Seminggu
pulang berkeliling Bali dan Lombok, Minho dan
Rima akhirnya kembali ke Bekasi. Minho
harus siap lagi tangani perusahaan dan berhubungan lagi dengan Tina, sekretarisnya.
Seperti biasa, sikap Tina biasa saja tanpa ada masalah atau terkesan membenci
boss nya itu.
Minho memperhatikan gerak gerik Tina
ketika bekerja, dari pagi sampai siang, dia tidak menemukan hal yang mencurigakan.
Dia lalu chatting dengan Kwon.
“memang seperti tidak ada yang mencurigakan..
apa kita salah sasaran??,”
ketik Minho di chatnya pada Kwon.
Kwon pasang icon heran,”dari kemarin aku
ngobrol dengannya juga biasa saja... cuma memang baru hal-hal ringan yang kita
obrolin sih... hobi, hang out, nonton”
Minho menggerutu, dianggapnya hal itu lama
menarik kesimpulan, sementara isterinya sudah khawatir.
”aku mendapatkan sms aneh waktu malam
pertama,” ketik Minho lagi.
Kwon bukannya serius malah
tertawa,”mungkin hantu juga suka dengan mu”
”shut
up.. ini serius,” balas Minho dengan tambahan icon marah.
“okay..
okay.. apa isi sms itu??,” tanya Kwon, dia penasaran juga akhirnya.
Minho lalu mem forward semua sms yang dia
dapat ketika malam pertama itu. Lalu dia juga memforward sms-sms lain yang
setiap hari dia dapatkan.
”kamu sama sekali tidak pernah berhubungan
dengan cewek ini kan??,”
”Ani,” ketik Minho,”hanya saja.. darimana dia
tahu nama ku, no mobile ku dan juga nama Rima dengan lengkap.. aku khawatir Rima akan tahu semua isi sms
ini,”
Padahal sebenarnya, Rima sudah tahu dari
awal tanpa Minho tahu.
”jangan-jangan isterimu itu sudah tahu
yang sebenarnya,” duga Kwon tanpa basa basi.
Minho hanya bergumam, dia memang mengarah
kesana dan seperti ini jadi buat dia berfikir berat lagi.
”aku tidak mau dia berfikir keras,” ketik
Minho
”okay kalau begitu..aku ada rencana lain,”
jawab Kwon dalam ketikan pula. Kwon lalu cerita kalau dia punya rencana
memindahkan Tina menjadi sekretaris pribadinya dan Minho tukeran sekretaris
dengannya.
Minho malah tidak terlalu suka dengan rencana
Kwon karena dia pikir bisa saja nanti Tina curiga kenapa ada pemindahan segala.
Minho tetap ingin perempuan itu jadi sekretarisnya, hanya saja Kwon lebih romantis
dengannya sehingga bisa lebih menarik dia.
”menurutmu.. apa yang dia cari jika memang
orang itu adalah Tina??,” tanya Minho.
”mungkin perusahaan ini?? Kita baiknya
caritahu juga sebab yang lain,” jawab Kwon.
”perkembangan terakhir perusahaan ku
disana??,”
”baik.. selama kamu tinggal.. aku ada
laporan tersendiri nih... hanya saja, paman Il Sung memang sedang susun rencana
tambahan untuk promosi baru lagi,”
Minho agak sedikit tenang, lalu,”hari ini..
datang ke sini.. kita harus
meeting pekerjaan.. Appa
ingin laporan baru lagi terutama usaha baby product,”
Kwon mengangguk saja. Mereka akan bertemu
siang itu untuk meeting perkembangan usaha.
Minho lalu menelepon Rima bertanya apa
pasangannya itu baik-baik saja siang itu.
”Tidak perlu sampai menyewa body guard
untuk ku, Minho.. untuk apa?? Lagipula, aku kan hanya dirumah saja,” Rima tidak
ingin Minho membuang uangnya begitu saja, dia menganggap dirinya bisa menjaga
diri.
”hunny..it’s not easy to face psychopath .. I
am afraid you’ll be in danger again,” Minho
masih ngotot ingin isterinya itu selamat.
“aduh…Minho eni kok jadi khawatiran banget sih??,” keluh hatinya
Rima.
“no... i am gonna be safe,” balas Rima
“last time
you were worried about me.. but when i care about you.. it seems that you dont
notice my attention to you,” Minho jadi
sensitive. Seharusnya Rima sudah hafal wataknya semenjak dulu kenal.
”ya, I know.. today.. I am gonna go to my
home for some hours...may i??,” dia meminta ijin pada Minho
pergi ke rumah beh Hamid, orangtuanya. Ingin jenguk mereka setelah 2 minggu
lebih tidak kesana juga.
”eww.. I dont like.. later with me.. just
stay home..or..ask Bapak babeh to come to us,” Minho
tidak suka kalau Rima tidak pergi sama dia. Cemburunya keluar kalau lihat cowok lirik isterinya jalan.
Rima hanya bisa mengeluh kadang dengan
kelakuan Minho yang masih terkesan anak-anak.. yang kadang keluar rumah saja,
harus ijin dulu, walau hanya lewat sms.
Setelah bete nya selesai di telepon Minho,
dia ngobrol dengan Suminah.
Suminah jadi tertawa dengan gaya mereka yang
lucu,”Mister memang begitu Mbak Rima.. eh Nyonya gitu...”
”aku jadi gak betah disini, Bi Sum.. apa
apa dilarang,” Rima mengeluh.
”Mister kan ingin Nyonya baik-baik saja
gak dicelakai orang.. nanti
kalau dicelakai orang bagaimana??,”
”aku gak bisa belanja.. Minho enggak mau
aku keluar, Bi Sum,” keluhnya lagi. Rima memang patuh banget apa kata Minho.
Kalau gak boleh keluar rumah, dia gak akan keluar rumah, apalagi pergi
jauh-jauh. Sementara digerbang sudah ada 2 oang yang menjaga rumah mereka.
Otomatis kalau dia keluar, pasti dua orang itu akan lapor Minho dengan segera.
Suminah lalu minta ijin keluar untuk
belanja bahan makanan masak sore dan malam itu tanpa bersama Rima. Dia mengijinkan
saja Suminah keluar.
Tinggal dia bersama dua penjaga itu. Rima
duduk saja di depan sambil lihat bunga, apa ada yang perlu di rawat atau tidak.
” ngebosenin juga aye dimari.. banyak diemnye..
biasanye minggu ngajarin anak-anak kampung pada silat.. sekarang aye malah jadi
gemuk deh”, keluhnya di teras rumah. Dia hanya bisa lihat beberapa orang lalu
lalang lewat depan kompleks rumah Minho.
”Nyonya kok enggak masuk ke dalam??,” kata
salah seorang penjaga.
Rima cuma senyum garing, dia menebak pasti
orang suruhan Minho itu menyuruhnya masuk rumah lagi, padahal dia lagi bete.
”yang suruh kalian pasti Tuan Lee Kwon Yun
ya??,” kata Rima basa-basi, mereka mengangguk.
”memang kalian gak takut kalau nanti ada
yang macam-macam??,” pertanyaan Rima jadi pura-pura bodoh.
Satu dari mereka yang berbadan tinggi
besar dan kulitnya coklat tua langsung tertawa,”kan sudah tugas kami, Nyonya..”
Rima melihat pistol yang ada dipinggang
mereka,”oh.. gak sembarangan orang-orang eni,” katanya dalam hati.
”sebenarnya aku mau kalian pulang aja,”
kata Rima.
Mereka kaget,”wah.. jangan begitu, Nyonya..
nanti kami dimarahi Tuan Lee,” maksud mereka adalah Minho.
”enggak... suamiku gak marah,” jawab Rima
kalem.
”enggak ah, nyonya.. ini kan tugas... kata Tuan Lee Kwon, seisi rumah ini
harus dijaga”, jawab mereka.
”ya sudah.. selamat tugas.. saya masuk
dulu,” ujar Rima dengan senyum,” nanti kalau mau makan...Bi Suminah sudah
sediakan”
Dia lalu masuk rumah, bete lagi, hanya menonton
tivi.
Menjelang sore, Minho meneleponnya lagi
sehabis meeting.
”sayang.. baik-baik saja kan??,” katanya.
”umm.. iya.. kerjamu??,” Rima basa basi
sendiri.
”hari
ini sukses.. thanks God.. Bapak Babeh tidak pergi ke rumah??,”
Rima menggeleng meniadakan. Karena memang
sebenarnya dia yang mau ke rumahnya, bukan beh Hamid yang harus ke rumah
mereka.
”sunday.. we’ll go,” hibur Minho pada Rima yang sedang
bĂȘte-betenya.
”tunggu aku dirumah ya.. segera.. love you..chu,” lanjutnya menutup
telepon.
Minho membayangkan sore itu habis kerja
dia bisa mesra-mesraan dengan Rima. Sementara Il Sung dan Kwon sedang bicara
soal meeting tadi.
”Hyeon menyuruhku lebih mengawasi Minho.. kamu gak lupa kan.. dia suruh anaknya pulang??,”
kata Sung pada Kwon.
”ah.. si Minho pasti lupa.. paman Hyeon
juga pasti sibuk disana,” balas Kwon.
”alasan si Hyeon saja.. supaya Minho gak
bisa lama disini,” Sung membuka-buka laporan Kwon,”waktu itu kan dia masih
tidak suka dengan menantunya itu.
”apa sekarang masih tidak suka juga,” tanya
Kwon
Sung menggeleng,”terakhir dia menyerah..
tapi tidak tahu nanti”
”laporanmu bagus.. secara pekerjaan, kita gak ada masalah,” katanya
lagi.
”bete tidak.. apa-apa sekarang dengan body
guard??,” tanya Kwon, iseng.
Sung mengangguk,”Ye.. aku gak bisa dugem”, sambil masih melihat laporan.
Kwon malah tertawa,”dasar memang si Minho
curang hahaha”
”dia masih jadi orang yang panik..lihat
saja Rima.. jadi sasarannya...tidak boleh sama sekali kemana-mana,” kata Il Sung.
”padahal isterinya itu jago silat,” timpal
Kwon
”ah sudahlah.. sekarang ini kamu harus tingkatkan
sales mu nih.. ada yang kurang.. aku pikir rasa pisang bisa meningkatkan penjualan..
ternyata malah strawberry...aneh juga,”
Kwon
tertawa,”ah...yang penting naik.. eh
lalu.. apa paman sudah
pertimbangkan mau menyelidiki Tina??”
”kamu saja..aku tidak tahan..aku lebih
suka Minho pecat saja langsung,” jawab Sung,santai.
”itu kan karena paman memang tidak suka yang
ribet,” ujar Kwon,”selama aku 2 minggu lebih ini bersama dia, biasa saja”
”mungkin kamu harus tinggal sama dia,”
celetuk Sung
”what??,” Kwon kaget, gak sangka pamannya bisa
punya ide gila seperti itu.
”ya...bedanya kamu dan Minho kan begitu..
juga beda isterinya dengan Tina itu,” balas Sung,”pendekatannya juga pasti
beda”
”wah...gak bener nih, hahaha,” Kwon malah
jadi agak gak enak hati, Sung memang kenal dia sebagai playboy.
Il
Sung malah tertawa,”loh.. kalau
memang mau banyak tahu rahasia dia.. ya kamu tinggal dengannya”
Kwon jadi berfikir,”masuk akal juga,”
katanya,” nanti coba aku bujuk dia.. sepertinya dia bukan orang yang gampang dibujuk”
”mana kamu tahu kalau kamu tidak coba??,”
tanya Il Sung
Kwon bergumam,”umm.. aku harus berfikir...
masalahnya, adakah orang lain yang dibelakangnya?? Atau memang hanya dia saja
yang benci dengan Minho??”
”caritahu dulu..jangan ambil kesimpulan sendiri,”
Il Sung memukul kepala Kwon.
Di rumah Minho..
”hari ini elu gak jadi ke rumah?,” Beh
Hamid telepon Rima, sebab anaknya itu memang sudah janji mau ke rumah di Setu.
”aye minta maaf Beh.. Minho gak ngijinin
aye pegi,” jawab Rima sedih
”Lu ribut lagi ame die??,” tanya beh Hamid
penasaran
Rima menjawab tidak, dia lalu cerita kalau
rumah sekarang di jaga dua orang supaya mereka ama. Beh Hamid tertawa-tawa saja
karena dia aggap anaknya seperti orang kaya saja, pakai dijaga segala. Rima
lalu cerita kalau dia juga sebenarnya tidak mau seperti itu, tetapi Minho tetap
memaksa dan takut dirinya kenapa-napa.
”pake gak pake badi guar gak ngaruh kan ke
lu??,” tanya Beh Hamid lagi.
Rima menggeleng,”kagak, Beh.. cuma aye ngehormatin
Minho aje deh,” keluh Rima.
”gue
emang sempet curige ade musuh dalem selimut.. tapi sape ye??,” ujar Beh Hamid
penasaran. Dia memang jauh sebelum
itu, pernah mengira kemungkinan memang ada orang yang gak suka Minho lalu sengaja
mencari kesalahan agar Minho celaka sehingga dia akan tunduk pada penjahat itu.
”mereka masih curiga ame sekretarisnye Minho
nyang sekarang ntu, Beh.. Tina,” jawab Rima
”ah.. kalu curiga gitu.. ya pecat aje..
susah amat,” balas Beh Hamid.
”aye kangen enyak deh, Beh.. ,” Rima jadi
seperti anak manja pada ayahnya sendiri.
”iye gue ngerti.. lu pasti disono kesepian
banget kalu si Minho gawe,” ujar Beh Hamid. Rima mengangguk mengiyakan, apalagi dengan ada
bodyguard ini, benar-benar dia merasa dikekang.
”kalu emang malem-malem mereka pulang, pan
lu masih bise mesra-mesraan begono ame si Minho,” Beh Hamid jadi ngebecandain anaknya
sendiri
”ih Babeh.. eni serius banget, Beh.. aye
gak nyaman bener.. pengen banget nyambang ke rume tapi Minho bilang minggu baru
bisanye,”
”lu turutin aje ape kate die.. ngambek
ntar gue bingung ame tu orang.. lu
kudu ati-ati.. gua tetep rasanya kagak teteg bener ni ari.. kagak tau napa??
Perasaan gua kagak enak ati,” ujar Beh Hamid
”ih.. Babeh jangan gitu.. aye juga kagak enak
ati ari eni Beh.. makanye pengen ke rumah aje bawaannye,” balas Rima.
Beh Hamid lalu minta anaknya itu tetap
waspada, siapapun itu orangnya nanti. Tina atau bukan, sebagai orang yang punya
ilmu beladiri sebaiknya kewaspadaannya tinggi. Beh Hamid terus menasihati
anaknya itu, semuanya, mulai dari hubungan baik dengan Minho sampai soal
terakhir.
”padahal si Hasan ame si Topik udah kagak
bahas-bahas lagi nyang beginian.. pan lu bilang kalu udah kagak mau dibawa bawa lagi ke polisi,” kata Beh
Hamid.
Rima mengatakan kalau yang masih
memperpanjang urusan memang dari pihak Minho, apalagi pas tahu kemarin-kemarin
itu Kwon hampir jadi korban sasaran pembunuhan. Sebenarnya Beh Hamid jadi
khawatir juga.
”jaga diri lu ye.. jangan bantah laki lu,”
kata Beh Hamid sebelum menutup teleponnya.
Minho pulang sore itu seperti biasa, Rima
sudah menyambutnya dengan manis di depan pintu.
”Sore..
I am home,” senyum Minho
padanya, lalu mencium pipinya.
“they must go home,” kata Rima. Dia ingin
dua body guard itu pulang karena memang sudah jam tugasnya selesai. Dia membantu Minho mengganti pakaian dan
membereskan diri.
Minho lalu keluar dan bicara dengan
mereka, tak berapa lama, mereka lalu pulang.
Sore itu berjalan seperti biasa, Minho
mengajak jalan Rima seputar kompleks itu, karena seharian penuh Minho kangen banget
dengannya.
Mereka berjalan ke taman yang dulu Rima
sering jalan sewaktu dia sakit. Mereka saling menggenggaman tangan. Minho bahagia banget hari itu dia bisa
pulang lebih cepat dari yang dia bayangkan. Dia merangkul Rima dengan mesra.
”seeing kids playing around here makes me wanna
make children soon, hehe,” candanya pada Rima.
Rima
hanya mengelus pipinya. Minho jadi cowok manja
kalau sudah bersamanya.
Mereka
memang sedang melihat banyak anak kecil bermain di taman itu bersama dengan
orangtua atau pembantu.
“ah..
she’s the one you ever met when you were
sick,” Minho tiba-tiba teringat seorang anak
kecil yang sempat menghiburnya dulu waktu Rima sakit. Dia menghampiri anak
cewek kecil itu dan pembantunya.
”come
here,” katanya pada Rima, lalu Rima pun ikutan mendatangi mereka.
Ternyata anak kecil itu-cheryll- masih
ingat dengan Rima ketika dia menghampirinya.
”aku kan tahu tante yang waktu itu sakit..
aku cheryll,” kata anak itu ramah.
Rima langsung ramah padanya,”Oh ya?? Aduh maaf kalau tante lupa.. jalan-jalan yuk??”,
katanya lalu membawa sepeda cheryll mengelilingi kompleks. Sementara Minho ikut
di samping mereka.
Tapi ketika jalan dikompleks itu, perasaan
Rima jadi berbeda.
”what’s going on... dizzy??,” tanya Minho heran
Rima
menggeleng,” no.. just feel something’s
weird??”. Dia memang merasa
heran.
”kenapa??,” Minho jadi ikutan heran.
Rima lalu berbisik pada Minho,”umm.. apa.. orang yang di belakang kita itu...aneh??”
Mereka melihat dua orang mengendarai motor
di belakang mereka. Minho tidak merasakan keanehan itu.
Rima santai saja masih mengajak cheryll
jalan dengan sepeda kecilnya itu. Tapi dia tetap curiga karena kedua orang itu
ada di belakang mereka.
Mereka lalu menghampiri,”maaf.. numpang tanya.. kalau blok B3 itu ada dimana ya??,”
Sama sekali kedua pengendara motor itu
tidak membuka helm nya. Rima
jadi makin curiga. Dia tetap ramah saja.
”oh.. itu bloknya ada lurus saja.. nanti
ketemu portal, belok kanan lalu itu bloknya,” jawab Rima ramah.
”that’s our block, isnt it??,” Tanya Minho.
Rima hanya mengangguk. Setelah berterima kasih, kedua orang itu
pun pergi.
Mereka tetap bercanda dan mengajak cheryll
jalan-jalan sampai puas.
”orang itu tidak aneh,” kata Minho ketika
mereka kembali duduk di taman.
Rima mengangguk saja, dia sudah puas main
dengan cheryll dan anak itu pun pulang dengan pembantunya. Suasana taman sore
menjelang magrib itu sudah mulai sepi.
”lalu...kamu merasa aneh karena apa?,” tanya
Minho
”tidak tahu.. ah..mungkin karena aku masih takut.. kamu dicelakai orang.. sehabis
peristiwa hampir terbunuhnya Kwon,” balas Rima
”eh.. enggak boleh ya.. nanti dilihat orang,”
kata Rima dengan agak malu-malu. Minho
cuma tertawa, dia lalu merangkul Rima.
”hey.. if i will go to Korea .. you must follow me.. stay
there,” katanya
“well.. I should follow wherever you are,”
balas Rima senyum.
“but not to hell, hehehe,” canda Minho lagi,”wish..
we could be like this forever.. inside and after my hectic day in office.. i
feel like in lake with very fresh water with you,” senyumnya lagi pada
Rima.
“thank you.. aku cinta Minho,” jawab Rima dengan senyum juga.
Sebenarnya dia kepikiran banget dengan sms dan telepon dari cewek yang beberapa
minggu lalu mengganggu pernikahannya.
”Minho.. ,” katanya memulai permbicaraan
serius ketika mereka makan malam.
”ya??,”
”who is... a woman that.. last time sent you
text??,” akhirnya dia berani bertanya juga.
“I dont know.. perhaps she is just a
disturber,” balasnya.
“kamu.. tidak cinta perempuan lain kan??,” tanya Rima dengan
suara pelan dan agak ragu.
” no.. i just love you.. I know that you must
be so anxiety with that text.. but believe me.. I dont make any relationship at
all with her.. I dont know who she is,” jawab Minho
dengan wajah serius.
Rima
memandangnya agak lama.
”i am very anxiety with our marriage, Minho ,” katanya dengan wajah tegang.
“I understand,” balas Minho ,”please believe me.. I am not that kind of
a betrayer,”
“if she disturbs us again.. I wont hesitate
to report it to the police..,” katanya lagi.
“I am just worry a lot about you,” jawab
Rima
“dont be afraid,” ujar Minho
lagi. Mereka menghabiskan malam
bersama lagi.
Dibelakang rumah, Suminah ngobrol dengan
Suryanto.
”dari tadi pagi itu Nyonya kawatiran banget,”
katanya pada Sur.
”Mister juga sebenernya begitu Bu ne.. dia
tadi ngobrolin soal Mister Kwon yang hampir di bunuh itu,” kata Sur.
”elah dalah.. dadi ribet gini yo, Pak..
dadi ngeri aku,” kata Suminah lagi. Mereka tidur di kamar belakang yang memang
khusus untuk pasangan itu.
”galau bener dua duane, Bu ne..moga-moga
ora ono opo opo sing bahaya,” tambah Sur.
”kasian kan Mister.. dia jauh dari orangtua
ne.. dadi ya dia kudu ati-ati
yen ono masalah,” kata Sum
Sur mengangguk,”aku kayak dapet firasat Bu
ne.. tapi enggak tahu iku
opo..”
”wes..
doa wae, Pak ...,” balas Suminah. Mereka lalu tidur setelah Sur mengecek semua
sudut apa sudah dikunci atau belum.
Sementara Minho justru sibuk dengan
membaca buku dan Rima masih saja terjaga menemani dia di kamar.
”tonight feels so quiet,” kata Minho tiba-tiba, dia melipat bukunya. Aneh memang, malam itu rasanya terlalu tenang dengan
udara yang rasanya tidak biasa. Padahal walau biasanya di kompleks itu memang
ada beberapa orang security yang berkeliling, tetapi hawanya tetap berbeda.
Rima mendekat padanya,”wanna sleep??”
Rima
hanya tertawa kecil melihat tingkah Minho
seperti anak kecil. Mereka lalu tidur.
Rima
bangun tengah malam itu.
”aneh…enggak biasanya banget ada suara anjing..
atau aye aja yang lagi pikirannya bingung??,” dia mendadak bangun seperti
mimpi.
Pikirannya langsung melayang ke depan pintu,”seperti
ada orang!”
Dia menyibak selimutnya dan bangun. Minho
ikutan jadi bangun juga.
”ada apa sayang?,” katanya sedikit mengucek
mata.
”ah... nothing.. aku..mau minum,” jawab Rima, tapi dia pakai
kerudungnya.
Minho jadi heran,”untuk minum pakai scarf
mu??”, dia malah jadi berdiri dan memeluknya,”habis minum.. tidur lagi ya??”, katanya dengan suara manja.
Rima tertawa kecil dan mengangguk. Dia menyembunyikan
perasaan tidak enaknya terhadap situasi malam itu.
”jangan lama-lama,” kata Minho dengan
suara manja.
Rima mengangguk dan keluar kamar.
”perasaan aseli enggak enak banget yak,”
dia hanya bergumam.. dilihatnya jam sudah pukul 1 pagi.
Dia diam saja di depan meja makan. Minho
teriak dari dalam,”Rimaaa...aku mau tidur lagi”, dengan suaranya yang manja.
Tapi dia tidak memperdulikan apa kata
Minho.. malah pergi melihat jendela luar.
”sepi sekali,” katanya dalam hati sambil
memandang keluar dari jendela.
”kenapa sepi sekali ye??,” katanya lagi
masih bergumam.
Minho keluar kamar, dia memeluk Rima,”kenapa??
Just had a nightmare??”
Tapi lagi-lagi Rima hanya menggeleng..
membuat Minho bete karena dia tidak cerita sama sekali padanya apa yang
terjadi. Mereka memandang jendela depan.
Minho lalu melepas pelukannya dan pergi ke
kamar tidur lagi,”I’ll wait for you”,
katanya setengah bete.
Rima terus memandang jendela cukup lama.
”ada yang aneh??,” katanya dalam hati penuh
curiga, dia semakin intens melihat luar jendela.
Tiba-tiba.. dia lihat 3 orang meloncat
dari luar ke dalam pagar depan rumah, dia sangat kaget,”RAMPOK!”, teriaknya.
Minho mendengar teriakan isterinya langsung
bangun dan keluar dari kamar lagi,”ada apa??,” katanya sambil memakai baju
tidurnya.
”Robbery.. call securities!,” teriak
Rima.
Dan benar saja.. tiga orang itu langsung
menggedor masuk.. pintu berhasil dijebol!
Minho kaget, dia takut dengan parang terhunus
yang sangat mengkilat itu. Tiga orang itu menutup kepalanya semua, yang
terlihat hanya mata.
”siapa lu??,” kata Rima berteiak lantang
Suryanto dan Suminah keluar dari kamar
belakang.
”aduh.. ono opo kie??,” teriak
Suminah
”RAMPOK..
RAMPOOK..!!,” teriak Suryanto
”DIEM LU SEMUA!,” teriak salahsatu dari
mereka,”MATI LU KALAU TERIAK!”
Minho gemetaran, dia diam-diam memencet Hp
yang ada di kantongnya tanpa sepengetahuan mereka. Hp terhubung pada security
depan.
Rima berusaha santai, dia diam saja.
Tiba-tiba salahsatu dari 3 orang bertopeng
itu menyerang Minho dengan parangnya..
Tetapi Rima langsung ada disebelah Minho
dan menangkap gagang parang yang dipegang orang itu dan langsung memelintirnya,
menjatuhkan parang itu.
”PRANG!,” suara parang terjatuh da suara
cowok yang menyerang itu agak meringis karena tangannya dipelintir, lalu Rima
langsung menendangnya.
”Hadepin gue kalo lu berani!!,” teriak
Rima.
Minho kaget lihat isterinya seberani itu
melawan mereka. Dia takut
isterinya luka sebab memang belum sembuh benar dari trauma pasca penusukan di
depan kantornya.
”If you want our money.. I’ll
give it... Dont Kill us please!,” Minho langsung teriak minta stop dan kalau memang mereka ingin harta mereka, silahkan ambil
”Banyak Bacot lu Korea sialan!!,” teriak
salah satu dari mereka.
Suryanto langsung menghampiri dekat Rima,”
nyonya.. udah jangan... bahaya,”
”gua tahu lu semua mau bunuh laki gua.. bukan gua atau yang lain!,” Rima teriak
sekali lagi dengan logat betawinya.
”kemari lu semua.. gua kagak takut cuma sama golok!,” tambahnya lagi
”main main ni perempuan.. bunuh sekalian!,”
teriak salahsatu dari mereka.
Suryanto kaget mendengar itu, Suminah
teriak teriak minta tolong, tapi tampaknya kompleks itu memang sepi dan tidak
ada sama sekali orang yang berusaha keluar rumah menolong di dini hari itu.
Mereka bertiga jadi malah menyerang Rima.
Rima malah mendorong tubuh Minho hingga jatuh supaya tidak dekat dengannya.
”Sur, bawa Tuan jauh-jauh!,” teriak Rima.
Rima mengambil parang salahseorang dari
mereka yang tadi dia jatuhkan.
”Berani lu sama gue.. lu pikir gue takut
hah??,” katanya menggertak mereka.
”Rima..
stop!,” Minho
ingin maju, tapi dicegah Suryanto
“Mister,
jangan bahaya.. nanti kena!,” ujar
Sur dengan wajah panik dan ketakutan lihat parang mengkilat. Sedang Suminah
gemetaran badannya melihat itu semua.
“No, Sur… she’s my wife!!,” teriak Minho , dia galau, takut isterinya celaka.
“aduh..piye
iki aku gak iso berantem,” ujar Sur, dia juga ketakutan
“Maju lu..!,” Rima malah menantang mereka
dengan berani
”RIMA..
STOP.. I TOLD YOU.. PLEASE
STOP!,” Minho teriak ketakutan, tidak ingin isterinya itu luka.
”Ciat!,”
tiga orang menyerang dia.
“O
GOD!,” teriak Minho lagi. Dia hanya
bisa terpaku dan air matanya keluar disebelah Suryanto dan Suminah yang melihat
Rima sendirian melawan dua orang berparang dan satu tidak. Wajahnya sangat
ketakutan dan tegang, dia langsung masuk kamar dan menelepon security.
Salah seorang dari 3 orang yang berusaha
merampok mereka itu berlari ingin mengejar Minho, Rima langsung menghadang dan
melukai tangan lelaki bertopeng itu.
”ARGH!,” cowok bertopeng itu menjerit lengannya
kena luka dari parang yang Rima gunakan.
Darah
berceceran dilantai.
”Hurry up.. lekas.. robbery di Blok 3 no 8!,” teriak Minho
ditelepon pada security, suaranya benar-benar tegang dan gemetaran.
”right
away.. baik, Sir!,” jawab security.
“Hiat..
hiat!,” Rima berusaha menghalangi bacokan-bacokan parang dua orang lagi yang
mencoba mencelakainya.
“NYONYA.. SUDAH NYONYA.. ADUH..,” Teriak Suminah.. sangat
ketakutan.
Ya.. pemandangan itu menjadi mengerikan
karena ruangan tamu menjadi berantakan, pajangan vas pecah dan kursi
berantakan, kain kain sofa keluar karena Rima berusaha menghalangi mereka dengan
melempar sofa sekuat tenaga ke mereka, tetapi bisa dirusak oleh keduanya.
”TRANG! TRING!,” suara parang saling
beradu.
Minho begitu gemetaran, dia tidak bisa
lagu berbicara.. berharap security akan segera datang membantu mereka.
Rima berusaha melumpuhkan orang kedua agar
dia bisa melumpuhkan orang yang pertama nanti, tapi perutnya tertendang, dia pun
menyeringai kesakitan dan jatuh.
Minho kaget, dia langsung menghampiri
isterinya itu, tapi kemudian Rima menepisnya dan lalu refleks menendangnya...
karena salahseorang perampok itu hampir menebas Minho yang berusaha menolong
isterinya itu yang terjatuh.
”BRUK!,” suara tubuh Minho yang sengaja
dijatuhkan Rima ke sisi samping dan menendang suaminya itu sendiri.
Rima berusaha menahan seorang yang menghunuskan
parang pada Minho tadi yang berhasil juga dia elakkan sehingga suara parang
beradu lagi.
Kakinya berusaha menendang satu dari dua
perampok itu.
Dan
diluar terdegar suara peluit yang dibunyikan security.
“AYO
KABUR… SATPAM DATENG!,” teriak salahsatu dari mereka yang ternyata ada di luar.
Lelaki yang pingsan langsung dibawa oleh
seorang dari mereka. Rima ingin mencegahnya, tapi terlambat, lelaki yang lain
lalu menyerang dia lagi.
”Cress!,” suara sabetan parang mengenai lengannya,
Rima mengaduh dan meringis kesakitan, Minho langsung panik total.
”WOI... AYO KELUAR.. SATPAM DATANG!,” teriak seseorang dari luar, masih bagian dari
mereka.
Security langsung mencoba menerobos masuk
rumah Minho tanpa basa basi lagi, mereka lalu menemukan 3 orang yang berparang
itu dan seorang dari mereka mengancam.
”AWAS LU SEMUA.. JANGAN BERGERAK..!,” kata
salahsatu dari mereka menghunuskan parang mereka, mengacung acungkan, sementara
yang satu lagi membawa yang pingsan akibat diserang balik oleh Rima.
Security kalah senjata, mereka menyingkir.. tiga perampok itupun
kabur dengan ngebut mengendarai motor, ternyata mereka berempat, yang satu
menunggu diluar.
Derum motor ngebut mereka pun terdenga kencang
sekali.. tidak seperti yang tadi sebelum mereka menyelinap masuk kompleks itu.
Rima memegang tangannya yang terkena
sabetan parang, Minho panik.
”go
to hospital! Ayo!,” teriak Minho , memegang
tangan isterinya yang berdarah itu, lengan daster yang dipakai Rima pun robek
akibat sabetan parang itu. Sementara
Suminah masih gemetaran dan tidak bisa berkata apa-apa.
”ada perampokan di Blok 3 no 8,” kata
salahseorang satpam dengan Hpnya, mereka telepon polisi.
Suryanto langsung menolong Minho, membantu
Rima masuk mobil. Rima hanya bisa meringis nangis kesakitan dengan lukanya itu.
Minho benar-benar panik dan dia hampir menangis lihat isterinya kesakitan.
Suminah mereka tinggalkan untuk bicara dengan
satpam dan polisi yang akhirnya datang juga.
Minho menahan darah yang mengucur di lengan
Rima dengan handuk.
”please hold on a bit, honey.. you are gonna
be fine,” kata Minho menghiburnya
“God.. it hurts,” keluh Rima.
Minho merangkulnya di dalam mobil, menenangkannya.
Mereka langsung masuk IGD begitu sampai di RS terdekat.
Lengan Rima pun akhirnya dijahit juga,
beberapa jahitan. Dia akhirnya menangis juga ketika dijahit dan Minho menggenggam
tangannya yang satu lagi untuk menenangkannya ketika dijahit.
”you are brave.. you save me,” kata Minho menghiburnya, dia mencium Rima berkali-kali yang
lengannya sedang dijahit, tidak peduli dokter dan perawat RS itu melihat tingkahnya
menenangkan isterinya itu.
Sampai selesai dijahit pun, dia masih mencium
Rima, ketakutan kalau isterinya itu luka parah.
”I am okay now, Minho ..
dont be sad.. kan
sudah dijahit,” senyum Rima pada Minho. Dia berbaring di tempat tidur IGD.
”ini menakutkanku,” jawab Minho dengan
masih suara yang serak, terkesan takut dan gemetar sambil menggenggam tangan
Rima.
Dari jauh Beh Hamid dan Hasan datang menghampiri.
Beh Hamid jadi ikutan panik juga.
”Ya Alloh.. anak gue.. kenape lagi??,”
katanya dengan cemas. Dia lihat tangan anaknya, Rima dijahit dan dibalut dari
telapak tangan sampai siku.
”kerampokan, Beh..,” jawab Rima pelan.
”Kok bise??,” tanya Hasan,”tapi.. lu luka
ini aje kan??”
Rima mengangguk,”iye, Bang.. tapi sumpeh aye ngeri”
Minho mengelus-elus kepalanya Rima dengan
lembut.
”aku minta maaf, Bapak Babeh,” katanya
pada Beh Hamid.
”puyeng
gue ame rumahtangge lu.. baru sebulan lebih udah aja kena musibah lagi..,”
keluh Beh Hamid pada anaknya.
“cobaan kali,Beh.. ,” balas Rima pelan.
”lu kagak curige ade nyang salah ame idup
lu bedua??,” tanya Beh Hamid lagi
”Minho curige ame sekretarisnye, Beh..
tapi.. masak iye die nyang nyuruh 3 orang.. atau 4 orang ntu buat ngerampokin
juge?? Aye kagak ngerti semua
eni,” balas Rima.
”lu kudu bilangin si Minho caritau eni
semua.. lama lama gue jadi kawatiran ame lu,” ujar Hasan, kakaknya.
Minho lalu ngobrol panjang lebar dengan
Hasan, terutama kasus pembunuhan yang hampir saja diderita Kwon. Hasan kaget
juga, dia jadi mikir.
”padahal.. kita sudah tidak
mempermasalahkan lagi kasus Rima yang terakhir... jelas seperti ini prasangka
kita adalah: ada dalangnya,” kata Hasan dengan mimik wajah serius pada Minho
”seperti itu juga yang aku pikirkan..
tetapi.. apa iya.. semua itu seorang Tina yang lakukan??,” tanya balik Minho
pada Hasan.
”belum tahu dan tidak bisa begitu saja
memfitnah, harus ada bukti kuat.. dan kita tidak bisa lakukan apapun tanpa
bukti bukan??,” tanya Hasan sebaliknya pada Minho.
”aku tidak ingin terlibat jauh
sebenarnya... tetapi ini menguras pemikiranku,” ujar Minho, dia mengucek rambutnya
sendiri yang agak gondrong.
Hasan menepuk-nepuk pundaknya,”aku tahu
soal kemarin kalian di Bali.. Bapak babeh yang cerita”
”ya.. ketika aku tanya, siapa sosok wanita
itu di telepon..wanita itu tiba-tiba menghilang begitu saja, tidak lagi mengirimkan
text,” balas Minho
”jadi.. menurutmu apa wanita itu
sebenarnya dalang semua ini??,”
Minho jadi berfikir,”bisa jadi.. tapi..siapa dia?? Suaranya pun bukan suara
Tina jika memang kita berprasangka pada Tina”
”pikirkan itu juga, Minho.. kami tidak
ingin kehidupan mu dan adikku celaka,” kata Hasan, lama kelamaan dia juga jadi
berfikir kasihan adiknya kalau terus terusan diteror orang.
”kalau begini caranya.. aku harus diskusi
dengan Appa,” kata hatinya Minho.
Beh Hamid masih terus menemani Rima sampai
pagi. Polisi pun datang juga
akhirnya ke tempat Rima dirawat sementara. Mereka menginvestigasi dan menyita
barang bukti sebuah parang yang tertinggal. Sementara Suminah masih dirumah.
Minho takut sekali isterinya jadi terlibat
dan ditanya ini itu oleh polisi. Dia yang galau takut isterinya ditahan karena
melawan para penjahat itu.
Rima cuma bisa senyum lihat pasangannya
ketakutan, khawatir dirinya ditahan. Mereka lalu pulang pagi dan Minho minta
ijin pada pamannya untuk tidak bekerja dan dirumah saja aktivitasnya.
”What?? Kok bisa??,” kata Kwon keheranan,”tapi
isterimu tidak kenapa-napa kan??”
”tangannya terluka, terkena sabetan parang
itu,” jawab Minho dalam bahasa mereka.
”Hananim.. ini sudah gila! Kenapa jadi
semakin parah??,” Kwon juga tidak habis pikir dengan semua kejadian ini.
”aku harus lebih cepat menyelidiki Tina
kalau begitu,” katanya lagi
”atau memang bukan Tina dalangnya.. tapi
yang lain??,” balas Minho.
”kecurigaanku tetap terhadap dia.. tapi karena pekerjaan terlalu banyak, jadi
aku tertunda mengorek-korek tentang dia,” kata Kwon. Dia jadi pemikir
akhir-akhir ini dengan kasus percobaan pembunuhan pada dirinya sendiri.
”kalau begitu.. body guardpun tidak bisa
diharapkan lagi,” kata Minho serius,”apa ada musuh kita dari luar perusahaan??,”
”siapa?? Jangan asal tuduh.. kalau mereka begitu.. pasti tetap akan
kita seret ke polisi,” ujar Kwon
”setahuku memang mereka, rekan bisnis kita
biasa saja dan tidak ada yang complain tentang kerjasama,” ujar Minho.
”ah.. aku gak berfikir kesana,” ujar
Kwon,”tetap akan aku caritahu dari Tina dulu”
Minho bete karena dia anggap kerja Kwon
terlalu lama dalam menyelidik. Dia minta kepastian kesimpulan dalam waktu tidak
dari seminggu karena kekhawatirannya akan terjadi lagi usaha mencelakakan diri
dan keluarganya. Sementara Kwon juga cerita kalau pamannya Il Sung biasa saja,
tidak ada yang mengganggu.
”siapapun itu.. aku tidak akan bisa diam
kalau sudah begini, Kwon.. Rima
pemberani sekali menghadapi mereka.. tetapi aku juga merasa salah karena masih
takut mati melindunginya,” keluh Minho.
Minho duduk disamping tempat tidur, memandang
Rima yang sedang berbaring, dia senyum padanya. Lalu menunduk dan menciumnya.
”aku minta maaf.. aku tidak bisa melidungimu..
rasanya khawatir dengan semua ini,” katanya pada Rima.
”lukanya sakit juga,” jawab Rima dengan senyum
tipisnya.
”kalau begitu.. tinggal saja dengan Bapak
Babeh.. biar aku disini,”
kata Minho mengelus kepalanya Rima.
”apa?? Aku gak mau tinggalin kamu sendirian,
Minho,” jawab Rima, dia kaget kenapa Minho bisa ambil keputusan itu. Malah dia
yang jadi khawatir Minho tidak bisa melindungi dirinya sendiri dan bisa terancam
lagi.
”No, Minho.. aku tidak ingin tinggal di
rumah ku.. aku ini isterimu,” dia berkeras hati. Minho juga keras memaksa dia
sementara pergi ke rumah Beh Hamid supaya aman. Dia merasa, dengan isterinya
itu tinggal di rumah orangtuanya sendiri, semua akan terkendali.
”enggak bisa.. aku khawatir tentangmu!,”
Rima jadi bersuara tinggi dengan ketidaksetujuannya pada ide suaminya itu.
”mohon mengerti kekhawatiranku, Rima,”
jawab Minho, dia memeluk Rima erat-erat,”aku takut.. aku takut tadi kamu meninggal
dan tinggalkan aku sendirian.. aku tidak tahu salah apa terhadap orang itu
sehingga mereka menjahati kita”
Minho memeluknya lama, sampai Rima
merasakan sendiri suhu tubuh pasangannya itu.
Dengan tangan kanan yang masih sakit dan
dibalut, tangan Rima membalas pelukan Minho,”aku yang lebih khawatir ketika
hari pertama kita menikah saja.. kamu sudah mendapat gangguan.. aku khawatir
tentangmu..”
”aku cinta kamu.. tapi aku gagal melindungi.. aku tidak bertanggung
jawab,” rasa bersalah Minho muncul. Rima mengelus elus punggungnya dalam pelukan
supaya dia tenang.
”aku membela dengan caraku sendiri.. jika
tadi aku tidak melawan, kita semua bisa mati..aku tidak ingin cepat cepat
selesai hidup ku tanpa bahagia dengan kamu, Minho,” balas Rima berusaha menenangkan
hati Minho.
”kalau memang kamu khawatir tentang aku.. kita pindah saja.. kalau memang kamu ingin aku ke rumah Bapak babeh..
kamu juga harus ikut.. aku gak bisa tanpa kamu ada disisiku..,” kata Rima lagi.
Minho diam, masih memeluk Rima. Dia
berfikir keras ingin semuanya selesai dengan damai.
”kamu mencintaiku dengan tulus.. aku tidak
salah,” kata Minho, dia mengungkapkan segala kejujuran hatinya tentang Rima. Dia tumpahkan semua kekesalannya tidak
bisa mengatasi ini semua sehingga Rima terancam jiwanya. Rima tetap tenang
mendengarkan curhatnya Minho masih dalam pelukan.
”apapun itu.. dalam benakku.. menikah denganmu bukan sebuah resiko, Minho..
tetapi sudah jalanku..,” kata Rima ketika Minho menghentikan curhatnya dan
kembali diam.
Minho memeluknya lebih erat,”aku semakin
tidak sanggup meninggalkanmu... ”
Dia jadi teringat ayahnya yang meminta dia
kembali ke Korea dalam waktu dekat setelah mereka menikah nanti. Dia mengulur
ulur waktu agar ayahnya lupa.. tetapi kemarin itu ayahnya membicarakan lagi
semuanya. Kegalauan Minho bertambah lagi dengan adanya peristiwa pahit dini
hari ini.
”jangan pergi dariku,” katanya lagi pada
Rima.
Rima mengelus-elus punggungnya dengan
lembut,”semua kita hadapi bersama, Minho.. untuk itu kita ada disini bersama”
”kasian ya, Mister, Pak e... dia pasti stress dengan semua ini,” kata
Suminah. Lagi lagi Sur dan Sum menguping pembicaraan mereka dengan menempelkan
telinga mereka di depan pintu kamar Minho.
Suryanto mengangguk,”Bapake dulu enggak
ada sampai seperti ini, Bu e.. aman aman aja.. sekarang anaknya kasian banget,”
”aku juga setress tadi.. aku pikir kita bakalan mati.. untung
Nyonya Rima pemberani,” kata Suminah lagi, mereka menuju dapur, menyiapkan
makan untuk Minho dan Rima.
Sementara Minho masih memeluk Rima dengan
kekhawatirannya.
”pergi saja dulu ke rumah Bapak babeh,”
katanya lagi pada Rima.
”aku tidak mau kecuali Minho ikut denganku,”
jawab Rima tegas.
Minho melepas pelukannya, dia mencium Rima
dengan hangat.
”aku sungguh cinta kamu,” katanya pada
Rima.
Rima senyum, dia berani mencium Minho
lagi,”aku juga cinta kamu.. itu
sebab, kemanapun kamu..aku ikut dan aku patuh padamu”
Minho membaringkannya lagi, mengelus-elus
kepala Rima. Dia ikut berbaring disamping isterinya itu, lalu memeluknya dengan
lembut, mendekatkan pipinya pada Rima.
”selamanya aku ingin denganmu, Minho.. aku tidak ingin keluarga kita berantakan,”
kata hatinya Rima sambil mengelus-elus pipinya Minho, senyum padanya.
”ini kehidupan ku yang paling bahagia,”
kata Minho padanya.
Rima membalas semua kata-kata pujian Minho
padanya dengan senyuman dan menciumnya. Dia juga sayang pada pasangannya itu. Mereka mengingat-ingat lagi cerita kemarin
kemarin saat jadi direktur dan sekretaris. Minho
jadi cukup terhibur dengan canda dan tawa Rima.
”dont leave me.. stay always beside me,”
harap Minho pada Rima. Dia mencium isterinya itu berkali-kali. Rima senyum dan tertawa manis dengan tingkah Minho.
”aku takut.. Appa akan menyuruhku
meninggalkanmu, Rima,” galau hatinya Minho,”berdoalah agar kita selalu bersama”
Bersambung ke part 33...