Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee
Young Joon, Lee Hana.
Minggu depan sudah tiba, malam minggunya,
Minseo sengaja menginap di rumah Song Yu supaya mereka bisa membuat paket untuk
anak sekolah daerah miskin itu. Dia dan beberapa temannya sibuk mempaket paket
peralatan sekolah dan permen.
Minseo dan teman temannya senang sekali
malam itu. Mereka mengobrol apa saja, tertawa tawa di rumah Song Yu sambil
bikin paket.
Tiba-tiba, Minho telepon lagi Minseo.
Minseo mendiamkan telepon itu berkali-kali. Dia malas karena ada Song Yu
disebelahnya.
“ada telepon.. kok gak kamu angkat??,”
tanya Song Yu
“ah gak penting banget,” jawab Minseo
singkat.
Minho terus misscall Minseo.. akhirnya Song Yu mengintip juga.
“eh.. itu dari Minho.. kenapa kamu gak mau
angkat?,” tanya Song Yu lagi.
“nanti saja, Song Yu.. kita masih belum
selesai.. mungkin dia cuma tanya soal apa besok paketnya mau diantar dengan
mobilnya atau enggak,” balas Minseo dengan setengah cuek.
Akhirnya malah Song Yu yang merebut Hp nya
Minseo dan mengangkat misscall nya
Minho..
“Hi, Minseo.. jaljinaess eoyo??,” suara Minho ramah sekali diujung telepon sana.
“hi Minho.. aku Song Yu.. jadi besok kamu
mau kesini pagi pagi sekali??,” jawab Song Yu juga dengan ramah.
Minseo cuma memperhatikan saja telepon
untuk dirinya dijawab temannya itu.
“oh.. kemana Minseo??,” tanya Minho heran.
“dia sedang bantu aku membuat paket..
memangnya ada apa Minho??,”
Minho sepertinya ingin mengatakan sesuatu,
tetapi akhirnya dia ngeles juga,”ah..enggak..
itu.. besok aku ke rumahmu jam 6 kan, Song Yu??”
“iya.. semua besok berkumpul jam 6 pagi...
kamu jangan sampai telat loh, Minho.. ,”
“ya.. okay.. sampai jumpa besok ya,” Minho
tidak lama bicara.
Song Yu merasa heran, dia pikir Minho
cowok ramah yang lumayan rame. Dia lalu memberi Hp Minseo.
“aku heran kenapa Minho sekarang kaku
sekali denganku,” kata Song Yu ketika hari menjelang malam dan mereka semua tidur
di atas karpet dalam kamar Song Yu yang besar.
“aku tidak tahu, Song Yu.. sehabis kita
berpisah dengan dia di toko permen itu...aku enggak lagi ngobrol sama dia,”
Minseo berusaha menyembunyikan hal itu. Dia tidak ingin Song Yu jadi
membencinya.
“ah.. gagal deh suka sama cowok ini,” kata
Song Yu menarik selimutnya.
“aku juga gak temukan Minho sepertinya
suka sama kamu, Song Yu.. maaf ya?? Aku membacanya seperti itu,” Minseo juga
ikutan menarik selimutnya. Mereka bicara dalam selimut.
Song Yu cemberut,”uh.. padahal kan yang
suka aku.. sepertinya malah bakalan kamu yang dia suka deh”
Minseo menoleh pada teman akrabnya
itu,”umm.. jangan gitu dong... aku gak mau persahabatan kita putus”
“ya..aku juga sama... kalau gitu.. kita
berjanji,” senyum Song Yu
“apa itu??,” tanya Minseo penasaran
“kemarikan jarimu,” Song Yu menaikkan jari
kelingkingnya,”janji.. kalau gak ada dari kita yang akan jadian sama Minho”
Minseo berpikir sejenak, dia yakin kalau
Minho akan jadi bagian hidupnya, tapi dia juga takut kehilangan sahabat.
“kenapa??,” Song Yu melihat keganjilan
temannya itu.
“ah.. enggak..ya.. aku janji,” Minseo pun
mengaitkan jarinya pada jari Song Yu
“nah.. aku tidur dulu..annyeonghi..,” senyum Song Yu, lalu dia
memejamkan matanya.
Minseo malah jadi susah tidur.. Ternyata,
dia malah bermimpi ketika tidur dan dalam mimpinya itu, dia dimarahi Minho
karena tidak mengangkat teleponnya.
Minseo pun mendadak bangun, tak lama, dia
melihat ternyata, walau dia mensilentkan Hp nya, terakhir masih ada misscall dari Minho sebelum dia dan Song
Yu tidur.
“apa..dia sudah tidur ya??,” Minseo malah
jadi ingin menelepon Minho. Dia berfikir sejenak.. lalu meneleponnya.
Beberapa kali dia mencoba, barulah ada
jawaban
“umm.. museun
il-iya??,” jawab Minho dengan nada seperti baru bangun tidur dari sana.
“Mian
haeyo.. tadi aku tidak angkat..aku sibuk packing paket untuk pagi ini,”
jawab Minseo pelan.
“ada apa?? Apa kamu gak mengantuk??,”
suara Minho baru terdengar jelas. Dia duduk disamping tempat tidur.
“ada apa tadi malam telepon aku??,” tanya
Minseo penasaran.
“ingin ajak kamu jalan-jalan besok sehabis
acara,” jawab Minho datar, dia masih dalam keadaan sedikit mengantuk.
“umm,” Minseo jadi agak ragu
“kemana??,” lanjutnya lagi
“everland saja deh,” balas Minho
“buat??,” tanya Minseo, sebab tiket main
disana cukup mahal baginya.
“jalan-jalan saja.. daripada suntuk
dirumah,” balas Minho ringan, suaranya terkesan agak sedikit jutek.
“kenapa.. enggak mau??,” benar juga apa
yang dipikirkan Minseo..dia menebak sendiri kalau Minseo mungkin akan menolaknya
dan akhirnya jadi jutek.
“ah..enggak kok..aku kan belum bilang
enggak mau,” jawab Minseo, dia setengah kaget.
“kenapa enggak jalan dengan adikmu
saja??,” Minseo ngeles
“malas ah,” jawab Minho singkat
“mau enggak??,” tanya dia lagi
Minseo mondar mandir, galau.
“hello??,” tanya Minho,”still there??”
“Ye..
ah.. gwaenchanh ayo,” jawab Minseo
“nah.. gitu dong.. besok kamu bawa baju
ganti kan?? Habis pulang dari acara.. langsung ya,” suara Minho berubah jadi
gembira lagi
“uh.. dasar anak anak,”keluh hatinya Minseo,”nanti
pun dia tetap sebagian hidupnya seperti anak-anak”
“sudah ya.. go to bed,” Minho malah jadi setengah tertawa, dia ceria
keinginannya tercapai
“ya... malam,” balas Minseo lalu menutup
teleponnya.
Dia kembali lagi berbaring disamping Song
Yu, lalu berfikir,”aduh.. aku sudah melanggar janjiku terhadap Song Yu”, lalu
dia pun tidur.
“wah.. hujan,” Song Yu membuka jendela
kamar rumahnya.
“wah.. gimana dong?? Bukannya kalau mau
masuk ke dalam lingkungan sana.. becek ya?? Kalau hujan begini??,” tanya
Minseo.
Song Yu mengangguk,”mobil tetap bisa masuk
di depan jalan...tapi agak jauh dari rumah ibadah sih”
Song Yu pun menelepon teman-temannya agar
lekas datang, tapi ternyata mereka mau langsung kesana saja karena pagi itu
hujan dan ada salahseorang dari mereka yang membawa mobil.
Song Yu lalu menelepon Minho,”apa kamu
tetap jadi kesini??”
Minho mengiyakan dan meminta mereka tunggu
karena memang hujan.
“kamu sudah bawa baju ganti kan,
Minseo??,” tanya Song Yu yang sedang memilih baju
Minseo mengangguk, lalu dia pun ganti
baju. Dia memakai jumpsuit sederhana, badannya yang kecil pendek malah jadi
terkesan terlihat pendek.
Song Yu yang tinggi malah jadi
tertawa,”eh.. tinggi mu berapa sih?? Pendek sekali”
“aku cuma 160cm kurang.. mungkin cuma
155cm,” jawab Minseo dengan cemberut.
“wah.. pendek sekali.. tapi kenapa Minho
mau kamu jadi model garmen ayahnya?,”
“aku juga tidak tahu,” jawab Minseo dia
berdiri depan kaca lalu mengikat rambutnya ke atas.
“jadi..waktu kamu jadi model itu.. kamu
pakai ukuran baju apa??,” tanya song Yu dengan suara agak meledek.
“S dan M,” jawab Minseo lalu duduk di
depan meja rias.
Song Yu tertawa,”aku saja pakai L loh..
kamu terlalu pendek kalau dengan Minho,”
Minseo langsung menoleh, dia merasa
sedikit tersinggung tapi Song Yu ternyata tidak menyadarinya, malah masih
tertawa.
“iya kali .. aku pendek,” jawab Minseo.
Dia lalu berdiri untuk menghindari
perasaannya pada temannya itu,”Aku siapkan semuanya dulu ya.. packing ini
diletakkan di ruang tamu .. nanti kalau Minho datang..kita langsung bisa bawa
ke dalam mobilnya”
“oke deh,” jawab Song Yu, santai, lalu dia
berdandan dan Minseo membawa satu persatu paket ke ruang tamu.
Tepat jam 6, Minho datang. Dia pakai
pakaian sederhana, hanya kaos oblong, cardigan dan jeans.
“Hi,” senyumnya pada Minseo dan Song Yu,
tapi terlihat banget matanya malah menuju Minseo.
Minseo langsung membawa beberapa paket ke
dalam mobilnya, setelah itu, mobil pun penuh dengan tumpukan paket-paket yang
sudah mereka atur.
“yang duduk di depan siapa??,” senyum
Minho
Minseo menunjuk pada Song Yu,”Song Yu
saja.. dia yang tahu jalannya”
Song Yu pun duduk di depan, tapi Minho
malah jadi gak banyak bicara, dia hanya minta ditunjukkan daerahnya.
“wah.. aku gak pernah nyangka disana ada
daerah yang sangat kotor,” kata Minho dengan masih menyetir tapi penasaran
“kita suka sekali adakan acara disana..
kasian mereka.. dibawah kita kondisinya,” kata Minseo yang duduk dibelakang
Minho
“disana kalau hujan begini bisa becek
sekali,” kata Song Yu,”kamu bawa payung kan Minho??”
Minho mengangguk saja. Mereka pelan-pelan
menuju sebuah jalan yang hanya bisa sampai depan saja, untuk menuju ke dalam
lagi, mereka harus jalan kaki.
“rumah ibadahnya jauh dari sini??,” tanya
Minho. Dia memandang hujan diluar kaca mobil depannya.
“hujannya sedikit deras.. aku sudah
telepon ibu Kim kalau dia dan beberapa ibu lainnya akan berjalan kesini,” kata
Minseo
Minho senyum yang terlihat dari kaca atas
mobil pada Minseo.
“senyum Minho manis sekali deh sama
Minseo.. tapi.. kamu gak boleh langgar janji kita loh, Minseo,” kata hatinya
Song Yu ketika melihat itu.
“aku gak nyangka ada wilayah seperti ini
ditengah kota mewah,” kata Minho lagi. Mereka menunggu dalam mobil. Minseo
membalikkan badannya untuk melihat-lihat apa paket ada yang sedikit rusak atau
tidak karena jalan menuju wilayah itu memang becek, tidak beraspal dan banyak
batunya.
“syukurlah, paket tidak ada yang rusak,”
katanya
“teman-teman baru akan datang sebentar
lagi.. mungkin 10 menit lagi,” kata song Yu.
Mereka lalu melihat teman-teman Song Yu dan
Minseo akhirnya sampai. Mereka menunggu ibu Kim dan beberapa ibu yang juga
terlihat jalan menuju mobil mereka.
Minho membuka kaca mobilnya dan dia keluar
dengan membawa payung,”annyeong haseyo..
Minho Lee.. “, senyumnya pada ibu Kim dan beberapa ibu dihadapannya Mereka
berkenalan lalu Minho bilang kalau paketnya harus dibawa paling banyak hanya
dua buah perorang agar tidak terlalu basah dan tidak rusak kena hujan.
“para ibu bisa bantu kalian,” senyum ibu
Kim. Minho, Minseo, Song Yu dan 3 temannya yang lain membantu membawa semua
paket ke rumah ibadah. Mereka bolak balik mobil-rumah ibadah untuk memindahkan
paket-paket.
Dilihatnya disana sudah banyak anak-anak
kecil usia sekolah dasar yang sedang duduk.
Minho ternyata manis dengan mereka, dia
malah sibuk melambai-lambaikan tangannya sambil senyum.
Song Yu berbisik pada ibu Kim,”Lee Minho
itu anak raja tekstil, ibu Kim”
“oh.. wah.. ,” senyum ibu Kim,”mau juga
dia kesini”
“ya.. aku senang pacarku bisa kesini..dia
juga menyumbang permen dan buku-buku untuk anak-anak,” Song Yu malah jadi
mengaku-ngaku.
“wah.. Namjachingu
mu??,” senyum ibu Kim. Song Yu memang akrab dengan ibu Kim, semacam ketua
perkumpulan wilayah daerah miskin itu.
Song Yu mengangguk senang, bohongnya
dipercaya oleh ibu Kim.
Minseo lalu menghampiri Song Yu dan Ibu
Kim,”bisa..acaranya kita mulai??”
Ibu Kim lalu berdiri di hadapan anak-anak
kecil itu,”anak anak semua.. ini kakak kakak kalian datang... ada hadiah untuk
kalian”
Minho, Minseo, Song Yu, Jang Di, Na Ra dan
Lea melambaikan tangan pada para anak itu,”annyeong
haseyo..,” kata mereka kompak.
Anak anak membalas salam mereka dengan
ceria.
Mereka pun bernyanyi nyanyi bersama,
bermain di dalam rumah ibadah yang atap dan dindingnya terbuat dari kayu triplek
bekas dan juga asbes yang kalau siang terasa akan sangat panas.
“Minho Oppa
bisa nyanyi loh,” Minseo ternyata iseng juga, memancing Minho.
“eh?? Ah.. enggak kok ah,” Minho malah
jadi malu
“iya kan?? Ayo.. nyanyi dong, Oppa,” kata
Na Ra.. malah juga ikutan ngompor ngomporin
“ayo dong, Oppa.. nyanyi dong untuk kita,”
kata salah seorang anak. Anak- anak yang lain jadi ikutan menyemangati dan
minta Minho bernyanyi.
“nyanyi apa dong??,” Minho malah berbisik
ke Minseo. Song Yu jadi terlihat gak enak hati. Ibu Kim juga akhirnya mikir
aneh, kok malah terkesan Minho lebih akrab dengan Minseo daripada dengan Song
Yu yang mengaku jadi pacarnya.
“kan enggak boleh nyanyi cinta cinta
loh..di depan anak-anak,” bisik Minho lagi pada Minseo.
Na Ra malah jadi berbisik dengan Song
Yu,”Minho itu.. Namjachingu nya Minseo
ya??”. Na Ra tidak tahu kalau Song Yu juga suka Minho.
“Kalian sukanya Oppa nyanyi apa??,”
tiba-tiba Minseo malah berinsiatif meminta pada para anak itu.
Mereka lalu saling menunjukkan tangan,
saling mengusulkan.
“nah.. aku bernyanyi lagu tradisional aja
deh...,” tawar Minho,”lalu.. kalian saling melingkar dan maju mundur maju
mundur, tetap berpegangan tangan.. oke??”
“OKEEEE!!,” teriak anak-anak senang, lalu
mereka berkumpul membuat beberapa lingkaran, saling berpegangan tangan.
Minho lalu bernyanyi lagu tradisional
anak-anak, sementara ibu Kim dan ibu ibu lainnya juga saling membuat lingkaran
dan berpegangan tangan. Begitu juga dengan enam orang tersebut.
Minho malah bersebelahan melingkar dengan
Minseo dan dia pun menggenggam tangan Minseo. Minseo jadi salah tingkah
sendiri. Tangan Minho satunya lagi juga menggenggam tangan Song Yu yang berdiri
di sebelahnya.
Mereka saling menggerakkan tangan ke atas
ke bawah dan juga maju mundur ketika Minho bernyanyi.
Semuanya tertawa senang, Minho banyak
menoleh pada Minseo ketika dia bernyanyi dan tersenyum. Minseo hanya membalas
senyumannya dengan senyum tipis, dia benar-benar tidak ingin melukai hati Song
Yu.
“bagaimana adik adik... PUAS??,” teriak
Minho senang dan tertawa
“GAMSAHABNIDA
OPPA...!!,” teriak anak-anak senang, mereka bertepuk tangan bersama.
Ibu Kim dan ibu ibu lainnya juga senang
dengan acara itu. Mereka pun membagi bagi paket satu persatu pada anak-anak.
“Minseo.. aku minta tolong foto dengan
adik ini dong,” Minho malah memberikan Hp nya pada Minseo, ketika dia
berjongkok memberikan sebuah paket pada anak kecil perempuan.
“wah.. Minho akrab banget sama Minseo
deh.. kayak pacaran,” Lea menyeletuk.
Minho dengan santainya malah menggendong
anak kecil kelas 1 SD itu dipangkuannya walau dia sedang berjongkok.
“cheese.. senyum ya,” katanya ramah pada
anak perempuan kecil itu.
Mereka lalu senyum dan Minseo mengambil
foto keduanya.
Minho memeluk anak kecil perempuan
itu,”kamu yang rajin sekolah loh.. nanti kamu bisa pintar”, dia malah mengusap
usap rambut anak kecil itu
“Oppa baik.. gambsahabnida, Oppa,” jawab anak kecil perempuan itu dengan wajah
memerah.
Mereka semua berfoto bersama dengan
anak-anak sebelum anak-anak itu kembali ke rumah mereka karena hujan sudah
reda.
Enam orang itupun lalu mampir sebentar ke
rumah ibu Kim.
“Astaga.. aku gak bisa bilang apa-apa,
Minseo.. kasihan sekali mereka..aku beruntung banget Appa ku kaya,” Minho
berbisik kembali pada Minseo dengan menunduk karena pendeknya cewek itu, ketika
mereka masuk rumah ibu Kim yang lantainya hanya dari semen, dindingnya dari
triplek dan plastik bekas serta atap dari genteng plastik dengan peralatan
elektronik TV tua dan kulkas tua.
Ibu Kim dan beberapa ibu lainnya lalu
mengajak mereka duduk bersama dan mengobrol ngobrol panjang tentang kondisi
daerah ini daridulu yang kesannya jauh dari kemajuan kota Seoul yang gemerlap,
cerita harapannya mendapat perhatian dari pemerintah yang bukan cuma
janji-janji saja.
“Minho ini baru dikelompok kami, Ibu Kim
dan semuanya..,” kata Song Yu,”Minho ini anak raja tekstil”
“ah..enggak kok..aku biasa aja,” jawab
Minho malu-malu.
Ibu Kim lalu bercerita bagaimana dia sedih
sepeninggal suaminya, dia menjadi orang miskin dan akhirnya dia tinggal di
wilayah ini bersama dengan yang lain.
Lama mereka saling cerita sampai hujan
benar-benar reda, barulah mereka pulang.
“Kami senang kalian bisa membantu kami..
terima kasih banyak,” Ibu Kim dan yang lainnya menunduk hormat.
Song Yu dan yang lain juga membalas hormat
mereka,”kami akan hubungi ibu Kim kembali jika kami ada kesempatan,”
Mereka lalu pulang dengan kembali
menyusuri jalan becek yang tadi pagi sudah kehujanan.
“hati hati loh... licin banget jalannya,”
kata Lea.
Mereka melihat jalan itu memang becek,
berlumpur dan licin..
“awas hati-hati loh bisa terpeleset,” kata
Song Yu.
Mereka berjalan dengan hati-hati
melangkah, saling satu persatu berbaris depan ke belakang.
Tiba-tiba Minseo terpeleset, dia hampir
terjerembab, tapi Minho buru-buru menangkap tangannya dan memeluknya dari
belakang.
“aduh.. kamu gak hati-hati deh,” kata
Minho masih memeluknya.
“Mian
habnida.. aku gak apa apa kok,” kata Minseo, dia deg-deg an banget di tarik
dan dipeluk Minho dari belakang dan berusaha melepaskan pelukan Minho padanya.
“kamu gak kenapa-napa kan??,” tanya Minho
lagi.
Song Yu dan yang lain yang melihat mereka
berdua jadi agak bengong.
“Minho benar-benar seperti pacaran dengan Minseo
ya??,” bisik Na Ra pada yang lainnya.
“enggak.. gwaenchanh a.. gomaseubnida,Minho,” kata Minseo, dia mengelap
jumpsuitnya yang sedikit kotor.
“aku baik-baik kok.. gak ada yang sakit,”
lanjutnya lagi.
Mereka lalu lanjut jalan menelusuri jalan
becek dan licin itu. Sampai kembali ke dalam mobil, Song Yu diam saja, dia
begitu iri dengan pemandangan itu.
“Minho ternyata suka sama Minseo,” keluh
hatinya Song Yu di dalam mobil.
“aku harus antar siapa dulu??,” Minho
membuka pembicaraan mereka di dalam mobil.
“rumah yang paling dekat dengan sini Song
Yu,” jawab Minseo yang masih duduk dibelakang Minho.
“jadi..aku antarkan Song Yu dulu deh..baru
antar kamu,” ujar Minho lagi, dia tetap berkonsentrasi menyetir.
Song Yu diantar Minho sampai depan
rumahnya.
“terima kasih banget ya.. kamu mau bantu
acara kita,” kata Song Yu pada Minho.
Minho senyum padanya,”kalau nanti ada
acara seperti ini lagi.. aku dicontact lagi ya..”
Song Yu cuma senyum saja, dia hari itu
kecewa berat dengan Minho. Minho lalu pamit dan kembali masuk mobilnya.
“Yeee... jadi kan.. jalan jalan ke
Everland??,” Minho malah jadi senang banget di dalam mobilnya, seperti anak
kecil, dia menoleh pada Minseo yang duduknya pindah ke depan.
Minseo mengangguk,”iya.. tapi aku tidak
bisa lama-lama.. mungkin sebentar saja deh..”. dia mencoba tidak ingin
memperpanjang urusan dengan Minho. Dia sekali lagi membayangkan tidak ingin
persahabatannya retak dengan Song Yu.
“yah...ini kan baru siang loh.. masih jam
12 lewat sedikit,” Minho melihat jam tangannya, masih sambil menyetir.
“pulangnya..sore kan??,” tanya Minseo,
pelan.. melihat wajah Minho.
Minho mengangguk. Mereka menuju tempat
permainan itu.
Minho senang sekali dia bisa puas main
hari itu.. dan.. sampai sore menjelang.
“eh.. kita lupa makan loh.. makan dulu
ya??,” kata Minho menawarkan diri. Mereka lalu keluar dan pergi makan ke sebuah
restaurant kecil.
“aku berterima kasih.. kamu tadi mau
tolong aku.. kalau enggak.. pasti bajuku akan kotor banget.. dan aku gak bawa
baju ganti yang baru..mungkin bisa juga terkilir,” kata Minseo, mereka makan
mie dingin saling berhadap-hadapan.
Minho senyum padanya,”gak apa kok.. kamu
sepertinya ceroboh banget ya?hehe”
“tadi memang jalannya licin banget juga
kok,” lanjutnya lagi,“gak ada luka kan??,”
Minseo menggeleng,”aku.. jadi merasa gak
enak dengan Song Yu”
Minho heran,”loh.. kenapa?? Memangnya
salah kalau aku tolong kamu??”
Minseo menggeleng lagi,”enggak sih..
cuma.. “
“oh..aku tahu.. pasti karena aku reflek
langsung peluk kamu.. iya kan??,” Minho main tembak saja, apa maksud perkataan
Minseo.
Minseo mengangguk saja, dia tidak
meneruskan kata-katanya lagi.
“Ah.. cuek saja.. aku kan memang anggap
Song Yu teman biasaku.. bukan pacar atau siapapun,” lanjut Minho lagi.
Mereka melanjutkan makannya sampai
selesai.
“eh.. aku mau ke Tower..main lagi yuk??,”
tawar Minho.
“eh..aku harus pulang, Minho.. ini sudah
hampir malam,” Minseo mengelak. Dia memperlihatkan jam tangannya.
“baru jam 7 malam kok.. kenapa?? Takut
lagi??,” tanya Minho, masih santai menyetir, lalu dia benar- benar belok ke
arah tempat wisata sebuah Tower yang dapat melihat keliling kota Seoul.
“aduh.. lagi-lagi,” keluh hatinya Minseo.
Dia seperti melihat sesuatu hal antara mereka berdua.
“aku mau istirahat sebentar disana,” ujar
Minho
“sudah tutup bukan???,” kilah Minseo
“enggak ah.. lihat saja nanti,” Minho lalu
membelokkan lagi arah mobilnya dan mereka sampai.
“heeehh.. memang buka sampai malam ya??,”
Minseo memang heran, kenapa tempat wisata itu masih buka.
Minho merasa menang,”hehe.. kamu kurang
update sih”
“yah.. aku memang sibuk lulus kuliah dan
habis ini.. aku harus kerja,” jawab Minseo.
Mereka lalu jalan ke dalam Tower dan
sampai di puncak.
“Seoul hebat kalau malam hari,” kata Minho
sambil meneropong.
Minseo hanya menjawab ya dan mengangguk.
“eh..coba kamu lihat sini,” Minho
menawarkan teropong yang masih dia pegang dan matanya masih mengeker.
Minseo menghampirinya, baru Minho menjauhkan
dirinya dari teropong itu dan gantian Minseo melihatnya.
“lihat...bagus kan??,” tanya Minho seperti
anak kecil.
Minseo mengangguk saja.
“eh Minseo.. kamu ini kenapa takut dengan
Song Yu sih?? Memang kamu bergantung banget sama dia??,” tanya Minho, dia
bersandar disisi dinding.
Minseo lalu melepas pandangan matanya pada
teropong itu, lalu menoleh pada Minho.
“aku gak mau kehilangan teman,” jawabnya
“Kamu terlalu takut kehilangan dia..
memang kenapa kamu tidak punya teman yang lain??,”
Minseo diam.. dia tidak ingin menceritakan
siapa dirinya, terutama kemampuan supernaturalnya, dia tidak ingin Minho tahu
lalu akan menjauh darinya, tidak lagi menganggapnya sebagai teman.
“sedari kecil.. aku punya trauma,” ujar
Minseo
“oh..kenapa?? karena trauma itu.. terus
kamu gak bisa dapat teman, begitu??,”
Minseo mengangguk, mereka berdiri
berhadapan, Minho masih bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya.
“boleh gak..cerita.. trauma apa??,”
Minseo diam, dia sungguh enggak mau Minho
tahu.
“kok gak jawab sih?? Kamu simpan rahasia
ya?? Atau..sebenarnya kamu ini hebat banget seperti peramal Kang itu.. punya
kemampuan supernatural.. terus kamu dijauhi teman-temanmu sedari kecil??,”
lagi-lagi Minho menebak-nebak.
“ah..enggak kok, bukan itu,” kilah Minseo.
“trus... apa dong??,” Minho masih penasaran.
“Mian
haeyo...gak usah dibahas ya??,” pinta Minseo.
“ya sudah deeeh.. pulang yuk.. nanti kamu
capek loh,” tawar Minho. Lalu mereka turun kembali ke lantai dasar, keluar
gedung itu.
Tapi ternyata, malam itu hujan lagi..
“wah.. tunggu disini deh,” kata Minho.
Mereka sudah diluar, dilantai bawah.
Minho mengajak Minseo masuk, malam itu
sudah sepi. Lalu lalang orang berkurang karena mereka membawa payung dalam
tas-tas nya.
“sayang banget.. tadi kita lupa bawa
payung dari dalam mobilku,” kata Minho memulai pembicaraan sambil lihat hujan
di jendela.
“lama tidak ya?? Aku sudah capek,” jawab
Minseo.
“mungkin sebentar lagi,” balas Minho,
masih memandang hujan yang titik titiknya menyentuh kaca gedung.
Mereka berdua saja memandang hujan.
Tiba-tiba, Minho malah merangkul
Minseo,”gak kedinginan??”
Minseo malah menunduk tapi
menggeleng,”enggak,” dia malas melihat wajah Minho, takut dengan bayangannya
sendiri sedari tadi mereka di puncak Tower.
“hujannya juga sudah mulai rintik rintik
sih.. tapi masih besar.. nanti bisa sakit,” kata Minho lagi
Minseo hanya mengangguk, dia ingin menepis
rangkulan tangan Minho, tapi takut cowok muda itu ngambek.
“Minseo.. menurutmu... kalau misalnya
nanti aku masuk Universitas Seoul..gimana ya?? Appa mau aku berjuang keras,”
Minho mendadak curhat, tangannya masih merangkul Minseo dari samping,”aku minta
pendapatmu dong..”, lalu dia menoleh pada Minseo dan senyum.
Minseo malah merasa jadi sedikit
malu,”eeehh.. iya.. kamu harus tetap semangat.. jangan menyerah.. aku kan sudah
pernah tebak kamu... kamu punya peluang besar diterima loh..,”
“iya sih.. peramal Kang juga bilang
seperti itu.. ,” balas Minho,”jadi.. mulai semester depan.. aku harus terus
rajin belajar.. ,”
“eh..tapi aku butuh dukungan kamu loh.. ,”
katanya lagi
“aku??,” tanya Minseo heran, Minho
mengangguk.
“iya.. soalnya aku pikir.. kamu cewek kuat
loh.. perasaanmu kuat banget deh,” jawab Minho.
“apa..karena aku bisa nebak kamu??,”
“ah..enggak juga kok.. lebih dari itu juga
aku rasa,” senyum Minho manis.
“ya..aku akan dukung kamu sebagai teman..
tetap semangat ya! Fighting till the end,”
Minseo mengepalkan satu tangannya, ekspresi menyemangati.
“gitu dong.. gomawo,” senyum Minho.
“sama-sama..aku juga senang kalau kamu
sukses,” Minseo membalas senyumnya Minho.
Minho tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada
Minseo, lalu... menciumnya dengan mata terpejam, tetapi Minseo kaget, sama
sekali tidak menyangka, cowok kecil didepannya itu berani melakukan itu.
Matanya terbuka dan dia hanya bingung dengan apa yang Minho lakukan.
“aku suka Minseo,” kata Minho setelah
menciumnya
Minseo diam saja.. dia benar-benar
mengalami apa yang sebelumnya dia lihat, seperti sebuah lintasan peristiwa.
Minseo mematung. Minho malah senyum manis
padanya.
“aku.. gak percaya.. ,” kata Minseo dengan
terbata.
Minho memeluknya,”buat apa dong.. tadi aku
tolong kamu?? Aku beneran suka kamu kok.. aku gak suka Song Yu..”
“kamu.. akan membuat aku lepas dari Song
Yu,” jawab Minseo..dia sungguh tidak habis pikir.
“diam-diam saja dong.. pacarannya.. ya??,”
pinta Minho,”kamu cewek baik loh..aku suka sama kamu”
“tapi..aku kan.. aneh,” tiba-tiba Minseo
malah jadi ingin membuka dirinya pada Minho, tapi dia ingat lagi..antara
bingung dan gugup, juga tidak ingin semuanya bubar.
“aneh kenapa?? Kamu baik kok.. aku lihat
kamu biasa saja deh.. gak ada yang aneh.. memangnya kamu kenapa??,”
“ah...enggak,” jawab Minseo.. dia jadi
berfikir ulang ingin menceritakan dirinya
“ya sudah... jadi.. kamu Imja ku deh,” kata Minho, masih
memeluknya.
“kalau misalnya kamu anehnya bisa lihat
hantu dan sebagainya.. baru aku malas banget, hehe,” tambahnya lagi.
“tapi..aku begitu, Minho,” kata hatinya
Minseo.
“ayo dong.. jangan bikin aku cemberut.. would you be my girlfriend??,” kata
Minho lagi.
Minseo mengangguk mengiyakan. Minho baru
melepas pelukannya.
“tapi.. kamu pernah bilang kan.. mana ada
waktu untuk pacaran?? Kamu harus sekolah,” Minseo masih saja berkilah.
“kalau belajar.. aku tetap akan belajar..
kan asik juga.. nanti ada yang menyemangati..nilaiku jadi bisa bagus,” tawa
Minho.
“hieeh.. segitunya,” senyum Minseo masih
malu-malu pada Minho.
“hujannya reda nih.. pulang yuk??,” tawar
Minho. Minseo mengangguk.
Minho menggenggam tangannya Minseo dengan
lembut, mereka menuju tempat mobil Minho diparkir.
Minho cerita cerita tentang teman-teman
kelasnya yang dia kenal dan membuat Minseo tertawa senang. Sampai kembali
pulang di depan rumah Minseo.
Minho pun berpisah, kembali ke rumahnya.
Sampai dirumah, dia sibuk mengirimkan sms pada Minseo.
“malam minggu depan...aku traktir Minseo
makan ya??aku tahu tempat makan enak,” katanya dalam sms
“terima kasih, Minho,” jawab Minseo
“panggil aku Namja dong, hehe,” jawab Minho dalam mesenjernya, dia malah lalu
mesenjer dengan suara
“go
to bed.. sudah malam loh... katanya capek??,” kata Minho dalam mesenjer
phone
“ya..aku istirahat, annyeonghi Minho,” jawab Minseo dalam mesenjer phone juga.
“annyeonghi..aku
suka Minseo,” Minho tidak lagi menjawab dengan msgphone, tapi dengan kata-kata
yang diiringi icon cinta.
Minseo hanya tertawa kecil, lalu
merebahkan dirinya,”Minho..pangeranku.. tetapi..kita mungkin akan berpisah jauh
dulu untuk sementara.. mian haeyo”
Bersambung ke part 7....