This is me....

Rabu, Januari 08, 2014

Sepeda Kita (part 1: Berjuang sendiri untuk adik adik)

Minho berdiri di depan dua buah peti mati yang berwarna hitam. Dia tidak bisa lagi mengeluarkan air matanya. Sama sekali tidak menangis memandang dua peti mati tersebut. Sementara dua orang anak kecil lelaki dan perempuan memeluk pinggangnya dan menangis kencang.
”Appa.. jangan matiiii.. Eomma.. jangan matiii,” kata anak kecil perempuan itu menangis menjerit jerit. Dia memukul mukul peti mati ayahnya, Minho mencegah adiknya meraung raung.
”sudah, Kyung Soon.. appa dan eomma gak bisa hidup lagi.. sudah!,” dia lalu memeluk erat adiknya supaya tidak melakukan hal buruk lagi di depan para pelayat.
Sementara, dirumah duka itu banyak berdatangan para pelayat. Mereka begitu sedih melihat ketiga anak itu menjadi yatim piatu dalam usia muda. Minho baru berusia 15 tahun, kelas 1 SMA. Adik lelakinya Chin Ho berusia 10 tahun dan adik perempuannya Kyung Soon berusia 4 tahun.
Chin Ho hanya menangis saja.. dia sangat terpukul dan menutupi wajahnya dengan kain hitam,tanpa bersuara apa apa, walau banyak ibu menghiburnya.
”kalau kamu ada keperluan apa apa..datanglah ke rumah bibi, Minho...bibi akan membantu mu dan adik adik,” kata wanita setengah baya senyum padanya
Minho menunduk hormat pada wanita itu,”terima kasih, bibi Hwang.. terima kasih sudah sangat membantu kami”
”tetap bersabar.. semua kesedihan akan segera berlalu, Minho..,”senyum wanita yang dipanggil Hwang itu
Para pelayat berdatangan ke rumah duka dimana mayat kedua orang tua Minho, korban kecelakaan itu terbaring dalam peti mati, sampai sore.

”Appaaaa...jangan...appa dan eomma jangan dibakaaarrr!!,” Kyung Soon menjerit jerit minta masuk dan mencegah kedua peti mati orangtuanya dimasukkan dalam ruang kremasi. Minho kembali mencegahnya, menariknya dan memeluknya. Lalu menutup matanya supaya adiknya tidak melihat peti mati kedua orangtuanya dimasukan ke tungku kremasi.
Kyung Soon menjerit jerit ketika kedua orangtuanya dimasukkan dalam ruang kremasi. Dia menangis meraung raung, Chin Ho tersedu sedu. Minho diam saja memeluk adik kesayangannya. Dia melihat dari balik kaca.. bagaimana jasad  orangtuanya masuk ke dalam tungku pembakaran.
Dia tidak bisa berkata apa apa lagi, hanya bisa menatap dalam dalam proses itu. Tidak menangis, juga terlihat wajahnya tidak sedih, hanya diam. Baju hitam yang dipakainya menjadi saksi, dia sama sekali tidak bersedih ditinggal kedua orang tuanya. Tangisnya hanya ada di hatinya.
tto bwayo (sampai jumpa lagi), Appa.. Eomma..kita akan bertemu lagi nanti di surga,”Minho senyum ketika melihat jasad kedua orangtuanya dimasukkan dalam tungku kremasi. Chin Ho masih terus menangis.
Setelah beberapa jam proses berlalu, ketiga anak itu pun pulang membawa abu kedua orang tuanya.
”Appa dan eomma tidak meninggalkan kita..ini,” kata Minho datar pada kedua adiknya, menunjukkan dua tempat abu mayat.
”Walau Appa sudah tidak main bersama kita lagi, Eomma tidak lagi bikinkan kita makanan, tapi mereka tetap ada,” senyum Minho pada mereka.
Chin Ho diam saja. Kyung Soon masih menangis di pelukan kakaknya.
Minho menyuruh adik adiknya keluar sebentar dari ruangan sembahyang itu.

Minho menaruh abu jasad kedua orangtuanya disamping kanan dan kiri kakek-neneknya, di altar doa.
”kalian sudah bersama,” dia pun menunduk hormat pada ke empat kotak abu jenazah itu.
”sebaiknya aku menguburkan semuanya saja,” katanya dalam hati.
Kyung soon menghampiri Minho,”Oppa..aku lapar”, tiba tiba dia masuk dan menarik narik ujung kemeja nya Minho.
Minho menoleh padanya yang masih sangat kecil,”sebentar ya, Oppa mau ngobrol dulu dengan kakek, nenek, appa dan eomma disini.. nanti oppa buatkan makanan”
Kyung soon pun lalu pergi dari situ.

Telepon berdering, ternyata dari bibi Hwang. Dia berjanji akan kesana dan memberikan mereka makan malam.
Kyung soon makan lahap sekali, sementara Chin Ho malah makan sedikit.
”terima kasih, bibi sudah masak untuk kami,” Minho menunduk hormat pada wanita paruh baya itu.
”Bibi ini tetanggamu, Minho..sudah sepantasnya saling membantu.. Bibi hanya ingat ibumu sangat baik pada para tetangga..suka memberikan makanan.. jadi,sudah waktunya membalas budi,” senyum bibi Hwang.
”bulgoginya enak, oppa,” senyum Kyung soon.
Minho senyum padanya,”makan yang banyak ya”. Kyung mengangguk.
”Kalau Kyung ada kesulitan, main saja ke rumahku. Kasian dia masih kecil, Minho,” kata bibi Hwang lagi
”Kyung soon mau tidur bersama bibi malam ini?,” bibi Hwang senyum padanya
Kyung yang masih makan menggeleng,”Tidak mau.. aku ingin tidur dengan Oppa Minho”, jawabnya polos.
Bibi Hwang senyum lagi,”oh..gak apa.. kalau Oppa Minho nanti sekolah dan Kyung soon sendirian dirumah, panggil bibi ya”
Kyung soon mengangguk saja.

”aku harus kerja, bibi..aku belum tahu seberapa banyak appa dan eomma meninggalkan uang untuk kita,” kata Minho di ruangan depan. Mereka duduk di sofa.
”kalau kamu butuh bantuan kami, nanti aku minta tolong paman mu mengurusnya,” jawab bibi Hwang, tertuju kepada suaminya
”rasanya singkat sekali, bibi.. baru saja kemarin aku senang.. kupikir mereka masih akan bersama ku,” keluh Minho. Dia tidak bisa menangis.
”tidak ada yang tahu takdir manusia,” balas bibi Hwang. Dia mengusap usap kepala Minho.
”tapi..bibi akan berusaha membantu jika kamu kesulitan..anggap saja bibi ini orangtua kalian,”
”kami sudah tidak punya siapa siapa lagi, bibi...,” gumam Minho. Dia menunduk dalam dalam, sedih.
”kamu masih punya kami, paman dan bibi Hwang..besok..paman akan membantu kamu mengurus semuanya,” senyum bibi Hwang lagi
Minho hanya masih menunduk dalam dalam. Dia sembunyikan kesedihan wajahnya di depan bibi Hwang.

Malam itu.. Minho berdogeng untuk Kyung soon. Sementara Chin Ho sudah bisa tidur sendirian.
”Lalu.. jendral Choi pun menyerbu para penjahat tersebut... hiaaattt... hiat!! Suaranya sangat menggetarkan dan membuat mereka takut!,” Minho mempraktekkan seorang jendral jaman dulu menyerang musuh musuhnya dengan pedang yang tajam. Kyung soon tertawa tawa di atas tempat tidur
”Oppa lucu! Hag hag hag hag,” tertawanya sangat ringan dan lepas
Minho terus saja berdongeng sampai adiknya akhirnya tidur juga.
Dia lalu memandang adiknya dalam sekali,”sekarang.. aku yang jadi orangtuanya Kyung soon.. kamu jangan nakal ya, adikku.. jangan sampai buat kakak mu pusing,”
Lalu dia pun melebarkan selimut untuk adiknya, mematikan lampu dan pergi dari kamar itu.

Dilihatnya di kamar lain, Chin Ho ternyata belum tidur.
”belum tidur juga?,” Minho masuk kamarnya. Chin Ho menggeleng..
Dia basa basi,”aku lupa.. rasanya aku punya PR, oppa,”
Minho menarik kursi dan duduk disampingnya..”PR apa?”
Chin Ho memberikan dan memperlihatkan buku PR nya pada Minho.. matematika..
”oh..yang ini gampang, Oppa bisa bantu,” balas Minho, senyum
”tapi..besok lebih baik kamu tidak masuk saja, Chin Ho..kita akan memakamkan Appa, Eomma, Hal abeoji dan Halmeoni,” lanjutnya
”katamu.. mereka tidak akan pergi?,” tanya Chin Ho, memandang wajah Minho
”mereka tetap pergi, Chin Ho.. buktinya, mereka tidak bersama kita lagi..tapi mereka ada disini,”Minho menunjuk pada hati adiknya itu.
”kita pergi saja berdua, Kyung soon kita titip ke bibi Hwang,”
Chin Ho mengangguk. Minho tetap membantu mengerjakan PR nya walau besok mereka akan tidak sekolah lagi.

Esoknya, Minho menitipkan Kyung pada bibi Hwang. Mereka pergi bersama suaminya bibi Hwang yang akan membantu mengurus pemakaman dan juga administrasi hak asuh dan juga masalah keuangan.
”Tuan Hwang..secara hak asuh, Lee Minho dalam undang undang belum cukup umur bagi dia dan bagi kedua saudara nya.. negara bisa membantu mereka mengatur keuangan lewat pengacara kami,” kata Nona Kim, sang pegawai administrasi negara,” usianya belum lagi 16 tahun.”
”Tapi saya bisa merawat kedua adik saya, bu.. saya tidak akan menaruh mereka di panti asuhan,” kata Minho agak ngotot, dia takut kedua adiknya diambil pemerintah.
”sebentar lagi saya 16 tahun,”lanjutnya,”saya disini hanya ingin tahu, bagaimana caranya saya bisa mengambil uang atau apa saja yang dimiliki orangtua saya supaya sementara ini, saya bisa mengihidupi kedua adik saya,”
Nona Kim senyum,”saya faham, Minho.. tetapi inilah prosedur yang saya jelaskan. Untuk masalah keuangan, kami akan membantu Bank untuk menelusuri dan membuat perjanjian dengan mu jika memang ingin mengambil semuanya atau akan ada pengalihan rekening, jadi.. kamu harus buka rekening,”
”dan..jika kamu tidak ingin negara merawat adikmu..maka sekolah mereka tidak akan ditanggung, jadi...kamu sendiri yang harus menanggungnya”, tambah Nona Kim
Minho diam sejenak. Dia berfikir, lalu mengatakan,”aku akan merawat kedua adikku daripada diberikan kepada negara. Mereka tanggung jawabku. Berapapun jumlah tabungan kedua orangtuaku..itu akan aku pakai untuk sekolah mereka”
Tuan Hwang jadi salahtingkah pada Nona Kim dengan keras kepalanya Minho mengambil keputusan,”maafkan saya, Nona Kim..tapi ini mungkin memang keputusan Minho”
Kim tersenyum,”ya..saya mengerti.. sehabis ini, akan saya antarkan Minho ke ruangan administrasi lain untuk kepengurusan pemakaman dan juga bank”
Mereka pun lalu dibantu Nona Kim untuk mengurus semuanya. Pemakaman orangtua baru bisa dilakukan esok.
Esoknya, mereka memakamkan kedua orangtua dan kakek nenek mereka. Minho awalnya ingin sekali menyimpan abu orangtua dan juga kakek neneknya, hanya saja, dia tidak ingin kedua adiknya mengingat mereka dan bisa terus bersedih. Akhirnya, dia memutuskan menguburkan mereka.
”selamat tinggal semuanya,” katanya dalam hati..
Dia sengaja tidak membawa Kyung Soon atau Chin Ho ke pemakaman.. hanya dia sendiri yang mengurus semuanya.
Minho masih menoleh beberapa kali pada deretan pemakaman. Dia termenung sebelum keluar.
”Selamat tinggal semuanya,” katanya sekali lagi.. lalu dia pun pulang dengan menunduk sedih di dalam bus.

Minho duduk agak memelas di kursi makan.. dia melihat rekening kedua orangtuanya yang tidak banyak, hanya beberapa juta won.
”ini hanya cukup untuk sekolah.. kemungkinan aku bisa berhenti sekolah.. tapi Chin Ho tetap harus sekolah.. gitu juga Kyung Soon”, gumamnya, lirih..
”berarti.. aku harus cari kerja,” lanjutnya lagi
Kyung soon menghampirinya, sambil membawa boneka..
”Oppa Minho.. boneka ku rusak,” katanya memelas pada Minho, minta dibetulkan tangan boneka itu
Minho senyum padanya,”ini harus dijahit.. Oppa tidak bisa menjahit.. nanti Oppa minta tolong bibi Hwang”
Lalu Kyung Soon minta di pangku Minho.
”Oppa Minho.. eomma sedang apa di kuburan??”, tiba tiba dia bertanya itu pada kakaknya, Minho
Minho agak kaget tapi dia berusaha menyembunyikan kekagetannya itu pada adiknya.
”Appa dan eomma sedang tidur.. panjang sekali,” katanya mengelus elus rambut adiknya
”kapan mereka datang??,” tanya Kyung soon lagi
Masih sambil mengelus rambut adiknya, Minho berkata kalau mereka tidak akan datang lagi, tapi mereka mengawasi dari langit.
”Appa dan eomma sudah di langit..tidak bisa lagi ke sini.. tapi mereka melihat kita setiap waktu,”
”aku kangen appa dan eomma,” Kyung soon menangis. Dia menutupi wajahnya dengan boneka beruang yang tangannya hampir putus
Minho hampir menangis dengan kata kata adiknya, tetapi dia sembunyikan air matanya. Dia menengadahkan sedikit kepalanya agar air matanya tidak jatuh dan tidak terlihat menangis di hadapan adiknya yang paling kecil itu.
”Kita main saja yuk.. ke rumah bibi Hwang.. sekalian minta tolong bibi Hwang jahitkan tangan Gom”, Minho lalu mendirikan adiknya dan memegang tangannya, menuju rumah bibi Hwang, tetangga mereka..
Tak disangka, saat mereka main, Minho lupa menaruh buku rekening orangtuanya, dia tinggalkan diatas meja makan dan Chin Ho pun melihatnya.
”appa dan eomma tidak punya uang,” katanya dalam hati

Hari berganti esok lagi, saatnya Minho dan Chin Ho sekolah..
”kamu bawa ini saja..aku sudah buatkan,” Minho membekali Chin Ho sekotak makanan nasi, kimchi dan sayuran pakis rebus.
”aku sudah minta tolong bibi Hwang ajarkan aku masak,” senyum Minho pada adik adiknya,”jadi.. dimakan ya? Kita harus hemat
Chin Ho mengangguk saja dengan kakaknya. Sepertinya dia memang harus tahu kalau kakaknya akan sangat keras hidupnya untuk dia dan Kyung Soon. Minho sama sekali tidak tahu kalau Chin Ho sudah melihat rekening uang orangtua mereka. Chin Ho memang termasuk anak laki laki yang pendiam dan tidak banyak tingkah.
”aku pergi dulu,” kata Chin Ho. Dia melangkah keluar rumah
”hati hati.. jangan nakal di sekolah ya!,” balas Minho
Chin Ho mengangguk dan pergi jalan ke sekolah.
Dia lalu bicara dengan Kyung Soon,”Oppa titip kamu ke bibi Hwang.. jadi, kamu main bersama teman teman yang lain di rumah bibi Hwang”
Dia pun keluar rumah bersama adiknya, ke rumah bibi Hwang lalu pergi ke sekolah dengan sepedanya.

Minho mengayuh sepeda dengan semangat. Hari itu, dia harus masuk sekolah lagi setelah 3 hari libur karena mengurus pemakaman orangtuanya.
Dijalan, seorang anak perempuan teman sekolahnya, Hwang Yu Ri dari dalam mobil melihat Minho yang sedang mengayuh sepeda lalu mereka sama sama berhenti di lampu merah. Minho tidak tahu kalau diperhatikan Yu Ri.
”itu sepertinya Minho,” katanya dalam hati. lalu dia membuka kaca mobil.
”Hai, Minho!,” katanya dari dalam mobil
”ah.. Yu Ri.. apa kabar??,” Minho menyapa balik dan senyum padanya
”aku baik.. Minho..aku turut berduka atas berita orangtua mu,” balas Yu Ri
Minho senyum padanya,”ah..tidak apa..sudah nasib ku”
”kamu..ikut aku saja yuk? Sepedanya ditaruh di bagasi belakang,” senyum Yu Ri
Minho menolak, dia menggerakkan tangannya,”ah..tidak usah.. kan sudah dekat kok.. gak enak sama teman yang lain”
”gak apa.. ayo dong, Minho,” bujuk Yu Ri, tapi Minho tetap menolak.
Lampu merah pun berganti dengan lampu hijau. Mobil yang ditumpangi Yu Ri meluncur,”nanti kita bahas PR ya..tolong bantu aku!”, Yu Ri senyum padanya lalu menutup kaca jendela mobil.
Minho senyum saja dan kembali mengayuh sepedanya ke sekolah
”tidak boleh terlambat.. harus tetap semangat!”, katanya dalam hati

Di sekolah, para guru dan juga teman teman sekelas mengucapkan turut berduka cita untuk nya. Dia benar benar terharu karena para guru dan teman sekelasnya sangat memperhatikannya.
”aku berterima kasih atas ucapan Ibu dan juga teman teman semua,”kata Minho berdiri di depan meja sekolah nya dan menunduk hormat pada mereka
Ji won, teman sebelahnya mengelus elus tangannya supaya dia tabah dengan musibah yang telah terjadi.
Di sekolah, Minho termasuk anak yang pintar. Ketika jam istirahat, Yu Ri yang berasal dari kelas sebelah datang padanya.
”Hai Minho..aku minta tolong diajarkan matematika,” dia langsung menarik kursi dan duduk di depan Minho yang sedang diam menggambar gambar di buku tulisnya
Minho menengadahkan kepalanya,”oh hai Yu Ri.. PR yang mana?? Aku tidak tahu kalau ada PR,”
”kamu pasti dibebaskan guru matematika karena kan.. kemarin kamu sedang berduka,”senyum Yu Ri
”duduk saja di sebelahku.. di tempat Ji Won,” balas Minho
Lalu Yu Ri duduk di sebelah Minho
Minho lalu membaca soal matematika bergambar punya Yu Ri,”kalau begini gampang.. kamu turunkan lagi satu derajat ke kanan, lalu putar sedikit, nanti kamu kalikan dengan sumbu Z dan kamu bisa dapat gambar proyeksinya..,”
”begini caranya,” lalu dia mengeluarkan kertas dari buku coret coretannya
Mata Yu Ri berbinar,”wah.. iya.. ini benar! Kamu pintar, Minho!”, dia bertepuk tangan sekali, ekspresinya ceria
”aku belum diajarkan ini.. sehabis jam istirahat pasti Ibu Nam akan bahas ini,”balas Minho sambil masih menggambar proyeksi geometri di buku Yu Ri
”yah.. jadi kan.. kamu gak perlu mengerjakan lagi..sudah tahu jawabannya,” Yu Ri senyum, gigi putihnya terlihat semua
Minho diam saja..lalu,”masih ada lagi??”
Yu Ri menggeleng,”tidak.. hanya satu ini PR nya, dari kemarin aku pusing tidak bisa kerjakan”
”oo,” balas Minho singkat, lalu dia melihat soal soal yang lain dari text book Yu Ri.
“Minho..,” kata Yu Ri
“ya?,” Minho menoleh padanya
”kamu apa gak capek naik sepeda terus setiap hari bolak balik rumah sekolah??,” tanya Yu Ri heran
Minho senyum saja,”aku kan tidak punya kendaraan lain selain sepeda,hehe.. kalau jalan kaki, nanti aku terlambat. Kalau naik bus, sayang uangnya..untuk ditabung”
”kamu.. kalau aku tawarkan.. sekolah bareng aku.. mau gak?,” kata Yu Ri.. dia agak malu malu menawarkannya
Minho kaget,”eh?? Gak bisa.. nanti aku dibilang macam macam sama teman yang lain”, dia menggerakkan kedua telapak tangannya, menolak.
”loh.. Minho kan teman ku.. aku pikir ya gak masalah,” balas Yu Ri
”enggak enak sama teman yang lain,” senyum Minho
”lagipula.. kan sekalian olahraga,” lanjutnya lagi
”gak apa kok.. papa ku gak akan melarang aku berteman dengan siapa saja. Aku suka cerita Minho ke orangtua ku.. aku bilang Minho pintar dan banyak membantu aku belajar”, balas Yu Ri. Dia sedikit memaksa kalau Minho baiknya pergi dan pulang sekolah bareng dia.
”aku gak enak.. kalau soal PR atau mengajarkan kan.. itu memang kalau aku bisa bantu.. kalau enggak, ya aku juga nyerah, hehe,” Minho garuk garuk kepalanya, cengengesan.
”ah.. Minho gitu deh.. suka menolak tawaran baikku. Kalau di traktir makan enggak mau, sekarang pergi sekolah sama sama juga gak mau,” Yu Ri cemberut
Minho jadi salah tingkah sendiri sama temannya itu,”ah.. bukan begitu..aku orangnya gak enakan.. sekali lagi.. kalau soal PR kan.. kalau aku bisa bantu... pasti aku bantu.. ”
”sesekali aku berbaik hati pada Minho gak apa apa dong??,” balas Yu Ri lagi
Minho cengengesan, dia garuk garuk lagi kepalanya,”hehe.. gak enak”
Dia beneran gengsi kalau di traktir cewek. Dan dia Cuma menganggap Yu Ri teman lain kelasnya yang waktu masa orientasi kebetulan pingsan di depannya karena tidak kuat berjemur di bawah sinar matahari, lalu ditolong Minho dengan dibawa ke ruang kesehatan sekolah. Dari situlah mereka jadi berteman dan Minho suka membantu Yu Ri mengerjakan PR nya, terutama matematika, kimia dan fisika.
”kalau gitu... kapan aku bisa membalas kebaikan kamu,Minho?,”
Minho cengengesan lagi,”ah..enggak usah.. aku senang kok.. bisa bantu orang”
”bel sudah mau bunyi..aku masuk kelas dulu ya.. gamsahabnida (terima kasih).. jawaban PR nya,” senyum Yu Ri
Minho cengengesan lagi,”hehe.. iya.. cheonman-eyo (sama-sama)”
Yu Ri pun keluar ruangan. Dan bel pun berbunyi..semua anak masuk lagi, menunggu guru datang untuk pelajaran berikutnya.
”wah.. bisa kacau kalau aku pergi dan pulang bareng Yu Ri..,” katanya dalam hati

Pulang sekolah.. Yu Ri melihat Minho lagi mengayuh sepeda di jalan.
”hai Minho!,” dia pun menyapa saat mobil melaju, sementara Minho menoleh dan tetap mengayuh sepedanya
”hai Yu Ri,” katanya sambil terus mengayuh
”aku duluan ya!,” balas Yu Ri lagi
Minho melambaikan tangannya,”ya!”, dia pun tetap mengayuh sepedanya sampai rumah.
Di rumah, dia menemukan Chin Ho sedih.
”kamu kenapa?,” tanya Minho pada adiknya yang lagi duduk di kursi makan
Lalu Chin Ho menunjukkan buku rekening orangtua mereka. Minho kaget, dia langsung merebut,”ini aku yang urus! Kamu belum bisa!”
”aku berhenti sekolah saja.. atau aku ke panti asuhan..supaya aku bisa sekolah... supaya Oppa Minho juga bisa sekolah.. kalau uang appa dan eomma hanya segitu, enggak cukup untuk sekolah kita bertiga nanti”, jawab Chin Ho
”kamu diam saja.. kamu gak boleh berhenti sekolah, gak boleh tinggal di panti asuhan.. apa apaan itu?? Kamu gak menghargai aku kalau kamu pergi ke panti asuhan..,” balas Minho tegas
”aku akan kerja part time,” lanjutnya lagi,”kamu gak usah pikirkan macam macam.. sekolah mu bagus nilainya.. terus saja sekolah... itu yang Appa dan Eomma mau”
Chin Ho diam saja, dia memang tidak berani melawan kakaknya. Walau orangtua mereka belum meninggal sekalipun dulunya, Minho memang dia anggap kakak yang tegas.
Tanpa banyak basa basi, Minho mengambil buku rekening tabungan orangtua mereka,”jangan buka dan cari ini lagi.. aku yang pegang”, katanya masih tegas pada Chin Ho
”baik, Oppa.. aku minta maaf,” balas Chin Ho, dia menunduk,takut lagi dimarahi Minho
”kamu ada PR?,” kata Minho.
Chin Ho menegakkan kepalanya dan menggeleng,”tidak”
”tolong jemput Kyung Soon di rumah bibi Hwang.. juga lihat, apa tangan boneka Gom sudah dijahitkan bibi Hwang atau belum., kalau belum, minta tolong sama bibi untuk menjahitkan”, balas Minho lagi
Chin Ho mengangguk dan dia langsung pergi ke rumah sebelah, ke bibi Hwang.
Minho duduk dan membuka serta memperhatikan lagi jumlah rekening yang tidak banyak itu,”orang tuaku enggak kaya.. jadi..aku harus bekerja supaya kami tetap hidup”, gumamnya
Lalu dia menengadahkan kepalanya, menahan tangis lagi,”Appa.. Eomma.. kuatkan aku, Chin Ho dan Kyung Soon”


Bersambung...