“kalian sudah gencatan senjata?,” Ken
nyengir kuda pada Min ho dan Aiko.
“memangnya perang korut-korsel,” ujar Min
ho.
Ken tertawa, disusul yang lain.
“habis..bagaimana lagi?? Kalau seperti itu
kan namanya perang dingin. Memang mirip Korut dan Korsel, iya kan?? Sama juga
China daratan dan Taiwan, hahaha”
“Min ho kun makin sibuk saja kamu,” kata
Makoto
“iya...tapi..aku pertimbangkan berhenti
jadi asisten komiknya Tachibana san... aku kasih saja ke Ichi kun,” balas Min
ho.
Ichirou mengangguk.
“eh.. btw.. apa nanti gak marah tuh,
Tachibana san??,” tanya Makoto lagi
“aku bilang baik-baik deh,” balas Min ho.
“kamu capek capek sekali kerja di
advertising.. lebih baik ikutan aku saja, Min ho kun.. jadi model, hehe,”
Makoto cengengesan
Aiko kaget,”eh??,” dia menghentikan
ngemilnya
“ibu hamil makan saja yang banyak..ini
urusan cowok-cowok,” kata Ken.
“bukan begitu, Ken kun.. mana bisa Min ho
Otto jadi model??,” Aiko tanya balik. Dia bingung, memang pasangannya bisa jadi
model??
“kamu berapa sih tingginya Min ho
kun...setinggi aku kan ya... 183 cm??”, tanya Makoto lagi
“lebih tinggi dari kamu.. 185,” jawab Min
ho
“nih..aku dapat ini dari jadi model,” dia
menunjukkan sebuah jam tangan ber merk ternama yang berlapis emas, sambil
nyengir kuda.
“wah.. mahal banget itu,” mata Rin melotot
“pastinya,” kata Makoto bangga
“postur badanmu bagus kok buat jadi model,
Min ho kun,” cengar cengir Makoto lagi
“malas ah.. aku gak pede,” jawab Min ho.
“mari kita tanya sang isteri... Aiko chan..
bagaimana menurutmu??,” tanya Ken, iseng
Min ho menoleh pada Ken,”eh?? Maksudnya
apa nih??”
“ssh.. ah.. nanti dulu..biarkan Aiko chan
berbicara,” kata Ken lagi
“aku terserah Otto saja,” jawab Aiko, dia
malah asik jilat jilat coklat yang ada di tangannya.
“cape deh,” keluh Makoto. Ken malah
tertawa.
“beneran loh.. kalau gak percaya.. aku kan
biaya kuliah dari jadi model, Aiko chan..,” kata Makoto lagi
“tanya saja sama Min ho Otto..,” jawab
Aiko lagi.
“kalau ada waktu..nanti kita ke agent
tempat ku kerja aja,” kata Makoto lagi
Min ho masih ragu, apa mau dia ambil atau
tidak.
Makoto tepuk-tepuk pundaknya,”pikirin dulu
deh.. gajinya lumayan banget.. dan kamu bisa tenar loh... “
“menurutmu... aku coba tidak??,” kata Min
ho pada Aiko dirumah susunnya sehabis makan tengah malam. Min ho baru pulang
dari kerjanya.
“Nampyeon sendiri.. suka tidak?? Nanti
kalau diterima, berarti siap untuk keluar juga dari perusahaan yang sekarang,
lalu ikut agent tempat Makoto kun bekerja.. lalu, ya tunggu kontrak mungkin,”
jawab Aiko
“umm,”gumam Min ho. Lalu tak berapa
lama,”harus kita bicarakan dengan orangtua tidak ya?”
“bicarakan saja dengan orangtua mu,” jawab
Aiko
“kalau terkenal.. jadi susah tentukan
waktu dong ya??,” Min ho sudah mikir jauh duluan.
“bisa sampai lama tidak..pekerjaannya??,”
tanya Aiko
“Maksudnya??apa bisa terus ada pekerjaan
jadi model, begitu??,”
Aiko mengangguk,”iya....kalau bisa lama,
dan kamu suka...ya sudah...ambil saja...harus bagaimana lagi?? Kalau memang
bingung, sekarang ini yang bagusnya dikerjakan”
“sekarang capek sekali kerjanya,” keluh
Min ho
“tapi kan bisa terus lama....kalau jadi
model, hanya sementara...kontrak sudah habis..sudah deh..harus cari kontrak
baru lagi”
Min ho mikir lagi,”bisa jadi selingan
enggak ya??”
“tanyakan dulu saja pada Makoto kun,”
jawab Aiko sambil masih sibuk makan
Min ho senyum,”kamu makan terus deh,
memang lapar sekali ya??”
“perutku sakit kalau kurang makan,”
jawabnya, masih sibuk
“bagi dong,” Min ho iseng malah jilatin
bekas coklatnya dari tangan Aiko
“ehhh?? Jorok sekali,”
Min ho tertawa,”habis...bagaimana dong
nih?? Huff,”
“besok Nampyeon
ikut Makoto kun saja dulu...baru kita pikirkan lagi,” balas Aiko,”jangan dulu
cerita pada ayah dan ibu, juga ke ayah dan ibu ku,”
“trus...kalau misalnya ambil keputusan
ikut dengan Makoto kun??”
“umm...kalau bisa sih...hanya selingan,”
senyum Aiko
“gitu ya??,”
Aiko mengangguk.
“sayang sekali kamu mau berhenti jadi
editor komikku, Min ho kun...padahal saya butuh kamu banget,”
“Maafkan saya, Tachibana san.....tapi,
saya juga yakin, Ichi kun pasti kerjanya bagus,” Min ho menunduk hormat dengan
duduk di depan Tachibana
“kerja mu yang semangat ya, Ichi kun...aku
andalkan kamu,” kata Tachibana
“terima kasih, Tachibana san,” jawab
Ichirou yang juga diajak Min ho
“jadi kamu sekarang positif hanya ambil
satu pekerjaan di advertising itu saja?? Aiko chan memang tidak kesepian ya??,”
tanya Tachibana
“sempat ribut sih,” Min ho garuk kepalanya
“iya...sampai seminggu lebih tuh,” timpal
Ichirou
“kalau kamu putuskan nikah muda seperti
aku dulu, ya memang harusnya jadi super dewasa, Min ho kun...kalau dikit-dikit
berantem, ya paling cepat usia pernikahanmu hanya sampai 6 bulan,” kata
Tachibana
Min ho agak ngeper juga dibilang seperti
itu, pikirannya langsung terbang ke calon anaknya.
“sebenarnya sih..yang paling sulit itu
tentang cari pekerjaan, Tachibana san...aku sendiri kan masih kuliah,” jawab
Min ho
“resiko,” balas Tachibana,”aku pun dulu
seperti kamu. Pernikahanku akhirnya bertahan sekitar 20 tahun, anakku seumuran
dengan kalian loh, hehe,”
“tapi..apa sama isteri yang sudah menemani
20 tahun ini..masih sahabatan?,” tanya Ichirou, malah dia yang penasaran
Tachibana senyum dan mengangguk,”iya,
masih. Kalau ada waktu, aku berkunjung, sebab kan anak ku tinggal dengannya”
“haaahhh...kalau dipikir, kehidupan
rumahtangga itu gak ada yang tahu kelanjutannya, bahkan kita sendiri yang
jalanin,” tambah Tachibana lagi
“tapi kalau segalanya bisa
dibicarakan...biasanya sih, masalah bisa jadi ringan”
Ichirou dan Min ho mengangguk.
Lalu,”nah...jadi, sekarang semua kerjaan ku
ditangani Ichi kun? Jadi, Ichi kun..tolong bantu aku ya,” kata Tachibana lagi
“untuk gaji..kamu mau dimuka seperti ayah
muda ini, atau nanti saja??,” Tachibana bercanda dengan menunjuk ke Min ho
“eh, hehe,” Min ho cengengesan
“nanti saja, Tachibana san....tunggu
pekerjaan ku selesai....aku kan gak punya isteri dan anak,” balas Ichirou
dengan mimik kalem
Min ho mengeplak
kepalanya,”bisa saja deh”
Seperti yang sudah dibicarakan oleh Min ho
dan Makoto, akhirnya mereka pergi juga ke agent tempat bernaungnya Makoto
sebagai model.
Min ho melihat banyak orang yang minimal
tinggi nya 180 cm dengan wajah yang mulai dari biasa sampai eksotik berkumpul
di sebuah ruangan.
“eh..jadi kita ngapain??,” tanya Min ho
“langsung ada audisi, hehe,” jawab Makoto,
cengengesan
“loh...aku kan cuma mau lihat dulu.. mana
bisa??,”
Makoto bingung,”mana bisa gitu?? Coba aja
dulu... ini lagi ada kesempatan diskusi. Kamu cuma perlu bawa ID card trus
nanti isi formulirnya....mumpung ada loh.. kapan lagi?”
“cape deh,” keluh Min ho. Lalu Makoto dan
dia berjalan ke meja pendaftaran.
“temanmu ya??,” tanya cewek di meja
pendaftaran
“iya, hehehe... ,” balas Makoto
“sepertinya bisa nih.. jadi model seperti
kamu.. ini pendaftarannya.. fotokopi ID card mu mana??atau saya scan skalian,” kata
cewek itu lagi
Min ho agak ragu menyerahkan ID cardnya,
tapi akhirnya dia berikan juga.
“wah... kamu bukan warga negara jepang ya?
Bawa passport??,” tanya cewek itu
lagi
Makoto berbisik,”menyusul deh... bisa
gak??”, sambil cengengesan.
“ah..kamu ini,” keluh si cewek itu, dia
tetap memberikan formulir pendaftaran pada Min ho
“ini tolong diisi, lalu serahkan lagi ke
saya.. nanti saya kasih lagi ID card mu.. isi sekarang juga.”
Min ho lalu mengisi dan tidak berapa lama,
kembali lagi.
“urutan kamu enggak lama sih... 10 orang
lagi,” senyum cewek itu
“jadi.. kalian ini masih kuliah gitu ya??
Baru mau tingkat dua??”
Min ho mengangguk.
“tapi cowok ini sudah mau punya anak,
hehehe,” Makoto malah menepuk nepuk pundak Min ho
Min ho menoleh. Si cewek malah tertawa,”hehehehe..
ah, Makoto kun ini memang tukang bercanda daridulu..”
“gak percaya?? Lihat aja nanti,” kata
Makoto lagi
“sudah deh.. jangan mulai,”gerutu Min ho.
“kalian bisa tunggu di ruang sana.. nanti
dipanggil,” kata cewek itu lagi, lalu mereka pun pamit.
Tidak berapa lama, antrian Min ho
dipanggil pun tiba. Dia masuk ruangan tanpa Makoto.
“Lee-san.. tujuan apa ingin mencoba
menjadi model??,” tanya fotografer yang jadi penilai.
Min ho agak lama tidak menjawab,”aduh..
jawab apaan nih??”, dia gugup juga akhirnya.
“ah.. eh.. aku disini diajak temanku,
Makoto kun.. katanya, kali saja aku bisa,” jawab Min ho malah polos.
Juri malah pada tertawa.
“ok, baiklah.. kami akan melihat cara kamu
difoto, lalu mimik wajah, pose dan lainnya.. jadi.. jangan kaku ya??”, kata
cowok fotografer itu.
“tinggi 185cm.. boleh juga.. wajah kamu
juga pas.. kalau serius, bisa juga kamu jadi model,” kata seorang cewek yang
juga juri.
“ayo silahkan..,” katanya lagi. Lalu Min
ho mengikuti cewek itu ke pojok ruangan yang memang ada kamera dan juga
lighting.
“sekarang test di foto.. terserah kamu mau
gaya apa saja... ok??,” senyum cewek fotografer itu.
“wah.. bingung nih,” Min ho malah
garuk-garuk kepala
Cewek fotografer jadi agak bingung
juga,”kenapa, Lee san??”
Min ho langsung sadar,”ah.. gak apa.. gak
apa..”
“okay, sip.. sudah bisa kita mulai??,”
tanya cewek itu ke Min ho
Min ho mengangguk. Lantas cewek itu
menyiapkan kameranya dan juga asistennya bersiap.
“kalau saya beri aba-aba mulai dengan
tangan saya..berarti kamu bergaya dan langsung akan saya foto ya... siap Lee
san??,”
Min ho mengangguk. Aslinya dia sangat
deg-degan, karena memang belum pernah melakukan hal seperti ini.
“siap ya...bergaya lah...1..2...3,” cewek
fotografer itu pun memulai.
Min ho akhirnya ambil gaya asal-asalan saja
supaya dia tidak gugup.
Cewek fotografer mengarahkan dia supaya
beberapa kali dia mengambil gambar Min ho, tidak kesulitan
“nah.. begitu bagus...,” kata cewek
fotografer itu
“click... click,” suara kamera.
10 menit berikutnya...
“selesai...”, senyum cewek fotografer itu.
Min ho sudah panas dingin gugup tapi
berusaha dia tetap tenang.
Cewek fotografer itu mendekat
padanya,”hei.. kamu gak kalah loh dari Makoto kun...lihat..kalau aku pribadi,
suka gaya mu yang seperti ini,”
“itu??,” Min ho heran
“ya..kenapa??,” tanya cewek itu
“eh..gak apa.. terima kasih sudah suka
gaya saya,” Min ho malah menunduk hormat
“padahal...itu aku lagi kesal bukan??,”
katanya dalam hati, aneh sendiri.
Mereka lalu datang lagi ke tempat yang
tadi.
“nah.. jadi Lee san..pengumuman akan kami
kabarkan dalam situs online kami...dan juga kami sudah punya no kontakmu..jadi
jika beruntung, kamu akan kami hubungi.. kami sudah menyiapkan sebuah kontrak
untuk sebuah produk pakaian pria dewasa,” kata juri yang lain.
“baik..terima kasih atas kesempatan yang
diberikan pada saya,” balas Min ho menunduk hormat. Dia lalu keluar ruangan.
Makoto menunggunya diluar.
“gimana?? Asik kan test nya??,” tanya
Makoto
“aku deg-degan..aku kan gak pernah difoto
seperti itu...harus pakai gaya segala,” balas Min ho.
“ah..sudah deh.. kita pulang aja..aku mau
main ke tempat kost mu,” kata Makoto lagi.
Min ho duduk di bawah, dia malah memegang
perut Aiko
“eh..sudah mulai besar ya??,” katanya,
senyum pada Aiko
Aiko mengangguk, balas senyum Min ho
dengan senyuman lagi,”iya.. tapi..aku lapar terus..setiap 2 jam aku makan”
“uang kita.. masih ada kan??,” kata Min ho
sambil mengelus perut
Aiko mengangguk,”masih cukup sekali..aku
berusaha menabung juga”
“Aiko chan.. kamu pernah punya perasaan
menyesal tidak...hidup dengan ku??,”
Aiko heran, kaget kenapa Min ho bertanya
seperti itu
“memangnya... kenapa??,”
“jawab saja yang jujur..
apalagi..minggu-minggu lalu kita ribut terus”
Aiko diam sejenak, dia ragu ingin
mengatakan nya pada Min ho
“kok..enggak dijawab pertanyaanku??,” Min
ho senyum
“tidak marah kan??,”
Min ho menggeleng,”jawab saja..aku ingin
tahu”
“eng....,” jawab Aiko, masih ragu
“aku tunggu,” balas Min ho
“iya...aku pernah menyesal...itu sebabnya
aku kabur,”
Min ho sama sekali tidak marah, dia malah
senyum
“ya...aku tahu aku kasar
terhadapmu...kadang aku pusing mikirin hidup kita...jadi..aku kasar,”
“aku minta maaf juga padamu, Min ho
Nampyeon...sama sekali aku tidak ingin kabur...kemarin waktu aku dikurung
itu...aku lapar, kedinginan,gak enak badan,”
Min ho memeluk Aiko,”kamu ini... aku yang
salah kok..aku yang minta maaf...coba kalau aku gak tahu ada anak kita disana,
kamu bisa pingsan kelaparan...maafin ya??”
Aiko mengangguk dalam pelukan Min ho.
“kita ini masih muda banget...tapi sudah
nekat menentukan jalan hidup yang diambil orang sudah berumur... ,” balas Min
ho.
“aku kasihan sama Nampyeon kalau bekerja
terlalu keras...siang..malam..bahkan hampir tidak tidur supaya aku bisa kuliah
dan juga makan,”
Min ho malah senyum lagi,”kan supaya kita
bisa mandiri...sulit ternyata hal ini dilakukan, benar benar menguras
hidupku...aku juga sempat berfikir kita harus pisah..tapi.. Tachibana san
menyemangati ku”
“aku juga sempat berfikiran ingin berpisah
saat itu,” balas Aiko
“kalau sekarang??,” senyum Min ho, masih
memeluknya
“aku berusaha tidak memikirkannya lagi,”
Min ho melepas pelukannya, lalu senyum
pada Aiko
“eh..kamu cantik deh.. kosmetik yang aku
berikan..kamu pakai ya??,”
Aiko mengangguk.
“eh..tapi kan kata orang banyak.. cewek
hamil itu bisa lebih cantik ya??hehe,” canda Min ho
Dia mencium Aiko.
“tetap temani aku ya?? Kadang aku merasa
kesepian, Aiko chan...dari awal berada disini sendiri kuliah..aku merasa
kesepian,”
Dia memeluk Aiko lagi..sampai lama..
“Appa tidak ijinkan aku menjadi
model??kenapa?? uangnya bisa aku gunakan untuk harian juga aku bisa tabung
supaya aku dan Aiko chan bisa ke Seoul,” kata Min ho, dia menelepon ayahnya
“bukannya kamu sudah punya pekerjaan
tetap?? Menjadi model hanya kontrak, tidak panjang, dan kalau kontrak sudah
selesai dan kamu tidak lagi punya kontrak baru, uang mu bisa habis,”
“aku memang baru hanya ikut audisinya
saja, Appa...aku belum mendapat keputusan apa diterima atau tidak..tapi aku
rasa, aku perlu bilang pada Appa dan Eomma,”
“kami tidak setuju,” balas Ayahnya, dengan
suara tegas
Min ho mikir lagi, dia agak kurang suka
juga, kenapa ayahnya tidak suka dia seperti itu.
“aku ingin kamu kerja seperti biasa, lalu
kalau bisa, kamu naik posisi dan belajar menguasai manajemen perusahaan... aku
salah juga membiarkan kamu kuliah desain dan animasi,” balas ayahnya lagi.
“akan aku pikirkan, Appa...”
“ya...pikirkan.. aku sudah keras
mengajarmu..semua ini demi kebaikan kamu juga,” kata ayahnya lagi.
Dalam hatinya, Min ho mengeluh,”yang satu
militer..yang satu pengusaha keras hati...uh”, tapi walau menggerutu, dia tetap
mencoba menuruti kemauan ayahnya itu.
“bagaimana kuliahmu?? Semuanya lancar???,”
“lancar, Appa...semua berkat doa Appa dan
Eomma,” balas Min ho
“awalnya kami ingin kesana... tapi kami
pikir..kamu dan keluarga kecilmu yang sebaiknya kesini,”
“iya, Appa..aku sedang berusaha
menabung...,”
“bagus...aku suka itu.. kamu memang
andalan kami...tapi bukan berarti kami memanjakan kamu sekarang...kamu harus
belajar semua disana.. karena ketika kamu sudah selesai kuliah, harus segera
pulang, lalu urus semua bisnis ku disini,”
“iya, Appa.. aku faham,” balas Min ho.
“jadi...pikirkan kembali kalau ingin
menjadi model..jangan sampai kamu tinggalkan pekerjaan mu yang sudah ada,”
“baik, Appa..,”
“ayahku sepertinya enggak setuju deh,” Min
ho bertemu Makoto di sebuah kafe
“yeah.. yeah.. itu sih terserah kamu...
kemarin mereka pada suka juga loh sama kamu.. feeling ku sih.. kamu bakalan
dipilih mereka..,” jawab Makoto
“kalian ini sudah nikah...tapi kok
kehidupannya masih dikendalikan orangtua sih??,”
“kami kan masih kecil,” balas Min ho
dengan cemberut
“kalau kamu sendiri, Aiko chan??,” tanya
Makoto lagi
“ya..sama saja,” Min ho yang menjawab
“wah wah.. kapok deh.. untung aku masih
senang pacaran dan hura-hura,” balas Makoto dengan ekspresi tidak mau tahu.
“tapi kalau memang nanti diterima, gimana
dong?? Pengumumannya besok loh..di telepon.. kamu harus bisa berfikir jernih,
Min ho kun.. mau jadi pekerja biasa atau jadi model,”
Min ho diam sejenak, dalam hatinya, dia
lebih pilih jadi model.
“gimana??,” tanya Makoto lagi
“aku harus pikirkan dulu nih,” jawab Min
ho
“sepertinya sudah dipikirkan dari empat
hari yang lalu deh.. apa karena orangtuamu gak setuju??,”
“yeah... gitu deh.. aku sih, mau aja,”
balas Min ho datar
“kamu setuju gak??,” Makoto tanya ke Aiko
“gak apa.. itu terserah Min ho Otto,”
jawab Aiko
“nah.. gitu dong.. sebenarnya kan
keputusan ditangan kalian sendiri loh.. ngapain orangtua ikut campur??,” tanya
Makoto
“umm,” Min ho hanya bergumam.
Sampai dirumah, mereka bicarakan lagi hal
tersebut.
“apa perlu minta pertimbangan ayahku??,”
tanya Aiko
“nanti ayahmu marah lagi??,” Min ho sudah
curiga duluan
“kan kita belum tahu jawaban ayah,”
“jadi.. telepon ayahku saja ya??,” lanjut
Aiko lagi
Min ho pun menurut apa kata pasangannya
itu
“ada apa, Min ho kun??” tanya Kohashi
“ah..anoo, ayah mertua..aku ingin minta
pertimbangan ayah mertua,” kata Min ho agak gugup
“tentang?? Apa ada hubungannya dengan Aiko
chan??”
“tidak, ayah mertua..tapi dnegan aku
sendiri,”
“ada apa??”
“aku...ingin berhenti kerja yang sekarang,
ayah mertua.. kalau saya diterima jadi model,” balas Min ho dengan agak gugup
Kohashi malah tertawa,”oh... jadi menantu
saya lebih cocok jadi model daripada pekerja ya??”
“sudah kamu katakan pada Aiko chan??”
“sudah, ayah mertua.. semua terserah aku,”
balas Min ho
“lalu..apa kamu cerita juga ke
orangtuamu??,”
“sudah, ayah mertua.. ayah saya kita
ijinkan,”
“kenapa bisa?? Bukannya kamu bisa dapat
uang banyak??hehe,” Kohashi malah menggoda menantunya
“jujur saja, ayah mertua..terkadang saya
terlalu capek kerja sampai malam,”
“sudah resiko,” balas Kohashi,”bukannya
aku sudah katakan... bahkan itu bisa buat kalian dewasa dan kalau memang sudah
tidak sanggup..saya akan coba bantu tapi tidak seberapa..supaya kalian tetap
bisa belajar??”
“ya, ayah mertua”
“lalu.. bagian mana dalam soal kamu ingin
jadi model yang membingungkan?? Orangtua mu ingin kamu teruskan usaha mereka??”
Min ho mengiyakan.
“orangtuamu ada baiknya juga..pekerjaan
sebagai model tidak akan lama..kamu harus mencari strategi sendiri”
“bagaimana menurut ayah mertua.. kalau
model ini jadi selingan??”,
“tidak masalah,” balas Kohashi
enteng,”tapi apa diijinkan oleh agent??”
Min ho mikir, dia bingung
“maunya jalan hidup kamu seperti apa
dengan pekerjaan dan anakku, Min ho kun??”
“untuk sementara..aku mau kumpulkan banyak
uang, ayah mertua....saya takut tidak cukup uang untuk anak kami,” balas Min ho
polos
Kohashi tertawa terbahak-bahak,”bagus itu,
Min ho kun.. aku suka, hahahahaha”
“jawab saja dari dalam hatimu sendiri..aku
tidak bisa memaksa.. tapi jangan sampai anakku dan cucuku kekurangan uang..atau
aku gantung kamu di kamar mandi”
“maukah ayah mertua mendukung saya sebagai
model??,” pinta Min ho
“lalu..aku berhadapan dengan ayahmu??,”
senyum Kohashi
“enak saja menyuruhku,” lanjutnya
“saya minta maaf, ayah mertua..tapi saya
berfikir ini kesempatan baik saya,” balas Min ho
“ya..baiklah..kamu kerja jam berapa dengan
advertising ini??”
“jam 4 sore sampai 12 malam, ayah mertua,”
“kasihan sekali..anakku bisa bisa gak
dapat kasih sayang kamu..,”
“saya mohon bantuan ayah mertua,”
“ya baiklah..akan aku bicarakan.. ayahmu
pasti takut pada ku,hahahaha,” Kohashi malah bercanda. Dia tahu pikiran Min ho
kalau dia membantu menantunya itu, karena besannya takut padanya.
“jadi?? Ayah akan bantu Otto??,” tanya Aiko
Min ho mengangguk.
“lalu.. keputusan otto..tetap ingin
menjadi model??,”
Min ho mengangguk lagi,”tidak apa kan??
Itu juga kalau aku diterima”
Aiko menggeleng,”iya..tidak apa.. asal
buat Otto senang..aku juga senang”
“kita harus kumpulkan banyak uang..buat
anak,” Min ho merangkul Aiko
Aiko menawarkan biskuit khusus ibu hamil
padanya
“eh??memangnya aku ikutan hamil
juga??hehe,” tapi Min ho malah makan biskuit itu
“enak juga ya.. biskuit berasnya, hehehe”,
lanjutnya lagi
Mereka terus makan biskuit beras
sama-sama. Aiko menyuapi Min ho, sementara Min ho tertawa-tawa. Mereka menghabiskan
hari itu dengan bercerita, gossip tetang teman-teman kampus masing-masing dan
teman kerjanya Min ho.
Bersambung ke part 16...