”Appa.. jangan matiiii.. Eomma.. jangan
matiii,” kata anak kecil perempuan itu menangis menjerit jerit. Dia memukul
mukul peti mati ayahnya, Minho mencegah adiknya meraung raung.
”sudah, Kyung Soon.. appa dan eomma gak
bisa hidup lagi.. sudah!,” dia lalu memeluk erat adiknya supaya tidak melakukan
hal buruk lagi di depan para pelayat.
Sementara, dirumah duka itu banyak
berdatangan para pelayat. Mereka begitu sedih melihat ketiga anak itu menjadi
yatim piatu dalam usia muda. Minho baru berusia 15 tahun, kelas 1 SMA. Adik
lelakinya Chin Ho berusia 10 tahun dan adik perempuannya Kyung Soon berusia 4
tahun.
Chin Ho hanya menangis saja.. dia sangat
terpukul dan menutupi wajahnya dengan kain hitam,tanpa bersuara apa apa, walau
banyak ibu menghiburnya.
”kalau kamu ada keperluan apa
apa..datanglah ke rumah bibi, Minho...bibi akan membantu mu dan adik adik,”
kata wanita setengah baya senyum padanya
Minho menunduk hormat pada wanita
itu,”terima kasih, bibi Hwang.. terima kasih sudah sangat membantu kami”
”tetap bersabar.. semua kesedihan akan
segera berlalu, Minho..,”senyum wanita yang dipanggil Hwang itu
Para pelayat berdatangan ke rumah duka
dimana mayat kedua orang tua Minho, korban kecelakaan itu terbaring dalam peti
mati, sampai sore.
”Appaaaa...jangan...appa dan eomma jangan
dibakaaarrr!!,” Kyung Soon menjerit jerit minta masuk dan mencegah kedua peti
mati orangtuanya dimasukkan dalam ruang kremasi. Minho kembali mencegahnya,
menariknya dan memeluknya. Lalu menutup matanya supaya adiknya tidak melihat
peti mati kedua orangtuanya dimasukan ke tungku kremasi.
Kyung Soon menjerit jerit ketika kedua
orangtuanya dimasukkan dalam ruang kremasi. Dia menangis meraung raung, Chin Ho
tersedu sedu. Minho diam saja memeluk adik kesayangannya. Dia melihat dari
balik kaca.. bagaimana jasad orangtuanya
masuk ke dalam tungku pembakaran.
Dia tidak bisa berkata apa apa lagi, hanya
bisa menatap dalam dalam proses itu. Tidak menangis, juga terlihat wajahnya
tidak sedih, hanya diam. Baju hitam yang dipakainya menjadi saksi, dia sama
sekali tidak bersedih ditinggal kedua orang tuanya. Tangisnya hanya ada di
hatinya.
”tto
bwayo (sampai jumpa lagi), Appa.. Eomma..kita akan bertemu lagi nanti di
surga,”Minho senyum ketika melihat jasad kedua orangtuanya dimasukkan dalam tungku
kremasi. Chin Ho masih terus menangis.
Setelah beberapa jam proses berlalu,
ketiga anak itu pun pulang membawa abu kedua orang tuanya.
”Appa dan eomma tidak meninggalkan
kita..ini,” kata Minho datar pada kedua adiknya, menunjukkan dua tempat abu
mayat.
”Walau Appa sudah tidak main bersama kita
lagi, Eomma tidak lagi bikinkan kita makanan, tapi mereka tetap ada,” senyum
Minho pada mereka.
Chin Ho diam saja. Kyung Soon masih
menangis di pelukan kakaknya.
Minho menyuruh adik adiknya keluar
sebentar dari ruangan sembahyang itu.
Minho menaruh abu jasad kedua orangtuanya
disamping kanan dan kiri kakek-neneknya, di altar doa.
”kalian sudah bersama,” dia pun menunduk
hormat pada ke empat kotak abu jenazah itu.
”sebaiknya aku menguburkan semuanya saja,”
katanya dalam hati.
Kyung soon menghampiri Minho,”Oppa..aku
lapar”, tiba tiba dia masuk dan menarik narik ujung kemeja nya Minho.
Minho menoleh padanya yang masih sangat
kecil,”sebentar ya, Oppa mau ngobrol dulu dengan kakek, nenek, appa dan eomma
disini.. nanti oppa buatkan makanan”
Kyung soon pun lalu pergi dari situ.
Telepon berdering, ternyata dari bibi
Hwang. Dia berjanji akan kesana dan memberikan mereka makan malam.
Kyung soon makan lahap sekali, sementara
Chin Ho malah makan sedikit.
”terima kasih, bibi sudah masak untuk
kami,” Minho menunduk hormat pada wanita paruh baya itu.
”Bibi ini tetanggamu, Minho..sudah
sepantasnya saling membantu.. Bibi hanya ingat ibumu sangat baik pada para
tetangga..suka memberikan makanan.. jadi,sudah waktunya membalas budi,” senyum
bibi Hwang.
”bulgoginya enak, oppa,” senyum Kyung
soon.
Minho senyum padanya,”makan yang banyak
ya”. Kyung mengangguk.
”Kalau Kyung ada kesulitan, main saja ke rumahku.
Kasian dia masih kecil,
Minho,” kata bibi Hwang lagi
”Kyung soon mau tidur bersama bibi malam
ini?,” bibi Hwang senyum padanya
Kyung yang masih makan menggeleng,”Tidak
mau.. aku ingin tidur dengan Oppa Minho”, jawabnya polos.
Bibi Hwang senyum lagi,”oh..gak apa..
kalau Oppa Minho nanti sekolah dan Kyung soon sendirian dirumah, panggil bibi
ya”
Kyung soon mengangguk saja.
”aku harus kerja, bibi..aku belum tahu
seberapa banyak appa dan eomma meninggalkan uang untuk kita,” kata Minho di ruangan
depan. Mereka duduk di sofa.
”kalau kamu butuh bantuan kami, nanti aku
minta tolong paman mu mengurusnya,” jawab bibi Hwang, tertuju kepada suaminya
”rasanya singkat sekali, bibi.. baru saja
kemarin aku senang.. kupikir mereka masih akan bersama ku,” keluh Minho. Dia
tidak bisa menangis.
”tidak ada yang tahu takdir manusia,”
balas bibi Hwang. Dia mengusap
usap kepala Minho.
”tapi..bibi akan berusaha membantu jika
kamu kesulitan..anggap saja bibi ini orangtua kalian,”
”kami sudah tidak punya siapa siapa lagi,
bibi...,” gumam Minho. Dia menunduk dalam dalam, sedih.
”kamu masih punya kami, paman dan bibi
Hwang..besok..paman akan membantu kamu mengurus semuanya,” senyum bibi Hwang
lagi
Minho hanya masih menunduk dalam dalam. Dia
sembunyikan kesedihan wajahnya di depan bibi Hwang.
Malam itu.. Minho
berdogeng untuk Kyung soon. Sementara Chin Ho sudah bisa tidur sendirian.
”Lalu..
jendral Choi pun menyerbu para penjahat tersebut... hiaaattt... hiat!! Suaranya
sangat menggetarkan dan membuat mereka takut!,” Minho
mempraktekkan seorang jendral jaman dulu menyerang musuh musuhnya dengan pedang
yang tajam. Kyung soon tertawa tawa
di atas tempat tidur
”Oppa lucu! Hag hag hag hag,” tertawanya
sangat ringan dan lepas
Minho terus saja berdongeng sampai adiknya
akhirnya tidur juga.
Dia lalu memandang adiknya dalam sekali,”sekarang..
aku yang jadi orangtuanya Kyung soon.. kamu jangan nakal ya, adikku.. jangan sampai buat kakak mu pusing,”
Lalu dia pun melebarkan selimut untuk
adiknya, mematikan lampu dan pergi dari kamar itu.
Dilihatnya di kamar lain, Chin Ho ternyata
belum tidur.
”belum tidur juga?,” Minho masuk kamarnya.
Chin Ho menggeleng..
Dia basa basi,”aku lupa.. rasanya aku punya
PR, oppa,”
Minho menarik kursi dan duduk disampingnya..”PR
apa?”
Chin Ho memberikan dan memperlihatkan buku
PR nya pada Minho.. matematika..
”oh..yang ini gampang, Oppa bisa bantu,”
balas Minho, senyum
”tapi..besok lebih baik kamu tidak masuk
saja, Chin Ho..kita akan memakamkan Appa, Eomma, Hal abeoji dan Halmeoni,” lanjutnya
”katamu.. mereka tidak akan pergi?,” tanya
Chin Ho, memandang wajah Minho
”mereka tetap pergi, Chin Ho.. buktinya,
mereka tidak bersama kita lagi..tapi mereka ada disini,”Minho menunjuk pada
hati adiknya itu.
”kita pergi saja berdua, Kyung soon kita
titip ke bibi Hwang,”
Chin
Ho mengangguk. Minho tetap membantu mengerjakan
PR nya walau besok mereka akan tidak sekolah lagi.
Esoknya, Minho menitipkan Kyung pada bibi
Hwang. Mereka pergi bersama suaminya bibi Hwang yang akan membantu mengurus
pemakaman dan juga administrasi hak asuh dan juga masalah keuangan.
”Tuan Hwang..secara hak asuh, Lee Minho
dalam undang undang belum cukup umur bagi dia dan bagi kedua saudara nya..
negara bisa membantu mereka mengatur keuangan lewat pengacara kami,” kata Nona
Kim, sang pegawai administrasi negara,” usianya belum lagi 16 tahun.”
”Tapi saya bisa merawat kedua adik saya, bu..
saya tidak akan menaruh mereka di panti asuhan,” kata Minho agak ngotot, dia
takut kedua adiknya diambil pemerintah.
”sebentar lagi saya 16 tahun,”lanjutnya,”saya
disini hanya ingin tahu, bagaimana caranya saya bisa mengambil uang atau apa
saja yang dimiliki orangtua saya supaya sementara ini, saya bisa mengihidupi
kedua adik saya,”
Nona
Kim senyum,”saya faham, Minho .. tetapi inilah
prosedur yang saya jelaskan. Untuk masalah keuangan, kami akan membantu Bank
untuk menelusuri dan membuat perjanjian dengan mu jika memang ingin mengambil
semuanya atau akan ada pengalihan rekening, jadi.. kamu harus buka rekening,”
”dan..jika kamu tidak ingin negara merawat
adikmu..maka sekolah mereka tidak akan ditanggung, jadi...kamu sendiri yang harus
menanggungnya”, tambah Nona Kim
Minho diam sejenak. Dia berfikir, lalu
mengatakan,”aku akan merawat kedua adikku daripada diberikan kepada negara.
Mereka tanggung jawabku. Berapapun jumlah tabungan kedua orangtuaku..itu akan
aku pakai untuk sekolah mereka”
Tuan Hwang jadi salahtingkah pada Nona Kim
dengan keras kepalanya Minho mengambil keputusan,”maafkan saya, Nona Kim..tapi
ini mungkin memang keputusan Minho”
Kim tersenyum,”ya..saya mengerti.. sehabis
ini, akan saya antarkan Minho ke ruangan administrasi lain untuk kepengurusan
pemakaman dan juga bank”
Mereka pun lalu dibantu Nona Kim untuk
mengurus semuanya. Pemakaman orangtua baru bisa dilakukan esok.
Esoknya, mereka memakamkan kedua orangtua
dan kakek nenek mereka. Minho awalnya ingin sekali menyimpan abu orangtua dan
juga kakek neneknya, hanya saja, dia tidak ingin kedua adiknya mengingat mereka
dan bisa terus bersedih. Akhirnya, dia memutuskan menguburkan mereka.
”selamat tinggal semuanya,” katanya dalam
hati..
Dia sengaja tidak membawa Kyung Soon atau
Chin Ho ke pemakaman.. hanya dia sendiri yang mengurus semuanya.
Minho masih menoleh beberapa kali pada
deretan pemakaman. Dia termenung sebelum keluar.
”Selamat tinggal semuanya,” katanya sekali
lagi.. lalu dia pun pulang
dengan menunduk sedih di dalam bus.
Minho duduk agak memelas di kursi makan..
dia melihat rekening kedua orangtuanya yang tidak banyak, hanya beberapa juta won.
”ini hanya cukup untuk sekolah.. kemungkinan
aku bisa berhenti sekolah.. tapi Chin Ho tetap harus sekolah.. gitu juga Kyung
Soon”, gumamnya, lirih..
”berarti.. aku harus cari kerja,” lanjutnya
lagi
Kyung soon menghampirinya, sambil membawa
boneka..
”Oppa Minho.. boneka ku rusak,” katanya
memelas pada Minho, minta dibetulkan tangan boneka itu
Minho senyum padanya,”ini harus dijahit..
Oppa tidak bisa menjahit.. nanti Oppa minta tolong bibi Hwang”
Lalu Kyung Soon minta di pangku Minho.
”Oppa Minho.. eomma sedang apa di kuburan??”,
tiba tiba dia bertanya itu pada kakaknya, Minho
Minho agak kaget tapi dia berusaha menyembunyikan
kekagetannya itu pada adiknya.
”Appa dan eomma sedang tidur.. panjang
sekali,” katanya mengelus elus rambut adiknya
”kapan mereka datang??,” tanya Kyung soon
lagi
Masih sambil mengelus rambut adiknya,
Minho berkata kalau mereka tidak akan datang lagi, tapi mereka mengawasi dari
langit.
”Appa dan eomma sudah di langit..tidak
bisa lagi ke sini.. tapi
mereka melihat kita setiap waktu,”
”aku kangen appa dan eomma,” Kyung soon
menangis. Dia menutupi wajahnya dengan boneka beruang yang tangannya hampir putus
Minho hampir menangis dengan kata kata
adiknya, tetapi dia sembunyikan air matanya. Dia menengadahkan sedikit
kepalanya agar air matanya tidak jatuh dan tidak terlihat menangis di hadapan
adiknya yang paling kecil itu.
”Kita main saja yuk.. ke rumah bibi Hwang.. sekalian minta
tolong bibi Hwang jahitkan tangan Gom”, Minho lalu mendirikan adiknya dan
memegang tangannya, menuju rumah bibi Hwang, tetangga mereka..
Tak disangka, saat mereka main, Minho lupa
menaruh buku rekening orangtuanya, dia tinggalkan diatas meja makan dan Chin Ho
pun melihatnya.
”appa dan eomma tidak punya uang,” katanya
dalam hati
Hari berganti esok lagi, saatnya Minho dan
Chin Ho sekolah..
”kamu bawa ini saja..aku sudah buatkan,”
Minho membekali Chin Ho sekotak makanan nasi, kimchi dan sayuran pakis rebus.
”aku sudah minta tolong bibi Hwang ajarkan
aku masak,” senyum Minho pada adik adiknya,”jadi.. dimakan ya? Kita harus hemat”
Chin Ho mengangguk saja dengan kakaknya. Sepertinya
dia memang harus tahu kalau kakaknya akan sangat keras hidupnya untuk dia dan
Kyung Soon. Minho sama sekali tidak tahu kalau Chin Ho sudah melihat rekening
uang orangtua mereka. Chin Ho memang termasuk anak laki laki yang pendiam dan
tidak banyak tingkah.
”aku pergi dulu,” kata Chin Ho. Dia
melangkah keluar rumah
”hati hati.. jangan nakal di sekolah ya!,”
balas Minho
Chin Ho mengangguk dan pergi jalan ke
sekolah.
Dia lalu bicara dengan Kyung Soon,”Oppa
titip kamu ke bibi Hwang.. jadi,
kamu main bersama teman teman yang lain di rumah bibi Hwang”
Dia pun keluar rumah bersama adiknya, ke rumah
bibi Hwang lalu pergi ke sekolah dengan sepedanya.
Minho mengayuh sepeda dengan semangat.
Hari itu, dia harus masuk sekolah lagi setelah 3 hari libur karena mengurus
pemakaman orangtuanya.
Dijalan, seorang anak perempuan teman
sekolahnya, Hwang Yu Ri dari dalam mobil melihat Minho yang sedang mengayuh
sepeda lalu mereka sama sama berhenti di lampu merah. Minho tidak tahu kalau
diperhatikan Yu Ri.
”itu sepertinya Minho,” katanya dalam
hati. lalu dia membuka kaca mobil.
”Hai, Minho!,” katanya dari dalam mobil
”ah.. Yu Ri.. apa kabar??,” Minho menyapa
balik dan senyum padanya
”aku baik.. Minho..aku turut berduka atas
berita orangtua mu,” balas Yu Ri
Minho senyum padanya,”ah..tidak apa..sudah
nasib ku”
”kamu..ikut aku saja yuk? Sepedanya
ditaruh di bagasi belakang,” senyum Yu Ri
Minho menolak, dia menggerakkan
tangannya,”ah..tidak usah.. kan sudah dekat kok.. gak enak sama teman yang
lain”
”gak apa.. ayo dong, Minho,” bujuk Yu Ri,
tapi Minho tetap menolak.
Lampu merah pun berganti dengan lampu
hijau. Mobil yang ditumpangi Yu Ri meluncur,”nanti kita bahas PR ya..tolong
bantu aku!”, Yu Ri senyum padanya lalu menutup kaca jendela mobil.
Minho senyum saja dan kembali mengayuh
sepedanya ke sekolah
”tidak boleh terlambat.. harus tetap
semangat!”, katanya dalam hati
Di sekolah, para guru dan juga teman teman
sekelas mengucapkan turut berduka cita untuk nya. Dia benar benar terharu
karena para guru dan teman sekelasnya sangat memperhatikannya.
”aku berterima kasih atas ucapan Ibu dan
juga teman teman semua,”kata Minho berdiri di depan meja sekolah nya dan
menunduk hormat pada mereka
Ji won, teman sebelahnya mengelus elus
tangannya supaya dia tabah dengan musibah yang telah terjadi.
Di sekolah, Minho termasuk anak yang
pintar. Ketika jam istirahat, Yu Ri yang berasal dari kelas sebelah datang
padanya.
”Hai Minho..aku minta tolong diajarkan
matematika,” dia langsung menarik kursi dan duduk di depan Minho yang sedang
diam menggambar gambar di buku tulisnya
Minho menengadahkan kepalanya,”oh hai Yu
Ri.. PR yang mana?? Aku tidak
tahu kalau ada PR,”
”kamu pasti dibebaskan guru matematika
karena kan.. kemarin kamu sedang berduka,”senyum Yu Ri
”duduk saja di sebelahku.. di tempat Ji
Won,” balas Minho
Lalu Yu Ri duduk di sebelah Minho
Minho lalu membaca soal matematika
bergambar punya Yu Ri,”kalau begini gampang.. kamu turunkan lagi satu derajat
ke kanan, lalu putar sedikit, nanti kamu kalikan dengan sumbu Z dan kamu bisa
dapat gambar proyeksinya..,”
”begini caranya,” lalu dia mengeluarkan kertas
dari buku coret coretannya
Mata Yu Ri berbinar,”wah.. iya.. ini
benar! Kamu pintar, Minho!”, dia bertepuk tangan sekali, ekspresinya ceria
”aku belum diajarkan ini.. sehabis jam
istirahat pasti Ibu Nam akan bahas ini,”balas Minho sambil masih menggambar
proyeksi geometri di buku Yu Ri
”yah.. jadi kan.. kamu gak perlu
mengerjakan lagi..sudah tahu jawabannya,” Yu Ri senyum, gigi putihnya terlihat
semua
Minho diam saja..lalu,”masih ada lagi??”
Yu Ri menggeleng,”tidak.. hanya satu ini
PR nya, dari kemarin aku pusing tidak bisa kerjakan”
”oo,”
balas Minho singkat, lalu dia melihat soal soal yang lain dari text book Yu Ri .
“Minho..,” kata Yu Ri
“ya?,” Minho menoleh padanya
”kamu apa gak capek naik sepeda terus
setiap hari bolak balik rumah sekolah??,” tanya Yu Ri heran
Minho senyum saja,”aku kan tidak punya
kendaraan lain selain sepeda,hehe.. kalau jalan kaki, nanti aku terlambat.
Kalau naik bus, sayang uangnya..untuk ditabung”
”kamu.. kalau aku tawarkan.. sekolah
bareng aku.. mau gak?,” kata Yu Ri.. dia agak malu malu menawarkannya
Minho kaget,”eh?? Gak bisa.. nanti aku
dibilang macam macam sama teman yang lain”, dia menggerakkan kedua telapak
tangannya, menolak.
”loh.. Minho kan teman ku.. aku pikir ya
gak masalah,” balas Yu Ri
”enggak enak sama teman yang lain,” senyum
Minho
”lagipula.. kan sekalian olahraga,”
lanjutnya lagi
”gak apa kok.. papa ku gak akan melarang
aku berteman dengan siapa saja. Aku suka cerita Minho ke orangtua ku.. aku
bilang Minho pintar dan banyak membantu aku belajar”, balas Yu Ri. Dia sedikit
memaksa kalau Minho baiknya pergi dan pulang sekolah bareng dia.
”aku gak enak.. kalau soal PR atau
mengajarkan kan.. itu memang kalau aku bisa bantu.. kalau enggak, ya aku juga
nyerah, hehe,” Minho garuk garuk kepalanya, cengengesan.
”ah.. Minho gitu deh.. suka menolak
tawaran baikku. Kalau di traktir makan enggak mau, sekarang pergi sekolah sama
sama juga gak mau,” Yu Ri cemberut
Minho jadi salah tingkah sendiri sama
temannya itu,”ah.. bukan
begitu..aku orangnya gak enakan.. sekali lagi.. kalau soal PR kan.. kalau aku
bisa bantu... pasti aku bantu.. ”
”sesekali aku berbaik hati pada Minho gak
apa apa dong??,” balas Yu Ri lagi
Minho cengengesan, dia garuk garuk lagi
kepalanya,”hehe.. gak enak”
Dia beneran gengsi kalau di traktir cewek.
Dan dia Cuma menganggap Yu Ri teman lain kelasnya yang waktu masa orientasi
kebetulan pingsan di depannya karena tidak kuat berjemur di bawah sinar
matahari, lalu ditolong Minho dengan dibawa ke ruang kesehatan sekolah. Dari
situlah mereka jadi berteman dan Minho suka membantu Yu Ri mengerjakan PR nya,
terutama matematika, kimia dan fisika.
”kalau gitu... kapan aku bisa membalas
kebaikan kamu,Minho?,”
Minho cengengesan lagi,”ah..enggak usah..
aku senang kok.. bisa bantu orang”
”bel sudah mau bunyi..aku masuk kelas dulu
ya.. gamsahabnida (terima kasih)..
jawaban PR nya,” senyum Yu Ri
Minho cengengesan lagi,”hehe.. iya.. cheonman-eyo
(sama-sama)”
Yu Ri pun keluar ruangan. Dan bel pun
berbunyi..semua anak masuk lagi, menunggu guru datang untuk pelajaran
berikutnya.
”wah.. bisa kacau kalau aku pergi dan
pulang bareng Yu Ri..,” katanya dalam hati
Pulang sekolah.. Yu Ri melihat Minho lagi
mengayuh sepeda di jalan.
”hai Minho!,” dia pun menyapa saat mobil
melaju, sementara Minho menoleh dan tetap mengayuh sepedanya
”hai Yu Ri,” katanya sambil terus mengayuh
”aku duluan ya!,” balas Yu Ri lagi
Minho melambaikan tangannya,”ya!”, dia pun
tetap mengayuh sepedanya sampai rumah.
Di rumah, dia menemukan Chin Ho sedih.
”kamu kenapa?,” tanya Minho pada adiknya
yang lagi duduk di kursi makan
Lalu Chin Ho menunjukkan buku rekening
orangtua mereka. Minho kaget, dia langsung merebut,”ini aku yang urus! Kamu
belum bisa!”
”aku berhenti sekolah saja.. atau aku ke
panti asuhan..supaya aku bisa sekolah... supaya Oppa Minho juga bisa sekolah..
kalau uang appa dan eomma hanya segitu, enggak cukup untuk sekolah kita bertiga
nanti”, jawab Chin Ho
”kamu diam saja.. kamu gak boleh berhenti
sekolah, gak boleh tinggal di panti asuhan.. apa apaan itu?? Kamu gak menghargai aku kalau kamu
pergi ke panti asuhan..,” balas Minho tegas
”aku akan kerja part time,” lanjutnya
lagi,”kamu gak usah pikirkan macam macam.. sekolah mu bagus nilainya.. terus
saja sekolah... itu yang Appa dan Eomma mau”
Chin Ho diam saja, dia memang tidak berani
melawan kakaknya. Walau orangtua mereka belum meninggal sekalipun dulunya,
Minho memang dia anggap kakak yang tegas.
Tanpa banyak basa basi, Minho mengambil
buku rekening tabungan orangtua mereka,”jangan buka dan cari ini lagi.. aku
yang pegang”, katanya masih tegas pada Chin Ho
”baik, Oppa.. aku minta maaf,” balas Chin Ho, dia menunduk,takut
lagi dimarahi Minho
”kamu ada PR?,” kata Minho.
Chin Ho menegakkan kepalanya dan
menggeleng,”tidak”
”tolong
jemput Kyung Soon di rumah bibi Hwang.. juga lihat, apa tangan boneka Gom sudah
dijahitkan bibi Hwang atau belum., kalau belum, minta tolong sama bibi untuk
menjahitkan”, balas Minho lagi
Chin Ho mengangguk dan dia langsung pergi
ke rumah sebelah, ke bibi Hwang.
Minho duduk dan membuka serta
memperhatikan lagi jumlah rekening yang tidak banyak itu,”orang tuaku enggak
kaya.. jadi..aku harus bekerja supaya kami tetap hidup”, gumamnya
Lalu dia menengadahkan kepalanya, menahan
tangis lagi,”Appa.. Eomma.. kuatkan aku, Chin Ho dan Kyung Soon”
Bersambung...