This is me....

Sabtu, April 12, 2014

Doctor's Heart (part 8 : Cinta Masa Lalu Lee Sensei)

Lee Minho sebagai dokter Minho                Gackt camui sebagai dokter Kamui

Sudah satu minggu Mabuchi Shin dirawat di RS ini...
“bagaimana penentuan hasil test kanker temanmu itu?”, tanya Kamui.
“metastasis seperti yang sudah pernah dijelaskan sebelumnya, sensei... walau penile cancernya sebagai primary cancer, tetapi secondary cancer nya sudah sampai 4 lymph node, tepat sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya”, balas Minho.
“so..pelvis juga sudah terkena?”, tanya Kamui,balik.
Minho mengangguk,“ya, sensei... “

”jadi?”
Minho meneruskan,”jadi ya dengan terpaksa dihilangkan penile nya, hasil dari patologist sudah ada, CT guided needle biopsy juga..semua pas sesuai dengan test yang lalu...tampaknya metastasis agak sedikit lambat karena perluasannya tidak seburuk yang kita bayangkan sampai ke colon, misalnya.. lantas saya akan menghubungi Ueda sensei untuk membantu penanganan bedah,”
“ya, bagus.. hubungi saja beliau, kalau susah, bilang saya,” balas Kamui.
“baik, terima kasih, kamui sensei,” Minho menunduk hormat padanya.

“ah.. kenapa aku kepikiran sekali, kalau takut Minho sensei itu gay??,” Shiori mengetuk ketuk mejanya. Lalu Fujiwara masuk ke ruangannya.
“hah.. hari ini agak panas ya?? Daritadi kosong nih..agak bingung juga jadi dokter IGD,” keluhnya di tengah hari.
“aku malah disuruh jadi dokter IGD, hehe,” balas Shiori. Dia ingat pesan ayahnya ketika menyerahkan tugas dari ayahnya ke dokter kepala, Takahashi.
“loh.. dokter IGD itu gak ada uangnya, hehe,” canda Fujiwara.
“Fujiwara sensei sendiri.. kalau aku boleh tahu.. kenapa mau jadi dokter IGD??,”
“menolong orang dalam kondisi darurat itu sebuah tantangan,” kata Fujiwara sambil nyengir kuda.
“tapi..kamu sendiri juga aneh.. kamu juga bantu aku cepat kok di IGD,”lanjutnya lagi
“ah, hehe.. aku kan juga suka membantu orang,” balas Shiori.
“eh.. menggosip yuk??,” pinta Fujiwara, dia memang dokter perempuan yang lumayan gaul.
“tentang?? Waaah.. Fujiwara sensei suka juga menggosip ya! Hahahaha,” Shiori malah tertawa keras
“ssst.. pelan-pelan ah, kamu ini,” balas Fujiwara, cengengesan.
“lalu.. tentang apa dong??,” Shiori tanya balik
“partner kerjamu itu.. sesama apprentice,” balas Fujiwara
“Minho sensei?? Eh, maksud ku.. Lee sensei??,”
Fujiwara mengangguk.
“kenapa dengan Lee sensei??,” tanya Shiori
“gossip beredar.. katanya dia dulu pacaran sama Akimoto sensei ya.. dokter obgyn??,”
Shiori kaget,”ah.. hontou??waah.. mungkin iya,”
“loh.. kamu gak tahu??,” balas Fujiwara, tanya balik
Shiori menggeleng,”un.. enggak.. memangnya kenapa?? Tapi.. waktu memang kami ketemuan untuk bicara kasusnya seorang pasien dengan fibroid myoma severe.. ya.. memang Lee sensei begitu kaku dengan Akimoto sensei,”
“kamu benar-benar tidak tahu apa yang pernah terjadi diantara mereka?? Mereka itu dulu pacaran, waktu Lee sensei masih jadi dokter ko-as,” bisik Fujiwara.
“hieeh?? Beneran??,” Shiori heran
Fujiwara mengangguk.
“wah.. pantas sih... Lee sensei kemarin sempat pucat,” Shiori mengetuk ketuk dahinya.
“nah kan... apa mungkin ya.. masih ada rasa suka??hehehe,” balas Fujiwara
“wah.. Fujiwara sensei ini... tukang gosip juga, xixixixi,” Shiori malah terkekeh
“makanya.. kamu pantau terus ya.. gossip tentang Lee sensei, hehehe.. nanti kita waktu luang begini gossipin dia lagi,” Fujiwara juga cekikikan.
“uhmm... aku malah curiga, Lee sensei ada hubungan sama Shin mabuchi,” balas hatinya Shiori, mengingat dia melihat Minho dipeluk Mabuchi mesra sekali, padahal mereka sama-sama lelaki.

Shiori mengerjakan tugasnya. Dia bergumam sendiri soal hasil hipotesis yang akan dia gunakan.
Minho masuk sehabis dari mengecek pasiennya.
“ah.. Lee sensei.. sibuk ya?,” katanya, ramah menyapa Minho.
Minho duduk di depan mejanya, sebelah meja Shiori.
“terima kasih ya.. sudah panggil nama keluarga ku.. kemarin-kemarin kamu dengan pede nya panggil nama kecilku,” Minho senyum datar, aslinya menyindir. Dalam budaya setempat, kalau masih baru kenal sebaiknya memang kurang pantas/sopan memanggil nama kecil, lebih baik dengan nama keluarga.
“ih.. ekspresinya begitu sekali,” kata hatinya Shiori, dia berekspresi dengan sedikit aneh.
“sudah jadi hipotesanya, Lee senpai??,” dia bertanya lagi dengan memanggil “senpai” (senior)
Minho mengangguk dan menunjukkan,”ini.. kamu sendiri??”
Shiori agak cemberut,”ungg...belum..satu lembar lagi”
Minho menyindir,”lama sekali kerjamu...memang sibuk sekali di IGD ya??”
“terserah aku,” balas Shiori sambil lanjut mengetik
Minho lalu berdiri,”jam 2 siang ini.. Kamui sensei pinta hasilnya,”
“ya baiklah,” balas Shiori singkat
Minho ternyata duduk lagi, dia malah senyum,”ada yang bisa aku bantu tidak??”
Shiori malah bingung,”kan hipotesa kita beda.. materi penelitian juga beda.. kok mau bantu aku??”
Minho malah berbalik arah, membelakangi Shiori,”ah.. ya sudah kalau gak mau dibantu..”
Dia lalu berdiri lagi,”aku harus ke Mabuchi kun, aku permisi dulu, Fujita sensei” katanya, lalu dia keluar ruangan.
Shiori menyandarkan dirinya di kursi, lalu cemberut,”uh... Minho kun itu.. menyebalkan.. aslinya dia seperti dokter yang sombong dibanding yang ramah terhadapku.. tapi dengan pasien-pasiennya, dia malah ramah sekali..menyebalkan,”gerutunya.

Kamui masuk ke dalam ruangan mereka bertiga, Shiori buru-buru berdiri dan menunduk hormat.
“kamui sensei.. selamat pagi,”katanya ramah pada Kamui
“wah..maaf aku terlambat masuk ruangan ini.. tadi aku ada meeting sebentar dengan Takahashi sensei,” balas Kamui, senyum
“ah..tidak apa, sensei.. lagipula, saya dan Lee sensei juga baru disini,” balas Shiori
“bagaimana..tugas sudah selesai??,”
“sudah, sensei..akan segera saya print,”
“btw.. kemana Lee sensei??,”
“ah.. katanya.. ingin ke Shin san.. melihat perkembangannya,”
“oo.. baiklah.. aku masuk dulu.. lantas, tolong bilang, selesai Lee sensei ke pasiennya itu, kita meeting,”
“baik,” Shiori menunduk hormat

“Akimoto sensei... haaah... ada apa?? Perlu bicara dengan Lee sensei??,” Shiori mendapat telepon dari Chiaki Akimoto, bagian obgyn
“ya.. aku butuh lelaki itu..dia ada??,” tanya chiaki
“umm..sedang di ruangan pasiennya..ada pesan??,”
“tidak..nanti aku telepon dia lagi,” balas Chiaki
“ne.. Fujita sensei... kamu sering bicara dengan Lee sensei??,” tanya Chiaki
“unng... susah sekali bicara dengan dia.. hanya masalah pekerjaan, Akimoto sensei..ada apa??,”
“ah, tidak.. aku cuma tanya.. tampaknya memang Lee sensei pendiam sedari dulu yang ku kenal,” balas Chiaki
“baiklah, Fujita sensei.. kalau dia datang, katakan, aku butuh bantuannya.. jya ne!,” Chiaki pun menutup teleponnya.

Kamui berbicara dengan seseorang di telepon
“saya tidak ingin ada orang lain, termasuk dalam kedokteran ini pun, yang akan menghalangi jalan saya menjadikan Lee sensei sebagai pengganti saya, Akimoto sensei.. karena saya sudah anggap dia sebagai asisten saya yang setia dan berdedikasi,”
“bagaimanapun juga, Kamui sensei sudah mengambil orang yang salah, pernah berurusan dengan saya,”
“oh, tidak, Akimoto sensei.. bagi saya, tidak ada hubungannya antara anda dengan dia dan anda dengan saya. Hubungan saya dengan Lee sensei murni pekerjaan dan jika saya perhatikan seluruh kepuasan pasien dan rekan sejawat terhadapnya, tidak ada masalah. Itu hanya masalah anda dengan Lee sensei. Saya tetap berpegang dengan prestasinya di Yutaka ini.. bukan waktu di Kenzai.. bagi saya, Kenzai adalah Kenzai.. Yutaka adalah Yutaka.. saya tidak bisa membawa masalah Kenzai ke Yutaka, begitu juga sebaliknya. Anak anda pun sekarang ada di Yutaka.. jika, maaf, saya mengatakan hal kasar, saya pun bisa menggeser anak anda dari Yutaka,”balas Kamui dengan suara santai tetapi mimik agak dingin.
Sementara, orang yang bernama Akimoto dari jauh itu terkesan sangat tertohok dengan perkataan Kamui padanya.
“Jika proyek ini gagal, maka kesalahan bisa saja terjadi pada Lee sensei,” jawab Akimoto lagi
“kesalahan ada di tangan saya, karena sayalah pemimpin proyek ini.. dan.. ada satu lagi,”
“siapa itu?”
“Fujita Shiori... anak dari Fujita Daisuke,” balas Kamui dengan suara masih agak dingin
“Fujita daisuke?? Pemimpin kepala Rumah Sakit dan Persatuan Kedokteran di Hokkaido?”
Kamui mengiyakan, “dia juga dilibatkan dalam proyek ini”
Sepertinya orang yang bernama Takeo Akimoto itu agak kecut ketika mendengar nama Daisuke Fujita.

“Jika memang masih ada yang perlu kita bahas selanjutnya, mari kita bahas,” kata Kamui
“tentang perusahaan silver dan gold mana yang akan kita pakai..saya sudah menghubungi beberapa, sampai pada mereka sanggup untuk menggunakan teknologi nya berupa gel atau bahkan liquid dan juga pil,” kata Akimoto
“karena besok baru kita akan membahas tentang sampel dan segala metodenya, jadi kita pikirkan saja besok. Jika memang Akimoto sensei sudah mendapatkan perusahaan, di keep saja dulu..lagipula.. penelitian ini kami kerjakan juga baru sebatas metodologi, belum sampai pada hasil penelitian..apalagi produksi massal obat kemoterapi,” balas Kamui
Tampaknya Kamui kurang suka dengan tindakan Akimoto yang main serobot soal tender yang akan didahului dengan penelitian.
“saya sudah mencoba mengontak beberapa perusahaan farmasi besar untuk penelitian kita, Kamui sensei.. dan berharap, kita akan dapatkan obat yang cukup untuk keuntungan rumah sakit,” kata Akimoto lagi
Kamui bukan orang yang betah berlama-lama bicara tentang uang dan uang terus diotaknya, dia sudah mulai malas dan ego nya kembali muncul.

“bukankah kita baru akan mengadakan penelitian?? Bukankah baru ada satu di negeri ini?? Setahu saya, dalam sebuah usaha farmasi setidaknya sebaiknya ada beberapa percobaan penelitian dengan in vitro, in vivo, hewan dan manusia. Bahkan saya belum memastikan, siapa-siapa saja yang akan menjadi relawan dalam penelitian ini.. karena bagaimanapun, kita sebaiknya bekerjasama dengan para pasien yang sudah rela untuk kita obati dengan cara sesuai penelitian ini,” balas Kamui
“itu gampang, Kamui sensei..tanpa mereka tahu pun, kita bisa saja cobakan mereka,” balas Akimoto santai
Kamui rasanya tidak heran dengan tingkah laku beberapa dokter maruk (serakah-red) yang setipe dengan Akimoto atau beberapa yang lain di belahan bumi negara itu. Tapi dia tahu juga, bahwa Minho bukan tipe dokter yang haus kekuasaan karena gencatan dari Akimoto juga sewaktu di Kanzei University, bahkan asistennya itu termasuk dibuang, walau hanya karena masalah cinta.
Egoisme Kamui bagaimanapun sebagai atasan Minho muncul, dia tidak suka bawahan/asuhannya akan kena masalah walau dia tahu Minho bukan tipikal dokter yang mencari masalah dengan rekan sejawat yang lain.
“tampaknya kita sudah berjalan cukup jauh untuk persoalan ini, Akimoto sensei, sementara kami team peneliti masih mencari jalan untuk membuat proposal. Takahashi sensei lah yang akan jadi penentu, karena beliau kepala RS Yutaka ini, bukan saya, walau saya ketua tim dan saya mempercayakan riset ini kepada asisten saya, Lee sensei.”
“baiklah, Kamui sensei..kami tunggu kabar berikutnya,”
Kamui senyum,”tentu saja.. selepas pembicaraan ini, kami akan meeting dengan Takahashi sensei”
Akimoto pun menutup teleponnya. Kamui menggerutu,”dasar sistem baji-ngan.. selalu ada orang rakus dimanapun”

Dia lalu melirik jam tangannya, tak terasa, sudah jam 12, saatnya beristirahat.
Dia lalu keluar ruangan, dilihatnya asisten dan titipan rekannya sedang diskusi.
“kalian..sudah makan siang??,” tanya Kamui, ramah
Minho dan Shiori berdiri dan menunduk hormat,”belum, Kamui sensei”
“ayo makan siang bersamaku...ada yang ingin aku bicarakan terbuka dengan kalian,” Kamui melepas jaketnya lalu mereka keluar ruangan, menuju kantin.

Di kantin.. Kamui sengaja memilih duduk yang agak ke pojok untuk mereka bertiga
“ada rahasia..atau..kita bicarakan saja nanti malam di kafe??,” bisik Kamui pada kedua bawahannya
“apa..hal yang sangat genting, Sensei??,” tanya Minho
“ya..begitulah.. tapi aku merasa kurang nyaman, seperti banyak mata-mata disini..sementara kita tidak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan,” jawab Kamui
“umm.. kita ke kafe saja nanti malam..bagaimana??,” tanya Shiori.
“ini juga ada hubungannya dengan mu, Fujita sensei..,” kata Kamui lagi,”tapi yang lebih parah akan dengan Lee sensei,”
Minho jadi berfikir, tapi Kamui mencoba menenangkannya,”tenang saja, Lee sensei.. aku kan penanggung jawabmu”
“terima kasih, Kamui sensei,” jawab Minho datar
“umm..ada apa sebenarnya ya??,” tanya hatinya Shiori

“ini makanan kalian..selamat makan.. maaf lama menunggu,” kata pelayan kantin RS.
Mereka lalu bicara sambil makan. Tapi Kamui mengalihkan pada catatan para pasiennya yang ditangani oleh Minho. Dia ingin membahas masalah telepon Akimoto nanti saja malam saat di kafe.
“saya masih menangani masalah Yamagata Sakura, Kamui sensei.. Akimoto sensei ingin saya menyelesaikan kasusnya.. bedah uterin,” balas Minho
“Akimoto sensei, dokter yang bisa diajak kerjasama.. kamu harus bekerja baik dengannya, Lee sensei,” balas Kamui
“eh, tapi.. kenapa waktu Lee sensei bertemu dengan Akimoto sensei..seperti orang yang sakit??,” heran Shiori
“ah..apa iya.. kamu sedang sakit, Lee sensei??,” tanya Kamui
“ah..tidak, Kamui sensei..tapi saya memang sedang sedikit lelah,” balas Minho
“uh.. cewek ini.. sok mau tahu urusan orang,” keluh hatinya Minho.
Kamui malah bercanda,”ah hahahaha.. mungkin Lee sensei terpesona dengan kecantikannya Akimoto sensei, hahahaha,”
Shiori jadi ikutan tertawa,”iya, mungkin, hahahaha... aku dan Chiaki sensei memang sudah akrab daridulu, Kamui sensei.. itu makanya, aku berani memanggilnya dengan sebutan nama kecil, hehehehe”
“wah.. kamu apa tahu banyak orang-orang disini, Fujita san??,” tanya Kamui
“tidak banyak, hanya chiaki Akimoto, kamui sensei.. kebetulan kita pernah bertemu disebuah seminar di hokkaido,” senyum Shiori
“oh..menyenangkan sekali.. dia sebenarnya lulusan dari Kenzai University, bahkan seorang dosen pendidik, tapi dia pindah ke sini.. dia ingin lepas dari pengaruh ayahnya, Takeo Akimoto”, balas Kamui lagi
Minho diam saja, asik menikmati makan siangnya.
“chiaki Akimoto itu termasuk dokter perempuan muda yang hebat..dia suka menabrak sistem,” kata Kamui lagi
“apa memang Chiaki kun yang dikatakan Fujiwara sensei.. Chiaki Akimoto ini.. yang disukai Minho kun??,” kata Shiori dalam hatinya.
“oi, Lee sensei.. kamu masih membawa motor atau tidak nanti??,” tanya Kamui
“masih, sensei.. saya tidak punya kendaraan lain,” balas Minho.
“tinggalkan saja motormu..naik mobilku kita nanti malam ke kafe..ini penting bahasannya.. ,”
“tapi sehabis ini.. kita jam 3 ada meeting dengan Takahashi sensei dan beberapa dokter lainnya... sudah kalian siapkan kan.. metodologi dan hipotesa??”
“sudah, sensei,” balas Minho dan Shiori
“bagus..aku ingin menghajar seseorang di penelitian ini,” canda Kamui
“eh?? Aku suka Kamui sensei, hehehe,” Shiori malah membalas candaan Kamui.
“nah.. kamu juga suka dengan ku kan?? Aku ini lelaki yang sebenarnya tidak terlalu suka banyak birokrasi ribet, sepertinya juga kamu perempuan seperti itu, hehe,” Kamui malah bercanda dengan Shiori
“yah..tidak apa Kamui sensei...kadang aku sendiri malas kalau terlalu kaku dalam dunia kita ini,” kata Shiori
“begitu juga aku.. maka, lewat penelitian ini kita hajar sesama dokter yang tidak suka dengan tindakan kita,” Kamui setengah berbisik kepada kedua asuhannya itu.
Minho malah jadi agak ngeper dengan perkataan Kamui barusan dan itu dibaca Kamui.
“kenapa, Lee sensei?? Takut dengan birokrasi??,” tanya Kamui, kalem.
“ah..tidak, Kamui sensei,” elak Minho.
“oo.. lalu..kapan rencana Ueda sensei mau membantumu membedah temanmu itu??,”
“minggu depan, sensei... saya sudah hubungi beliau,” balas Minho.
“segera laksanakan..tapi sebenarnya..aku menginginkan temanmu menjadi volunteer kita..,” balas Kamui
Minho gak kaget dengan hal seperti itu. Para dokter gak akan kaget kalau bisa saja orang terrdekat atau orang yang mereka kenal dijadikan sasaran untuk jadi sukarelawan.
“kalau begitu..kita harus laksanakan secepatnya untuk proposal, sensei,” balas Minho.
“ya..kita harus segera meeting,” balas Kamui

Ruang meeting...
“jadi.. kita akan lakukan penelitian dengan 3 metode dengan sampel masing-masing pada 3 dosis yang berbeda, kecuali plasebo,” kata Minho
“untuk penelitian yang dilakukan oleh saya dan dua orang rekan, kami akan mengadakan untuk nano teknologi dengan gold dan silver dengan metode cairan kemoterapi berupa injeksi dan juga dengan pil satu seri dalam waktu 3 minggu dibandingkan dengan plasebo. Sementara nanti akan ditambah dengan makanan anti oksidan tinggi, baik resipien dengan plasebo, silver atau gold selama masa percobaan. Sementara yang akan dilakukan oleh Fujita sensei hanya keterlibatan makanan sebagai bagian dari terapi, tanpa nano teknologi dibandingkan dengan plasebo. Jadi, kemoterapi berdasarkan makanan saja,” kata Minho lagi
Takahashi memperhatikan semua penjabaran Minho tentang metode mereka sampai selesai.
“Penelitian kalian memang benar-benar akan menghantam obat kemoterapi yang sebenarnya yang akan biasa kita pakai. Jadi saya usulkan menjadi empat sampel, cobalah obat kemoterapi dan kita kecilkan sampelnya, misalnya hanya pada pasien ca pulmo atau mamae saja,” kata Takahashi.
“jika memang harus dengan perbandingan obat kemoterapi sekarang, saya lebih setuju dengan Ca mamae,” jawab Kamui.
“Ca mamae? Baiklah.. daridata nasional, ada dua kanker yang masih jadi momok negara ini: ca mamae dan Ca colon,” jawab Minho
“jadi.. kita ambil yang mana, Kamui sensei??,” tanya Takahashi
“umm,” Kamui berfikir,”Ca mamae hanya pada wanita, sedangkan Ca colon bisa terjadi pada pria dan wanita,”
“prevalensi ada disini, Kamui sensei,” Takahashi membuka data nasional
“hampir seimbang, kita tidak bisa menafikkan keduannya mengancam jiwa,” balas Kamui
“saya lebih setuju dengan Ca colon,” lanjutnya
“jawaban kalian..Fujita sensei? Lee sensei??,” tanya Takahashi
“saya ikuti Kamui sensei,” jawab Minho.
“saya juga,” jawab Shiori
“deal.. Ca colon..saya setuju dengan semua paparan Lee sensei... penghitungan dana bisa dimulai hari ini.. sponsor perusahaan farmasi sudah siap,” balas Takahashi
“apa..berhubungan dengan Takeo Akimoto??,” tanya Kamui
“tidak.. saya punya channel sendiri dari amerika,” balas Takahashi
“kalau begitu.. saya mohon Lee sensei dan Fujita sensei keluar ruangan dahulu sebentar, ada yang akan saya bicarakan dengan Takahashi sensei dan rekan disini,” kata Kamui.
Minho dan Shiori spontan berdiri dan pamit.

“sepertinya mereka serius sekali ya, Lee sensei??,” kata Shiori di lorong setelah keluar dari ruang meeting
Minho mengangguk saja, dia tetap jalan lurus.
“cowok ini.. menyebalkan sekali.. terlalu pendiam, huff,” keluh Shiori dalam hatinya.
Lalu,”ne.. Lee sensei.. sehabis ini..berarti kita harus buat anggaran keseluruhan.. mau berbagi.. atau kita kerjakan bersama??,” tanya Shiori lagi
Minho diam sejenak, tampaknya dia sedang berfikir.
“Lee sensei??,” tanya Shiori
Minho menoleh,”ya?? Sorry... kita kerjakan bersama saja.. okay??,”
“ya..baiklah.. kapan??,” tanya Shiori lagi
“sehabis ini.. jam empat..aku harus ada kunjungan kembali dengan Yamagata san.. pasien fibroid itu,” jawab Minho.
“baiklah.. selepas jam 4 sore kita ketemu lagi,” balas Shiori
“okay,” balas Minho. Dia langsung menuju department obgyn.

Di ruang Chiaki Akimoto, bagian Obgyn..
“Akimoto sensei, selamat sore,” Minho masuk ruangan chiaki, menunduk hormat
“wah...maaf ya, Lee sensei..saya butuh kamu sekali sore ini.. keluarga Yamagata Sakura akan datang sore ini untuk keputusan operasi atau tidak, bersama kekasihnya,” jawab Chiaki
“ya, sensei..tidak mengapa,” balas Minho agak terbata.
“kita akan menunggu sebentar lagi disini..mungkin sekitar 5 menit lagi mereka akan sampai,” senyum chiaki.
Minho mengangguk, dia malah jadi terkesan salah tingkah.
“akhir akhir ini..saya melihat dirimu seperti ada masalah, Minho kun,” tiba-tiba chiaki memanggil Minho dengan panggilan akrab.
“ah..tidak apa, Chiaki chan,” Minho malah lebih berani memanggil dengan sebutan “chan”.
“apa..kamu masih berfikir tentang masa lalu kita 5 tahun yang lalu??,” chiaki tersenyum pada Minho yang duduk di depannya.
Minho malah jadi makin kaku saja.
“ah..enggak,” Minho menjawab kaku lagi.
“sekarang kita sama-sama lagi ya?? Aku enggak nyangka..,” kata chiaki.
“iya,” balas Minho singkat.
“ayahku sepertinya masih dendam kepadamu..walau aku sudah menikah dengan oranglain,”
“hubungan kita dimasa itu..semua salahku,” jawab Minho, dia merasa bersalah. Perkataannya datar dan menyesal.
Chiaki malah senyum,”ah..aku merasa kamu tidak salah.. keluargaku keras. Mereka menganggap kamu bukan apa-apanya mereka. Tapi..aku perempuan..di negeri ini masih ada perjodohan..dalam bentuk apapun,”
Suami Chiaki adalah direktur sebuah perusahaan farmasi besar di Tokyo.
“kehidupanmu...bagaimana sekarang, Minho kun?? Apa kamu sudah punya pendamping??,” lanjut chiaki lagi
Minho menggeleng saja.
Chiaki senyum padanya,”rasanya.. kamu tidak bisa lupakan aku ya?? Padahal aku dan keluarga ku menyakitimu”
“begitulah.. rasanya..aku memang sulit melupakanmu, chiaki chan,” balas Minho.
“ah..beginilah hidup..sepintar-pintarnya aku..aku tidak bisa menentukan jalan hidupku sendiri,” kata Chiaki. Dia melipat kedua tangannya.
“tapi..kamu pastinya bahagia dengan keluarga barumu sekarang,” kata Minho.
“begitukah menurutmu??,” senyum chiaki. Dia malah mendekatkan wajahnya tepat di depan Minho.
Minho agak sedikit kaget, dia agak menjauhkan wajahnya dari chiaki.

“kenapa.. takut??,” tanya chaki
“tidak.. aku tidak ingin ada apa-apa lagi,” balas Minho, gugup.
Chiaki duduk lagi,”ya..aku tahu..kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.. maafkan aku”
“tapi jujur saja..sebenarnya aku masih cinta sama kamu, Minho kun,” lanjutnya lagi.
Minho diam saja. Akhirnya mereka jadi diam-diaman.
Lalu telepon berdering di ruangan chiaki
“oh.. baiklah.. ya.. suruh saja mereka masuk.. kami sudah menunggu,” kata Chiaki
“keluarga pasien sudah datang,” katanya pada Minho
Tak berapa lama, mereka pun masuk

Bersambung....