This is me....

Senin, November 03, 2014

Sepeda Kita (part 4: Apa Masih Bisa Kudapat Beasiswanya?)

Minho malam itu bicara dengan Bibi Hwang, kalau dia ingin meminjam uang supaya bisa membeli sepeda barunya yang dirusak anak-anak murid lain disekolahnya. Hwang kaget dengar berita itu dan dia juga melihat wajah Minho ada bekas pukulan, antara biru lebam dan merah.
”Siapa yang pukul kamu, anakku??,” katanya meraba pipi Minho yang lebam
”gak apa, bibi.. aku gak kesakitan kok,” Minho bohong pada orangtua angkatnya itu.
”kita ke dokter saja, nanti takut pukulan ini jadi luka dalam,” kata Bibi Hwang, khawatir.
”gak apa, Bibi.. aku cuma mau pinjam uang bibi.. bulan depan aku dapat gaji, aku janji bayar.. sepeda ku rusak, tidak bisa dibetulin lagi,” kata Minho menunduk. Dia enggak enak hati dengan tetangga yang sudah menganggap diri dan kedua adiknya itu sebagai anaknya sendiri semenjak kedua orangtuanya meninggal. Minho sangat menghormati Paman dan Bibi Hwang karena mereka memang tetangga yang baik, ramah dan penolong sejak orangtua Minho masih hidup.
Hwang lalu masuk ke dalam kamarnya dan kembali duduk di depan Minho dengan membawa uang puluhan ribu ₩on, dia mengepalkan uang itu ke tangan Minho,”ini.. pakai uang Bibi.. gak usah diganti.. kamu memang butuh sekali beli sepeda baru..daripada kamu harus naik bus ke sekolah”
gambsahabnida, Bibi Hwang.. aku banyak berhutang budi pada bibi,” kata Minho pelan. Dalam hati dia tidak enak untuk meminjam uang pada wanita paruh baya itu, padahal dia masih punya uang tabungan mendiang kedua orangtuanya, tetapi uang itu harus ia gunakan hanya untuk keperluan sekolah Chin Ho dan Kyung Soon suatu hari nanti.
”gak apa-apa Minho.. jangan kamu kembalikan.. anggap saja hadiah dari paman dan bibi buat kamu.. dengan bibi tahu kamu kerja sekarang.. bibi bangga sama kamu.. kamu kakak yang bertanggung jawab pada kehidupan kedua adikmu,” senyum Hwang.
Tapi Minho tetap bersikeras akan membayar uang itu ketika gajian bulan depan. Hwang tetap juga bersikeras kalau itu hadiah darinya.
”Minho.. kamu tidak usah segan kalau Paman dan Bibi berikan kalian sesuatu.. anggap kami orangtua kalian..,” senyum Hwang lagi.
Minho hanya mengangguk, dia berterima kasih pada tetangga depan rumahnya itu dan akan beli sepeda baru lagi esok siang, ijin sebentar kepada supervisor tempat dia bekerja.


”Sekolah Chin Ho bagaimana??,” tanya Hwang.
”baik, Bi.. besok kami ujian.. minta doa nya bibi supaya aku bisa mendapatkan beasiswa,” senyum Minho.
”Bibi sering teringat kedua orangtuamu.. semalam malah bibi memimpikan mereka.. ,” kata bibi Hwang tiba-tiba. Hal itu membuat Minho sedih, dia masih teringat kedua orangtuanya yang belum ada sebulan meninggalkan mereka.
”kalian anak-anak yang kuat.. Bibi salut,” katanya lagi.
”sekali lagi, Minho.. bibi harap, kamu tidak segan atau gengsi minta tolong pada bibi... termasuk kalau nanti Kyung Soon sudah mau sekolah,” lanjutnya lagi
Mestinya Kyung Soon tahun ini memang sudah sekolah, tetapi Minho tidak mendaftarkannya, dia hanya ingin mengajarkan adiknya saja membaca dan menulis, sebab kalau masuk TK sedari awal akan lebih mahal dan kemungkinan dia mengira uang mendiang orangtuanya tidak cukup.
”aku tidak ingin memberatkan bibi Hwang, lagipula.. aku bilang pada Kyung Soon kalau dia sekolahnya tahun depan saja,” jawab Minho datar.
Bibi Hwang malah mengelus kepala Minho,”bibi akan tetap membiayai sekolah Kyung Soon.. besok akan bibi daftarkan.. tidak baik menolak tawaran bibi, Minho.. mohon diterima.. kasian adikmu kalau tidak sekolah, sementara teman-temannya disini sudah mau sekolah”
”aku tidak bisa memberatkan bibi Hwang hanya karena permasalahan sekolah adik-adikku,” jawab Minho lagi.
”jangan begitu, Minho.. kalian sudah bibi anggap anak paman dan bibi.. apa kamu mau nanti negara mengambil kedua adikmu?? Jadi lebih baik kalian menjadi anak-anak bibi dan paman,” kata bibi Hwang lagi. Memang, sedari Minho kecil juga, paman dan bibi Hwang yang tidak punya anak ini, suka sekali kalau Minho main ke rumahnya, begitu juga ketika Chin Ho lahir. Mereka suka diberikan permen atau makanan ringan untuk anak-anak. Minho pikir awalnya mereka adalah paman dan bibi mereka yang asli, ternyata hanya tetangga. Tapi kebaikan mereka seperti saudara sendiri.

”katanya kamu berniat akan mencari paman dan bibi mu.. apa sudah ketemu??,”
Minho menggeleng,”belum.. aku bingung dimana mereka.. kalau ketemu..aku berharap mereka mau membantuku.. ”
Hwang jadi punya perasaan aneh,”apa kamu mau memberikan Chin Ho atau Kyung Soon pada mereka??”
Minho diam saja, padahal sebenarnya iya.
”tidak kan, Minho??,” tanya bibi Hwang.
Minho diam, tak berapa lama, akhirnya dia mengakui dan mengiyakan perkataan tetangganya itu. Hwang tidak marah, dia hanya senyum saja, dia tahu, anak seumur Minho masih penuh emosi dan mungkin saja masih belum bisa berfikir panjang. Beruntung anak itu dan kedua adiknya tidak berniat bunuh diri karena tekanan hidup di Korea memang tinggi dan banyak orang dengan mudahnya bunuh diri, tidak saja orangtua, anak-anak juga.
”kamu harus kuat, Minho.. bibi akan selalu berusaha mendukung kamu..,”senyum bibi Hwang
Minho menangis.. akhirnya dia menangis juga di hadapan tetangganya itu. Dia bilang kalau dia stress, bingung dengan hidupnya, karena dia ketakutan tidak ada orangtua lagi. Takut dia tidak bisa melanjutkan sekolahnya, takut kedua adiknya tidak bisa bahagia seperti anak-anak yang lain. Dia merasa hidup antara penyesalan karena ditinggalkan kedua orangtuanya, tetapi juga tidak ingin begitu saja meninggalkan kedua adiknya.
Hwang jadi terharu dengan harapan-harapan Minho tentang kehidupan kedua adiknya. Dia memahami bagaimana anak semuda Minho harus berjuang sendiri, itu sebabnya dia ingin membantu meringankan bebannya.

”Apa kamu sudah mencari paman dan bibi mu dikota lain??,” tanya Hwang pada Minho, masih di malam itu
Minho menggeleng,”terakhir mereka tidak bisa kuhubungi lagi, Bibi... aku khawatir mereka pindah kota dan orangtuaku sama sekali tidak menyimpan alamat mereka”
Hwang menghela nafas, dia jadi membayangkan bagaimana perasaannya kalau dia sendiri yang jadi anak itu.
”sudahlah, Minho..jika memang paman dan bibimu itu susah dicari.. lebih baik kamu tetap disini saja bersama kami,”
Berat bagi Minho untuk membebani rumahtangga bibi Hwang dengan kehadiran dia dan dua adiknya. Tapi bibi Hwang selalu menguatkannya, itu yang membuat dia segan, tetapi juga dia membutuhkan pertolongan sepasang suami-isteri yang baik itu.

Esoknya, Minho terpaksa naik bus ke sekolah, sepedanya rusak dan tidak bisa dibetulin lagi. Yu Ri melihatnya disebuah halte, dia membuka kaca jendela mobil belakang dimana dia duduk dan berteriak pada Minho.
”Pagi, Minho.. kamu naik bus??,”katanya dari kaca jendela mobil.
Minho senyum padanya,”iya..sepeda ku gak bisa dibenerin lagi”
”sayang sekali.. eh.. kamu sekolah bareng aku saja yuk??,”kata Yu Ri lagi
Minho menggerakkan telapak tangannya, menolak,” ah.. enggak ah.. gak enak”
Yu Ri lalu membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju Minho.
”ayo dong, Minho... kamu suka begitu deh..suka banget nolak permintaanku..padahal kamu sudah bantu aku,”
Minho jadi tengsin sendiri, dia jadi malu dan memang enggak mau pergi ke sekolah sama cewek itu. Tapi Yu Ri memaksanya.
”aku gak enak nanti sama teman-temanmu.. ,” balas Minho sambil salah tingkah.
”enggak kok.. yuk bareng,” tanpa ragu, Yu Ri malah menarik tangan Minho menuju mobilnya. Minho malah garuk-garuk kepalanya gak enak hati, takut ada temannya yang lain melihat, dia pun juga tengok kanan-kiri.
Supir membuka pintu untuk Minho dan dia masuk ke dalam mobil itu.

”wah...mobilnya mewah sekali... kapan aku bisa punya mobil seperti ini??,” kata hatinya Minho, dia berdecak kagum.
”katanya, hari ini kamu mau beli sepeda baru.. aku ikut dong??,” tanya Yu Ri.
”eh...belum sih..tapi enggak usah.. nanti sore aku belinya.. lagipula.. dekat dengan toko aku kerja kok...aku harus minta ijin dengan supervisor Bo sebentar..,” jawab Minho agak gugup dengan permintaan Yu Ri
” kamu sudah gajian??,” tanya Yu Ri
Minho menggeleng,”aku dapat pinjaman uang dari Bibi Hwang, tetanggaku”, dia jawab polos sekali dan jujur.
”heran...siapa yang benci sama kamu ya?? Padahal kamu gak nakal dengan tiap orang,” kata Yu Ri,”tapi.. kalau nanti sore aku datang ke toko kamu kerja.. gak apa kan??”
Minho makin gugup, makin gak enak hati dengan Yu Ri,” Eh..jangan...aku gak enak dengan supervisor Bo nanti”
Minho masih belum tahu kalau ternyata Yu Ri adalah anak pemilik retail tempat dia bekerja.
”memang enggak boleh sama supervisor Bo??,” tanya Yu Ri
Minho masih gugup menjawab,”enggak tahu sih... tapi takutnya begitu...takut aku terlalu lama pakai waktu kerjaku.. nanti aku dipecat”
”ah..masak sih supervisor Bo akan sampai seperti itu, Minho??,” tanya Yu Ri penasaran, padahal dia sedang menulis pesan buat supervisor itu, supaya nanti kalau dia datang ke toko tempat Minho bekerja, supervisor itu tidak melarang Minho pergi ijin beli sepeda bersamanya
”aku belum tahu sih.. tapi pastinya aku harus rajin kerja.. aku butuh pekerjaan banget,” jawab Minho.
Yu Ri hanya senyum, setelah supervisor Bo dalam pesannya menjawab,”baik, Nona Hwang”

”aku turun disini saja ya??,” pinta Minho pada Yu Ri, padahal masih beberapa ratus meter lagi dari sekolah.
”eh.. gak usah, Minho.. kita turun di depan gerbang saja,” balas Yu Ri. Minho makin enggak enak hati saja, tapi Yu Ri tetap meminta supir melajukan mobilnya sampai ke tempat parkir.

Minho keluar dari mobil Yu Ri dengan wajah malu. Dia enggak enak hati sudah menumpang pada temannya yang kaya dan punya saham di sekolah itu.
Yu Ri tetap ramah ketika teman-temannya yang lain pagi itu menyapanya.
”hi Minho.. sekarang kamu sama Yu Ri??,” kata seorang cowok, ternyata itu cowok yang salahsatunya beberapa hari lalu mengeroyok Minho.
Minho mencoba menahan kekagetannya, kenapa kok cowok itu bisa tahu namanya? Padahal dia tidak kenal.
”Iya,” balas Minho singkat.
Yu Ri pikir cowok itu sudah kenal Minho, dia malah senang,”Minho.. ini pacarku, Go Young Chul,”
Young Chul cuek aja, padahal Minho sudah ramah padanya,”mannaseo banggawoyo”, kata Minho menawarkan tangannya untuk jabat tangan, tapi Young Chul cuek, tidak menanggapi, malah menarik tangan Yu Ri.
“kamu kenapa mau bergaul dengan anak miskin itu??,” kata Young Chul di depan Yu Ri.
“dia temanku yang baik.. mau miskin atau tidak.. bukan urusan kamu kan?? Aku bisa berteman dengan siapa saja,” jawab Yu Ri jadi ketus. Dia memang tidak suka kalau Young Chul sombongnya keluar. Cowok ini juga orangtuanya salahsatu pemegang saham di yayasan sekolah itu.
Yu Ri lalu menghampiri Minho lagi,”eh.. sebentar lagi masuk kelas.. aku ke kelas dulu ya??,” karena dia memang beda kelas dengan Minho.
Mereka masuk kelas masing-masing.

“jadi sepedamu benar-benar rusak?? Gak bisa dibenerin lagi??,” tanya Ji Won teman yang duduk disebelah Minho
Minho mengangguk saja sambil membuka buku. Guru fisika hari itu tidak masuk karena sakit, tapi mereka harus mengerjakan tugas dan Bu Kang wali kelasnya meminta tolong padanya mengajarkan teman-temannya di kelas.
Percakapan mereka dipotong oleh beberapa anak murid yang minta lagi diajarkan Minho di depan kelas.
Aigoo.. Ini susah sekali.. kami malas belajar momentum,” keluh seorang anak murid.
“ Ayo dong Minho.. kamu jawab saja semua soal di papan tulis.. jadi kita enggak perlu lagi mikir,” kata anak yang lain
Ji Won tertawa,” enak banget kamu, Dong Yun!”, sambil memukul kepala anak cowok itu. Murid yang lain tertawa
“Ayo Minho.. kamu kerjakan saja semuanya!,” teriak beberapa dari mereka
“Minho.. kamu kan katanya mau diajukan bu Guru Kang dapat beasiswa ya?? Kami dukung deh.. ayo bantu kerjakan tugasnya!,” teriak salah satu anak cowok yang duduk di belakang.
Minho berdiri di depan kelas. Antara dia mau membantu tapi ragu, sebab kalau dikerjakan semua soal dari guru yang sedang sakit itu, esoknya mereka bisa dihukum kalau jawaban soalnya sama semua.
Seorang anak lalu mengintip dari jendela,”BU KANG DATANG!!”, mereka yang ribut langsung duduk manis di kursi masing-masing. Minho lalu memulai membantu mengajar mereka.
“SELAMAT PAGI BU KANG!,” teriak anak-anak ketika wali kelas mereka masuk.
Bu Kang membalas ucapan mereka, lalu berdiri disamping Minho.
“Ibu minta maaf.. guru fisika kalian tidak masuk hari ini.. sakit flu berat.. jadi, tadi ibu memanggil Minho untuk membantu kalian belajar bersama..,”
Anak-anak murid hanya menjawab,”BAIK, BU GURU KANG”
Bu Kang menoleh pada Minho,”Tapi habis jam ini selesai, kamu sebaiknya bantu ibu mengajar di kelas lain, Minho”
“whoaaaaaaaaa............. apa dia mau jadi guru, Bu Kang??,” kata Dong Yun, si murid pemalas.
Guru Kang menoleh pada Dong Yun,”atau.. kamu mau membantu menggantikan Guru Yo??”
Dong Yun cengengesan,”ah.. mana bisa, Bu?? Nanti semua aku ajak bolos, hehe”
Ji Won memukul kepala Dong Yun, yang lain tertawa.
Kang mengetuk meja anak murid depan,”Sudah.. sudah! Sekarang kalian belajar halaman 98, soal-soal itu.. lalu setelah selesai jam ini.. kumpulkan jawabannya dan Minho mengajar di kelas lain”
Anak-anak murid menggerutu, sebab ternyata jawaban harus dikumpulkan segera.
Minho mengajarkan mereka 15 menit, lalu dia duduk mengerjakan soal-soal yang diperintahkan Bu Kang.

Jam berikutnya, ternyata dia mengajar di kelas Yu Ri dan Young Chul.
“selamat pagi teman-teman.. aku diperintahkan kepala sekolah dan Bu Guru Kang membantu Guru Yo yang tidak masuk hari ini untuk mengajar kalian.. mohon kerjasamanya,” kata Minho ketika masuk kelas, menunduk hormat pada para anak murid lain kelas itu.
Yu Ri senyum, dia memang sering dibantu Minho untuk urusan fisika atau matematika.
Tapi, Young Chul langsung menghinanya dengan berdiri dari tempat duduknya dan bersuara keras hingga terdengar oleh anak murid lainnya di kelas itu,” GURU BARU KITA INI MISKIN.. ORANGTUANYA ENGGAK SANGGUP MENINGGALKAN BANYAK UANG KEMATIAN”
Minho diam saja, padahal dalam hatinya sedih diledek seperti itu.
Anak-anak murid yang lain malah menyoraki Minho,”HUUU... KASIAN BANGET YANG MISKIN!!”
“makanya bantu mengajar kita ya??,” sindir seorang murid cewek.
Yu Ri menoleh pada murid cewek itu,”lebih kaya mana orangtuamu dibanding aku, Im??”
Murid cewek yang dipanggil Im itu pun diam.
“Lanjut Minho,” kata Yu Ri.
Minho lalu mengajarkan mereka prinsip dan cara mendapatkan rumus momentum. Anak-anak murid yang merasa kaya tidak memperhatikan dia mengajar. Tapi Minho tidak bisa berbuat banyak. Dia tahu kelas yang Yu Ri ada di dalamnya memang kumpulan anak-anak murid dari anggota yayasan yang punya andil saham di sekolah itu.
Dia lalu berjalan diantara bangku-bangku,”jadi.. kalau ingin mendapatkan momentum setelah dua kali momentum maka yang sebaiknya diperhatikan adalah...”
Belum selesai dia bicara menjelaskan sambil membuka buku, Young Chul melempar pesawat terbang kertas tepat kena kepalanya, Minho hanya diam, tidak melawan.
“MAAF PAK GURU.. TOLONG DONG BALIKIN PESAWAT KU.. MAHAL LOH ITU KERTASNYA.. PAK GURU PASTI GAK SANGGUP BELI,” sindir Young Chul dengan teriak.
Murid-murid yang lain tertawa dengan perkataan anak cowok itu barusan.
Minho tidak marah, lalu dia memungut origami pesawat kertas itu dan dia berjalan ke arah kursi Young Chul dan diberikannya dengan senyum.
“Ini.. aku memang enggak bisa beli buku harga mahal.. tapi aku masih sanggup beli dengan usahaku sendiri,” jawab Minho, kalem tapi pedas.
Yu Ri malah berdiri dan bertepuk tangan,” Minho hebat..! Harusnya kita bisa belajar dari dia.. bukan cuma mengandalkan uang orangtua”
Beberapa anak mengangguk.
“ayo Minho.. ajarkan kita.. besok pasti guru Yo kalau sudah sembuh..dia akan berikan test harian.. itu kan kebiasaan buruknya,” kata Min Suh, anak orang kaya juga tapi tidak sombong.
Beberapa anak cowok yang duduk di belakang, sejajar dengan Young Chul duduk berteriak-teriak ketika Minho berusaha menerangkan di depan, berusaha memecahkan konsentrasinya. Tapi Minho berusaha cuek saja. Dia tidak melayani anak-anak murid yang tidak menghargainya. Satu jam yang melelahkan akhirnya di lalui juga. Bu Guru Kang memanggilnya ke ruangan.

“Yu Ri bilang.. kamu dihina di kelas nya sewaktu tadi mengajar,” kata Bu Kang.
Minho menunduk saja, lalu dia berani mengangkat kepalanya,”Bu.. yang memukul aku.. Go Young Chul”
Kang kaget dengan perkataan Minho baru saja. Bisa dibayangkan, jika dia sengaja berurusan dengan orangtua anak itu, bisa-bisa dia yang dipecat.
“sudahlah, Minho.. biarkan saja.. kamu sudah memaafkan nya bukan??,” kilah Kang.
Minho mengangguk, dia tahu kalau peran penyumbang dana di yayasan itu sangat kuat sehingga guru bahkan kepala sekolah saja tidak bisa melawan.
“Tapi.. aku masih bisa berusaha untuk beasiswaku kan??,” tanya Minho dengan penuh harap.
“Ibu akan coba perjuangkan, Minho.. lagipula.. kamu tidak masalah.. kemarin tentang perkelahian itu.. tidak ada yang tahu dari satu guru lainpun,” senyum Kang. Guru Kang salah, sebab Young Chul akan membuat fitnah dengan kasus kemarin itu, tanpa disadari nanti oleh dia dan juga Minho.
Minho berjalan lagi ke kelasnya saat jam istirahat sudah mau berakhir,”aku harus bisa dapatkan beasiswa itu.. supaya Chin Ho dan Kyung Soon bisa sekolah”, katanya dalam hati.
“gawat sekali kalau berurusan dengan Tuan Go,” keluh hatinya Guru Kang. Lelaki yang disebut Go, ayah dari Go Young Chul itu memang sifatnya tidak jauh beda dengan anaknya, sombong dan suka merendahkan anggota pemegang saham yang lain. Itu sebabnya, dia tidak mau panjang urusannya dengan orang itu.

Minho duduk lagi di kelas, dia memperhatikan Guru lain menerangkan mata pelajarannya. Sampai pulang, Yu Ri melihatnya lagi, melambaikan tangannya pada Minho di gerbang ingin keluar sekolah. Minho sedang ingin ke parkir sepeda bersama Ji Won.
Yu Ri berlari menghampirinya,” Oi, Minho... Ji Woooonnn!!,” dia berteriak-teriak memanggil keduanya.
Minho dan Ji Won menoleh bersamaan, Yu Ri berada di depan mereka ngos-ngosan.
“jalan kalian cepat sekali..hosh.. hosh,” kata Yu Ri.
“Maaf ya.. soalnya aku harus kerja.. dan aku kan harus membonceng Ji Won,” kata Minho.
“kamu memang tidak terlambat nanti kalau membonceng Ji Won?? Sama aku aja yuk, Minho??,” tawar Yu Ri lagi
Minho menggerakkan tangannya, menolak. Dia benar-benar tidak enak dengan bantuan temannya itu,”ah.. enggak usah.. aku sama Ji Won saja.. iya kan??”, dia menoleh pada Ji Won.
Ji Won mengangguk,” aku sekalian satu arah.. aku mau beli komik dulu”
Yu Ri tidak bisa menolak, tapi dia cemberut ketika Minho pilih pulang bareng dengan Ji Won.
Mereka lalu berpisah dan Minho membonceng Ji Won. Mereka dan Yu Ri melambaikan tangan berpisah hari itu.
“Sampai jumpa lagi besok ya!,” teriak Minho pada Yu Ri. Ji Won melambaikan tangannya pada Yu Ri.
Di tengah jalan pulang menuju tempat kerja, Ji Won bercanda pada Minho,”eh Minho.. sepertinya Yu Ri suka banget deh sama kamu... kalian pasti jadi pacar deh”
Minho hanya tertawa, dia bilang pada Ji Won kalau dia enggak bisa pacaran dulu... dia mau fokus kumpulkan uang untuk sekolah kedua adiknya. Ji Won mengerti perasaan Minho.
Sementara, Young Chul masih geram dengan sindiran Minho ketika tadi dia mengajar di kelasnya.
“awas saja kamu, Minho.. kamu tidak akan pernah dapat beasiswa itu”, geramnya.

Bersambung ke part 5...