This is me....

Minggu, Agustus 24, 2014

My 3 Supernatural Beloved Kids (Part 9: Jadilah Minho Yang Dewasa Suatu Hari Nanti)

Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee Young Joon, Lee Hana.

Enam bulan sudah Minho dan Minseo pacaran. Minho sering bilang kalau dia makin cinta saja dengan cewek yang usianya 7 tahun lebih tua darinya itu. Tetapi hari itu dia galau dengan perkataan salahsatu tantenya yang padahal sudah lama tidak bertemu dengan mereka, sepertinya pembicaraan itu berulang lagi diantara para tante dan ibunya.
“mereka bilangnya kamu akan manfaatkan aku.. menyebalkan,” gerutu Minho ketika di memeluk Minseo di kamarnya.
Minseo cuma senyum dengan kelakuan pacarnya itu, yah.. baginya hal seperti ini pasti akan jadi pembicaraan juga, tidak mungkin tidak.
Minho masih saja memeluknya.
“kamu.. gak mau kerjakan PR nya??,” bujuk Minseo.
“malas,” jawab Minho masih memeluknya.
“wajahmu pasti cemberut deh, hehe,” canda Minseo, dia mengelus punggung Minho dalam pelukannya.
Minho diam, tandanya dia lagi bete dan tidak mau diajak bicara. Minseo membiarkan dia tetap memeluknya, sampai nanti memang biasanya bete pacarnya itu hilang sendiri.
Dan benar saja, Minho melepas pelukannya lalu kembali ke meja belajarnya. Minseo ikut menghampirinya.
“sudah tenang??,” tanya Minseo padanya.
Minho balas dengan senyum,”PR nya susah, hehe... aku malas belajar idiom”, dia lalu menjulurkan lidahnya, sifat anak-anaknya keluar lagi.
Minseo jadi tertawa dengan kelakuan Minho, dia malah akhirnya mencubit pipi Minho sampai merah dan cowok itu mengaduh.
Mereka malah jadi saling tertawa-tawa di kamar Minho.
“ya.. ya.. aku bantu,” jawab Minseo dengan senyum, dia masih berdiri saja.
Minho menarik kursi lagi supaya Minseo bisa duduk disampingnya.
Minseo duduk dan Minho langsung merangkulnya,”nan dangsingwa hammke gippeuge saeng-gaghabnida.. I am happy to be with you.. Minseo”
“kerjain dulu dong.. PR nya.. ini sudah mulai malam... aku kan harus pulang,” senyum Minseo.


“menginap disini saja deeeehh.. aku kangen nih... banyak ulangan gak bisa ketemuan.. Appa dan Eomma larang kita ketemu kalau aku ujian,” Minho cemberut lagi. Dia buka bukunya terus dibaca.
“aku faham kok.. supaya kamu bisa jadi anak berprestasi,” jawab Minseo kalem.
“tapi kan memang aku sudah berprestasi.. jadi gak masalah dong kalau boleh pacaran??,” gerutunya lagi.
“memang.. tante mu bahas apa dengan kamu??,” Minseo penasaran juga akhirnya.
Minho menoleh padanya,”penasaran ya??”
Minseo mengangguk,”tapi kalau kamu tidak mau menceritakan padaku.. ya.. enggak apa sih..,” katanya santai, dia membaca semuanya dari tatapan matanya pada Minho.
Minho garuk kupingnya yang tidak gatal,”yah.. gimana ya?? Menyebalkan deh.. pokoknya aku gak suka mereka nasehatin aku yang gak bener,”
“gak benar bagaimana??,” tanya Minseo,”yang ini sudah kamu baca??”, dia menunjuk pada text book yang diatas meja belajar Minho.
Minho mengangguk,”jawabannya ini kan??”
Minseo mengangguk,”iya.. ini.. eh terus.. tadi.. yang gak benernya bagaimana?? Kalau aku boleh tahu?”

Minho menopang dagunya, tepat di depannya ada kaca kecil dari mobil-mobilan replika,”uhmm.. masak kamu dibilang cewek matre yang nanti kalau aku sama kamu misalnya terus kita tunangan.. kamu mau rebut harta Appa ku”
Minseo bukan marah dengan tuduhan para tante nya Minho walau sebenarnya dia sudah tahu daridulu dan pernah menangis sedih dan ternyata apa yang dulu dia dengar tidak jauh berbeda dengan apa yang baru saja diungkapkan Minho. Dia malah tertawa kecil pada Minho.
“lalu.. jawabmu??,” tanya Minseo,”apa.. Eomma juga ada disana??”
Minho mengangguk sambil masih topang dagu,”Ye.. tapi Eomma tidak banyak bicara sih.. Appa juga diam saja”
“lalu.. jawabmu apa??,” Minseo masih penasaran
“ya.. aku membela kamu.. selama kita pacaran juga.. kamu gak pernah minta aku traktir kan?? Malah aku yang suka suka aja traktir kamu.. kamu juga kadang bayarin aku.. jadi.. kamu enggak matre dong?? Iya kan??,” Minho lalu melepas topang dagunya dan menoleh pada pacarnya itu.
“menurutmu.. aku bukan cewek matre kan??,” tanya Minseo lagi,”aku minta kejujuran hatimu”
Minho senyum manis lalu menggeleng,”enggak tuh.. aku cinta sama kamu dari dalaaam hatiku banget banget!,” katanya dengan wajah ceria.
“ya.. kalau gitu.. kita kerjakan PR mu.. aku tidak masalah dengan para tantemu ngobrolin tentang aku.. kalau kamu lebih percaya aku, Minho,” Minseo membalas senyumnya Minho.
Minho mengangguk dan Minseo membantunya mengerjakan PR.

Sementara di luar kamar, ternyata Ayah dan Ibunya Minho lagi ngerumpi tentang Minseo.
“kamu pikir nanti mereka berdua bisa terus sampai ke hal yang serius, Nampyeon??,” tanya ibunya Minho
Suaminya yang sedang memeriksa laporan keuangan santai saja menjawab,”Gak apa.. biasa saja”
“kamu selalu begitu.. mereka itu sudah dekat hampir 6 bulan... ya.. aku memang melihat mereka santai dan walau ada pertengkarannya.. masih bisa diatasi”, ujar isterinya.
“nah.. terus apalagi? Kamu dengar omongan apa lagi dari orang-orang??,” ayahnya Minho tahu kalau isterinya itu kadang sensitif sekali dengan omongan orang lain, bahkan dari saudara mereka sendiri.
“jadi kamu pikirin banget??,” tanya suaminya lagi
Isterinya mengangguk,”ini demi nama keluarga kita, Nampyeon.. kamu kepikiran sampai arah sana kan??,”
Ayahnya Minho membenarkan letak kacamatanya, menaikannya lalu melanjutkan mengetik,”ya.. biar saja.. aku cenderung tidak peduli.. dia kan lelaki.. biar dia pikirin dulu sekolahnya, tinggal satu tahun lagi, lalu dia harus masuk kuliah Universitas Negeri.. dia harus pintar urus usaha lanjutanku... Ingat apa kata peramal Kang.. Minho harus di didik keras untuk lanjutan usahaku.. jadi.. kalau memang pacaran gak mengganggu dia... ya sudah”
“kamu gak terpikir, Nampyeon.. kalau Minseo itu lebih tua dan mungkin dia punya motif sesuatu dekat dengan anak kita??,” tanya isterinya dengan wajah serius.

 “motif apa??,” tanya suaminya
“harta mungkin??,” pikir isterinya dengan wajah ditekuk sedikit.
Ayahnya Minho malah tertawa,”hahaha.. kamu seperti drama di tivi!”, dia lalu menunda pekerjaannya itu, melihat wajah isterinya.
“dapat darimana cerita itu??,” tanya dia lagi.
“adikmu sendiri.. waktu acara perayaan keluarga,” jawab isterinya dengan nada sedikit ketus
“si Huang Im??,” tanya suaminya lagi.
Isterinya mengangguk, suaminya tertawa lagi.
“kacau si Huang Im.. besok aku tanya dia.. kenapa dia punya gosip seperti itu,”
“wah.. kenapa kamu tidak percaya adik sendiri??,” tanya isterinya heran.
“Huang Im itu tukang gosip.. aku tidak suka,” balas suaminya,”kalau dia nanti pengaruhi Minho.. bisa-bisa suaminya sendiri aku pecat,” suaminya-ayah Minho-senyum lebar pada isterinya.
“kamu tidak punya rasa suka dengan Minseo itu kan??,” isterinya malah cemburu
“aku bisa kamu bunuh kalau begitu kan?? Hehe,” canda suaminya dengan cengengesan.
Isterinya cemberut dengan jawaban suaminya sendiri. Dia berfikir kenapa suaminya sangat tidak masalah sekali dengan hubungan anaknya dengan Minseo yang lebih tua itu.
“apa kamu pernah temukan Minho minta uang saku banyak sekali??,” tanya suaminya lagi.
Isterinya menggeleng,”Ani... uang tambahan dia hanya untuk buku”
“nah.. dia cerita padaku kalau Minseo itu mandiri.. terkadang tidak mau dia traktir walau hanya sekedar beli es krim,” jawab suaminya.
“Minho itu agak pelit.. kan aku tahu sifatnya.. kalau mau keluarkan uang.. dia akan pikir-pikir,” lanjutnya lagi.
Isterinya mengeluh, tidak puas dengan pembicaraan itu. Suaminya terkesan membela pacar anaknya itu.

Dan.. dikamar Minho, Minseo masih membantu Minho mengerjakan PR bahasa inggrisnya.
so.. white collar is the crime which seems as so pure good deed,” kata Minseo menerangkan pada Minho. Lalu,”haaaahh.. PR nya sudah selesai.. aku mau pulang!!,” Minseo berekspresi seperti orang menguap dan menggeliat seperti baru bangun tidur.
“Haaahhh.. akhirnya!!,” Minho juga teriak yang sama,”well done!!”
 Tapi kursi yang diduduki Minseo malah terbalik terjungkal ke belakang karena Minseo terlalu bersandar dan tidak hati-hati ketika dia ekspresi menggeliat seperti bangun tidur.
Kursi dan dia jatuh, Minho buru-buru menangkap badannya Minseo sebelum seluruh dirinya jatuh. Mereka bergulingan di lantai berkarpert hijau.
“ah.. kepalaku.. baik-baik saja kan??,” Minseo panik. Rasanya kejadian itu begitu cepat.
Minho tepat diatas badannya,”Gwaenchanh a.. ceroboh sekali.. untung aku sigap,” katanya dengan senyum.
Minseo wajahnya langsung memerah, tahu Minho ada di atasnya. Minho malah menggodanya,”wae.. takut??”
“enggak,” jawab Minseo gugup.
Minho memandangnya dengan manis lalu menciumnya dengan lembut.
“uhh,” suara Minseo yang dicium olehnya.. Minho malah makin ingin terus menciumnya.
“Minho,” katanya
“ya??,” jawab Minho dengan masih mencium lehernya.
“aku harus pulang,” kata Minseo lagi
“ya.. baik... mian...sorry,” balas Minho, lalu dia berdiri dan memberikan tangannya pada Minseo agar dia bangun.
Minseo merapikan dress panjangnya, Minho senyum padanya, lagi lagi dia menciumnya.
Minseo datar sekali menanggapinya,” nanti orangtuamu tahu”
“gak deh,” balas Minho menciumnya lagi.
“aduh Minho.. aku gak mau begini.. rasanya aku berfikir kita semakin dekat dengan perpisahan,” kata hatinya Minseo.
Minho sadar kalau pacarnya sepertinya mulai tidak mood lagi, lalu dia melepaskan ciuman dan pelukannya.
“yuk pulang..aku antar sampai rumah.. ini sudah malam.. untuk PR nya.. gomawo,” senyumnya pada Minseo, lalu menggenggam tangannya dan mengantarkannya pulang.

Di rumah Minseo..
Minho melambaikan tangannya pada Park, ayahnya Minseo ketika pintu depan dibuka olehnya.
“Samchon.. mian habnida.. aku terlambat antar Minseo,” katanya agak cengengesan.
Park sama sekali tidak marah, malah bercanda padanya,”kalian habis kencan dikamar ya?? Tidak modal”
Minho agak kaget dalam hatinya, darimana Park tahu kalau mereka memang pacaran di kamarnya Minho?? Tapi dia sembunyikan kagetnya itu dengan cengengesan lagi balik pada Park,”ah hehe.. aku besok harus ulangan, Samchon.. jadi kalau mau pacaran pun.. gak jauh jauh dari meja belajar”
“Appa ini,” ujar Minseo singkat.
“Ah.. gak apa.. namanya juga masih muda,” ujar Park
“lalu.. kalian kapan mau pergi sama-sama ke sebuah pulau begitu.. liburan??,” kata Park lagi, iseng lalu tertawa.
“Appa ah.. godain deh,” gerutu Minseo, dia malu.
Minho tertawa,” nanti kalau aku lulus kuliah, Samchon.. pasti aku bawa Minseo jalan-jalan liburan sekalian ke luar negeri, haha”
“Minho... Appa ku cuma bercanda,” kilah Minseo
“ah.. gak apa kok..,” jawab Minho
“tuh.. tidak apa kan??kapan kamu mau serius dengan anakku?? Habis lulus sekolah dan masuk Universitas yang kamu suka??,” tembak Park langsung, tapi sambil tertawa terbahak-bahak.
“eh.. kok tahu.. darimana ya??,” tanya hatinya Minho
“oh.. Minseo cerita ya??,” tanya Minho pada Park.
Minseo mencubit tangan ayahnya supaya tidak mengeluarkan kemampuan membaca pikiran dan clairvoyage nya.
“ah.. iya iya.. dia cerita.. tapi sudah lama.. iya kan, Minseo??,” Park jadi tengsin dan tahu apa maksud cubitan anak perempuannya itu.
“eww,” Minseo hanya menggerutu pelan.
Minho tertawa, dia akhinya memang jujur bilang kalau dia akan sangat serius kalau dia lulus dari sekolah SMA dan meneruskan ke universitas. Park dan Minho mengobrol sebentar di ruang tamu sedang Minseo hanya menemani mereka berdua.
Agak lama juga ngobrol sampai akhirnya Minho pamit pulang.

Sampai dia dirumahnya, ternyata dia masih iseng messenjer-an dengan Minseo.
“sudah tidur??,” katanya dengan fasilitas voice messenjer dan icon cinta.
“sudah mulai mengantuk,” balas Minseo dengan voice messenjer pula.
“ah.. ada yang ingin aku obrolin lagi.. sepertinya tadi ayahmu menyimpan sesuatu di depanku,” kata Minho, dia membaca keanehan sikap Park tadi.
“ah.. tidak kok.. kamu kenapa jadi perasa Minho?,” kilah Minseo.
“ewww.. ya sudah deh.. go to bed.. chu,” balas Minho dengan voice nya, lalu menutup percakapan mereka.
 “haaahhh.. aku harap kamu gak akan pernah tahu, Minho,” kesah Minseo, dia harus terus menyembunyikan kebiasaan dan kemampuannya agar Minho tidak tahu dan hubungan mereka berjalan terus.

Hari berlalu, Minseo dengan sengaja seperti menghilang dan sama sekali tidak menghubungi Minho. Hal ini membuat Minho jadi heran, bagaimanapu dia memang butuh Minseo untuk selalu mendukungnya kalau dia sedang tidak mood atau misalnya ingin ulangan atau yang berhubungan dengan sekolahnya.
“kemana sih Minseo?? Aku khawatir banget takut dia sakit,” keluh Minho mencoba berkali-kali hubungi Minseo tapi tidak bisa juga. Dia terus menghubunginya.
“ini sudah satu minggu lebih, galau banget deh,” keluhnya lagi dalam hati.
“apa. Handphone nya di curi??,” duga Minho, karena memang nomor seperti tidak berganti, tapi tidak juga diangkat.
Lama sekali Minho tidak bisa menghubungi sampai akhirnya dia kesal, menggerutu dan melempar Handphone nya sendiri ke dinding di dalam kamarnya. Lalu dia duduk sambil cemberut lama.
Ibunya masuk kamar, Minho masih diam saja.
“ini malam minggu, kenapa kamu tidak jalan dengan Minseo?,” tanya ibunya dengan wajah ramah karena lihat anaknya sedang cemberut, menekuk wajahnya jadi tujuh.
“tidak tahu dia kemana.. daritadi dihubungi juga tidak bisa,” keluh Minho sambil masih cemberut.
Ibunya berusaha menenangkan anaknya itu, dia mengambil Hp nya dan ditaruh diatas meja belajar,”sudah berapa kali Hp kamu banting? Nanti Appa kamu marah kalau Hp rusak lagi,”

Minho masih diam saja, dia benar-benar bete berat dengan Minseo yang dalam pikirannya sengaja tidak mau menghubunginya.
“kamu berantem dengan Minseo?,” tanya ibunya
Minho masih diam saja. Dia masih kesal, mulutnya masih cemberut dan menggerutu tidak jelas.
“kalau tidak mau Eomma diceritakan.. ya sudah,” ibunya lalu mencium kening anaknya dan berjalan keluar kamar.
Tapi Minho langsung mencegahnya,”tunggu dulu, Eomma..”
Ibunya menoleh dan duduk lagi disampingnya,”lalu..mau cerita apa??”
Minho menggenggam tangan ibunya,”Eomma.. suka lihat Minseo aneh tidak??”
Ibunya lalu berfikir dan sedikit mengenyitkan dahinya,”rasanya belum.. ada apa??”
“ah..enggak sih.. tapi akhir akhir ini aku merasa janggal dengan Minseo,” balas Minho.
“ada kejanggalan apa??,” ibunya penasaran. Dari beberapa hari lalu antara pembicaraan dia dengan suaminya terhadap anak mereka ini seputar pikiran mereka kalau Minseo bisa saja cinta Minho karena harta mereka. Karena Minho masih kecil boleh jadi dia hanya pikir Minseo cinta padanya.

“Minseo seperti cewek aneh,” kata Minho dengan pandangan serius pada ibunya.
“Eomma percaya gak??,” lanjutnya lagi.
Lalu ibunya bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi sehingga Minho bisa bilang Minseo aneh. Minho lalu bercerita kalau dua minggu lalu ketika mereka janjian di sebuah taman, dia melihat Minseo bicara sendiri. Seperti bicara pada seseorang tapi tidak ada wujudnya. Minho diam saja ketika melihat itu, membiarkan Minseo yang sedang menunggunya bicara sendirian. Sampai kemudian Minho puas melihat dalam-dalam pada pacarnya yang duduk membelakanginya, baru dia menyapa Minseo. Minseo tidak merasa aneh, tidak merasa dia sebenarnya sudah diperhatikan Minho sedari tadi.
“tapi.. kamu bertanya gak.. pada nya, kenapa dia bicara sendiri??,” tanya ibunya
Minho menggeleng,”Ani, Eomma.. aku lupa.. aku cuma kangen padanya, makanya lupa”
“terus.. apa lagi yang aneh dari dia??,” ibunya masih penasaran.
“Eomma perhatian tidak sama Minseo?? Sudah beberapa kali kan diajak diskusi dengan Appa masak dia bisa tebak ini itu usaha Appa??,”
“kalau itu sepertinya tidak aneh.. bukannya kamu bilang kalau dia memang hebat tebak-tebakannya??,”
“ah.. iya juga sih,” Minho menggaruk kepalanya, kebingungan.
Ibunya membelai poni anaknya,”pasti kamu galau karena Minseo dihubungi tidak bisa juga ya??”, lalu senyum pada anaknya.
Minho mengangguk,”sudah dua hari, Eomma.. “
“ke rumahnya.. kenapa enggak??,” bujuk Ibunya.

“kamu cinta banget ya dengan Minseo??,”
Minho mengangguk,”aku lagi menabung untuk belikan dia cincin”
Ibunya kaget,”apa?? Kenapa pikiran kamu begini?? Kalau Appa kamu tahu.. bagaimana?? Kan kamu harus sekolah, Minho.. kamu baru kelas 11”
“aku belum bilang Appa, tapi aku sudah janji dengan Minseo,” jawab Minho polos.
“aduh..,” kata ibunya mendadak galau dalam hatinya,”ini harus dicegah.. aku malah jadi percaya perkataan Huang Im.. mungkin saja Minseo ingin harta suamiku lewat Minho yang masih polos”
“kok Eomma melamun??,” tanya Minho. Ibunya langsung sadar anaknya memperhatikan ekspresinya.
“ah enggak.. Eomma merasa aneh dengan rencana mu berikan cincin untuk Minseo itu,” kilah ibunya.
Minho jadi pusing pasti ibu dan ayahnya akan menolak keinginannya.
Ibunya Minho berfikir berat,”aku harus diskusikan ini dengan Nampyeon (suami)”, katanya dalam hati. Sementara Minho akhirnya pergi menuju rumah Minseo.

Ketika dia pergi ke rumah Minseo, sama sekali dia tidak menemukan pacarnya itu. Tuan Park bilang anaknya sedang berada di rumah temannya tetapi tidak mengatakan dimana itu. Minho jadi tambah galau ketika dia bercerita pada Park tetapi ayah Minseo sama sekali tidak tahu soal itu. Dia pun pulang lagi, pikirannya kusut lagi.
“kenapa Minseo kok jadi tambah aneh?? Menghilang mendadak.. ada apa??,” pikirannya kalut, duduk sendirian disebuah tempat wisata gratis di pinggir sungai gemerlap malam itu.
Sementara Minseo ternyata berada di rumah salahseorang teman kerjanya yang baru. Dia sengaja menginap untuk cerita masalahnya dengan teman barunya itu.
“jadi manager ingin pindahkan kamu ke lain kota dan kamu takut pacarmu yang masih muda itu ngambek??,” kata teman barunya itu.
Minseo mengangguk,”aku belum ceritakan kalau aku harus pindah kerja. Aku sengaja mematikan Hp ku.. aku harus berfikir...apa aku harus terima pindah itu atau tidak,” katanya pada In Hee, temannya itu.
“pelik juga sih.. tapi.. kamu kan tau.. kepindahan ini untuk kenaikan karir mu.. jangan ditolak,” balas In Hee.
“ya.. aku memang ingin sekali karirku menanjak dan kebetulan manager percaya dengan kerjaku,” balas Minseo,dia bingung
“kamu beritahu saja dia pelan-pelan.. mungkin dia mau terima,”

Minseo bergumam,”dia anak anak sekali walau memang kadang dewasa.. aku rasanya gak tega kalau menyakiti perasaannya nanti.. dia janji aku harus tunggu pas dia lulus sekolah dan mau diberikan cincin,”
In Hee kaget,”apa.. anak semuda itu?? Wah.. hahaha.. lucu ya?? Antara anak-anak dan dewasa”
Minseo jadi malu dia cerita hubungannya dengan Minho pada temannya itu, tapi memang In Hee cuek sekali dan gak peduli soal seperti itu.
“ah.. aku juga pernah kok..dengan yang 5 tahun lebih muda dariku.. tapi akhirnya kami kandas.. karena dia masih seperti anak-anak banget dimataku,” In Hee mengenang kisah cintanya yang lalu.
“umm.. mungkin bisa jadi juga aku putus.. bernasib sama denganmu, hehe,” balas Minseo dengan tawanya.
In Hee lalu bertanya apa Minho tahu kalau Minseo punya kemampuan supranatural dan Minseo menjawab belum.
“suatu saat.. mungkin dia akan tahu dan kaget.. kenapa apa yang kamu ceritakan padanya benar semua,” ujar In Hee
“ya...dia tidak suka cewek yang aneh.. jadi mungkin ini bisa jadi alasan aku putus dengannya,”
In Hee bergumam,”umm.. kasian sekali dia kalau diputusin dengan cara itu.. bilang saja kamu akan pindah kerja.. mungkin kalian bisa hubungan jarak jauh”
Minseo berfikir kalau hal itu mustahil bagi Minho dan menurutnya saran dari In Hee kurang tepat.
“kalau memang kalian putus.. yah.. lebih baik kalau begitu..soal karir mu saja,” senyum In Hee
“besok aku akan katakan pada Minho.. lagipula.. seminggu lagi aku harus pindah,” Minseo jadi sedih juga dengan keputusannya, tetapi apa mau dikata, kalau dia menolak kenaikan karir nya, maka kondisi ekonominya akan berantakan.

Hingga akhirnya, esok siangnya, dia menelepon Minho sehabis cowok itu pulang sekolah. Mereka sengaja janjian ditempat yang tidak banyak orang namun Minseo tidak kehilangan kesempatan untuk mengatakannya. Akhirnya mereka sepakat bertemu di sebuah taman yang cukup sepi.
Minseo menunggu Minho, sebab dia bilang ada tambahan pelajaran untuk semua anak dikelas. Dia pun duduk di kursi taman sore itu.
“jadi.. selama ini kamu berada disini karena menunggu suamimu?? Kasian sekali.. sejak kapan??,” dia mendadak bicara sendirian tanpa ada wujud di depannya, ternyata dia bicara dengan seorang hantu wanita yang ditinggal suaminya ke medan perang dan tidak pernah kembali lagi.
“ya memang.. jaman goryo penuh dengan peperangan.. yah.. mungkin saat ini korea selatan masa yang paling aman,” senyumnya lagi pada hantu wanita itu.
“kalau kamu menderita.. aku bisa bantu kamu pergi.. tapi tidak sekarang.. sebab aku harus bicara sesuatu dengan Minho, namja ku,”
Minseo tidak tahu kalau Minho sudah ada disamping belakangnya, berdiri memperhatikan tingkah Minseo yang asik bicara tanpa wujud lawan bicara. Minho memperhatikan saja, sama sekali belum menyapa atau menyentuh pundaknya.
“ya.. Minho itu Namjachigu ku.. tapi... sekarang aku rasanya galau, aku harus pergi.. aku harus pindah ke kota lain supaya karir ku naik.. itu sebabnya aku gak hubungi Minho dalam beberapa hari ini,” senyumnya lagi pada hantu itu.
“aku harus selesaikan dulu masalah dengannya.. jangan sampai dia sedih.. aku gak bisa buat dia sedih,” katanya lagi.

Minho diam-diam duduk dibelakangnya lalu mendadak memeluk Minseo dari belakang,”kenapa?? Kenapa kamu ternyata aneh dan mau pergi dariku??”
Minseo kaget, ternyata Minho sudah sedari tadi dibelakangnya.
mian haeyo, Minho.. aku harus pergi,” katanya dengan wajah sedih, masih membelakangi Minho.
wae??aku tidak mau ditinggal kamu,” kata Minho sedih. Minseo tahu dia sensitif sekali dan mungkin setelah ini, Minho tidak akan pernah lagi mau menyapanya karena tersakiti jika dia minta putus.
Minho masih lama memeluknya dari belakang, dia malah menyandarkan kepalanya pada leher Minseo.
“kalau kamu pergi.. gak ada yang buat aku semangat,” katanya lagi. Minseo diam, dia harus mencari kata-kata yang tepat untuk cowok itu supaya tidak down.
“tiga hari ke depan.. aku harus pergi ke lain kota,” jawab Minseo dengan nada datar.
“kenapa?? Kamu kerja saja dengan Appa ku ya??,” kata Minho memelas, dia sudah mulai takut banget kehilangan Minseo.
“aku ditugaskan ke lain kota supaya aku bisa naik karir dan memang mereka membutuhkan aku disana.. lagipula.. aku ini aneh.. kamu sudah lihat kan.. tadi aku baru saja bicara dengan hantu??,” Minseo meminta Minho melepaskan pelukannya dan mereka duduk berhadapan, lalu dia senyum pada Minho. Minho diam saja.
“aku minta maaf.. tetapi kalau kamu masih kangen dan mau ngobrol denganku.. kamu bisa telepon aku, Minho,” katanya lagi. Minho masih diam. Dia sensitif sekali, dalam hatinya sedih, marah, kecewa Minseo memutuskan sepihak.

“keputusanmu sepihak.. padahal aku sudah mulai menabung supaya kamu bisa dapat cincin dariku,” jawab Minho datar.
“aku harus segera pindah, Minho..,” balas Minseo dengan senyum.
“alasan kamu saja juga kan.. tadi kamu bicara dengan hantu??,” tanya Minho lagi, intonasi suaranya naik dan kekecewaannya mulai muncul.
Minseo senyum,”Ani, Minho.. ini sungguhan.. kamu pernah bilang padaku kalau kamu tidak suka cewek aneh.. sebenarnya tadi yang kamu lihat barusan memang.. aku ini aneh,”
“ya.. kamu aneh.. kamu aneh dengan memutuskanku sepihak,” balas Minho jutek. Wajahnya sudah menunjukkan ekspresi kekecewaan yang dalam.
Dia lalu berdiri,”lalu.. aku harus bagaimana.. putusin kamu.. gitu??”
Minseo jadi ikutan berdiri juga,”begitulah... cukup jadi teman saja.. dan.. kalau kamu butuh bantuanku.. aku bisa membantumu.. ,”
Minho langsung cemberut, marah, dia jadi mengungkapkan kekesalan dirinya pada Minseo panjang lebar seperti perempuan yang cerewet.
“kamu benar-benar gak ngerti perasaanku. Kalau memang kamu ingin sekali putus, aku gak mau lagi bicara denganmu.. kamu curang, Minseo.. “,
“aku minta maaf kalau aku menutup diri soal kemampuanku bicara dengan hantu, Minho.. aku takut kecewa ketika kamu tahu ini..,” jawab Minseo
“ya.. kamu curang.. dari awal sebenarnya aku sudah curiga kalau kamu banyak sembunyikan rahasia padaku.. tapi kamu mengelak terus.. kamu sudah bohong padaku, Minseo,” ujar Minho ketus. Kakinya menjejak dengan kuat ke tanah, menahan marahnya.
“ya.. kalau begitu.. kita putus saja.. aku minta maaf sekali,” Minseo malah menunduk hormat pada Minho.
“kalau mau lupakan aku karena aku sudah berbohong padamu.. lupakan saja.. aku rela,” tambahnya lagi.
Minho benar-benar kecewa. Wajahnya murung, marah, tapi dia tidak bisa memukul Minseo atau benda apapun disekelilingnya.
“bye,” kata Minho singkat, lalu dia meninggalkan Minseo, menuju motornya yang dia pakirkan dekat dengan taman itu.
Minseo hanya senyum dan diam saja ketika Minho berjalan membelakangi dan meninggalkannya. Sebenarnya dia juga sedih karena sudah sayang dengan cowok itu, tapi terpaksa harus pergi meninggalkannya.
tto bwayo, Minho.. pada suatu waktu nanti.. kita akan bertemu kembali.. aku yakin itu.. hanya saja.. aku menunggu usia mu sampai bisa menerima aku apa adanya.. maaf kalau selama 6 bulan ini aku bohong padamu tentang diriku..,”

Minho terus berjalan kecewa dengan sikap Minseo padanya, hari itu hari pahit baginya. Setelah 1 minggu tidak ada kabar dari Minseo, dia malah minta putus. Dia lalu ngebut mengendarai motornya pergi kembali ke rumahnya.
Sampai dirumah, dia langsung masuk kamar dan menendang apapun yang ada di kamar, sehingga kamar berantakan. Koleksi mainan nya dia keluarkan semua dari lemari, ditumpahkan keluar, berantakan semua barang dikamarnya seperti kapal pecah.
Dia lalu duduk menangis melihat foto dia dan Minseo yang saling berangkulan, di depan meja belajarnya.
wae.. Minseo.. wae?? Dangsin salanghae.. kenapa sih kamu putuskan aku?? Huhuhu,” dia benar-benar menangis. Ditutupnya wajahnya menahan tangis sore menjelang malam itu.
“kamu curang, kamu curang, Minseo.. huhuhu,” katanya lagi. Dia duduk di kursi belajarnya, memandang foto yang manis itu.
Lalu dia lempar ke dinding,”POKOKNYA AKU BENCI KAMU, MINSEO!”
“PYAR!,” bingkai foto pecah berantakan dilantai.
Minho menaruh wajahnya di atas meja belajar, pikirannya sungguh kusut diputusin Minseo. Jam-jam dia lalui hanya menaruh wajahnya diatas meja itu, dia tidak peduli sampai akhirnya tertidur sendiri di meja belajar.
Sementara Minseo pulang juga dengan sedih, dia juga melihat foto dia dan Minho yang memakai kaus couple sedang tertawa dan Minho mencium pipinya sambil tertawa ceria.
mian haeyo, Minho.. sungguh..aku minta maaf.. aku sungguh harus pergi,” katanya mengelus foto itu, lalu air matanya keluar tetes demi tetes. Dia berdiri, menuju koper dan memasukkan foto itu ke dalam koper yang akan dia bawa dalam waktu dekat ke kota lain bersama dengan baju dan peralatan kerjanya.
Dipandangi lagi foto itu dengan senyum sebelum dimasukkan ke kopernya,”Minho salanghae.. tetapi.. untuk sementara kita pisah dulu ya, sayang ku?? Suatu saat, ketika kamu sudah dewasa lagi.. aku selalu yakin kamu cintaku.. kita akan bertemu lagi”

Tiga hari ke depan berlalu, saat Minseo pergi dari Seoul pun tiba. Dia pergi ke kota lain dengan pesawat pagi. Langit biru cerah menemani kepergiannya pagi itu. Dia senyum kepada matahari saat dia berjalan menuju hanggar pesawat.
tto bwayo.. see ya again, Minho.. i love you.. aku berjanji akan kembali lagi ke Seoul dan kita akan bersama lagi..saat kamu sudah dewasa dan aku semakin cinta padamu”
Dan.. di ruang kelasnya.. Minho duduk sambil melamun saja walau guru sedang menerangkan pelajaran..
“Minseo curang.. Minseo jahat,” tangisnya dalam hati, dia patah hati.


Bersambung ke part 10...