Lee Minho sebagai Dokter Minho Gackt
sebagai Dokter Kamui
Orangtua dan kekasih nya Yamagata Sakura
pun masuk ke ruangan Chiaki. Mereka bertemu untuk membicarakan kelanjutan
pengobatan perempuan yang menderita severe
myoma itu.
Chiaki menjelaskan, terutama kepada
kekasihnya Sakura bahwa ini akan menjadi cobaan yang berat bagi pasangannya itu
karena mereka akan mengoperasi habis myoma dalam rahimnya sehingga Sakura akan
tidak bisa lagi memiliki anak dalam hidupnya. Kekasih Sakura terlihat terpukul
dengan kenyataan ini.
“tidak ada pilihan lain, Matsumoto
san...kita semua sebaiknya mengetahui hal ini dari awal, tapi semuanya sudah
terlanjur dan jalan satu-satunya hanya bisa dengan operasi ini, memangkas semua
bagian rahim sampai ovarium nya juga, maafkan kami..memang seperti itu
prosedurnya. Kami sudah berikan obat pengontrol, transfusi darah
berkantung-kantung, tampaknya tidak menyelesaikan masalah karena ini sudah
ganas, bisa menjadi kanker jika kita tidak lekas bertindak,” kata Chiaki
Minho mengangguk, mendukung apa kata
Chiaki.
“itu benar, Yamagata san, Matsumoto
san.... jiwa Yamagata Sakura bisa terancam jika tidak cepat dioperasi, karena
kehilangan darahnya banyak sekali. Mungkin Yamagata sakura sudah cerita pada
anda semua.. dan lagi..tidak baik jika Yamagata san selalu di transfusi
darah..lama-lama, akan terjadi penolakan atau bahkan kelainan heme pada
darahnya,” kata Minho.
“ya, memang...itu sebabnya dia menyerahkan
keputusan ini kepada kami,” balas orangtua Sakura.
“Lee sensei yang akan membantu jalannya
operasi,” kata Chiaki
Minho menunduk hormat,”ya..saya..juga akan
dibantu dengan dokter bedah yang lain”
“terima kasih, Lee sensei,” balas
Orangtuanya Sakura.
Sementara, dilihat kekasihnya Sakura malah
banyak diam. Minho berfikir, dengan penjelasan yang panjang resikonya kepada
kekasih Sakura itu, dia jadi stress dan mungkin memutuskan hubungan dengan
Sakura.
“Rencananya.. besok akan segera kami
operasi.. apa bapak dan ibu serta anda, Matsumoto san..ingin bertemu dengan
Yamagata san??,” tawar Chiaki.
Orangtua sakura menunduk hormat, meminta
bertemu.
Minho, Chiaki, orangtua Sakura dan
Matsumoto lantas menuju ruangan.
Ketika berjalan saling bersampingan antara
Minho dan Chiaki, Chiaki tersenyum pada Minho. Minho malah terlihat salah
tingkah.
“bagaimana kalau Lee sensei saja yang
menemani mereka?,” tanya Chiaki pada Minho.
Minho menoleh, membalas dengan sedikit
gugup,”baiklah”
“nah.. ibu-bapak dan juga Matsumoto san...
untuk konsultasi berikutnya dalam kamar inap Yamagata san..saya serahkan kepada
Lee sensei,” kata Chiaki
Minho menunduk hormat pada mereka.
Mereka lalu masuk ruangan tempat Sakura di
rawat
Minho membuka pintu, dia senyum pada
Sakura,”sore, Yamagata san,”
Sakura menjawab dengan suara lemah, ditangannya
masih ada infus,” sore, Lee sensei..apa kabarnya?,” dia membalas senyum Minho.
“baik..saya bersama kedua orangtua dan
kekasihmu,” senyum Minho lagi.
“apa..ini pembicaraan tentang operasi saya
dua hari lagi??,”
Minho mengangguk,”begitulah.. saya
harapkan, Yamagata san siap”
Sakura malah menangis,”aku wanita malang,”
Minho menghampirinya lebih dekat, lalu
mengambil kursi dan duduk di depannya,”Anda masih punya orang-orang yang sayang
dengan Anda, yamagata san”. Minho senyum padanya, mencoba menghiburnya.
Sakura malah melihat pacarnya,”apa.. kamu
masih akan setia denganku..??”, ternyata mereka sebentar lagi akan menikah.
Matsumoto diam.
“jawab, Ryohei kun.. apa kamu masih akan
setia padaku??,”
Cowok yang bernama Ryohei Matsumoto itu
diam mematung.
Minho malah memberikan tissue pada Sakura.
“aku sungguh menjadi wanita yang akan
tidak berguna, Lee sensei.. sebaiknya aku mati saja,” katanya lagi
Minho juga diam. Dia hanya menatap Sakura
“jangan berkata begitu, nak.. kamu masih
punya harapan,” kata ibunya Sakura, dia juga ikutan sedih
“mana ada lelaki yang mau dengan saya yang
akan tidak bisa punya anak dan tidak punya rahim lagi, Okaasan?? Kenapa Tuhan tega padaku?? Kenapa Tuhan membuat aku
begini??,” ratap Sakura.
“sabar, Yamagata san,” kata Minho
“Sensei tidak akan pernah bisa merasakan
penderitaan ku,” kata Sakura pada Minho.
Minho sadar itu, dia menangkan hati
Sakura,”saya mengerti, Yamagata san.. semua keputusan ada ditangan Yamagata
san”
“aku akan cepat mati kehabisan darah jika
tidak dihilangkan rahim ku bukan?? Jawab, Sensei,” katanya pada Minho.
Minho mengangguk,”maafkan saya.. memang
seperti itu”
“apa..aku mati saja kehabisan darah??,”
senyum Sakura pada Minho dan lainnya.
“jangan begitu, nak.. kamu akan sembuh,”
kata Ibunya sakura lagi
“Tapi aku tidak mau begini, Okaasan.. aku mau sehat.. aku mau punya
anak dari Ryohei kun!!,” Sakura mengamuk, dia menarik selang infusnya
“yamagata san.. sadar!,” Minho mencoba menenangkannya.
Ibunya Sakura menangis, memeluk suaminya.
Ryohei memeluk Sakura,”Sakura chan..
tenang!”
“Mana bisa aku tenang kalau aku akan tidak
bisa punya anak, Ryohei kun!!,” teriak Sakura lagi
Dia terus berteriak-teriak sementara
Rhoyei memeluknya, terus menenangkannya.
Minho hanya bisa memandang mereka, dalam
hatinya juga merasakan, bagaimana kalau dia yang menjadi Sakura.
Sakura merasa kelelahan, dia hanya bisa
menangis.
Mereka masih berkumpul di ruangan itu, Minho
lalu menghampiri ayahnya Sakura.
“yamagata san.. tetap harus ada
persetujuan tanda tangan keluarga pasien.. harap Anda berbicara dengan Sakura
san dengan tenang,” kata Minho
“saya akan tinggalkan Yamagata san dan
keluarga.. untuk berembuk..akan saya tunggu diluar,” lanjut Minho lagi. Dia
menunduk hormat, lalu keluar ruangan.
Minho menunggu di luar, ruang tunggu tepat
di samping pintu kamar Sakura.
Tak berapa lama, Ryohei keluar. Dia
berdiri di depan Minho.
“Apa benar.. dia tidak akan bisa punya
anak, kalau kami menikah??,” tanya Ryohei pada Minho.
Minho mempersilahkan duduk di sampingnya.
“saya sudah menjelaskan apa adanya kepada
Yamagata Sakura..dan..memang itu hal yang terburuk”
“orangtuaku pasti tidak bisa menerima hal
itu, Lee sensei,” jawab Ryohei
“itu cara Yamagata san agar cepat
sembuh..kami hanya bisa melakukannya sampai sana,” balas Minho lagi.
“kalau begitu..kemungkinan aku harus
berpisah dengannya,”
Minho tidak kaget dengan hal itu,”itu
pilihan Anda..tetapi tidak ada salahnya, untuk saat ini tidak membuat Yamagata
san merasa down dan tidak lagi ada yang membutuhkannya, sebab dia masih
muda..harusnya kehidupan reproduksinya masih panjang,”
Ryohei menarik nafas, sampai terdengar
oleh Minho.
“aku harus bagaimana, Lee sensei??,”
“berusaha untuk tidak menyinggungnya
setelah ini, semua keputusan hidup tergantung Anda juga, apakah mau meneruskan
hubungan dengannya atau tidak..yang jelas, anak bisa didapat dengan adopsi
untuk jaman ini... Anda tidak perlu ragu.. yang dibutuhkan adalah komunikasi
antara Anda dengan orangtua sendiri..,”
“ummm,” gumam Ryohei.
“maaf...jika memang Anda lelaki yang
benar-benar mencintai Yamagata san..tentunya Anda tidak akan mudah
meninggalkannya,” kata Minho, kalem.
“memang harusnya seperti itu, Lee sensei..
tetapi..bukankah Lee sensei juga tahu.. kalau lelaki menikah.. pasti dia juga
ingin punya anak dari pasangannya??,”
Minho senyum dan mengangguk,”iya.. memang
begitu”
“tetapi.. jika kita lebih dalam lagi
menelusuri perasaan Yamagata san.. tentulah dia mengharapkan Matsumoto san
tidak membedakan keadaannya yang sekarang dengan yang dulu.. menerima dia yang
sekarang sekurang-kurangnya,” senyum Minho.
Ryohei diam agak lama. Minho ikut diam.
“aku akan berfikir, Lee sensei,” jawab
Ryohei
“hal ini tidak bisa di elakkan, Matsumoto
san....demi keselamatan Yamagata san... setelah ini, Yamagata san juga akan
menjalani beberapa terapi..sehingga kami usahakan untuk tidak terlalu payah
ketika memang kehidupannya terpaksa berubah,” balas Minho.
Ryohei berdiri,”aku cinta dia sejak
lama..sejak SMP...soal anak...akan aku rundingkan dengan keluargaku,”
Minho ikutan berdiri, berhadapan dengan
Ryohei.
“Lelaki sebaiknya juga mengerti perempuan,
Matsumoto san.. dan kondisi Yamagata san meminta kita untuk mengerti
tentangnya,” jawab Minho.
Minho senyum padanya,”semua keputusan
terbaik masa depan Matsumoto san dan Yamagata san ada di tangan Anda, Matsumoto
san...”
Ryohei menunduk hormat pada Minho,”Anda
dokter yang baik...terima kasih, Lee sensei”
Kemudian, mereka masuk ruangan lagi.
Ryohei menggenggam tangan pacarnya itu,
Sakura.
“aku mau, kamu tetap
operasi..bagaimanapun, kamu harus sehat, Sakura chan..tidak usah berfikir lagi
macam-macam...aku sudah suka kamu sejak kita SMP bertemu”
Sakura masih mengelak
ketakutan,”tapi...waktu itu aku sehat kan?? Sekarang aku sakit”, dia menangis
“sudahlah, Sakura chan..sehat atau
sakit..kamu tetaplah Sakura chan dimataku,” balas Ryohei.
“apa benar.. kamu akan menerima aku
setelah ini, Ryohei kun?? Aku takut sekali,”
Ryohei memeluk Sakura..
“daijyoubu...
shinpai shinaide.. ore wa omae o aishiteru (jangan khawatir..aku tetap
mencintaimu-red),”
Sakura menangis,”terima kasih, Ryohei kun”
Minho senyum,”jadi..apakah lusa...
Yamagata san sudah siap??”
Sakura mengangguk lemah.
Minho menunduk hormat pada mereka
semua,”terima kasih. Kami akan menyiapkan suratnya”
Mereka kemudian pamit pada Sakura ke ruang
administrasi untuk tanda tangan.
“saya harap, saya akan bisa menerima
Sakura chan apa adanya setelah ini,” kata Ryohei lagi pada Minho.
“saya harapkan juga begitu...saya tidak
ingin mencampuri kehidupan pribadi Matsumoto san dan Yamagata san...sekali
lagi, seperti ini lah cara Yamagata san keluar dari penderitaannya,” Minho
menunduk hormat pada Ryohei
“terima kasih, Lee sensei...Anda
benar-benar dokter yang mempertimbangkan hati dan perasaan kekasih saya, terima
kasih,” Ryohei balas penghormatan Minho.
“ah..sudah kewajiban saya, Matsumoto san,”
senyum Minho.
Mereka lalu pamit, Minho pun berpisah, dia
kembali ke ruangan Chiaki.
“jadi...bagaimana Minho kun??,” Chiaki
memanggilnya dengan nama kecil, Minho agak gugup dipanggil seperti itu.
“besok, aku sudah katakan pada Ueda san
dan asistennya untuk membantu kita,” balas Minho
“terima kasih banyak atas segalanya, Minho
kun...dimanapun, aku tetap membutuhkanmu,” senyum Chiaki.
“tidak apa,” balas Minho singkat,”aku
permisi,” dia menunduk hormat pada Chiaki dan pergi.
Chiaki menangkap tangan Minho, Minho
kaget, dia makin gugup.
“ada apa, Chiaki chan??,”
Chiaki memeluknya,”aku rasa...aku masih
membutuhkanmu dalam hidupku, Minho kun, tetapi aku berfikir, suatu saat, kamu
akan jauh dan dimiliki orang lain yang mungkin aku kenal”
Minho diam saja, dia ingat bagaimana sakit
hatinya dilempar dari kerjaan, dari komunitas rekan sejawat di Kenzai
University hanya karena dia pernah mencintai Chiaki Akimoto.
Minho tidak menanggapi
pelukannya,”sudahlah, Chiaki chan, itu semua masa lalu...kita hidup dimasa sekarang”
“kamu yakin..kamu bisa berfikir seperti
itu, Minho kun??,” tanya Chiaki, dia masih memeluk Minho
“aku berusaha,” jawab Minho datar.
“aku berharap aku bisa melupakanmu, Minho
kun,” barulah Chiaki melepas pelukannya pada Minho
Minho senyum tipis,”kita harus melupakan
masa lalu kita”
“aku permisi,” dia menunduk hormat pada
Chiaki dan pergi
Chiaki memandangnya keluar dari balik
pintu kaca. Lalu dia menelepon Shiori
“yo, Shiori chan...apakah kamu ada waktu
malam ini??,”katanya dengan suara ceria
“Akimoto sensei..maaf..malam ini aku harus
bicara dengan Kamui sensei dan juga Lee sensei untuk proyek penelitian kita.
Bagaimana kalau esok malam??”
“ah...tidak apa juga esok malam, aku akan
telepon lagi,” senyum Chaki
“jya
ne, Shiori chan,” katanya
lagi
Shiori bingung,”ada apa ya?? Ah”, dia
meneruskan jaga nya di IGD.
Sementara, Minho memandang dirinya di
dalam rest room cowok.
Wajahnya merah, dia mencuci mukanya.
“uh.. kenapa lagi aku harus bertemu dan
kerjasama dengan Chiaki chan?? Aku tidak ingin lagi bermasalah dengan
keluarganya,” keluhnya sambil melihat wajahnya di cermin.
Dia termenung saja di depan cermin sampai
agak lama juga. Dia mengenang lagi masa dulu mesra dan pacaran dengan Akimoto
chiaki. Usia Minho dan Chiaki terpaut 5 tahun lebih muda Minho darinya. Ya,
Chiaki saat itu menjadi dosen pengajar dan Minho menjadi asistennya. Tanpa
mereka rasa seiring waktu, mereka jadi jatuh cinta.
Tapi hal itu bukannya mudah, sebab Chiaki
pada dasarnya anak dokter kaya berpengaruh di universitas Kenzai. Sedang Minho
anak orang biasa yang tidak jelas asal usul keluarganya. Hubungan mereka
berjalan tidak sempurna.
“Aku tahu.. kamu diam-diam berpacaran
dengan anak ku, Lee sensei.. tapi status sosial kami dan kamu berbeda.. jadi,
aku harap, kamu sadar dengan tingkahmu sendiri,” itu yang Takeo Akimoto ucapkan
pada Minho ketika dia tahu hubungan anaknya dengan Minho.
Minho cuma bisa menunduk ketika dirinya
dijatuhkan dengan status sosialnya yang tidak jelas. Ya, keluarga Minho memang
tidak jelas. Ibu Ayahnya sudah tidak ada. Dia hanya tahu, ketika kecil, Ayahnya
yang orang Korea menikah dengan seorang wanita Jepang supaya mendapatkan warga
negara Jepang demi mencari kehidupan yang lebih baik dinegeri ini, lalu
lahirlah dia. Dia tumbuh dalam kondisi keluarga dengan ekonomi pas-pasan,
sehingga sama sekali dia tidak punya waktu untuk bermain, hanya belajar, tidak
ada hura-hura dalam hidupnya.
Ayahnya bisa dikatakan hanya bekerja
sebagai buruh kasar, setiap hari dia hanya makan nasi dan sayur, sementara
ibunya seorang ibu rumahtangga. Suatu hari, ayahnya tidak sanggup membiayai
sakit ibunya yang semakin parah dan akhirnya meninggal. Minho terpukul, karena
dia sangat dekat dengan sosok ibunya. Beberapa tahun lamanya dia masih menjadi
anak yang sangat pendiam dimanapun, dirumah maupun sekolah. Sampai serasa
hubungan antara anak dan ayah menjadi renggang karena ketidakadanya sosok ibu.
Lantas ayahnya menikah lagi. Dia lalu
mempunyai adik, seorang lelaki dan perempuan bernama Akira dan Nami. Tak berapa
lama, akhirnya ayah Minho meninggal juga. Bagaimanapun, dia tidak begitu dekat
dengan ibu tirinya, tetapi dia harus menjaga dua adiknya. Minho kecil sudah
belajar bekerja mencuci piring sepulang sekolah di kedai tetangganya, seorang
ibu tua yang baik dan upahnya diberikan ibunya untuk makan mereka. Sedang
ibunya bekerja menjaga toko dekat dengan rumah sewa mereka. Minho semakin
menjadi cowok muda pendiam, tidak banyak bicara, kecuali kepada ibu tua kedai
tempat dia bekerja paruh waktu.
Ibu tirinya lalu menikah lagi dan Minho
menjadi anak kuliah. Ibu tirinya marah ketika dia memutuskan mengambil beasiswa
yang sangat berat: Kedokteran. Ibu tirinya sempat melemparnya dengan piring
sehingga meninggalkan luka parut kecil pada dahi kirinya. Minho sakit hati
dengan ibunya, tetapi karena dia mengingat ibu kandungnya meninggal sakit tidak
memiliki uang dan asuransi untuk dirawat, Minho tetap bertekad ingin menjadi
dokter.
Ayah tirinya seorang Korea, tetapi Minho
tidak sama sekali ingin mengambil nama keluarga dari ayah tirinya itu. Minho
mendapatkan satu adik perempuan dari pernikahan orangtua tirinya itu, yang
mereka beri nama Ran Rin. Ran Rin baru lahir ketika Minho baru bekerja di
Kenzai Medical University dan pada saat ayah tirinya meninggalkan ibu tirinya
tanpa alasan yang jelas.
Bagi Minho, kehidupannya membantu kedua
orangtua tirinya sudah cukup membuatnya lelah. Apalagi ketika tahu..akhirnya
ibu tirinya bunuh diri karena menderita batin ditinggal ayah tirinya. Minho
semakin tidak tahu, apa yang dia rasakan. Dia hanya tahu harus membantu membesarkan
Akira, Nami dan Ran Rin yang masih sangat kecil.
Saat dia baru menjadi dokter muda itulah,
dia bertemu dengan Chiaki. Minho pernah suka sebelumnya dengan seorang cewek
waktu SMA, tapi hal itu dia elakkan karena dia berfikir keras tentang hidup keluarganya.
Jadi, dia benar-benar menganggap Chiaki Akimoto cinta sejatinya. Namun, dia
pikir, hal itu akan berjalan lancar, tapi sama sekali tidak. Bahkan dia
benar-benar dilempar dari universitas itu dengan catatan buruk, karena
Takeo-ayah Chaki- adalah pemimpin RS tersebut.
Minho sempat luntang lantung tidak jelas
untuk beberapa bulan disebuah klinik kecil, sampai akhirnya Kamui menemukannya.
Secara tidak sengaja, Kamui yang hobi balap motor mengalami kecelakaan dan dia
dibawa darurat ke klinik tempat Minho kerja. Dia lalu ditangani langsung oleh Minho.
Kamui begitu tertarik dengan gayanya mengobati dan mendekati pasien dengan
ramah, lalu Kamui menariknya ke Yutaka Medical University, sampai sekarang.
Minho melepas lamunannya. Lalu mendadak
teleponnya berbunyi, sinyal sms masuk.
“Lee sensei.. kita harus pulang dan
bicarakan segera penelitian kita di kafe. Kamui sensei sudah menunggu,”
ternyata sms itu dari Shiori
“baik,” jawab Minho dalam sms. Dia pun
meninggalkan rest room, menuju ruangannya.
Dilihatnya, di ruangan mereka bertiga,
Kamui dan Shiori sudah terlebih dahulu disana.
“sumimasen..
saya tadi habis dari rest room,” kata
Minho pada Kamui, atasannya.
“kelihatannya wajah mu kusut sekali.. apa
ada masalah dengan pasien Akimoto sensei??,” tanya Kamui
Minho ngeles,”ah, tidak Kamui sensei..
hanya sedikit capek”
Dia lalu memakai jaket motor nya.
“jangan dipakai.. naik saja mobilku,” kata
Kamui
“baik, sensei,” Minho menunduk hormat,
melepas lagi jaketnya.
Kamui malah menepuk-nepuk pundaknya,
santai,”kalau ada masalah... cerita saja.. diluar, anggap aku Ani (kakak cowok-red) mu”
“ayo,” kata Kamui lagi pada mereka berdua.
Mereka keluar bersama-sama melalui lorong
dan keluar ke parkiran.
“naik mobilku saja semuanya. Kalian duduk
dibelakang.. aku mau kalian jadi akrab loh.. kamu ini, terlalu kaku daridulu
sama cewek, Minho kun,” Kamui malah memanggil Minho dengan nama kecil.
Minho jadi salah tingkah lagi. Dia memang
terkesan kaku dengan baik dokter atau perawat perempuan di Rumah sakit ini.
“ah.. memang sepertinya Lee sensei begitu
kok, Kamui sensei,” balas Shiori, iseng
“kamu juga, Shiori chan..santai saja
diluar panggil saya Kamui kun,” balas Kamui
“hah?? Gak sopan begitu, sensei,” balas Shiori
“gak usah terlalu sopan padaku diluar,”
kata Kamui, santai sambil menyetir.
Sepanjang menuju kafe, Shiori dan Minho
dibelakang duduk diam-diaman saja, sementara Kamui bernyanyi
“wah.. sensei suaranya bagus juga,” kata Shiori
“oh.. gitu ya?? Kata orang, suaraku
seperti kalau Gackt san bernyanyi,” balas Kamui
“ah iya, hahahaha.. benar itu! Baru aku
ingat!,” Shiori menjentikkan jarinya, dia heboh sendiri.
“jadi.. Shiori chan..suka juga dengan
Gackt san ya??,” kata Kamui
Shiori mengangguk,”aku penggemarnya sejak
lama”
“coba kamu tanya cowok kalem di sebelahmu
itu..dia suka penyanyi siapa??,” tanya Kamui, melihat Minho dari kaca depan
atas mobil.
“suka siapa.. Minho kun??,” tanya Shiori.
Dia coba menyamakan dirinya seperti Kamui yang memanggil Minho dengan “kun”.
Kamui malah tertawa dan menggoda Minho,”ayo
Minho kun,” meniru suara Shiori.
Minho jadi salting berat, Kamui malah
makin menggoda Minho diperjalanan menuju kafe.
Dan..akhirnya penderitaan Minho digodain
atasannya sendiri berakhir setelah mereka sampai disebuah Kafe..
Ternyata Kamui sudah memesan tempat yang
khusus untuk meeting...
Mereka membuka laptop masing-masing..
“kerja kalian tadi pemaparan ke Takahashi
sensei bagus sekali, saya suka.. terutama kamu, Minho kun,” kata Kamui membuka
pembicaraan
Minho menunduk hormat,”terima kasih, Kamui
sensei”
“ah.. kamu ini, Minho kun..sudah ku
bilang, jangan terlalu formal diluar rumah sakit.. iya kan, Shiori chan??,”
Shiori tertawa kecil,”iya, hehehehe..”
“lanjut lagi.. jadi kita akan ada 3
metode: pertama akan ada 3 sampel.. yaitu plasebo, nano silver dan nano gold
injeksi via infus, yang masing masing akan diberikan kepada pasien kanker
colon. Kemudian 3 sampel ini akan diberikan makanan yang terlebih dahulu
ditembak dengan sinar infra merah.. menurutku begitu yang bagus.. jadi kita
bisa dapatkan, mana kombinasi yang baik nanti,”
Minho dan Shiori mencatat.
“lalu.. berikutnya yang kedua... hanya
makanan yang akan kita berikan pada responden.. tidak dengan nano silver atau
nano gold. Yang ketiga, akan ada nano gold dan nano silver pemberian berupa
oral, kita akan memberikan dalam bentuk pil seperti model kemoterapi pil
lainnya dengan penggabungan makanan pula. Hasilnya akan kita lihat, mana yang
paling efektif”
“apa.. nanti benar.. Takahashi sensei akan
langsung gunakan resipien manusia??,” Minho mengkonfirmasi ulang.
Kamui mengangguk,”awalnya aku ingin sekali
dengan hewan, karena kita baru sekali. Tetapi Takahashi sensei mau langsung
percobaan dengan manusia,”
Minho kaget,”tidak bisa begitu, Kamui
sensei.. semua prosedur diawali dengan pengujian hewan..jika kita sudah temukan
titik terang penelitian, baru kita cobakan pada volunteer”
“aku akan coba bicarakan lagi dengan
Takahashi sensei.. bagaimanapun, ini memang penting,” balas Kamui,”atau kita
bisa terkena sangsi”
Minho dan Shiori mengangguk.
“secara prosedur kita sudah benar.. tetapi..apa
Takahashi sensei terbawa pengaruh dari perusahaan farmasi amerika itu??,” tanya
Minho.
“saya juga sempat berfikir begitu.. besok,
akan dipikirkan ulang lagi.. kalau tidak bisa juga, kita minta tolong Takahashi
sensei mencarikan sponsor pemula yang lain..”, kata Kamui.
“gunakan ayah ku??,” Shiori iseng sekali
melontarkan pertanyaan itu.
Minho menoleh,”maksudmu??”
“ah..enggak..enggak.. maaf..aku tadi
bengong sedikit,” balas Shiori, ngeles.
Kamui malah bercanda,”ah.. mungkin Shiori
chan bengong karena terpesona dengan kepintaranmu, Minho kun, hahahaha”
Minho malah jadi malu, tapi dia
mikir,”rasanya dari awal dia suka gak sengaja bilang minta bantuan ayah.. siapa
ayahnya??,” Minho malah penasaran, tapi tidak dia ungkapkan.
“aku minta maaf deh.. aku bengong tadi
ya??,” kata Shiori lagi.
“masih sempat-sempatnya bengong,” kata
Minho datar.
“ah..sudah..sudah.. sekarang kita perbaiki
ulang lagi metode nya.. bukannya ada yang kurang? Siapa yang mau bantu
mengetik??,” tanya Kamui
“aku saja,” kata Minho
“malam ini.. kita lembur disini..enggak
apa kan??,” tanya Kamui lagi.
“tidak masalah, Kamui sensei,” jawab
Minho. Shiori mengangguk saja.
Mereka mengerjakan perbaikan proposal.
“jadi.. kalau menurutku sih.. dari hasil
pustaka yang kita dapat ini, justru kemungkinan keberhasilan ada pada saat kita
gabungkan antara pola makan antioksidan ini dengan kemoterapi injeksi,” kata Shiori.
“atau..mungkin bisa saja terbalik.. justru
oral yang lebih efektif??,” balas Minho.
“teori terdahulu lebih efektif injeksi, Minho
kun,” kata Kamui
“yeee... Minho kun kalah denganku!,” Shiori
malah serasa senang.
Minho langsung menatapnya.
“eh.. maaf deh,” balas Shiori.
Kamui malah tertawa,”kalian memang
asistenku yang paling lucu..,”
Minho diam lagi. Lalu mereka kembali
mengerjakan lagi.
Semua selesai sampai jam 1 lebih.
“wah..aku sudah mengantuk, sensei,” Shiori
menguap
“ya..kita pulang saja..lagipula, besok
tinggal print hasil.. dan harus masuk pagi-pagi,” balas Kamui.
“siapa tempat tinggal yang paling dekat
dengan kafe ini??,” tanya Kamui
“aku,” acung Shiori.
“wah.. mobilmu di RS,” kata Kamui
“tidak apa..aku bisa naik taxi saja,”
balas Shiori.
Kamui mematikan laptopnya. Dia lalu
berjalan dan membayar semuanya.
“wah..beneran sudah jam 1 lebih,” kata
Kamui, melihat jam tangannya.
“sensei pulang saja.. bukannya, isteri
sensei katanya sedang sakit??,” ujar Minho.
“ah.. iya.. tapi..apa kalian ok kalau naik
taxi??,” tanya Kamui balik
“enggak apa.. kebetulan kan...aku searah
juga.. iya kan, Minho kun??,” tanya Shiori
Minho mengangguk saja, dalam hatinya dia
bilang “ah.. malas banget sih..dipanggil kun”
Mereka lalu jalan sampai ke luar kafe..
“nah.. kalian hati-hati dijalan.. jangan
lupa, besok jangan sampai terlambat kerja,” kata Kamui, dia melambaikan tangan,
mereka berpisah.
“kita naik taxi sama-sama aja,” kata
Minho, dia memasukkan kedua tangannya ke sakunya.
Lalu menyetop taxi. Di dalam taxi pun,
mereka berdua diam saja.
“hoahmmmm,” Shiori menguap lagi
Minho cuma menoleh,”cewek ini.. “ katanya
dalam hati.
Taxi melaju terus, tanpa sadar, keduanya
ketiduran.. saling bersandar kepala...
“tuan.. nyonya.. sudah sampai,” supir taxi
mencoba membangunkan mereka.
Shiori dan Minho bangun bersamaan.. kepala
mereka beradu.
“aduh!,” kata mereka bersamaan, sambil
memegang kepalanya masing-masing.
Supir taxi senyum saja, lalu,”sudah sampai
ditempat yang dituju, Tuan.. Nyonya”
Shiori ribut sendiri,”ah iya.. ini depan
rtempat tinggalku..,” dia buru-buru mau keluar.
Minho langsung sigap berujar,”tidak mau
aku antar sampai depan??,”
Shiori malah mengeluarkan dompet dari tas
ransel kecilnya, mengeluarkan uang,”ini”, katanya pada Minho.
“gak usah.. nanti aku yang bayar,” balas Minho,
menolak.
“ya.. baiklah.. terima kasih.. sampai
jumpa besok ya, Minho kun,” balas Shiori. Dia keluar dari taxi dan melambaikan
tangannya pada Minho.
Supir taxi malah bertanya pada Minho,”tidak
mengantar pacar mu, Tuan?? Saya bisa tunggu,”
“ah..enggak..gak usah,” jawab Minho, agak
gugup,”langsung saja.. ke alamat yang aku tuju tadi..”
“baik,” balas supir taxi itu dan langsung
melaju.
“uh..enak aja.. pacarnya siapa??,” keluh Minho.
Dia sudah mengantuk berat dan memegang kepalanya karena tadi berbenturan dengan
kepala Shiori waktu tidak sengaja ketiduran.
Bersambung....