwan jadi menganggap Minho terlalu
obsesif dengan sikapnya itu, tapi Minho hanya menjawab kalau dia merasa
bersalah dengan semuanya yang telah terjadi, terutama malam itu ketika mereka
bersama.
“ah.. itu biasa saja sekarang ini,” balas
Ji Hwan santai.
“tapi menurutku dia bukan perempuan biasa
yang bisa melakukan itu,” ujar Minho serius,”dan lagi.. aku sudah berjanji
tidak akan meninggalkannya”
“tapi kan.. dia sendiri yang pada akhirnya
meninggalkanmu bukan??,”
Minho mengangguk dan diam. Dia memang
ditinggalkan, tetapi dia tahu kalau itu adalah alasan kuat Shin Young supaya
Hye Rim tetap bahagia, yang perempuan itu anggap sebagai sebuah pengorbanan. Ji
Hwan geleng kepala dengan apa yang diceritakan Minho, dia hampir tidak percaya
hari gini ada perempuan bertipe seperti Shin Young.
“rasanya semua berputar hanya disini
saja,” ujar Ji Hwan sambil minum.
“yang jelas.. aku hanya bisa membantumu
dengan menyebarkan fotonya.. mungkin ada diantara teman-temanku yang bisa tahu
dimana dia sekarang,”
“aku hampir putus asa seiring waktu,” kata
Minho, dia mulai lagi mengeluh.
“Cinta sejati itu tidak akan pergi
kemana-mana...,” ujar Ji Hwan menepuk pundaknya beberapa kali.
Hari itu, Minho berfikir lagi bagaimana
caranya dia bisa menemukan Shin Young secepatnya dan dia kabur bersama
perempuan itu.
Dia benar-benar tidak pulang ke rumahnya,
tetapi ke apartmentnya. Tak lama berselang dia ada di tempat itu, Hye Rim
meneleponnya.
“Jadi kamu malam ini tidak pulang ke
rumah??,” tanya Hye Rim tiba-tiba padanya.
“malas.. aku masih ada banyak sisa
pekerjaan yang harus diselesaikan dari RS,” jawab Minho dengan nada suara yang
tidak enak. Hye Rim bisa membaca kalau sebenarnya calon suaminya itu bete karena dirinya.
“Bilang saja kalau kamu tidak suka aku
tinggal di rumahmu.. kamu ingin aku pulang kan??,” tanya Hye Rim
“pulang saja.. tidak ada yang menyuruhmu
datang atau pergi dari rumahku,” balas Minho dengan nada dingin dan judes.
“Lee Minho menyebalkan!,” teriak Hye Rim,
lalu dia menutup teleponnya.
Hye Rim marah, menggerutu sendiri,”Sialan
Minho! Masih saja dia cinta dengan Shin Young!”
“aku harus bagaimana lagi sih.. biar kamu
cinta aku, Lee Minho?? Setiap hari aku lihat muka judes mu itu terus..
lama-lama aku ingin bunuh Shin young!”
Hyeon bertemu lagi dengan Ae Cha yang
kandungannya semakin membesar saja.
“jangan sampai kamu putus asa, Ae Cha..
aku sama sekali tidak setuju dengan keputusan Seung Won.. tapi aku hanya bisa
membantumu secara moril saja,” kata Hyeon memandang mantan pacarnya itu sewaktu
kuliah.
Ae Cha hanya menghela nafasnya sampai
terdengar oleh Hyeon.
“orangtuaku meminta pertanggungjawaban
dia,” kata Ae Cha.
“aku mengerti.. dari awal, aku sudah
merasakan hubungan yang sepertinya sudah mulai hambar diantara kalian,” balas
Hyeon,”tapi aku berharap.. kamu tidak sembarangan bertindak untukmu dan anakmu
ini”
“aku benar-benar buntu, Hyeon.. jalanku
buntu,” balas Ae Cha dengan wajah sedih.
Hyeon Jun berani mengenggam tangan cewek
itu dengan lembut,”jangan putus asa.. aku tidak akan membiarkan kamu sedih..
aku selalu peduli denganmu dan kamu tidak sendirian.. “
“aku minta maaf atas nama Seung Won,” kata
Hyeon Jun lagi.
Mata Ae Cha malah jadi berkaca-kaca, dia
ingin menangis. Dia jadi membayangkan, cowok yang di depannya dulu adalah
pacarnya, begitu manis padanya, tapi Hyeon malah putus dengannya lalu menikah
dengan wanita lain dan kembali bercerai.
Hyeon mengusap air mata Ae Cha, dia lalu
mendekat dan malah mencium wanita itu, lalu memeluknya.
“aku enggak sangka kalau Seung begitu
membuatmu susah.. padahal dia juga temanku,” kata Hyeon masih memeluk Ae Cha.
Ae Cha hanya bisa menangis,”rasanya dunia
ku sebentar lagi kiamat... aku sudah putus asa.. semua rasanya sudah terlambat”
“aku akan berusaha menenangkan Seung
sehingga mimpimu terwujud bersamanya,” kata Hyeon lagi,”jangan khawatir..aku
akan membantumu”
Dia lalu melepaskan pelukannya pada Ae Cha
dan tersenyum pada wanita itu.
“kasihan sekali, Ae Cha.. kenapa aku
berfikir akan cinta lagi padanya??,” hati Hyeon Jun malah semakin tidak karuan
karena hubungannya kembali akrab dicurhati mantannya itu sewaktu di kampus.
Mereka memang saling kenal walau beda
jurusan dahulu di kampus. Hyeon yang pendiam tapi sebenarnya bisa berdekatan
dengan siapa saja dan ramah, tipe cowok serius dalam hubungan. Dulu Ae Cha
seorang cewek yang sangat centil dan dia berani mendekati Hyeon. Hyeon dahulu
hanya seorang cowok cuek yang sibuk dengan kuliahnya karena harus menjadi
dokter. Sama sekali tidak berminat di dekati Ae Cha atau siapapun cewek,
apalagi untuk banyak main-main, dia harus serius dalam kuliahnya.
“cowok macam dia masih ada di dunia
ini??,” tanya Na Mi pada Ae Cha
Ae Cha tertawa keras,”heran kan? Masih ada
cowok polos yang susah banget aku dekati”
“kamu kurang hot kali??,” tanya Na Mi
sambil mengerling genit. Ae Cha lalu berbisik pada temannya itu kalau dia mau
ngerjain Hyeon dalam waktu dekat. Na Mi hanya tertawa-tawa saja
“nanti aku calling teman-temanku deh, hahaha,” tawa Na Mi.
“ayolah Hyeon... aku kesepian.. temani aku
di flat ku,” kata Ae Cha pada Hyeon ditelepon.
“aku banyak tugas, Ae Cha.. mian.. aku harus lulus cepat,” jawab
Hyeon dengan suara agak gemetaran.
“sebentar saja, Hyeon...aku sakit.. tidak
ada yang tolong aku,” Ae Cha merengek pada Hyeon. Hyeon jadi tidak enak hati
dan akhirnya dia temani juga Ae Cha di flatnya. Ae Cha tersenyum ketika dia
melihat Hyeon ada di depan pintu, dia memang sendirian tinggal disana, tanpa siapapun
kecuali dirinya. Hyeon pun masuk dengan agak sedikit ragu, dia membawa
peralatan periksa.
“kamu sakit apa??,” tanya Hyeon pada Ae
cha di depan pintu.
“periksa saja di dalam deh,” senyum cewek
itu.
Mereka lalu duduk di ruang tamu. Ae Cha
pura-pura jatuh lemas, Hyeon lekas menangkap tubuhnya.
“jangan-jangan.. kamu harus dibawa ke
Rumah sakit??,” kata Hyeon panik ketika dia membantu cewek itu ke atas tempat
tidur kamarnya, lalu memeriksa dahinya.
“tapi kok sepertinya enggak panas ya??
Biasa saja,” katanya polos membandingkan antara suhu dahi dia dengan cewek itu.
Ae Cha pura-pura lemas dan dia memeluk
Hyeon. Hyeon kaget, karena dia tepat diatas badan cewek itu. Ae Cha nekat
menciumnya dan menarik bajunya sampai kancingnya ada yang putus.
“click,” tiba-tiba ada suara seperti
kamera dan teman Ae Cha tertawa.
“wah...asik nih..dapat foto baru hehe,”
ternyata Na Mi dan Ae Cha berhasil ngerjain Hyeon.
Ae Cha ikutan tertawa bersama Na Mi,
sementara Hyeon Jun malah stress dan kaget karena dia merasa terancam dengan
foto yang sudah diambil teman cewek itu.
“mau apa kalian?,” wajah Hyeon sudah pucat
pasi, dia memang takut ditipu atau diperas dan dia termasuk anak yang kutu
buku.
Ae Cha dan Na Mi tertawa-tawa saja dengan
ekspresi Hyeon Jun tersebut.
“kamu ini cowok jaman dulu atau jaman
sekarang sih? Masak iya dicium aja takut? Hahaha,” kata Ae Cha tertawa
terpingkal-pingkal
“tidak lucu! Aku pikir kamu sakit,” kata
Hyeon setengah teriak,”aku mau pulang saja”
Dia lekas membereskan bajunya, tapi Ae Cha
malah menarik belakang bajunya, sehingga Hyeon jatuh diatas tempat tidur.
Dia tidak menyangka kalau Ae cha yang dia
pikir cewek manis ternyata sangar padanya.
“hey.. apa-apaan kamu??,” Hyeon panik. Na
Mi malah tertawa terbahak-bahak dan dia mengeluarkan handycam nya.
Ae Cha malah mencium dan membuka paksa
baju Hyeon dengan bernafsu, sementara Na Mi merekam mereka. Hyeon makin tidak
karuan.
“Gila kamu!,” dia teriak lalu membalikkan
tubuh Ae Cha, setengah terbanting, membereskan baju dan ikat pinggangnya lalu
keluar dari flat dengan membanting pintu.
Na Mi dan Ae Cha tertawa terbahak-bahak.
“hahaha.. cowok itu polos banget deh.. gila!
Baru kali ini aku ketemu cowok polos masih takut sama cewek, hahaha!,” kata Na
Mi. Mereka melihat rekaman yang memaksa Hyeon harus melayani Ae Cha.
Ae Cha juga tertawa keras dengan rekaman
itu.
“kita apakan nih??,” tanya Na Mi.
Mereka berfikir dan akhirnya memasukkan
video rekaman itu di sebuah disk kecil.
Hyeon hanya tersenyum pada Ae Cha kalau
mengingat peristiwa itu. Ternyata Hyeon, cowok yang termasuk pendiam, mahasiswa
pekerja keras dan tidak macam-macam berhasil mengubah kepribadian Ae Cha yang
tadinya genit dan tidak teratur menjadi perempuan yang baik.
“aku akan berusaha membantumu..,” kata
Hyeon lagi
“kamu terlalu baik padaku, Hyeon.. aku
merasa bersalah dengan semua ini..,” jawab Ae Cha.
“tidak boleh begitu... bagaimanapun, walau
kamu mantanku..kita tetap berteman dan aku tidak suka temanku Seung Won
mengkhianatimu..,” jawab Hyeon santai. Dia senyum pada cewek itu, lalu mengelus
pipinya Ae Cha.
“sabar.. aku akan berusaha membantumu,”
senyumnya lagi pada cewek itu. Ae Cha lalu memeluknya.
“heeeeeehhhhhhhhh......haaaahhhhh,” Minho
menggaruk kepalanya kepusingan sendiri ketika ibunya telepon dia dan
mendapatkan pengaduan kalau dirinya judes kepada Hye Rim.
“dasar cewek pengaduan, menyebalkan,”
gerutu Minho dalam hatinya.
“kamu tidak bisa seperti itu, Minho..
Eomma kecewa denganmu,” kata ibunya ditelepon.
“mian
haeyo, Eomma.. aku benar-benar marah dengan sikap kekanak-kanakannya..
sangat menyebalkan.. mengganggu ku,” keluh Minho ditelepon.
“Eomma tahu..tapi cobalah untuk menerima
Hye Rim..lagipula sebentar lagi kan dia akan jadi isterimu,” kata ibunya lagi
Minho makin bete aja dengar kata “isteri”.
“isteri? Huh.. dia akan jadi isteri
mengesalkan,” gerutu Minho dan gerutu nya itu didengar ibunya walau suaranya
pelan.
“kamu menggerutu lagi? Tidak percaya
dengan pilihan kedua orangtuamu, Minho??,”
Minho langsung mengelak, lalu dia berjanji
akan berusaha menerima Hye Rim dengan persyaratan kalau cewek itu juga bersikap
dewasa dan mengubah sifat kekanak-kanakannya itu.
Malam itu dia hanya sibuk berfikir dan
melamun dimana Shin Young berada?? Lalu seorang rekan sejawatnya mengirimkan
pesan via jejaring sosialnya.
“ada temanku yang melihat kalau ada cewek
mirip sekali dengan Shin Young,” ketik temannya.
“ah... really?,”
Minho melihat pesan itu menjadi matanya bersinar, dia berharap memang cewek
yang disebut itu adalah Shin Young.
“ya..coba kamu lihat ini,” temannya itu
mengirimkan sebuah foto, seorang cewek yang dari samping sedang berjalan ke
banyak jajaran tempat lelang ikan.
“sepertinya memang Shin Young.. mirip
sekali wajahnya dan postur badannya.. apa benar dia memang Shin Young
cintaku??,” kata hatinya Minho ketika melihat foto itu dengan jelas.
“dia memang mirip sekali dengan Shin
Young,” kata Minho pada rekannya itu.
“Lalu bagaimana?? Akan kamu cari sampai
Busan?? Ini kota besar.. temanku itu hanya sekilas memfoto, dia tidak sempat
mengejar dan berkenalan dengan cewek itu,” ketik rekannya.
“terima kasih kamu sudah kirim,” jawab
Minho. Dia lantas berfikir lagi... apakah dia harus ke Busan?? Sementara waktu
persiapan pernikahannya semakin dekat?
Dia merebahkan dirinya diatas tempat tidur
di apartmentnya malam itu. Hye Rim sibuk meneleponnya, tapi sama sekali tidak
diperdulikan. Lamunannya hanya pada foto itu.
“jelas ini Shin Young.. aku hafal wajahnya
walau dari samping sekalipun,”
Dia malah jadi menangis,”Shin young.. i miss you so much.. seharusnya aku
bersama kamu disetiap malamku.. tapi kamu memilih pergi”
“kamu sama sekali tidak menghubungi Minho
lagi kan?? Aku berkali-kali meneleponnya sama sekali tidak dia angkat.
Menyebalkan! Ini semua pasti karena ulahmu,” bentak Hye Rim pada Shin Young di
telepon. Shin young kaget, sama sekali dia sudah tidak berhubungan dengan
Minho. Dia memang mengaku tidak berhubungan dengan cowok itu lagi.
“aku sama sekali tidak menghubunginya,
Eonni.. mohon percaya padaku..aku tidak ingin Minho bersama ku lagi.. aku ingin
Eonni bahagia bersamanya,” jawab Shin young meyakinkan kakak tirinya itu.
“aku bisa mencium pengkhianatan Minho
padaku, Shin young.. dan siapa lagi yang dia pikirkan selain kamu??,” kata Hye
Rim lagi.
“tapi memang sama sekali aku sudah tidak
menghubungi dia lagi, Eonni.. tolong percaya aku..,” jawab Shin young memelas.
Dia tidak ingin kakak tirinya itu berfikiran buruk padanya.
“kalau memang benar ketahuan Minho
menghubungi mu lagi.. kubunuh kamu!,” bentak Hye Rim, lalu langsung menutup
teleponnya.
Shin Young menunduk sedih,”kenapa hidupku
begini?? Kenapa orang yang aku sayang harus jadi milik kakak tiriku??”, dia
menangis sendirian di kamarnya.
Minho di sana juga menutup wajahnya dengan
bantal, menangis sedih. Dia membayangkan foto itu, berharap memang itu Shin
young. Berharap perempuan yang dicintainya itu masih hidup dan dia berusaha
akan mencarinya sampai ketemu lagi dan ingin sekali nekad tidak ingin melaksanakan
pesta pernikahannya nanti dengan Min Hye Rim.
“aku harus temukan Shin young... tolong
jangan biarkan dia pergi dari sisiku, Tuhan,” keluh Minho sambil menutup
bantal. Sikapnya jadi sangat melankolis.
Sementara Hye Rim kesal di rumahnya
sendiri setelah dia minta pulang dari rumah Minho. Dia membanting sebuah kado
pertunangan mereka.
“SIALAN.. KENAPA MINHO MASIH
MEMIKIRKANNYA???,” maki-makinya kepada kado pertunangannya itu.
“aku benar-benar akan bunuh Shin Young
kalau Minho berhasil menemukannya...!,” teriaknya lagi.
Shin Young mencoba tidur, tetapi bayang
wajah Minho selalu ada di setiap detiknya malam itu. Begitu juga Minho disana,
dia melamun membayangkan Shin young ada di sisinya....
“tidak seharusnya kamu pergi dari sisiku,
Shin Young..aku akan bertekad menemukanmu,”
Bersambung ke part 14...