Hari terlewat sampai minggu... saatnya
Aiko dan Min ho datang ke rumah orangtua Aiko, keluarga Kohashi.. Ayah Aiko,
Kohashi kebetulan ada dirumah.
“jadi...aku sebentar lagi punya cucu ya?,”
Kohashi tertawa begitu tahu anaknya sedang hamil.
Min ho menunduk hormat,”iya, otoosan.. kami baru tahu minggu ini,”
Gaya Min ho kaku sekali menghadapi ayah
mertuanya itu.
“Min ho otto..senang sekali dengan berita
ini, otoosan,” Aiko mencoba menghormati Min ho.
Kohashi senyum,”jadi.. rumahtangga kalian
tidak ada masalah kan??”
Aiko menggeleng,”tidak, otoosan..aku
senang,”. Dia berusaha menyembunyikan masalah kemarin.
“Ya.. ayah juga senang,” balas Kohashi.
Tiba-tiba, Kohashi malah menepuk pundak
Min ho,”jangan kaku sekali denganku, Min ho kun”
Min ho malah gugup, dia memang benar-benar
kaku dengan ayah mertuanya itu.
“tidak apa, ayah..,” kata Min ho sedikit
gugup
“kamu gugup sekali bicara dengan saya..
apa saya segalak itu??,” tanya Kohashi
“ah..enggak,” jawab Min ho masih menunduk
hormat, di depan Kohashi.
“Minho kun berfikir... otoosan galak,
hehehe,” Aiko malah menggoda Min ho.
Min ho menggerutu di hatinya,”ih..gimana
sih?? Lagi ketakutan begini”
“tidak usah begitu, Min ho kun... ayah
mertua mu tidak segalak yang kamu bayangkan,” ujar ibunya Aiko
Min ho benar-benar kaku abis. Dia mati
gaya di depan mertuanya.
“aku dengar.. kamu sudah punya pekerjaan
tetap,” kata Kohashi lagi, membuka pembicaraan.
“belum tetap, ayah mertua... masih baru
bekerja tiga hari ini,” balas Minho.
“jadi apa?,”
“staff untuk advertising, ayah mertua,”
“pekerjaan bagus.. kamu bisa diskusi
dengan Akira kun,”
Min ho menunduk hormat,”baik, ayah mertua”
“aku berharap.. kamu bisa bagus bekerja
dan tidak terlalu pusing dengan kesepakatan kita,” kata Kohashi, menyinggung lagi
perjanjian pernikahan yang lalu
“apa kamu terbebani dengan ini, Min ho
kun??,” tanya ibunya Aiko
Min ho diam.
“kami tidak masalah dengan pendapatmu..
katakan saja,” jawab Kohashi
Min ho menunduk hormat,”iya.. saya merasa
keberatan.. tapi mungkin ini karena sudah resiko saya menikah di usia muda.
Dan.. baik ayah-ibu mertua dan orangtua saya sendiri memang menginginkan saya
mandiri”
“kalau memang kamu merasa berat dan
benar-benar kurang uang...aku akan mengendurkan sedikit perjanjian kita,” balas
Kohashi lagi.
“maaf Min ho kun..aku katakan masalahmu
pada Otoosan,” kata Kumiko.
“terima kasih, Kumiko Ane.. itu semua
tergantung keputusan ayah mertua,” jawab Min ho, kaku.
“tidak perlu se kaku itu, Min ho kun..
lagipula, kamu sudah bagian dari keluarga ini.. kamu pikir..aku akan
menggantungmu di kamar mandi??,” senyum dingin Kohashi keluar.
Min ho jadi ingat perkataan Aiko beberapa
waktu lalu kalau kakak-kakak isterinya itu pernah digantung dikamar mandi
karena tidak disiplin. Dalam benaknya, Min ho sudah membayangkan dia bisa
diseret ke kamar mandi, Min ho masih berpikiran seperti anak-anak.
Dia lalu gugup menjawab pertanyaan ayah
mertuanya itu,”tidak, Kohashi san..eh.. ayah mertua.. saya masih sanggup
bekerja”
“benar seperti itu, Min ho kun??,” senyum
ibu mertuanya
“benar, ibu mertua,” balas Min ho
“wah..sepertinya beda dengan apa yang
pernah kita bahas bulan lalu ya, Aiko chan??,” tanya Kumiko
“ah.. aku..sebenarnya cuma tidak ingin,
Min ho Otto sakit kalau kerja terlalu malam,” balas Aiko pada Kumiko
“jam berapa kamu tidur, Min ho kun?,”
tanya Kohashi
“jam 12 malam, kadang lebih, ayah mertua,”
jawab Minho
“setiap hari??,”
Min ho mengangguk.
“oh.. masalah sekali.. semuda ini..,” kata
Kohashi,”karena mencari kerja??”
Min ho mengangguk
lagi.
“tipe pekerja
keras.. aku suka,” balas Kohashi santai
Tapi Min ho
menggerutu dalam hatinya,”keras sekali ayah mertua ini,”
“tidak perlu aku
membuat perjanjian dengan orangtua mu.. tetapi..aku akan berusaha membantu
kalian.. Aiko chan sudah jelaskan padaku,” balas Kohashi lagi,”begitu juga
dengan biaya cucu ku”
“tapi.. saya masih
sanggup, ayah mertua,” Min ho menunduk hormat. Lagi-lagi egoisnya keluar.
“jangan egois, Min
ho kun.. kita semua ingin membantu mu,” timpal Kumiko
“Aiko chan..sudah
cerita semuanya, kemarin,” lanjut Kumiko lagi
Min ho langsung
curiga pada pasangannya sendiri,”apa.. Aiko chan cerita kalau aku mengurungnya
dikamar seharian??”, katanya dalam hati.
“bagaimana.. Min
ho kun.. masih bersikeras??,” tanya Kohashi
Min ho menunduk
hormat,”saya ucapkan terima kasih kepada ayah mertua..atas kebaikan ayah
mertua”
Kohashi
kipas-kipas badannya dengan kipas jepang,”sudah..sudah.. aku tidak segalak dan
sesadis yang kamu bayangkan... aku tetap kasihan dengan masa depan cucu ku
nanti.. tapi kamu janji.. jangan menganggap enteng bantuan ku”
Min ho masih
menunduk hormat,’baik, ayah mertua”
“sana kalian semua
makan.. kemarin aku sempat bawa ikan asap dari kota lain...enak juga”, balas
Kohashi.
“biar Aiko chan
yang suruh masak saja, Otoosan.. hehehe,” goda Akira
“bener..kamu sudah
bisa masak??,”Kohashi kaget juga dengan perkembangan anak perempuan bungsunya
“iya, otoosan..
tapi masih sederhana,” jawab Aiko, ramah dan sedikit manja.
“ya..tidak apa..
biar kamu gak diselingkuhi Min ho kun,” jawab Kohashi
Minho diam saja,
tapinya menggerutu,”mana sempat selingkuh.. kerja ku cari uang terus”
“kalian yang
perempuan.. pergi saja ke dapur..aku mau main catur dengan menantuku,” kata
Kohashi lagi
Min ho
menggerutu,”aduh..enggak bisa main catur,” katanya dalam hati
“lawan catur
dengan ku, Min ho kun.. kalau kamu kalah..aku gantung di kamar mandi,” kata
Kohashi, bercanda dengan wajah dingin
Min ho jadi mikir
juga.. dia asli takut dengan ayah mertuanya.
“otoosan ganggu
Min ho kun terus,” kata Aiko
Min ho menoleh
pada Aiko, dia kurang suka, Aiko lupa kalau memanggil suaminya dengan panggilan
“kun”.
“kalian masih
pantas saling panggil chan dan kun,’ kata Kohashi,”tapi jangan lupa.. ambil kan
kami catur, Akira kun”
Akira berdiri dan
mengambil catur
Min ho deg-degan
sebab dia enggak bisa main catur.
Kohashi menggelar
papan catur,”ayo pasang”, katanya pada Min ho
Min ho
cengengesan,”saya..tidak bisa main catur, ayah mertua”
Kohashi mengeplak
kepalanya,”main ini saja gak bisa..ajari dia, Akira kun”
Min ho benar-benar
belajar masuk ke dalam keluarga isterinya.dia habis-habisan dikerjain kalah
main oleh ayah mertuanya. Tampaknya Kohashi puas ngerjain menantunya sendiri
sampai Min ho manyun.
“ugh.. ngerjain banget
ternyata ayahnya Aiko chan ini..aku dah bilang enggak bisa main catur,”
gerutunya dalam hati
“skak.. mat..,”
kata Kohashi lagi,”5-0,”
Akira
tertawa,”kamu cuma cerdas kerja dan kuliah saja, Min ho kun, hahahahaha”
Min ho agak
cemberut dengan ledekan Akira,”aku memang enggak bisa main catur”, keluhnya.
“bisanya cuma main
dengan anakku saja, hahahaha,” canda Kohashi
“ayo bangun.. ke teras..
kita minum sake,” lanjut Kohashi lagi, dia menepuk pundak Min ho keras sampai
bergetar.
“pinggiran Tokyo
semakin panas saja,” kata Kohashi basa basi ke Min ho, Akira tidak ikut minum
sake.
“iya.. mungkin
karena sudah terlalu banyak gedung,” balas Min ho.
“kamu kenapa
memutuskan suka dengan anakku? Apa karena waktu itu dia sempat hamil??,” tanya
Kohashi, santai sambil menyeruput sake dalam cangkir khusus yang agak lebar
seperti mangkuk, pelan-pelan.
Mereka menghadap
teras yang ada taman kecil dan kolam ikan.
“saya tidak pernah
sangka Aiko chan akan hamil sebelum ini.. saya memang salah juga.. berbuat
tanpa berfikir panjang,” balas Min ho
“ah, kamu ini, Min
ho kun.. nilai biologi mu rendah ya?,” canda Kohashi dengan kaku.
“maafkan saya,”
Min ho menunduk hormat
“gak usah begitu..
aku sudah tahu,’ balas Kohashi,”untungnya.. kamu walau jadi lelaki muda yang
egois, tapi masih mau berfikir panjang terhadap anakku.. aku masih kurang suka
anakku mengambil keputusan nikah muda.. untuk itu aku membuat
perjanjian..supaya kalian belajar.”
“ayah mertua sudah
mengambil keputusan yang tepat menurut saya,” kata Min ho,”tapi..sedari awal,
saya memang tertarik dengan Aiko chan”
“Anakku yang
bungsu itu memang menarik hati banyak cowok muda..hanya saja, dia masih kecil
sekali dan jalannya masih sangat butuh waktu..”
“pribadinya cukup
menyenangkan hati saya, ayah mertua... hanya saja.. dia tipe yang sangat tidak
enakan...dan cukup keras kepala juga,”
“Aiko chan itu
penurut walau keras kepala.. aku tidak pernah menggantungnya dikamar mandi
seperti kedua kakaknya, hahaha!,” Kohashi tertawa kencang
“wah.. jadi benar
kata Ichi kun..,” kata hatinya Min ho.
“jadi.. Lee Min
ho.. apa cerita tentang orangtua mu untuk aku??,” tanya Kohashi lagi.
“mereka menitip
salam untuk ayah mertua,” senyum Min ho.
“oh.. baik
sekali.. salam kembali untuk mereka.. mungkin kapan-kapan kalau aku ada waktu
luang, menyempatkan diri pergi liburan ke seoul,” balas Kohashi. Sambil tetap
memandang udara luar.
“kamu katakan pada
orangtua, kalau kamu akan punya anak segera?,”
Min ho
mengangguk,”ya, ayah mertua.. ibu saya senang sekali, karena ini akan jadi cucu
pertama”
“ya.. aku juga
pasti senang.. karena akan jadi cucu pertama pula di keluargaku..,”
“jadi.. tolong
jaga anakku dan juga anak kalian,” lanjut Kohashi lagi
Min ho menunduk
hormat,”baik, ayah mertua..saya janji”
“dan.. jangan ragu
jika memang kalian masih butuh bantuan kami.. tidak perlu egois atau bahkan
malu.. aku mengerti kehidupan rumahtangga baru.. aku masih berfikir kenapa
kalian nekat memulai... tapi semua kalau terus diperhatikan..tidak akan pernah
selesai sampai sekarang.. jadi.. berjuang keras supaya kehidupan rumahtangga
kalian baik-baik,”
Min ho berfikir,
dia sebenarnya sudah mulai disayang ayah mertuanya.
Sepanjang
percakapan mendekati siang itu Kohashi banyak bercerita tentang pekerjaannya
menjadi dokter militer.
“tapi..aku tidak
mau anakku, baik Kumiko atau Aiko menjadi dokter di kemiliteran,”
“wah..aku bisa
tidak sanggup, ayah mertua, hehehe,” Min ho sudah mulai bisa bercanda dengan
mertuanya.
“kamu takut Aiko
chan memeriksa prajurit telanjang semua, begitu? Hahaha,” goda Kohashi
Min ho menggaruk
kepalanya dengan candaan mertuanya itu,”memang begitu ya??”
Kohashi
tertawa,”ya memang begitu.. Aiko chan bisa tidak nafsu lagi dengan mu nanti,
hahahaha”
“bercandanya aneh
sekali,” kata hatinya Min ho. Tetapi dia hanya bisa cengengesan dengan
kata-kata mertuanya itu.
Aiko datang
menghampiri mereka,”masakan sudah siap, ayah.. Minho Otto,” senyumnya.
Mereka menuju
ruang makan.
“semakin bisa kamu
masak, Aiko chan,” senyum ayahnya.
“terima kasih,
Otoosan,” jawab Aiko dengan senyum
“kamu tolong
ajarkan Min ho kun bermain catur.. kapan-kapan kalian ke sini lagi..dia harus
bisa menang melawanku,” kata Kohashi lagi
“wah.. Otto ini..
benar-benar ngerjain Min ho kun,” kata isterinya
“mertua dan
menantu...harusnya dekat kan?? Aku ini cuma bisa main catur.. jadi..aku ajak menantuku
bakalan main catur ber jam-jam..sayangnya, dia belum ada perlawanan,” balas
Kohashi lagi
Min ho tengsin
dibilang begitu,”saya memang gak bisa main catur”
“ah..sudahlah
Otto.. tidak perlu memaksa,” kata isterinya Kohashi
Mereka meneruskan
makannya.
“kita harus pulang
cepat sore ini, Aiko chan.. jangan sampai kemalaman dan besok aku bisa
terlambat kuliah,” kata Min ho ketika mereka duduk di depan, istirahat sehabis
makan.
“aku ingin tinggal
disini lebih lama, Nampyeon,” balas Aiko,”aku ingin tinggal dengan ibuku”
Min ho jadi
sensitif..dia lupa budaya kalau memang ada wanita yang sedang mengandung lebih
suka tinggal dengan orangtuanya supaya segala keperluannya mudah terpenuhi dan
ada yang membantunya.
“tidak sayang
dengan ku ya?,” tanya Min ho, sensitif
Aiko langsung
berlari ke dalam, ternyata dia malah manja,”Otoosan.. Minho kun.. jahat!!”,
sambil menangis.
Min ho buru-buru
berdiri..,”eh..aku gak jahat,” dan berlari mengejar Aiko.
“kenapa, Aiko
chan??,” Akira buru buru menangkap tubuh adiknya.
Aiko memeluk
kakaknya itu,”Minho kun.. jahat..aku ingin tinggal disini lama sedikit, Akira
Ani.. tapi Minho kun memaksa ku pulang sekarang”
“kamu ini..
pemaksa sekali ya, Min ho kun??,” Akira jadi malas melayani adik iparnya itu.
“enggak kok, Ani..
Aiko chan sedang sensitif,” elak Min ho.
“kamu diapakan
olehnya, Aiko chan??,” tanya Akira
“aku tidak pukul
Aiko chan kok.. percaya padaku, Ani,” Min ho masih mengelak, dia memang tidak
pukul Aiko.
“ada apa, Minho
kun? Aiko chan??,” ibunya keluar
“hei..kenapa kamu menangis?,”
tanya ibunya lagi
“aku ingin sekali
lama disini.. Min ho kun terlalu memaksa ku cepat pulang”
“aigoo..tidak
begitu, ibu mertua.. aku tidak memaksa,” elak Min ho lagi.
“kamu pasti
maksa,” kata Akira keras
“ah..sudah sudah..
,” kata ibunya
“terkadang memang
wanita sedang mengandung itu suka sensitif dan mudah berubah suasana hatinya,
Min ho kun...itu karena perubahan hormon.. jadi, ibu harap.. kamu belajar
mengerti kondisi Aiko chan”
Min ho menggaruk
kepalanya yang tidak gatal,”ya.. baiklah ibu mertua”
“heeehhhh...
cengeng banget deh,” keluhnya dalam hati.
“sudah.. nanti
otoosan minta antarkan kalian sampai rumah..atau Akira kun akan antarkan
kalian,” kata ibunya
“aku mau tinggal
saja dengan okaasan disini,” jawab Aiko
“hieh... kamu
harus dewasa.. sekarang kamu punya Min ho kun,” balas ibunya, mengelus rambut
anaknya yang sudah mulai panjang.
Min ho menghampiri
Aiko,”maafkan aku ya, Aiko chan”, dia memeluk Aiko.
“aku pinjam
kamarnya, ibu mertua,” kata Min ho lagi.
Ibunya Aiko
menunjukkan kamar Aiko sebelum ditinggal dia.
Min ho membawa
Aiko masuk kamarnya.
“hey, aiko chan..
jangan nangis gitu dong.. kamu jadi sensitif sekali deh,” Min ho mengusap poni
Aiko lalu senyum
“Nampyeon jahat
sekali padaku,” balas Aiko
Min ho mencium
nya,”ya deh...aku gak jahat lagi...maaf tadi ya.. itu karena aku takut besok
kita terlambat kuliah kalau kesorean kita pulang”
“sudah ya..jangan
nangis lagi..aku minta maaf..chu,” kata Min ho lagi.
Aiko diam dulu,
lalu,”lagi.. Min ho nampyeon”
Min ho
bingung,”lagi..apanya??”
Wajah Aiko masih
ada airmatanya, tapi dia sudah mau senyum lalu dia mencium Min ho pelan-pelan.
Min ho
tertawa..”oh.. jadi ini yang namanya lagi?? Hehe”
Min ho malah
memeluknya,”sudah ya...jangan mudah ngambek begitu lagi..aku janji belajar
enggak cepat sensitif lagi sama kamu”
Aiko mengangguk.
“kita pulang nanti
sore saja ya..,” senyum Min ho lagi.
“jadi ini
rumahsusun kalian??,” tanya Kohashi. Min ho dan Aiko diantar keluarga Aiko ke
rumah susun mereka.
“ini..rumah susun
yang saya sewa sebelumnya, ayah mertua,” kata Min ho, menunduk hormat
“lumayan untuk
rumahtangga baru dan muda.. kalian...tidur satu kamar kan??,” tanya Kohashi
lagi
“iya,” balas Min
ho singkat.
Kohashi keliling
ruang per ruang rumah susun itu,”kamu sepertinya pekerja keras,” ia melihat
meja Min ho yang agak berantakan dengan hasil editan komik punya Tachibana.
Aiko menghidangkan
teh dan kue untung keluarganya.
“kamu harus lebih
rajin mengatur rumah ya, Aiko chan,” kata ibunya. Dia meletakkan buku-buku Aiko
yang berantakan di lantai kembali ke rak.
“sumimasen, okaasan.. belum sempat
dibereskan karena Minho otto sudah mengajak jalan ke rumah”
“saya saja yang
kerjakan, ibu mertua,” Min ho sigap langsung mengumpulkan buku-buku text book
dan tugas isterinya.
“kalian harus
saling gotong royong ya... Min ho kun.. kalau isteri mu sedang hamil..kamu
harus manjakan dia,” kata Kohashi.
“ya, ayah mertua,”
balas Min ho sambil masih membereskan buku dan diletakkan di rak khusus untuk
buku-buku Aiko.
Kohashi dan
semuanya saling ngobrol sebentar soal kondisi rumah itu, lalu hanya sekitar 30
menit mereka mampir dan akhirnya pulang.
Min ho merangkul
Aiko,”capek gak...hari ini??”
Aiko mengangguk.
“sama,” balas Min
ho lagi. Dia malah menarik Aiko ke kamar tidur.
“besok..aku kerja
lagi nih,” katanya diatas tempat tidur.. mereka saling berbaring dengan menatap
langit-langit.
Min ho lalu
mengelus perut Aiko,”ih..belum terlihat ya??,” dia senyum pada Aiko.
“iya.. pasti masih
kecil..kan baru 2 bulan,” balas Aiko.
“kita .. masih
kecil ya??,” tanya Min ho lagi
“iya,” angguk
Aiko.
“ayahmu tadi
banyak ngobrol dengan ku...aku pikir, dia galak.. malah menawarkan bantuan..
tapi...aku malas kalau dibantu..,” kata Min ho, masih menatap langit-langit,
lalu dia mengangkat kepalanya yang disandarkan di telapak tangan dan sikunya.
Aiko malah
mengusap-usap pipi Min ho,”kenapa?? Otoosan ingin Min ho Nampyeon tidak
capek..aku minta pada otoosan”
“jadi.. kamu yang
minta??,”
Aiko mengangguk,
lalu mendekatkan wajahnya ke Min ho
“aku bercerita
tentang Min ho terakhir mengurungku di kamar,” senyum Aiko
Min ho jadi gak
enak hati,”huff.. kenapa sih..kamu cerita cerita??”
“aku tidak ingin
Min ho Nampyeon terlalu lelah,”
“itu karena..aku
enggak ingin kamu membahas lagi kalau kamu ingin bantu kerja, Aiko chan.. lalu
aku keras mengurung kamu,”
“aku gak ingin Min
ho Nampyeon sakit,” senyum Aiko lagi
Min ho ikutan
senyum,”kita ini..seperti sudah tua ya??padahal baru masuk 19 sekarang,”
Min ho lalu
mencium Aiko dengan mesra.
“eh.. kalau
begini...kita masih bisa bersama kan??,” tanya Min ho.
Aiko mengangguk,”asal
aku tidak capek saja”
“kamu enggak boleh
capek.. aku khawatir nanti anak kita terjadi sesuatu,” senyum Min ho lagi.
“Min ho
Nampyeon...,” Aiko tiba-tiba cemberut.
“kenapa?? Kok
cemberut??,” Min ho heran
“aku minta es
pomegranate,” keluh Aiko
“ah.. nyari
dimana??,” Min ho kaget,”ini kan sudah malam, Aiko chan”
Aiko membelakangi
Min ho,”aku enggak mau tahu, Nampyeon.. belikan aku es krim pomegranate”
Min ho bangun dari
tempat tidur,”iya..iya...aku carikan”
Dia lalu pergi
keluar, ke swalayan.
Di swalayan dia
belum dapat juga es krim itu
“wah.. baru saja
habis, Tuan,” kata kasir
Min ho garuk-garuk
kepalanya,”aduh.. bagaimana ini?? Dimana lagi ada ya?? Bisa bantu aku??”
“mohon maaf.. saya
tidak tahu,” kata kasir itu
Min ho lalu keluar
dan sibuk ke swalayan lainnya supaya dia mendapatkan es krim yang diminta. Dia
terus berjalan sampai beberapa blok demi mendapatkan es krim.
“uh.. Min ho kun
lama sekali..aku sudah mengantuk,”keluh Aiko dikamarnya.
Lama sekali Min ho
mencari malam itu..sampai akhirnya dia ketemu juga es krim itu.
Dia senang lalu
buru-buru berlari supaya es krim itu tidak cepat mencair dalam bungkusnya.
Dia ngos ngosan
sampai ke rumah susun mereka.
“hosh....hosh,”
nafasnya sampai tersengal-sengal
“ini,”dia berikan
pada Aiko. Ketika di buka, memang sudah sedikit mencair
Aiko
cemberut,”yah..sudah sedikit mencair”
Min ho serba
salah,”gak apa kan ya??aku mencari sampai beberapa blok,” keluhnya.
Aiko lalu
menjilat-jilat es krim itu.. hanya sebentar, lalu,”sudah kenyang”, senyumnya
Min ho stress,”apa??
Itu kan cuma 3 kali jilat, Aiko chan... aku cari jauh-jauh,”
Dia benar benar
kesal dengan tingkah Aiko yang hanya mau mencicipi saja es krim itu.
“aku cuma mau
jilat sebentar aja kok.. kenapa sih??,” rengek Aiko, dia malah jadi nangis
“eh... jangan..jangan
nangis.. nanti anak kita stress.. iya.. kalau emang kamu sudah maunya
segitu..nanti aku saja yang habiskan..sudah ya..jangan nangis,” Min ho malah
jadi panik, takut sendiri nanti anaknya ada apa-apa.
“ini,” Aiko
memberikan es krim yang masih banyak itu pada Min ho.
“umm..aku kan
sudah capek nih... suapi dong,” goda Min ho
Aiko tertawa
kecil,”Nampyeon manja”
Aiko menyuapi Min
ho sendok per sendok es krim sampai habis.
Min ho tertawa
tawa disuapi Aiko.
Mereka jadi makan
es krim sama-sama.
“kamu....akan
sering begitu lagi gak, nanti.. Aiko chan??,” tanya Min ho.
Aiko
bergumam,”umm..enggak tahu,” lalu dia nyengir kuda pada Min ho
“tadi aku capek
sekali lari lari cari itu,” Min ho manyun
“bukan aku yang
mau...tadi mendadak mau itu,” Aiko membalas manyun nya Min ho dengan manyun
lagi.
“iya deh... tapi
jangan keseringan nanti seperti itu ya..aku bisa pusing,” balas Min ho
“tergantung..,”
Aiko malah mengelus pipi Min ho,”tapi enak kan.. jadi bisa makan es krim
juga?hehehe”
“iya.. chu,” balas
Min ho
“besok..kita harus
kuliah lagi pagi pagi...harus tidur...tidur yuk??,” lanjut Min ho lagi
Lampu semuanya
dimatikan...
Bersambung ke part 14....