Minho malam itu bicara dengan Bibi Hwang,
kalau dia ingin meminjam uang supaya bisa membeli sepeda barunya yang dirusak
anak-anak murid lain disekolahnya. Hwang kaget dengar berita itu dan dia juga melihat wajah Minho ada bekas
pukulan, antara biru lebam dan merah.
”Siapa yang pukul kamu, anakku??,” katanya
meraba pipi Minho yang lebam
”gak apa, bibi.. aku gak kesakitan kok,”
Minho bohong pada orangtua angkatnya itu.
”kita ke dokter saja, nanti takut pukulan
ini jadi luka dalam,” kata Bibi Hwang, khawatir.
”gak apa, Bibi.. aku cuma mau pinjam uang
bibi.. bulan depan aku dapat gaji, aku janji bayar.. sepeda ku rusak, tidak
bisa dibetulin lagi,” kata Minho menunduk. Dia enggak enak hati dengan tetangga
yang sudah menganggap diri dan kedua adiknya itu sebagai anaknya sendiri
semenjak kedua orangtuanya meninggal. Minho sangat menghormati Paman dan Bibi
Hwang karena mereka memang tetangga yang baik, ramah dan penolong sejak
orangtua Minho masih hidup.
Hwang lalu masuk ke dalam kamarnya dan
kembali duduk di depan Minho dengan membawa uang puluhan ribu ₩on, dia
mengepalkan uang itu ke tangan Minho,”ini.. pakai uang Bibi.. gak usah
diganti.. kamu memang butuh sekali beli sepeda baru..daripada kamu harus naik bus
ke sekolah”
”gambsahabnida,
Bibi Hwang.. aku banyak berhutang budi pada bibi,” kata Minho pelan. Dalam hati
dia tidak enak untuk meminjam uang pada wanita paruh baya itu, padahal dia
masih punya uang tabungan mendiang kedua orangtuanya, tetapi uang itu harus ia
gunakan hanya untuk keperluan sekolah Chin Ho dan Kyung Soon suatu hari nanti.
”gak apa-apa Minho.. jangan kamu
kembalikan.. anggap saja
hadiah dari paman dan bibi buat kamu.. dengan bibi tahu kamu kerja sekarang..
bibi bangga sama kamu.. kamu kakak yang bertanggung jawab pada kehidupan kedua
adikmu,” senyum Hwang.
Tapi Minho tetap bersikeras akan membayar
uang itu ketika gajian bulan depan. Hwang tetap juga bersikeras kalau itu
hadiah darinya.
”Minho.. kamu tidak usah segan kalau Paman
dan Bibi berikan kalian sesuatu.. anggap kami orangtua kalian..,” senyum Hwang
lagi.
Minho hanya mengangguk, dia berterima
kasih pada tetangga depan rumahnya itu dan akan beli sepeda baru lagi esok
siang, ijin sebentar kepada supervisor tempat dia bekerja.
”Sekolah Chin Ho bagaimana??,” tanya
Hwang.
”baik, Bi.. besok kami ujian.. minta doa
nya bibi supaya aku bisa mendapatkan beasiswa,” senyum Minho.
”Bibi sering teringat kedua orangtuamu..
semalam malah bibi memimpikan mereka.. ,” kata bibi Hwang tiba-tiba. Hal itu
membuat Minho sedih, dia masih teringat kedua orangtuanya yang belum ada
sebulan meninggalkan mereka.
”kalian anak-anak yang kuat.. Bibi salut,”
katanya lagi.
”sekali lagi, Minho.. bibi harap, kamu
tidak segan atau gengsi minta tolong pada bibi... termasuk kalau nanti Kyung
Soon sudah mau sekolah,” lanjutnya lagi
Mestinya Kyung Soon tahun ini memang sudah
sekolah, tetapi Minho tidak mendaftarkannya, dia hanya ingin mengajarkan
adiknya saja membaca dan menulis, sebab kalau masuk TK sedari awal akan lebih mahal
dan kemungkinan dia mengira uang mendiang orangtuanya tidak cukup.
”aku tidak ingin memberatkan bibi Hwang,
lagipula.. aku bilang pada Kyung Soon kalau dia sekolahnya tahun depan saja,”
jawab Minho datar.
Bibi Hwang malah mengelus kepala
Minho,”bibi akan tetap membiayai sekolah Kyung Soon.. besok akan bibi
daftarkan.. tidak baik menolak tawaran bibi, Minho.. mohon diterima.. kasian
adikmu kalau tidak sekolah, sementara teman-temannya disini sudah mau sekolah”
”aku tidak bisa memberatkan bibi Hwang hanya
karena permasalahan sekolah adik-adikku,” jawab Minho lagi.
”jangan begitu, Minho.. kalian sudah bibi
anggap anak paman dan bibi.. apa kamu mau nanti negara mengambil kedua adikmu??
Jadi lebih baik kalian menjadi anak-anak bibi dan paman,” kata bibi Hwang lagi.
Memang, sedari Minho kecil juga, paman dan bibi Hwang yang tidak punya anak
ini, suka sekali kalau Minho main ke rumahnya, begitu juga ketika Chin Ho
lahir. Mereka suka diberikan permen atau makanan ringan untuk anak-anak. Minho
pikir awalnya mereka adalah paman dan bibi mereka yang asli, ternyata hanya
tetangga. Tapi kebaikan mereka seperti saudara sendiri.
”katanya kamu berniat akan mencari paman
dan bibi mu.. apa sudah ketemu??,”
Minho menggeleng,”belum.. aku bingung
dimana mereka.. kalau ketemu..aku berharap mereka mau membantuku.. ”
Hwang jadi punya perasaan aneh,”apa kamu
mau memberikan Chin Ho atau Kyung Soon pada mereka??”
Minho diam saja, padahal sebenarnya iya.
”tidak kan, Minho??,” tanya bibi Hwang.
Minho diam, tak berapa lama, akhirnya dia
mengakui dan mengiyakan perkataan tetangganya itu. Hwang tidak marah, dia hanya
senyum saja, dia tahu, anak seumur Minho masih penuh emosi dan mungkin saja
masih belum bisa berfikir panjang. Beruntung anak itu dan kedua adiknya tidak
berniat bunuh diri karena tekanan hidup di Korea memang tinggi dan banyak orang
dengan mudahnya bunuh diri, tidak saja orangtua, anak-anak juga.
”kamu harus kuat, Minho.. bibi akan selalu
berusaha mendukung kamu..,”senyum bibi Hwang
Minho menangis.. akhirnya dia menangis
juga di hadapan tetangganya itu. Dia bilang kalau dia stress, bingung dengan
hidupnya, karena dia ketakutan tidak ada orangtua lagi. Takut dia tidak bisa
melanjutkan sekolahnya, takut kedua adiknya tidak bisa bahagia seperti
anak-anak yang lain. Dia merasa hidup antara penyesalan karena ditinggalkan
kedua orangtuanya, tetapi juga tidak ingin begitu saja meninggalkan kedua
adiknya.
Hwang jadi terharu dengan harapan-harapan
Minho tentang kehidupan kedua adiknya. Dia memahami bagaimana anak semuda Minho
harus berjuang sendiri, itu sebabnya dia ingin membantu meringankan bebannya.
”Apa kamu sudah mencari paman dan bibi mu
dikota lain??,” tanya Hwang pada Minho, masih di malam itu
Minho menggeleng,”terakhir mereka tidak
bisa kuhubungi lagi, Bibi... aku khawatir mereka pindah kota dan orangtuaku
sama sekali tidak menyimpan alamat mereka”
Hwang menghela nafas, dia jadi
membayangkan bagaimana perasaannya kalau dia sendiri yang jadi anak itu.
”sudahlah, Minho..jika memang paman dan
bibimu itu susah dicari.. lebih baik kamu tetap disini saja bersama kami,”
Berat bagi Minho untuk membebani
rumahtangga bibi Hwang dengan kehadiran dia dan dua adiknya. Tapi bibi Hwang
selalu menguatkannya, itu yang membuat dia segan, tetapi juga dia membutuhkan
pertolongan sepasang suami-isteri yang baik itu.
Esoknya, Minho terpaksa naik bus ke
sekolah, sepedanya rusak dan tidak bisa dibetulin lagi. Yu Ri melihatnya
disebuah halte, dia membuka kaca jendela mobil belakang dimana dia duduk dan
berteriak pada Minho.
”Pagi, Minho.. kamu naik bus??,”katanya dari kaca jendela mobil.
Minho senyum padanya,”iya..sepeda ku gak
bisa dibenerin lagi”
”sayang sekali.. eh.. kamu sekolah bareng
aku saja yuk??,”kata Yu Ri lagi
Minho menggerakkan telapak tangannya,
menolak,” ah.. enggak ah.. gak enak”
Yu Ri lalu membuka pintu mobilnya dan
berjalan menuju Minho.
”ayo dong, Minho... kamu suka begitu
deh..suka banget nolak permintaanku..padahal kamu sudah bantu aku,”
Minho jadi tengsin sendiri, dia jadi malu
dan memang enggak mau pergi ke sekolah sama cewek itu. Tapi Yu Ri memaksanya.
”aku gak enak nanti sama teman-temanmu.. ,”
balas Minho sambil salah tingkah.
”enggak kok.. yuk bareng,” tanpa ragu, Yu
Ri malah menarik tangan Minho menuju mobilnya. Minho malah garuk-garuk
kepalanya gak enak hati, takut ada temannya yang lain melihat, dia pun juga
tengok kanan-kiri.
Supir membuka pintu untuk Minho dan dia
masuk ke dalam mobil itu.
”wah...mobilnya mewah sekali... kapan aku
bisa punya mobil seperti ini??,” kata hatinya Minho, dia berdecak kagum.
”katanya, hari ini kamu mau beli sepeda
baru.. aku ikut dong??,” tanya Yu Ri.
”eh...belum sih..tapi enggak usah.. nanti
sore aku belinya.. lagipula.. dekat dengan toko aku kerja kok...aku harus minta
ijin dengan supervisor Bo sebentar..,” jawab Minho agak gugup dengan permintaan
Yu Ri
” kamu sudah gajian??,” tanya Yu Ri
Minho menggeleng,”aku dapat pinjaman uang
dari Bibi Hwang, tetanggaku”, dia jawab polos sekali dan jujur.
”heran...siapa yang benci sama kamu ya?? Padahal kamu gak nakal dengan tiap orang,”
kata Yu Ri,”tapi.. kalau nanti sore aku datang ke toko kamu kerja.. gak apa
kan??”
Minho makin gugup, makin gak enak hati
dengan Yu Ri,” Eh..jangan...aku gak enak dengan supervisor Bo nanti”
Minho masih belum tahu kalau ternyata Yu
Ri adalah anak pemilik retail tempat dia bekerja.
”memang enggak boleh sama supervisor
Bo??,” tanya Yu Ri
Minho masih gugup menjawab,”enggak tahu
sih... tapi takutnya begitu...takut aku terlalu lama pakai waktu kerjaku..
nanti aku dipecat”
”ah..masak sih supervisor Bo akan sampai
seperti itu, Minho??,” tanya Yu Ri penasaran, padahal dia sedang menulis pesan
buat supervisor itu, supaya nanti kalau dia datang ke toko tempat Minho
bekerja, supervisor itu tidak melarang Minho pergi ijin beli sepeda bersamanya
”aku belum tahu sih.. tapi pastinya aku harus
rajin kerja.. aku butuh
pekerjaan banget,” jawab Minho.
Yu Ri hanya senyum, setelah supervisor Bo
dalam pesannya menjawab,”baik, Nona Hwang”
”aku turun disini saja ya??,” pinta Minho
pada Yu Ri, padahal masih beberapa ratus meter lagi dari sekolah.
”eh.. gak usah, Minho.. kita turun di
depan gerbang saja,” balas Yu Ri. Minho makin enggak enak hati saja, tapi Yu Ri
tetap meminta supir melajukan mobilnya sampai ke tempat parkir.
Minho keluar dari mobil Yu Ri dengan wajah
malu. Dia enggak enak hati sudah menumpang pada temannya yang kaya dan punya
saham di sekolah itu.
Yu Ri tetap ramah ketika teman-temannya
yang lain pagi itu menyapanya.
”hi Minho.. sekarang kamu sama Yu Ri??,”
kata seorang cowok, ternyata itu cowok yang salahsatunya beberapa hari lalu mengeroyok
Minho.
Minho mencoba menahan kekagetannya, kenapa
kok cowok itu bisa tahu namanya? Padahal dia tidak kenal.
”Iya,” balas Minho singkat.
Yu Ri pikir cowok itu sudah kenal Minho,
dia malah senang,”Minho.. ini pacarku, Go Young Chul,”
Young Chul cuek aja, padahal Minho sudah
ramah padanya,”mannaseo banggawoyo”,
kata Minho menawarkan tangannya untuk jabat tangan, tapi Young Chul cuek, tidak
menanggapi, malah menarik tangan Yu Ri.
“kamu kenapa mau bergaul dengan anak
miskin itu??,” kata Young Chul di depan Yu Ri.
“dia temanku yang baik.. mau miskin atau
tidak.. bukan urusan kamu kan?? Aku bisa berteman dengan siapa saja,” jawab Yu
Ri jadi ketus. Dia memang tidak suka kalau Young Chul sombongnya keluar. Cowok
ini juga orangtuanya salahsatu pemegang saham di yayasan sekolah itu.
Yu Ri lalu menghampiri Minho lagi,”eh..
sebentar lagi masuk kelas.. aku ke kelas dulu ya??,” karena dia memang beda
kelas dengan Minho.
Mereka masuk kelas masing-masing.
“jadi sepedamu benar-benar rusak?? Gak
bisa dibenerin lagi??,” tanya Ji Won teman yang duduk disebelah Minho
Minho mengangguk saja sambil membuka buku.
Guru fisika hari itu tidak masuk karena sakit, tapi mereka harus mengerjakan
tugas dan Bu Kang wali kelasnya meminta tolong padanya mengajarkan
teman-temannya di kelas.
Percakapan mereka dipotong oleh beberapa
anak murid yang minta lagi diajarkan Minho di depan kelas.
“Aigoo..
Ini susah sekali.. kami malas belajar momentum,” keluh seorang anak murid.
“ Ayo dong Minho.. kamu jawab saja semua
soal di papan tulis.. jadi kita enggak perlu lagi mikir,” kata anak yang lain
Ji Won tertawa,” enak banget kamu, Dong
Yun!”, sambil memukul kepala anak cowok itu. Murid yang lain tertawa
“Ayo Minho.. kamu kerjakan saja
semuanya!,” teriak beberapa dari mereka
“Minho.. kamu kan katanya mau diajukan bu
Guru Kang dapat beasiswa ya?? Kami dukung deh.. ayo bantu kerjakan tugasnya!,”
teriak salah satu anak cowok yang duduk di belakang.
Minho berdiri di depan kelas. Antara dia
mau membantu tapi ragu, sebab kalau dikerjakan semua soal dari guru yang sedang
sakit itu, esoknya mereka bisa dihukum kalau jawaban soalnya sama semua.
Seorang anak lalu mengintip dari
jendela,”BU KANG DATANG!!”, mereka yang ribut langsung duduk manis di kursi
masing-masing. Minho lalu memulai membantu mengajar mereka.
“SELAMAT PAGI BU KANG!,” teriak anak-anak
ketika wali kelas mereka masuk.
Bu Kang membalas ucapan mereka, lalu
berdiri disamping Minho.
“Ibu minta maaf.. guru fisika kalian tidak
masuk hari ini.. sakit flu berat.. jadi, tadi ibu memanggil Minho untuk membantu
kalian belajar bersama..,”
Anak-anak murid hanya menjawab,”BAIK, BU
GURU KANG”
Bu Kang menoleh pada Minho,”Tapi habis jam
ini selesai, kamu sebaiknya bantu ibu mengajar di kelas lain, Minho”
“whoaaaaaaaaa............. apa dia mau
jadi guru, Bu Kang??,” kata Dong Yun, si murid pemalas.
Guru Kang menoleh pada Dong Yun,”atau..
kamu mau membantu menggantikan Guru Yo??”
Dong Yun cengengesan,”ah.. mana bisa, Bu??
Nanti semua aku ajak bolos, hehe”
Ji Won memukul kepala Dong Yun, yang lain
tertawa.
Kang mengetuk meja anak murid
depan,”Sudah.. sudah! Sekarang kalian belajar halaman 98, soal-soal itu.. lalu
setelah selesai jam ini.. kumpulkan jawabannya dan Minho mengajar di kelas
lain”
Anak-anak murid menggerutu, sebab ternyata
jawaban harus dikumpulkan segera.
Minho mengajarkan mereka 15 menit, lalu
dia duduk mengerjakan soal-soal yang diperintahkan Bu Kang.
Jam berikutnya, ternyata dia mengajar di
kelas Yu Ri dan Young Chul.
“selamat pagi teman-teman.. aku
diperintahkan kepala sekolah dan Bu Guru Kang membantu Guru Yo yang tidak masuk
hari ini untuk mengajar kalian.. mohon kerjasamanya,” kata Minho ketika masuk
kelas, menunduk hormat pada para anak murid lain kelas itu.
Yu Ri senyum, dia memang sering dibantu
Minho untuk urusan fisika atau matematika.
Tapi, Young Chul langsung menghinanya
dengan berdiri dari tempat duduknya dan bersuara keras hingga terdengar oleh
anak murid lainnya di kelas itu,” GURU BARU KITA INI MISKIN.. ORANGTUANYA
ENGGAK SANGGUP MENINGGALKAN BANYAK UANG KEMATIAN”
Minho diam saja, padahal dalam hatinya
sedih diledek seperti itu.
Anak-anak murid yang lain malah menyoraki
Minho,”HUUU... KASIAN BANGET YANG MISKIN!!”
“makanya bantu mengajar kita ya??,” sindir
seorang murid cewek.
Yu Ri menoleh pada murid cewek itu,”lebih
kaya mana orangtuamu dibanding aku, Im??”
Murid cewek yang dipanggil Im itu pun
diam.
“Lanjut Minho,” kata Yu Ri.
Minho lalu mengajarkan mereka prinsip dan
cara mendapatkan rumus momentum. Anak-anak murid yang merasa kaya tidak
memperhatikan dia mengajar. Tapi Minho tidak bisa berbuat banyak. Dia tahu
kelas yang Yu Ri ada di dalamnya memang kumpulan anak-anak murid dari anggota
yayasan yang punya andil saham di sekolah itu.
Dia lalu berjalan diantara
bangku-bangku,”jadi.. kalau ingin mendapatkan momentum setelah dua kali momentum
maka yang sebaiknya diperhatikan adalah...”
Belum selesai dia bicara menjelaskan
sambil membuka buku, Young Chul melempar pesawat terbang kertas tepat kena
kepalanya, Minho hanya diam, tidak melawan.
“MAAF PAK GURU.. TOLONG DONG BALIKIN
PESAWAT KU.. MAHAL LOH ITU KERTASNYA.. PAK GURU PASTI GAK SANGGUP BELI,” sindir
Young Chul dengan teriak.
Murid-murid yang lain tertawa dengan
perkataan anak cowok itu barusan.
Minho tidak marah, lalu dia memungut
origami pesawat kertas itu dan dia berjalan ke arah kursi Young Chul dan
diberikannya dengan senyum.
“Ini.. aku memang enggak bisa beli buku
harga mahal.. tapi aku masih sanggup beli dengan usahaku sendiri,” jawab Minho,
kalem tapi pedas.
Yu Ri malah berdiri dan bertepuk tangan,”
Minho hebat..! Harusnya kita bisa belajar dari dia.. bukan cuma mengandalkan
uang orangtua”
Beberapa anak mengangguk.
“ayo Minho.. ajarkan kita.. besok pasti
guru Yo kalau sudah sembuh..dia akan berikan test harian.. itu kan kebiasaan
buruknya,” kata Min Suh, anak orang kaya juga tapi tidak sombong.
Beberapa anak cowok yang duduk di
belakang, sejajar dengan Young Chul duduk berteriak-teriak ketika Minho
berusaha menerangkan di depan, berusaha memecahkan konsentrasinya. Tapi Minho berusaha
cuek saja. Dia tidak melayani anak-anak murid yang tidak menghargainya. Satu
jam yang melelahkan akhirnya di lalui juga. Bu Guru Kang memanggilnya ke
ruangan.
“Yu Ri bilang.. kamu dihina di kelas nya
sewaktu tadi mengajar,” kata Bu Kang.
Minho menunduk saja, lalu dia berani
mengangkat kepalanya,”Bu.. yang memukul aku.. Go Young Chul”
Kang kaget dengan perkataan Minho baru
saja. Bisa dibayangkan, jika dia sengaja berurusan dengan orangtua anak itu,
bisa-bisa dia yang dipecat.
“sudahlah, Minho.. biarkan saja.. kamu
sudah memaafkan nya bukan??,” kilah Kang.
Minho mengangguk, dia tahu kalau peran
penyumbang dana di yayasan itu sangat kuat sehingga guru bahkan kepala sekolah
saja tidak bisa melawan.
“Tapi.. aku masih bisa berusaha untuk
beasiswaku kan??,” tanya Minho dengan penuh harap.
“Ibu akan coba perjuangkan, Minho..
lagipula.. kamu tidak masalah.. kemarin tentang perkelahian itu.. tidak ada
yang tahu dari satu guru lainpun,” senyum Kang. Guru Kang salah, sebab Young
Chul akan membuat fitnah dengan kasus kemarin itu, tanpa disadari nanti oleh
dia dan juga Minho.
Minho berjalan lagi ke kelasnya saat jam
istirahat sudah mau berakhir,”aku harus bisa dapatkan beasiswa itu.. supaya
Chin Ho dan Kyung Soon bisa sekolah”, katanya dalam hati.
“gawat sekali kalau berurusan dengan Tuan
Go,” keluh hatinya Guru Kang. Lelaki yang disebut Go, ayah dari Go Young Chul
itu memang sifatnya tidak jauh beda dengan anaknya, sombong dan suka
merendahkan anggota pemegang saham yang lain. Itu sebabnya, dia tidak mau
panjang urusannya dengan orang itu.
Minho duduk lagi di kelas, dia
memperhatikan Guru lain menerangkan mata pelajarannya. Sampai pulang, Yu Ri
melihatnya lagi, melambaikan tangannya pada Minho di gerbang ingin keluar
sekolah. Minho sedang ingin ke parkir sepeda bersama Ji Won.
Yu Ri berlari menghampirinya,” Oi,
Minho... Ji Woooonnn!!,” dia berteriak-teriak memanggil keduanya.
Minho dan Ji Won menoleh bersamaan, Yu Ri
berada di depan mereka ngos-ngosan.
“jalan kalian cepat sekali..hosh.. hosh,”
kata Yu Ri.
“Maaf ya.. soalnya aku harus kerja.. dan
aku kan harus membonceng Ji Won,” kata Minho.
“kamu memang tidak terlambat nanti kalau
membonceng Ji Won?? Sama aku aja yuk, Minho??,” tawar Yu Ri lagi
Minho menggerakkan tangannya, menolak. Dia
benar-benar tidak enak dengan bantuan temannya itu,”ah.. enggak usah.. aku sama
Ji Won saja.. iya kan??”, dia menoleh pada Ji Won.
Ji Won mengangguk,” aku sekalian satu
arah.. aku mau beli komik dulu”
Yu Ri tidak bisa menolak, tapi dia
cemberut ketika Minho pilih pulang bareng dengan Ji Won.
Mereka lalu berpisah dan Minho membonceng
Ji Won. Mereka dan Yu Ri melambaikan tangan berpisah hari itu.
“Sampai jumpa lagi besok ya!,” teriak
Minho pada Yu Ri. Ji Won melambaikan tangannya pada Yu Ri.
Di tengah jalan pulang menuju tempat
kerja, Ji Won bercanda pada Minho,”eh Minho.. sepertinya Yu Ri suka banget deh
sama kamu... kalian pasti jadi pacar deh”
Minho hanya tertawa, dia bilang pada Ji
Won kalau dia enggak bisa pacaran dulu... dia mau fokus kumpulkan uang untuk
sekolah kedua adiknya. Ji Won mengerti perasaan Minho.
Sementara, Young Chul masih geram dengan
sindiran Minho ketika tadi dia mengajar di kelasnya.
“awas saja kamu, Minho.. kamu tidak akan
pernah dapat beasiswa itu”, geramnya.
Bersambung ke part 5...