This is me....

Selasa, Agustus 26, 2014

Pernikahan ½ (Part 26: Uangnya Kemana, Minho Nampyeon?)

Ketika pulang liburan, Minho dan Aiko kembali pulang tetapi tidak langsung ke rumah susun mereka, melainkan ke rumah orangtua Aiko untuk menginap 1 malam disana. Mereka pulang dengan wajah ceria sehabis liburan lebih dari 1 minggu.
“kuliah kalian kapan dimulai lagi??,” kata ayahnya Aiko, Kohashi.
Minho duduk di depan para anggota keluarga isterinya itu,”masih ada sisa satu minggu lagi, Otoosan”. Dia sudah mulai terbiasa akrab dengan keluarga Aiko.
“mau bermain kemana lagi?? Aku lihat wajahmu kusut sekali?,” tanya Kohashi.
eh... hontou desu ka, Otoochan?? Heeehh.. naze ka, Otto??,” tanya Aiko pada Minho. Dia mengelus pipi Minho dan menolehkannya pada dirinya.
“enggak kok.. aku gak apa-apa..,” jawab Minho dengan wajah memang agak sedikit panik. Entah apa lagi yang dia sembunyikan.
“rasanya Seoul-Tokyo tidak terlalu jauh kalau naik pesawat,” ujar Kohashi santai sambil minum teh hijau hangat dimusim dingin itu, seperti sindiran karena melihat wajah menantunya yang dirasa masih menyimpan sesuatu.
“ah..memang dekat Otoosan.. tapi aku memang merasa lelah,” jawab Minho menunduk hormat pada mertuanya.
“ya.. kalau begitu beristirahatlah,” ujar Kohashi. Minho menunduk hormat pada semua anggota keluarga Kohashi dan dia pergi menuju kamar Aiko.


Aiko mengikutinya dari belakang dengan memegang tangannya, takut Minho pusing seperti 2 hari yang lalu ketika mendengar kabar kematian Eun Ha.
Nampyeon.. daijyoubu ka??,” tanya Aiko padanya.
Minho meminta dia berjalan bersampingan,”wakaranai.. rasanya ada yang mengganjal hatiku lagi.”
“oh,” balas Aiko singkat, lalu dia membuka pintu kamarnya untuk Minho dan merekapun masuk.
Minho masih duduk di pinggiran tempat tidur.
“kalau begitu.. tidur saja dulu,”senyum Aiko padanya.
Minho bergumam saja, lalu,”anak kita baik kan??”
Aiko senyum mengangguk dengan semangat,”hai.. dia nakal”
Minho mengalihkan pembicaraan,” nanti sore.. jadi kan kamu ke rumah sakit lagi?? Takut dia kelelahan”, lalu dia mengelus perut Aiko.
“Eomma memberikan aku uang.. jadi kita bisa periksa kesehatan dia,” lanjutnya lagi.
Aiko malah genit pada Minho, dia memijat pundak Minho sambil berdiri,”jadi.. ceritanya sebenarnya menghindari ayah ya?? Hehe”
Minho memegang salahsatu tangannya yang masih memijat pundaknya dan menciumnya,”chu... tahu saja deh, hehe”, lagi lagi dia menyembunyikan sebuah kekhawatiran.
Minho menyuruhnya duduk disampingnya,”aku harus kerja lagi”, katanya dengan tatapan mata serius pada Aiko.

Aiko jelas bingung dengan hal itu, terakhir uang mereka masih banyak dari hasil Minho mendapat kontrak sebagai model, lalu kenapa harus mencari lagi?
“buat dia,” jawab Minho dengan mengelus perut Aiko yang semakin besar.
Aiko jadi senang dan bahagia, dia sama sekali tidak tahu kalau sebenarnya uang tabungan mereka habis karena Minho harus menolong mendiang Eun Ha dari jeratan rentenir karena ayahnya yang tukang judi itu.
Aiko malah memeluk Minho, merasa, bahwa pasangannya itu cowok masih muda yang penuh tanggung jawab, padahal dalam hatinya, Minho galau dan merasa bersalah pada Aiko.
“kalau kita bergantung terus pada orangtua, kan enggak baik juga,” balas Minho dengan lembut.

Aishiteru, Otto,” balas Aiko, dia lalu berani mencium Minho.
Minho malah menggerutu, Aiko heran.
“loh.. kenapa lagi??,” tanya Aiko dengan herannya.
“dia harus cepat-cepat keluar loh.. aku gak bisa main sama kamu,” gerutu Minho mendadak cemberutnya muncul lagi.
Aiko malah jadi tertawa kecil dengan kelakuan pasangannya itu,”ya.. tapi nanti kan.. kamu bisa sangat sibuk sekali loh.. sanggup tidak??”
Minho menggaruk kepalanya, jelas dia akan pusing, punya anak berarti harus kerja keras dan mandiri tanpa bantuan orang tua, sedang usia sudah masuk 7 bulan, sementara sebenarnya dia galau karena tabungan sudah habis.
“kamu.. masih rela kan.. kalau aku jadi model?? Cuma ini rasanya pekerjaan yang aku bisa.. dan mungkin kita bisa cepat dapat uang banyak,” ujar Minho.
Aiko merangkul tangannya,”iya deh... aku turuti saja.. lagipula.. kita kan juga harus berikan yang terbaik untuknya”
“nah... begitu dong.. jadi.. gak akan cemburu lagi.. kalau misalnya partner kerjaku cewek kan??,”
Minho lalu membaringkan dirinya sendiri,”haaahhh... gak segampang yang aku harapkan..”, dia menggaruk kepalanya.

Aiko lalu membelai poninya,”hiii.. rambut mu sudah panjang.. mau aku gunting??”
Minho menggeleng,”Iya (tidak-red).. aku suka gondrong..chu”
Aiko duduk disampingnya yang berbaring,”minggu depan kita sudah masuk kuliah lagi.. sibuk lagi deh”
“aku besok akan ke agency lagi.. siapa tahu mereka masih memperpanjang kontrakku.. lagipula.. aku juga butuh bicara dengan Makoto kun”, balas Minho.
“aku ikut ya? Aku ingin bicarakan sesuatu dengan Makoto kun juga,” ujar Aiko. Minho mengangguk,”jangan lupa oleh-oleh untuknya dibawa juga.. aku sudah hubungi mereka dan kita akan kumpul dikampus”
“aku bilang pada Makoto kun tadi pagi, kalau aku harus kerja lagi.. besok Makoto kun akan juga datang kesana karena memang dia ada pemotretan,” lanjutnya lagi.
“tapi hari ini.. lelah tidak?? Aku ingin pergi ke tempat Myo chan.. aku juga sudah janji,”

“ah.. tapi bukannya.. memang kontrakmu satu tahun dengan agency, iya kan.. Otto?? Berarti masih ada sisa bonus dari kontrak kemarin dong?? Belum berakhir kan??,” tanya Aiko serius. Dia memang pernah membaca isi kontrak suaminya itu dengan agency model. Minho jadi agak kaku karena dia takut Aiko curiga soal uang yang sudah habis.
“ah..aku kan enggak simpan kontraknya??,” dia berusaha ngeles. Tapi Aiko menjawab kalau Minho menyimpan itu dan dia masih ingat dimana letak menaruhnya.
“aduh..aku gak mau nanti dia tahu kalau uang sudah habis,” galau hatinya Minho.
“kenapa Otto bingung sekali sepertinya hari ini?? Ada yang mau kita bahas??,” Aiko memang melihat wajah Minho langsung berubah ketika membahas soal kontrak tadi.
“aku bingung.. apa mereka masih akan bisa memakai aku atau tidak,” kilah Minho lagi.
Lalu Aiko tetap berpegang pada apa yang dia tahu, kalau memang masih ada kontrak dan memang masih ada keterikatan produk, walau ada produk baru yang akan diambil, asalkan satu agency masih okay saja.
“sepertinya Otto bingung sekali hari ini.. sakit kepala kah??,” tanya Aiko penasaran pada Minho.
Minho selalu mengelak,”sudahlah.. sehabis kita ke RS, aku antarkan kamu ke kost nya Myo kun itu”
Minho menyanggupi. Sore setelah mereka pergi dari RS, dia akan mengantarkan Aiko ke kost Myo, teman akrabnya yang satu jurusan.

Ketika di Rumah Sakit, Minho berfikir lagi. Aiko santai saja mendaftarkan dirinya di bagian registrasi dan dia duduk senyum-senyum pada Minho dengan memperlihatkan kartu antrian.
“gak lama.. hari ini Higurashi sensei tidak banyak pasien, hihihi,” katanya cekikikan pada Minho, menunjukkan kartu antrian yang hanya menunggu tiga orang lagi.
Minho iseng mencubit pipinya yang tembem dan mengenggam tangannya.
“ih.. kamu gemuk banget sekarang deh,” sindir Minho padanya.
Aiko cemberut,”kan aku makan terus, Otto.. dia makannya kuat sekali.. aku lapar terus”
Minho merangkulnya, dia seperti mencari alasan terlalu mesra untuk menyembunyikan kegalauannya itu. Mereka menunggu giliran masuk.
“aku harus bisa siapkan nama untuk dia,” senyum Minho padanya.
Aiko iseng menyandarkan kepalanya pada Minho,”up to you, Otto.. pasti dia dapat nama yang terbaik”
“pikiranku melayang bagaimana caranya dia bisa sehat loh,” kata Minho, pandangannya lurus saja, tidak menoleh sama sekali pada Aiko.
“eeeehhh.. aku jadi tambah cinta kamu deh,” senyum Aiko pada Minho, Minho masih belum menoleh padanya.
Lalu, barulah dia menoleh,”Appa dan Eomma harus tahu rencana kita ke depan untuk dia”
“aku justru bangga sekali dengan kamu,” senyum Aiko lagi padanya.
Minho membalas lagi dengan senyuman,”aku suami baik kan??”
Aiko mengangguk senang, meng-iyakan apa kata Minho,”best man i ever know!”, pujinya pada Minho lalu iseng mencium pipinya Minho.
Mereka masuk setelah tiga antrian selesai.

“Minho kun itu masih saja terlihat kaku sepertinya di depan kita,” kata Akira pada ayahnya sendiri.
“beda budaya, maka beda pula perlakuan,” jawab ayahnya santai. Mereka sedang ada di ruang tengah yang ada tungku pemanas nya. Musim dingin memang terkesan lama dan tidak ada yang keluar teras seperti musim semi sebelumnya.
“kemana mereka sekarang, Otoosan??,” tanya Akira lagi.
“Rumah Sakit, periksa kandungan,” jawab Kohashi masih dengan ekspresi santai.
“menurut Otoosan tadi ketika pembicaraan siang.. apa ada yang aneh dengan Minho kun itu??,”
“aku sebagai mertua merasakan.. yah.. paling hanya masalah uang persiapan melahirkan,” jawab Kohashi lagi dengan santainya.
“seperti nya lebih dari itu,” ujar Akira,”Minho kun itu lebih suka menyembunyikan perasaannya ketimbang ditonjolkan,”
“mungkin karena dia belum bisa dekat dengan kamu dan kalian pernah ribut,” kenang Kohashi.
“aku kurang suka dengan tertutupnya dia,” balas Akira dengan intonasi sedikit emosi.
“tidak perlu dibesar-besarkan, Akira.. kalau dia bermasalah denganmu dan kalian ribut lagi.. kalian hanya akan buat kepala ku pusing,” kata Kohashi santai.
“lagipula, mereka sudah besar, sudah saatnya semua ditentukan mereka sendiri manis-pahitnya”
“mungkin didikan orangtuanya seperti itu..sama saja kalau aku didik kalian.. pasti juga akan ada penyesuaian,” tambah Kohashi lagi.
Akira bergumam lalu dia curhat dengan ayahnya itu kalau sebenarnya dia dari awal kurang suka dengan Minho mulai dari sifatnya yang menurutnya agak sombong, terlalu memilih dan sampai tertutup. Kohashi sebagai ayah dari Aiko, Kumiko dan juga dia hanya tertawa saja dengan penjelasannya.

“kamu orang desainer.. tapi kenapa tidak terbuka sedikit dengan tingkahnya yang menurutmu itu pemilih??,” Kohashi berusaha membuka pikiran anak lelaki satu satunya itu.
“posisi kalian sama.. sebagai lelaki satu-satunya.. jadi, pola pikir kalian semestinya berkembang ke arah dewasa dan penuh tanggung jawab,”
Akira berkilah kalau dia memang merasa tidak pernah bisa dekat dengan Minho. Ketika Minho kesini saja, dia lebih banyak diam, hanya bicara biasa saja, terkesan kaku dan memilih orang dalam ngobrol.
“Otoosan ini aku pikir strict sekali pikirannya pada orang lain,” keluh Akira.
“apa kamu merasa sekarang aku lebih longga?? Aku berhak menggunakan otoritasku di rumah ini,” jawab Kohashi. Akira diam saja. Dia tidak mau melawan perkataan ayahnya.
Ayahnya lalu berdiri,” nah.. sudah selesai bahas tentang Minho kun itu.. kalau memang kamu melihat kejanggalan lainnya lagi.. jangan ragu cerita ke aku”, lalu pergi ke kamarnya.
“baik, Otoosan,” kata Akira menunduk hormat sampai Kohashi meninggalkan ruangan itu.
Dalam hatinya, Akira mempunyai keinginan untuk terus mengawasi Minho agar tidak menyakiti kehidupan adik perempuannya itu.

Sampai Minho dan Aiko di kost an nya Myo, mereka lasngsung disambut dengan ramah. Aiko sudah janji kalau dia membawa oleh-oleh untuk Myo dan langsung memberikannya. Tetapi karena Aiko bilang pada Minho kalau dia agak lama di kost an teman akrabnya itu, maka Minho pun meninggalkannya sebentar dengan alasan pergi ke rumah temannya, padahal dia pergi ke rumah Makoto.
Makoto kaget dengan curhatan Minho soal habisnya uang dia untuk membantu mendiang mantan pacarnya itu.
“Gila kamu Minho kun.. sampai segitunya.. kalau Aiko chan tahu.. dia bisa marah-marah lagi sama kamu dan kalian perang lagi...aissshh.. gila,” ujar Makoto tidak habis pikir.
“maka itu.. sekarang aku disini. Aiko chan sekarang sedang di kost nya Myo kun.. jadi aku ke sini saja deh.. pusing,” keluh Minho, dia menunduk saja, kepalanya pusing berfikir keras.
“Ya ampun.. uang ratusan ribu ¥en menguap begitu saja.. gak kebayang deh,” Makoto jadi ikutan pusing.
“salahku juga.. aduh.. tapi.. kamu belum tahu cerita ku kan?? Aku hampir saja selingkuh dengan mantanku itu.. dan.. sehari sebelum kita pulang.. akhirnya dia bunuh diri,” keluh Minho. Dia curhat habis-habisan soal kehidupan mantan pacarnya itu.
“kacau sekali deh kamu Minho kun.. aku gak nyangka,” kata Makoto.

“terus.. apa aku bisa ya.. dapat kontrak produk baru??,” Minho jadi ngarep banget dia akan bisa dapatkan uang lagi.
“ya.. kamu hubungi dulu Takeuchi-san sana.. aku sih tidak bisa apa-apa.. kontrakku juga belum habis sama jam tangan ini.. sepertinya lanjut lagi bulan depan,” ujar Makoto
“ya.. aku merasa salah banget dengan Aiko chan.. semestinya uang itu untuk biaya anak dan juga kuliah.. tapi malah aku habiskan sendiri,” keluh Minho
“sebenarnya sih baik maksudnya.. cuma kamu keterlaluan.. memang sama sekali dia sudah tidak pegang uangmu lagi??,” tanya Makoto sambil minum di kost an.
Minho menggeleng,”untuk uang harian memang sih dia yang pegang.. tapi soal tabungan.. aku yang pegang”
Makoto kaget,”astaga, Minho kun.. kamu pelit sekali.. lagian kalau dia bisa pegang uang kamu.. kenapa enggak dikasih semuanya?? Wooh.. kacau berat.. dan sekarang kamu pusing dengan semuanya.. untung saja Aiko chan itu gak cerewet tanya ini itu kemana uang mu yang kemarin itu.. ckckckckck”
Minho menunduk lemas,”makanyaaaaaaa.... aku jadi mikir.. harus kerja lagi”
“padahal kuliah kita bakalan makin sibuk.. gak kebayang deh.. aku juga mikir harus kerja dan kuliah...,” tambah Makoto,”kamu sih.. baik tapi kurang mikir”
Minho jadi tambah berkeluh kesah saja, dia bergumam-gumam enggak jelas dan menyesali dirinya sendiri di hadapan Makoto.
“sudah deh.. semoga masih ada tawaran baru.. cuma kalau urusan uang habis.. mereka gak bakalan tanya kemana uangmu..itu saja menurutku.. paling kamu dikasih kontrak produk merk yang sama.. gak boleh kan merk berbeda.. itu melanggar kontrak,” kata Makoto lagi.
Minho garuk-garuk kepalanya, kepusingan dengan keputusannya yang salah membantu mendiang pacar pertamanya itu.

Pulang dari kost an Makoto, dia kembali menjemput Aiko dari kost an nya Myo. Sikapnya masih biasa saja, dia coba sembunyikan.. padahal dia takut sekali Aiko dan keluarganya tahu soal uang itu.
“tadi Myo kun cerita apa tentang oleh-oleh??,” basa basi Minho pada Aiko di dalam mobil ayahnya Aiko.
Aiko menoleh pada Minho, menunjukkan ekspresi wajah senangnya,”Myo chan senang banget dapat oleh-oleh dari kita.. tapi sore ini janji kan.. mau kumpul di kampus??”
Minho mengangguk,”ya.. habis kita makan siang di rumah.. aku malas makan siang di cafe,”
“Tapi katanya janji mau ajak aku ke cafe yang makanan Prancis itu?,” ternyata Aiko masih ingat janji Minho beberapa waktu lalu soal makan siang di cafe kecil yang menjual makanan Prancis, lagi lagi Minho ngeles.
“ah.. nanti saja deh yaa.. kita kan harus hemat...lagipula makanan Okaasan enak.. masak kamu gak suka masakan ibumu sendiri??,” Minho sungguh ngeles dihadapan Aiko. Masih beruntung Minho, karena Aiko belum curiganya dikatakan langsung, walau sebenarnya dia berfikir, kenapa Minho semenjak kejadian dengan mantan pacarnya itu jadi sedikit aneh dan kaku.
Tetapi akhirnya Aiko iseng juga bercanda padanya,”memang.. uang Nampyeon habis semua ya??hehe”
Minho menyembunyikan gugupnya,”ah.. kata siapa??kita kan harus nabung loh..”
“iya deh.. iya.. aku percaya,” balas Aiko malah tertawa kecil pada Minho.

Sampai mereka dirumah makan malam, lagi-lagi Minho banyak diam.
“makannya.. enak kan?,” senyum Aiko pada Minho, mereka semua makan sama-sama. Minho mengangguk. Ibunya Aiko memberi sinyal supaya anaknya memberikan ikannya dituang pada mangkuk makan Minho. Aiko melakukannya dan Minho hanya senyum.
“sepertinya makan mu tidak enak hari ini,”kata Akira iseng
“ah.. iie, Akira Ani san.. hanya sedang lelah,” jawab Minho. Dia meneruskan makannya.
Aiko diam saja. Mungkin memang Minho benar-benar sedang lelah.
Di dalam kamar juga, Minho hanya diam saja. Dia berfikir keras, tidak ingin Aiko tahu.
“melamun terus.. ada apa??,” sapa Aiko duduk disamping Minho.
Minho menoleh padanya lalu membalas senyumannya,” nan demonai.. aku lelah banget”
Aiko bergumam,”umm.. sepertinya lebih dari itu.. apa ada yang lagi dipikirin??,”
Minho lalu berbaring,”gak kok.. aku mau tidur dulu deh ya??”
Minho berbaring membelakangi Aiko. Aiko lalu ikutan berbaring.
“kalau ada masalah.. cerita dong,” ujarnya.
“umm,” jawab Minho,” nanti saja.. aku mau tidur.. nemui
wakarimashita.. oyasumi,” senyum Aiko. Dia masih berbaring, tapi tidak tidur.
Setelah dia pikir Minho sudah tidur lelap, dia pun bangun pelan-pelan dan duduk di meja rias.

“ada apa ya?? Rasanya aneh sekali hari ini,” dia duduk melamun. Beberapa kali dia menoleh pada Minho yang tidur membelakangi. Lalu dia menopang dagu.
“haaahhhh... kenapa sih.. Minho kun suka menutup diri??,” dia hanya menaruh wajahnya diatas meja rias.
“Minho kun..apa masih cinta dengan Eun Ha.. makanya dia aneh hari ini?,” keluhnya dalam hati. Dia mengingat lagi bagaimana Minho menangis di hadapan abu mantan pacarnya itu, tetapi dia berusaha untuk menenangkannya. Padahal dalam hatinya, Aiko sangat cemburu dan takut hal itu akan berulang dengan cewek lain lagi yang mungkin dia tidak tahu.
“kasihan juga Eun Ha.. tapi.. Minho kun terlihat begitu sayang dengannya.. aku cemburu sekali,”keluhnya lagi.
Dia lalu berjalan lagi ke tempat tidur, tetapi ada suara dari Hp Minho.
Dia lalu menghampiri dan dilihat ada sms masuk.
“dari Makoto kun,” katanya dalam hati. Lalu dia memeriksa sms itu dan kaget.
“apa?? Uang Minho kun.. habis .. semua??,” katanya, Hp Minho terjatuh diatas tempat tidur dan Aiko menutup mulutnya, seakan tidak percaya.
Sms Makoto itu,”besok kamu disuruh datang ke Takeuchi san,jangan lupa, jangan kamu habiskan lagi uangmu itu, jangan pelit, nanti Aiko chan tahu lagi, haha”
Dalam waktu dekat, Aiko terpukul dua kali dengan sikap Minho. Dia sedih.
“kenapa, Minho kun.. kenapa aku rasanya di khianati dua kali dalam waktu sesingkat ini??,” keluhnya, dia menangis pelan, tanpa suara, supaya Minho tidak bangun. Lalu dia keluar kamarnya dan menemukan Akira sedang duduk di ruang keluarga mengerjakan sebuah desain proyek outdoor.

Akira heran mata Aiko menangis,”dou shite?”
nan demo nai,” jawab Aiko, dia mau ke kamar ibunya, mengadu.
sutopu.. osuwate kure,” Akira memintanya duduk. Aiko akhirnya menuruti apa kata kakaknya itu, dia duduk di depan Akira.
“ada apa.. kamu dicelakai Minho kun lagi??,” tanya Akira padanya.
Aiko meneteskan air mata pelan sekali, hampir dia menangis tanpa suara.
“Minho kun.. menghabiskan uangnya untuk mantan pacarnya.. sekarang.. kami tidak punya uang,”
Nani? Bodoh sekali suami mu itu!,” Akira kaget, dia langsung bangun dan ingin ke kamar Aiko.
Aiko menariknya,” Matte yo...jangan, Ani.. dia sedang tidur”
“sepertinya dia memang gak pantas jadi suami kamu... memalukan!,” teriak Akira, Aiko masih menarik tangannya.
“Ani chan.. jangan.. onegai,” kata Aiko, berharap Akira menahan emosinya.
Aiko kalah cepat berjalan menyusul Akira yang menepis tangannya dan dia menemukan Minho sedang tidur.
Dia langsung menaik Minho bangun dan langsung menonjoknya meskipun Minho masih antara tidur dan sadar.

Aiko teriak,”Yamete.. Ani chan.. !,” dia minta Akira tidak memukul Minho. Terang saja, Minho bingung, kenapa dia dipukul mendadak, padahal dia sedang tidur.
Teriakan Aiko membuat seisi keluarga bangun lalu menuju kamarnya.
“ada apa ini??,” teriak Kohashi.
“dia berulah lagi, Otoosan!,” teriak Akira. Minho menepis tangan Akira yang ingin dia bangun dari duduk tadi karena ditonjok dan mengelak untuk tonjokan berikutnya.
“diam!,” teriak Kohashi.
Akira lalu diam berdiri di depan Minho yang masih duduk. Lalu Minho bangun berdiri.
Aiko tetap menghampiri Minho,”daijyoubu ka?,” dia takut Minho luka mulutnya.
Minho berusaha bangun, dia mengelap bibirnya,”ada apa ini?? Aku sungguh tidak mengerti”, katanya membela diri.
“ada apa yang sebenarnya terjadi, Akira?,” tanya Kohashi.
“Otoosan.. aku minta maaf,” kata Aiko ketakutan.
Minho bingung,”ada apa?? Kenapa tiba-tiba aku dipukul??”
“Otto.. kenapa uangnya habis?? ,” tanya Aiko tiba-tiba padanya. Minho kaget.
“kenapa?? Kenapa pelit denganku dan memberi pada Eun Ha?? Apa kamu tidak cinta aku dan anak ini??,” Aiko mulai menangis, akhirnya air matanya keluar juga.
“ada apa, Minho kun.. ceritakan,” kata ibunya Aiko yang langsung memeluk anaknya yang menangis sedih.

“aku.. aku minta maaf,” Minho langsung duduk dan sujud pada semuanya,”ini salahku”
“iya.. kamu salah, Minho Otto.. aku benci kamu tidak jujur padaku!,” teriak Aiko, dia menangis kencang.
“kenapa dengan uangmu??,” tanya Kohashi berusaha menenangkan semuanya.
“aku.. menghabiskan uang tabungan untuk membantu Eun Ha.. mantan ku yang bunuh diri beberapa hari yang lalu.. dan aku baru akan kerja esok lagi untuk kumpulkan uang lagi,” jawab Minho dengan bersujud
“aku minta maaf.. aku salah,” lanjutnya lagi.
“ceroboh sekali.. selesaikan sendiri,” ujar Kohashi, dia langsung keluar dari kamar Aiko tanpa basa-basi. Lalu Akira juga ikut keluar.
Tinggal ibunya Aiko yang masih memeluk anaknya.
“kenapa kamu lakukan itu, Minho kun?? Kalau begini, kamu juga yang susah.. kami tidak dapat membantu kalian lagi..,” ujar ibunya Aiko.
“aku minta maaf, Okaasan,” jawab Minho pada ibu mertuanya itu,”esok aku kerja.. aku janji tidak akan mengulangi kesalahan ini”
“aku tidak percaya kamu begitu sayang dengan Eun Ha.. sampai rela berkorban dibanding denganku,” kata Aiko masih menangis, matanya bengkak.
“aku minta maaf, Aiko chan.. aku janji tidak akan mengulang lagi,” jawab Minho dengan nada menyesal.
“ibu menyesal kamu tidak dewasa mengambil sikap,” kata ibunya Aiko. Minho hanya menunduk saja.
“aku gak mau tinggal di rumah susun.. aku mau disini saja,” ujar Aiko masih menangis.
Minho masih diam juga.
“tenangkan hatimu dulu, Aiko chan... ini sudah malam...besok kita bahas lagi,” kata Ibunya mengelus kepalanya.
Aiko juga diam saja, dia masih memeluk ibunya, dengan mata sembab dan tersedu-sedu.
“aku tidak mau tidur dengan dia malam ini, Okaasan,” ujarnya.
Minho tidak bisa lagi mengatakan apapun, hanya maaf keluar dari mulutnya.
“malam ini dia tidur denganku,” kata ibunya Aiko. Minho menurut saja. Ibunya lalu membawa Aiko ke kamarnya, tinggallah Minho sendirian.

Dia melamun, antara menyesal dan perasaannya masih cinta pada Eun Ha, itu sebab dia ingin membantunya, tapi dia ternyata salah melakukan itu.
“Aiko chan.. maaf karena aku belum bisa melupakan Eun Ha.. aku lebih kenal dia dari siapapun.. itu sebab aku mau berkorban untuknya..”,
Minho lalu melihat Hp nya, tanda sms dari Makoto telah terbaca,”dia pasti lihat ini makanya menangis.. aku minta maaf, Aiko chan”
Dia lalu men-sms Makoto,”Aiko chan sudah tahu semuanya.Dia yang membuka sms mu.Besok aku tetap ke Takeuchi-san meminta peluang model produk baru”
Makoto menghela nafas disana,”Ini pelajaran untuk kamu, Minho kun.. next time sebaiknya kamu tidak pikir lagi perempuan lain selain dia,” katanya, tetapi dia hanya membalas sms Minho dengan,”besok aku tunggu jam 8 di depan gedung”
Aiko tidak bisa tidur malam itu, walau ibunya berusaha menenangkannya, dia masih tidak habis pikir kenapa Minho bisa berkorban sebanyak itu dan kenapa dia tidak curiga dari awal soal itu.
Sementara di kamar Aiko, Minho juga tidak bisa tidur, menyesali dirinya kenapa bisa berbuat itu..


Bersambung ke part 27...