Starring: Lee Minho, Park Minseo, Lee Jin Ho, Lee
Young Joon, Lee Hana.
“kenapa sih.. rasanya kamu tidak suka
sekali dengan Kang ssi, peramal itu
kalau misalnya aku datang ke tempatnya??,” Minho duduk sambil makan dan
bertanya pada Minseo.
“aku tidak suka kamu terlalu percaya pada
orang itu, Nampyeon... lagipula,
sudah berapa kali ramalan nya tentang kita salah?? Kamu masih percaya juga,”
balas Minseo yang sedang menyediakan nya makanan untuk Minho serta melirik
lirik tiga anak kembarnya yang pintu kamar mereka terbuka.
“sepertinya Minho masih sadar
ketidaksukaanku pada peramal Kang itu.. tapi mudah-mudahan dia tidak tahu kalau
aku menghipnotisnya beberapa minggu lalu soal dia tidak lagi ingin bicara
dengan 3 anak kembar kami,” dalam hatinya Minseo. Dia memang tidak suka kalau
Minho terlalu percaya ramalan dan dia tidak suka dengan peramal Kang itu karena
sudah dia anggap menjauhkan Minho dari anak anaknya.
“aku percaya ramalan.. beberapa kali dalam
hidupku ketika diramal beberapa orang, eh.. benar semua,” Minho cemberut sambil
makan roti
“tapi kok isteriku malah tidak percaya
sih??,” katanya lagi
Minseo duduk di hadapan Minho lalu
senyum,”aku ini daridulu tidak terlalu percaya yang seperti itu.. kalau benar
juga.. menurutku kebetulan. Masak sih.. kalau peramal Kang mengatakan Nampyeon harus pisah dan tidak bicara
dengan ketiga anak kita yang lucu ini.. lalu Nampyeon akan ikut sarannya? Ah.. tidak masuk akal ku”
“tapi buktinya?? Nampyeon bicara dengan mereka bertiga sudah beberapa minggu.. apa
ada kesialan yang menimpa kita??,” senyum Minseo. Dia menyuapi Minho.
Minho menggeleng.
“aaah.. Nampyeon ini seperti anak kecil
deh.. tidak semua hal seperti itu baik. Nanti kalau tidak bicara dengan aku dan
anak-anak.. malah bisa membuat mereka jadi kurang kasih sayang,” lanjut Minseo
lagi
“ewww,” Minho hanya bisa bergumam singkat
“Bisnis.. bagaimana??,” tanya Minseo lagi
“bagus.. aku dapat model baru dari
perancang Gong dan aku berencana bekerjasama dan ingin langsung jadi modelnya
juga, hehehe,” Minho cengengesan, mendekatkan wajahnya pada Minseo.
“eww... dasar,” Minseo mencubit
pipinya,”harus berhenti dong kalau seperti ini.. kan sudah punya anak”
“mana bisa?? Naluri foto ku langsung jalan
kalau lihat baju dan bahan bagus,” balas Minho
“hanya saja.. aku harus berpikir tentang
sainganku.. ada tidak ya??,” lanjutnya lagi
“umm..,” Minseo membalas dengan bergumam,
sebenarnya dia seperti melihat Minho dalam dunia yang lain... di masa depan..
tapi dia mendiamkan saja hal itu terjadi. Dia melihat Minho akan mendapatkan
tantangan dari seseorang yang sudah lama pernah bekerjasama dengan Gong si
perancang itu.
“semuanya dalam usaha biasanya ada
saingan,” lanjut Minseo lagi
“tiga minggu yang lalu aku merasa
dibohongi Nam ssi... kualitas tekstil
yang dia janjikan kurang bagus.. seratnya terlalu kasar..”, keluh Minho
“umm... apa sebelumnya.. kamu pusing
dengan urusan ramalan itu??,” tanya Minseo lagi
Minho mengangguk,”ya.. yang aku sibuk
mencari anggrek ungu karena anggrek yang lalu sudah mulai kering”
“tidak ada lagi yang bisa kita bahas kan??
Jangan lagi percaya pada ramalan itu.. untung Nampyeon cukup jeli menolak,”
balas Minseo.
“eww,” Minho menggumam lagi. Minseo hanya
tersenyum.
“Cuma.. mungkin pinta aku hari ini..
sebaiknya Nampyeon tidak banyak
pikiran soal serat tekstil itu... nanti kalau minta bantuan Gong ssi.. pasti bisa diatasi,”
“kalau begitu..aku berangkat dulu,” Minho
berdiri lalu mencium Minseo. Dia melangkah ke ruang anak-anak mereka, Minseo
mengikuti.
“aah.. Appa pergi dulu ya, anak anak
manis,” senyum dan cium Minho pada satu satu anak mereka yang tidak terasa,
sudah berusia 1 bulan.
“dia memang benar benar lupa dengan
ramalan itu.. ah, syukurlah,” kata hatinya Minseo
“ya.. hati hati ya, Appa..,” Minseo meniru
suara anak anak.
Minseo masuk ke dalam ruangan kamar ketiga
anak mereka. Dia duduk memandang mereka yang sedang tidur nyenyak. Lalu dia pun
menelepon ibunya
“Eomma.. kapan bersama Appa ingin datang
kesini?? Aku lelah mengurus tiga anak sendirian.. rumahku berantakan..aku benar
benar butuh bantuan Eomma dan juga ibu mertua,” kata Minseo memulai
pembicaraan.
“apa Minho belum memutuskan akan menyewa
baby sitter untuk tiga anak kalian??,” tanya ibunya
Minseo menggeleng,”Aniyo, Eomma.. Minho tidak ingin mereka diasuh baby sitter.. dia
kemungkinan akan meminta tolong ibu mertua,”
“Bagaimana denganmu.. selama ini.. Minho
masih belum tahu kan..tentang kepintaranmu??,”
Minseo menggeleng lagi,”tidak Eomma..
semoga saja Minho tidak pernah tahu”
“jangan sampai dia tahu.. begitu juga
dengan keluarganya. Eomma tidak ingin kalian menjadi ribut”, kata ibunya
“apa..semua ini bisa dihilangkan??,” tanya
Minseo
“Eomma tidak tahu..tetapi..kamu sendiri
sudah mendapatkannya sejak kecil dan sampai sekarang belum juga bisa hilang
bukan??,”
Minseo mengangguk,”Ne, Eomma.. aku tidak tahu apa yang akan Minho lakukan padaku jika
dia tahu suatu hari nanti”
“ah, Eomma.. aku tunggu Eomma dan Appa
menginap disini untuk beberapa hari..aku sudah kelelahan,” lanjutnya lagi
Minseo duduk di kursi, dia menopang
dagunya, memandang ketiga anaknya yang tidur berjejeran dalam ranjang kecil
yang terpisah,”lelah sekali.. kalau aku gunakan seluruh tenaga telekinetik ku
juga untuk menjaga ketiga anak ini sangat melelahkan,”
Lalu dia mendengar yang paling kecil, Lee
Hana menangis. Minseo buru-buru menggendongnya,”cup cup cup... sayang.. jangan
nangis ya... nanti Minho Appa sore ini pulang” , dia berusaha menenangkan Hana
yang menangis.
Hana lalu diam, menatap Minseo dengan
tatapan mata yang tajam.
Minseo heran,”eh.. kecil kecil begini dia
berani menatapku??”
“kenapa kamu, sayang?? Kenapa menatap
Eomma mu seperti itu??,” Minseo mencoba berkomunikasi dengan Hana walau anak
itu belum bisa bicara sama sekali.
Lalu setelah itu, Hana malah tertawa
melihat Minseo-ibunya itu- menatapnya dengan aneh.
Minseo mencoba bercanda padanya. Tetapi
Hana seperti mempermainkan emosi nya dengan keheranannya itu pada anaknya
sendiri.
“heeeeh.. Hana seperti tingkah Minho kalau
sudah menatap wajah orang lain,” gumam Minseo.
“ingin bermain apa dengan Eomma, Hana??,”
senyum Minseo pada anaknya, tapi aslinya dia masih melihat cara pandang Hana
yang berbeda.
“ah.. mungkin dia akan banyak mewarisi
sifat Minho ke depannya,” pikir Minseo lagi.
Tapi Hana malah tertawa tawa tepat ketika
Minseo berkata itu dalam hatinya.
“apa.. halusinasi ku saja.. kalau Hana
juga akan sama sepertiku??,” lanjutnya lagi dalam hati.
Lalu dia menggendong Hana keluar rumah, ke
taman di belakang rumah.
Minho kaget ketika dia pulang kerja,
dilihatnya ayah dan ibu mertuanya datang.
“Eomma.. Appa.. wah.. senang banget kalian
bisa kesini,” dia memeluk kedua mertuanya itu
“Minseo cerita padaku kalau dia kecapean
mengurus si kembar tiga,” senyum ibunya Minseo
“ah..mian
haeyo, Eomma.. tapi aku memang tidak ijinkan dia punya baby sitter.. aku
gak mau anakku jadi anak baby sitter,” jawab Minho. Minseo membantu melepaskan
dasi yang dipakainya.
Ibunya Minseo menggendong Young Joon,”itu
bagus.. Eomma juga suka.. mungkin Eomma akan sering kesini dengan Appa diwaktu
senggang..supaya bisa langsung melihat mereka..”
Minho memainkan tangannya ke Young
Joon,”aahh.. sama halmeoni dulu yaa..
“
Young Joon bisa tertawa keras, tapi lalu
dia menggenggam erat jari Minho.
“eh..dia sudah bisa menggenggam.. tapi
erat sekali,” Minho berusaha melepaskan genggaman tangan anaknya itu, tapi
memang erat.
“haaa.. pasti ingin digendong Appa ya??,”
dia tidak sadar kalau suatu hari anaknya akan punya kemampuan lebih soal energi
telekinetik.
Minho akhirnya malah menggendong Young
Joon. Ayah mertuanya senang lihat Minho mau mengasuh tiga anak nya sendiri.
“benar katamu, Minseo.. aku tadi
mendapatkan sesuatu yang tidak enak pada Gong,” kata Minho di belakang rumah
yang ada kebunnya. Mereka duduk sambil minum teh.
Minseo menuangkan teh untuk Minho,”tentang
apa itu?”, dia pura pura gak tahu.
“aku memulai bisnis baru dengan rancangan
model sendiri, Eomma... Appa,” kata Minho pada ayah-ibu mertua
“lalu?? Dimana masalahnya?,” tanya ayahnya
Minseo
“ternyata Gong masih ada sisa kontrak
dengan Ryong.. dan dia tidak bilang aku kalau masih ada beberapa model yang dia
tangani dengan Ryong,” Minho cemberut.
“umm.. gitu ya?? Ternyata malah Gong yang
bikin masalah,” kata Minseo, sambil menggoda anak sulungnya, Jin Ho.
“enggak sih.. bukan Gong juga.. tapi Ryong
nya,” lanjut Minho masih sambil cemberut,”aku jadi tertunda deh kerjasamanya
dengan dia”
“enggak lama kok.. cuma akan sampai paling
lama 2 minggu,” jawab Minseo santai
Minho jadi agak heran,”eh..kok kamu bisa
tahu kalau memang Gong bilang itu 2 minggu??,”
Ibunya Minseo yang tahu anaknya punya
kelebihan supernatural langsung memangkas kata kata Minho,”ah.. mungkin Minseo
hanya menebak nebak saja, Minho”, sambil menggerakkan tangannya.
“ah.. Minho ini suka terlalu Eomma.. suka
menebak sendiri kalau orang punya ini, punya itu,” Minseo membela dirinya
sendiri supaya Minho tidak tahu kemampuan aslinya
“hehehe,” tawa ayahnya Minseo,”Minseo ini
sejak kecil memang suka main tebak-tebakan, Minho.. jadi jangan heran”
“enggak... tapi kok bisa tepat banget 2
minggu??,” Minho masih mikir
Minseo melepaskan gendongannya pada Jin Ho
lalu meletakkan nya di box bayi, berdiri dan mengelus poni Minho,”ah.. suka
begitu deh, Nampyeon.. jangan terlalu sensitif deh.. seperti Appa bilang, aku
memang suka main tebak-tebakan..kebetulan tepat terus”
“terus..aku harus bagaimana??,” tanya
Minho lagi
“tunggu saja.. Gong itu perancang yang
jujur kok..tapi.. menurutku yang jadi masalah malah kemungkinan Ryong,” jawab
Minseo
“umm.. jadi.. aku harus ikat Gong segera
ya? Dia itu rancangannya bagus-bagus loh.. kamu kan sudah lihat,”
Minseo mengangguk,”sudah deh... jangan
panik ya..santai saja”
Beberapa hari Minho menunggu keputusan Gong
soal kerjasamanya. Berjalan dua minggu kemudian, Minho pulang dengan wajah
senang. Dia langsung memeluk Minseo yang berdiri di depan pintu.
“aku senang... ternyata yang kamu tebak
benar, Hup!,” dia langsung mengangkat Minseo dan membopongnya ke kamar
“eehh.. turunkan aku, ah.. Minho genit,”
balas Minseo
“kerjasama ku sukses juga dengan beberapa
petani kapas,” senyumnya pada Minseo diatas tempat tidur
“Minho kan pintar.. jadi aku percaya,”
Minseo membalas senyuman Minho.
“eh.. tapi .. sebenarnya tuh aku heran
padamu,” kata Minho.
Minseo menoleh,”eh? Kenapa?”
“semenjak dulu kita pacaran.. kamu kadang
terlihat aneh,” balas Minho
“aneh?? Kenapa??”, Minseo tanya balik
“segala tebakanmu malah lebih tepat
dibandingkan Peramal Kang,” Minho senyum padanya manis sekali
“jadi.. aku malah sebenarnya lebih percaya
kamu, heoni (sayang-red).. tapi..
kamu malah bilang peramal Kang gak usah dipercaya,”lanjutnya lagi
“umm... tapi kenyataannya kamu malah
mengikuti peramal Kang itu.. padahal aslinya aku kurang suka, Nampyeon,” Minseo bersandar di dada
Minho.
Minho mengelus rambut isterinya yang
panjang itu,”iya deh.. enggak lagi.. aku lebih percaya kamu. Begitu juga untuk
hari ini.. aku senang ternyata Gong menepati janjinya mau tetap kerjasama
denganku,”
Minseo senyum, lalu mencium Minho dengan
cepat,”gomawo.. sudah mau percaya aku..chu”
“sepertinya Hana juga seperti kamu deh,”
Minho menatapnya, menggerakkan badannya sehingga mereka berhadapan. Minseo
duduk, tidak lagi bersandar pada Minho
“ah, masak??,” tanya Minseo
“dia tidak boleh tahu sama sekali.. aku
enggak mau Minho tahu segala yang aku bisa,” kata hatinya Minseo
Dia jadi ingat bagaimana Minho pernah
bilang kalau dia pernah lihat ada seorang cewek yang bisa melihat seorang roh
lalu dia tidak suka, dia trauma kalau pacarnya bisa merasakan atau melihat yang
aneh aneh termasuk melihat hantu. Minseo waktu itu hanya tertawa saja dan dia
bilang kalau dia hanya perempuan biasa bagi Minho. Tapi Minho sempat merasa
aneh dengannya pada kemampuan menebak Minseo yang banyak tepatnya daripada
salahnya.
Waktu pacaran, Minho sempat bilang ,”kamu
tidak punya ilmu aneh aneh begitu kan, sayang?? Aku tidak suka”
Minseo hanya menjawab dengan tertawa saja.
“memang Hana seperti apa??,” tanya Minseo
“kamu bisa menebak hati orang lain.. membaca
pikiran orang lain.. sepertinya kok aku merasa Hana seperti itu?? Itu kan
berbahaya buat dia,” balas Minho
Minseo mengelus elus poni Minho yang ke
depan,”ah.. Aniyo, heoni.. kan aku
bukan peramal.. aku hanya bisa menebak nebak saja.. kalau memang Hana begitu..
berarti Hana mewarisi gen ku,”
“kalau dia begitu.. kamu harus jaga dia
loh.. jangan sampai dia nakal,”
“besar saja belum.. kamu sudah terlalu
khawatir sekali, sayang,” senyum Minseo
Minho memeluknya,”iya..aku beneran gak
sabar lihat mereka besar loh.. rasanya kok lama betul ya??”
Waktu waktu berlalu... si kembar tiga
sudah memasuki 100 hari. Dalam beberapa keluarga korea, anak dengan umur 100
hari dan sehat merupakan berkah sehingga mereka mengadakan perayaan kecil lagi.
Beberapa rekan kerja Minho datang ke rumah
mereka, memberikan selamat atas si kembar 3 yang sehat dan ceria.
“wah.. anak anak Lee ssi benar benar menggemaskan dan sehat,” kata Nyonya Bong memandang
Minseo yang sedang membawa Jin Ho
Jin Ho ber bubbling dengan Nyonya Bong, salahsatu isteri rekan kerja Minho.
“gomaseubnida,
Nyonya Bong.. kebetulan memang Jin Ho suka sekali melihat orang yang baru dia
kenal,” senyum Minseo.
“nah, Jin Ho.. beri tanganmu untuk Nyonya
Bong,” Minseo memberikan tangan Jin Ho untuk bersalaman dengan Nyonya Bong.
Jin Ho senang dia bisa bermain dengan
orang yang baru dia lihat. Dia memainkan tangannya dengan Nyonya Bong. Nyonya
Bong tertawa senang karena Jin Ho memang sepertinya tipe anak ramah.
Nyonya Bong berani menggendongnya. Jin Ho
berusaha menggenggam apapun yang dia lihat.
“aduh.. tidak boleh Jin Ho.. nanti kamu
luka kalau pegang gelas itu,” bujuk Nyonya Bong.
Minho memperhatikan ketiga anak-anaknya
yang dipegang pegang dan di gendong rekan-rekan kerjanya. Dia senang dengan para
rekannya yang menerima ketiga anaknya yang lucu lucu itu.
Nyonya Bong masih menggendong Jin Ho. Jin
Ho menunjuk nunjuk pada sebuah gelas. Ternyata dia ingin minum.
Minseo menghampiri Jin Ho yang masih
digendong Nyonya Bong.
“aduh.. belum bisa, Jin Ho.. kamu belum
bisa minum dari gelas, sayang,” senyum Minseo pada anaknya.
Gelas yang ditaruh di meja makan itu
tiba-tiba bergerak sendiri.
“eh?? Apa ada gempa??,” ternyata dilihat
oleh Nyonya Bong dan dia heran.
Minseo langsung menggunakan energi
telekinetiknya diam diam, mempertahankan gelas itu supaya tetap ditempat.
“gempa?? Tidak ada, Nyonya Bong,” jawab
Minseo
Dia menatap mata Jin Ho yang ternyata
lebih melihat gelas itu terlebih dulu.
“Jin Ho... mari dengan Eomma,” kata
Minseo, mengalihkan perhatiannya.
Jin Ho menoleh dan malah tertawa pada
Minseo,”hag hag hag,” tawanya sangat ringan.
“apa Jin Ho akan sama denganku??,” kata
hatinya Minseo.
Nyonya Bong menghampiri suaminya lalu
berbisik,”tadi gelas bergerak sendiri diatas meja, Nampyeon.. apa rumah ini ada hantunya??”
Tuan Bong heran,”masak sih?? Mungkin
halusinasi kamu aja”
Minho yang melihat mereka berbisik bisik
menghampiri,”ada apa, Nyonya Bong?”
“ah, tidak Lee ssi...tidak ada apa apa.. cuma.. saya agak heran tadi melihat gelas
terangkat sendiri.. saya kaget..,” jawab Nyonya Bong
“maaf.. rumah Anda tidak berhantu kan, Lee
ssi??,” lanjutnya lagi
Minho tertawa,”ah, Nyonya Bong.. selama
saya tinggal disini.. belum pernah melihat hantu, hehehe”
Tuan Bong jadi ikutan tertawa,”mungkin
isteri saya pusing.. dia ingin anak lelaki, tapi belum diberi Tuhan juga, jadi
dia mungkin suka dengan Jin Ho, hahaha”
Minseo menghampiri, masih menggendong Jin
Ho,”Jin Ho sepertinya masih ingin bermain dengan Nyonya Bong.. daritadi dia
melihat Anda,” lalu Minseo senyum pada Isterinya Bong.
Jin Ho tertawa tawa dengan Nyonya Bong.
Minseo menggunakan firasatnya, karena dia melihat mata Jin Ho sebenarnya tidak
tertuju pada tamunya, tapi pada sebuah benda... sebuah vas. Vas itu
perlahan-lahan bergerak.
Minseo langsung mencoba menahannya lagi.
Dia langsung mengalihkan wajah Jin Ho
sehingga menghadap ke Nyonya dan Tuan Bong serta Minho.
Jin Ho hanya tertawa tawa,”hag hag hag...
ba ba ba”, dia seperti mengajak bicara Minseo, ibunya.
Minseo melihatnya dalam dalam, baru Jin Ho
diam.
“Jin Ho lucu sekali, Lee ssi,” kata Tuan Bong,”pantas saja
isteriku suka..dia suka tertawa”
“sepertinya Jin Ho ini jahil banget deh,”
keluh hatinya Minseo,”ternyata dia punya kemampuan telekinetik.. gawat.. jangan
sampai Minho tahu”
Minho bangga anak anaknya disukai
tamu-tamunya. Minseo galau, karena dia pikir, anaknya akan mewarisi kemampuan
supernaturalnya.
Selesai acara, mereka sangat lelah...
“biar aku yang membantu mencuci piring,”
senyum Minho,”kamu sama mereka saja..”
“kamu pasti lelah, Minho.. biar aku saja..
sehabis aku menidurkan mereka.. aku yang akan cuci piring,” balas Minseo.
Minho malah genit pada isterinya,”gak
usah.. chu”, dia lalu membereskan beberapa piring, sendok dan gelas gelas yang
ada diatas meja makan.
Di dapur, Minho sedang mencuci piring,
Minseo dikamar anak-anak mereka.
“Jin Ho... apa kamu memang benar-benar
bisa telekinetik?? Jangan tunjukkan pada Appa mu, nak.. nanti Appa mu akan
marah besar pada Eomma,”
Dia berbicara pada Jin Ho seolah anak itu
mengerti perkataannya.
Jin Ho tertawa, lalu dia bubbling pada
ibunya sendiri.
Minseo duduk di kursi,
menggoyang-goyangkan tempat tidur Jin Ho dan menggunakan matanya untuk
menggoyang tempat tidur Hana dan Young Joon.
Minseo terus menggoyang-goyangkan tempat
tidur mereka dengan tangan dan energi telekinetiknya.
Dia terus melakukannya. Mendadak Minho
masuk kamar.
“sayang.. semua piring sudah dicuci,” kata
Minho masuk kamar anak-anaknya.
Minho kaget,”kenapa semuanya bergerak??”
dia melihat tempat tidur ketiganya goyang, padahal Minseo sedang menggoyang
tempat tidur yang paling pinggir.
Dia mengucek matanya. Minseo sigap sadar
dengar suara Minho. Dia langsung menghentikan tenaga telekinetiknya.
Minho masih mengucek matanya.
Minseo menghampiri,”ada apa, sayang??
Matamu sakit?”
“ah enggak.. apa memang aku kelelahan??,”
tanya Minho, dia serasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan.
“tadi aku lihat semua tempat tidur mereka
bergerak.. padahal kamu hanya menggoyang tempat tidur Jin Ho??,”
Minseo terkekeh,”eh?? Masak sih?? Coba aku
lihat matamu, sayang”
Minseo menghampiri Minho, berjinjit dan
melihat matanya,”agak merah.. kamu kelelahan deh, sayang..”
Minseo lalu meniup mata Minho dengan
lembut.
“benar mataku merah??,” tanya Minho.
Minseo mengangguk,”jadinya begitu deh..
serasa melihat seperti aneh-aneh..padahal enggak ada apa-apa kok”
“tidur yuk?,” Minho senyum pada Minseo,
lalu menarik tangannya ke kamar tidur mereka.
Minseo bangun tidur, dia lalu duduk
disamping Minho yang sedang tidur lelap.
Dia memain-mainkan poni Minho.
“sayang.. mian haeyo.. aku harus bohong padamu..,” katanya dengan suara
pelan, supaya Minho tidak bangun.
“dan sepertinya.. Jin Ho dan Hana akan
sepertiku..,” Minseo lalu berbaring lagi, menghadap wajahnya ke langit-langit
kamar.
“aduh.. jangan sampai Minho tahu.. dia
bisa marah.. selama ini aku menyembunyikan semuanya.. aku tidak ingin dia tahu
kalau aku berbeda..,”
Bersambung ke part 4...