“wah...ada test IQ besok... masak iya
sih.. sudah 20 tahun masih ada test IQ juga??,”
Hari itu seorang cowok jurusan ilmu
pengetahuan alam dasar, Lee Minho dan teman-temannya satu jurusan diharuskan
mengambil test IQ sebagai dasar kelengkapan untuk lembar sistem pengambilan
mata kuliah baru untuk semester berikutnya.
“ini sudah saya isi formulirnya ya,”
katanya ramah plus senyum pada petugas administrasi jurusan. Dia lalu
memberikan formulir itu, pamit menunduk hormat lalu membalikkan badan dan
jalan. Tapi tak berapa detik kemudian, dia malah membalikkan badan lagi ke
petugas administrasi dan bertanya lagi.
“aah.. Ibu Jang...sekali lagi..minta maaf
nihh... saya heran banget loh..kenapa sih kok bisa.. ditest ulang IQ lagi?? Kok
ngambil mata kuliah dasar fisika quantum saja harus ada test IQ sih??,” dia
cengengesan sambil polos garuk-garuk kepalanya.
“Dosen Kwon yang minta... kata beliau,
kalau sudah ada mahasiswa IQ nya diatas 130 ikut test ini, maka mereka yang
berhak masuk..,” jelas petugas administrasi jurusan itu.
“kok aneh ya.. mata kuliah lain saja
enggak loh,” Minho jadi protest sendiri,”saya ikutan kuliah biokimia molekuler
biasa aja tuh,”
“kamu dapat nilai apa sih.. Minho.. tuk
itu??,”
“A plus plus!,” kata Minho bangga dengan
wajah cerianya
“semua nilai akademik mu A...ya.. jadi gak
masalah kan.. kalau gak cerewet soal test IQ??,” ibu Jang sedikit menyindir
Minho cengengesan lagi,”ah eh, hehehe...
bukan gitu sih.. ini jam nya ngantuk test nya loh, bu... enggak kebayang”