Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee
Young Joon, Lee Hana.
Hubungan pacaran Minho dan Minseo masih
berlanjut. Minho jadi rajin banget belajarnya karena dia memang banyak dapat
support dari Minseo. Tampaknya orangtua Minho biasa saja sikapnya dengan anak
mereka yang pacaran dengan cewek lebih tua, terlebih Minseo terkadang lebih
jadi seperti guru Minho dibandingkan pacar. Dan seperti biasa pula bagi Minseo
dengan kegiatan kesehariannya: kerja- rumah- jalan jalan dengan Minho.
“Hasil ujian kamu bagus lagi kan.. seperti
apa yang sudah aku bilang kemarin??,” kata Minseo menyemangati Minho sore itu
di sebuah area playground.
Minho cekikikan senang, hari itu dia dapat
nilai ulangan kimia bagus sekali, tertinggi di kelasnya.
“itu kan semua karena kamu, heoni..,” senyumnya pada Minseo dan
merangkulnya.
“eh.. kamu sadar gak.. apa yang kamu
bilang tuh kejadian terus loh,” katanya lagi.
Minseo pura-pura tidak tahu,”ah.. masak
iya? Aku hampir gak pernah perhatikan sih”
Minho mengangguk,”ih..kamu kok gak percaya
banget sama kemampuan menebakmu itu sih, heoni??
Kamu lebih hebat menurutku dibanding peramal Kang itu”
Minho lalu menoleh padanya dan mencium
pipi Minseo,” nanti kalau ulanganku bagus terus.. aku bisa dapat banyak
kesempatan dari Appa nih.. supaya kita bisa terus pacaran”
Pikirannya memang masih terbilang seperti
anak kecil yang menurutnya kalau serius pacaran pun.. ya nanti tunggu habis
kuliah selesai.. yang penting senang-senang pacaran dulu.
Minseo malah memandang Minho. Minho malah
jadi bingung,”kok lihat aku seperti itu??”
Minseo malah memeluk Minho tanpa ragu,
tentu saja Minho bingung kenapa mendadak dia begitu.
“Minseo.. Minseo.. hey.. kamu kenapa??”,
Minho mengelus-elus kepalanya.
“aku hanya berfikir takut berpisah,”
tiba-tiba dari mulut Minseo keluar kata-kata itu.
Minho malah tertawa,”aduh.. jangan dong
ah.. kamu gitu deh.. aku tuh takut sebenarnya kalau kamu ngomong sama aku hal
yang aneh-aneh..”, dia lalu malah menaruh wajah Minseo di dadanya.
“dengar degup jantung ku gak??,” tanya dia
pada Minseo.
Minseo mengangguk pelan.
“ini asli degup jantungku kalau sama
kamu.. Minseo saranghae.. makanya
kamu jangan ngomong berpisah dong.. nanti kalau jantungku copot trus berhenti
berdetak.. gimana??”, Minho merayunya supaya enggak lagi ngobrolin hal itu, masih
memeluknya, lalu melepas pelukannya dan memandang Minseo dengan lembut.
“Kamu.. kenapa sih.. ketakutan terus??
Memang kamu melihat hubungan kita akan seperti apa??,” tanya Minho penasaran.
Dia mencium Minseo.
“bubar,” balas Minseo singkat
“tahu darimana akan bubar? Peramal Kang
saja tidak bilang kok,” ujar Minho, dia mengenyitkan dahinya.
Minseo diam, dia tidak bisa menjelaskan
kemampuannya untuk melihat sesuatu hal yang tidak dilihat kebanyakan orang
tentang masa depan.
“kok diam? Apa kamu bosan sama aku..
karena aku ini lebih muda dari kamu??,” Minho benar-benar ingin tahu sekali
rasa hati pacarnya itu. Minseo tahu, dia tidak bisa disinggung soal itu. Minho
sensitif soal perasaan hati. Jika dia tidak suka, maka dia tetap tidak suka dan
bahkan mungkin malas berbicara dengan orang yang dia anggap melukai hatinya.
Song Yu yang kemarin memaksakan hubungan mereka sudah tidak dapat tempat lagi
dihati Minho sebagai teman. Dia bilang sendiri pada Minseo kalau dia tidak suka
dengan tingkah Song Yu yang memaksa itu. Dan benar saja, sama sekali dia tidak
ingin ngobrol dengan cewek itu sepatah katapun.
Persahabatan Minseo dengan Song Yu pun
berakhir. Setelah Minho menjawab telepon dari Song Yu beberapa waktu lalu itu, Song
Yu menganggap Minseo sama sekali tidak setia dan melanggar kesepakatan
sebelumnya sewaktu di rumahnya.
“Song Yu.. aku sungguh minta maaf.. aku
gak bisa tahan perasaanku, kalau aku memang suka Minho,” ketika Minseo
mengajaknya berbicara di sebuah cafe yang biasanya mereka kunjungi.
Wajah Song Yu langsung merah tidak
suka,”kamu sama sekali enggak menghargai persahabatan kita. Kamu tahu aku suka
Minho.. tapi kalian malah bermain dibelakang ku”
Minseo menunduk merasa bersalah,”mian haeyo.. Song Yu.. aku juga gak bisa
lepaskan Minho”
“Minho juga tidak suka denganku.. kalian
memang enggak suka denganku.. dan Minho sengaja banget yang jawab telepon ku
saat itu.. kalian memang sungguh licik,” jawab Song Yu dengan nada ketus.
Minseo meneteskan air mata, tapi Song Yu
tetap dengan ketidakramahannya karena tersakiti.
“memang sepertinya persahabatan kita harus
putus sampai disini saja,” dia lalu berdiri dan meninggalkan Minseo sendirian,
yang masih sedih persahabatannya diputuskan sendiri oleh temannya yang sudah
dia kenal sejak hari pertama kuliah.
Minho memeluknya, Minseo mengingat hal itu
lagi.
“kamu masih kepikiran soal marahnya Song
Yu sama kamu.. iya kan??,” tanya Minho. Minseo mengangguk saja.
“eh.. sudah deh ah.. aku gak mau kamu
gitu.. aku juga gak mau kamu bilang pacaran kita bisa bubar,” lanjut Minho
lagi. Dia senyum pada Minseo.
“main lagi yuk??,” katanya genit
mengerling.
“main apa??,” Minseo baru bisa menatapnya.
Minho berdiri lalu memegang tangannya,
Minseo membalasnya dan dia pun berdiri.
“kita kemana ya?? Eh.. Appa telepon..
sebentar ya?,”
Minseo menurut saja, Minho mengangkat
telepon dari ayahnya.
“ah.. Imo
dan Samchon kapan datangnya??,” tanya
Minho pada ayahnya. Ternyata mereka kedatangan saudara dari lain kota, jadi
Minho harus pulang saat itu juga makan malam dengan mereka.
“boleh kan, Appa?? Boleh ya??,” dia
menawar sesuatu pada ayahnya.. ternyata dia ingin mengajak Minseo makan malam
bersama mereka juga.
Minseo tidak tahu apa yang Minho bicarakan
dengan ayahnya itu. Akhirnya telepon antar ayah-anak itu selesai. Minho senyum
padanya.
“malam ini.. aku mau ajak kamu makan malam
dengan keluargaku.. ada paman dan bibiku datang dari luar kota,”
Minseo kaget, dia enggak nyangka kalau dia
diperbolehkan masuk dalam keluarganya Minho.
“kenapa memangnya.. takut lagi??,” tanya
Minho penasaran.
Minseo agak gugup menjawab,”ah..Anieyo.. tapi.. apa aku boleh??”
Minho mengangguk,”boleh kok.. kan tadi aku
bicara sama Appa ku.. sekarang aku antar kamu pulang.. atau gimana?? Ini sudah
sore banget.. kita cuma punya waktu 2 jam loh.. aku antar kamu pulang sekaligus
kamu dandan ya??”
Minseo senyum padanya. Dia benar-benar gak
sangka Minho bisa se dewasa itu dibanding sifat anak-anaknya yang keluar kalau
lagi bikin Minseo pusing.
Minho lalu mengantar Minseo pulang agar
dia bisa berdandan sedikit untuk makan malam itu.
Ternyata ketika Minho sampai di rumah
Minseo, ayahnya Minseo sedang ada dirumah. Minho jadi agak malu juga dia
dihadapan ayah pacarnya itu. Park sangat ramah dan terkesan ayah gaul, jadi
membuat kekakuan Minho tidak menjadi-jadi.
“oo.. jadi kamu tuh sebenarnya kenal
dengan Minseo justru dari temannya Song Yu itu??,” tanya Park dengan nada
setengah bercanda.
Minho mengangguk,”Iya.. waktu itu dia dan
Minseo, kami ngobrol disebuah cafe”
“eh.. kamu tahu tidak??,” Park tiba-tiba
mendekatkan wajahnya sedikit pada Minho.
Minho jadi gak enak hati, ayah pacarnya
itu memang terkesan SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dan memang sifat Park seperti
itu dan Minho belum tahu.
Minho menghadapi wajah Park yang dekat
dengannya dengan kaku,”ah.. enggak tahu.. kenapa ya, Park ssi??”
“kalau aku bilang sesuatu nanti kamu Ge Er
lagi??,” kata Park masih wajahnya dekat dengan Minho.
“enggak tahu juga,” jawab Minho masih agak
gugup.
“eeehh... kamu ini.. pasti kamu cowok yang
kalau dekat anakku gak gugup dan manja.. tapi kamu dekat aku.. gugup ya??
Hahaha,” Park menjauhkan wajahnya dari Minho dan tertawa.
“umm.. kok dia tahu sih?? Minseo sering
cerita kali ya??,” duga hatinya Minho. Dia tidak tahu kalau Park punya
kemampuan supernatural yang sama dengan Minseo, anaknya. Park tahu kalau Minho
tidak suka dengan tipe cewek yang aneh lalu dia juga sama dengan Minseo,
berusaha menyembunyikan dirinya dalam candaannya pada cowok itu.
“Minseo itu sudah mimpiin kamu sebelum
ketemu kamu loh.. percaya gak??,” ujar Park.
Minho diam sejenak,”eh.. gimana ya??”,
katanya ragu.
“ya.. jawab aja.. kan cuma jawabannya
percaya atau tidak?,” kata Park santai.
Minho mikir, dia malah jadi mikir yang
lain tentang keluarga ini.
“wah.. malah bingung ya??,” tanya Park
santai
“ah..enggak.. ya.. percaya juga sih,”
jawab Minho sambil cengengesan.
“itu sih yang dia cerita padaku,” ujar
Park,”tengah malam bangun.. aku masih kerja.. eh dia duduk kusut.. katanya
mimpi dicium kamu”
Park enggak sadar kalau anaknya di
belakangnya, dia santai saja gosipin anaknya sendiri. Minho bingung mau tertawa
atau mau miris dengan kejadian itu, tapi dia berusaha menahan tawanya.
“dia sudah mimpi dicium kamu sebelum
kalian pacaran.. berapa kali ya?? Tiga kali ya??,” Park malah jadi makin
gosipin anaknya.
Minseo berdiri saja di belakang ayahnya
sambil cemberut.
“sepertinya sih.. kalian memang sudah suka
sama suka waktu itu.. cuma Minseo baru cerita akhir akhir ini saja kalian
pacaran.. ,” lanjut Park lagi, mulutnya tetap bersuara. Minho bengong saja.
“eh Minho.. kamu jangan lupa ya.. kalau
Minseo kumat tebak-tebakannya.. gak usah diperdulikan banget.. dia memang suka
gitu,”
“emm.. memang bagaimana, Park ssi??,” tanya Minho penasaran. Minseo
masih tetap berdiri di belakang ayahnya yang duduk berhadap-hadapan dengan
Minho.
“Minseo dari kecil suka tebak-tebakan..
jadi.. yang sabar dengan emosi nya itu ya?? Walau tebakannya suka benar... tapi
dia bukan cewek aneh kok,”
Minho mengangguk. Dia diam saja.
“kamu benar suka sama anakku kan??,”
tembak Park
Minho mengangguk,”ya.. cinta”
“nah.. kalau kamu temukan dia lagi aneh
sama perasaannya.. tolong dijaga ya?? Dia sudah tebak apa saja buat kamu??,”
Minho mikir,”umm.. kebanyakan sih
ulangan.. kalau aku bisa dapat bagus atau enggak... jadi aku bisa persiapan
belajar.. trus juga cuaca kalau misalnya kami mau jalan-jalan.. eh..satu lagi..
usaha Appa ku”
“tebakannya benar semua??,”
Minho mengangguk mengiyakan apa kata Park.
“oo... itu mungkin dia lagi pengen saja..
bukan aneh.. Minseo.. gak minta macam-macam kan sama kamu??”
Minho menggeleng,”gak.. aku suka Minseo..
dia manis dan gak macam-macam”
“ya..dari kecil dia memang begitu.. tapi
temannya tidak banyak.. mungkin karena tebak-tebakannya itu,” kata Park dengan
intonasi santai.
“mungkin kali ya.. tapi aku malah senang,”
jawab Minho santai.
“Appa.. cerita apa sama Minho??,” mendadak
Minseo buka suara. Park menengok ke belakang,
tengsin puterinya tepat di belakangnya.
“oo.. enggak.. cuma cerita kamu suka
tebak-tebakan aja,” balas Park santai,padahal aslinya tengsin. Minho ingin
tertawa, tapi dia tahan tahan.
“sudah deh ah..,” kata Minseo, dia lalu
sedikit menunduk dan mencium pipi ayahnya.
“aku pergi dulu.. Minho ingin ajak aku
makan malam dirumahnya,” katanya lagi
“ya sudah.. yang manis dengan keluarga
Minho ya,” jawab Park sok bijak.
Minseo mengangguk, Minho berdiri dan pamit
pada Park.
“Appa ku begitu deh.. suka sok kenal sok
dekat.. maafin ya??,” pinta Minseo di dalam mobil Minho, mereka jalan menuju
rumah Minho.
Tapi Minho malah tertawa,”ayahmu suka
banget ngobrol ya??,”
Minseo mengangguk,”iya sih.. dia suka
begitu dengan setiap teman yang main ke rumah”
“tapi baik kok.. aku suka,” timpal Minho.
Minseo senyum padanya. Minho mendadak
memberhentikan mobilnya dan diparkirkan ke pinggir jalan.
“ada apa??,” tanya Minseo heran.
“kamu manis banget deh pake dress itu,”
Minho melihat dress selutut yang dipakai Minseo, dengan bunga kecil kecil
sederhana.
“oh.. ini dress lama.. mian haeyo..aku gak punya dress baru,”
senyum dan balas Minseo.
Minho malah mendekatkan wajahnya pada
Minseo dan menciumnya. Minseo balas dengan malu-malu.
“Appa mu bilang.. kamu mimpi aku cium
sebelum kita pacaran,” ujar Minho polos, dia senyum senang.
Minseo kaget,”hieehh?? Aduh..”
Minho malah masih senyum juga
padanya,”tapi aku suka.. aku jadi makin cinta sama kamu”, tangannya bersandar
di tepian jok mobil yang diduduki Minseo.
Minseo dipandang dalam dan lama oleh Minho
malah jadi malu.
“eh.. bukan begitu..aku juga enggak tahu
kenapa??”, katanya jadi gugup.
“gak apa kok..aku malah senang banget..,”
balas Minho, dia lalu menegakkan duduknya lagi dan kembali menyetir,”intermezzo
saja tadi..aku gak tahan lihat kamu manis, hehe”, candanya pada Minseo.
Minseo aseli deg-degan dengan kejadian
tadi. Sepanjang jalan menuju rumah Minho, dia memandang saja cowok itu yang
masih sibuk menyetir.
“wah.. kamu lupa ya, Minseo.. hari ini kan
perayaan keluarga??,” kata seorang tante nya Minho yang ternyata punya sifat
SKSD juga.
Minseo senyum pada nya,”ah iya.. aku lupa..
tapi keluargaku belum rayakan”
“itu sebabnya kami kumpul disini.. tahun
ini tahun di keluarga ini,” kata tantenya itu. Minho membiarkan Minseo bicara
dengan siapa saja anggota keluarga besar Lee.
“kamu ini.. satu sekolah dengan Minho??,”
tanya tantenya Minho yang lain.
Minseo jadi malu kalau ditanya soal umur.
“ah.. aku.. lebih tua dari Minho,” katanya
gugup
Salahseorang tantenya tertawa,”ah.. paling
paling hanya beda beberapa bulan.. iya kan?? Hihi”
“tidak,” jawab Minseo.
“lalu?? Tahunan? Haha,” tawa salahsatunya
lagi
Minseo malu menjawab itu, tapi dia ingin
jujur,”iya.. aku.. beda 7 tahun dengan Minho”
“WHAT??,”
para tantenya Minho kaget dengan perkataan Minseo barusan. Bahkan ada yang
sampai minumannya tumpah dan tersedak. Hal itu membuat Minseo jadi gundah,
takut para tantenya Minho berprasangka buruk padanya.
“lalu.. kamu kerja apa??,” tanya mereka
lagi
“aku dibagian administrasi purchasing di
sebuah pabrik elektronik,” balas Minseo.
“wah.. gajinya gak besar dong??,” tanya
seorang yang lain.
“aku baru bekerja..,” balas Minseo
singkat.
Benar saja, para tantenya Minho jadi
berfikir aneh-aneh tentang Minseo, walau mereka dalam diamnya ketika tahu itu,
tapi pikiran mereka terbaca oleh Minseo satu persatu.
“cewek ini mungkin hanya mau uangnya
keluarga Sinwu,” kata pikiran salahseorang dari mereka.
“cewek ini aneh.. masak dia suka lelaki
yang lebih muda??mungkin kelainan jiwa.. ih.. Minho harus diberi tahu,” kata
pikiran tante yang lainnya.
“bahaya kalau cewek ini nanti sama Minho..
sedang Minho kan akan jalanin bisnis Sinwu.. lebih baik aku kenalkan saja Minho
dengan teman bisnis suamiku nanti,” kata pikiran tante yang lain.
“Bisa-bisa perempuan ini hanya mau harta
keluarga keponakanku saja,” kata pikiran tante yang lain.
Minseo stress dia bisa menebak pikiran
para tantenya Minho, dia langsung duduk pusing ketika para tantenya Minho
meninggalkannya untuk bergabung dengan yang lain. Minho menghampirinya yang
sedang duduk sendirian.
“ada apa??,” katanya dengan lembut
mengelus pundak Minseo.
“kepalaku.. pusing.. aku mau pulang saja,”
Minseo mencari alasan, dia tidak ingin lebih lama mendengar pikiran para
tantenya Minho walau mereka tidak bicara langsung dari mulut mereka menyindir
kehidupan Minseo.
Minho langsung memegang dahi Minseo,”ah..
enggak panas.. tapi beneran kepala mu sakit? Aku antar pulang saja kalau begitu
deh”
“iya.. kepala ku sakit sekali, Minho.. aku
mau pulang saja,” balas Minseo, dia memang pusing, semua terasa
terngiang-ngiang di kupingnya.
“ya.. baiklah..aku minta ijin Appa, supaya
aku bisa antar kamu,” senyum Minho, lalu dia berdiri dan meninggalkan Minseo.
“wah.. sayang sekali kamu tidak bisa lama,
Minseo.. kamu sakit??,” basa basi ibunya Minho dengan senyum
“Mungkin begitu, Nyonya Lee.. kepalaku
sakit sekali.. dan besok aku harus kerja.. jadi hari ini lebih baik istirahat
saja.. aku minta maaf tidak bisa lama-lama disini,” Minseo menunduk hormat pada
kedua orangtua Minho
Beberapa tantenya yang tadi ngobrol
dengannya memperhatikan Minseo dari jauh.
Minho tidak tahu tentang kelakuan pikiran
para tantenya itu pada Minseo, begitu juga dengan kedua oragtuanya.
“terima kasih atas jamuannya, Tuan dan
Nyonya Lee,” kata Minseo lagi menunduk hormat, lalu dia pamit dan keluar, pergi
ke depan rumah.
Sementara Minho harus mencari kunci dan
pergi ke garasi.
Tak berapa lama, dia melihat Minseo di
depan garasi dan dia langsung memeluk Minseo yang membelakanginya.
“masih sakit kepala ya, sayang??,” katanya
manja pada Minseo. Minseo hanya mengangguk, sebenarnya dia ingat-ingat
perkataan pikiran para tantenya Minho itu.
“eh.. kamu nangis??,” kata Minho heran.
Minseo lagi lagi mengelak,”ah..enggak..
aku nangis karena sakit kepala sekali, Minho..aku harus tidur”
“tidak mau menginap di rumahku saja?...
besok aku antarkan pulang.. kalau memang sakit kepala mu berat banget”, tawar
Minho lembut. Dia mengelus poni nya Minseo dan rambutnya yang terurai sebahu
lebih.
“enggak usah.. aku gak enak dengan
keluargamu nanti, Minho.. ,” jawab Minseo, dia berusaha senyum.
“ya.. aku antarkan ya.. tapi nanti dirumah
kamu harus langsung tidur.. aku telepon kalau nanti aku sudah balik lagi
kesini.. ,” Minho menarik tangannya Minseo dan mereka masuk mobil.
Sampai di depan rumah Minseo, Minho
mencium pipi pacarnya itu.
“annyeonghi..
tidur yang nyenyak ya.. biar besok kamu sehat.. chu,” katanya, perhatian pada
Minseo.
“gomawo,
Minho..,” Minseo mencoba tersenyum. Minho memang baik padanya.
“nah..
go inside.. go to bed.. aku mau lihat kamu tetap sehat,” kata Minho seperti
yang dewasa sekali. Dan dia lalu pamit.
Di dalam kamar, Minseo menangis, dia masih
sangat ingat perkataan pikiran para tantenya Minho malam itu yang menurutnya
kejam, walau masih disimpan dan tidak diucapkan. Air matanya keluar dan
berpikir ingin pisah dari Minho.
Benar saja, tak berapa lama, Minho
meneleponnya.
“sudah tidur??,” tanya Minho di sana,”aku
baru sampai”
“belum.. mungkin sebentar lagi.. acara
disana.. masih lanjut??,” basa basi Minseo.
Minho mengiyakan, tapi dia sendiri minta
mundur istirahat sebab besok dia juga akan sekolah. Minho bertanya apa kepala
Minseo masih pusing atau tidak, Minseo mengelak dengan menjawab sudah merasa
lebih baik.
“besok kita gak bisa ketemuan...soalnya
aku banyak ulangan,” kata Minho lagi.
“iya...gak apa..kamn jaga diri ya.. aku
juga besok mungkin sibuk kerja,” balas Minseo.
“tapi kamu beneran sudah lebih baik
kan??,” Minho memastikan lagi kondisi pacarnya itu dan Minseo mengatakan iya.
“aku gak mau kamu sakit loh,” kata Minho
lagi
“iya..aku gak akan sakit..kamu tidur ya??
Jangan sampai terlambat sekolah besok,” balas Minseo.
“perasaanku gak enak,” kata Minho
Minseo mencoba berkilah dan menanggapi
positif saja,”kok malah jadi kamu yang main perasaan?? Hehe.. sudah deh...
tidur yuk??”
“tunggu dulu..aku merasa kamu sembunyikan
sesuatu dariku.. jangan begitu, Minseo”, Minho memang tipe perasa, manipulatif
di depannya sepertinya percuma saja.
“tidak ada apa-apa kok.. sakit kepalaku
juga sudah sembuh.. ,” ujar Minseo
“ah.. ya sudah deh,” balas Minho, akhirnya
dia menutup teleponnya.
“Minseo menyembunyikan sesuatu dariku,”
kata Minho dalam kamarnya. Sementara yang lain saudara-saudaranya masih
berkumpul diluar, masih di acara keluarga tahunan.
Dia lalu berbaring, menghempaskan dirinya
diatas tempat tidur,”kok sepertinya Minseo tadi bukan sakit kepala biasa??
Seperti ada masalah”, dia malah menduga-duga dengan pacarnya itu.
“dia semakin kaku saja pacaran denganku
semenjak Song Yu mutusin persahabatan.. apa memang dia menginginkan bubar??”
Minho malah jadi kepikiran, dia termenung
saja, wajahnya menatap langit-langit... sampai akhirnya,”ah..sudah deh,” dan
dia pun mencoba tidur.
Pagi....
Angin musim semi sudah beranjak mulai
dingin, septermber hampir berlalu. Minseo melewati hari diudara yang cukup
dingin itu dengan terkesan tidak bersemangat.
“ada masalah apa kamu dengan
Minho..keluarganya??,” tanya ayahnya mendadak di depan meja makan mereka.
“ah.. kenapa dengan Minho?? Sepertinya
tadi malam dia biasa aja,” kata ibunya, heran,”malah aku intip dia cium kamu
mesra banget”
“wah.. kerjaanmu ngintipin anak
pacaran,”sindir ayahnya.
Minseo lagi-lagi diam.
Park langsung membuka pikirannya tanpa
harus Minseo berkata apapun,”sepertinya memang mulut para tantenya Minho susah
dijaga”
“ah..sepertinya Appa sudah tahu banget,”
jawab Minseo singkat, dia makan sayur yang ada di depannya dengan santai.
“relax aja.. Minho tidak sama dengan
mereka,” kata ayahnya lagi.
“kenapa.. kamu diomongin macam-macam sama
keluarganya??,” tanya ibunya
“ah... itu biasa dalam pacaran.. keluarga
Korea memang begitu kan daridulu?? Keluarga besar ambil peran kalau serius..
apalagi yang diseriusi masih kecil,” Park santai sekali menghadapi masalah
anaknya itu.
“kamu sendiri kan yang bilang pada Minho..
kemungkinan kalian bubar?? Hadapi saja apa adanya,” lanjutnya lagi
“Nampyeon..
kamu terlalu santai sama masalah anakmu sendiri,” keluh ibunya Minseo pada
suaminya itu.
“ya.. secara umur kalian juga janggal..
beda 7 tahun itu masalah,” kata ayahnya lagi santai
“lagipula aku juga ingin putus, Appa,”
ternyata jawaban Minseo malah jadi aneh. Ibunya kaget,”kenapa?? Minho kan baik
padamu”
“dia khawatir dengan keluarganya... bukan
Minho nya,” timpal ayahnya.
“lagian.. itu juga hanya sementara kok,”
lanjut ayahnya lagi,”tunggu sampai anak itu dewasa”
“hieeeeehhh... Nampyeon ini.. bukan begitu caranya menyemangati anak sendiri,”
keluh ibunya Minseo. Dia memang beda dengan suaminya yang tipikal santai dan
kadang seperti asal ngomong.
“aku memang sudah tidak semangat hubungan
dengan Minho.. Eomma,” jawab Minseo.
“ya.. tapi kan tidak secepat itu.. kamu
bisa buat sakit hati dia,” ujar ibunya
“ah.. biar saja.. santai saja.. nanti juga
si Minho itu akan kembali lagi ke tangan anakmu ini,” kilah Park masih dengan
ekspresi santai dan cuek.
“gak usah terlalu memaksakan takdir,”
lanjutnya lagi
“Ayah yang aneh,” keluh isterinya sendiri.
Tapi Park malah cengengesan.
“Anak itu kalau dia nanti sudah dewasa..
dia akan kejar-kejar lagi anakmu ini.. santai saja.. putus buat dia kali ini
akan jadi pelajarannya,” lanjut Park lagi.
“kamu jangan terlalu dalam begitu,”
katanya lagi pada Minseo.
Minseo diam saja, dia memang merasa sedih
kalau akan pisah dengan Minho..tapi dia sakit hati dengan perkataan hati dan
pikiran para tantenya Minho kemarin malam itu.
“aku mungkin memang akan putus dari Minho,
Appa.. lagipula.. dia memang masih harus sibuk dengan sekolahnya..dia harus lulus
dan masuk universitas negeri,”
Park bukan sedih malah cengengesan,”ya..
itu waktu terbaik kalian.. aku juga belum melihatmu matang dalam hubungan..
jadi perlu ada apa itu?? Kok aku lupa?? Revisi?? Rekonsiliasi??,”
“ah.. Nampyeon aneh,” ujar isterinya sendiri.
“ah...sudah gak usah pusing-pusing,” ujar
Park lagi,”kerja saja yang semangat”
Minseo mengangguk.
Ditempat kerja, Minseo berusaha seperti
biasa dan berkonsentrasi. Dia tidak ingin pekerjaannya berantakan dan tetap
harus semangat. Walau dipikirannya, banyak menggelayut tentang keinginannya
tetap bersama Minho. Sementara itu, Minho tetap semangat mengerjakan
ulangan-ulangan hariannya hari itu, supaya dia bisa dapat nilai bagus dan bisa
masuk Universitas negeri yang dia impikan.
Dia hari itu hanya mengirim sms pada
Minseo,”I miss you loh, Minseo heoni.. kamu kerja yang semangat ya..
aku senang bisa kerjakan ulangan.. semangat kerja ya, heoni!,” gayanya sudah seperti pacaran orang dewasa.
Minseo senyum dan membalas sms nya Minho,”semangat
belajar ya, Minho.. kamu juga pasti bisa.. aku tahu kamu pintar.. miss you too,Minho”
“Minggu depan kita ketemuan lagi ya.. aku
kangen nih,” balas Minho lagi di sms
Minseo menjawab dengan icon senyum,”ya...
seperti biasanya,”
Minho lalu genit mengirim icon messenjer dengan
bunga dan cinta, Minseo melihatnya dengan senyum dan tertawa kecil. Tapi dia
tidak membalas icon cinta Minho via messenjer itu.. dia hanya meneruskan
pekerjaannya saja...
Bersambung ke part 9...