This is me....

Senin, Juni 23, 2014

Doctor's Heart (part 11: Minho Senpai Yang Jutek dan Dingin)

Lee Min ho sebagai Dokter Minho              Gackt sebagai Dokter Kamui

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian Akimoto Takeo menyerang Minho diluar meeting penentuan alat dan biaya. Minho juga membantu operasi severe myoma yang diderita oleh Sakura Yamagata pasien Chiaki Akimoto, anak dari Takeo. Minho tidak ingin perasaannya bercampur aduk dengan pekerjaan, jadi dia berusaha biasa saja ketika harus bekerjasama dengan cinta masa lalunya, Chiaki.
“semoga sukses operasinya, Lee sensei,”senyum Chiaki pada Minho.

Minho menunduk hormat, dia dibantu oleh dokter bedah lain, lalu mereka masuk ruangan operasi.
“tidak akan lama, Yamagata san.. tetap tersenyum,” senyum Minho, menyemangati Yamagata yang sudah berbaring dan dikelilingi 3 dokter.
Sakura membalas senyuman Minho,”aku sudah siap”
Lalu dokter anestesi, Takeuchi memberikannya obat bius dalam bentuk gas dalam masker.
Tak berapa lama, “mari kita mulai,” kata Takeuchi.
Minho mengangguk,”Yosh.. semangat”. Dia mengambil pisau bedah.
Chaki melihat proses dari layar tivi yang ada di ruangan sebelah.
“Minho kun.. telaten sekali.. wajar kalau dia diambil Kamui sensei,” gumamnya.
Minho dengan pasti dibantu Ueda dan Yamada membelah dan membuang satu persatu tumor dan juga percabangannya yang ada di rahim Sakura Yamagata. Tidak kurang dari satu jam, semua selesai. Sakura langsung dibawa ke ruangannya kembali, menunggu biusnya habis barulah keluarganya diperbolehkan masuk.

Minho berdiri di depan Ryohei, tunangan Sakura.
“operasinya berjalan baik.. kemungkinan 3-4 jam lagi Yamagata san akan sadar,” kata Minho pada Ryohei.
“segalanya sudah aku perkirakan, Lee sensei.. Sakura chan memang akan lebih bersemangat jika dia sehat,” balas Ryohei
“aku salut padamu, Matsumoto san.. aku senang melihat Yamagata san menunjukkan cincin darimu,”
Ryohei tertawa,”akhirnya aku bisa menemukan keputusan ku sendiri, sensei.. dan itu berkat pembicaraanku dengan Lee sensei beberapa waktu yang lalu”
Minho menggaruk kepalanya, dia malu disanjung,”ah.. Iie, Matsumoto san.. itu semua biasa saja bagi kami. Menjadi seorang dokter bukan hanya sebatas memeriksa atau mengoperasi saja, tapi juga ada keterikatan hati dengan para pasien”
“aku tahu kebaikan Anda dari Akimoto sensei,” kata Ryohei, yang dimaksud adalah Chiaki.
Minho masih salah tingkah dipuji,”ah.. tidak seberapa, Matsumoto san.. ini sudah pekerjaan biasa kami.. lagipula, ini juga memang sudah sumpah seorang dokter”
“aku bersyukur bertemu dengan Lee sensei.. awalnya.. aku sempat goyah.. apakah aku bisa  mencintai Sakura chan setelah ini..??”
Mereka berjalan menyusuri lorong Rumah sakit, menuju ruangan Chiaki. Minho sudah mengganti bajunya dengan baju biasa lagi.
“terlalu sulit untuk menjelaskan tentang jalan dan pilihan hidup, Matsumoto san.. dan Yamagata san benar benar membutuhkan Anda,” kata Minho. Mereka terus berjalan menyusuri lorong.
Ryohei lalu berhenti, Minho ikutan berhenti,”setidaknya.. aku tidak menyia-nyiakan cinta ku yang sudah tumbuh bertahun-tahun bersamanya. Aku akan pikirkan bersama untuk kelangsungan keturunan. Seperti kata sensei sebelumnya, masih banyak yang bisa kami lakukan diluar hanya berfikir tentang tidak bisanya lagi Sakura chan memiliki anak”
Minho memasukkan kedua tangannya ke dalam jas dokter, lalu senyum pada Ryohei,”Yamagata san.. benar benar bertemu pria sejati”
Ryohei tertawa dengan pujian Minho,”ah.. Lee sensei bisa saja”
Mereka lalu berjalan kembali ke ruangan Chiaki.

Hari itu Shiori senang sekali karena dia mendengar kabar dari Kamui bahwa Maru chemical sudah membuat kontrak dan akan mereka tanda tangani dua hari lagi. Dia menelepon ayahnya.
“Otoosan.. aku senang sekali kalau usaha Otoosan benar benar berhasil,” dia menelepon ayahnya lagi
“tidak.. Maru chemical memang tertarik dengan penelitian ini, Shiori chan.. ,” balas ayahnya dari jauh
“tapi.. pada dasarnya.. aku tidak suka dengan Takeo itu,” balas Shiori
“benarkah?? Takeo memang cukup kuat.. tapi masih kalah kuat birokrasi dengan ayahmu ini”
“otoosan memang hebat..aku cinta otoosan,” manja Shiori pada ayahnya
“kamu jangan nakal dengan Kamui sensei.. dia teman baik ayah,”
Shiori mengangguk,”Ee.. tenang saja.. Kamui sensei sangat baik padaku.. hanya saja, kemarin itu.. aku ingin minta bantuan Otoosan karena Minho kun”
“Minho kun? Senpai (senior-red) mu itu?,”
hai.. atashi no senpai da,” balas Shiori sambil mengangguk,”tapi... senpai sangat lemah di birokrasi..”
“ya..aku mengerti.. Kamui sensei pernah cerita padaku beberapa hari lalu tentang dia.. payah sekali memang Takeo itu,”
“tapi..Minho kun sudah tahu soal otoosan,” keluh Shiori
“kamu menceritakannya tentang aku??”
“Uun.. tidak kok.. tapi.. ternyata dia curiga duluan.. padahal aku tidak pernah cerita apapun padanya.. senpai orang yang tertutup,”
“ah.. sudahlah.. biarkan saja.. aku tidak punya urusan dengan senpai mu itu.. hanya dengan atasanmu.. Kamui sensei,” balas ayahnya
“otoosan.. hati hati disana ya.. aku pulang akhir tahun..,” senyum Shiori
“aku tunggu.. salam dari ibumu,” balas Daisuke.

Ternyata Minho tanpa sengaja sudah mendengar percakapan Shiori dan ayahnya dari balik pintu,”musume (anak perempuan-red) yang manja..untung tidak menyusahkan aku”
Lalu dia masuk ke ruangan mereka.
kon’nichiwa,” kata Shiori menyapa Minho duluan di sore itu, begitu dia melihat Minho masuk ruangan mereka.
kon’nichiwa,” balas Minho, lalu dia duduk, membuka buku note kecilnya yang dia taruh di atas meja.
“bagaimana operasi myoma nya.. beres??,” tanya Shiori, mereka duduk samping sampingan
yoku shimashita (well done-red),” balas Minho singkat. Dia memang malas banyak bicara dengan para staff cewek dari medis atau paramedis.
yokatta ne,” senyum Shiori.
Sejenak mereka saling diam. Akhirnya, Minho memulai pembicaraan lagi.
“sebentar lagi aku harus ketemu dengan Shin Mabuchi.. mau temani aku?,”
“eh?? Anoo.. Shin san.. yang teman sekolah senpai?,”
Minho mengangguk,”Hai.. mau ikut?”, dia baru menoleh pada Shiori
Shiori jadi teringat kejadian terakhir mereka bertemu, Minho dipeluk Mabuchi sangat erat seperti suka sama suka antar lelaki.
“umm.. kenapa Minho senpai ajak aku??,” katanya dalam hati
“mau??,” tawar dan tanya Minho lagi
“ah.. baik.. aku ikut.. ,” jawab Shiori
“ya sudah,” Minho langsung berdiri, dia membuka lacinya, mencari medical record note terakhir yang dia tahu tentang teman lamanya itu, lalu mengambil pulpen.
“ayo,” katanya lagi.
Shiori mengikuti dan berjalan disampingnya.

Mereka tiba di bangsal khusus untuk pasien penderita kanker. Minho menghampiri suster penjaga ruangan depan.
Kon’nichiwa, Lee sensei.. hari ini bertemu siapa??,” tanya Kagawa.
“ah.. aku ingin bertemu Shin Mabuchi.. apa sudah ada dokter lain sebelumnya yang bertemu?,” tanya Minho pada perawat Kagawa
“belum, sensei.. hari ini semestinya ada kunjungan dari dokter gizi dan juga sensei,” balas Kagawa
“ah.. kalau begitu.. aku saja dulu.. dalam waktu dekat, aku harus memberikannya seri kemo,” kata Minho
Kagawa menunduk hormat,”silahkan Sensei”
Minho berjalan ke lorong tempat Mabuchi dirawat.
Dia lalu membuka pintu ruangan VIP.
Mabuchi menoleh pada pintu,”oh.. Minho kun.. kon’nichiwa,”
kon’nichiwa,” senyum Minho, langsung menghampiri, menarik kursi dan duduk.
Shiori menunduk hormat pada Mabuchi dan dia berdiri di belakang Minho.
“aku melihat kondisi mu.. ajaib kamu bisa lebih baik dan bertahan.. seperti sel kanker ini tidak metastasis sama sekali,” Minho melihat hasil terakhir.
“aku minta maaf sebelumnya kalau aku lambat menangani mu,” tambahnya lagi
“satu minggu lagi, Mabuchi kun.. apa kamu siap?? Kali ini.. sama sekali bukan kemoterapi dengan obat yang biasa,”
“apapun..asal kamu bisa membantuku untuk sembuh.. aku rela,” senyum Mabuchi, dia memegang tangan Minho
Minho senyum saja, tidak meminta tangannya dilepaskan temannya itu. Shiori jadi enggak enak hati melihat itu.
“apa.. Shin san ini dan Minho senpai.. saling suka??,” katanya dalam hati. Dia masih menganggap Minho dan Shin penyuka sesama jenis dengan kejadian terakhir yang diintipnya Minho dipeluk Mabuchi dengan erat.

“kalau sudah begini, F5 kurang berhasil, Mabuchi kun.. itu sebabnya aku ingin lebih intens lagi untuk pengobatanmu.. dalam kasus ini.. berharap.. kami tidak memotong penil mu sama sekali,” ujar Minho. Dia melihat hasil terakhir penyebaran sel kanker.
Shiori lalu menghampiri Minho, berjingkat dan berbisik,”apa.. Shin san.. akan dicobakan dengan Nano tech??”
Minho hanya menjawab dengan mengangguk saja.
“astaga.. jadi Mabuchi kun pasien percobaan pertama pada manusia??,” kata Shiori dalam hatinya,”rasanya kemarin Minho senpai dan Kamui sensei tidak sepakat hal ini??”
“ah..apa ada permintaan khusus dari Maru chem??,” katanya lagi dalam hati, penasaran.

Minho bersikap biasa saja, dia bicara lagi dengan Mabuchi, sementara Shiori berfikir, ternyata beneran harus diuji cobakan juga dalam waktu dekat dengan manusia.
“Shin Mabuchi.. lalu siapa lagi?? Minho senpai belum memberikan datanya padaku.. begitu juga Kamui sensei,” Shiori tidak percaya sepertinya Minho dan Kamui tidak mengatakan ini, karena mereka bekerja dalam tim dan mereka tidak sendirian. Masih ada beberapa orang asisten perawat dan laboran yang akan membantu mereka.
“aku harap, kamu tidak akan merasa resah untuk kemoterapi jenis baru ini, Mabuchi kun,” senyum Minho
“bagaimana tingkat kesembuhannya?,” tanya Mabuchi
Minho duduk lagi,”umm.. kami perkirakan sekitar 80%,”
“Minho senpai.. ini kan belum pasti!,” Shiori kaget dalam hatinya. Ya, karena memang belum ada percobaan pada manusia tentang kemoterapi dengan Nano silver dan Nano gold sebagai agen anti dan pembasmi sel kanker.
“ah.. semoga aku bisa sembuh,” ujar Mabuchi
Minho senyum,”apa yang akan kamu lakukan kalau sembuh? Aku berharap.. kamu bisa kumpul dengan keluargamu.. apa akhir akhir ini mereka datang??”
Mabuchi menggeleng,”aku rasa.. aku sudah dibuang.. “

Minho tertawa ringan,”ah.. jangan terlalu sensitif, Mabuchi kun.. kamu tidak berubah juga”
“sudah berapa minggu aku disini? Tapi satupun tidak ada anggota keluargaku yang datang,” ujar Mabuchi
Shiori diam saja mendengar pembicaraan mereka.
Lalu Minho menoleh pada Shiori,”menurutmu, Fujita sensei.. apa perlu kita bawa jalan-jalan Mabuchi kun??”
“hieeh?? Kemana??,” Shiori malah tanya balik
“dia merasa kesepian.. padahal sesekali kalau aku tidak sibuk..aku kesini,” balas Minho pada Shiori
“umm.. menurutku.. keluarga tetaplah berbeda,” balas Shiori.
“Fujita sensei benar,” ujar Mabuchi
Minho senyum pada temannya itu,”anggap saja kami saudaramu.. well, Mabuchi kun.. aku berharap kamu bisa sembuh.. lagipula.. ini tidak akan terlalu sakit seperti kemoterapi biasa”
“eh?? Kenapa Minho senpai jadi berbohong sih? Kita kan belum pernah mencoba pada manusia, senpai,” kata hatinya Shiori.
“sehabis sembuh.. aku ingin menjadi teman dekatmu,” kata Mabuchi
Minho jadi gak enak hati lagi dengan perkataan temannya itu, yang dimaksud teman dekat adalah pacar. Dia normal dan bukan penyuka sesama jenis.
Minho tersenyum ringan dan terkesan garing,”kalau sudah mengalami seperti ini.. tidak boleh lagi melakukan hal yang sama dengan sebelumnya, Mabuchi kun.. dan..aku juga tidak bisa menerima permintaanmu”
“apa.. senpai ini masih cowok normal??,” tanya hatinya Shiori
“eh.. kenapa aku jadi mau tahu urusan orang?,” lanjutnya lagi. Lekas dia memblokir pikirannya sendiri yang mulai aneh.
Minho mengobrol cukup lama soal pengobatan Mabuchi.
“kemoterapi ini berlangsung satu seri yang pertama.. sekitar 12 minggu.. “, ujar Minho
“dan selama ini.. kamu juga akan makan makanan dengan tehnik khusus.. tehnik tembak makanan dengan sinar infra merah,” lanjutnya lagi
“dan sebelum kamu melakukan kemoterapi ini.. aku akan memberikan surat ijinnya untuk kamu baca dan tandatangani...kalau kamu siap...tentu saja kita mulai minggu depan”
“aku siap,” jawab Mabuchi singkat
Minho berdiri,”nah.. berarti besok aku buatkan suratnya....kami pamit dulu,”
Minho menunduk hormat, diikuti Shiori. Lalu mereka keluar ruangan.

Tanpa basa basi Shiori dilorong langsung bertanya pada Minho,”kenapa Senpai dan Kamui sensei tidak bilang aku kalau langsung akan dicobakan ke manusia? Siapa lagi yang harus dirawat dengan percobaan kita selain Shin san?”
“ini kesepakatan yang memang bukan kamu yang menentukan, cukup sampai aku saja,” balas Minho dengan suara datar, masih berjalan, tanpa menoleh pada Shiori.
“curang,” balas Shiori singkat. Minho menoleh.
“siapa yang curang? Kan yang memimpin semuanya selain Kamui sensei adalah aku?? Jadi kami berhak tentukan semuanya,”
“memang siapa yang membantu memberikan dukungan dan lobby buat ini semua??,” tanya balik Shiori
“orangtuamu.. Daisuke Fujita,” balas Minho santai.
“tapi.. Tapi Kamui sensei bilang..awalnya kita belum akan memakai percobaan langsung pada manusia bukan?? Nanti akan ada banyak anak kecil yang dicobakan dalam terapi ini.. seperti semua list yang sudah Senpai kasih padaku,”
“bukan urusanku dan juga urusan Kamui sensei.. kita semua sudah sepakat dengan Maru chem,” balas Minho masih dengan mimik datar dan santai
“lalu..untuk apa percobaan pada guinea pigs??,”
“hanya formalitas,” balas Minho lagi, masih dengan mimik yang sama
kureiji,” gerutu Shiori
mondai ga aru deshou? (masalah buat mu?-red),” tanya Minho
Mondai ga aru no yo! (masalah buat ku-red),” balas Shiori dengan nada agak sengit. Dia merasa tidak diberitahu dan lagi, dari 30-40 orang yang akan dicobakan.. sekitar 70% nya adalah anak-anak dan lansia dan dia belum sampai hati bisa tega menggunakan mereka sebagai objek percobaan. Dia main pergi saja dari hadapan Minho.
Minho diam saja melihat partner penelitiannya itu meninggalkannya.
Ketika Shiori sudah masuk ke lorong IGD, baru dia jalan masuk ke ruangannya,“ah..paling dia akan minta bantuan ayahnya lagi”

“Kenapa wajahmu kusut, Fujita sensei??,” Fujiwara menepuk pundak Shiori yang duduk dengan muka cemberut, masih kesal dengan Minho tadi di lorong
“Minho Senpai itu.. menyebalkan, huh,” keluhnya dan balasnya pada Fujiwara
Fujiwara lalu duduk disampingnya,”hieeeh?? Doushita?? Kamu pacaran dengan dia ya? Hehe”. Fujiwara memang dokter yang suka iseng nge gosipin orang.
suki atte jya nai.. kedo.. dia itu membuat kesepakatan yang aku sama sekali tidak tahu..,” keluh Shiori lagi, dia melipat tangannya masih dengan wajah kesal.
“ah..sudahlah..soal penelitian kalian ya??,” tanya Fujiwara
Shiori mengangguk,”iya..dia menyebalkan.. sama sekali tidak membuat pemberitahuan dulu kalau objek hewan hanya sebagai selingan.. aslinya kami akan gunakan langsung manusia”
“ah..tidak usah aneh seperti itu, Fujita sensei..dalam dunia medis ini biasa.. ,” Fujiwara juga malah bersikap santai.
“aku tidak begitu..aku membayangkan anak-anak yang terkena kanker paru itu harus kita chemo dengan bahan baru,”
Fujiwara tersenyum,”tapi itulah dunia kita.. kalau kamu tidak mengikutinya..akan dianggap naive dan polos, Fujita sensei.. ayahmu tidak menceritakan??”
Shiori menggeleng,”Iya... (tidak-red).. ayahku hanya mengatakan lobby nya berhasil”
“kalau begitu, Lee sensei tidak salah juga..dia kan hanya pelaksana,” kata Fujiwara
“Senpai itu kaku sekali.. sama sekali aku bingung bekerja dengannya...pintar tapi kaku,” balas Shiori
Fujiwara cekikikan,”Lee sensei yang aku kenal memang begitu..sebelumnya, dia juga di IGD..aku begitu kaku berhadapan dengannya”
“Jadi..dia itu memang Mister Kaku ya??,” tanya Shiori pada Fujiwara
“yah..gitu deh.. sama aku malah hampir gak bicara kalau gak ada pasien yang harus ditangani mendadak,”
“dengan Akimoto sensei malah dia bisa bicara...bahkan..,” kata Shiori.
“bahkan apa??,” tanya Fujiwara
“ah.. nan demo nai.. gak apa.. mungkin karena mereka sudah saling akrab sebagai sesama dokter,” Shiori coba menyembunyikan kejadian ditempat karaoke.
“mungkin memang sifatnya seperti itu.. jadi ikuti saja..tetapi menurutku..aslinya dia baik kok..penolong dan ramah pada pasien.. totalitas dalam merawat”, kata Fujiwara
“ya,” balas Shiori singkat,”tapi aku akan diskusi dulu dengan Kamui sensei soal ketidaksetujuanku tentang objek”

Hari itu memang Kamui tidak ada di RS karena harus mengisi seminar tentang bedah kanker di lain kota. Tapi Shiori membicarakannya via telepon, masih belum puas dengan apa yang dikatakan Minho.
“Itu memang kesepakatan ku dengan Maru chem, Fujita sensei.. ayahmu memang juga terlibat.. apa beliau tidak mengatakan? Sementara Lee sensei hanya tahu tandatangan,” kata Kamui melalui percakapan dari jauh.
“ayahku juga berperan?? Shinjirarenai.. (gak percaya-red),” jawab Shiori.
“apa tidak bisa sesuai dengan kesepakatan awal.. bahwa kita akan menggunakan pasien sebagai jalan kedua?”, lanjutnya lagi.
“ah.. sebenarnya hal ini mestinya tidak jadi bahan pembicaraan berlarut-larut, Fujita sensei.. mengingat aku sudah juga memblokir apa maunya Akimoto Takeo terhadap Lee sensei,”
hai.. wakarimashita, Kamui sensei,”
“biaya kita murni ditanggung pemerintah dan Maru chem.. jadi, pihak mereka yang akan melanjutkan penelitian menjadi obat kemo.. kita hanya sebatas peneliti saja,”
“aku belum bisa menerima kalau harus langsung dicobakan pada manusia,” kata Shiori, dia beneran khawatir
“ah.. shinpai shinaide kure yo, Fujita sensei.. ini tidak segawat yang kamu bayangkan,” Kamui tertawa di ujung telepon sana.
“ah.. aku juga kenapa khawatir tentang ini,” balas Shiori
dont worry, Fujita sensei,” kata Kamui
“ah.. tolong katakan pada Lee sensei, kalau dia harus melobi orangtua atau para pasien untuk kesanggupannya mendapatkan kemo ini,” katanya lagi,”sebab.. aku ingin mereka sudah tahu dulu dan Lee sensei menjelaskan tujuan akhir dari kemo baru ini”
“baiklah, Kamui sensei.. akan aku sampaikan,” jawab Shiori
Shiori berjalan menunduk diantara lorong, beberapa kali dia bertemu dengan dokter dan perawat lain, ketika disapa, dia hanya tersenyum, dia masih berfikir tentang apa tega dan bisa dia melakukan hal itu??
Masuk ruangan sudah harus berganti shift jaga. Minho siap siap keluar pulang dengan jaketnya.
“tidak mau pulang??,” katanya menyapa Shiori
“aku masih ada urusan,” balas Shiori
“apa karena yang tadi??,”
Shiori menengadahkan kepalanya, melihat Minho,”iya.. aku masih tidak setuju”
“tidak setuju dimananya? Ayahmu saja setuju,” balas Minho, enteng. Dia melihat hp nya, apa ada sms atau misscall dari adik adiknya
“jadi.. ayahku juga mengambil bagian??,” Shiori berpura pura tidak tahu akan hal itu
“ya,” balas Minho singkat
“ah.. Kamui sensei bilang.. tolong siapkan segala berkas persetujuan pasien untuk kemo penelitian ini,”
“baik,” jawab Minho singkat lagi, lalu,”ada yang lain??”
Shiori menggeleng. Lalu Minho menunduk hormat padanya,”otsukaresama deshita.. shitsurei shimasu”, katanya, pamit.
Minho keluar ruangan, Shiori duduk memelas.
“ah.. garing sekali.. kenapa sih, harus bekerjasama dengan orang tipe macam itu?? Gak ada bercandanya, serius, gak bisa banyak bicara.. tsumaranai.. membosankan,” keluhnya
Minho belum keluar Rumah Sakit itu, dia mendengar sekilas keluhan Shiori yang agak kencang suaranya dari balik pintu, tapi dia malah senyum, sama sekali tidak kesal dengan keluhan itu.
“itu kamu tahu, kalau aku kaku pada mu,” kata Minho pelan, lalu dia jalan keluar, ke parkiran, beberapa dokter dan perawat menyapanya di lorong dan dia membalas sapaan mereka dengan ramah.

Shiori tinggal dikumpulan flat yang banyak ditempati oleh para kakek dan nenek tua yang tidak ingin menyusahkan anak-anak mereka. Dia sengaja memang memilih tipe flat seperti itu karena tidak suka terlalu banyak urusan dengan orang.
Sementara akhirnya malam itu dia melajukan mobilnya dengan segera menuju flatnya. Tapi di tengah jalan, justru malah di sampingnya berhenti sebuah motor.. ternyata Minho.
“ada apa??,” Shiori membuka jendela mobilnya, melihat Minho menaikkan kaca helmnya
“kita bicara di cafe saja,” balas Minho
“ya, baik.. aku ikut senpai saja,” balas Shiori. Minho lalu berjalan duluan dengan motornya
Sampai di cafe, mereka duduk bersampingan.
“ada apa?? Masih ada hubungannya dengan penelitian??,” tanya Shiori
Minho mengangguk,”aku masih heran.. kenapa aku dibela oleh ayahmu”
Shiori menoleh,”apa?? Ah masak??”
sumimasen.. ayahmu.. sebelum kamu menelepon siang tadi.. mendapatkan no ku.. dari Kamui sensei”, jawab Minho
“aa.. sou deshita ne,” jawab Shiori singkat. Pada dasarnya dia malas bicara soal penelitian.
“umm.. sou da yo,” balas Minho,”lalu.. ayahmu bilang.. kalau selama ini memang Takeo Akimoto juga kerap mengacaukan bisnis kalian”
“eh?? Ah masak??,” tanya Shiori lagi, heran.
“kamu kenapa sama sekali tidak tahu apa yang ayahmu lakukan??,” tanya Minho.
“aku memang tidak mau ikut campur,” jawab Shiori dengan nada agak cuek.
“ya.. aku minta maaf,” kata Minho
“untuk apa?,” tanya Shiori
“kalau aku selama satu bulan lebih ini terlalu cuek atau bahkan kesannya tidak ramah padamu,” jawab Minho
“gak apa.. aku sudah biasa seperti itu,” balas Shiori dengan nada cuek.
“tapi memang sedari dulu.. aku begitu dengan yang lain,” kata Minho
“ya.. aku faham.. aku bisa melihatnya ketika Senpai bicara dengan yang lain, terutama wanita,”
“aku berterima kasih sekali ayahmu mau membantuku menyingkirkan rasa takutku kepada Takeo Akimoto,” Minho menunduk hormat pada Shiori sambil duduk.

“aku gak tahu apa yang ayahku lakukan pada Senpai.. aku cuma tidak suka diusik orang yang tidak aku kenal,” balas Shiori
“tapi.. bukankah kamu cukup kenal dengan Akimoto chiaki??,”
Shiori mengangguk,”ya, kenal... tapi aku tidak tahu kehidupan pribadinya.. hanya sebatas teman biasa”
“kamu..tidak tahu cerita ku dengan Chiaki Akimoto kan??,” tanya Minho penasaran
“ung.. enggak tahu.. hanya saja, aku heran.. kenapa kalian bisa berciuman padahal Akimoto sensei sudah berkeluarga”, balas Shiori, santai sambil makan kue kecil.
“taruh dulu kue mu,” pinta Minho. Dia mengambil piring kecil yang ditangan Shiori.
“ya.. baiklah.. lalu??,” Shiori menoleh pada Minho
“semua sudah berlalu.. itu kisah lama.. ,” kata Minho
“oo..,” ujar Shiori, ringan.
“dengar dulu,” kata Minho lagi
“ya.. aku dengar,” balas Shiori. Dia mengambil kue dari piring yang ada di tangan Minho.
“aku lapar,” katanya lagi. Minho akhirnya menyerahkan piring kue itu lagi.
“tolong jangan ceritakan pada siapapun soal di tempat karaoke itu...,” pinta Minho. Wajahnya serius mengatakan itu.
“ung.. daijyoubu.. aku enggak suka gosip.. nanti aku bisa digosipin..,” balas Shiori sambil makan kue
arigatou,” kata Minho

Shiori terus makan kue tradisional yang ada di piring itu, Minho melihatnya terus.
“kenapa?? Senpai mau?? Ini mochi yang enak,” tawar Shiori
“ah enggak.. aku sudah kenyang,” balas Minho
“nih..enggak apa,” Shiori menawarkan beberapa mochi nya di piring kecil itu pada Minho
Minho menggeleng, menolak,”hoshikunai,”
uso jya ne.. senpai ga akogarete,” Shiori menawarkan, dia tahu sepertinya Minho lapar.
Minho masih menggeleng.
aiyyoo.. ayo makan,” Shiori malah mengambil mochi itu dengan sumpit lalu memasukkan ke dalam mulut Minho.
Dia lalu tertawa ketika ternyata Minho makan dan langsung bilang,”Oishii” alias enak
“hahahaha.. tuh kan.. katanya enggak mau??,” tawanya pada Minho
“enak juga,” Minho senyum padanya
Shiori mengangguk,”iya.. enak banget... seorang teman bilang mochi rasa yang ini memang enak.. itu makannya aku suka.. makan lagi,”
“enggak ah,” balas Minho
“aku sudah kenyang.. ayo habiskan dong, Senpai harus bantu aku.. masih ada lima lagi nih,”
“wah.. banyak banget.. nanti aku gemuk lagi,” keluh Minho
“enggak deh.. ini kan dalamnya ada ikan salmon mentah,” jawab Shiori
“umm.. ok deh,” kata Minho. Dia mengambil sumpit dari tangan Shiori dan memakan sisa lima mochi kecil itu
Oishii, ne.. senpai??,” senyum Shiori
hai.. umm.. hontou,” jawab Minho dengan mulut agak penuh mochi.
“sini..aku dua deh,” kata Shiori. Dia mengambil sumpit dari tangan Minho dan langsung menyumpit sisa dua mochi ke mulutnya
“nah.. habis.. oguchisousama deshita,” katanya berdoa berterima kasih atas makanan malam itu.
“makan mochi mu banyak juga ya?,” senyum Minho. Sepertinya mereka tanpa sadar sudah makan satu sumpit sama sama.
Shiori mengangguk,”iya.. hehehe.. Okaasan suka membuatkannya untuk ku .. kalau aku ujian.. aku suka minta dibuatkan.. dan jadi semangat.. jadi enggak ngantuk belajar”
“sepertinya ayah dan ibu mu sempurna,” ujar Minho. Dia melipat kedua telapak tangannya saling mendekap.
“enggak juga.. kadang otoosan galak padaku.. begitu juga okaasan,” senyum Shiori padanya.
“senpai sendiri.. apa orangtua mu galak?hehehe,”
“ah.. enggak.. ,” kilah Minho. Dia tidak ingin keluarganya diketahui juniornya.
“aku mau pulang saja,” kata Shiori.
“jadi.. yang tadi.. rahasia kita saja ya??,” pinta Minho
“tentang tempat karaoke?? Ya.. aku janji,” balas Shiori
“terima kasih sekali lagi,” kata Minho
Mereka berdiri meninggalkan cafe itu.
Jya ne.. sampai jumpa besok ya.. jangan lupa.. senpai harus buatkan surat kesediaan untuk para pasien itu,” kata Shiori dari dalam mobilnya
Minho mengangguk dan senyum di balik helm nya,”pasti.. Jya ne!”
Mereka meluncur ke tempat masing-masing...

Bersambung...