This is me....

Senin, April 28, 2014

Cinta Dokter Cute (Part 1: Kita Teman Biasa)

Lee Minho sebagai dokter Minho    Kazuki Kitamura sebagai dokter Choi Hyeon Jun           Gackt sebagai dokter Roh Seung Won

Bagaimanapun..terlalu lama di rumah sakit memang tidak menyenangkan berkeja seharian, itu makanya, dokter cakep yang satu ini malah cari hobi tambahan dengan sebagai model.
“Minho.. wah.. gaya mu makin seksi saja deh, hahahaha,” tawa Min Hye Rim, cewek model yang terkadang suka jalan dengan Minho Lee, dokter cakep itu, ketika dia melihat Minho ganti baju di depannya.
“kamu bisa banget ya.. padahal daridulu aku gak berubah,” jawab Minho, kalem, santai tetap ganti baju.
“hobi mu aneh.. kok mau dokter jadi model,” Hye Rim menghampirinya,”dua hal berlawanan”
“mau bagaimana lagi?? Jadi dokter itu terkadang membosankan..aku butuh suasana lain,” balas Minho, dia memakai kaus berkerahnya. Lalu menyemprotkan sedikit parfum.
“tapi.. bukannya nanti kamu bisa dipecat?,”
“mana bisa pecat aku.. ini kan cuma hobi belaka... asal tidak ganggu kerjaku,” jawab Minho, enteng.


“jalan yuk?? Dah lama nih.. kita gak kencan,” ajak Hye Rim.
Minho senyum manis,”yuk..asal jangan ketahuan banyak orang”.
Minho memang tergolong cowok malas kehidupan pribadinya diketahui banyak orang. Dia mau jalan dengan siapa saja temannya, cewek atau cowok, tapi tidak ingin terlalu dekat.
Hye Rim mungkin menganggapnya berbeda. Mereka sudah 4 tahun kadang kolaborasi bersama diatas catwalk, tapi Minho tetap anggap dia sebagai teman.
Hye Rim enggak ragu sama sekali pegang tangan Minho. Mereka jalan berdua masuk ke dalam mobil Minho.
“kami jalan dulu ya!,” teriak Hye Rim. Malam itu memang malam minggu.
“sudah sana.. kalian ini.. lama sekali bersama.. bukannya pacaran,” teriak Choi Jung Young, rekannya sesama model.
Hye Rim hanya tertawa, dalam hatinya, dia memang ngarep jadi pacar Minho, tapi dia tertawa saja.
Lantas mereka masuk ke dalam mobil.

“mau kemana??,” tanya Minho, ramah dalam mobil, senyum pada Hye Rim.
“terserah kamu,” balas Hye Rim,”tapi aku pusing.. clubbing??”
“okay,” balas Minho, dia lalu memutar balik dan mereka ke Da Club.
Suasana riuh sekali di dalam club dengan house music yang benar-benar memekakkan telinga. Mereka duduk di dalam keremangan sinar lampu berwarna warni.
“aku undang teman-teman ku dulu,” Hye Rim berdiri, Minho mendiamkan saja.
Tak berapa lama, dia datang dengan teman-temannya yang cewek.
“kenalin nih..teman-temanku,” kata Hye Rim. Minho berdiri.
eolmana..jal saeng-gin (gile..cakep-red),” bisik salah satu teman Hye Rim
daendanhi.. namja chingu (iya dong..pacar gue-red),” Hye rim bisik balik
“Jang Eun Seo,” kata cewek yang berambut pirang dan tinggi
“Bong Ha eun,” kata cewek yang berambut coklat
“Lee Minho,” jawab Minho dengan senyum
Mereka duduk, Hye Rim, Eun Seo dan Ha Eun tertawa tawa cerita cerita.. sementara Minho banyak diam melihat orang-orang yang asik pada dance di bawah balkon tempat mereka sedang duduk.
wanna dance?? Musik DJ nya asik banget,” tawar Ha Eun
“jeoh-ayo (boleh-red),” balas Minho santai. Dia tenggak sedikit bir nya lalu ditaruh gelasnya, turun ke bawah dari balkon.

Hye Rim dan Eun Seo melihat Minho dan Ha Eun asik dance berpasangan. Sementara DJ makin menggerakkan piringan hitamnya sehingga musik makin asik membuat semua yang turun on the dance floor makin gila.. begitu juga dengan Minho dan Ha Eun.
“wah.. kamu apa gak iri.. pacar mu itu dance dengan Ha Eun seksi sekali??,” tanya Eun Seo sambil terperangah.
Hye Rim agak panas juga, dia memang melihat mereka berdua menari dengan agak  liar.
“setan,” dalam hatinya Hye Rim, memaki temannya sendiri. Ternyata dia cemburu juga melihat Minho asik bersama Ha eun. Dia lantas turun.
“hei.. gantian dong,” teriak Hye Rim
“he’s great, hahahaha,” tawa Ha Eun.
Minho santai saja, dia terus dance on the floor, mengikuti kerasnya musik yang diputar sang DJ.
Hye Rim lalu menari mendekat pada Minho, dengan seksinya dia meliuk liukkan badannya, menempel dekat Minho. Minho malah senyum.
bring it on (lanjut-red),” ujar Minho
Ha Eun malah ikutan mendekat. Mereka berdua malah asik mendekat pada Minho.
Ha Eun dan Hye Rim tertawa tawa, mereka benar-benar gila dance.
go on... move like the jagger, hahahaha”, tawa Hye Rim keras
Eun Seo hanya melihat mereka,”pada gila, ckckckck”, dia hanya bisa berdecak.
Sebenarnya Hye Rim, Ha Eun dan Minho sudah sama sama lumayan mabuk.

Asik banget mereka dance sampai tengah malam.. alunan musik makin keras, tapi Minho sudah mulai bete.
“capek,” teriaknya pada Hye Rim. Dia lalu kembali ke tempat duduknya, senyum dengan Eun Seo, lalu dia tenggak sisa bir.
“sudah tengah malam.. besok aku harus pergi..ada janji,” ujar Minho pada Hye Rim yang akhirnya selesai juga.
Mereka pulang, Hye Rim sudah mulai capek dan agak gontai.
“kalian bisa pulang kan??,” tanya Minho pada kedua teman modelnya itu.
Mereka berpisah. Minho menuntun Hye Rim masuk mobil
“kamu yakin bisa pulang??,” tanya Minho pada Hye Rim
“tidak tahu.. pusing,” balas Hye Rim
“ah.. baiklah.. menginap saja dulu di apartmentku,” balas Minho. Dia lalu melarikan mobilnya ke kediamannya.

Sampai di apartment, Minho membaringkan Hye Rim di kamarnya
“kamu tidur disini..aku di depan..kebetulan mau kerja dulu,” balas Minho, singkat.
Hye Rim malah menjatuhkan Minho ke atas tempat tidur, tepat di atas tubuhnya.
“kamu...cinta gak sih, dengan ku?,” kata Hye Rim, sambil ½ teler.
Minho senyum, lalu jawab santai,”cuma teman”, lalu dia bangun dari tubuh Hye Rim.
Hye Rim berdiri dan menariknya lagi,”Minho...tapi aku cinta kamu daridulu..” katanya dengan teler
“kamu mabuk..tidur deh,” balas Minho, dia lalu membaringkan cewek itu, membuka sepatunya.
Hye Rim berbaring juga.
“sorry... kamu bukan tipe ku,” kata Minho, lantas dia keluar ruangan, ke kamar mandi, kembali dengan badan yang sudah bersih dan berbaring di atas sofa.
“mana ada aku suka tipe cewek macam kamu, Hye Rim...males banget,” Minho lalu berusaha tidur

Paginya.. Minho memang rajin bangun pagi dan dia pergi keluar, jogging di track.. lalu pulang dengan masak sarapan sederhana
“hi.. kamu sudah bangun??,” katanya basabasi dengan Hye Rim yang kusut dan pinjam bajunya Minho
“aku malas pulang,” balas Hye Rim
“tidak bisa..aku harus pergi praktek.. hari ini aku gantikan Chigwa Uisa Seol, dia cuti,” balas Minho sambil membuat lemon peras.
Dia lalu memberinya segelas lemon peras pada Hye Rim,”minum ini..biar efek mabuk mu berkurang”, dengan mimik datar, tidak ada senyum sama sekali.
“aku ingin tetap disini,” jawab Hye Rim
“tidak bisa..kamu pulanglah..aku tidak punya kunci cadangan,” balas Minho, enteng..dia makan roti nya sambil berdiri, malas sekali dia menghadapin cewek manja dan maunya hura-hura itu.
Hye Rim berdiri lalu nekad mencium Minho.
Minho diam saja. Hye Rim merasa tersinggung dengan ekspresi Minho yang dingin.
“mulutmu masih bau alkohol,” balas Minho, datar.
“harusnya bagaimana, Minho Lee??,” Hye Rim emosi
“memang kita pacaran?? Kalau iya, tidak apa kamu tinggal di apartmentku..,” balas Minho enteng lagi
“kita bukan pacar kan??,” lanjutnya,”kalau pacar..sudah daritadi malam aku tidurin kamu”
Hye Rim tersinggung dengan kata-kata Minho. Minho memang sudah janji padanya tidak bisa mereka pacaran. Alasan Minho selalu sibuk ketika Hye Rim langsung atau tidak langsung bilang suka padanya.

“baiklah..aku pulang,” lalu Hye Rim masuk kamar Minho
“tolong letakkan kemeja ku yang kamu pakai di keranjang pakaian kotor..jangan di atas tempat tidur ya.. aku tidak suka perempuan tidak rapi di apartmentku,” teriak Minho dari ruang makan.
Minho memang tidak terlalu suka basa basi dan tidak suka cewek manja yang semuanya harus dia dapat.
“kalau sudah.. aku tunggu di depan pintu.. aku harus segera pergi,” lanjutnya lagi

“mau aku antar sampai mana??,” katanya di dalam mobil
“disini saja..aku mau turun,” ujar Hye Rim, judes.
Minho menghentikan mobilnya. Dia menoleh pada Hye Rim,”aku sudah bilang..aku tidak bisa pacaran”
“kenapa..kamu homo ya?? Sama sekali kamu tidak pernah menghargai aku, Minho,”
Minho senyum tipis,”bukan homo.. aku memang tidak bisa pacaran dengan cewek seperti kamu..ibuku tidak akan suka..”
“jujur sekali padaku tentang ibu mu,”
“ya.. begitulah,” senyum Minho.
Hye Rim membuka pintu mobil, keluar dan langsung membanting pintu.
Dia jalan tanpa pamit lalu menyetop taksi.
Minho memperhatikannya dari dalam mobil,“percuma saja aku didekati.. memang kamu bukan tipe ku,” dia memandang Hye Rim dengan kesan sinis. Dia melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit.

“dokter gigi Seol tidak masuk.. jadi saya yang gantikan,” kata Minho kepada perawat Jun.
“baik, dokter..,” perawat menunduk hormat, lalu dia keluar ruangan, siap memanggil pasien.
“Miss Park Shin Young,” perawat memanggil seorang pasien.
Perempuan bernama Park Shin Young itu masuk, Minho senyum padanya.
“selamat pagi, Miss Park..silahkan duduk,”
“ada keluhan apa??,”
“aku tidak tahu..kenapa gigi ku sakit sekali sudah 3 hari ini dokter...,”
“susah sekali makan atau minum??,” senyum Minho.
“tidak sih untuk minum.. tetapi susah makan,” balas Park
“silahkan ke tempat periksa dulu,” senyum Minho.
Lalu Park berbaring di dental chair, Minho senyum padanya sebelum memakai maskernya. Perawat membantunya.
spiegel,” katanya singkat pada perawat Jun
“di sisi mana yang sakit??,”
Park menunjukkan bagian giginya yang sakit, rahang atas kiri.
Minho lalu mengambil kapas dan mengoleskan cairan dingin (chlor etil) pada pinset, lalu diberikan pada gigi yang dikeluhkan Shin Young

 “nyeri?? Atau ada rasa yang lain?,”
“sakit sekali..seperti ditusuk,”
“tahu tidak?? Gigi mu ada yang berlubang..diatas sini,” Minho agak sedikit mengetuk dengan sonde
“kecil sekali sih.. tapi kalau tidak dirawat.. nanti bisa jadi besar.. jadi.. hari ini, aku bersihkan, lalu di tutup sementara.. 1 atau 2 minggu lagi.. boleh balik ke sini.. kita rawat yang lebih baik,” senyum nya, dia membuka maskernya.
“minggu depan??,” tanya Shin Young
Minho mengangguk lagi,”kenapa.. tidak bisa?? Nanti aku berikan pada dokter Seol catatannya,”
“ini lubangnya kecil sekali ...tapi dalam loh.. kalau hanya ditambal sementara..tidak bisa selesai..,”
“ya.. baiklah.. aku usahakan bisa datang,” jawab Shin Young
“sebentar ya.. kalau begitu.. kita kerjakan dulu yang ini sampai selesai,”
“kita bersihkan dulu,” ujar Minho lagi, dia telaten hati-hati membersikan sisa karang dan juga kotoran yang menempel pada gigi yang sudah berlubang itu
“ung,” keluh Shin young
“oh.. sakit ya?? Maaf,” balas Minho. Dia malah mengelus pipi Shin young.
Ternyata wajah Shin young malah memerah. Minho tidak begitu memperhatikan, dia tetap konsentrasi dengan mengeluarkan kotoran pada gigi nya.
“kumur,” ujarnya lagi.  Perawat memencet sebuah tombol dan keluar air yang tertuang di gelas
“silahkan, Nona Park,” kata perawat Jun
Shin young berkumur lalu dia berbaring lagi.
“masih kecil kok.. hanya sampai lapisan kedua.. tapi harus tetap dirawat,”senyum Minho lagi dibalik maskernya.
Shin young mengangguk saja.
“sekarang.. dibor sedikit.. kalau nanti agak terasa ngilu dan sedikit sakit.. tahan sedikit ya??,”
Shin young mengangguk lagi.
Suara bor memecah, Minho sibuk mengebor sedikit gigi shin young bagian geraham atas dan meminta shin kumur-kumur lagi.
“sekarang kita tambal.. oh iya.. sekarang ada tambalan warna warni dan ada aromanya.. mau yang mana??,” Minho membuka kembali maskernya dan menawarkannya berbagai warna rasa tambalan.
Di depan Shin young ada beberapa warna: putih, peach, ungu, merah dan hijau.
“aku pilih hijau.. apa ini??,”
“ini kiwi,” senyum Minho
“ah.. ini saja,” kata shin young
Minho lalu mengambil komposite aroma kiwi itu dan dia memasangkan pada gigi Shin yang berlubang.
“Kumur lagi,” senyum Minho.
Shin melakukannya.
”sudah, silahkan duduk kembali di kursi,” ujar Minho lagi
Dia lalu membereskan alat alat dan memasukkannya pada kotak sterilisasi.
Perawat membantunya, lalu Minho mencuci tangan dan kembali ke mejanya

Dia menulis catatan di kertas record atas nama Shin young
“tidak perlu ada tambahan obat, tidak bengkak,” senyum Minho.
“kembali lagi ke sini minggu depan.. karena saya hanya dokter pengganti dokter Seol.. jadi minggu depan akan ditangani dokter Seol,”
Shin young mengangguk. Dia berdiri lalu menunduk hormat pada Minho,”terima kasih, dokter.. saya permisi”
Minho senyum padanya,”sama-sama.. jaga kesehatan giginya ya”
Perawat mengantarkan Park Shin Young keluar pintu.

“ah.. Hye Rim lagi,” Minho memeriksa Hp nya ditengah longgarnya memeriksa pasien
Dilihatnya Hye Rim memang mengirimkan sms nya, “Minho.. sampai jam berapa selesai praktek??”
Minho menjawab,”jam 3.. lantas aku harus bertemu Eomma ku,”
“apa kita bisa bertemu lagi?,” sms Hye Rim masuk lagi
“sepertinya aku sibuk,” balas Minho. Kalau dia sudah bilang begitu, jangan harap bisa bertemu.
Lalu dia pun memeriksa pasien yang lain.

Jam 3 berlalu.. waktunya pulang, Minho pamit pada perawat Jun dan dia membuat catatan untuk rekan sejawatnya, dokter Seol tentang para pasien hari ini.
Dia pergi ke parkiran lalu meluncur kembali ke rumah orangtuanya dipinggiran kota.

Saat di jalan.. saat lampu kuning, dia malah berhenti.
“seperti pasien ku yang tadi..”, gumamnya. Dia memang melihat Park Shin Young menyebrang dengan seorang nenek.
Minho malah membuka kaca mobilnya,”Nona.. Park bukan??”
Park dan seorang nenek yang mau menyebrang menoleh pada Minho.
“dokter.. yang tadi??,”
Minho mengangguk,”ya.. aku Lee”
“mau kemana??,”
Park agak gugup menjawab pertanyaan Minho,”eh.. ke panti jompo,”
“aku antar,” Minho malah keluar dari mobilnya dan berdiri di depan Shin young dan nenek itu
“tidak usah.. nanti takut merepotkan dokter,”
“tidak apa.. aku antar, ayo,” Minho malah membuka mobil untuk mereka berdua
Shin young masih ragu, Minho malah senyum,”ayo..sebentar lagi hijau.. tidak enak berlama-lama”
Park langsung menunduk hormat dan meminta nenek yang bersamanya masuk terlebih dahulu.
“berapa blok dari sini??,” senyum Minho, melihat Shin young dari kaca depan atas mobil.
“3 blok lagi.. lalu belok kiri.. nanti ada panti,” jawab Shin
“giginya..sudah tidak sakit lagi kan??,” tanya Minho
Shin young agak sedikit bengong, lalu,”ah.. tidak, dokter.. syukurlah..sudah bisa makan sedikit”
“ya.. syukurlah,” Minho senyum

Sepanjang jalan, Mereka bertiga hanya kebanyakan diam. Minho tetap menyetir di depan sampai tempat yang dituju tiba.

 Tak berapa lama, mereka sampai.. Minho membantu sang nenek..
“terima kasih ya, pak Dokter,” senyum nenek itu
“tidak apa.. sekalian aku satu arah,” senyum Minho
Shin Young berdiri di depannya. Dia memakai dress bunga lembut warna mocca dengan kunciran tinggi sampai pinggang.
Dia menunduk hormat pada Minho,”terima kasih, Dokter mau antarkan saya dan nenek”
Minho senyum, memasukkan tangannya ke saku celana panjangnya,”kamu.. bekerja disini atau??”
Shin young menggeleng.
“kenapa??,” tanya Minho
“aku pengasuh di panti jompo ini,” jawab Shin young agak malu-malu
“oh..,” balas Minho singkat, lalu,”panti ini..apa punya ibu mu??”
Shin young menggeleng lagi,”tidak.. aku anak yatim piatu... ini yayasan rumah jompo milik kedua orangtua asuhku,”
“oh.. maaf.. maaf..aku tidak tahu..,” Minho malah jadi gak enak hati karena kesannya dia mau tahu soal Shin young
“tidak apa, Dokter..,” balas Shin young dengan suara pelan,”kami masuk dulu.. terima kasih atas bantuannya,” dia menunduk hormat lagi pada Minho.
Minho balas dengan sedikit menunduk hormat,”sama-sama.. tidak perlu sungkan”
Nenek dan Shin young masuk rumah panti jompo itu. Minho tetap memperhatikan sampai mereka masuk gerbang dan terlihat masuk pintu.

“anak yatim piatu.. kasihan sekali..,” ujar Minho
“eh..aku ada janji sama Eomma.. aku harus tepat waktu,” katanya melihat jam, lalu dia masuk ke dalam mobilnya lagi dan pergi menuju rumah ibunya dipinggiran Seoul.


Bersambung ke part 2....