This is me....

Jumat, Agustus 08, 2014

My 3 Supernatural Beloved Kids (Part 6 : Ditolong Pangeranku)

Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee Young Joon, Lee Hana.

Minggu depan sudah tiba, malam minggunya, Minseo sengaja menginap di rumah Song Yu supaya mereka bisa membuat paket untuk anak sekolah daerah miskin itu. Dia dan beberapa temannya sibuk mempaket paket peralatan sekolah dan permen.
Minseo dan teman temannya senang sekali malam itu. Mereka mengobrol apa saja, tertawa tawa di rumah Song Yu sambil bikin paket.
Tiba-tiba, Minho telepon lagi Minseo. Minseo mendiamkan telepon itu berkali-kali. Dia malas karena ada Song Yu disebelahnya.
“ada telepon.. kok gak kamu angkat??,” tanya Song Yu
“ah gak penting banget,” jawab Minseo singkat.
Minho terus misscall Minseo.. akhirnya Song Yu mengintip juga.
“eh.. itu dari Minho.. kenapa kamu gak mau angkat?,” tanya Song Yu lagi.
“nanti saja, Song Yu.. kita masih belum selesai.. mungkin dia cuma tanya soal apa besok paketnya mau diantar dengan mobilnya atau enggak,” balas Minseo dengan setengah cuek.
“ya...diangkat saja kalau begitu sih.. ,” balas Song Yu.
Akhirnya malah Song Yu yang merebut Hp nya Minseo dan mengangkat misscall nya Minho..
“Hi, Minseo.. jaljinaess eoyo??,” suara Minho ramah sekali diujung telepon sana.
“hi Minho.. aku Song Yu.. jadi besok kamu mau kesini pagi pagi sekali??,” jawab Song Yu juga dengan ramah.
Minseo cuma memperhatikan saja telepon untuk dirinya dijawab temannya itu.
“oh.. kemana Minseo??,” tanya Minho heran.
“dia sedang bantu aku membuat paket.. memangnya ada apa Minho??,”
Minho sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia ngeles juga,”ah..enggak.. itu.. besok aku ke rumahmu jam 6 kan, Song Yu??”
“iya.. semua besok berkumpul jam 6 pagi... kamu jangan sampai telat loh, Minho.. ,”
“ya.. okay.. sampai jumpa besok ya,” Minho tidak lama bicara.
Song Yu merasa heran, dia pikir Minho cowok ramah yang lumayan rame. Dia lalu memberi Hp Minseo.

“aku heran kenapa Minho sekarang kaku sekali denganku,” kata Song Yu ketika hari menjelang malam dan mereka semua tidur di atas karpet dalam kamar Song Yu yang besar.
“aku tidak tahu, Song Yu.. sehabis kita berpisah dengan dia di toko permen itu...aku enggak lagi ngobrol sama dia,” Minseo berusaha menyembunyikan hal itu. Dia tidak ingin Song Yu jadi membencinya.
“ah.. gagal deh suka sama cowok ini,” kata Song Yu menarik selimutnya.
“aku juga gak temukan Minho sepertinya suka sama kamu, Song Yu.. maaf ya?? Aku membacanya seperti itu,” Minseo juga ikutan menarik selimutnya. Mereka bicara dalam selimut.
Song Yu cemberut,”uh.. padahal kan yang suka aku.. sepertinya malah bakalan kamu yang dia suka deh”
Minseo menoleh pada teman akrabnya itu,”umm.. jangan gitu dong... aku gak mau persahabatan kita putus”
“ya..aku juga sama... kalau gitu.. kita berjanji,” senyum Song Yu
“apa itu??,” tanya Minseo penasaran
“kemarikan jarimu,” Song Yu menaikkan jari kelingkingnya,”janji.. kalau gak ada dari kita yang akan jadian sama Minho”
Minseo berpikir sejenak, dia yakin kalau Minho akan jadi bagian hidupnya, tapi dia juga takut kehilangan sahabat.
“kenapa??,” Song Yu melihat keganjilan temannya itu.
“ah.. enggak..ya.. aku janji,” Minseo pun mengaitkan jarinya pada jari Song Yu
“nah.. aku tidur dulu..annyeonghi..,” senyum Song Yu, lalu dia memejamkan matanya.

Minseo malah jadi susah tidur.. Ternyata, dia malah bermimpi ketika tidur dan dalam mimpinya itu, dia dimarahi Minho karena tidak mengangkat teleponnya.
Minseo pun mendadak bangun, tak lama, dia melihat ternyata, walau dia mensilentkan Hp nya, terakhir masih ada misscall dari Minho sebelum dia dan Song Yu tidur.
“apa..dia sudah tidur ya??,” Minseo malah jadi ingin menelepon Minho. Dia berfikir sejenak.. lalu meneleponnya.
Beberapa kali dia mencoba, barulah ada jawaban
“umm.. museun il-iya??,” jawab Minho dengan nada seperti baru bangun tidur dari sana.
Mian haeyo.. tadi aku tidak angkat..aku sibuk packing paket untuk pagi ini,” jawab Minseo pelan.
“ada apa?? Apa kamu gak mengantuk??,” suara Minho baru terdengar jelas. Dia duduk disamping tempat tidur.
“ada apa tadi malam telepon aku??,” tanya Minseo penasaran.
“ingin ajak kamu jalan-jalan besok sehabis acara,” jawab Minho datar, dia masih dalam keadaan sedikit mengantuk.
“umm,” Minseo jadi agak ragu
“kemana??,” lanjutnya lagi
“everland saja deh,” balas Minho
“buat??,” tanya Minseo, sebab tiket main disana cukup mahal baginya.
“jalan-jalan saja.. daripada suntuk dirumah,” balas Minho ringan, suaranya terkesan agak sedikit jutek.
“kenapa.. enggak mau??,” benar juga apa yang dipikirkan Minseo..dia menebak sendiri kalau Minseo mungkin akan menolaknya dan akhirnya jadi jutek.
“ah..enggak kok..aku kan belum bilang enggak mau,” jawab Minseo, dia setengah kaget.
“kenapa enggak jalan dengan adikmu saja??,” Minseo ngeles
“malas ah,” jawab Minho singkat
“mau enggak??,” tanya dia lagi
Minseo mondar mandir, galau.
“hello??,” tanya Minho,”still there??”
Ye.. ah.. gwaenchanh ayo,” jawab Minseo
“nah.. gitu dong.. besok kamu bawa baju ganti kan?? Habis pulang dari acara.. langsung ya,” suara Minho berubah jadi gembira lagi
“uh.. dasar anak anak,”keluh hatinya Minseo,”nanti pun dia tetap sebagian hidupnya seperti anak-anak”
“sudah ya.. go to bed,” Minho malah jadi setengah tertawa, dia ceria keinginannya tercapai
“ya... malam,” balas Minseo lalu menutup teleponnya.
Dia kembali lagi berbaring disamping Song Yu, lalu berfikir,”aduh.. aku sudah melanggar janjiku terhadap Song Yu”, lalu dia pun tidur.

“wah.. hujan,” Song Yu membuka jendela kamar rumahnya.
“wah.. gimana dong?? Bukannya kalau mau masuk ke dalam lingkungan sana.. becek ya?? Kalau hujan begini??,” tanya Minseo.
Song Yu mengangguk,”mobil tetap bisa masuk di depan jalan...tapi agak jauh dari rumah ibadah sih”
Song Yu pun menelepon teman-temannya agar lekas datang, tapi ternyata mereka mau langsung kesana saja karena pagi itu hujan dan ada salahseorang dari mereka yang membawa mobil.
Song Yu lalu menelepon Minho,”apa kamu tetap jadi kesini??”
Minho mengiyakan dan meminta mereka tunggu karena memang hujan.

“kamu sudah bawa baju ganti kan, Minseo??,” tanya Song Yu yang sedang memilih baju
Minseo mengangguk, lalu dia pun ganti baju. Dia memakai jumpsuit sederhana, badannya yang kecil pendek malah jadi terkesan terlihat pendek.
Song Yu yang tinggi malah jadi tertawa,”eh.. tinggi mu berapa sih?? Pendek sekali”
“aku cuma 160cm kurang.. mungkin cuma 155cm,” jawab Minseo dengan cemberut.
“wah.. pendek sekali.. tapi kenapa Minho mau kamu jadi model garmen ayahnya?,”
“aku juga tidak tahu,” jawab Minseo dia berdiri depan kaca lalu mengikat rambutnya ke atas.
“jadi..waktu kamu jadi model itu.. kamu pakai ukuran baju apa??,” tanya song Yu dengan suara agak meledek.
“S dan M,” jawab Minseo lalu duduk di depan meja rias.
Song Yu tertawa,”aku saja pakai L loh.. kamu terlalu pendek kalau dengan Minho,”
Minseo langsung menoleh, dia merasa sedikit tersinggung tapi Song Yu ternyata tidak menyadarinya, malah masih tertawa.
“iya kali .. aku pendek,” jawab Minseo.
Dia lalu berdiri untuk menghindari perasaannya pada temannya itu,”Aku siapkan semuanya dulu ya.. packing ini diletakkan di ruang tamu .. nanti kalau Minho datang..kita langsung bisa bawa ke dalam mobilnya”
“oke deh,” jawab Song Yu, santai, lalu dia berdandan dan Minseo membawa satu persatu paket ke ruang tamu.

Tepat jam 6, Minho datang. Dia pakai pakaian sederhana, hanya kaos oblong, cardigan dan jeans.
“Hi,” senyumnya pada Minseo dan Song Yu, tapi terlihat banget matanya malah menuju Minseo.
Minseo langsung membawa beberapa paket ke dalam mobilnya, setelah itu, mobil pun penuh dengan tumpukan paket-paket yang sudah mereka atur.
“yang duduk di depan siapa??,” senyum Minho
Minseo menunjuk pada Song Yu,”Song Yu saja.. dia yang tahu jalannya”
Song Yu pun duduk di depan, tapi Minho malah jadi gak banyak bicara, dia hanya minta ditunjukkan daerahnya.
“wah.. aku gak pernah nyangka disana ada daerah yang sangat kotor,” kata Minho dengan masih menyetir tapi penasaran
“kita suka sekali adakan acara disana.. kasian mereka.. dibawah kita kondisinya,” kata Minseo yang duduk dibelakang Minho
“disana kalau hujan begini bisa becek sekali,” kata Song Yu,”kamu bawa payung kan Minho??”
Minho mengangguk saja. Mereka pelan-pelan menuju sebuah jalan yang hanya bisa sampai depan saja, untuk menuju ke dalam lagi, mereka harus jalan kaki.
“rumah ibadahnya jauh dari sini??,” tanya Minho. Dia memandang hujan diluar kaca mobil depannya.
“hujannya sedikit deras.. aku sudah telepon ibu Kim kalau dia dan beberapa ibu lainnya akan berjalan kesini,” kata Minseo
Minho senyum yang terlihat dari kaca atas mobil pada Minseo.
“senyum Minho manis sekali deh sama Minseo.. tapi.. kamu gak boleh langgar janji kita loh, Minseo,” kata hatinya Song Yu ketika melihat itu.
“aku gak nyangka ada wilayah seperti ini ditengah kota mewah,” kata Minho lagi. Mereka menunggu dalam mobil. Minseo membalikkan badannya untuk melihat-lihat apa paket ada yang sedikit rusak atau tidak karena jalan menuju wilayah itu memang becek, tidak beraspal dan banyak batunya.
“syukurlah, paket tidak ada yang rusak,” katanya
“teman-teman baru akan datang sebentar lagi.. mungkin 10 menit lagi,” kata song Yu.
Mereka lalu melihat teman-teman Song Yu dan Minseo akhirnya sampai. Mereka menunggu ibu Kim dan beberapa ibu yang juga terlihat jalan menuju mobil mereka.

Minho membuka kaca mobilnya dan dia keluar dengan membawa payung,”annyeong haseyo.. Minho Lee.. “, senyumnya pada ibu Kim dan beberapa ibu dihadapannya Mereka berkenalan lalu Minho bilang kalau paketnya harus dibawa paling banyak hanya dua buah perorang agar tidak terlalu basah dan tidak rusak kena hujan.
“para ibu bisa bantu kalian,” senyum ibu Kim. Minho, Minseo, Song Yu dan 3 temannya yang lain membantu membawa semua paket ke rumah ibadah. Mereka bolak balik mobil-rumah ibadah untuk memindahkan paket-paket.
Dilihatnya disana sudah banyak anak-anak kecil usia sekolah dasar yang sedang duduk.
Minho ternyata manis dengan mereka, dia malah sibuk melambai-lambaikan tangannya sambil senyum.
Song Yu berbisik pada ibu Kim,”Lee Minho itu anak raja tekstil, ibu Kim”
“oh.. wah.. ,” senyum ibu Kim,”mau juga dia kesini”
“ya.. aku senang pacarku bisa kesini..dia juga menyumbang permen dan buku-buku untuk anak-anak,” Song Yu malah jadi mengaku-ngaku.
“wah.. Namjachingu mu??,” senyum ibu Kim. Song Yu memang akrab dengan ibu Kim, semacam ketua perkumpulan wilayah daerah miskin itu.
Song Yu mengangguk senang, bohongnya dipercaya oleh ibu Kim.
Minseo lalu menghampiri Song Yu dan Ibu Kim,”bisa..acaranya kita mulai??”

Ibu Kim lalu berdiri di hadapan anak-anak kecil itu,”anak anak semua.. ini kakak kakak kalian datang... ada hadiah untuk kalian”
Minho, Minseo, Song Yu, Jang Di, Na Ra dan Lea melambaikan tangan pada para anak itu,”annyeong haseyo..,” kata mereka kompak.
Anak anak membalas salam mereka dengan ceria.
Mereka pun bernyanyi nyanyi bersama, bermain di dalam rumah ibadah yang atap dan dindingnya terbuat dari kayu triplek bekas dan juga asbes yang kalau siang terasa akan sangat panas.
“Minho Oppa bisa nyanyi loh,” Minseo ternyata iseng juga, memancing Minho.
“eh?? Ah.. enggak kok ah,” Minho malah jadi malu
“iya kan?? Ayo.. nyanyi dong, Oppa,” kata Na Ra.. malah juga ikutan ngompor ngomporin
“ayo dong, Oppa.. nyanyi dong untuk kita,” kata salah seorang anak. Anak- anak yang lain jadi ikutan menyemangati dan minta Minho bernyanyi.
“nyanyi apa dong??,” Minho malah berbisik ke Minseo. Song Yu jadi terlihat gak enak hati. Ibu Kim juga akhirnya mikir aneh, kok malah terkesan Minho lebih akrab dengan Minseo daripada dengan Song Yu yang mengaku jadi pacarnya.
“kan enggak boleh nyanyi cinta cinta loh..di depan anak-anak,” bisik Minho lagi pada Minseo.
Na Ra malah jadi berbisik dengan Song Yu,”Minho itu.. Namjachingu nya Minseo ya??”. Na Ra tidak tahu kalau Song Yu juga suka Minho.
“Kalian sukanya Oppa nyanyi apa??,” tiba-tiba Minseo malah berinsiatif meminta pada para anak itu.
Mereka lalu saling menunjukkan tangan, saling mengusulkan.
“nah.. aku bernyanyi lagu tradisional aja deh...,” tawar Minho,”lalu.. kalian saling melingkar dan maju mundur maju mundur, tetap berpegangan tangan.. oke??”
“OKEEEE!!,” teriak anak-anak senang, lalu mereka berkumpul membuat beberapa lingkaran, saling berpegangan tangan.

Minho lalu bernyanyi lagu tradisional anak-anak, sementara ibu Kim dan ibu ibu lainnya juga saling membuat lingkaran dan berpegangan tangan. Begitu juga dengan enam orang tersebut.
Minho malah bersebelahan melingkar dengan Minseo dan dia pun menggenggam tangan Minseo. Minseo jadi salah tingkah sendiri. Tangan Minho satunya lagi juga menggenggam tangan Song Yu yang berdiri di sebelahnya.
Mereka saling menggerakkan tangan ke atas ke bawah dan juga maju mundur ketika Minho bernyanyi.
Semuanya tertawa senang, Minho banyak menoleh pada Minseo ketika dia bernyanyi dan tersenyum. Minseo hanya membalas senyumannya dengan senyum tipis, dia benar-benar tidak ingin melukai hati Song Yu.

“bagaimana adik adik... PUAS??,” teriak Minho senang dan tertawa
GAMSAHABNIDA OPPA...!!,” teriak anak-anak senang, mereka bertepuk tangan bersama.
Ibu Kim dan ibu ibu lainnya juga senang dengan acara itu. Mereka pun membagi bagi paket satu persatu pada anak-anak.
“Minseo.. aku minta tolong foto dengan adik ini dong,” Minho malah memberikan Hp nya pada Minseo, ketika dia berjongkok memberikan sebuah paket pada anak kecil perempuan.
“wah.. Minho akrab banget sama Minseo deh.. kayak pacaran,” Lea menyeletuk.
Minho dengan santainya malah menggendong anak kecil kelas 1 SD itu dipangkuannya walau dia sedang berjongkok.
“cheese.. senyum ya,” katanya ramah pada anak perempuan kecil itu.
Mereka lalu senyum dan Minseo mengambil foto keduanya.
Minho memeluk anak kecil perempuan itu,”kamu yang rajin sekolah loh.. nanti kamu bisa pintar”, dia malah mengusap usap rambut anak kecil itu
“Oppa baik.. gambsahabnida, Oppa,” jawab anak kecil perempuan itu dengan wajah memerah.
Mereka semua berfoto bersama dengan anak-anak sebelum anak-anak itu kembali ke rumah mereka karena hujan sudah reda.
Enam orang itupun lalu mampir sebentar ke rumah ibu Kim.

“Astaga.. aku gak bisa bilang apa-apa, Minseo.. kasihan sekali mereka..aku beruntung banget Appa ku kaya,” Minho berbisik kembali pada Minseo dengan menunduk karena pendeknya cewek itu, ketika mereka masuk rumah ibu Kim yang lantainya hanya dari semen, dindingnya dari triplek dan plastik bekas serta atap dari genteng plastik dengan peralatan elektronik TV tua dan kulkas tua.
Ibu Kim dan beberapa ibu lainnya lalu mengajak mereka duduk bersama dan mengobrol ngobrol panjang tentang kondisi daerah ini daridulu yang kesannya jauh dari kemajuan kota Seoul yang gemerlap, cerita harapannya mendapat perhatian dari pemerintah yang bukan cuma janji-janji saja.
“Minho ini baru dikelompok kami, Ibu Kim dan semuanya..,” kata Song Yu,”Minho ini anak raja tekstil”
“ah..enggak kok..aku biasa aja,” jawab Minho malu-malu.
Ibu Kim lalu bercerita bagaimana dia sedih sepeninggal suaminya, dia menjadi orang miskin dan akhirnya dia tinggal di wilayah ini bersama dengan yang lain.
Lama mereka saling cerita sampai hujan benar-benar reda, barulah mereka pulang.
“Kami senang kalian bisa membantu kami.. terima kasih banyak,” Ibu Kim dan yang lainnya menunduk hormat.
Song Yu dan yang lain juga membalas hormat mereka,”kami akan hubungi ibu Kim kembali jika kami ada kesempatan,”

Mereka lalu pulang dengan kembali menyusuri jalan becek yang tadi pagi sudah kehujanan.
“hati hati loh... licin banget jalannya,” kata Lea.
Mereka melihat jalan itu memang becek, berlumpur dan licin..
“awas hati-hati loh bisa terpeleset,” kata Song Yu.
Mereka berjalan dengan hati-hati melangkah, saling satu persatu berbaris depan ke belakang.
Tiba-tiba Minseo terpeleset, dia hampir terjerembab, tapi Minho buru-buru menangkap tangannya dan memeluknya dari belakang.
“aduh.. kamu gak hati-hati deh,” kata Minho masih memeluknya.
Mian habnida.. aku gak apa apa kok,” kata Minseo, dia deg-deg an banget di tarik dan dipeluk Minho dari belakang dan berusaha melepaskan pelukan Minho padanya.
“kamu gak kenapa-napa kan??,” tanya Minho lagi.
Song Yu dan yang lain yang melihat mereka berdua jadi agak bengong.
“Minho benar-benar seperti pacaran dengan Minseo ya??,” bisik Na Ra pada yang lainnya.
“enggak.. gwaenchanh a.. gomaseubnida,Minho,” kata Minseo, dia mengelap jumpsuitnya yang sedikit kotor.
“aku baik-baik kok.. gak ada yang sakit,” lanjutnya lagi.
Mereka lalu lanjut jalan menelusuri jalan becek dan licin itu. Sampai kembali ke dalam mobil, Song Yu diam saja, dia begitu iri dengan pemandangan itu.

“Minho ternyata suka sama Minseo,” keluh hatinya Song Yu di dalam mobil.
“aku harus antar siapa dulu??,” Minho membuka pembicaraan mereka di dalam mobil.
“rumah yang paling dekat dengan sini Song Yu,” jawab Minseo yang masih duduk dibelakang Minho.
“jadi..aku antarkan Song Yu dulu deh..baru antar kamu,” ujar Minho lagi, dia tetap berkonsentrasi menyetir.
Song Yu diantar Minho sampai depan rumahnya.
“terima kasih banget ya.. kamu mau bantu acara kita,” kata Song Yu pada Minho.
Minho senyum padanya,”kalau nanti ada acara seperti ini lagi.. aku dicontact lagi ya..”
Song Yu cuma senyum saja, dia hari itu kecewa berat dengan Minho. Minho lalu pamit dan kembali masuk mobilnya.

“Yeee... jadi kan.. jalan jalan ke Everland??,” Minho malah jadi senang banget di dalam mobilnya, seperti anak kecil, dia menoleh pada Minseo yang duduknya pindah ke depan.
Minseo mengangguk,”iya.. tapi aku tidak bisa lama-lama.. mungkin sebentar saja deh..”. dia mencoba tidak ingin memperpanjang urusan dengan Minho. Dia sekali lagi membayangkan tidak ingin persahabatannya retak dengan Song Yu.
“yah...ini kan baru siang loh.. masih jam 12 lewat sedikit,” Minho melihat jam tangannya, masih sambil menyetir.
“pulangnya..sore kan??,” tanya Minseo, pelan.. melihat wajah Minho.
Minho mengangguk. Mereka menuju tempat permainan itu.
Minho senang sekali dia bisa puas main hari itu.. dan.. sampai sore menjelang.
“eh.. kita lupa makan loh.. makan dulu ya??,” kata Minho menawarkan diri. Mereka lalu keluar dan pergi makan ke sebuah restaurant kecil.

“aku berterima kasih.. kamu tadi mau tolong aku.. kalau enggak.. pasti bajuku akan kotor banget.. dan aku gak bawa baju ganti yang baru..mungkin bisa juga terkilir,” kata Minseo, mereka makan mie dingin saling berhadap-hadapan.
Minho senyum padanya,”gak apa kok.. kamu sepertinya ceroboh banget ya?hehe”
“tadi memang jalannya licin banget juga kok,” lanjutnya lagi,“gak ada luka kan??,”
Minseo menggeleng,”aku.. jadi merasa gak enak dengan Song Yu”
Minho heran,”loh.. kenapa?? Memangnya salah kalau aku tolong kamu??”
Minseo menggeleng lagi,”enggak sih.. cuma.. “
“oh..aku tahu.. pasti karena aku reflek langsung peluk kamu.. iya kan??,” Minho main tembak saja, apa maksud perkataan Minseo.
Minseo mengangguk saja, dia tidak meneruskan kata-katanya lagi.
“Ah.. cuek saja.. aku kan memang anggap Song Yu teman biasaku.. bukan pacar atau siapapun,” lanjut Minho lagi.
Mereka melanjutkan makannya sampai selesai.

“eh.. aku mau ke Tower..main lagi yuk??,” tawar Minho.
“eh..aku harus pulang, Minho.. ini sudah hampir malam,” Minseo mengelak. Dia memperlihatkan jam tangannya.
“baru jam 7 malam kok.. kenapa?? Takut lagi??,” tanya Minho, masih santai menyetir, lalu dia benar- benar belok ke arah tempat wisata sebuah Tower yang dapat melihat keliling kota Seoul.
“aduh.. lagi-lagi,” keluh hatinya Minseo. Dia seperti melihat sesuatu hal antara mereka berdua.
“aku mau istirahat sebentar disana,” ujar Minho
“sudah tutup bukan???,” kilah Minseo
“enggak ah.. lihat saja nanti,” Minho lalu membelokkan lagi arah mobilnya dan mereka sampai.

“heeehh.. memang buka sampai malam ya??,” Minseo memang heran, kenapa tempat wisata itu masih buka.
Minho merasa menang,”hehe.. kamu kurang update sih”
“yah.. aku memang sibuk lulus kuliah dan habis ini.. aku harus kerja,” jawab Minseo.
Mereka lalu jalan ke dalam Tower dan sampai di puncak.
“Seoul hebat kalau malam hari,” kata Minho sambil meneropong.
Minseo hanya menjawab ya dan mengangguk.
“eh..coba kamu lihat sini,” Minho menawarkan teropong yang masih dia pegang dan matanya masih mengeker.
Minseo menghampirinya, baru Minho menjauhkan dirinya dari teropong itu dan gantian Minseo melihatnya.
“lihat...bagus kan??,” tanya Minho seperti anak kecil.
Minseo mengangguk saja.

“eh Minseo.. kamu ini kenapa takut dengan Song Yu sih?? Memang kamu bergantung banget sama dia??,” tanya Minho, dia bersandar disisi dinding.
Minseo lalu melepas pandangan matanya pada teropong itu, lalu menoleh pada Minho.
“aku gak mau kehilangan teman,” jawabnya
“Kamu terlalu takut kehilangan dia.. memang kenapa kamu tidak punya teman yang lain??,”
Minseo diam.. dia tidak ingin menceritakan siapa dirinya, terutama kemampuan supernaturalnya, dia tidak ingin Minho tahu lalu akan menjauh darinya, tidak lagi menganggapnya sebagai teman.
“sedari kecil.. aku punya trauma,” ujar Minseo
“oh..kenapa?? karena trauma itu.. terus kamu gak bisa dapat teman, begitu??,”
Minseo mengangguk, mereka berdiri berhadapan, Minho masih bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya.
“boleh gak..cerita.. trauma apa??,”
Minseo diam, dia sungguh enggak mau Minho tahu.
“kok gak jawab sih?? Kamu simpan rahasia ya?? Atau..sebenarnya kamu ini hebat banget seperti peramal Kang itu.. punya kemampuan supernatural.. terus kamu dijauhi teman-temanmu sedari kecil??,” lagi-lagi Minho menebak-nebak.
“ah..enggak kok, bukan itu,” kilah Minseo.
“trus... apa dong??,” Minho masih penasaran.
Mian haeyo...gak usah dibahas ya??,” pinta Minseo.
“ya sudah deeeh.. pulang yuk.. nanti kamu capek loh,” tawar Minho. Lalu mereka turun kembali ke lantai dasar, keluar gedung itu.

Tapi ternyata, malam itu hujan lagi..
“wah.. tunggu disini deh,” kata Minho. Mereka sudah diluar, dilantai bawah.
Minho mengajak Minseo masuk, malam itu sudah sepi. Lalu lalang orang berkurang karena mereka membawa payung dalam tas-tas nya.
“sayang banget.. tadi kita lupa bawa payung dari dalam mobilku,” kata Minho memulai pembicaraan sambil lihat hujan di jendela.
“lama tidak ya?? Aku sudah capek,” jawab Minseo.
“mungkin sebentar lagi,” balas Minho, masih memandang hujan yang titik titiknya menyentuh kaca gedung.
Mereka berdua saja memandang hujan.
Tiba-tiba, Minho malah merangkul Minseo,”gak kedinginan??”
Minseo malah menunduk tapi menggeleng,”enggak,” dia malas melihat wajah Minho, takut dengan bayangannya sendiri sedari tadi mereka di puncak Tower.
“hujannya juga sudah mulai rintik rintik sih.. tapi masih besar.. nanti bisa sakit,” kata Minho lagi
Minseo hanya mengangguk, dia ingin menepis rangkulan tangan Minho, tapi takut cowok muda itu ngambek.
“Minseo.. menurutmu... kalau misalnya nanti aku masuk Universitas Seoul..gimana ya?? Appa mau aku berjuang keras,” Minho mendadak curhat, tangannya masih merangkul Minseo dari samping,”aku minta pendapatmu dong..”, lalu dia menoleh pada Minseo dan senyum.
Minseo malah merasa jadi sedikit malu,”eeehh.. iya.. kamu harus tetap semangat.. jangan menyerah.. aku kan sudah pernah tebak kamu... kamu punya peluang besar diterima loh..,”
“iya sih.. peramal Kang juga bilang seperti itu.. ,” balas Minho,”jadi.. mulai semester depan.. aku harus terus rajin belajar.. ,”
“eh..tapi aku butuh dukungan kamu loh.. ,” katanya lagi
“aku??,” tanya Minseo heran, Minho mengangguk.
“iya.. soalnya aku pikir.. kamu cewek kuat loh.. perasaanmu kuat banget deh,” jawab Minho.
“apa..karena aku bisa nebak kamu??,”
“ah..enggak juga kok.. lebih dari itu juga aku rasa,” senyum Minho manis.

“ya..aku akan dukung kamu sebagai teman.. tetap semangat ya! Fighting till the end,” Minseo mengepalkan satu tangannya, ekspresi menyemangati.
“gitu dong.. gomawo,” senyum Minho.
“sama-sama..aku juga senang kalau kamu sukses,” Minseo membalas senyumnya Minho.
Minho tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Minseo, lalu... menciumnya dengan mata terpejam, tetapi Minseo kaget, sama sekali tidak menyangka, cowok kecil didepannya itu berani melakukan itu. Matanya terbuka dan dia hanya bingung dengan apa yang Minho lakukan.
“aku suka Minseo,” kata Minho setelah menciumnya
Minseo diam saja.. dia benar-benar mengalami apa yang sebelumnya dia lihat, seperti sebuah lintasan peristiwa.
Minseo mematung. Minho malah senyum manis padanya.
“aku.. gak percaya.. ,” kata Minseo dengan terbata.

Minho memeluknya,”buat apa dong.. tadi aku tolong kamu?? Aku beneran suka kamu kok.. aku gak suka Song Yu..”
“kamu.. akan membuat aku lepas dari Song Yu,” jawab Minseo..dia sungguh tidak habis pikir.
“diam-diam saja dong.. pacarannya.. ya??,” pinta Minho,”kamu cewek baik loh..aku suka sama kamu”
“tapi..aku kan.. aneh,” tiba-tiba Minseo malah jadi ingin membuka dirinya pada Minho, tapi dia ingat lagi..antara bingung dan gugup, juga tidak ingin semuanya bubar.
“aneh kenapa?? Kamu baik kok.. aku lihat kamu biasa saja deh.. gak ada yang aneh.. memangnya kamu kenapa??,”
“ah...enggak,” jawab Minseo.. dia jadi berfikir ulang ingin menceritakan dirinya
“ya sudah... jadi.. kamu Imja ku deh,” kata Minho, masih memeluknya.
“kalau misalnya kamu anehnya bisa lihat hantu dan sebagainya.. baru aku malas banget, hehe,” tambahnya lagi.
“tapi..aku begitu, Minho,” kata hatinya Minseo.
“ayo dong.. jangan bikin aku cemberut.. would you be my girlfriend??,” kata Minho lagi.
Minseo mengangguk mengiyakan. Minho baru melepas pelukannya.
“tapi.. kamu pernah bilang kan.. mana ada waktu untuk pacaran?? Kamu harus sekolah,” Minseo masih saja berkilah.
“kalau belajar.. aku tetap akan belajar.. kan asik juga.. nanti ada yang menyemangati..nilaiku jadi bisa bagus,” tawa Minho.
“hieeh.. segitunya,” senyum Minseo masih malu-malu pada Minho.

“hujannya reda nih.. pulang yuk??,” tawar Minho. Minseo mengangguk.
Minho menggenggam tangannya Minseo dengan lembut, mereka menuju tempat mobil Minho diparkir.
Minho cerita cerita tentang teman-teman kelasnya yang dia kenal dan membuat Minseo tertawa senang. Sampai kembali pulang di depan rumah Minseo.
Minho pun berpisah, kembali ke rumahnya. Sampai dirumah, dia sibuk mengirimkan sms pada Minseo.
“malam minggu depan...aku traktir Minseo makan ya??aku tahu tempat makan enak,” katanya dalam sms
“terima kasih, Minho,” jawab Minseo
“panggil aku Namja dong, hehe,” jawab Minho dalam mesenjernya, dia malah lalu mesenjer dengan suara
go to bed.. sudah malam loh... katanya capek??,” kata Minho dalam mesenjer phone
“ya..aku istirahat, annyeonghi Minho,” jawab Minseo dalam mesenjer phone juga.
annyeonghi..aku suka Minseo,” Minho tidak lagi menjawab dengan msgphone, tapi dengan kata-kata yang diiringi icon cinta.
Minseo hanya tertawa kecil, lalu merebahkan dirinya,”Minho..pangeranku.. tetapi..kita mungkin akan berpisah jauh dulu untuk sementara.. mian haeyo

Bersambung ke part 7....