This is me....

Selasa, Juli 29, 2014

The Clairvoyant (part 1: Test IQ)

“wah...ada test IQ besok... masak iya sih.. sudah 20 tahun masih ada test IQ juga??,”
Hari itu seorang cowok jurusan ilmu pengetahuan alam dasar, Lee Minho dan teman-temannya satu jurusan diharuskan mengambil test IQ sebagai dasar kelengkapan untuk lembar sistem pengambilan mata kuliah baru untuk semester berikutnya.
“ini sudah saya isi formulirnya ya,” katanya ramah plus senyum pada petugas administrasi jurusan. Dia lalu memberikan formulir itu, pamit menunduk hormat lalu membalikkan badan dan jalan. Tapi tak berapa detik kemudian, dia malah membalikkan badan lagi ke petugas administrasi dan bertanya lagi.
“aah.. Ibu Jang...sekali lagi..minta maaf nihh... saya heran banget loh..kenapa sih kok bisa.. ditest ulang IQ lagi?? Kok ngambil mata kuliah dasar fisika quantum saja harus ada test IQ sih??,” dia cengengesan sambil polos garuk-garuk kepalanya.
“Dosen Kwon yang minta... kata beliau, kalau sudah ada mahasiswa IQ nya diatas 130 ikut test ini, maka mereka yang berhak masuk..,” jelas petugas administrasi jurusan itu.
“kok aneh ya.. mata kuliah lain saja enggak loh,” Minho jadi protest sendiri,”saya ikutan kuliah biokimia molekuler biasa aja tuh,”
“kamu dapat nilai apa sih.. Minho.. tuk itu??,”
“A plus plus!,” kata Minho bangga dengan wajah cerianya
“semua nilai akademik mu A...ya.. jadi gak masalah kan.. kalau gak cerewet soal test IQ??,” ibu Jang sedikit menyindir
Minho cengengesan lagi,”ah eh, hehehe... bukan gitu sih.. ini jam nya ngantuk test nya loh, bu... enggak kebayang”
“ah.. kamu kebanyakan berkilah, Minho,” ibu Jang malah jadi memperlakukan Minho seperti anaknya, dia usap usap poni depan Minho,”setiap dosen tahu kamu pintar.. tidur pun kamu pasti bisa kerjakan test IQ mu nanti”
Minho masih garuk garuk kepalanya,”ah, hehehe... kan ini lebih enak tidur bu... daripada harus test,” kilahnya lagi.
“bukan tidur kaliiii... kamu..punya pacar ya??,” Ibu Jang malah godain dia.
Minho masih agak malu-malu jawab,”eeeeh.. hehe.. iya sih.. tapi baru kok pacarannya..”
“kyaa..ketahuan deh,” canda Ibu Jang, wanita setengah baya itu
“hehehe.. gak usah aja deh, bu.. malas nih,” Minho minta tawar tawaran.
“gak boleh ya... mentang mentang kamu pinter.. minta diperlakukan istimewa,”
Minho jadi memelas,”yah.. ibu.. iya sudah deh.. padahal saya mau main game sama teman.. pamit deh.. makasih ya, bu”, dia lalu menunduk hormat dan pergi dari ruangan administrasi.
Ibu Jang jadi berfikir seperti apa yang dikatakan Minho tadi,”iya juga.. kenapa juga dosen Kwon minta test IQ lagi untuk mata kuliah ini?? Memang susah banget ya.. fisika quantum itu??”

Di ruangan kelas, beberapa teman Minho yang satu jurusan sudah ada yang duduk menunggu mata kuliah berikutnya. Dia duduk dibelakang sambil menguap. Shin Dong, temannya yang cowok menghampiri
“ngantuk melulu... pasti main game baru,” katanya menepuk pundak Minho lalu duduk disebelahnya
Minho tertawa,”haha.. iya.. game baru.. chronicle tactics.. lagi seru... sayang kalau ditinggal.. sudah tahap God nih,” katanya kesenangan. Tahap God di game itu sudah pakarnya, level tertinggi.
“wah.. gila banget.. itu game bukannya lagi musim di Korsel baru 1 bulan ini ya... kamu sudah dapat medal God?? Ckckckck,” Shin Dong terkesima dengan kemampuan game Minho. Cowok ini memang pintar dan bahan kuliahnya suka jadi contekan teman-temannya.
Minho nyengir kuda,”hiiiii.... begitulah, hehehe..sayang banget kalau aku gak main”
“aku sih males banget main yang seperti itu,” keluh Shin Dong
“eh Minho... kamu ada rasa heran gak.. kenapa dosen Kwon minta test IQ tuk mata kuliah fisika quantum?? Memang kita ini bego banget ya??,” lanjut Shin lagi
“gak tahu deh..aku juga heran,” balas Minho. Lalu dia ketuk ketuk meja,”kali... mata kuliah itu cuma untuk beberapa orang aja”
“aku curiga banget,” kata Shin
“aku gak,” balas Minho santai
“kamu..sama orang gak ada curiganya sama sekali..pantesan gampang ditipu biarpun pintar,” Shin Dong memukul kepalanya
Minho cuma cengengesan, Shin memang tahu dia pernah ditipu teman yang lain soal uang dan dia cuma santai santai saja.
Minho memang tipe anak ceria, santai, segalanya sepertinya gak terlalu dimasukin ke hati. Walau begitu, aslinya dia tipe cowok yang peka sekeliling.

“penasaran nih.. caritahu ah,” katanya iseng.
Shin menoleh,”mulai deh.. jangan macam macam deh”
“ah..siapa yang macam macam?? Kan cuma penasaran aja.. kenapa sih..sampai segitunya banget maksa harus pakai test IQ? Biomolekular aja yang susah banget dan susun bangun molekul pakai rekayasa.. gak gitu gitu amat syarat kuliahnya kan??,” tanya Minho pada temannya itu.
Shin bergumam,”iya banget.. gak banget kalau ambil mata kuliah kok ribet”
“yeah... gitu deh.. tapi.. ikutin aturan main dosen Kwon saja deh.. dia galak, hahaha,” Minho malah jadi meledek dosennya sendiri. Dia dan beberapa teman lantas berkumpul, gosip in bu dosen Kwon yang memang masih muda dan cantik, tapi sudah jadi dosen pengajar.
“eh, Minho.. denger denger gosip bu dosen suka sama kamu,” kata Jun
Minho tertawa, sambil memukul kepala Jun,”bisa aja deh.. gak ah.. masak pacaran sama dosen??,”
Jun mengaduh,”eh.. tapi bener.. gosip ini sudah beredar ke jurusan lain”
“weh.. beneran??,” kata Ban
Jun mengangguk,”tanya saja di jurusan Kimia, hahahaha”
Minho menggaruk kepalanya,”biasa aja dong.. kan aku jarang banget ngobrol sama dosen Kwon”
“bukan soal ngobrol enggak nya, Minho.. dosen Kwon itu suka kamu soalnya kamu pinter.. gosip sih begitu,” kata si cewek Choi
“biasanya nih cewek yang penyebar gosip.. jangan jangan kamu ya??,” tunjuk Minho pada Choi
Choi diam saja, pura pura enggak tahu.
“ngaku deh.. kamu yang nyebarin gosip itu pas denger dosen Kwon ngobrol dengan Dosen Min kan?? Seminggu yang lalu??,” Minho langsung tembak dengan kemampuan nya menebak pikiran orang
“hieeeh?? Enggak banget,” Choi berkilah
“gak usah berkilah deh, Choi.. aku tahu kok,” Minho jadi sensitif dan memaksa Choi mengakuinya. Teman-teman yang lain jadi bersorak sorak meminta Choi mengaku saja kalau dia memang yang nyebarin gosip itu.
“Maksa banget sih,” gerutu Choi setelah dia mengaku.
Minho tertawa,”makanyaaaa... jangan sembarangan main gosip... bu Kwon gak suka aku kok.. dia cuma ingin mungkin aku jadi asistennya semester besok,”
Jun menoleh pada Minho,”seriously? Darimana kamu tahu??”

Minho keceplosan. Lee Minho, cowok usia 20 tahun, jurusan Fisika. IQ nya mentok di 250, cerdas sedari taman kanak-kanak. Tidak pernah sama sekali mendapatkan ranking 2 dikelas, selalu ranking 1, bahkan untuk ukuran sekolah, bukan lagi kelas. Satu hal yang dia bisa menebak alur pembicaraan atau pikiran orang: dia memiliki kemampuan pseudo science sebagai Clairvoyant, dengan hasil test psikolog termasuk dalam kategori intuitive 99,9%.
Clairvoyance merupakan pseudo psikologi dimana orang mendapatkan sensitivitas yang tinggi dalam menghubungkan sebuah peristiwa baik di masa lalu atau masa depan. Sensitivitas gelombang tubuhnya dianggap mampu menabrak atau berbenturan dengan gelombang benda atau peristiwa atau gerak di masa lalu atau masa depan, sehingga dia bisa menceritakan alur perjalanan peristiwa di masa lalu atau masa depan, termasuk diantaranya menangkap pola pikir lawan bicara.
“ah..enggak kok.. cuma kelepasan,” Minho berkilah lalu dia tertawa.
“ya.. jadi asisten dosen bu Kwon juga gak apa sih,Minho.. kamu emang pinter banget kok,” kata Shin
“eh.. kita duduk di tempat masing-masing.. jam fisika mulai,” kata salah seorang teman Minho, lalu mereka ambil tempat masing-masing.
Tidak lebih dari 5 menit, bu dosen Kwon masuk.

annyeong haseyo,” katanya dengan sedikit tegas
Para mahasiswa berdiri dan menghormat pada bu dosen Kwon,”annyeong haseyooo”, lalu mereka duduk lagi.
“sudah tahu.. untuk bisa masuk mengambil mata kuliah saya.. kalian harus test IQ??”, bu Kwon langsung menuju point yang akan dilakukan mereka.
“tahuuuuu,” jawab para mahasiswa kompak.
“sekarang.. kita mulai.. saya akan bagikan soal soal ini.. kalian jawab, itu sebabnya saya minta waktu kalian diluar mata kuliah lain,” Kwon lalu membagikan soal dan kertas jawaban pada para mahasiswa.
“pssst.. dia kalau dipikir memang dosen cantik ya.. ,” bisik Shin pada Minho.
Minho cuma memukul kepala Shin dan cowok itu mengaduh pelan.
Para mahasiswa sudah mendapatkan masing-masing kertas soal dan juga lembar mengisi jawaban.
“waktunya hanya 1 jam.. jadi manfaatkan dengan segera.. harap dijawab semuanya karena akan dinilai dengan komputer,” kata bu Kwon lagi.
“gila.. cuma 1 jam susah begini??,” keluh Jun ketika dia melihat lembar per lembar test IQ dewasa itu.
“Jun.. ada masalah??,” teriak bu Kwon.
Jun kegep ngeluhnya didengar dosennya,”ah.. gwaenchanh subnida, Bu... “
“Baiklah... mulai dari... sekarang!,” teriak bu Kwon pada semuanya.
Suasana berubah jadi sunyi senyap, mereka mengejakan soal yang diberikan.

Minho santai sekali mengerjakan,“ini sih soal fisika SMP,” gerutunya dalam hati, tapi tetap dia kerjakan saja. Hanya dalam waktu 10 menit, semua selesai.
“bu.. aku selesai!,” katanya mengangkat tangan
Jun dan lainnya stress lihat Minho menyudahi test dengan 10 menit saja.

“otaknya seperti apa sih dia.. sampai bisa begitu??,” keluh Nam
Yang lain mendecak,”ckckckckckckck”
“Kalian yang belum selesai..tetap kerjakan,” teriak bu Kwon
“ya.. kamu kumpulkan saja disini,” senyum bu Kwon pada Minho.
Minho lalu berdiri dan menyerahkan kertas soal dan jawabannya pada bu Kwon, menunduk hormat lalu keluar ruangan.
“aku duluan, hehehe,” teriaknya pada teman-temannya. Mereka menyoraki Minho karena kesal belum selesai juga.

Bu Kwon lalu duduk dan memeriksa lembar jawaban Minho, dia terkejut,”Perfect!
Shin dan beberapa mahasiswa lainnya malah bengong,”What?? Perfect???”
“heeeh.. sudah .. kalian kerjakan saja tugas kalian, okay??,” balas bu Kwon
Shin menggaruk kepalanya,”repot banget sih nih dosen.. mata kuliah saja harus pakai test IQ segala.. norak abis”, dia menggerutu.
Sementara Minho cekikikan sendiri di luar ruangan, lalu dia duduk santai dan asik main dengan smartphone nya.

Sampai dengan satu jam, baru mereka keluar dari ruangan. Minho berdiri dan mentertawakan mereka karena keluar tepat satu jam sesuai dengan aturan.
“lama sekali sih kalian, hahaha!,” tawanya keras, puas meledek teman-temannya yang lama sekali mengerjakan tugas.
“eh.. kamu dipanggil lagi tuh...,” kata Shin
Minho heran,”kenapa?? Memang aku nilainya berapa??”
“perfect katanya,” yang balas malah Jun
“yes... masuk juga fisika quantum.. penasaran sama mata kuliahnya seperti apa,” Minho senang, dia mengepalkan tangannya ekspresi menang.
“tapi kamu aja tuh yang dipanggil.. kenapa ya?? Sudah sana masuk ruangan lagi,” Shin mendorongnya sampai kepintu.
Minho mengerem dirinya ketika di dorong-dorong Shin ke pintu ruangan,”memangnya ada apa sih??”
“sudah dehhh...sana masuk dulu... bu Kwon memang panggil kamu lagi,” balas Shin.

Minho lalu masuk,”saya.. apa dipanggil lagi, bu??”
Bu Kwon tersenyum,”duduk”
Minho langsung duduk. Bu Kwon melihat hasil test IQ nya.
“perfect,” kata bu Kwon menaikkan kertas hasil test IQ Minho.
“kamu mau kan.. kerja bantu ibu??,”
Minho kaget,”hieeehhh?? Maksudnya?? Aku jadi asisten begitu, bu??”
Bu Kwon mengangguk dan senyum semangat,”iya.. jadi apa lagi?? IQ mu luar biasa.. 250! Jadi.. kamu pasti bisa ajarkan teman temanmu fisika quantum”
“tapi...aku kan baru belajar fisika dasar saja, bu..,” Minho agak sedikit malu-malu gak pede, dia takut duluan gak bisa bantu mengajar.
Bu Kwon lalu mengelilinginya, lalu meniup kupingnya,”kamu pasti bisa”
Minho jadi kegelian sendiri, dia malah jadi malah menangkap aneh,”apa.. benar kata teman-teman ya.. bu Kwon memang suka padaku?? Ah.. aku harus hati-hati..aku menangkap hal yang enggak enak hati”
Tapi dia malah jawab kemauan bu Kwon dengan cengengesan,”Ah.. kalau gitu..iya deh..aku terima, hehehe”, sambil dia menggaruk kepalanya, mirip seperti anak kecil bingung.
“nah.. ini bakalan digaji loh.. kamu gak sembarangan cuma sekedar membantu ibu,” senyum bu Kwon.
“Minho sepertinya punya kemampuan lain..sepertinya dia mampu membaca pikiranku kalau suatu hari aku akan memanfaatkan dia,” kata bu Kwon dalam hatinya.
Minho juga ternyata berfikiran yang sama dengan dosennya, dia merasa akan dimanfaatkannya. Tetapi dia coba tepis pembacaan pikirannya itu dengan mencoba bersikap positif padanya.
“ya, bu.. gambsahabnida atas kepercayaannya,” Minho menunduk hormat pada dosennya itu.
“nah.. untuk sementara, kamu pelajari dulu buku ini.. lalu kamu pelajari silabus pengajaran ini,” bu Kwon memberikan buku dasar fisika quantum dan juga silabus/lembar tehnik dan jadwal pengajaran. Minho nya dengan rasa hormat menerimanya dengan senang hati, padahal aslinya dia curiga.
Akhirnya dia keluar dengan perasaan bingung. Shin menghampirinya.

“disuruh apa.. wajahmu kok jadi aneh begitu...kalian mesra mesraan tadi ya??,” Shin malah jadi terkesan godain Minho.
“hush.. aku malah disuruh ngajar kalian, hahahaha,” Minho membalas dengan tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.
Shin bengong,”wah.. memang.. IQ test mu berapa??”
“250,” jawab Minho dengan mimik berubah jadi tanpa ekspresi.
“yeah... yeah.. akhirnya.. berubah jadi dosen juga... ,” Shin menepuk-nepuk pundaknya.
“kamu yakin?? Aku kok enggak ya?? Lebih dari sekedar itu,” ujar Minho masih dengan mimik datar.
“kenapa.. kamu takut gak bisa bantu bu Kwon??,”
Minho menggeleng,”enggak..aku curiga sesuatu..”
“apa??,” Shin benar benar heran. Kebanyakan menjadi asisten dosen adalah hal yang sebenarnya menjadi batu loncatan akademik dan bisa sangat menguntungkan, tapi Minho malah berfikir kebalikannya.
“beneran gak mau??,” tanya Shin. Minho ragu.
“ah...sudah deh....males banget... aku mau ketemu pacarku dulu,” kata Minho, lalu mereka jalan keluar kampus.

Disebuah tempat...
“dia memang anak pintar...tapi saya masih belum tahu...apakah dia bisa kita manfaatkan atau tidak,” kata Kwon kepada seorang lelaki berdasi
“kamu yakin.. dia memang anak yang akan bisa kamu andalkan??,” lelaki itu santai sekali menghisap rokoknya dan mengepulkan asap
“kamu pernah temukan seorang lelaki dengan IQ 250 lantas memiliki intuisi 99,9% dan dia clairvoyant sepertiku? Rasanya tidak bukan??,” tanya Kwon pada lelaki itu.
“saatnya kalau begitu dia diberikan sedikit pelajaran,” kata lelaki itu
“aku memang belum men test dia sampai sejauh itu.. tapi setidaknya dia sepertinya sudah curiga duluan terhadapku.. jadi aku harus bermain lebih licin dari otaknya ketika kemampuannya bekerja dan berhadapan bicara dengan ku”, Kwon mengusap dagunya sendiri.
Lelaki itu berdiri lalu menepuk pundaknya dan menaikkan dagu Kwon,”aku ingin jawabanmu segera... kita membutuhkan orang seperti itu supaya bisa mensukseskan Mr Lee untuk jadi presiden berikutnya.. ingat itu.. jasa mu padanya banyak sekali”
Wajah Kwon agak sedikit cemas dan panik,”y..a.. a...ku usahakan”
“atau obatmu akan aku hentikan,” kata lelaki itu dengan ekspresi santai.

“bip..bip..,” smartphone Minho berbunyi beberapa kali.
“bu Kwon?? Kenapa dia telepon??,” Minho bingung dengan no yang sedang berusaha menghubunginya. Pelan dia akhirnya mencoba mengangkat.
“bu Kwon... Mian habnida.. Museun il-iya... ?,” Minho berbicara dengan dosen fisikanya itu dengan sopan dan berhati hati
“Minho.. besok minggu kamu sudah mulai mengajar,” kata bu Kwon ramah
“wah... aduh.. apa ibu punya text book yang bisa saya pelajari??,” Minho jadi gugup dan menggaruk kepalanya sendiri
“Minho tidak boleh tahu,” kata dosennya itu dalam hati
Tetapi dari jauh, seperti Minho menangkap gelombang berwarna ungu yang menyampaikan sesuatu berwarna keabuan, Minho dengan sigap menangkap sinyal itu lalu dalam pola otaknya, dia terbayang ibu Kwon memblokir arah pikirannya sendiri. Minho kaget, dia berpikir cepat, apa dosennya itu seorang clairvoyant??
“apa ibu Kwon sama denganku??,” kata hatinya Minho
“ah.. Minho.. kamu besok boleh datang ke rumah saya,” kata bu Kwon ramah menjawab permintaan Minho.

“apa, bu?? Wah.. saya gak enak nanti, gimana kalau ke sana ya??,” Minho basa basi, tetapi ibu Kwon menangkap gelombang penolakannya dari jauh lebih ke arah Minho waspada kepada dirinya.
“Minho brengsek.. ternyata memang dia seorang clairvoyant,” kata hatinya Kwon, berusaha merebut gelombang sinyal tubuh, terutama otak dan neurit Minho.
“aku yakin bu Kwon seorang clairvoyant,” kata Minho cepat dalam hatinya juga.
“tidak apa sesekali kamu main ke rumah ibu.. kamu bisa aja temanmu kalau memang takut digosipkan,” kilah bu Kwon
“darimana dia tahu aku digosipkan dengan dia??,” Minho menebak, tetapi dari jauh sinyal tubuhnya kalah cepat ditangkap oleh Kwon dan dibaca.
“sepertinya Minho sudah curiga padaku dan dia sudah mulai berfikir.. aku mesti blokir kemampuanku sendiri agar dia tidak curiga,” kata hatinya Kwon
“ah... tidak kok.. ibu mendengar itu.. gosip dari kawan kawanmu sendiri,” lanjutnya pada Minho.

Minho ternyata beradu kecepatan gelombang otak dengan bu Kwon.
Damn.. he’s fast,” keluh hatinya Kwon, dia langsung memblokir gelombang otaknya sendiri dengan fokus pada satu titik
“apa benar??,” tanya hatinya Minho, heran.
“kamu datang saja kesini ya.. ibu akan sms alamatnya.. ibu tunggu.. kalau kamu gak suka, kamu bisa ajak temanmu kesini..,” ujar bu Kwon
 “baik, bu... saya segera ke sana dengan Shin,” jawab Minho
Setelah basa basi sedikit, Kwon pun mengakhiri teleponnya dengan Minho dan Minho pun membalas dengan menuliskan sms terima kasih pada Kwon yang telah memberikan alamat rumahnya.

“apa yang kamu rasa.. memang beneran begitu??,” tanya Shin dengan heran. Minho memang hanya mau cerita dengan Shin saja.
“aku sampai sedikit pusing ketika bicara dengannya,” balas Minho. Shin menebaknya mungkin itu hanya karena efek samping mereka hari ini test IQ dan soalnya memang berat.
“aku rasa enggak.. sebab memang setiap kali ada orang yang mampu membaca gelombang, aku suka sedikit pusing dan seperti melihat kilasan peristiwa, semacam banyak sekali gambar gambar memenuhi otakku dan lalu mundur ke belakang,” jawab Minho pada Shin, dia lalu bicara pada Shin kalau dia berusaha memblokir apa yang dipikirkan bu Kwon padanya, sehingga dia berusaha mengosongkan pikirannya tanpa diketahui bu Kwon.
“jadi kamu pikir ibu Kwon ini akan menjahatimu?? Aku gak percaya ah,” Shin memang suka banget gak percaya dengan kata-kata Minho, walau begitu mereka suka saling curhat sesama teman karib.
“aku heran aja kalau memang bu Kwon punya pikiran buruk seperti yang kamu pikirin.. paling kamu cuma disuruh jadi asistennya, trus yaa.. paling buruk lagi itu kalau kalian enggak nolak.. kalian saling jatuh cinta,” Shin malah jadi bercanda.
Minho malah jadi galau sendiri, dia berkali kali menjelaskan pada Shin bahwa dia memang menangkap hal yang aneh dengan telepon dosennya itu.
“ah..sudah.. besok kita pergi ke rumahnya.. santai aja... aku temani deh.. besok kan aku juga gak ada janji sama pacarku,” kata Shin mencoba menenangkan hati Minho.
Minho tetap berusaha untuk tenang, dia coba menepis apa yang dia rasakan dari gelombang dosen Kwon itu.


Bersambung ke part 2....