Dua tahun lalu, aku memutuskan pergi pasang kawat gigi akhirnya di
banten, yah.. terbilang murah dibanding di Jakarta dan sekalian
silaturahmi. Biasanya perjalanan dimulai dari Kedoya dan berakhir naik
busway di Kebayoran baru.
Hari itu busway agak sepi karena memang masih sore sekitar jam 16.00. Akupun masuk busway. Dilihat, ada anak kecil berdiri saja, padahal bangku sebelahnya kosong.
Aku iseng bilang,"kok gak duduk? nanti kamu capek loh". Padahal.. aku sengaja memancingnya ngobrol supaya dia terbuka. Aku hanya melihat, sepertinya anak ini punya teman imajinasi.
Iya, dalam psikologi dikenal istilah "imaginary friend". Definisinya adalah: pertemanan antara seseorang dengan imajinasinya dibandingkan dengan fisik nyatanya. Bagi yang pernah nonton film "Drop Dead Fred" yang mainnya Drew Barrymoore, itu bercerita tentang imaginary friend yang nakal sampai Drew (memerankan jadi Elizabeth Cronin) besar. Imaginary friend biasanya terjadi pada anak-anak, dan pada saat sekolah, dia akan hilang. Tapi, tidak selalu, dia juga bisa ada di saat kita remaja, atau bahkan dewasa.
Lanjut, anak kecil itu menjawab "ada temanku duduk.. iya kan, Rika??"
Wah.. aku cuma senyum.. anak ini punya imaginary friend yang bukan sekedar imajinasi, tapi bisa memperngaruhi dia sampai besar kalau tidak di kontrol. Aku seperti melihat diriku sendiri yang bisa bermain lama-lama tanpa orang lain dengan "seseorang".
Aku malah jadi suka ngobrol sama dia,"kamu kan bisa duduk sama Rika??"
Jawabnya, dia enggak mau duduk, biar Rika yang duduk aja. Waktu itu, anak kecil itu pergi bersama ayahnya yang duduk di depannya.
"Rika sama kamu.. mau kemana??," aku sengaja mengalihkan pembicaraannya supaya tidak sibuk dengan teman imajinasinya itu. Jawabnya, dia mau jalan ke PIM (pondok indah mall).
Aku iseng bercanda, kalau Rika nya ditinggal aja sama aku duduk sampai selesai busway (lebak bulus), padahal aku juga turun sebelum dia. Anak itu gak suka, katanya Rika gak mau ditinggal dirinya.
Aku melihat wujud Rika marah terhadapku.. tapi aku coba senyum dingin pada wujud anak kecil berponi, berambut bop, memakai baju cream dan bersepatu plastik yang duduk di depan anak itu.
Dalam hati, aku mencoba komunikasi dengan "teman" anak itu yang bernama Rika, kalau sebaiknya Rika meninggalkan dirinya kalau anak itu sudah besar.
Aku sempat bilang pada ayahnya, apa memang anaknya selalu ngobrol sama Rika, ayahnya mengiyakan dan mendiamkan saja. Waduh.. aku harus gimana dong! Rika ini bakalan jadi lebih dari sekedar teman imajinasi biasa..
Anak itu terus ngobrol dengan teman imajinasi bernama Rika. Rika pun, dalam penglihatannku memang ngobrol dengan anak itu. Busway melaju sampai Kebayoran baru. Sebenarnya aku sedih dengan anak itu, dan ketika aku mau turun.. aku melihat Rika senyum dingin..dia serasa menang karena aku gak berhasil mendekati ayahnya buat mengatakan: Rika menurutku bukan teman imajinasi yang baik.
bersambung ke part 12...
Hari itu busway agak sepi karena memang masih sore sekitar jam 16.00. Akupun masuk busway. Dilihat, ada anak kecil berdiri saja, padahal bangku sebelahnya kosong.
Aku iseng bilang,"kok gak duduk? nanti kamu capek loh". Padahal.. aku sengaja memancingnya ngobrol supaya dia terbuka. Aku hanya melihat, sepertinya anak ini punya teman imajinasi.
Iya, dalam psikologi dikenal istilah "imaginary friend". Definisinya adalah: pertemanan antara seseorang dengan imajinasinya dibandingkan dengan fisik nyatanya. Bagi yang pernah nonton film "Drop Dead Fred" yang mainnya Drew Barrymoore, itu bercerita tentang imaginary friend yang nakal sampai Drew (memerankan jadi Elizabeth Cronin) besar. Imaginary friend biasanya terjadi pada anak-anak, dan pada saat sekolah, dia akan hilang. Tapi, tidak selalu, dia juga bisa ada di saat kita remaja, atau bahkan dewasa.
Lanjut, anak kecil itu menjawab "ada temanku duduk.. iya kan, Rika??"
Wah.. aku cuma senyum.. anak ini punya imaginary friend yang bukan sekedar imajinasi, tapi bisa memperngaruhi dia sampai besar kalau tidak di kontrol. Aku seperti melihat diriku sendiri yang bisa bermain lama-lama tanpa orang lain dengan "seseorang".
Aku malah jadi suka ngobrol sama dia,"kamu kan bisa duduk sama Rika??"
Jawabnya, dia enggak mau duduk, biar Rika yang duduk aja. Waktu itu, anak kecil itu pergi bersama ayahnya yang duduk di depannya.
"Rika sama kamu.. mau kemana??," aku sengaja mengalihkan pembicaraannya supaya tidak sibuk dengan teman imajinasinya itu. Jawabnya, dia mau jalan ke PIM (pondok indah mall).
Aku iseng bercanda, kalau Rika nya ditinggal aja sama aku duduk sampai selesai busway (lebak bulus), padahal aku juga turun sebelum dia. Anak itu gak suka, katanya Rika gak mau ditinggal dirinya.
Aku melihat wujud Rika marah terhadapku.. tapi aku coba senyum dingin pada wujud anak kecil berponi, berambut bop, memakai baju cream dan bersepatu plastik yang duduk di depan anak itu.
Dalam hati, aku mencoba komunikasi dengan "teman" anak itu yang bernama Rika, kalau sebaiknya Rika meninggalkan dirinya kalau anak itu sudah besar.
Aku sempat bilang pada ayahnya, apa memang anaknya selalu ngobrol sama Rika, ayahnya mengiyakan dan mendiamkan saja. Waduh.. aku harus gimana dong! Rika ini bakalan jadi lebih dari sekedar teman imajinasi biasa..
Anak itu terus ngobrol dengan teman imajinasi bernama Rika. Rika pun, dalam penglihatannku memang ngobrol dengan anak itu. Busway melaju sampai Kebayoran baru. Sebenarnya aku sedih dengan anak itu, dan ketika aku mau turun.. aku melihat Rika senyum dingin..dia serasa menang karena aku gak berhasil mendekati ayahnya buat mengatakan: Rika menurutku bukan teman imajinasi yang baik.
bersambung ke part 12...