Lee Minho sebagai dokter Minho Kazuki
Kitamura sebagai dokter Choi Hyeon Jun Gackt
sebagai dokter Roh Seung Won
“aku sungguh kecewa padamu, Minho.. aku
gak sangka kalau keluargamu berkhianat terhadap keluargaku,” kata Hye Rim lagi
“hei... tidak ada yang berkhianat.. kami
belum memutuskan.. dan lagipula.. jika memang aku memilih Shin Young.. bukankah
dia juga masih bagian dari keluargamu??,” tanya Minho, dia masih menggunakan
handsfree agar ibunya tahu percakapan mereka.
“Aku tahu sebenarnya Shin Young ada
bersama mu.. aku tahu kalau dia cewek kuper dan mungkin hampir tidak punya
teman di kota ini,”
“aku berhak memilih siapa wanita yang aku
suka bukan?? Begitu juga kalau aku memilih dia,”
“silahkan saja.. jika memang orangtuamu
setuju..,” jawab Hye Rim santai
“ya.. baiklah, Hye Rim.. kita mulai
permainan kita yang sebenarnya,” senyum Minho
“Apa Eomma akan mendukungku dengan Shin
Young?? Aku sama sekali tidak ada hati dengan Hye Rim.. entah,” Minho duduk
disamping ibunya
Ibunya menoleh dan senyum,”memang sulit
kalau hati yang sudah bicara”
“Appa.. dan Tuan Min tidak ada keterikatan
budi kan??,”
“Eomma tidak tahu.. tapi akan cari tahu,”
“lalu.. aku ingin titip Shin Young
disini.. aku tidak bisa membawanya ke apartment..Eomma mohon bantu dia,”
Ibunya mengangguk
“Saya belum siap dengan semua ini,” Roh
Seung Won menghormat kepada orangtua Ae Cha
“tidak bisa... bagaimanapun.. kamu harus
bertanggungjawab terhadap kondisi anak kami,” kata Tuan Go
“Go ssi..
saya minta maaf.. tapi.. saya memang belum bisa saat ini.. kalau memang masih
mau ada pengunduran diri.. baru saya bisa menerima,” kata Seung Won lagi
“apa apaan ini... kenapa kalian sama
sekali tidak dewasa, huh??,” bentak ibunya Ae Cha
Ibunya Ae Cha terus membentak Seung Won
habis habisan.. Seung Won tidak bersuara.. dia pilih diam.
“aku tidak bisa melihat anakku
ditelantarkan.. tentukan pilihan.. segera menikah!,” pinta ibunya Ae Cha dengan
intonasi tinggi dan keras.
Seung Won pulang dengan rasa kecewa.. Ae
Cha masih mengikutinya
“kamu mau.. anak kita digugurkan saja??,”
tanya Ae Cha padanya
“apa aku sempat bilang begitu??,” Seung
Won menyetir mobil tapi tidak menoleh padanya
“bukannya itu yang kamu pinta??
Sebenarnya.. kamu pilih siapa: aku atau anak ini??,”
Ae Cha diam saja ditanya seperti itu. Dia
menyimpan jawabannya sampai di apartment Seung Won lagi.. sampai mereka
tertidur malam itu
“kamu membiarkan Shin Young tinggal di
rumahmu sekarang? Apa keluarganya tidak mencarinya??,”
Minho menggeleng,”aku rasa tidak.. lagipula..
dia mau pulang kemana?? Aku hanya cemas Hye Rim akan mencelakainya,”
Heon Jun menyeruput minuman dinginnya.
Lalu diam sejenak, berfikir..
“kamu berfikir tentang hubunganmu dengan
Shin Young..sementara aku sedang berfikir tentang Ae Cha,”
Minho kaget,”ada apa dengan dia? Dia
cerita padamu soal Seung Won??”
Hyeon Jun mengangguk,”sepertinya Ae Cha stress
sekali dengan keputusan Seung Won yang belum mau menikah sampai urusan promosi
karir teman kita itu menanjak”
“karir atau pernikahan?? Ummm,” gumam Minho,”aku
gak habis pikir juga kalau Seung Won seperti itu..”
“latar belakang keluarga Seung Won itu
beda dengan kita.. dia sedikit bebas??,” terka Hyeon Jun
“setidaknya Seung Won tidak secepat itu
memutuskan tidak ingin menikah,” balas Minho
“hidup sekarang sangat tidak mudah untuk
membentuk keluarga.. kamu ingin jadi pria baik.. ternyata temukan wanita tidak
baik.. begitu juga sebaliknya.. ,”
Minho memperhatikan Hyeon Jun bicara soal
kegalauan Ae Cha dalam beberapa minggu ini.
“tidak bisa begitu juga.. Seung Won tidak
bisa sembarangan seperti ini..,”
Hyeon Jun mengangguk,”kali ini dia
ceroboh.. bisa bisa akan berdampak buruk untuk dirinya sendiri”
“umm.. takutnya Ae Cha bunuh diri,” gumam
Minho
“ah..sudah.. jangan pikir macam macam..
biar mereka yang selesaikan sendiri.. kita orang luar.. lihat saja dulu,” balas
Hyeon Jun
“tapi itu bisa saja terjadi kalau dia
tidak kuat dan Seung Won tidak bisa memahami dirinya,” kata Minho lagi
“aku enggak tahu deh.. kamu juga..
pikirkan saja hubunganmu itu dengan Shin Young,”
“yeah... yeah..,” jawab Minho, dengan
sedikit gerutu
Malam itu Minho duduk disamping Shin Young
yang sedang diam saja menikmati pemandangan luar di teras rumah Minho. Pelan
pelan Minho menggenggam tangan perempuan itu yang mulai dingin. Minho menyandarkan
kepala Shin Young di bahunya.
“sudah dua malam kamu disini.. rasanya aku
melihat mu diam saja.. sedih sekali,”
Dua hari itu juga Minho memilih tidak ke
apartmentnya.. tinggal di rumah orangtuanya menemani Shin Young.
Shin Young hanya menggenggam tangan Minho.
Lama Minho mendiamkannya, melihat langit
bersama..
“aku ingin tidak mengkhianati keluargaku,”
tiba tiba Shin Young berkata itu
Minho lalu menoleh padanya,”kenapa?? Apa
kalau kamu cinta aku.. artinya kamu berkhianat terhadap keluarga mu? Logika darimana,
Shin Young??”
Shin Young diam lagi, dia sungguh tidak
tahu harus bilang apa. Dalam hatinya dia juga mencintai Minho yang menurutnya
cowok baik.
“kalau kamu sudah siap.. kita kembali ke
rumahmu.. atau.. kamu ingin lagi pergi ke panti jompo??,” senyum Minho padanya
Shin Young menatap Minho dalam, lalu dia
malah memeluk Minho.
“kenapa kamu pilih aku?? Aku tidak tahu
harus bagaimana bersikap terhadap keluargaku, Minho”, ternyata dia menangis
“tidak perlu jawabannya.. cinta itu tidak
butuh jawaban.. tidak butuh alasan.. aku hanya mau katakan padamu, kalau aku
cinta kamu dan gak akan bisa lepaskan kamu begitu saja,” balas Minho dengan
lembut mengusap punggung Shin Young
“aku jadi sangat berdosa dengan orangtua
ku, dengan Eonni Hye Rim,”
“Appa ku besok pulang.. aku akan bicarakan
segera dengan beliau.. aku ingin maju ke kedua orangtuamu.. ,”
Shin Young diam lagi..
“apa.. cintaku membuat kamu lelah, Shin
Young??,” Minho masih mengelus punggungnya
Shin Young hanya menghela nafas, yang
terdengar oleh Minho.
Minho melepas pelukan Shin Young...
“rasanya.. aku tidak ingin memaksamu..
tapi..entah.. cintaku seperti terlalu posesif padamu, Imja.. baiknya Imja,
lembutnya Imja, kasihnya Imja terhadap orang lain membuat aku gak
bisa melihat cewek yang lain selain kamu..,” senyum Minho padanya
Dia mengelus elus dan memilin milin rambut
Shin Young yang panjang..
“aku cinta kamu setengah mati, Imja..gak akan aku lepaskan..,” katanya
lagi,”kalau Hye Rim mencelakai atau melukaimu.. aku gak akan segan juga
membalas mencelakainya..”
Shin Young mengeluarkan air mata,”Minho..”
Minho memeluknya lagi.. sampai larut malam
mereka tetap ada di taman teras rumah..
“tidurlah.. aku tidak ingin Imja sakit karena memikirkan hal ini,”
kata Minho di depan pintu kamar nya yang dijadikan kamar Shin Young
“kapan masuk sekolah lagi.. mau aku
antar??,” senyum Minho
“masih minggu depan,” jawab Shin Young
pelan.
“besok.. kita main saja ke sekolahmu ya??
Aku kangen masa TK ku,” senyum Minho lagi
Shin Young mengangguk,“annyeonghi,Minho..”
“Annyeonghi,
Shin Young.. tidur yang nyenyak ya..jangan pikirkan yang berat berat,” jawab
Minho
Shin Young menutup pintu kamarnya.
Minho masih berdiri di depan pintu,”jangan
terlalu berkorban untuk keluargamu, Shin Young.. aku inginkan kamu.. bukan Hye
Rim”
Shin Young menutup pintu kamar Minho yang
ditempati olehnya. Minho senyum saja lalu ke kamar lain
“Kamu harus mencari kemana Shin Young, Nampyeon.. kita gak bisa begini terus..
aku juga khawatir dengannya.. kemana dia??,” Isterinya Min panik, sudah
seminggu Shin Young menghilang.
“aku curiga bersama Minho, Eomma,” potong
Hye Rim
“kamu tahu rumahnya Minho, sayang?? Eomma
khawatir sekali.. biar bagaimanapun, Shin Young harus pulang.. semua kakek dan
nenek menanyakan dia juga,”
Hye Rim diam, aslinya dia kesal, dia pikir
kedua orangtuanya sudah tidak terlalu peduli adik tirinya itu mau pulang atau
tidak.
“Minho itu.. apa dia tidak berfikir..
kalau pertunangan akan segera digelar??,” gerutu Hye Rim lagi
“Minho akan tetap jadi tunanganmu,” jawab
Min, ayahnya
“apa Appa sudah katakan pada ayahnya
Minho??,” mata Hye Rim berbinar, senang dengan perkataan ayahnya itu
“Ayah baru akan bicarakan dalam waktu
dekat ini..sebab ayahnya Minho sedang sibuk diluar kota,” jawab Min sambil di
ruang makan, menikmati makan malam
“ah....aku pikir sudah,” Hye Rim cemberut,
dia menaruh sendoknya
“sabar sedikit,” kata Ibunya
“kalau ternyata justru nanti Minho malah
pilih Shin Young.. aku harus bagaimana, Eomma?? Keluarga Tuan Lee tidak
menghormati kita,”
“semuanya akan Appa pikirkan.. jadi kamu
tunggu saja.. jangan terlalu terburu buru..sekarang.. fokus cari dimana Shin
Young.. “, jawab ayahnya
“semua temannya sudah aku kontak.. tidak
ada juga, Appa.. dimana lagi dia berada kalau tidak dirumah atau apartment nya
Minho?? Kenapa Appa dan Eomma tidak percaya juga??,” keluh Hye Rim
“bilang saja, Minho.. kalau Shin Young ada
bersamamu disana sekarang,” kata Hye Rim, mereka sedang bekerja.
Minho santai menjawab,”ternyata feelingmu
masih bermain juga..ya, memang”, dia mengetuk ketuk meja yang dia duduki
“aku minta dia kembali ke rumah, oangtuaku
mencarinya begitu juga para jompo itu,”
Minho senyum,”banyak orang merindukannya..
itu sebabnya aku suka dia”
“tidak semudah itu, Minho.. pertunangan
kita tetap akan dilangsungkan”
Minho mengenyitkan dahinya, dia berfikir,
dia tidak boleh kalah soal memilih pasangan hidup, bagaimanapun dia hanya cinta
Shin Young.
“sepertinya kamu rakus sekali, bahkan
dalam hal cinta,” sindir Minho
Hye Rim jelas tersindir, dia memang cinta
dengan Minho, tapi tidak bisa disindir seperti itu
“kamu terlalu menyindirku, Minho.. kamu
terlalu jelas tidak sukamu padaku,”
“agar kamu berfikir.. kalau tidak semua
apa yang kamu inginkan mesti tercapai,” balas Minho
Dia lalu berjalan menuju fotografer, lalu
berteriak” hai... giliran kita.. gimana nih?!!??,”
“ah.. iya Minho.. sebentar lagi!,” balas
teriakan fotografer
Hye Rim melihat Minho dengan penuh
dendam,”apa aku harus benar benar pisahkan kamu dan Shin Young, Minho??? Kamu
membuat aku makin ingin memisahkanmu dengannya,” katanya dalam hati
Hari itu, minggu.. Minho mengantarkan Shin
Young kembali ke rumahnya
Tuan Min tidak marah, dia tetap menyambut
Minho dengan ramah.
“jadi.. kamu menghubungi Minho dan dia
menolongmu??,” tanya Min pada anak asuhnya itu
Shin Young mengangguk,”iya, Appa.. Mian haeyo..aku tidak ingin memberatkan
Appa, Eomma dan Eonni Hye Rim”
Hye Rim menunjukkan wajah juteknya pada
adik tirinya itu,”bagus..akhirnya merasa juga kalau kamu memang memberatkan
kami”
Tuan Min tidak berkata apapun atas
tanggapannya terhadap perkataan anaknya itu.
“lain kali.. sebaiknya kita selesaikan
bersama.. kalau seperti ini jadi memberatkan Dokter Lee, Shin Young.. kamu kan
tahu.. dokter Lee sibuk sekali,” basa basi Tuan Min
“ah.. tidak mengapa, Min ssi... saya memang menemukan Shin Young
bingung dijalan dan putuskan sementara tinggal di rumah kami dan kebetulan
orangtua saya tidak mempermasalahkan,” jawab Minho dengan basa basi pula
“ah..tentang hubungan antar dua keluarga
ini.. saya sudah katakan kepada ayah Dokter Lee.. kalau kami akan berlanjut..
dan ayah Dokter akan juga menentukan waktunya untuk datang kesini,”
“ah..ini tidak boleh terjadi, kacau..aku
gak mau hidup sama perempuan macam dia,” gerutu Minho dalam hatinya sambil
memandang Hye Rim, cewek itu
dengan santainya membalas pandangan Minho dengan senyum
“Saya
akan rundingkan kembali dengan pihak keluarga,” balas Minho menunduk
hormat,”untuk sementara saya menunggu ayah pulang dari luar kota”
Dalam
hatinya Shin Young gusar, antara dia ketakutan kehilangan Minho dengan jawaban
diplomatis cowok itu, tetapi juga tidak ingin mengkhianati keluarganya
Minho
juga gusar, dia tidak ingin hidupnya bersama Hye Rim, cewek yang sama sekali
menurutnya tidak mengerti tentangnya
Saat
ingin pulang, di depan rumah Keluarga Min, wajah Shin Young seperti cemas, tapi
dia tidak tahu harus melakukan apa. Minho pamit pada mereka dengan senyum,
padahal aslinya dia juga berfikir harus bagaimana menghentikan perjodohan itu.
“geogjeonghaji
ma, Shin Young..aku akan tetap memilihmu.. ,” kata hatinya Minho ketika hari
itu dia melihat wajah cewek yang dia cintai.
Minho
pulang dengan pikiran penuh siasat.
“rasanya
aku capek sekali dengan tingkah temanmu itu, Hyeon Jun... aku sudah mulai dalam
tahap menyesal berhubungan dengannya,” keluh Ae Cha disebuah cafe. Dia janjian
ngobrol dengan Hyeon sore itu, curhat.
“lalu..
kamu mau apakan bayi itu??,” tanya Hyeon.
“aku
belum tahu.. aku tidak ingin membunuhnya,” jawab Ae Cha
“memang
sebaiknya tidak,” balas Hyeon Jun,”lagipula.. membahayakan.. aku akan tetap
dekati Seung Won sampai kalian bisa saling tahu apa keinginan masing-masing”
“orangtuaku
sudah memaksaku, Hyeon.. aku tidak ini anak ini jadi korban,” Ae Cha warna
suaranya jadi berat dan sedih. Dia memang teman satu SMA dulu dengan Hyeon Jun
dan mereka sering saling curhat. Begitu juga ketika masa kemarin, Hyeon Jun sedang
ada masalah dalam rumah tangganya
“aku
tidak ingin kamu jadi sedih, Ae Cha.. bagaimanapun.. kamu dan Seung Won tetap
temanku yang baik,” Hyeon Jun menggenggam tangan Ae Cha
Cewek
itu menangis, dia membayangkan ketakutan Seung Won, pacarnya akan
meninggalkannya. Hyeon Jun senyum menghibunya.
“kamu
tidak akan sendiri.. walau kita pernah berpacaran.. kamu tetaplah orang yang
baik di hatiku, Ae Cha.. kamu harus jaga dirimu dan anakmu.. Seung Won mungkin
hanya butuh waktu karena dia sedang mengejar promosi jabatan... aku yakin,
kalau dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.. dia pasti akan menikahimu,”
“kamu
yakin, Hyeon Jun?? Rasanya aku seperti takut menghadapi ini semua.. Seung Won
seperti beda dengan yang aku kenal lebih dari 6 bulan yang lalu,” balas Ae Cha,
dia memandang Hyeon Jun dengan penuh harap agar Seung Won bisa menjadi
pasangannya.
“aku
akan berusaha membantu mu.. mengatakan tidak bosan bosannya pada Seung Won,
kalau kamu cinta dan sayang padanya... kamu membutuhkan dia,” senyum Hyeon Jun
lagi padanya
“gamsahabnida, Hyeon Jun... maafkan aku
kalau menyusahkanmu,”
Hyeon
Jun menggeleng dan senyum padanya,”gwaenchanh-a.. kamu tetap lah Ae Cha temanku
yang baik.... jangan ragu untuk bilang padaku kalau kamu ingin bercerita”
Ae Cha
menggenggam tangan Hyeon Jun, menunduk.. masih menitikkan air mata. Hyeon Jun
mengelus elus kepalanya.
“KAMU
SAMA SEKALI BUKAN ADIKKU YANG BAIK.. KAMU BENAR BENAR TEGA MEREBUT MINHO DARI
TANGANKU!,” Hye Rim mendatangi kamar Shin Young lalu berteriak dan menjambak
rambutnya. Lagi lagi, Shin Young hanya meringis meminta maaf, lalu dia terduduk
di lantai.
“BILANG
PADAKU.. KAMU BENAR BENAR SUDAH TIDUR DENGAN MINHO BUKAN???,” wajah Hye Rim
masih marah memerah
“Mian haeyo, Eonni... aku tidak bermaksud
begitu.. aku benar benar minta maaf,” Shin Young menangis, dia berusaha pelan
menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh kedua orangtua tirinya.
“MEMALUKAN
KELUARGA!,” teriak Hye Rim lagi, lalu dia menjenturkan kepala Shin Young ke
kayu tempat tidur
“DEBUK!,”
suara kepala yang dibenturkan. Shin Young lagi lagi tidak melawan, dia hanya
merasa kepalanya agak hangat, seperti ada darah keluar, tapi masih dia tahan..
dia hanya menunduk dan meminta maaf berkali kali pada kakak tirinya itu.
“PERGI
KAMU..TIDAK SEPANTASNYA KAMU BERADA DI RUMAH INI LAGI,” kata Hye Rim masih
membentak.
Hye
Rim puas pula memaki maki dia dengan kata kata kasar.. lalu meninggalkannya
begitu saja dengan membanting pintu kamar Shin Young.
Shin
Young menangis, dia memegang kepala belakangnya yang berdarah.
“Minho..
maafkan aku.. aku tidak bisa lagi cinta denganmu.. apalagi bermimpi hidup
bersama mu”
Dia
mengeluh kesakitan soal kepalanya itu, dia berusaha mengompresnya agar darahnya
berhenti. Jalannya sempoyongan menuju wastafel kamar mandi dalam kamarnya.
Darah
masih sedikit mengalir dari belakang kepalanya, membuatnya sangat pusing. Tapi
dengan sabar dia mengelap kepalanya dengan baju yang dia basahkan dengan air
wastafel.
Hp nya
berbunyi... dia hanya bisa melihat dari jauh... dari Minho..
Dia
diam saja tanpa mendekat pada Hp nya, hanya membersihkan kepalanya saja..
“aku..
tidak bisa lagi bicara padamu.. berkali kali aku katakan.. kalau aku tidak
ingin mengkhianati keluargaku, Minho..,” keluhnya dalam hati
Dia
ingat kejadian tadi malam Minho memeluknya dengan lembut.. tapi..dia harus
lepaskan itu semua.. karena orangtua tirinya juga ingin Minho bertunangan
dengan Hye Rim, bukan dengannya.
“apa
lagi yang terjadi dengan Shin Young?? Kenapa tidak diangkat juga??,” Minho
gusar disana. Dia mondar mandir di kamar apartmentnya, sibuk menelepon berkali
kali tetapi sama sekali tidak diangkat juga.
“apa
dia celaka??,” dia jadi berfikir yang tidak tidak.
Lalu
Minho menelepon Hye Rim.
“kemana
Shin Young??,” katanya pada Hye Rim tanpa basa basi.
“mana
aku tahu.. kamu cari saja dia sendiri,” jawab Hye Rim ketus.
“apa
kamu mencelakainya??,” Minho jadi ofensif.
“bukan
urusanmu, Minho.. lagipula apa untungnya buatku??,”
Minho
diam ketika Hye Rim berkata itu, dia lalu segera menutup teleponnya tanpa
permisi.
Dia
mondar mandir saja keluar masuk kamar di apartmennya, sibuk memikirkan Shin
Young yang tidak bisa dihubungi.
“Ya
Tuhan.. dia kemana?? Aku takut dia kabur lagi,” keluh Minho.
Esoknya,
Minho nekat datang ke rumah jompo.. dia berfikir, mungkin Shin Young ada
disana.
Dia
berdiri disamping mobilnya, menunggu pagi pagi sekali.
Dan
dilihatnya, dari jauh.. Shin Young turun dari bus..
Begitu
dia melihat Minho di depan rumah jompo, dia langsung berlari ingin naik bus
lagi, menghindari dari Minho. Tapi Minho dengan cepat menyusulnya berlari..
“Jammkanman-yo, Shin Young!! Tunggu!!,”
Minho berlari, Shin Young masih berusaha menghindar. Minho berhasil menangkap
pergelangan tangannya
Topi
lebar yang dipakai Shin Young terbang karena berlari menghindar dari Minho,
tapi dia akhirnya bisa juga dicegah dan digenggam tangannya oleh Minho
“kamu
kenapa menghindar dariku?? Kamu dicelakai Hye Rim lagi??,” kata Minho, masih
menggenggam tangannya erat
“lepaskan
aku.. aku mau pergi,” Shin Young memberontak, dia berusaha melepaskan tangannya
dari Minho
“gak
akan aku lepas.. kamu kenapa, Shin Young??,” Minho tetap mengenggam tangannya
“kita
bicara saja di dalam mobil,” lanjutnya
“tidak
mau,” Shin Young masih berusaha minta tangannya dilepaskan
Minho
menariknya ke depan teras rumah jompo.
Shin
Young hanya berdiri di depan Minho, sama sekali tidak ingin berbicara dengan
nya.
Minho
mendadak memeluknya,”kamu kenapa, Imja??
Apa yang terjadi sama kamu??”
Ketika
Minho mengelus, dia merasa ada kejanggalan pada kepala pacarnya itu. Ketika
Minho mengelusnya, Shin Young meringis.
“kepala
mu.. kenapa??,”
Shin
Young diam saja..
“kenapa, Imja?? Apa yang terjadi?? Kepalamu??,”
Minho heran
Kepala
Shin Young ternyata masih belum sembuh pagi itu akibat tadi malam dibentukan
oleh Hye Rim
“ayo
ke Rumah sakit,” Minho langsung menarik tangannya, ingin masuk ke dalam
mobilnya
“tidak
usah,” jawab Shin Young datar
“tidak..
aku khawatir.. ayo,” Minho menarik tangannya, Shin Young tidak bisa melawan
“ini
infeksi, Park agassi.. kenapa tidak
lekas diobati??,” kata Dokter Kwon
“mian haeyo,” jawab Shin Young singkat.
Dokter Kwon, tempat di RS Minho bekerja, membantunya menjahit
“butuh tiga jahitan,” kata Kwon lagi
“aku juga baru tahu,
uisa Kwon,” ujar Minho
Kwon menjahit luka yang ada di
belakang kepala Shin Young.
Minho memegang tangan Shin Young ketika melihat dia meringis.
“kamu
ini,” Minho tidak marah, malah senyum
Ketika
selesai, mereka berjalan dikoridor, Minho lalu mengajaknya sarapan pagi di
sebuah kafe.
“Imja.. aku ingin kita bersama.. ,”
senyum Minho, mereka duduk berhadapan
Shin
Young malah menjawab,”aku tidak bisa.. Eonni Hye Rim tetap yang mestinya dengan
dokter Lee,” dia kembali lagi ke sebutan Minho yang resmi
“apa
kamu dicelakai oleh Hye Rim??,” tanya Minho lagi
Shin
Young diam saja.
Minho
mengelus pipinya,”Ayolah, Shin Young.. percayalah padaku..”
“siapa
yang memukul kepalamu??... Hye Rim???”
Shin
Young masih diam. Minho mendiamkan sebentar.
Lalu ..akhirnya
dia mengangguk.
“kenapa?? Apa yang kamu
katakan pada dia??,” tanya Minho lagi
“aku
tidak bisa lagi bicara denganmu, Dokter Lee,” Shin Young mendadak bangun dan
meninggalkan Minho.
Minho
tidak bisa mencegahnya, dia tidak ingin ada keributan ditempat umum.
Dia
melihat Shin Young keluar dari kafe lalu naik bus, mungkin kembali ke rumah
jompo lagi.
Bersambung ke
part 9...