Lee Minho sebagai dokter Minho Kazuki
Kitamura sebagai dokter Choi Hyeon Jun Gackt
sebagai dokter Roh Seung Won
Bagaimanapun..terlalu lama di rumah sakit
memang tidak menyenangkan berkeja seharian, itu makanya, dokter cakep yang satu
ini malah cari hobi tambahan dengan sebagai model.
“Minho.. wah.. gaya mu makin seksi saja
deh, hahahaha,” tawa Min Hye Rim, cewek model yang terkadang suka jalan dengan
Minho Lee, dokter cakep itu, ketika dia melihat Minho ganti baju di depannya.
“kamu bisa banget ya.. padahal daridulu
aku gak berubah,” jawab Minho, kalem, santai tetap ganti baju.
“hobi mu aneh.. kok mau dokter jadi
model,” Hye Rim menghampirinya,”dua hal berlawanan”
“mau bagaimana lagi?? Jadi dokter itu
terkadang membosankan..aku butuh suasana lain,” balas Minho, dia memakai kaus
berkerahnya. Lalu menyemprotkan sedikit parfum.
“tapi.. bukannya nanti kamu bisa
dipecat?,”
“mana bisa pecat aku.. ini kan cuma hobi
belaka... asal tidak ganggu kerjaku,” jawab Minho, enteng.
“jalan yuk?? Dah lama nih.. kita gak
kencan,” ajak Hye Rim.
Minho senyum manis,”yuk..asal jangan
ketahuan banyak orang”.
Minho memang tergolong cowok malas
kehidupan pribadinya diketahui banyak orang. Dia mau jalan dengan siapa saja
temannya, cewek atau cowok, tapi tidak ingin terlalu dekat.
Hye Rim mungkin menganggapnya berbeda.
Mereka sudah 4 tahun kadang kolaborasi bersama diatas catwalk, tapi Minho tetap
anggap dia sebagai teman.
Hye Rim enggak ragu sama sekali pegang
tangan Minho. Mereka jalan berdua masuk ke dalam mobil Minho.
“kami jalan dulu ya!,” teriak Hye Rim.
Malam itu memang malam minggu.
“sudah sana.. kalian ini.. lama sekali
bersama.. bukannya pacaran,” teriak Choi Jung Young, rekannya sesama model.
Hye Rim hanya tertawa, dalam hatinya, dia
memang ngarep jadi pacar Minho, tapi dia tertawa saja.
Lantas mereka masuk ke dalam mobil.
“mau kemana??,” tanya Minho, ramah dalam
mobil, senyum pada Hye Rim.
“terserah kamu,” balas Hye Rim,”tapi aku
pusing.. clubbing??”
“okay,” balas Minho, dia lalu memutar
balik dan mereka ke Da Club.
Suasana riuh sekali di dalam club dengan
house music yang benar-benar memekakkan telinga. Mereka duduk di dalam
keremangan sinar lampu berwarna warni.
“aku undang teman-teman ku dulu,” Hye Rim
berdiri, Minho mendiamkan saja.
Tak berapa lama, dia datang dengan
teman-temannya yang cewek.
“kenalin nih..teman-temanku,” kata Hye
Rim. Minho berdiri.
“eolmana..jal
saeng-gin (gile..cakep-red),” bisik salah satu teman Hye Rim
“daendanhi..
namja chingu (iya dong..pacar gue-red),” Hye rim bisik balik
“Jang Eun Seo,” kata cewek yang berambut
pirang dan tinggi
“Bong Ha eun,” kata cewek yang berambut
coklat
“Lee Minho,” jawab Minho dengan senyum
Mereka duduk, Hye Rim, Eun Seo dan Ha Eun
tertawa tawa cerita cerita.. sementara Minho banyak diam melihat orang-orang
yang asik pada dance di bawah balkon tempat mereka sedang duduk.
“wanna
dance?? Musik DJ nya asik banget,” tawar Ha Eun
“jeoh-ayo (boleh-red),” balas Minho santai. Dia
tenggak sedikit bir nya lalu ditaruh gelasnya, turun ke bawah dari balkon.
Hye Rim dan Eun Seo melihat Minho dan Ha
Eun asik dance berpasangan. Sementara DJ makin menggerakkan piringan hitamnya
sehingga musik makin asik membuat semua yang turun on the dance floor makin gila.. begitu juga dengan Minho dan Ha Eun.
“wah.. kamu apa gak iri.. pacar mu itu
dance dengan Ha Eun seksi sekali??,” tanya Eun Seo sambil terperangah.
Hye Rim agak panas juga, dia memang
melihat mereka berdua menari dengan agak liar.
“setan,” dalam hatinya Hye Rim, memaki
temannya sendiri. Ternyata dia cemburu juga melihat Minho asik bersama Ha eun.
Dia lantas turun.
“hei.. gantian dong,” teriak Hye Rim
“he’s great, hahahaha,” tawa Ha Eun.
Minho santai saja, dia terus dance on the
floor, mengikuti kerasnya musik yang diputar sang DJ.
Hye Rim lalu menari mendekat pada Minho,
dengan seksinya dia meliuk liukkan badannya, menempel dekat Minho. Minho malah
senyum.
“bring
it on (lanjut-red),” ujar Minho
Ha Eun malah ikutan mendekat. Mereka
berdua malah asik mendekat pada Minho.
Ha Eun dan Hye Rim tertawa tawa, mereka
benar-benar gila dance.
“go
on... move like the jagger, hahahaha”, tawa Hye Rim keras
Eun Seo hanya melihat mereka,”pada gila,
ckckckck”, dia hanya bisa berdecak.
Sebenarnya Hye Rim, Ha Eun dan Minho sudah
sama sama lumayan mabuk.
Asik banget mereka dance sampai tengah
malam.. alunan musik makin keras, tapi Minho sudah mulai bete.
“capek,” teriaknya pada Hye Rim. Dia lalu
kembali ke tempat duduknya, senyum dengan Eun Seo, lalu dia tenggak sisa bir.
“sudah tengah malam.. besok aku harus pergi..ada
janji,” ujar Minho pada Hye Rim yang akhirnya selesai juga.
Mereka pulang, Hye Rim sudah mulai capek
dan agak gontai.
“kalian bisa pulang kan??,” tanya Minho
pada kedua teman modelnya itu.
Mereka berpisah. Minho menuntun Hye Rim
masuk mobil
“kamu yakin bisa pulang??,” tanya Minho
pada Hye Rim
“tidak tahu.. pusing,” balas Hye Rim
“ah.. baiklah.. menginap saja dulu di
apartmentku,” balas Minho. Dia lalu melarikan mobilnya ke kediamannya.
Sampai di apartment, Minho membaringkan
Hye Rim di kamarnya
“kamu tidur disini..aku di
depan..kebetulan mau kerja dulu,” balas Minho, singkat.
Hye Rim malah menjatuhkan Minho ke atas
tempat tidur, tepat di atas tubuhnya.
“kamu...cinta gak sih, dengan ku?,” kata
Hye Rim, sambil ½ teler.
Minho senyum, lalu jawab santai,”cuma
teman”, lalu dia bangun dari tubuh Hye Rim.
Hye Rim berdiri dan menariknya
lagi,”Minho...tapi aku cinta kamu daridulu..” katanya dengan teler
“kamu mabuk..tidur deh,” balas Minho, dia
lalu membaringkan cewek itu, membuka sepatunya.
Hye Rim berbaring juga.
“sorry... kamu bukan tipe ku,” kata Minho,
lantas dia keluar ruangan, ke kamar mandi, kembali dengan badan yang sudah
bersih dan berbaring di atas sofa.
“mana ada aku suka tipe cewek macam kamu,
Hye Rim...males banget,” Minho lalu berusaha tidur
Paginya.. Minho memang rajin bangun pagi
dan dia pergi keluar, jogging di track.. lalu pulang dengan masak sarapan
sederhana
“hi.. kamu sudah bangun??,” katanya
basabasi dengan Hye Rim yang kusut dan pinjam bajunya Minho
“aku malas pulang,” balas Hye Rim
“tidak bisa..aku harus pergi praktek..
hari ini aku gantikan Chigwa Uisa Seol, dia cuti,” balas Minho sambil
membuat lemon peras.
Dia lalu memberinya segelas lemon peras
pada Hye Rim,”minum ini..biar efek mabuk mu berkurang”, dengan mimik datar,
tidak ada senyum sama sekali.
“aku ingin tetap disini,” jawab Hye Rim
“tidak bisa..kamu pulanglah..aku tidak
punya kunci cadangan,” balas Minho, enteng..dia makan roti nya sambil berdiri,
malas sekali dia menghadapin cewek manja dan maunya hura-hura itu.
Hye Rim berdiri lalu nekad mencium Minho.
Minho diam saja. Hye Rim merasa
tersinggung dengan ekspresi Minho yang dingin.
“mulutmu masih bau alkohol,” balas Minho,
datar.
“harusnya bagaimana, Minho Lee??,” Hye Rim
emosi
“memang kita pacaran?? Kalau iya, tidak
apa kamu tinggal di apartmentku..,” balas Minho enteng lagi
“kita bukan pacar kan??,” lanjutnya,”kalau
pacar..sudah daritadi malam aku tidurin kamu”
Hye Rim tersinggung dengan kata-kata
Minho. Minho memang sudah janji padanya tidak bisa mereka pacaran. Alasan Minho
selalu sibuk ketika Hye Rim langsung atau tidak langsung bilang suka padanya.
“baiklah..aku pulang,” lalu Hye Rim masuk
kamar Minho
“tolong letakkan kemeja ku yang kamu pakai
di keranjang pakaian kotor..jangan di atas tempat tidur ya.. aku tidak suka perempuan
tidak rapi di apartmentku,” teriak Minho dari ruang makan.
Minho memang tidak terlalu suka basa basi
dan tidak suka cewek manja yang semuanya harus dia dapat.
“kalau sudah.. aku tunggu di depan pintu..
aku harus segera pergi,” lanjutnya lagi
“mau aku antar sampai mana??,” katanya di
dalam mobil
“disini saja..aku mau turun,” ujar Hye
Rim, judes.
Minho menghentikan mobilnya. Dia menoleh
pada Hye Rim,”aku sudah bilang..aku tidak bisa pacaran”
“kenapa..kamu homo ya?? Sama sekali kamu
tidak pernah menghargai aku, Minho,”
Minho senyum tipis,”bukan homo.. aku
memang tidak bisa pacaran dengan cewek seperti kamu..ibuku tidak akan suka..”
“jujur sekali padaku tentang ibu mu,”
“ya.. begitulah,” senyum Minho.
Hye Rim membuka pintu mobil, keluar dan
langsung membanting pintu.
Dia jalan tanpa pamit lalu menyetop taksi.
Minho memperhatikannya dari dalam
mobil,“percuma saja aku didekati.. memang kamu bukan tipe ku,” dia memandang
Hye Rim dengan kesan sinis. Dia melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit.
“dokter gigi Seol tidak masuk.. jadi saya
yang gantikan,” kata Minho kepada perawat Jun.
“baik, dokter..,” perawat menunduk hormat,
lalu dia keluar ruangan, siap memanggil pasien.
“Miss Park Shin Young,” perawat memanggil
seorang pasien.
Perempuan bernama Park Shin Young itu
masuk, Minho senyum padanya.
“selamat pagi, Miss Park..silahkan duduk,”
“ada keluhan apa??,”
“aku tidak tahu..kenapa gigi ku sakit
sekali sudah 3 hari ini dokter...,”
“susah sekali makan atau minum??,” senyum
Minho.
“tidak sih untuk minum.. tetapi susah
makan,” balas Park
“silahkan ke tempat periksa dulu,” senyum
Minho.
Lalu Park berbaring di dental chair, Minho senyum padanya
sebelum memakai maskernya. Perawat membantunya.
“spiegel,”
katanya singkat pada perawat Jun
“di sisi mana yang sakit??,”
Park menunjukkan bagian giginya yang
sakit, rahang atas kiri.
Minho lalu mengambil kapas dan mengoleskan
cairan dingin (chlor etil) pada pinset,
lalu diberikan pada gigi yang dikeluhkan Shin Young
“nyeri??
Atau ada rasa yang lain?,”
“sakit sekali..seperti ditusuk,”
“tahu tidak?? Gigi mu ada yang
berlubang..diatas sini,” Minho agak sedikit mengetuk dengan sonde
“kecil sekali sih.. tapi kalau tidak
dirawat.. nanti bisa jadi besar.. jadi.. hari ini, aku bersihkan, lalu di tutup
sementara.. 1 atau 2 minggu lagi.. boleh balik ke sini.. kita rawat yang lebih
baik,” senyum nya, dia membuka maskernya.
“minggu depan??,” tanya Shin Young
Minho mengangguk lagi,”kenapa.. tidak
bisa?? Nanti aku berikan pada dokter Seol catatannya,”
“ini lubangnya kecil sekali ...tapi dalam
loh.. kalau hanya ditambal sementara..tidak bisa selesai..,”
“ya.. baiklah.. aku usahakan bisa datang,”
jawab Shin Young
“sebentar ya.. kalau begitu.. kita
kerjakan dulu yang ini sampai selesai,”
“kita bersihkan dulu,” ujar Minho lagi,
dia telaten hati-hati membersikan sisa karang dan juga kotoran yang menempel
pada gigi yang sudah berlubang itu
“ung,” keluh Shin young
“oh.. sakit ya?? Maaf,” balas Minho. Dia
malah mengelus pipi Shin young.
Ternyata wajah Shin young malah memerah.
Minho tidak begitu memperhatikan, dia tetap konsentrasi dengan mengeluarkan
kotoran pada gigi nya.
“kumur,” ujarnya lagi. Perawat memencet sebuah tombol dan keluar air
yang tertuang di gelas
“silahkan, Nona Park,” kata perawat Jun
Shin young berkumur lalu dia berbaring lagi.
“masih kecil kok.. hanya sampai lapisan
kedua.. tapi harus tetap dirawat,”senyum Minho lagi dibalik maskernya.
Shin young mengangguk saja.
“sekarang.. dibor sedikit.. kalau nanti
agak terasa ngilu dan sedikit sakit.. tahan sedikit ya??,”
Shin young mengangguk lagi.
Suara bor memecah, Minho sibuk mengebor
sedikit gigi shin young bagian geraham atas dan meminta shin kumur-kumur lagi.
“sekarang kita tambal.. oh iya.. sekarang
ada tambalan warna warni dan ada aromanya.. mau yang mana??,” Minho membuka
kembali maskernya dan menawarkannya berbagai warna rasa tambalan.
Di depan Shin young ada beberapa warna:
putih, peach, ungu, merah dan hijau.
“aku pilih hijau.. apa ini??,”
“ini kiwi,” senyum Minho
“ah.. ini saja,” kata shin young
Minho lalu mengambil komposite aroma kiwi
itu dan dia memasangkan pada gigi Shin yang berlubang.
“Kumur lagi,” senyum Minho.
Shin melakukannya.
”sudah, silahkan duduk kembali di kursi,”
ujar Minho lagi
Dia lalu membereskan alat alat dan
memasukkannya pada kotak sterilisasi.
Perawat membantunya, lalu Minho mencuci
tangan dan kembali ke mejanya
Dia menulis catatan di kertas record atas
nama Shin young
“tidak perlu ada tambahan obat, tidak
bengkak,” senyum Minho.
“kembali lagi ke sini minggu depan..
karena saya hanya dokter pengganti dokter Seol.. jadi minggu depan akan
ditangani dokter Seol,”
Shin young mengangguk. Dia berdiri lalu
menunduk hormat pada Minho,”terima kasih, dokter.. saya permisi”
Minho senyum padanya,”sama-sama.. jaga
kesehatan giginya ya”
Perawat mengantarkan Park Shin Young
keluar pintu.
“ah.. Hye Rim lagi,” Minho memeriksa Hp
nya ditengah longgarnya memeriksa pasien
Dilihatnya Hye Rim memang mengirimkan sms
nya, “Minho.. sampai jam berapa selesai praktek??”
Minho menjawab,”jam 3.. lantas aku harus
bertemu Eomma ku,”
“apa kita bisa bertemu lagi?,” sms Hye Rim
masuk lagi
“sepertinya aku sibuk,” balas Minho. Kalau
dia sudah bilang begitu, jangan harap bisa bertemu.
Lalu dia pun memeriksa pasien yang lain.
Jam 3 berlalu.. waktunya pulang, Minho
pamit pada perawat Jun dan dia membuat catatan untuk rekan sejawatnya, dokter
Seol tentang para pasien hari ini.
Dia pergi ke parkiran lalu meluncur
kembali ke rumah orangtuanya dipinggiran kota.
Saat di jalan.. saat lampu kuning, dia
malah berhenti.
“seperti pasien ku yang tadi..”, gumamnya.
Dia memang melihat Park Shin Young menyebrang dengan seorang nenek.
Minho malah membuka kaca mobilnya,”Nona..
Park bukan??”
Park dan seorang nenek yang mau menyebrang
menoleh pada Minho.
“dokter.. yang tadi??,”
Minho mengangguk,”ya.. aku Lee”
“mau kemana??,”
Park agak gugup menjawab pertanyaan
Minho,”eh.. ke panti jompo,”
“aku antar,” Minho malah keluar dari
mobilnya dan berdiri di depan Shin young dan nenek itu
“tidak usah.. nanti takut merepotkan
dokter,”
“tidak apa.. aku antar, ayo,” Minho malah
membuka mobil untuk mereka berdua
Shin young masih ragu, Minho malah
senyum,”ayo..sebentar lagi hijau.. tidak enak berlama-lama”
Park langsung menunduk hormat dan meminta
nenek yang bersamanya masuk terlebih dahulu.
“berapa blok dari sini??,” senyum Minho,
melihat Shin young dari kaca depan atas mobil.
“3 blok lagi.. lalu belok kiri.. nanti ada
panti,” jawab Shin
“giginya..sudah tidak sakit lagi kan??,”
tanya Minho
Shin young agak sedikit bengong,
lalu,”ah.. tidak, dokter.. syukurlah..sudah bisa makan sedikit”
“ya.. syukurlah,” Minho senyum
Sepanjang jalan, Mereka bertiga hanya
kebanyakan diam. Minho tetap menyetir di depan sampai tempat yang dituju tiba.
Tak
berapa lama, mereka sampai.. Minho membantu sang nenek..
“terima kasih ya, pak Dokter,” senyum
nenek itu
“tidak apa.. sekalian aku satu arah,”
senyum Minho
Shin Young berdiri di depannya. Dia
memakai dress bunga lembut warna mocca dengan kunciran tinggi sampai pinggang.
Dia menunduk hormat pada Minho,”terima
kasih, Dokter mau antarkan saya dan nenek”
Minho senyum, memasukkan tangannya ke saku
celana panjangnya,”kamu.. bekerja disini atau??”
Shin young menggeleng.
“kenapa??,” tanya Minho
“aku pengasuh di panti jompo ini,” jawab
Shin young agak malu-malu
“oh..,” balas Minho singkat, lalu,”panti ini..apa
punya ibu mu??”
Shin young menggeleng lagi,”tidak.. aku
anak yatim piatu... ini yayasan rumah jompo milik kedua orangtua asuhku,”
“oh.. maaf.. maaf..aku tidak tahu..,”
Minho malah jadi gak enak hati karena kesannya dia mau tahu soal Shin young
“tidak apa, Dokter..,” balas Shin young
dengan suara pelan,”kami masuk dulu.. terima kasih atas bantuannya,” dia
menunduk hormat lagi pada Minho.
Minho balas dengan sedikit menunduk
hormat,”sama-sama.. tidak perlu sungkan”
Nenek dan Shin young masuk rumah panti
jompo itu. Minho tetap memperhatikan sampai mereka masuk gerbang dan terlihat
masuk pintu.
“anak yatim piatu.. kasihan sekali..,”
ujar Minho
“eh..aku ada janji sama Eomma.. aku harus
tepat waktu,” katanya melihat jam, lalu dia masuk ke dalam mobilnya lagi dan pergi
menuju rumah ibunya dipinggiran Seoul.
Bersambung ke part 2....