This is me....

Minggu, Agustus 17, 2014

My 3 Supernatural Beloved Kids (Part 8: Kenapa Dengan Para Tantemu, Minho?)

Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee Young Joon, Lee Hana.

Hubungan pacaran Minho dan Minseo masih berlanjut. Minho jadi rajin banget belajarnya karena dia memang banyak dapat support dari Minseo. Tampaknya orangtua Minho biasa saja sikapnya dengan anak mereka yang pacaran dengan cewek lebih tua, terlebih Minseo terkadang lebih jadi seperti guru Minho dibandingkan pacar. Dan seperti biasa pula bagi Minseo dengan kegiatan kesehariannya: kerja- rumah- jalan jalan dengan Minho.
“Hasil ujian kamu bagus lagi kan.. seperti apa yang sudah aku bilang kemarin??,” kata Minseo menyemangati Minho sore itu di sebuah area playground.
Minho cekikikan senang, hari itu dia dapat nilai ulangan kimia bagus sekali, tertinggi di kelasnya.
“itu kan semua karena kamu, heoni..,” senyumnya pada Minseo dan merangkulnya.
“eh.. kamu sadar gak.. apa yang kamu bilang tuh kejadian terus loh,” katanya lagi.
Minseo pura-pura tidak tahu,”ah.. masak iya? Aku hampir gak pernah perhatikan sih”
Minho mengangguk,”ih..kamu kok gak percaya banget sama kemampuan menebakmu itu sih, heoni?? Kamu lebih hebat menurutku dibanding peramal Kang itu”


Minho lalu menoleh padanya dan mencium pipi Minseo,” nanti kalau ulanganku bagus terus.. aku bisa dapat banyak kesempatan dari Appa nih.. supaya kita bisa terus pacaran”
Pikirannya memang masih terbilang seperti anak kecil yang menurutnya kalau serius pacaran pun.. ya nanti tunggu habis kuliah selesai.. yang penting senang-senang pacaran dulu.
Minseo malah memandang Minho. Minho malah jadi bingung,”kok lihat aku seperti itu??”
Minseo malah memeluk Minho tanpa ragu, tentu saja Minho bingung kenapa mendadak dia begitu.
“Minseo.. Minseo.. hey.. kamu kenapa??”, Minho mengelus-elus kepalanya.
“aku hanya berfikir takut berpisah,” tiba-tiba dari mulut Minseo keluar kata-kata itu.
Minho malah tertawa,”aduh.. jangan dong ah.. kamu gitu deh.. aku tuh takut sebenarnya kalau kamu ngomong sama aku hal yang aneh-aneh..”, dia lalu malah menaruh wajah Minseo di dadanya.
“dengar degup jantung ku gak??,” tanya dia pada Minseo.
Minseo mengangguk pelan.
“ini asli degup jantungku kalau sama kamu.. Minseo saranghae.. makanya kamu jangan ngomong berpisah dong.. nanti kalau jantungku copot trus berhenti berdetak.. gimana??”, Minho merayunya supaya enggak lagi ngobrolin hal itu, masih memeluknya, lalu melepas pelukannya dan memandang Minseo dengan lembut.

“Kamu.. kenapa sih.. ketakutan terus?? Memang kamu melihat hubungan kita akan seperti apa??,” tanya Minho penasaran. Dia mencium Minseo.
“bubar,” balas Minseo singkat
“tahu darimana akan bubar? Peramal Kang saja tidak bilang kok,” ujar Minho, dia mengenyitkan dahinya.
Minseo diam, dia tidak bisa menjelaskan kemampuannya untuk melihat sesuatu hal yang tidak dilihat kebanyakan orang tentang masa depan.
“kok diam? Apa kamu bosan sama aku.. karena aku ini lebih muda dari kamu??,” Minho benar-benar ingin tahu sekali rasa hati pacarnya itu. Minseo tahu, dia tidak bisa disinggung soal itu. Minho sensitif soal perasaan hati. Jika dia tidak suka, maka dia tetap tidak suka dan bahkan mungkin malas berbicara dengan orang yang dia anggap melukai hatinya. Song Yu yang kemarin memaksakan hubungan mereka sudah tidak dapat tempat lagi dihati Minho sebagai teman. Dia bilang sendiri pada Minseo kalau dia tidak suka dengan tingkah Song Yu yang memaksa itu. Dan benar saja, sama sekali dia tidak ingin ngobrol dengan cewek itu sepatah katapun.
Persahabatan Minseo dengan Song Yu pun berakhir. Setelah Minho menjawab telepon dari Song Yu beberapa waktu lalu itu, Song Yu menganggap Minseo sama sekali tidak setia dan melanggar kesepakatan sebelumnya sewaktu di rumahnya.

“Song Yu.. aku sungguh minta maaf.. aku gak bisa tahan perasaanku, kalau aku memang suka Minho,” ketika Minseo mengajaknya berbicara di sebuah cafe yang biasanya mereka kunjungi.
Wajah Song Yu langsung merah tidak suka,”kamu sama sekali enggak menghargai persahabatan kita. Kamu tahu aku suka Minho.. tapi kalian malah bermain dibelakang ku”
Minseo menunduk merasa bersalah,”mian haeyo.. Song Yu.. aku juga gak bisa lepaskan Minho”
“Minho juga tidak suka denganku.. kalian memang enggak suka denganku.. dan Minho sengaja banget yang jawab telepon ku saat itu.. kalian memang sungguh licik,” jawab Song Yu dengan nada ketus.
Minseo meneteskan air mata, tapi Song Yu tetap dengan ketidakramahannya karena tersakiti.
“memang sepertinya persahabatan kita harus putus sampai disini saja,” dia lalu berdiri dan meninggalkan Minseo sendirian, yang masih sedih persahabatannya diputuskan sendiri oleh temannya yang sudah dia kenal sejak hari pertama kuliah.

Minho memeluknya, Minseo mengingat hal itu lagi.
“kamu masih kepikiran soal marahnya Song Yu sama kamu.. iya kan??,” tanya Minho. Minseo mengangguk saja.
“eh.. sudah deh ah.. aku gak mau kamu gitu.. aku juga gak mau kamu bilang pacaran kita bisa bubar,” lanjut Minho lagi. Dia senyum pada Minseo.
“main lagi yuk??,” katanya genit mengerling.
“main apa??,” Minseo baru bisa menatapnya.
Minho berdiri lalu memegang tangannya, Minseo membalasnya dan dia pun berdiri.
“kita kemana ya?? Eh.. Appa telepon.. sebentar ya?,”
Minseo menurut saja, Minho mengangkat telepon dari ayahnya.

“ah.. Imo dan Samchon kapan datangnya??,” tanya Minho pada ayahnya. Ternyata mereka kedatangan saudara dari lain kota, jadi Minho harus pulang saat itu juga makan malam dengan mereka.
“boleh kan, Appa?? Boleh ya??,” dia menawar sesuatu pada ayahnya.. ternyata dia ingin mengajak Minseo makan malam bersama mereka juga.
Minseo tidak tahu apa yang Minho bicarakan dengan ayahnya itu. Akhirnya telepon antar ayah-anak itu selesai. Minho senyum padanya.
“malam ini.. aku mau ajak kamu makan malam dengan keluargaku.. ada paman dan bibiku datang dari luar kota,”
Minseo kaget, dia enggak nyangka kalau dia diperbolehkan masuk dalam keluarganya Minho.

“kenapa memangnya.. takut lagi??,” tanya Minho penasaran.
Minseo agak gugup menjawab,”ah..Anieyo.. tapi.. apa aku boleh??”
Minho mengangguk,”boleh kok.. kan tadi aku bicara sama Appa ku.. sekarang aku antar kamu pulang.. atau gimana?? Ini sudah sore banget.. kita cuma punya waktu 2 jam loh.. aku antar kamu pulang sekaligus kamu dandan ya??”
Minseo senyum padanya. Dia benar-benar gak sangka Minho bisa se dewasa itu dibanding sifat anak-anaknya yang keluar kalau lagi bikin Minseo pusing.
Minho lalu mengantar Minseo pulang agar dia bisa berdandan sedikit untuk makan malam itu.

Ternyata ketika Minho sampai di rumah Minseo, ayahnya Minseo sedang ada dirumah. Minho jadi agak malu juga dia dihadapan ayah pacarnya itu. Park sangat ramah dan terkesan ayah gaul, jadi membuat kekakuan Minho tidak menjadi-jadi.
“oo.. jadi kamu tuh sebenarnya kenal dengan Minseo justru dari temannya Song Yu itu??,” tanya Park dengan nada setengah bercanda.
Minho mengangguk,”Iya.. waktu itu dia dan Minseo, kami ngobrol disebuah cafe”
“eh.. kamu tahu tidak??,” Park tiba-tiba mendekatkan wajahnya sedikit pada Minho.
Minho jadi gak enak hati, ayah pacarnya itu memang terkesan SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dan memang sifat Park seperti itu dan Minho belum tahu.
Minho menghadapi wajah Park yang dekat dengannya dengan kaku,”ah.. enggak tahu.. kenapa ya, Park ssi??”
“kalau aku bilang sesuatu nanti kamu Ge Er lagi??,” kata Park masih wajahnya dekat dengan Minho.
“enggak tahu juga,” jawab Minho masih agak gugup.
“eeehh... kamu ini.. pasti kamu cowok yang kalau dekat anakku gak gugup dan manja.. tapi kamu dekat aku.. gugup ya?? Hahaha,” Park menjauhkan wajahnya dari Minho dan tertawa.
“umm.. kok dia tahu sih?? Minseo sering cerita kali ya??,” duga hatinya Minho. Dia tidak tahu kalau Park punya kemampuan supernatural yang sama dengan Minseo, anaknya. Park tahu kalau Minho tidak suka dengan tipe cewek yang aneh lalu dia juga sama dengan Minseo, berusaha menyembunyikan dirinya dalam candaannya pada cowok itu.

“Minseo itu sudah mimpiin kamu sebelum ketemu kamu loh.. percaya gak??,” ujar Park.
Minho diam sejenak,”eh.. gimana ya??”, katanya ragu.
“ya.. jawab aja.. kan cuma jawabannya percaya atau tidak?,” kata Park santai.
Minho mikir, dia malah jadi mikir yang lain tentang keluarga ini.
“wah.. malah bingung ya??,” tanya Park santai
“ah..enggak.. ya.. percaya juga sih,” jawab Minho sambil cengengesan.
“itu sih yang dia cerita padaku,” ujar Park,”tengah malam bangun.. aku masih kerja.. eh dia duduk kusut.. katanya mimpi dicium kamu”
Park enggak sadar kalau anaknya di belakangnya, dia santai saja gosipin anaknya sendiri. Minho bingung mau tertawa atau mau miris dengan kejadian itu, tapi dia berusaha menahan tawanya.
“dia sudah mimpi dicium kamu sebelum kalian pacaran.. berapa kali ya?? Tiga kali ya??,” Park malah jadi makin gosipin anaknya.
Minseo berdiri saja di belakang ayahnya sambil cemberut.
“sepertinya sih.. kalian memang sudah suka sama suka waktu itu.. cuma Minseo baru cerita akhir akhir ini saja kalian pacaran.. ,” lanjut Park lagi, mulutnya tetap bersuara. Minho bengong saja.
“eh Minho.. kamu jangan lupa ya.. kalau Minseo kumat tebak-tebakannya.. gak usah diperdulikan banget.. dia memang suka gitu,”
“emm.. memang bagaimana, Park ssi??,” tanya Minho penasaran. Minseo masih tetap berdiri di belakang ayahnya yang duduk berhadap-hadapan dengan Minho.
“Minseo dari kecil suka tebak-tebakan.. jadi.. yang sabar dengan emosi nya itu ya?? Walau tebakannya suka benar... tapi dia bukan cewek aneh kok,”
Minho mengangguk. Dia diam saja.

“kamu benar suka sama anakku kan??,” tembak Park
Minho mengangguk,”ya.. cinta”
“nah.. kalau kamu temukan dia lagi aneh sama perasaannya.. tolong dijaga ya?? Dia sudah tebak apa saja buat kamu??,”
Minho mikir,”umm.. kebanyakan sih ulangan.. kalau aku bisa dapat bagus atau enggak... jadi aku bisa persiapan belajar.. trus juga cuaca kalau misalnya kami mau jalan-jalan.. eh..satu lagi.. usaha Appa ku”
“tebakannya benar semua??,”
Minho mengangguk mengiyakan apa kata Park.
“oo... itu mungkin dia lagi pengen saja.. bukan aneh.. Minseo.. gak minta macam-macam kan sama kamu??”
Minho menggeleng,”gak.. aku suka Minseo.. dia manis dan gak macam-macam”
“ya..dari kecil dia memang begitu.. tapi temannya tidak banyak.. mungkin karena tebak-tebakannya itu,” kata Park dengan intonasi santai.
“mungkin kali ya.. tapi aku malah senang,” jawab Minho santai.
“Appa.. cerita apa sama Minho??,” mendadak Minseo buka suara. Park menengok ke belakang, tengsin puterinya tepat di belakangnya.
“oo.. enggak.. cuma cerita kamu suka tebak-tebakan aja,” balas Park santai,padahal aslinya tengsin. Minho ingin tertawa, tapi dia tahan tahan.
“sudah deh ah..,” kata Minseo, dia lalu sedikit menunduk dan mencium pipi ayahnya.
“aku pergi dulu.. Minho ingin ajak aku makan malam dirumahnya,” katanya lagi
“ya sudah.. yang manis dengan keluarga Minho ya,” jawab Park sok bijak.
Minseo mengangguk, Minho berdiri dan pamit pada Park.

“Appa ku begitu deh.. suka sok kenal sok dekat.. maafin ya??,” pinta Minseo di dalam mobil Minho, mereka jalan menuju rumah Minho.
Tapi Minho malah tertawa,”ayahmu suka banget ngobrol ya??,”
Minseo mengangguk,”iya sih.. dia suka begitu dengan setiap teman yang main ke rumah”
“tapi baik kok.. aku suka,” timpal Minho.
Minseo senyum padanya. Minho mendadak memberhentikan mobilnya dan diparkirkan ke pinggir jalan.
“ada apa??,” tanya Minseo heran.
“kamu manis banget deh pake dress itu,” Minho melihat dress selutut yang dipakai Minseo, dengan bunga kecil kecil sederhana.
“oh.. ini dress lama.. mian haeyo..aku gak punya dress baru,” senyum dan balas Minseo.
Minho malah mendekatkan wajahnya pada Minseo dan menciumnya. Minseo balas dengan malu-malu.
“Appa mu bilang.. kamu mimpi aku cium sebelum kita pacaran,” ujar Minho polos, dia senyum senang.
Minseo kaget,”hieehh?? Aduh..”
Minho malah masih senyum juga padanya,”tapi aku suka.. aku jadi makin cinta sama kamu”, tangannya bersandar di tepian jok mobil yang diduduki Minseo.
Minseo dipandang dalam dan lama oleh Minho malah jadi malu.
“eh.. bukan begitu..aku juga enggak tahu kenapa??”, katanya jadi gugup.
“gak apa kok..aku malah senang banget..,” balas Minho, dia lalu menegakkan duduknya lagi dan kembali menyetir,”intermezzo saja tadi..aku gak tahan lihat kamu manis, hehe”, candanya pada Minseo.
Minseo aseli deg-degan dengan kejadian tadi. Sepanjang jalan menuju rumah Minho, dia memandang saja cowok itu yang masih sibuk menyetir.

“wah.. kamu lupa ya, Minseo.. hari ini kan perayaan keluarga??,” kata seorang tante nya Minho yang ternyata punya sifat SKSD juga.
Minseo senyum pada nya,”ah iya.. aku lupa.. tapi keluargaku belum rayakan”
“itu sebabnya kami kumpul disini.. tahun ini tahun di keluarga ini,” kata tantenya itu. Minho membiarkan Minseo bicara dengan siapa saja anggota keluarga besar Lee.
“kamu ini.. satu sekolah dengan Minho??,” tanya tantenya Minho yang lain.
Minseo jadi malu kalau ditanya soal umur.
“ah.. aku.. lebih tua dari Minho,” katanya gugup
Salahseorang tantenya tertawa,”ah.. paling paling hanya beda beberapa bulan.. iya kan?? Hihi”
“tidak,” jawab Minseo.
“lalu?? Tahunan? Haha,” tawa salahsatunya lagi
Minseo malu menjawab itu, tapi dia ingin jujur,”iya.. aku.. beda 7 tahun dengan Minho”
WHAT??,” para tantenya Minho kaget dengan perkataan Minseo barusan. Bahkan ada yang sampai minumannya tumpah dan tersedak. Hal itu membuat Minseo jadi gundah, takut para tantenya Minho berprasangka buruk padanya.
“lalu.. kamu kerja apa??,” tanya mereka lagi
“aku dibagian administrasi purchasing di sebuah pabrik elektronik,” balas Minseo.
“wah.. gajinya gak besar dong??,” tanya seorang yang lain.
“aku baru bekerja..,” balas Minseo singkat.
Benar saja, para tantenya Minho jadi berfikir aneh-aneh tentang Minseo, walau mereka dalam diamnya ketika tahu itu, tapi pikiran mereka terbaca oleh Minseo satu persatu.
“cewek ini mungkin hanya mau uangnya keluarga Sinwu,” kata pikiran salahseorang dari mereka.
“cewek ini aneh.. masak dia suka lelaki yang lebih muda??mungkin kelainan jiwa.. ih.. Minho harus diberi tahu,” kata pikiran tante yang lainnya.
“bahaya kalau cewek ini nanti sama Minho.. sedang Minho kan akan jalanin bisnis Sinwu.. lebih baik aku kenalkan saja Minho dengan teman bisnis suamiku nanti,” kata pikiran tante yang lain.
“Bisa-bisa perempuan ini hanya mau harta keluarga keponakanku saja,” kata pikiran tante yang lain.
Minseo stress dia bisa menebak pikiran para tantenya Minho, dia langsung duduk pusing ketika para tantenya Minho meninggalkannya untuk bergabung dengan yang lain. Minho menghampirinya yang sedang duduk sendirian.

“ada apa??,” katanya dengan lembut mengelus pundak Minseo.
“kepalaku.. pusing.. aku mau pulang saja,” Minseo mencari alasan, dia tidak ingin lebih lama mendengar pikiran para tantenya Minho walau mereka tidak bicara langsung dari mulut mereka menyindir kehidupan Minseo.
Minho langsung memegang dahi Minseo,”ah.. enggak panas.. tapi beneran kepala mu sakit? Aku antar pulang saja kalau begitu deh”
“iya.. kepala ku sakit sekali, Minho.. aku mau pulang saja,” balas Minseo, dia memang pusing, semua terasa terngiang-ngiang di kupingnya.
“ya.. baiklah..aku minta ijin Appa, supaya aku bisa antar kamu,” senyum Minho, lalu dia berdiri dan meninggalkan Minseo.

“wah.. sayang sekali kamu tidak bisa lama, Minseo.. kamu sakit??,” basa basi ibunya Minho dengan senyum
“Mungkin begitu, Nyonya Lee.. kepalaku sakit sekali.. dan besok aku harus kerja.. jadi hari ini lebih baik istirahat saja.. aku minta maaf tidak bisa lama-lama disini,” Minseo menunduk hormat pada kedua orangtua Minho
Beberapa tantenya yang tadi ngobrol dengannya memperhatikan Minseo dari jauh.
Minho tidak tahu tentang kelakuan pikiran para tantenya itu pada Minseo, begitu juga dengan kedua oragtuanya.
“terima kasih atas jamuannya, Tuan dan Nyonya Lee,” kata Minseo lagi menunduk hormat, lalu dia pamit dan keluar, pergi ke depan rumah.
Sementara Minho harus mencari kunci dan pergi ke garasi.
Tak berapa lama, dia melihat Minseo di depan garasi dan dia langsung memeluk Minseo yang membelakanginya.
“masih sakit kepala ya, sayang??,” katanya manja pada Minseo. Minseo hanya mengangguk, sebenarnya dia ingat-ingat perkataan pikiran para tantenya Minho itu.
“eh.. kamu nangis??,” kata Minho heran.
Minseo lagi lagi mengelak,”ah..enggak.. aku nangis karena sakit kepala sekali, Minho..aku harus tidur”
“tidak mau menginap di rumahku saja?... besok aku antarkan pulang.. kalau memang sakit kepala mu berat banget”, tawar Minho lembut. Dia mengelus poni nya Minseo dan rambutnya yang terurai sebahu lebih.
“enggak usah.. aku gak enak dengan keluargamu nanti, Minho.. ,” jawab Minseo, dia berusaha senyum.
“ya.. aku antarkan ya.. tapi nanti dirumah kamu harus langsung tidur.. aku telepon kalau nanti aku sudah balik lagi kesini.. ,” Minho menarik tangannya Minseo dan mereka masuk mobil.

Sampai di depan rumah Minseo, Minho mencium pipi pacarnya itu.
annyeonghi.. tidur yang nyenyak ya.. biar besok kamu sehat.. chu,” katanya, perhatian pada Minseo.
gomawo, Minho..,” Minseo mencoba tersenyum. Minho memang baik padanya.
“nah.. go inside.. go to bed.. aku mau lihat kamu tetap sehat,” kata Minho seperti yang dewasa sekali. Dan dia lalu pamit.
Di dalam kamar, Minseo menangis, dia masih sangat ingat perkataan pikiran para tantenya Minho malam itu yang menurutnya kejam, walau masih disimpan dan tidak diucapkan. Air matanya keluar dan berpikir ingin pisah dari Minho.
Benar saja, tak berapa lama, Minho meneleponnya.
“sudah tidur??,” tanya Minho di sana,”aku baru sampai”
“belum.. mungkin sebentar lagi.. acara disana.. masih lanjut??,” basa basi Minseo.
Minho mengiyakan, tapi dia sendiri minta mundur istirahat sebab besok dia juga akan sekolah. Minho bertanya apa kepala Minseo masih pusing atau tidak, Minseo mengelak dengan menjawab sudah merasa lebih baik.
“besok kita gak bisa ketemuan...soalnya aku banyak ulangan,” kata Minho lagi.
“iya...gak apa..kamn jaga diri ya.. aku juga besok mungkin sibuk kerja,” balas Minseo.
“tapi kamu beneran sudah lebih baik kan??,” Minho memastikan lagi kondisi pacarnya itu dan Minseo mengatakan iya.
“aku gak mau kamu sakit loh,” kata Minho lagi
“iya..aku gak akan sakit..kamu tidur ya?? Jangan sampai terlambat sekolah besok,” balas Minseo.
“perasaanku gak enak,” kata Minho
Minseo mencoba berkilah dan menanggapi positif saja,”kok malah jadi kamu yang main perasaan?? Hehe.. sudah deh... tidur yuk??”
“tunggu dulu..aku merasa kamu sembunyikan sesuatu dariku.. jangan begitu, Minseo”, Minho memang tipe perasa, manipulatif di depannya sepertinya percuma saja.
“tidak ada apa-apa kok.. sakit kepalaku juga sudah sembuh.. ,” ujar Minseo
“ah.. ya sudah deh,” balas Minho, akhirnya dia menutup teleponnya.

“Minseo menyembunyikan sesuatu dariku,” kata Minho dalam kamarnya. Sementara yang lain saudara-saudaranya masih berkumpul diluar, masih di acara keluarga tahunan.
Dia lalu berbaring, menghempaskan dirinya diatas tempat tidur,”kok sepertinya Minseo tadi bukan sakit kepala biasa?? Seperti ada masalah”, dia malah menduga-duga dengan pacarnya itu.
“dia semakin kaku saja pacaran denganku semenjak Song Yu mutusin persahabatan.. apa memang dia menginginkan bubar??”
Minho malah jadi kepikiran, dia termenung saja, wajahnya menatap langit-langit... sampai akhirnya,”ah..sudah deh,” dan dia pun mencoba tidur.

Pagi....
Angin musim semi sudah beranjak mulai dingin, septermber hampir berlalu. Minseo melewati hari diudara yang cukup dingin itu dengan terkesan tidak bersemangat.
“ada masalah apa kamu dengan Minho..keluarganya??,” tanya ayahnya mendadak di depan meja makan mereka.
“ah.. kenapa dengan Minho?? Sepertinya tadi malam dia biasa aja,” kata ibunya, heran,”malah aku intip dia cium kamu mesra banget”
“wah.. kerjaanmu ngintipin anak pacaran,”sindir ayahnya.
Minseo lagi-lagi diam.
Park langsung membuka pikirannya tanpa harus Minseo berkata apapun,”sepertinya memang mulut para tantenya Minho susah dijaga”
“ah..sepertinya Appa sudah tahu banget,” jawab Minseo singkat, dia makan sayur yang ada di depannya dengan santai.
“relax aja.. Minho tidak sama dengan mereka,” kata ayahnya lagi.
“kenapa.. kamu diomongin macam-macam sama keluarganya??,” tanya ibunya
“ah... itu biasa dalam pacaran.. keluarga Korea memang begitu kan daridulu?? Keluarga besar ambil peran kalau serius.. apalagi yang diseriusi masih kecil,” Park santai sekali menghadapi masalah anaknya itu.
“kamu sendiri kan yang bilang pada Minho.. kemungkinan kalian bubar?? Hadapi saja apa adanya,” lanjutnya lagi
Nampyeon.. kamu terlalu santai sama masalah anakmu sendiri,” keluh ibunya Minseo pada suaminya itu.
“ya.. secara umur kalian juga janggal.. beda 7 tahun itu masalah,” kata ayahnya lagi santai
“lagipula aku juga ingin putus, Appa,” ternyata jawaban Minseo malah jadi aneh. Ibunya kaget,”kenapa?? Minho kan baik padamu”
“dia khawatir dengan keluarganya... bukan Minho nya,” timpal ayahnya.
“lagian.. itu juga hanya sementara kok,” lanjut ayahnya lagi,”tunggu sampai anak itu dewasa”
“hieeeeehhh... Nampyeon ini.. bukan begitu caranya menyemangati anak sendiri,” keluh ibunya Minseo. Dia memang beda dengan suaminya yang tipikal santai dan kadang seperti asal ngomong.

“aku memang sudah tidak semangat hubungan dengan Minho.. Eomma,” jawab Minseo.
“ya.. tapi kan tidak secepat itu.. kamu bisa buat sakit hati dia,” ujar ibunya
“ah.. biar saja.. santai saja.. nanti juga si Minho itu akan kembali lagi ke tangan anakmu ini,” kilah Park masih dengan ekspresi santai dan cuek.
“gak usah terlalu memaksakan takdir,” lanjutnya lagi
“Ayah yang aneh,” keluh isterinya sendiri. Tapi Park malah cengengesan.
“Anak itu kalau dia nanti sudah dewasa.. dia akan kejar-kejar lagi anakmu ini.. santai saja.. putus buat dia kali ini akan jadi pelajarannya,” lanjut Park lagi.
“kamu jangan terlalu dalam begitu,” katanya lagi pada Minseo.
Minseo diam saja, dia memang merasa sedih kalau akan pisah dengan Minho..tapi dia sakit hati dengan perkataan hati dan pikiran para tantenya Minho kemarin malam itu.
“aku mungkin memang akan putus dari Minho, Appa.. lagipula.. dia memang masih harus sibuk dengan sekolahnya..dia harus lulus dan masuk universitas negeri,”
Park bukan sedih malah cengengesan,”ya.. itu waktu terbaik kalian.. aku juga belum melihatmu matang dalam hubungan.. jadi perlu ada apa itu?? Kok aku lupa?? Revisi?? Rekonsiliasi??,”
“ah.. Nampyeon aneh,” ujar isterinya sendiri.
“ah...sudah gak usah pusing-pusing,” ujar Park lagi,”kerja saja yang semangat”
Minseo mengangguk.

Ditempat kerja, Minseo berusaha seperti biasa dan berkonsentrasi. Dia tidak ingin pekerjaannya berantakan dan tetap harus semangat. Walau dipikirannya, banyak menggelayut tentang keinginannya tetap bersama Minho. Sementara itu, Minho tetap semangat mengerjakan ulangan-ulangan hariannya hari itu, supaya dia bisa dapat nilai bagus dan bisa masuk Universitas negeri yang dia impikan.
Dia hari itu hanya mengirim sms pada Minseo,”I miss you loh, Minseo heoni.. kamu kerja yang semangat ya.. aku senang bisa kerjakan ulangan.. semangat kerja ya, heoni!,” gayanya sudah seperti pacaran orang dewasa.
Minseo senyum dan membalas sms nya Minho,”semangat belajar ya, Minho.. kamu juga pasti bisa.. aku tahu kamu pintar.. miss you too,Minho”
“Minggu depan kita ketemuan lagi ya.. aku kangen nih,” balas Minho lagi di sms
Minseo menjawab dengan icon senyum,”ya... seperti biasanya,”
Minho lalu genit mengirim icon messenjer dengan bunga dan cinta, Minseo melihatnya dengan senyum dan tertawa kecil. Tapi dia tidak membalas icon cinta Minho via messenjer itu.. dia hanya meneruskan pekerjaannya saja...

Bersambung ke part 9...