Hari-hari berikutnya, mereka kuliah
seperti biasa dari pagi sampai sore. Tapi Min ho tidak menemani Aiko pulang
karena dia harus bekerja dan pisah arah.
“kamu tidak pusing nanti dijalan, Aiko
chan???,” tanya Myo, teman akrabnya
“semoga tidak...tapi...aku cepat lapar
sekali, Myo chan... cemilanku habis,” Aiko melihat ditas ransel kecilnya sudah
tidak ada cemilan lagi
“nanti aku bantu belikan...kamu masih
punya uang kan?,”
Aiko mengangguk,”masih kok...aku yang pegang
uang Min ho kun”
“wah..kamu semua yang pegang uang??,” Myo
tertawa kecil
Aiko mengangguk,”iya...tapi..kalau Min ho
kun mau jajan..ya aku kasih”
“siapa yang punya ide seperti itu??”
“Min ho kun sendiri...dari awal..dia sudah
kasih semua uang sama aku...aku yang atur,”
“wah....ternyata Min ho kun kebapakan juga
ya...dibalik sifatnya yang tukang cemberut itu, hehe,” Myo malah jadi memuji
Min ho..padahal dia sempat sebal.
“iya..lama kelamaan..aku bisa menerima Min
ho kun jadi pasanganku...,”
“ummm.... kalian beneran bikin aku
penasaran dengan hidup berumahtangga deh....masih muda lagi...tapi pasti memang
akan masalah dengan keuangan,”
Aiko mengangguk,”iya..apalagi sudah ada
ini,” dia menunjuk perutnya.
“jadi haafu
(blasteran-red) nanti..apa enggak jadi masalah??,” tanya Myo, mereka duduk
menunggu mata kuliah berikutnya
“ayahku kan militer..siapa tahu bisa bantu
untuk kependudukan,” senyum Aiko
“aku sering menemukan rasa tertekan
diantara haafu loh, Aiko chan,” kata
Myo
“wajar sih...biasanya karena beda budaya,
lalu mungkin bisa beda warna kulit juga.. ingat gak.. Soutaro kun.. teman
orientasi kita kemarin?? Dia kan haafu
dengan nigeria.. wajahnya seperti jepang.. tapi kulitnya tidak seperti orang
jepang.. orang tidak percaya juga dia jepang.. iya kan??,” kata Aiko
“tapi.. andai memang nanti jadi haafu.. aku didik saja mengikuti tempat
tinggalnya,” lanjutnya lagi
“paling-paling Min ho kun akan ganti nama,
hehehe,” balas Myo
“yang terpenting.. anak kami sehat.. ,”
kata Aiko.
“eh.. Min ho kun..sudah tidak kunci kamu
lagi dikamar kan??”
Aiko menggeleng.
“syukurlah,” balas Myo,”aku enggak bisa
bayangkan cowok moody seperti itu.. kalian ini.. masih kecil banget sih”
“jadi..kamu gak akan kerja dong??,” tanya
Myo lagi
“gak bisa.. ayahku sudah niat membantu..
tapi.. Min ho kun tetap harus kerja..,”
“ya..begitu bagus.. jadi Min ho kun enggak
akan jadi cowok pemalas,”
Sampai di rumah susun, Aiko menunggu Min
ho sampai jam 12 malam lebih.
“tadaima
(aku pulang-red),” kata Min ho masuk rumah susun
“okaerinasai,
Min ho Nampyeon,” senyum Aiko. Dia lalu menghampiri Min ho dan mencium pipinya
“capek ya?,” tanya Aiko.
Min ho mengangguk. Dia lalu melepas kaus
kaki dan sepatunya lalu duduk.
Aiko ke dapur lalu kembali dengan membuat
teh hijau kesukaan Min ho.
“diminum dulu,” katanya senyum lagi
“kerjanya capek sekali deh,” keluh Min ho
“kerja apa saja??,”
“desain, lalu kalau ada kesempatan bantu
juga memasang..itu yang capek,”
“jadi.. hari ini memasang board begitu??,”
Min ho mengangguk.
“mau makan atau langsung tidur??,”
“aku mandi dulu,” Min ho minum lalu
berdiri, menuju ke kamar mandi.
Selesai mandi semuanya jam 1 pagi. Aiko
masih menunggu Min ho supaya tidur sama-sama.
“masih mau kerja??,” dia menghampiri Min
ho yang membuka laptopnya
Min ho mengangguk tanpa melihat Aiko,”edit
komik Tachibana san”
“sudah.. nanti saja.. nampyeon capek
sekali,”
“tanggung...sedikit lagi.. ,” balas Min ho
dengan senyum yang agak dipaksa
“kalau nanti aku ketiduran.. tolong
bangunkan jam 6 ya.. seperti biasa..chu,”
Aiko mengangguk,”kalau begitu..aku duluan
ya.. oyasumi”
Min ho menciumnya,”annyeong.. chu..tidur nyenyak ya”
Tak berapa lama...
“wah.. capek sekali.. badanku terasa remuk
lama-lama begini terus,” Min ho memanjangkan kakinya
“apa..aku perlu berhenti saja mengedit
komik Tachibana san?? Tapi uangnya lumayan.. kalau dapat tambahan lagi dari
ayah mertua.. bisa aku tabung juga ..buat persiapan melahirkan,” gumamnya
Dia terus meregangkan kaki dan tangannya,
kelelahan.
Lama-lama, ternyata dia malah ketiduran di
kursi..
Paginya.. matahari bersinar seperti
biasa.. sudah masuk waktu musim panas..pagi-pagi sudah terasa teriknya matahari
masuk ke jendela kamar..
“Min ho.. Nampyeon, bangun.. kita harus
kuliah lagi,” Aiko mengelus elus pipi Min ho supaya dia bangun..
Lama Min ho masih tertidur.
“Min ho kun.. sudah jam 6 lewat,” kata
Aiko lagi
Akhirnya, mata Min ho terbuka juga
pelan-pelan....kulit wajahnya berlipat-lipat tertekan meja dan tangannya
“sudah jam 6??,” katanya pada Aiko
Aiko mengangguk,” mau kuliah??”
“iya.. harus.. hari ini ada test kecil,”
balas Min ho.. dia coba berdiri, tapi malah sedikit limbung
“kenapa, Nampyeon?? Sakit??,” malah jadi
Aiko yang panik.
“agak pusing sedikit,” balas Min ho
Aiko menyuruhnya duduk,”tekanan darahnya
harus diperiksa.. tunggu sebentar”
Aiko lalu mengambil tensimeter. Min ho
disuruhnya duduk tenang dan diperiksa.
“Aiyoo.. tekanan darahnya turun... hanya
90/80.. harus istirahat, Min ho Nampyeon.. kamu terlalu lelah,”
“aku kan harus kerja,” Min ho malah
bangun, Aiko mencegahnya. Tapi Min ho malah menepisnya sehingga Aiko hampir
saja jatuh.
Aiko berdiri, lalu marah pada Min
ho,”kenapa sih..?? kenapa rasanya tidak pernah mempertimbangkan kata-kataku??
Aku ini juga kan peduli dengan Min ho kun!”
Min ho jadi ikutan jutek dan marah,”kamu
apa gak tahu.. kalau kita harus punya uang?? Jadi..aku harus kerja kan?? Belum
lagi kuliah.. persetan dengan tekanan darah!,” . Min ho lalu keluar kamar
kerjanya dan ke kamar mandi, membanting pintu kamar mandi.
Aiko nangis,”begitu ya?? Semua harus
diselesaikan dengan cari uang??”
Dia lalu sms Myo, teman
akrabnya,”aku..berantem lagi dengan Min ho kun”
“kenapa?? Apa Min ho kun pukul kamu??”
“enggak..aku kesal dengannya.. dia sakit
tapi enggak mau dengar nasehatku,”
Min ho masih dikamar mandi. Tak berapa
lama, dia lalu keluar, cuekin Aiko.
“mau kuliah atau gak?,” kata Min ho,
datar.
“aku baru ada jam nanti, pukul 10,” jawab
Aiko
“ya sudah.. aku pergi dulu..,” Min ho
langsung keluar dari rumah susun tanpa basa basi. Dia memang sepertinya sedang
marah dengan Aiko.
Sampai di kampus pun, Min ho masih
cemberut juga. Begitu juga ketika jam selang waktu antar mata kuliah.
“oi.. jangan cemberut terus.. kenapa
lagi?,” Ichirou menepuk pundaknya dari belakang
Min ho menoleh,”kesal dengan Aiko
chan..menyebalkan”
“kenapa? Berantem lagi?,”
Min ho mengangguk,’aku sudah capek nih
kerja.. eh dia malah sepertinya sok tahu kesehatanku”
“loh..dia kan memang calon dokter... jadi
pasti lebih tahu dari kamu”
“gak gitu.. nanti kalau aku enggak kerja..
orangtuanya bisa marah lagi..”
“apa emang gitu??,” Ichirou penasaran,”trus..kamu
apakan dia?marahin??”
“iya..ku marahi..dia nangis lagi.. cengeng
banget”
“ya.. kamu juga bagusnya ngertiin dia
dong.. namanya juga kondisi psikologisnya lagi gitu.. yang dewasa dong,”
Min ho garuk kepalanya,”rasanya aku sudah
dewasa dan tanggung jawab banget deh”
“ku bilang sih.. belum banget.. aku gak
nyuruh kamu jadi cowok sempurnanya Aiko chan sih.. cuma kalau dia kasih
nasehat..ya sebaiknya di dengar juga.. gak ada salahnya”
Min ho masih garuk kepala,”iya deh.. kesal
sih tadi... aku sekarang makin padat saja.. pulang jam 1 malam, terus harus
selesaikan editan komiknya Tachibana san”
“mendingan kamu lepas salah satunya deh..
kayaknya itu bikin Aiko chan tenang,”
Min ho jadi mikir. Dia memang tadi lihat
wajah Aiko panik dan gak enak dengan tekanan darahnya yang rendah, dan sampai
dia kuliah pun, kepalanya masih sakit, mungkin karena masih rendah itu.
“aku mau pulang saja, okaasan,” keluh Aiko
menelepon ibunya
“sebaiknya kamu layani Min ho kun...tidak
boleh begitu..tidak boleh sedikit-sedikit pulang... namanya tidak menghargai
posisinya,” jawab ibunya
“kalian ribut lagi ya??,” lanjut ibunya
“iya...aku nasehati dia supaya gak memaksa
dia.. Min ho kun..setiap hari pulang lewat jam 12 malam..lalu belum lagi
kerjakan edit komik Tachibana san.. tidurnya kurang sekali, Okaasan.. pagi ini
tensi darahnya rendah.. aku bilang lebih baik istirahat, dia marah-marah,”
“bukannya dia sudah tahu.. kalau otoosan
mu akan bantu?? Lalu kenapa masih maksa??,” tanya ibunya
“Min ho kun..gengsinya masih tinggi, okaasan,”
“ya...aku mengerti,” balas
Ibunya,”tapi...kalian mestinya selesaikan dulu baik-baik masalahnya..jangan
main ingin pulang... dan...jangan gampang ribut..tidak semua harus diselesaikan
dengan ribut bukan??.”
“baik, okaasan...,”
Ibunya Aiko panjang menasehati anaknya
supaya lebih sabar dan tidak cepat emosi atau nangis.
Aiko tetap menunggu Min ho sampai tengah
malam lagi..
“aku pulang,” kata Min ho pelan, dia
benar-benar kelelahan.
Aiko berusaha menyambutnya dengan senyum.
Min ho diam saja, langsung ke kamar mandi.
Dan kembali dengan pakaian tidur, langsung naik ke tempat tidur dan berbaring.
Aiko ikutan berbaring, dia memeluk Min ho.
“aku capek,” kata Min ho, ringan,
membelakangi Aiko
Aiko melepas pelukannya, lalu dia berusaha
tidur.
Sampai lebih dari 1 minggu Min ho
mendiamkannya. Aiko tetap masak untuknya, memberikannya teh. Tapi Min ho diam
saja. Di rumah mereka, dia cuma di ruang kerja, tempat tidur, kamar mandi, lalu
pergi kuliah dan kerja.
Dalam satu minggu itu, akhirnya Aiko tidak
tahan juga dan dia menangis memeluk Myo.
“aku mau pulang saja ke rumah ibuku.. aku
gak kuat dengan kelakuan Min ho kun yang mendiamkan ku satu minggu ini, Myo
chan, huhuhuhu,” dia curhat di kost an nya Myo.
“kenapa lagi?? Berantem lagi??,” tanya Myo
Aiko mengangguk sambil masih menangis,”aku
gak tahan lagi. Aku tetap memasak untuk dia, cuci bajunya, setrika, semuanya,
tapi aku didiamkan saja. Dia cuma bilang “aku pulang” “aku pergi dulu” “aku
lapar”.. tapi aku dicuekin aja”
“apa kamu masih larang dia supaya gak
kerja capek-capek??,”
Aiko menggeleng,”terakhir obrolan panjang
ku dengan dia waktu aku periksa tekanan darahnya.. itu makanya aku bilang pada
dia, lebih baik pilih pekerjaan.. jangan semua diambil”
“lalu dia mendiamkan mu sampai sekarang??”
Aiko mengangguk,”iya..aku sedih, Myo chan,
huhuhuhu... aku ingin pulang saja.. tapi ibuku melarang aku supaya aku bisa
dewasa dan mandiri”
Myo mengusap kepala Aiko,”memang harusnya
seperti itu.. kalian mestinya dewasa menyikapi masalah.. kalau begitu, Min ho
kun juga tidak bisa mendiamkan kamu selama ini”
“aku sedih,” kata Aiko, masih memeluk Myo
“sabar ya...coba nanti malam, bicara lagi
dengan dia baik-baik,” pinta Myo
“kalau masih menolak juga... aku pulang
saja,” keluh Aiko,”aku benar-benar gak tahan lagi.. setiap pagi juga morning sickness dan sepertinya, dia gak
ngerti aku”
“kalian harus sama-sama saling mengerti
kalau sudah begini,’ kata Myo, kalem.
“oi, Min ho kun... bagaimana kabar
isterimu.. sehat??,” Ken bertanya. Cowok-cowok sedang berada di ruangan markas
mereka.
“sehat,” Min ho jawab datar, tidak
biasanya ditanya dia jawab dengan intonasi seperti itu, jadi Ken curiga.
“kamu lagi bete ya?? Sama siapa? Aiko chan??,” tanya Ken
Makoto mengangguk, setuju dengan
pertanyaan Ken.
“sama siapa lagi?,” Min ho tanya balik
“heran.. punya keluarga kok bertengkar
terus.. ingat loh.. isterimu itu sedang isi.. nanti kalau anaknya stress
bagaimana?? Bisa-bisa anak kalian autistik loh,” kata Ichirou
“sok tahu,” balas Min ho.
“kenapa sih?? Mestinya kamu yang lebih
dewasa, Min ho kun.. namanya juga lagi seperti itu,” kata Makoto
“aku sudah lebih dari dewasa,” balas Min
ho,”kurang apa lagi??”
“berapa lama sih, kalian tengkarnya??,”
tanya Ken
“satu minggu,” jawab Min ho
“eh?? Parah banget sih! Memang kamu bisa
diamkan dia selama itu?? Kalau dia sakit, gimana??,” Ken serius melihat wajah
Min ho
“bukan urusan mu, ah,” balas Min ho,”aku
sudah capek kerja, dia malah marah”
“yah.. namanya juga lagi begitu.. maunya
dimanja,” timpal Ichirou.
“yang nikah siapa sih??,” balas Min ho,
jutek.
“terserah deh.. kita sih.. cuma sebatas
kasih saran aja... kasian kalau Aiko chan didiamin begitu. Kalau dia masak buat
kamu, kasih minum, tapi kamu masih diam, tandanya kamu laki tega, Min ho kun,”
kata Ken menasehati,”nanti kalau dia kabur, kamu juga yang bakal susah”
Min ho makin manyun di judge seperti
itu.
“menyebalkan!,” keluh Min ho ketika dia
sampai di rumah.
Aiko lagi-lagi berusaha senyum di
depannya, supaya pulang Min ho tidak melihat wajahnya yang sedih atau kesal.
“Nampyeon.. hari ini kerjanya menyenangkan
kan??,” kata Aiko basa basi
“ya,” balas Min ho singkat, dia lalu pergi
ke ruang kerjanya.
Aiko memandangnya ketika dia menutup
pintu.
Lalu dia duduk di depan meja rendah,
menangis lagi.
“Okaasan.. aku mau pulang saja,” keluhnya.
Dia lalu muntah-muntah.
“Nampyeon.. tolong aku,” katanya lemas di
depan pintu kamar kerja Min ho. Tapi tidak ada jawaban dari Min ho.
Aiko lalu masuk kamar mereka, nangis lagi.
“besok.. aku mau pulang... maaf, Min ho
kun,” katanya lirih.
Pagi datang.. Min ho masih mendiamkannya juga.
Dia main ngeloyor pergi setelah makan pagi.
Aiko nangis lagi,”okaasan.. aku sudah
tidak tahan.. aku mau pulang”
Dia lalu masuk kamarnya, bawa baju dan
juga buku-buku kuliahnya. Lalu pergi dari rumah susun, ke rumahnya sendiri.
Hari berganti siang, berganti malam. Min
ho sama sekali tidak tahu kalau Aiko sudah pergi meninggalkan dia.
“tadaima,” kata Min ho ketika masuk rumah.
Awalnya dia biasa saja, dia buka sepatu,
kaus kaki, lalu duduk dan memejamkan mata.
Beberapa menit kemudian, dia sedikit bingung.
“kemana Aiko chan??,” gumamnya.
“Aiko chan!,” Min ho berdiri dan
mencarinya
“gak ada..,” katanya ketika mencari ke
kamar,”apa mengerjakan tugas bareng Myo chan...?”
Lalu dia telepon Myo. Myo bilang, dia
tidak mengerjakan tugas bersama Aiko.
Min ho sudah mulai berfikir,”kemana dia??”
Dia pun telepon Mayu-pacarnya Makoto, Mayu
bilang tidak ada di kostnya. Telepon Rin, juga bilang yang sama. Telepon
Sakura, dia juga bilang yang sama.
Min ho pusing, dia mondar mandir.
“kemana sih?? Kenapa pakai acara kabur-kaburan
segala, huh??”
Dia mencoba telepon Aiko sedari tadi, tapi
tidak diangkat.
“kemana ya?? Ah...,” Min ho makin pusing.
Dilihatnya, jam menunjukkan pukul 1 pagi.
“besok saja.. menyebalkan.. pakai acara
kabur segala!,” keluhnya dan dia pun tidur.
“kenapa kamu kabur ke sini??,” tanya Akira
pada adiknya
“aku sedih.. Min ho kun sama sekali tidak
memperhatikan nasehatku,” keluh Aiko, dia menunduk di depan ibu dan kedua
kakaknya.
“kalian benar-benar masih anak-anak..
kalau otoosan tahu, bagaimana??,” tanya Akira lagi.
“apa sih masalahnya?bukankah otoosan sudah
janji mau membantu kalian??,” lanjutnya lagi
Aiko diam. Akira meminta jawaban.
“egois nya Min ho kun itu masih ada,” kata
ibunya
“aku tahu, okaasan.. tapi kalau sudah
membuat nangis..aku juga tidak suka,” balas Akira,”sudah pernah ku tonjok kok
masih gak sadar juga...mungkin harus aku banting”
“sabar, Akira kun,” kata Kumiko, kakak
tertua.
“kamu kabur-kaburan begini.. kuliahmu bisa
terganggu bukan?? Untung ini hari minggu,” kata Kumiko.
Tak berapa lama, telepon rumah berbunyi.
Ibunya Aiko yang mengangkat.
“ibu mertua... saya Min ho,”
“ya.. ada apa??,”
“apa..Aiko chan ada disana?? Dia tidak ada
sejak kemarin”
“iya..sedang disini..,” balas
ibunya,”kalian ada masalah apa??”
“Aiko chan..sensitif sekali..,” balas Min
ho
“kalian berdua sama-sama sensitif... masih
belum dewasa,” balas ibunya
“aku ingin jemput Aiko chan,” kata Min ho
“datanglah kesini.. kita selesaikan
semuanya.. jadilah dewasa, Min ho kun,”
“baik, ibu mertua.. aku minta maaf,” balas
Min ho.
“kenapa okaasan menyuruh dia kesini?? Aku
gak mau.. aku sedang gak mau lihat wajahnya! Aku kesal dengan Min ho kun!”
“kekesalanmu tidak beralasan, Aiko chan..
kalian harus dewasa bersikap,” kata Kumiko.
“aku memperhatikan kerjanya yang begitu
capek, aku masak untuknya, cuci bajunya, setrika bajunya, khawatir tentang dia
kalau pulang malam.. tapi sama sekali ketika aku menasehatinya, dia gak
dengar.. aku capek!”
“semua dalam berumahtangga itu ada
resikonya,” kata ibunya.
Aiko diam, lalu nangis,”aku capek, okaasan..
1 minggu lebih sama sekali Min ho kun tidak menyapaku hanya karena aku
menasehati dia supaya istirahat..aku mengerti dia kerja keras mencari uang..
tapi kenapa tidak mau dengar nasehatku sedikit saja?? Aku khawatir ketika
tekanan darahnya turun..aku takut dia sakit, okaasan.. tapi sama sekali
ketakutanku tidak diperdulikan”
“sudahlah....kita tunggu dia disini..dia
harus datang untuk jemput kamu,” kata Ibunya
“aku tidak mau.. aku tidak mau kembali ke
sana kalau dia masih diamkan aku,” keluh Aiko
“kalian harus dewasa..kita selesaikan
disini semuanya,”kata Kumiko
3 jam kemudian, Min ho datang ke rumah
Aiko. Mereka berkumpul di ruang tengah.
“aku datang,” Min ho menunduk hormat. Aiko
sama sekali gak mau melihat wajahnya, malah mual-mual.
“Aiko chan kena morning sickness..seharian muntah terus dan mual...kamu tidak
tahu?,” Akira langsung menodong pertanyaan ke Min ho.
Aiko masih tidak mau melihat wajah Min ho.
“aku minta maaf.. aku kesal dengannya,”
kata Min ho.
“kenapa kalian masih seperti seperti
anak-anak??,” tanya ibunya Aiko.
Min ho diam sejenak,”aku minta maaf, ibu
mertua...tidak semestinya Aiko chan kembali ke sini”
“ada apa sebenarnya? Karena hal kecil
harus kabur kesini?,” tanya ibunya Aiko lagi
“tidak semestinya, Ibu mertua,” jawab Min
ho
“lalu??,”
“maafkan aku karena mendiamkan Aiko chan
cukup lama,” balas Min ho, menunduk hormat.
“komunikasi penting...kalian berdua
payah.. kalau kalian masih berfikir diam lama itu sebuah penyelesaian, dengan
sikap kalian seperti ini... rumahtangga kalian akan bubar hanya dalam beberapa
bulan,” kata Ibunya
Min ho menunduk hormat,”baik, ibu mertua”
“nah, Aiko chan..kamu harus pulang hari
ini juga,”
Aiko menolak,”aku tidak mau pulang,
okaasan....aku capek,”
“aku ingin memperhatikan Min ho Nampyeon
karena sudah mencarikan ku uang, tapi aku malah didiamkan,”
“sekarang Min ho sudah dihadapanmu..
kalian coba selesaikan masalah kalian di hadapan kami sekarang,” kata ibunya
Aiko lagi
“Min ho kun..silahkan bicara...jangan
sembunyikan banyak hal di hadapan kami terhadap Aiko chan,”
“aku hanya ingin bekerja, ibu mertua.. aku
memang bekerja siang dan malam.. kemarin Aiko chan memeriksaku dan dia berharap
aku enggak capek kerja.. tapi itu tidak mungkin, sebab edit komik Tachibana san
saja lumayan bonusnya dan sayang sekali kalau dilepas...lalu dengan aku bekerja
diperusahaan advertising itu..kesempatanku jadi pekerja tetap bisa datang,”
“lalu..menurutmu, Aiko chan??,” tanya
ibunya
“aku ingin Min ho Otto melepas salahsatu
pekerjaannya...aku kasihan melihat Min ho otto pulang sampai dini hari,
okaasan,” jawab Aiko.
“itu sebenarnya kemauan Aiko chan
saja..kemauanku tidak seperti itu, aku tetap ingin bekerja..aku gak mau malu di
hadapan orangtua dan mertua ku,”
“bagus sekali...saya suka...tetapi kamu
sebenarnya tidak bisa begitu saja mengabaikan nasehat anak saya...sebab dia
khawatir juga atas kesehatanmu yang katanya sudah mulai menyiksa,”
“benar, ibu mertua....saya masih bisa
tahan,”
“mana bisa begitu, Otto..kenapa gak sayang
dengan diri sendiri???,” Aiko masih ngambek
“bukan aku tidak sayang diri sendiri,Aiko
chan....aku ingin menabung untuk kelahiran anak dan ingin pulang ke seoul di
hari libur..,” bela Min ho terhadap dirinya sendiri
“kami tidak memberatkanmu, Min ho
kun...jika memang kami bisa membantumu...kami maklum dengan tingginya harga
dirimu, tetapi kami juga khawatir atas apa yang bisa menimpa diri kamu...
karena kamu sudah bagian dari keluarga kami,” kata ibunya Aiko
“tetapi, Min ho kun..dengan penjelasan
Aiko tadi pagi...kami merasa sudah cukup jelas...kalian tidak cukup kuat untuk
hubungan komunikasi..dengan saling diam, itu tidak menyelesaikan masalah,
bukan??,” lanjutnya lagi.
“Min ho Nampyeon mendiamkan aku,” keluh
Aiko lagi
“aku tidak mau dan tidak suka didiamkan
seperti itu...mana aku sedang mual dan muntah terus,” katanya lagi
“jika memang kamu masih belum dapat
berhubungan dengan psikologi kondisi Aiko chan...bisa saja dengan terpaksa dia
tinggal sementara dulu disini sampai melahirkan”
Min ho menunduk hormat,”tapi..saya takut
tidak yakin...bisa tahan”
“berarti...tidak bisa juga kalian saling
diam,”
“baik, ibu mertua,”
“dalam sebuah pernikahan, komunikasi itu
penting. Bagaimana kalian bisa tahu apa keinginan kalian masing-masing untuk
kemajuan bersama, kalau saling diam?akhirnya tidak saling memahami,” nasehat
ibunya Aiko lagi
“baik, ibu mertua”
“saya tidak membela anak saya, Min ho
kun...saya pikir, kamu sebaiknya memang melepas salah satu pekerjaan itu,
sebagai isteri, wajar saja kalau Aiko chan khawatir kamu akan sakit karena
seluruh waktumu hanya berfikir tentang kerja dan uang”
Min ho diam diceramahi ibu mertuanya.
“pikirkan baik-baik dirumah kalian, harus
bagaimana menghadapi ini....dan kami rasa, Min ho kun...tundukkan egoismu
sedikit saja,”
Min ho mencoba menuruti kata-kata ibu
mertuanya
Lalu ibunya Aiko menoleh pada
anaknya,”malam ini,kamu harus pulang...temani Min ho kun tidur”
Aiko tidak bisa berkata apa-apa lagi,
menurut juga apa kata ibunya
Dikamarnya, Aiko cemberut pada Min ho,
tapi Min ho malah bahas dengan senyum.
“jadi...kamu beneran nekat kabur? Bisa juga
ya..,” sindirnya pada Aiko
Aiko malah muntah-muntah dan lari ke kamar
mandi.
Kumiko datang,”payah juga kamu, Aiko
chan....sudah minum vitamin??”
“aku belum sempat ke dokter,” keluh Aiko
“kalian pergi lah ke dokter,” teriak
Kumiko pada Min ho
Min ho menghampiri Kumiko, dia meminta
pinjam mobil kakak iparnya tersebut
Min ho menggandeng tangan Aiko, tapi malah
ditepis,”hanase (lepaskan-red)”
Kumiko melihat itu dan tidak suka,”kamu
tidak bisa benci dengan Min ho kun”
“aku tidak tahu, kenapa aku sebal lihat wajahnya...rasanya
aku puas,” kata Aiko
“pergi saja...aku bisa pergi sendiri ke
dokter,” lanjutnya lagi
Kumiko menarik tangan Min ho, lalu
berbisik,”bawaan bayi, mestinya kamu faham,jangan sedikit-sedikit kalian ini
malah berantem”
“ya..baiklah Ane,aku mencoba faham,” balas
Min ho
Dia lalu menarik tangan Aiko,”tetap harus
ke rumah sakit walau kamu sebal dengan ku, Aiko chan....kamu dan anak kita
memang curang”
Min ho memaksanya ke Rumah sakit, padahal
Aiko teriak-teriak tidak mau seperti anak kecil, ngambek
“pokoknya aku tidak mau lihat wajah Min ho
kun!!!,” teriak Aiko di garasi
“ya...terserah kamu mau lihat wajah siapa
saja disana nanti,” balas Min ho santai
Akira heran,”apa harus begitu, okaasan??”
“ada yang seperti itu, namanya juga
perubahan hormonal,” yang membalas perkataan Akira malah Kumiko
Mereka malam itu menginap di rumah
orangtua Aiko. Mau tidur pun, Aiko tetap membelakangi Min ho.
“masih benci dengan ku ya??,” tanya Min ho
Aiko diam saja, memunggungi Min ho.
“eh???,” kata Min ho lagi.
Aiko diam saja. Min ho akhirnya ngobrol
juga,”kita memang beneran masih seperti anak-anak.. pada dasarnya aku juga
takut kalau diriku sendiri sakit, Aiko chan...nanti aku gak bisa jaga kamu. Apa
kata ibumu benar, aku mungkin mestinya melepas salahsatu pekerjaan”
“mungkin yang akan ku lepas sebagai editor
komik Tachibana san,”
Min ho lalu mencium Aiko.
Aiko mengusap pipinya,”ih....gak mau
dicium!”, katanya, kesal sekali sama Min ho.
“memang begitu ya...ngidamnya kamu???,”
Min ho marah lagi.
“kalau begitu...kita pisah saja deh!,” dia
bangun dari tempat tidur
Aiko nangis lagi, dia lalu keluar kamar,
teriak memanggil ibunya.
“cengeng sekali!!,” teriak Min ho dari
dalam kamar Aiko
Ibunya teriak,”ada apa lagi kalian???,”
Min ho menghampiri,”dia benci dengan ku”
“kamu mestinya faham, Min ho kun....kamu
harus dewasa, setiap kondisi seperti ini berbeda dan kamu gak akan ngerti
kenapa bisa begini,” kata Kumiko
“aku berusaha, tapi dia malah gak mau aku
cium dan kesal dengan ku,” balas Min ho.
“dasar lelaki...itu namanya mengidam...kamu
mestinya tahu,”ujar Kumiko, jutek.
Aiko menangis,”aku juga tidak tahu kenapa
aku jadi tidak suka Min ho kun”
Ibunya mengusap kepala anak
bungsunya,”betul begitu??”
Aiko mengangguk. Min ho garuk kepalanya,
pusing dengan perilaku pasangannya yang seperti itu.
“belajarlah untuk mengerti, Min ho
kun...memang ada yang seperti ini,” senyum ibunya Aiko.
“ya...baiklah, ibu mertua,” kata Min ho,
pelan
“jadi...aku masih akan terus kamu
punggungi kalau tidur, Aiko chan??? Sampai kapan??,” keluh Min ho malam itu di
rumah mertuanya.
Aiko diam sejenak, lalu,”aku mau es krim
pomegranate (delima-red) lagi”
Min ho tepuk dahinya,”cari dimana malam
begini, Aiko chan???aduh”
“aku gak mau tahu...aku mau itu,” jawab
Aiko dengan cemberut
“ya...baiklah..aku pinjam dulu mobilnya
Kumiko Ane,” Min ho bangun dan keluar kamar, menuju kamar Kumiko
Kumiko bukan kesal malah
tertawa,”hahahaha! Ya sudah, cari sana”, dia memberikan kunci mobilnya pada Min
ho.
Menuju garasi, Min ho manyun
banget,”menyusahkan deh”, keluhnya
Ternyata, agak lama dia mencari, hampir
satu jam, baru dapat.
“ini,” katanya menyodorkan es krim itu
pada Aiko
Sigap Aiko merebut es itu dari tangan Min
ho dan langsung menjilat-jilatnya, sekali lagi...ternyata hanya maksimal lima
jilatan.
“kenapa sih..gak dihabiskan???kan
sayang..carinya juga jauh”, keluh Min ho
“makan saja...aku gak mau lagi,” dia taruh
di atas mejanya
“iya deh,” kata Min ho, dia mengalah juga
“kok ngidam mu aneh sih??,” katanya lagi
“gak tahu,” balas Aiko ringan.
Habis makan es krim, Min ho malah mendekat
padanya, mencium nya habis-habisan.
“ih....gak mau,” Aiko berusaha menepis.
“sampai segitunya sih, benci sama aku??,”
tanya Min ho
“gak tau,” balas Aiko lagi, singkat
“aneh,” kata Min ho lagi
“biarin,” jawab Aiko
“eh..enggak ah...jangan di biarin,” Min ho
senyum iseng.
“di beginikan saja ya??,” kata Min ho
lagi, dia menggelitik pinggang Aiko
“Min ho Nampyeon, ah!!,” Aiko malah manja
sama Min ho
Min ho tertawa,”ah, hahahahaha....dasar
benci pura-pura!!”
“lagi deh ya??,” Min ho malah terus
kelitikin pinggang Aiko
“Otto!! Okaasaaan... Min ho Otto... itazura da ne!! (nakal-red),” teriak
Aiko dari dalam kamar
“itazura
nai de yo....aishiteru yo,” canda Min ho
Min ho memeluknya dari belakang di atas
tempat tidur, wajahnya ditaruh di pundak Aiko.
“eh..jangan seperti ini lagi
dong...menyebalkan deh, Aiko chan,” senyumnya
“Min ho Otto menyebalkan,”balas Aiko
“ya..aku coba mengerti deh....ya??,” balas
Min ho lagi,”aku...jangan di jutekin ya??nanti gak tahan, nanti kita bisa ribut
lagi”
“besok kita pulang ya....aku janji..kita
harus perbaiki cara komunikasi kita,”
Aiko diam.
“eh...jangan diam gitu, lihat sini,” kata
Min ho
Dia membalikkan badan Aiko, lalu dia
melipat empat jarinya yang lain,”janji loh,”
“mana jadi kelingkingmu?? Kita gak boleh
musuhan lagi”, senyum Min ho
Aiko diam, menatap Min ho.
“kenapa...masih sebal denganku??,” tanya
Min ho
Aiko mengangguk, sambil cemberut.
“ayo baikan dong,” pinta Min ho, dia lalu
memegang kelingkingnya Aiko dan dilingkarkan pada kelingkingnya.
“aku janji akan melepas salah satu
pekerjaan ini dan aku berusaha tidak egois lagi padamu, Aiko chan..aku belajar
memahami”, kata Min ho
“janji???,” kata Aiko, masih sebal juga
Min ho mengangguk,”janji...aku akan
belajar itu”
Aiko baru memeluk Min ho.
“anak kita sepertinya manja sekali,” kata
Min ho
“aku mau peluk Otto saja,” kata Aiko
“ya deh...peluk aku sepuas kamu malam
ini,” senyum Min ho,”tapi jangan cemberut lagi ya??”
Aiko mengangguk lagi. Min ho membiarkan
dirinya dipeluk Aiko
Bersambung ke part 15....