This is me....

Sabtu, April 12, 2014

Pernikahan ½ (Part 15: Jadi Model Saja, Lalu...?)

“kalian sudah gencatan senjata?,” Ken nyengir kuda pada Min ho dan Aiko.
“memangnya perang korut-korsel,” ujar Min ho.
Ken tertawa, disusul yang lain.
“habis..bagaimana lagi?? Kalau seperti itu kan namanya perang dingin. Memang mirip Korut dan Korsel, iya kan?? Sama juga China daratan dan Taiwan, hahaha”
“Min ho kun makin sibuk saja kamu,” kata Makoto
“iya...tapi..aku pertimbangkan berhenti jadi asisten komiknya Tachibana san... aku kasih saja ke Ichi kun,” balas Min ho.
Ichirou mengangguk.
“eh.. btw.. apa nanti gak marah tuh, Tachibana san??,” tanya Makoto lagi
“aku bilang baik-baik deh,” balas Min ho.
“kamu capek capek sekali kerja di advertising.. lebih baik ikutan aku saja, Min ho kun.. jadi model, hehe,” Makoto cengengesan
Aiko kaget,”eh??,” dia menghentikan ngemilnya
“ibu hamil makan saja yang banyak..ini urusan cowok-cowok,” kata Ken.
“bukan begitu, Ken kun.. mana bisa Min ho Otto jadi model??,” Aiko tanya balik. Dia bingung, memang pasangannya bisa jadi model??
“kamu berapa sih tingginya Min ho kun...setinggi aku kan ya... 183 cm??”, tanya Makoto lagi
“lebih tinggi dari kamu.. 185,” jawab Min ho
“nih..aku dapat ini dari jadi model,” dia menunjukkan sebuah jam tangan ber merk ternama yang berlapis emas, sambil nyengir kuda.
“wah.. mahal banget itu,” mata Rin melotot
“pastinya,” kata Makoto bangga
“postur badanmu bagus kok buat jadi model, Min ho kun,” cengar cengir Makoto lagi
“malas ah.. aku gak pede,” jawab Min ho.
“mari kita tanya sang isteri... Aiko chan.. bagaimana menurutmu??,” tanya Ken, iseng
Min ho menoleh pada Ken,”eh?? Maksudnya apa nih??”
“ssh.. ah.. nanti dulu..biarkan Aiko chan berbicara,” kata Ken lagi
“aku terserah Otto saja,” jawab Aiko, dia malah asik jilat jilat coklat yang ada di tangannya.
“cape deh,” keluh Makoto. Ken malah tertawa.
“beneran loh.. kalau gak percaya.. aku kan biaya kuliah dari jadi model, Aiko chan..,” kata Makoto lagi
“tanya saja sama Min ho Otto..,” jawab Aiko lagi.
“kalau ada waktu..nanti kita ke agent tempat ku kerja aja,” kata Makoto lagi
Min ho masih ragu, apa mau dia ambil atau tidak.
Makoto tepuk-tepuk pundaknya,”pikirin dulu deh.. gajinya lumayan banget.. dan kamu bisa tenar loh... “

“menurutmu... aku coba tidak??,” kata Min ho pada Aiko dirumah susunnya sehabis makan tengah malam. Min ho baru pulang dari kerjanya.
“Nampyeon sendiri.. suka tidak?? Nanti kalau diterima, berarti siap untuk keluar juga dari perusahaan yang sekarang, lalu ikut agent tempat Makoto kun bekerja.. lalu, ya tunggu kontrak mungkin,” jawab Aiko
“umm,”gumam Min ho. Lalu tak berapa lama,”harus kita bicarakan dengan orangtua tidak ya?”
“bicarakan saja dengan orangtua mu,” jawab Aiko
“kalau terkenal.. jadi susah tentukan waktu dong ya??,” Min ho sudah mikir jauh duluan.
“bisa sampai lama tidak..pekerjaannya??,” tanya Aiko
“Maksudnya??apa bisa terus ada pekerjaan jadi model, begitu??,”
Aiko mengangguk,”iya....kalau bisa lama, dan kamu suka...ya sudah...ambil saja...harus bagaimana lagi?? Kalau memang bingung, sekarang ini yang bagusnya dikerjakan”
“sekarang capek sekali kerjanya,” keluh Min ho
“tapi kan bisa terus lama....kalau jadi model, hanya sementara...kontrak sudah habis..sudah deh..harus cari kontrak baru lagi”
Min ho mikir lagi,”bisa jadi selingan enggak ya??”
“tanyakan dulu saja pada Makoto kun,” jawab Aiko sambil masih sibuk makan
Min ho senyum,”kamu makan terus deh, memang lapar sekali ya??”
“perutku sakit kalau kurang makan,” jawabnya, masih sibuk
“bagi dong,” Min ho iseng malah jilatin bekas coklatnya dari tangan Aiko
“ehhh?? Jorok sekali,”
Min ho tertawa,”habis...bagaimana dong nih?? Huff,”
“besok Nampyeon ikut Makoto kun saja dulu...baru kita pikirkan lagi,” balas Aiko,”jangan dulu cerita pada ayah dan ibu, juga ke ayah dan ibu ku,”
“trus...kalau misalnya ambil keputusan ikut dengan Makoto kun??”
“umm...kalau bisa sih...hanya selingan,” senyum Aiko
“gitu ya??,”
Aiko mengangguk.

“sayang sekali kamu mau berhenti jadi editor komikku, Min ho kun...padahal saya butuh kamu banget,”
“Maafkan saya, Tachibana san.....tapi, saya juga yakin, Ichi kun pasti kerjanya bagus,” Min ho menunduk hormat dengan duduk di depan Tachibana
“kerja mu yang semangat ya, Ichi kun...aku andalkan kamu,” kata Tachibana
“terima kasih, Tachibana san,” jawab Ichirou yang juga diajak Min ho
“jadi kamu sekarang positif hanya ambil satu pekerjaan di advertising itu saja?? Aiko chan memang tidak kesepian ya??,” tanya Tachibana
“sempat ribut sih,” Min ho garuk kepalanya
“iya...sampai seminggu lebih tuh,” timpal Ichirou
“kalau kamu putuskan nikah muda seperti aku dulu, ya memang harusnya jadi super dewasa, Min ho kun...kalau dikit-dikit berantem, ya paling cepat usia pernikahanmu hanya sampai 6 bulan,” kata Tachibana
Min ho agak ngeper juga dibilang seperti itu, pikirannya langsung terbang ke calon anaknya.
“sebenarnya sih..yang paling sulit itu tentang cari pekerjaan, Tachibana san...aku sendiri kan masih kuliah,” jawab Min ho
“resiko,” balas Tachibana,”aku pun dulu seperti kamu. Pernikahanku akhirnya bertahan sekitar 20 tahun, anakku seumuran dengan kalian loh, hehe,”
“tapi..apa sama isteri yang sudah menemani 20 tahun ini..masih sahabatan?,” tanya Ichirou, malah dia yang penasaran
Tachibana senyum dan mengangguk,”iya, masih. Kalau ada waktu, aku berkunjung, sebab kan anak ku tinggal dengannya”
“haaahhh...kalau dipikir, kehidupan rumahtangga itu gak ada yang tahu kelanjutannya, bahkan kita sendiri yang jalanin,” tambah Tachibana lagi
“tapi kalau segalanya bisa dibicarakan...biasanya sih, masalah bisa jadi ringan”
Ichirou dan Min ho mengangguk.
Lalu,”nah...jadi, sekarang semua kerjaan ku ditangani Ichi kun? Jadi, Ichi kun..tolong bantu aku ya,” kata Tachibana lagi
“untuk gaji..kamu mau dimuka seperti ayah muda ini, atau nanti saja??,” Tachibana bercanda dengan menunjuk ke Min ho
“eh, hehe,” Min ho cengengesan
“nanti saja, Tachibana san....tunggu pekerjaan ku selesai....aku kan gak punya isteri dan anak,” balas Ichirou dengan mimik kalem
Min ho mengeplak kepalanya,”bisa saja deh”

Seperti yang sudah dibicarakan oleh Min ho dan Makoto, akhirnya mereka pergi juga ke agent tempat bernaungnya Makoto sebagai model.
Min ho melihat banyak orang yang minimal tinggi nya 180 cm dengan wajah yang mulai dari biasa sampai eksotik berkumpul di sebuah ruangan.
“eh..jadi kita ngapain??,” tanya Min ho
“langsung ada audisi, hehe,” jawab Makoto, cengengesan
“loh...aku kan cuma mau lihat dulu.. mana bisa??,”
Makoto bingung,”mana bisa gitu?? Coba aja dulu... ini lagi ada kesempatan diskusi. Kamu cuma perlu bawa ID card trus nanti isi formulirnya....mumpung ada loh.. kapan lagi?”
“cape deh,” keluh Min ho. Lalu Makoto dan dia berjalan ke meja pendaftaran.

“temanmu ya??,” tanya cewek di meja pendaftaran
“iya, hehehe... ,” balas Makoto
“sepertinya bisa nih.. jadi model seperti kamu.. ini pendaftarannya.. fotokopi ID card mu mana??atau saya scan skalian,” kata cewek itu lagi
Min ho agak ragu menyerahkan ID cardnya, tapi akhirnya dia berikan juga.
“wah... kamu bukan warga negara jepang ya? Bawa passport??,” tanya cewek itu lagi
Makoto berbisik,”menyusul deh... bisa gak??”, sambil cengengesan.
“ah..kamu ini,” keluh si cewek itu, dia tetap memberikan formulir pendaftaran pada Min ho
“ini tolong diisi, lalu serahkan lagi ke saya.. nanti saya kasih lagi ID card mu.. isi sekarang juga.”
Min ho lalu mengisi dan tidak berapa lama, kembali lagi.
“urutan kamu enggak lama sih... 10 orang lagi,” senyum cewek itu
“jadi.. kalian ini masih kuliah gitu ya?? Baru mau tingkat dua??”
Min ho mengangguk.
“tapi cowok ini sudah mau punya anak, hehehe,” Makoto malah menepuk nepuk pundak Min ho
Min ho menoleh. Si cewek malah tertawa,”hehehehe.. ah, Makoto kun ini memang tukang bercanda daridulu..”
“gak percaya?? Lihat aja nanti,” kata Makoto lagi
“sudah deh.. jangan mulai,”gerutu Min ho.
“kalian bisa tunggu di ruang sana.. nanti dipanggil,” kata cewek itu lagi, lalu mereka pun pamit.

Tidak berapa lama, antrian Min ho dipanggil pun tiba. Dia masuk ruangan tanpa Makoto.
“Lee-san.. tujuan apa ingin mencoba menjadi model??,” tanya fotografer yang jadi penilai.
Min ho agak lama tidak menjawab,”aduh.. jawab apaan nih??”, dia gugup juga akhirnya.
“ah.. eh.. aku disini diajak temanku, Makoto kun.. katanya, kali saja aku bisa,” jawab Min ho malah polos.
Juri malah pada tertawa.
“ok, baiklah.. kami akan melihat cara kamu difoto, lalu mimik wajah, pose dan lainnya.. jadi.. jangan kaku ya??”, kata cowok fotografer itu.
“tinggi 185cm.. boleh juga.. wajah kamu juga pas.. kalau serius, bisa juga kamu jadi model,” kata seorang cewek yang juga juri.
“ayo silahkan..,” katanya lagi. Lalu Min ho mengikuti cewek itu ke pojok ruangan yang memang ada kamera dan juga lighting.

“sekarang test di foto.. terserah kamu mau gaya apa saja... ok??,” senyum cewek fotografer itu.
“wah.. bingung nih,” Min ho malah garuk-garuk kepala
Cewek fotografer jadi agak bingung juga,”kenapa, Lee san??”
Min ho langsung sadar,”ah.. gak apa.. gak apa..”
“okay, sip.. sudah bisa kita mulai??,” tanya cewek itu ke Min ho
Min ho mengangguk. Lantas cewek itu menyiapkan kameranya dan juga asistennya bersiap.
“kalau saya beri aba-aba mulai dengan tangan saya..berarti kamu bergaya dan langsung akan saya foto ya... siap Lee san??,”
Min ho mengangguk. Aslinya dia sangat deg-degan, karena memang belum pernah melakukan hal seperti ini.
“siap ya...bergaya lah...1..2...3,” cewek fotografer itu pun memulai.
Min ho akhirnya ambil gaya asal-asalan saja supaya dia tidak gugup.
Cewek fotografer mengarahkan dia supaya beberapa kali dia mengambil gambar Min ho, tidak kesulitan
“nah.. begitu bagus...,” kata cewek fotografer itu
“click... click,” suara kamera.
10 menit berikutnya...
“selesai...”, senyum cewek fotografer itu.
Min ho sudah panas dingin gugup tapi berusaha dia tetap tenang.
Cewek fotografer itu mendekat padanya,”hei.. kamu gak kalah loh dari Makoto kun...lihat..kalau aku pribadi, suka gaya mu yang seperti ini,”
“itu??,” Min ho heran
“ya..kenapa??,” tanya cewek itu
“eh..gak apa.. terima kasih sudah suka gaya saya,” Min ho malah menunduk hormat
“padahal...itu aku lagi kesal bukan??,” katanya dalam hati, aneh sendiri.
Mereka lalu datang lagi ke tempat yang tadi.
“nah.. jadi Lee san..pengumuman akan kami kabarkan dalam situs online kami...dan juga kami sudah punya no kontakmu..jadi jika beruntung, kamu akan kami hubungi.. kami sudah menyiapkan sebuah kontrak untuk sebuah produk pakaian pria dewasa,” kata juri yang lain.
“baik..terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada saya,” balas Min ho menunduk hormat. Dia lalu keluar ruangan. Makoto menunggunya diluar.
“gimana?? Asik kan test nya??,” tanya Makoto
“aku deg-degan..aku kan gak pernah difoto seperti itu...harus pakai gaya segala,” balas Min ho.
“ah..sudah deh.. kita pulang aja..aku mau main ke tempat kost mu,” kata Makoto lagi.
Min ho duduk di bawah, dia malah memegang perut Aiko
“eh..sudah mulai besar ya??,” katanya, senyum pada Aiko
Aiko mengangguk, balas senyum Min ho dengan senyuman lagi,”iya.. tapi..aku lapar terus..setiap 2 jam aku makan”
“uang kita.. masih ada kan??,” kata Min ho sambil mengelus perut
Aiko mengangguk,”masih cukup sekali..aku berusaha menabung juga”
“Aiko chan.. kamu pernah punya perasaan menyesal tidak...hidup dengan ku??,”
Aiko heran, kaget kenapa Min ho bertanya seperti itu
“memangnya... kenapa??,”
“jawab saja yang jujur.. apalagi..minggu-minggu lalu kita ribut terus”
Aiko diam sejenak, dia ragu ingin mengatakan nya pada Min ho
“kok..enggak dijawab pertanyaanku??,” Min ho senyum
“tidak marah kan??,”
Min ho menggeleng,”jawab saja..aku ingin tahu”
“eng....,” jawab Aiko, masih ragu
“aku tunggu,” balas Min ho
“iya...aku pernah menyesal...itu sebabnya aku kabur,”
Min ho sama sekali tidak marah, dia malah senyum
“ya...aku tahu aku kasar terhadapmu...kadang aku pusing mikirin hidup kita...jadi..aku kasar,”
“aku minta maaf juga padamu, Min ho Nampyeon...sama sekali aku tidak ingin kabur...kemarin waktu aku dikurung itu...aku lapar, kedinginan,gak enak badan,”
Min ho memeluk Aiko,”kamu ini... aku yang salah kok..aku yang minta maaf...coba kalau aku gak tahu ada anak kita disana, kamu bisa pingsan kelaparan...maafin ya??”
Aiko mengangguk dalam pelukan Min ho.
“kita ini masih muda banget...tapi sudah nekat menentukan jalan hidup yang diambil orang sudah berumur... ,” balas Min ho.
“aku kasihan sama Nampyeon kalau bekerja terlalu keras...siang..malam..bahkan hampir tidak tidur supaya aku bisa kuliah dan juga makan,”
Min ho malah senyum lagi,”kan supaya kita bisa mandiri...sulit ternyata hal ini dilakukan, benar benar menguras hidupku...aku juga sempat berfikir kita harus pisah..tapi.. Tachibana san menyemangati ku”
“aku juga sempat berfikiran ingin berpisah saat itu,” balas Aiko
“kalau sekarang??,” senyum Min ho, masih memeluknya
“aku berusaha tidak memikirkannya lagi,”
Min ho melepas pelukannya, lalu senyum pada Aiko
“eh..kamu cantik deh.. kosmetik yang aku berikan..kamu pakai ya??,”
Aiko mengangguk.
“eh..tapi kan kata orang banyak.. cewek hamil itu bisa lebih cantik ya??hehe,” canda Min ho
Dia mencium Aiko.
“tetap temani aku ya?? Kadang aku merasa kesepian, Aiko chan...dari awal berada disini sendiri kuliah..aku merasa kesepian,”
Dia memeluk Aiko lagi..sampai lama..

“Appa tidak ijinkan aku menjadi model??kenapa?? uangnya bisa aku gunakan untuk harian juga aku bisa tabung supaya aku dan Aiko chan bisa ke Seoul,” kata Min ho, dia menelepon ayahnya
“bukannya kamu sudah punya pekerjaan tetap?? Menjadi model hanya kontrak, tidak panjang, dan kalau kontrak sudah selesai dan kamu tidak lagi punya kontrak baru, uang mu bisa habis,”
“aku memang baru hanya ikut audisinya saja, Appa...aku belum mendapat keputusan apa diterima atau tidak..tapi aku rasa, aku perlu bilang pada Appa dan Eomma,”
“kami tidak setuju,” balas Ayahnya, dengan suara tegas
Min ho mikir lagi, dia agak kurang suka juga, kenapa ayahnya tidak suka dia seperti itu.
“aku ingin kamu kerja seperti biasa, lalu kalau bisa, kamu naik posisi dan belajar menguasai manajemen perusahaan... aku salah juga membiarkan kamu kuliah desain dan animasi,” balas ayahnya lagi.
“akan aku pikirkan, Appa...”
“ya...pikirkan.. aku sudah keras mengajarmu..semua ini demi kebaikan kamu juga,” kata ayahnya lagi.
Dalam hatinya, Min ho mengeluh,”yang satu militer..yang satu pengusaha keras hati...uh”, tapi walau menggerutu, dia tetap mencoba menuruti kemauan ayahnya itu.
“bagaimana kuliahmu?? Semuanya lancar???,”
“lancar, Appa...semua berkat doa Appa dan Eomma,” balas Min ho
“awalnya kami ingin kesana... tapi kami pikir..kamu dan keluarga kecilmu yang sebaiknya kesini,”
“iya, Appa..aku sedang berusaha menabung...,”
“bagus...aku suka itu.. kamu memang andalan kami...tapi bukan berarti kami memanjakan kamu sekarang...kamu harus belajar semua disana.. karena ketika kamu sudah selesai kuliah, harus segera pulang, lalu urus semua bisnis ku disini,”
“iya, Appa.. aku faham,” balas Min ho.
“jadi...pikirkan kembali kalau ingin menjadi model..jangan sampai kamu tinggalkan pekerjaan mu yang sudah ada,”
“baik, Appa..,”

“ayahku sepertinya enggak setuju deh,” Min ho bertemu Makoto di sebuah kafe
“yeah.. yeah.. itu sih terserah kamu... kemarin mereka pada suka juga loh sama kamu.. feeling ku sih.. kamu bakalan dipilih mereka..,” jawab Makoto
“kalian ini sudah nikah...tapi kok kehidupannya masih dikendalikan orangtua sih??,”
“kami kan masih kecil,” balas Min ho dengan cemberut
“kalau kamu sendiri, Aiko chan??,” tanya Makoto lagi
“ya..sama saja,” Min ho yang menjawab
“wah wah.. kapok deh.. untung aku masih senang pacaran dan hura-hura,” balas Makoto dengan ekspresi tidak mau tahu.
“tapi kalau memang nanti diterima, gimana dong?? Pengumumannya besok loh..di telepon.. kamu harus bisa berfikir jernih, Min ho kun.. mau jadi pekerja biasa atau jadi model,”
Min ho diam sejenak, dalam hatinya, dia lebih pilih jadi model.
“gimana??,” tanya Makoto lagi
“aku harus pikirkan dulu nih,” jawab Min ho
“sepertinya sudah dipikirkan dari empat hari yang lalu deh.. apa karena orangtuamu gak setuju??,”
“yeah... gitu deh.. aku sih, mau aja,” balas Min ho datar
“kamu setuju gak??,” Makoto tanya ke Aiko
“gak apa.. itu terserah Min ho Otto,” jawab Aiko
“nah.. gitu dong.. sebenarnya kan keputusan ditangan kalian sendiri loh.. ngapain orangtua ikut campur??,” tanya Makoto
“umm,” Min ho hanya bergumam.

Sampai dirumah, mereka bicarakan lagi hal tersebut.
“apa perlu minta pertimbangan ayahku??,” tanya Aiko
“nanti ayahmu marah lagi??,” Min ho sudah curiga duluan
“kan kita belum tahu jawaban ayah,”
“jadi.. telepon ayahku saja ya??,” lanjut Aiko lagi
Min ho pun menurut apa kata pasangannya itu

“ada apa, Min ho kun??” tanya Kohashi
“ah..anoo, ayah mertua..aku ingin minta pertimbangan ayah mertua,” kata Min ho agak gugup
“tentang?? Apa ada hubungannya dengan Aiko chan??”
“tidak, ayah mertua..tapi dnegan aku sendiri,”
“ada apa??”
“aku...ingin berhenti kerja yang sekarang, ayah mertua.. kalau saya diterima jadi model,” balas Min ho dengan agak gugup
Kohashi malah tertawa,”oh... jadi menantu saya lebih cocok jadi model daripada pekerja ya??”
“sudah kamu katakan pada Aiko chan??”
“sudah, ayah mertua.. semua terserah aku,” balas Min ho
“lalu..apa kamu cerita juga ke orangtuamu??,”
“sudah, ayah mertua.. ayah saya kita ijinkan,”
“kenapa bisa?? Bukannya kamu bisa dapat uang banyak??hehe,” Kohashi malah menggoda menantunya
“jujur saja, ayah mertua..terkadang saya terlalu capek kerja sampai malam,”
“sudah resiko,” balas Kohashi,”bukannya aku sudah katakan... bahkan itu bisa buat kalian dewasa dan kalau memang sudah tidak sanggup..saya akan coba bantu tapi tidak seberapa..supaya kalian tetap bisa belajar??”
“ya, ayah mertua”
“lalu.. bagian mana dalam soal kamu ingin jadi model yang membingungkan?? Orangtua mu ingin kamu teruskan usaha mereka??”
Min ho mengiyakan.
“orangtuamu ada baiknya juga..pekerjaan sebagai model tidak akan lama..kamu harus mencari strategi sendiri”
“bagaimana menurut ayah mertua.. kalau model ini jadi selingan??”,
“tidak masalah,” balas Kohashi enteng,”tapi apa diijinkan oleh agent??”
Min ho mikir, dia bingung
“maunya jalan hidup kamu seperti apa dengan pekerjaan dan anakku, Min ho kun??”
“untuk sementara..aku mau kumpulkan banyak uang, ayah mertua....saya takut tidak cukup uang untuk anak kami,” balas Min ho polos
Kohashi tertawa terbahak-bahak,”bagus itu, Min ho kun.. aku suka, hahahahaha”
“jawab saja dari dalam hatimu sendiri..aku tidak bisa memaksa.. tapi jangan sampai anakku dan cucuku kekurangan uang..atau aku gantung kamu di kamar mandi”
“maukah ayah mertua mendukung saya sebagai model??,” pinta Min ho
“lalu..aku berhadapan dengan ayahmu??,” senyum Kohashi
“enak saja menyuruhku,” lanjutnya
“saya minta maaf, ayah mertua..tapi saya berfikir ini kesempatan baik saya,” balas Min ho
“ya..baiklah..kamu kerja jam berapa dengan advertising ini??”
“jam 4 sore sampai 12 malam, ayah mertua,”
“kasihan sekali..anakku bisa bisa gak dapat kasih sayang kamu..,”
“saya mohon bantuan ayah mertua,”
“ya baiklah..akan aku bicarakan.. ayahmu pasti takut pada ku,hahahaha,” Kohashi malah bercanda. Dia tahu pikiran Min ho kalau dia membantu menantunya itu, karena besannya takut padanya.

“jadi?? Ayah akan bantu Otto??,” tanya Aiko
Min ho mengangguk.
“lalu.. keputusan otto..tetap ingin menjadi model??,”
Min ho mengangguk lagi,”tidak apa kan?? Itu juga kalau aku diterima”
Aiko menggeleng,”iya..tidak apa.. asal buat Otto senang..aku juga senang”
“kita harus kumpulkan banyak uang..buat anak,” Min ho merangkul Aiko
Aiko menawarkan biskuit khusus ibu hamil padanya
“eh??memangnya aku ikutan hamil juga??hehe,” tapi Min ho malah makan biskuit itu
“enak juga ya.. biskuit berasnya, hehehe”, lanjutnya lagi
Mereka terus makan biskuit beras sama-sama. Aiko menyuapi Min ho, sementara Min ho tertawa-tawa. Mereka menghabiskan hari itu dengan bercerita, gossip tetang teman-teman kampus masing-masing dan teman kerjanya Min ho.

Bersambung ke part 16...