Lee Minho sebagai dokter Minho Gackt camui sebagai dokter Kamui
Sudah satu minggu Mabuchi Shin dirawat di
RS ini...
“bagaimana penentuan hasil test kanker
temanmu itu?”, tanya Kamui.
“metastasis seperti yang sudah pernah
dijelaskan sebelumnya, sensei... walau penile cancernya sebagai primary cancer,
tetapi secondary cancer nya sudah sampai 4 lymph node, tepat sesuai dengan
perkiraan saya sebelumnya”, balas Minho.
“so..pelvis juga sudah terkena?”, tanya
Kamui,balik.
Minho mengangguk,“ya, sensei... “
”jadi?”
Minho meneruskan,”jadi ya dengan terpaksa
dihilangkan penile nya, hasil dari patologist sudah ada, CT guided needle
biopsy juga..semua pas sesuai dengan test yang lalu...tampaknya metastasis agak
sedikit lambat karena perluasannya tidak seburuk yang kita bayangkan sampai ke
colon, misalnya.. lantas saya akan menghubungi Ueda sensei untuk membantu
penanganan bedah,”
“ya, bagus.. hubungi saja beliau, kalau
susah, bilang saya,” balas Kamui.
“baik, terima kasih, kamui sensei,” Minho
menunduk hormat padanya.
“ah.. kenapa aku kepikiran sekali, kalau
takut Minho sensei itu gay??,” Shiori mengetuk ketuk mejanya. Lalu Fujiwara
masuk ke ruangannya.
“hah.. hari ini agak panas ya?? Daritadi
kosong nih..agak bingung juga jadi dokter IGD,” keluhnya di tengah hari.
“aku malah disuruh jadi dokter IGD, hehe,”
balas Shiori. Dia ingat pesan ayahnya ketika menyerahkan tugas dari ayahnya ke
dokter kepala, Takahashi.
“loh.. dokter IGD itu gak ada uangnya,
hehe,” canda Fujiwara.
“Fujiwara sensei sendiri.. kalau aku boleh
tahu.. kenapa mau jadi dokter IGD??,”
“menolong orang dalam kondisi darurat itu
sebuah tantangan,” kata Fujiwara sambil nyengir kuda.
“tapi..kamu sendiri juga aneh.. kamu juga
bantu aku cepat kok di IGD,”lanjutnya lagi
“ah, hehe.. aku kan juga suka membantu
orang,” balas Shiori.
“eh.. menggosip yuk??,” pinta Fujiwara,
dia memang dokter perempuan yang lumayan gaul.
“tentang?? Waaah.. Fujiwara sensei suka
juga menggosip ya! Hahahaha,” Shiori malah tertawa keras
“ssst.. pelan-pelan ah, kamu ini,” balas
Fujiwara, cengengesan.
“lalu.. tentang apa dong??,” Shiori tanya
balik
“partner kerjamu itu.. sesama apprentice,”
balas Fujiwara
“Minho sensei?? Eh, maksud ku.. Lee
sensei??,”
Fujiwara mengangguk.
“kenapa dengan Lee sensei??,” tanya Shiori
“gossip beredar.. katanya dia dulu pacaran
sama Akimoto sensei ya.. dokter obgyn??,”
Shiori kaget,”ah.. hontou??waah.. mungkin iya,”
“loh.. kamu gak tahu??,” balas Fujiwara,
tanya balik
Shiori menggeleng,”un.. enggak.. memangnya
kenapa?? Tapi.. waktu memang kami ketemuan untuk bicara kasusnya seorang pasien
dengan fibroid myoma severe.. ya.. memang Lee sensei begitu kaku dengan Akimoto
sensei,”
“kamu benar-benar tidak tahu apa yang
pernah terjadi diantara mereka?? Mereka itu dulu pacaran, waktu Lee sensei
masih jadi dokter ko-as,” bisik Fujiwara.
“hieeh?? Beneran??,” Shiori heran
Fujiwara mengangguk.
“wah.. pantas sih... Lee sensei kemarin
sempat pucat,” Shiori mengetuk ketuk dahinya.
“nah kan... apa mungkin ya.. masih ada
rasa suka??hehehe,” balas Fujiwara
“wah.. Fujiwara sensei ini... tukang gosip
juga, xixixixi,” Shiori malah terkekeh
“makanya.. kamu pantau terus ya.. gossip
tentang Lee sensei, hehehe.. nanti kita waktu luang begini gossipin dia lagi,”
Fujiwara juga cekikikan.
“uhmm... aku malah curiga, Lee sensei ada
hubungan sama Shin mabuchi,” balas hatinya Shiori, mengingat dia melihat Minho
dipeluk Mabuchi mesra sekali, padahal mereka sama-sama lelaki.
Shiori mengerjakan tugasnya. Dia bergumam
sendiri soal hasil hipotesis yang akan dia gunakan.
Minho masuk sehabis dari mengecek
pasiennya.
“ah.. Lee sensei.. sibuk ya?,” katanya,
ramah menyapa Minho.
Minho duduk di depan mejanya, sebelah meja
Shiori.
“terima kasih ya.. sudah panggil nama
keluarga ku.. kemarin-kemarin kamu dengan pede nya panggil nama kecilku,” Minho
senyum datar, aslinya menyindir. Dalam budaya setempat, kalau masih baru kenal
sebaiknya memang kurang pantas/sopan memanggil nama kecil, lebih baik dengan
nama keluarga.
“ih.. ekspresinya begitu sekali,” kata
hatinya Shiori, dia berekspresi dengan sedikit aneh.
“sudah jadi hipotesanya, Lee senpai??,”
dia bertanya lagi dengan memanggil “senpai”
(senior)
Minho mengangguk dan menunjukkan,”ini..
kamu sendiri??”
Shiori agak cemberut,”ungg...belum..satu
lembar lagi”
Minho menyindir,”lama sekali
kerjamu...memang sibuk sekali di IGD ya??”
“terserah aku,” balas Shiori sambil lanjut
mengetik
Minho lalu berdiri,”jam 2 siang ini..
Kamui sensei pinta hasilnya,”
“ya baiklah,” balas Shiori singkat
Minho ternyata duduk lagi, dia malah
senyum,”ada yang bisa aku bantu tidak??”
Shiori malah bingung,”kan hipotesa kita
beda.. materi penelitian juga beda.. kok mau bantu aku??”
Minho malah berbalik arah, membelakangi Shiori,”ah..
ya sudah kalau gak mau dibantu..”
Dia lalu berdiri lagi,”aku harus ke
Mabuchi kun, aku permisi dulu, Fujita sensei” katanya, lalu dia keluar ruangan.
Shiori menyandarkan dirinya di kursi, lalu
cemberut,”uh... Minho kun itu.. menyebalkan.. aslinya dia seperti dokter yang
sombong dibanding yang ramah terhadapku.. tapi dengan pasien-pasiennya, dia
malah ramah sekali..menyebalkan,”gerutunya.
Kamui masuk ke dalam ruangan mereka
bertiga, Shiori buru-buru berdiri dan menunduk hormat.
“kamui sensei.. selamat pagi,”katanya
ramah pada Kamui
“wah..maaf aku terlambat masuk ruangan
ini.. tadi aku ada meeting sebentar dengan Takahashi sensei,” balas Kamui,
senyum
“ah..tidak apa, sensei.. lagipula, saya
dan Lee sensei juga baru disini,” balas Shiori
“bagaimana..tugas sudah selesai??,”
“sudah, sensei..akan segera saya print,”
“btw.. kemana Lee sensei??,”
“ah.. katanya.. ingin ke Shin san..
melihat perkembangannya,”
“oo.. baiklah.. aku masuk dulu.. lantas,
tolong bilang, selesai Lee sensei ke pasiennya itu, kita meeting,”
“baik,” Shiori menunduk hormat
“Akimoto sensei... haaah... ada apa??
Perlu bicara dengan Lee sensei??,” Shiori mendapat telepon dari Chiaki Akimoto,
bagian obgyn
“ya.. aku butuh lelaki itu..dia ada??,”
tanya chiaki
“umm..sedang di ruangan pasiennya..ada
pesan??,”
“tidak..nanti aku telepon dia lagi,” balas
Chiaki
“ne.. Fujita sensei... kamu sering bicara
dengan Lee sensei??,” tanya Chiaki
“unng... susah sekali bicara dengan dia..
hanya masalah pekerjaan, Akimoto sensei..ada apa??,”
“ah, tidak.. aku cuma tanya.. tampaknya
memang Lee sensei pendiam sedari dulu yang ku kenal,” balas Chiaki
“baiklah, Fujita sensei.. kalau dia
datang, katakan, aku butuh bantuannya.. jya
ne!,” Chiaki pun menutup teleponnya.
Kamui berbicara dengan seseorang di
telepon
“saya tidak ingin ada orang lain, termasuk
dalam kedokteran ini pun, yang akan menghalangi jalan saya menjadikan Lee
sensei sebagai pengganti saya, Akimoto sensei.. karena saya sudah anggap dia
sebagai asisten saya yang setia dan berdedikasi,”
“bagaimanapun juga, Kamui sensei sudah
mengambil orang yang salah, pernah berurusan dengan saya,”
“oh, tidak, Akimoto sensei.. bagi saya,
tidak ada hubungannya antara anda dengan dia dan anda dengan saya. Hubungan
saya dengan Lee sensei murni pekerjaan dan jika saya perhatikan seluruh
kepuasan pasien dan rekan sejawat terhadapnya, tidak ada masalah. Itu hanya
masalah anda dengan Lee sensei. Saya tetap berpegang dengan prestasinya di
Yutaka ini.. bukan waktu di Kenzai.. bagi saya, Kenzai adalah Kenzai.. Yutaka
adalah Yutaka.. saya tidak bisa membawa masalah Kenzai ke Yutaka, begitu juga sebaliknya.
Anak anda pun sekarang ada di Yutaka.. jika, maaf, saya mengatakan hal kasar,
saya pun bisa menggeser anak anda dari Yutaka,”balas Kamui dengan suara santai
tetapi mimik agak dingin.
Sementara, orang yang bernama Akimoto dari
jauh itu terkesan sangat tertohok dengan perkataan Kamui padanya.
“Jika proyek ini gagal, maka kesalahan
bisa saja terjadi pada Lee sensei,” jawab Akimoto lagi
“kesalahan ada di tangan saya, karena
sayalah pemimpin proyek ini.. dan.. ada satu lagi,”
“siapa itu?”
“Fujita Shiori... anak dari Fujita
Daisuke,” balas Kamui dengan suara masih agak dingin
“Fujita daisuke?? Pemimpin kepala Rumah
Sakit dan Persatuan Kedokteran di Hokkaido?”
Kamui mengiyakan, “dia juga dilibatkan
dalam proyek ini”
Sepertinya orang yang bernama Takeo Akimoto
itu agak kecut ketika mendengar nama Daisuke Fujita.
“Jika memang masih ada yang perlu kita
bahas selanjutnya, mari kita bahas,” kata Kamui
“tentang perusahaan silver dan gold mana
yang akan kita pakai..saya sudah menghubungi beberapa, sampai pada mereka
sanggup untuk menggunakan teknologi nya berupa gel atau bahkan liquid dan juga
pil,” kata Akimoto
“karena besok baru kita akan membahas
tentang sampel dan segala metodenya, jadi kita pikirkan saja besok. Jika memang
Akimoto sensei sudah mendapatkan perusahaan, di keep saja dulu..lagipula..
penelitian ini kami kerjakan juga baru sebatas metodologi, belum sampai pada
hasil penelitian..apalagi produksi massal obat kemoterapi,” balas Kamui
Tampaknya Kamui kurang suka dengan
tindakan Akimoto yang main serobot soal tender yang akan didahului dengan
penelitian.
“saya sudah mencoba mengontak beberapa
perusahaan farmasi besar untuk penelitian kita, Kamui sensei.. dan berharap,
kita akan dapatkan obat yang cukup untuk keuntungan rumah sakit,” kata Akimoto
lagi
Kamui bukan orang yang betah berlama-lama
bicara tentang uang dan uang terus diotaknya, dia sudah mulai malas dan ego nya
kembali muncul.
“bukankah kita baru akan mengadakan
penelitian?? Bukankah baru ada satu di negeri ini?? Setahu saya, dalam sebuah
usaha farmasi setidaknya sebaiknya ada beberapa percobaan penelitian dengan in
vitro, in vivo, hewan dan manusia. Bahkan saya belum memastikan, siapa-siapa
saja yang akan menjadi relawan dalam penelitian ini.. karena bagaimanapun, kita
sebaiknya bekerjasama dengan para pasien yang sudah rela untuk kita obati
dengan cara sesuai penelitian ini,” balas Kamui
“itu gampang, Kamui sensei..tanpa mereka
tahu pun, kita bisa saja cobakan mereka,” balas Akimoto santai
Kamui rasanya tidak heran dengan tingkah
laku beberapa dokter maruk (serakah-red) yang setipe dengan Akimoto atau
beberapa yang lain di belahan bumi negara itu. Tapi dia tahu juga, bahwa Minho
bukan tipe dokter yang haus kekuasaan karena gencatan dari Akimoto juga sewaktu
di Kanzei University, bahkan asistennya itu termasuk dibuang, walau hanya
karena masalah cinta.
Egoisme Kamui bagaimanapun sebagai atasan Minho
muncul, dia tidak suka bawahan/asuhannya akan kena masalah walau dia tahu Minho
bukan tipikal dokter yang mencari masalah dengan rekan sejawat yang lain.
“tampaknya kita sudah berjalan cukup jauh
untuk persoalan ini, Akimoto sensei, sementara kami team peneliti masih mencari
jalan untuk membuat proposal. Takahashi sensei lah yang akan jadi penentu,
karena beliau kepala RS Yutaka ini, bukan saya, walau saya ketua tim dan saya
mempercayakan riset ini kepada asisten saya, Lee sensei.”
“baiklah, Kamui sensei..kami tunggu kabar
berikutnya,”
Kamui senyum,”tentu saja.. selepas
pembicaraan ini, kami akan meeting dengan Takahashi sensei”
Akimoto pun menutup teleponnya. Kamui
menggerutu,”dasar sistem baji-ngan.. selalu ada orang rakus dimanapun”
Dia lalu melirik jam tangannya, tak
terasa, sudah jam 12, saatnya beristirahat.
Dia lalu keluar ruangan, dilihatnya
asisten dan titipan rekannya sedang diskusi.
“kalian..sudah makan siang??,” tanya
Kamui, ramah
Minho dan Shiori berdiri dan menunduk
hormat,”belum, Kamui sensei”
“ayo makan siang bersamaku...ada yang
ingin aku bicarakan terbuka dengan kalian,” Kamui melepas jaketnya lalu mereka
keluar ruangan, menuju kantin.
Di kantin.. Kamui sengaja memilih duduk
yang agak ke pojok untuk mereka bertiga
“ada rahasia..atau..kita bicarakan saja
nanti malam di kafe??,” bisik Kamui pada kedua bawahannya
“apa..hal yang sangat genting, Sensei??,”
tanya Minho
“ya..begitulah.. tapi aku merasa kurang
nyaman, seperti banyak mata-mata disini..sementara kita tidak bisa begitu saja
meninggalkan pekerjaan,” jawab Kamui
“umm.. kita ke kafe saja nanti
malam..bagaimana??,” tanya Shiori.
“ini juga ada hubungannya dengan mu, Fujita
sensei..,” kata Kamui lagi,”tapi yang lebih parah akan dengan Lee sensei,”
Minho jadi berfikir, tapi Kamui mencoba
menenangkannya,”tenang saja, Lee sensei.. aku kan penanggung jawabmu”
“terima kasih, Kamui sensei,” jawab Minho
datar
“umm..ada apa sebenarnya ya??,” tanya
hatinya Shiori
“ini makanan kalian..selamat makan.. maaf
lama menunggu,” kata pelayan kantin RS.
Mereka lalu bicara sambil makan. Tapi
Kamui mengalihkan pada catatan para pasiennya yang ditangani oleh Minho. Dia
ingin membahas masalah telepon Akimoto nanti saja malam saat di kafe.
“saya masih menangani masalah Yamagata
Sakura, Kamui sensei.. Akimoto sensei ingin saya menyelesaikan kasusnya.. bedah
uterin,” balas Minho
“Akimoto sensei, dokter yang bisa diajak
kerjasama.. kamu harus bekerja baik dengannya, Lee sensei,” balas Kamui
“eh, tapi.. kenapa waktu Lee sensei
bertemu dengan Akimoto sensei..seperti orang yang sakit??,” heran Shiori
“ah..apa iya.. kamu sedang sakit, Lee
sensei??,” tanya Kamui
“ah..tidak, Kamui sensei..tapi saya memang
sedang sedikit lelah,” balas Minho
“uh.. cewek ini.. sok mau tahu urusan
orang,” keluh hatinya Minho.
Kamui malah bercanda,”ah hahahaha..
mungkin Lee sensei terpesona dengan kecantikannya Akimoto sensei, hahahaha,”
Shiori jadi ikutan tertawa,”iya, mungkin,
hahahaha... aku dan Chiaki sensei memang sudah akrab daridulu, Kamui sensei..
itu makanya, aku berani memanggilnya dengan sebutan nama kecil, hehehehe”
“wah.. kamu apa tahu banyak orang-orang
disini, Fujita san??,” tanya Kamui
“tidak banyak, hanya chiaki Akimoto, kamui
sensei.. kebetulan kita pernah bertemu disebuah seminar di hokkaido,” senyum Shiori
“oh..menyenangkan sekali.. dia sebenarnya
lulusan dari Kenzai University, bahkan seorang dosen pendidik, tapi dia pindah
ke sini.. dia ingin lepas dari pengaruh ayahnya, Takeo Akimoto”, balas Kamui
lagi
Minho diam saja, asik menikmati makan siangnya.
“chiaki Akimoto itu termasuk dokter
perempuan muda yang hebat..dia suka menabrak sistem,” kata Kamui lagi
“apa memang Chiaki kun yang dikatakan
Fujiwara sensei.. Chiaki Akimoto ini.. yang disukai Minho kun??,” kata Shiori
dalam hatinya.
“oi, Lee sensei.. kamu masih membawa motor
atau tidak nanti??,” tanya Kamui
“masih, sensei.. saya tidak punya
kendaraan lain,” balas Minho.
“tinggalkan saja motormu..naik mobilku
kita nanti malam ke kafe..ini penting bahasannya.. ,”
“tapi sehabis ini.. kita jam 3 ada meeting
dengan Takahashi sensei dan beberapa dokter lainnya... sudah kalian siapkan
kan.. metodologi dan hipotesa??”
“sudah, sensei,” balas Minho dan Shiori
“bagus..aku ingin menghajar seseorang di
penelitian ini,” canda Kamui
“eh?? Aku suka Kamui sensei, hehehe,” Shiori
malah membalas candaan Kamui.
“nah.. kamu juga suka dengan ku kan?? Aku
ini lelaki yang sebenarnya tidak terlalu suka banyak birokrasi ribet,
sepertinya juga kamu perempuan seperti itu, hehe,” Kamui malah bercanda dengan Shiori
“yah..tidak apa Kamui sensei...kadang aku
sendiri malas kalau terlalu kaku dalam dunia kita ini,” kata Shiori
“begitu juga aku.. maka, lewat penelitian
ini kita hajar sesama dokter yang tidak suka dengan tindakan kita,” Kamui
setengah berbisik kepada kedua asuhannya itu.
Minho malah jadi agak ngeper dengan
perkataan Kamui barusan dan itu dibaca Kamui.
“kenapa, Lee sensei?? Takut dengan
birokrasi??,” tanya Kamui, kalem.
“ah..tidak, Kamui sensei,” elak Minho.
“oo.. lalu..kapan rencana Ueda sensei mau
membantumu membedah temanmu itu??,”
“minggu depan, sensei... saya sudah
hubungi beliau,” balas Minho.
“segera laksanakan..tapi sebenarnya..aku
menginginkan temanmu menjadi volunteer kita..,” balas Kamui
Minho gak kaget dengan hal seperti itu.
Para dokter gak akan kaget kalau bisa saja orang terrdekat atau orang yang
mereka kenal dijadikan sasaran untuk jadi sukarelawan.
“kalau begitu..kita harus laksanakan
secepatnya untuk proposal, sensei,” balas Minho.
“ya..kita harus segera meeting,” balas
Kamui
Ruang meeting...
“jadi.. kita akan lakukan penelitian
dengan 3 metode dengan sampel masing-masing pada 3 dosis yang berbeda, kecuali
plasebo,” kata Minho
“untuk penelitian yang dilakukan oleh saya
dan dua orang rekan, kami akan mengadakan untuk nano teknologi dengan gold dan
silver dengan metode cairan kemoterapi berupa injeksi dan juga dengan pil satu
seri dalam waktu 3 minggu dibandingkan dengan plasebo. Sementara nanti akan
ditambah dengan makanan anti oksidan tinggi, baik resipien dengan plasebo,
silver atau gold selama masa percobaan. Sementara yang akan dilakukan oleh Fujita
sensei hanya keterlibatan makanan sebagai bagian dari terapi, tanpa nano
teknologi dibandingkan dengan plasebo. Jadi, kemoterapi berdasarkan makanan
saja,” kata Minho lagi
Takahashi memperhatikan semua penjabaran Minho
tentang metode mereka sampai selesai.
“Penelitian kalian memang benar-benar akan
menghantam obat kemoterapi yang sebenarnya yang akan biasa kita pakai. Jadi
saya usulkan menjadi empat sampel, cobalah obat kemoterapi dan kita kecilkan
sampelnya, misalnya hanya pada pasien ca pulmo atau mamae saja,” kata
Takahashi.
“jika memang harus dengan perbandingan
obat kemoterapi sekarang, saya lebih setuju dengan Ca mamae,” jawab Kamui.
“Ca mamae? Baiklah.. daridata nasional,
ada dua kanker yang masih jadi momok negara ini: ca mamae dan Ca colon,” jawab Minho
“jadi.. kita ambil yang mana, Kamui
sensei??,” tanya Takahashi
“umm,” Kamui berfikir,”Ca mamae hanya pada
wanita, sedangkan Ca colon bisa terjadi pada pria dan wanita,”
“prevalensi ada disini, Kamui sensei,”
Takahashi membuka data nasional
“hampir seimbang, kita tidak bisa
menafikkan keduannya mengancam jiwa,” balas Kamui
“saya lebih setuju dengan Ca colon,”
lanjutnya
“jawaban kalian..Fujita sensei? Lee
sensei??,” tanya Takahashi
“saya ikuti Kamui sensei,” jawab Minho.
“saya juga,” jawab Shiori
“deal.. Ca colon..saya setuju dengan semua
paparan Lee sensei... penghitungan dana bisa dimulai hari ini.. sponsor
perusahaan farmasi sudah siap,” balas Takahashi
“apa..berhubungan dengan Takeo Akimoto??,”
tanya Kamui
“tidak.. saya punya channel sendiri dari
amerika,” balas Takahashi
“kalau begitu.. saya mohon Lee sensei dan Fujita
sensei keluar ruangan dahulu sebentar, ada yang akan saya bicarakan dengan
Takahashi sensei dan rekan disini,” kata Kamui.
Minho dan Shiori spontan berdiri dan
pamit.
“sepertinya mereka serius sekali ya, Lee
sensei??,” kata Shiori di lorong setelah keluar dari ruang meeting
Minho mengangguk saja, dia tetap jalan
lurus.
“cowok ini.. menyebalkan sekali.. terlalu
pendiam, huff,” keluh Shiori dalam hatinya.
Lalu,”ne.. Lee sensei.. sehabis
ini..berarti kita harus buat anggaran keseluruhan.. mau berbagi.. atau kita
kerjakan bersama??,” tanya Shiori lagi
Minho diam sejenak, tampaknya dia sedang
berfikir.
“Lee sensei??,” tanya Shiori
Minho menoleh,”ya?? Sorry... kita kerjakan
bersama saja.. okay??,”
“ya..baiklah.. kapan??,” tanya Shiori lagi
“sehabis ini.. jam empat..aku harus ada
kunjungan kembali dengan Yamagata san.. pasien fibroid itu,” jawab Minho.
“baiklah.. selepas jam 4 sore kita ketemu
lagi,” balas Shiori
“okay,” balas Minho. Dia langsung menuju department
obgyn.
Di ruang Chiaki Akimoto, bagian Obgyn..
“Akimoto sensei, selamat sore,” Minho
masuk ruangan chiaki, menunduk hormat
“wah...maaf ya, Lee sensei..saya butuh
kamu sekali sore ini.. keluarga Yamagata Sakura akan datang sore ini untuk
keputusan operasi atau tidak, bersama kekasihnya,” jawab Chiaki
“ya, sensei..tidak mengapa,” balas Minho
agak terbata.
“kita akan menunggu sebentar lagi
disini..mungkin sekitar 5 menit lagi mereka akan sampai,” senyum chiaki.
Minho mengangguk, dia malah jadi terkesan
salah tingkah.
“akhir akhir ini..saya melihat dirimu
seperti ada masalah, Minho kun,” tiba-tiba chiaki memanggil Minho dengan
panggilan akrab.
“ah..tidak apa, Chiaki chan,” Minho malah
lebih berani memanggil dengan sebutan “chan”.
“apa..kamu masih berfikir tentang masa
lalu kita 5 tahun yang lalu??,” chiaki tersenyum pada Minho yang duduk di
depannya.
Minho malah jadi makin kaku saja.
“ah..enggak,” Minho menjawab kaku lagi.
“sekarang kita sama-sama lagi ya?? Aku
enggak nyangka..,” kata chiaki.
“iya,” balas Minho singkat.
“ayahku sepertinya masih dendam
kepadamu..walau aku sudah menikah dengan oranglain,”
“hubungan kita dimasa itu..semua salahku,”
jawab Minho, dia merasa bersalah. Perkataannya datar dan menyesal.
Chiaki malah senyum,”ah..aku merasa kamu
tidak salah.. keluargaku keras. Mereka menganggap kamu bukan apa-apanya mereka.
Tapi..aku perempuan..di negeri ini masih ada perjodohan..dalam bentuk apapun,”
Suami Chiaki adalah direktur sebuah
perusahaan farmasi besar di Tokyo.
“kehidupanmu...bagaimana sekarang, Minho
kun?? Apa kamu sudah punya pendamping??,” lanjut chiaki lagi
Minho menggeleng saja.
Chiaki senyum padanya,”rasanya.. kamu
tidak bisa lupakan aku ya?? Padahal aku dan keluarga ku menyakitimu”
“begitulah.. rasanya..aku memang sulit
melupakanmu, chiaki chan,” balas Minho.
“ah..beginilah hidup..sepintar-pintarnya
aku..aku tidak bisa menentukan jalan hidupku sendiri,” kata Chiaki. Dia melipat
kedua tangannya.
“tapi..kamu pastinya bahagia dengan
keluarga barumu sekarang,” kata Minho.
“begitukah menurutmu??,” senyum chiaki.
Dia malah mendekatkan wajahnya tepat di depan Minho.
Minho agak sedikit kaget, dia agak
menjauhkan wajahnya dari chiaki.
“kenapa.. takut??,” tanya chaki
“tidak.. aku tidak ingin ada apa-apa
lagi,” balas Minho, gugup.
Chiaki duduk lagi,”ya..aku tahu..kita
sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.. maafkan aku”
“tapi jujur saja..sebenarnya aku masih
cinta sama kamu, Minho kun,” lanjutnya lagi.
Minho diam saja. Akhirnya mereka jadi
diam-diaman.
Lalu telepon berdering di ruangan chiaki
“oh.. baiklah.. ya.. suruh saja mereka
masuk.. kami sudah menunggu,” kata Chiaki
“keluarga pasien sudah datang,” katanya pada
Minho
Tak berapa lama, mereka pun masuk
Bersambung....