Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukkan ke hati.. kalau masih serius
juga.. tanggung sendiri deh..
Pagi yang cerah di lingkungan istana. Pagi
itu matahari memang jam 5 sudah sangat terang berderang. Minho bangun, dia
merasa sinar matahari sudah membangunkannya dengan masuk ke kamar tidur
kerajaan, lalu dia berdiri menuju jendela dan membukanya. Dalam 4 hari sebelum
pernikahan mereka diulang lagi di istana Joseon, walaupun sudah dilakukan dengan
adat Tsushima dari pihak Klan Sadamori, Takako harus melalui sebuah upacara
pergantian nama, mendapatkan nama dari bangsa Joseon dan juga berbicara dengan
kedua orang tua Minho yang rencananya akan datang pagi ini dari Namyang (Pyong
Yang). Minho lalu kembali
mendekati tempat tidur dan membelai kepala Takako.
”Hey.. bangun.. tidak baik isteri seorang
Jendral bangun siang hari... mentari sudah mulai tinggi,” katanya pada Takako
sambil mengguncang tubuh isterinya itu.
Mereka tadi malam sedikit mabuk karena minum-minum
dengan para prajurit istana yang lain di sebuah kedai.
Pelan-pelan Takako membuka matanya, Minho
langsung tersenyum padanya.
Takako
membalas dengan senyumnya, dia langsung duduk dan berdiri, lalu mencium Minho tanpa ragu.
“Hari ini.. orangtuaku datang… kemungkinan
agak siang.. aku belum dapat kabar prajurit kota,” kata Minho, memeluk Takako
dengan manja.
Biasanya jika ada seorang pembesar memang
di perbatasan kota, prajurit akan memberikan kabar atau menjemput mereka masuk
istana.
Takako lalu berdiri menghadap jendela,
melihat pemandangan luar yang langsung berbatasan dengan taman bunga istana.
”Sugeeee....
utsukushii da ne (hebat.. indah sekali)!,” katanya dengan penuh semangat.
Bola matanya terlihat cerah dan berbinar.
Minho menghampirinya, lalu senyum, berdiri
disamping Takako, lalu menoleh,” Jadi.. harus semangat kan... hari ini?? Sebab
selain kedua orangtuaku.. Yang Mulia Raja juga akan berbicara padamu”
Takako bertanya, apa sebenarnya agenda
mereka hari ini, kenapa sepertinya akan sibuk sekali. Minho menjawab kalau hari
ini siang menjelang sore, mereka akan melakukan upacara pergantian nama Takako
menjadi nama berbangsa Joseon.. langsung disyahkan oleh Yang Mulia Raja.
Takako senang sekali dengan apa yang
dikatakan Minho. Dia loncat-loncat kegirangan memeluk Minho. Minho
senyum-senyum saja melihat kelakukan Takako yang memang sebenarnya belum
dewasa.
Dua orang pembantu kerajaan mengetuk pintu
kamar. Minho mempersilahkan mereka masuk.
”kami diperintahkan Yang Mulia Ratu untuk
membantu Puteri Takako dan Jendral Lee membersihkan diri,” kata salah satu dari
mereka menunduk hormat.
Minho lalu merangkul Takako dan
mengajaknya pergi keluar dari kamar itu, mengikuti dua orang pembantu kerajaan.
Mereka lalu dibantu membersihkan diri.
Takako berdandan rapi dengan baju yang bagus serta ornamen yang bagus. Minho
senang melihat isterinya cantik sekali. Takako sibuk berputar-putar dikamar
mereka.
Tak berapa lama... seorang pengawal mengetuk
pintu..
”Orangtua Jendral Lee datang.. mereka
sudah sampai di depan gerbang istana,”
Minho berterima kasih pada pengawal itu,
lalu dia menggenggam tangan Takako dan mereka keluar, menuju gerbang istana.
Minho tersenyum haru melihat kedua
orangtuanya turun dari kereta kuda. Dia lalu berjalan setengah berlari
menghampiri mereka.
”Appa.. Eomma.. !,” sedewasa nya Minho
sebagai seorang Jendral muda, ternyata dia masih memiliki sifat anak-anak
ketika lama tidak bertemu kedua orangtuanya.
”jal
jinaess eoyo (apa kabar), Minho??,” ibunya memeluk Minho dengan lembut.
Wanita setengah tua itu wajahnya sumringah dan cerah setelah sekian lama tidak
berjumpa dengan anak tengahnya itu karena beda kota dan jarak yang jauh.
”Jeoneun
jal jinaeyo (aku baik),
Eomma.. ini semua berkat doa Appa dan Eomma.. aku bisa seperti ini,” senyum Minho setelah
melepas pelukan ibunya. Lalu dia memeluk ayahnya, seperti biasa, ala pelukan
lelaki antar lelaki.
Ayahnya menepuk pundak Minho sambil
memeluk anaknya sendiri,” Makin hebat ... kamu harus berbakti dengan kerajaan
lebih lagi, Minho!”
Minho senyum dengan pujian ayahnya
padanya,” Ini semua karena Appa sudah sangat lelah membimbingku.. aku sangat
berterima kasih pada semua arahan Appa.. kami sukses operasi di Tsushima,”
Ayahnya terus memeluk Minho sambil menepuk-nepuk
pundak anaknya itu.
”Sukses aku.. sukses Appa juga... ,” kata
Minho lagi
”Pengabdian tidak ada yang tidak terbayar,
Minho, anakku... kalau kamu tulus kepada kerajaan.. tidak meminta imbalan.. mengabdi dengan
kebenaran.. tidak rakus jabatan.. ayahmu dan Yang Mulia Raja Yang Agung akan
bangga terhadapmu,” tepuk ayahnya lagi.
Sementara, Takako melihat mereka bertiga
yang baru bertemu dari jarak puluhan meter. Lalu ibunya Minho tersenyum
melihatnya
”Itu isteri mu dari Tsushima??,” tanya
ibunya pada Minho. Minho
mengangguk. Lalu ibunya Minho melambaikan tangannya meminta Takako menghampiri
mereka.
Takako pun senyum dan dia setengah berlari
menghampiri kedua orang tua Minho.
Lalu.. dia pun setengah bersujud,
menghormat kepada kedua orangtua Minho dengan ala Jepang.
”jeoneun
Sadamori Takako-eyo... mannaseo bangabhabnida (saya Takako Sadamori, senang
berkenalan dengan Anda),” katanya memperkenalkan dirinya pada kedua orangtua
Minho.
Ibunya Minho malah jadi setengah
berjongkok dan menyuruh Takako bangun dari sujud penghormatannya pada mereka.
Takako pun lalu berdiri seperti sedia
kala.
”cantik sekali,” senyum ibunya Minho pada
Takako. Minho senang ibunya memuji Takako.
”Apa Minho menyusahkanmu sebagai suami??,”
senyum ibunya lagi
Takako menggeleng,” Iie.. nihon go ni iite: atashi wa hontou ni taihen Ri Minho no soba ni
ite, shiawase desu (Tidak, aku katakan dalam bahasa nippon: aku benar
sangat bahagia berada di samping Lee Minho),”
Minho menterjemahkan untuk kedua
orangtuanya, apa arti yang diucapkan Takako baru saja.
Ayah Minho tertawa kencang, dia malah
berusaha bercanda dengan menantu barunya itu,” Syukurlah kalau Minho tidak
menyusahkanmu.. mungkin suatu hari nanti, dia akan sengaja membalas kata-katamu
dengan menyusahkanmu, hahaha!”
Minho cuma senyum tipis malu-malu dengan
candaan ayahnya. Ibunya senyum dan membelai kepala Takako.
”Kamu cantik sekali... seperti yang Minho
ceritakan dalam suratnya,” kata ibunya
Takako jadi ingat perkataan Yang Mulia
Ratu Seon, ternyata benar, kalau orangtua Minho bukan tipe orangtua sombong.
Dia jadi menghormati sekali kedua mertuanya itu.
”JENDRAL LEE DARI NAMYANG DATANG UNTUK
YANG MULIA YANG AGUNG RAJA JOSEON JEONG SEOK!,” teriak pegawai istana.
Lee Dae Woo, isterinya, Minho dan Takako
masuk ke dalam ruangan besar. Raja Joseon sudah ada ditempat, di singgasananya.
Mereka lalu berdiri di depan raja dan menunduk hormat. Raja menyuruh mereka
bersikap kembali sedia kala, lalu mereka duduk disamping depan kiri dan kanan
Raja.
”senang sekali akhirnya aku bisa bertemu
dengan Jendral Lee,” kata Jeong Seok membuka percakapannya dengan Lee Dae Woo.
Dae Woo menunduk hormat pada Raja mereka,”
Terima kasih sekali, Yang Mulia Raja.. ini semua berkat kebaikan hati Yang
Mulia.. sangat mau bersusah payah memberikan kebaikan Yang Mulia Raja kepada
anak kami, Minho...,”
Jeong Seok tersenyum pada Jendral tua yang
setia itu. Dia katakan kalau dia memang sudah berjanji akan memberikan hadiah
kepada Minho dan dia juga harus menghormati kesepakatan yang sudah dia lakukan
bersama Shogun Ashikaga, termasuk dalam memberikan jaminan keselamatan bagi
Takako, demi terwujudnya perdamaian dan keamanan yang bagus untuk perairan
wilayah Joseon. Dae Woo dan isteri berterima kasih atas kebaikan yang diberikan
Raja mereka pada Minho dan Takako.
”tetapi.. sehabis pernikahan mereka,
Jendral Lee Minho akan aku tugaskan ke Liao Ning.. untuk mengawasi tindak
tanduk Manchuria yang dikabarkan sudah mulai berulah pada rakyat Joseon yang
memang banyak disana,” kata Jeong Seok
Takako kaget, dia memang tidak diberitahu
Minho kalau sehabis pernikahan mereka, Minho akan diutus menjadi mata-mata
sampai bisa lebih dari dua minggu ke sana. Dia tidak bisa membayangkan, baginya
pasti kebahagiaan ketika justru dia bisa bersama Minho setelah pesta pernikahan
mereka, tetapi malah Minho harus bertugas ke kerajaan lain yang jauh
sekali. Takako membayangkan dia akan
kesal, sedih dan marah ditinggal Minho, tetapi, dia berusaha menggubris
pikirannya itu karena dia sedang berhadapan dengan Raja. Dia berusaha mengontrol
perasaannya, walau dalam dadanya bergemuruh, ingin marah, kecewa.
Dia menggerutu dalam hatinya,” Minho
menyebalkan!”, lalu melirik Minho. Tapi cowok itu malah tersenyum padanya.
Takako lalu memalingkan wajahnya, sedikit cuek. Minho menangkap lagi ekspresi pasangannya itu,
yang memang sepertinya sedang dan akan marah padanya. Dia berusaha santai
melihat perubahan ekspresi Takako.
”Kami berterima kasih sekali Yang Mulia
Raja Jeong Seok sangat mempercayai Minho untuk bisa bertugas, mengabdi kepada
kerajaan,” kata ibunya Minho
Ratu Seon yang ada di samping suaminya
tersenyum,” Jendral Lee memang seorang pengabdi yang baik”
Mereka semua menunduk hormat pada Raja dan
Ratu. Takako kesal sekali dengan keputusan Raja Jeong Seok hari itu dan juga
kesal pada Minho, kenapa dia tidak terbuka soal tugasnya yang akan datang itu.
”Kita harus membicarakan prosesi upacara
pernikahan mereka. Akan datang seorang utusan dari Tsushima, untuk menjadi
saksi.. sebagai pernghormatan antar kedua kerajaan,” kata Jeong Seok
Wajah Takako langsung berubah ceria. Dia
membayangkan yang datang mungkin salah seorang saudaranya atau bahkan ayahnya
sendiri. Dia jadi bersemangat.
”Benarkah Yang Mulia Raja? Siapa dia?? Apa ayahku??,” tanya Takako dengan wajah
berbinar ceria.
”Kita belum tahu, siapa yang akan datang
dari Ashikaga,” jawab Jeong Seok
”ya baiklah,” wajah Takako berubah lagi
jadi tidak semangat. Minho menoleh dan senyum saja. Isterinya itu memang
ekspresif, air mukanya mudah ditebak.
”Kemungkinan, utusan itu akan datang esok atau
lusa.. Jadi, Takako Gongju belum bisa
bertemu hari ini,” senyum Ratu Seon. Takako mulai kesal, tetapi masih dia coba
tahan-tahan kekesalannya itu, dia harus bersikap dewasa di depan semuanya.
”terima kasih, Yang Mulia Ratu.. aku berharap, ayahku datang,” tunduk
hormat dia pada Raja dan Ratu.
” Siang ini, dalam dua jam ke depan, kami
akan mengundang para pejabat kerajaan untuk upacara pergantian nama...
bagaimanapun, sudah menjadi kesepakatan antara Ashikaga dan Joseon, kalau
Takako Gongju akan menjadi milik Joseon,” kata Jeong Seok
Ayahnya Minho berbasa-basi, senang sekali
kalau menantunya mendapatkan kehormatan langsung dari Raja untuk menghadiri dan
memberikan nama baru kepada Takako. Minho menunduk hormat berterima kasih atas
segala kebaikan Raja.
Jeong Seok memang telah melakukan
perjanjian dengan Ashikaga kalau memang isteri hubungan diplomatik otomatis
akan mendapatkan nama keluarga dari pihak suami dan Ashikaga serta Klan
Sadamori sudah lagi tidak bertanggungjawab pada diri Takako. Tetapi bukan berarti
perempuan itu sama sekali boleh diremehkan, karena bisa merusak perjanjian
antar mereka jika misalnya terjadi sesuatu hal yang membahayakan, misalnya
Ashikaga atau Sadamori tahu Takako celaka atau bahkan terbunuh. Walaupun sudah terlepas, jika hal itu
terjadi, pertempuran antar dua kerajaan dapat terjadi.
Jeong Seok bercanda dengan Lee Dae Woo,”
Anggap saja aku besanmu, Jendral Lee, haha”
Lee Dae Woo jadi tidak enak hati dengan
Raja nya sendiri. Selama memang dia mengabdi pada Joseon, dia dikenal sebagai
Jendral yang rendah hati, disiplin, mengabdi, tidak banyak meminta, berdedikasi
dan jujur. Prinsip pengabdian hidupnya pada dinasti Joseon itulah yang dia
terapkan pada Minho dan juga anak-anaknya yang lain di kemiliteran. Karir Minho
bukan berarti naik karena ayahnya. Dia sedari umur 15 tahun sudah dikirim
menjadi prajurit tanpa dimanja oleh posisi ayahnya.
”Appa
(Ayah) tidak ingin kamu merasa sombong karena posisi ku sebagai Jendral.. sama sekali tidak akan ada keringanan jika
kamu memang ingin mengabdi pada kerajaan.. sebab dalam keluarga Lee.. kesetiaan
kepada Raja bukan karena posisi.. dan sangat diharamkan dalam keluarga ini
mencari kekayaan dengan posisi,” kata Dae Woo pada Minho suatu hari, ketika
Minho memutuskan untuk tidak lagi belajar sastra dan malah tertarik ingin masuk
dalam kemiliteran. Usia Minho kala itu masih 14 menjelang 15 tahun.
Ya, Lee Dae Woo terbilang seorang Jendral
yang sederhana hidupnya. Dengan lima anaknya, dia memilih tinggal di Namyang
dalam rumah yang sederhana untuk ukuran seorang pejabat kerajaan kala itu. Dae
Woo memang lahir dari keluarga berdisiplin tinggi dan menjalankan filsafat
hidup sederhana dengan penuh pengabdian pada negara. Itu dia dapatkan dari
kedua orangtuanya, mengikuti ajaran setempat yang berpola pada kearifan.
”Kamu tidak berhak meminta emas kepada
Tuhan karena mereka hanya tipuan. Batu dapat lebih berharga daripadanya,”
begitu yang ditanamkan kedua orangtua Dae Woo dari leluhur turun-temurun sampai
ke dirinya. Riwayat keluarganya memang pengabdi pada kerjaan.
Ada pula prinsip yang lain,” jabatanmu
tidak memberikan keuntungan apapun padamu selain kehati-hatian.. atau
kesengsaraan,”
Atau ada lagi,” Rendahkan posisimu ketika
kamu sedang menaik tinggi, jangan kamu tegakkan kepala mu kepada mereka yang mempercayai
mu”
Dan segudang prinsip lainnya dalam
keluarga itu. Dia tahu, untuk terjun dalam dunia militer tidaklah mudah. Selama
lebih dari 30 tahun mengabdi pada Dinasti, ketika mengetahui anaknya berubah
pikiran, bagi Dae Woo menjadi sebuah keheranan.
Minho memang termasuk anak pintar ketika
dia bersama dengan teman-temannya, belajar di lingkungan kerajaan. Tapi
sayangnya, minatnya berubah dari sastra menjadi kemiliteran sejak dia menginjak
usia 10 tahun. Mendadak menjadi mengikuti jejak kakak nya yang paling tua yang
sudah terlebih dahulu terjun.
”tapi.. aku memang berminat sekarang
kepada kemiliteran, Appa..aku sudah bulatkan tekadku ketika melihat Oppa Il-Young”,
dia mencontohkan dari kakak tertuanya.
Isterinya Dae Woo tidak bicara ketika anak
tengahnya itu mengubah jalan hidupnya, yang awalnya ingin menjadi ahli sastra
kemudian belajar ilmu beladiri dan berubah ingin kuat di kemiliteran. Dae Woo
memang keras dengan anak tertuanya, Il-Young yang akhirnya mengikuti jejak
karirnya dikemiliteran, hanya saja, dia tidak menyangka kalau Minho yang sedari
kecil dilihat mereka lebih bertabiat manja dan menempel pada kedua orangtuanya,
serta berwajah manis, malah juga bertekad di jalan yang sama dengan kakaknya. Kekhawatiran kedua
orangtuanya, ketika nanti anak mereka dikirim ke barak, Minho tidak dapat beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan para rekan prajurit lainnya.
Dae Woo berbicara tentang kesanggupannya
hidup keras berbeda mungkin ketika Minho akan memutuskan cukup menjadi ahli
sastra, pengajar atau menjadi petugas administrasi kerajaan.
”Aku tetap akan mengikuti jejak Oppa
Il-Young, Appa.. ijinkan aku,” kata Minho lagi.
Dae Woo lalu bercerita panjang lebar
tentang pengalamannya dalam perang, berupaya menakuti Minho agar tidak mengikuti
jejaknya. Isterinya Dae Woo tetap belum mengambil suaranya dengan pandangan
anaknya itu. Walau Dae Woo sudah bercerita tentang situasi perang, ternyata
malah membuat Minho semakin tertantang.
”Jika memang kamu sudah bertekad bulat,
biarkan saja Minho menentukan nasibnya sendiri, Nampyeon,” kata isterinya Dae Woo, akhirnya angkat bicara
”ya, Eomma.. aku akan tekun belajar di
kemiliteran.. aku tidak hanya ingin menjadi prajurit... aku harus masuk sekolah
militer dulu.. aku harus ikut ujian,” kata Minho dengan penuh semangat.
Dae Woo akhirnya mengijinkan anak tengah
nya yang termasuk kategori manja itu untuk mandiri, dengan bergabung di ujian
dan sekolah kemiliteran. Minho memulai belajar masuk sekolah militer untuk
pelajaran dasar pada usia 10 tahun. Dia benar-benar mengubah haluan hidupnya.
Il-Young, kakak tertuanya yang mendengar itu memang kaget, sebab semua tahu,
baik dia sebagai kakak tertua dan juga adik-adik dibawahnya, Minho memang
kategori anak lelaki manja dan terkesan malas untuk berurusan dengan militer. Kenyataannya..
semua terbalik.
Diruangan kelas itu, Minho duduk bersama
dengan anak-anak lainnya dari para petinggi kerajaan, belajar menulis, membaca
dan sastra. Seorang guru membimbing mereka sampai akhirnya mereka selesai
belajar. Minho mengajak gurunya berbicara dan bilang, kalau dia akan
melanjutkan sekolahnya yang lain, supaya dia bisa masuk dalam kemiliteran.
Gurunya menyanggupi saja dan hari itu, Minho akan tidak lagi belajar dengannya.
Minho lalu keluar ruangan, menuju taman
dan ingin keluar kompleks sekolah itu. Tetapi, ada suara gadis kecil seumur
dengannya, berteriak memanggil namanya dari kejauhan.
”MINHO.. TUNGGU AKU!!,” teriak seorang
gadis kecil dari kejauhan, dia berlari terengah-engah menuju Minho
Minho menoleh dan senyum padanya, membalas
teriakannya dengan memanggil kembali gadis kecil itu,”HAI TAE YOUNG.. KESINI!”
Gadis kecil yang bernama Tae Young itu
lantas berada di depannya. Sambil masih terengah-engah, dia berbicara pada
Minho
”Apa benar.. kamu akan pergi belajar di
tempat lain.. berhenti dari sini?”, katanya sambil memeluk buku
Minho senyum padanya,” Ah iya... aku sudah
katakan pada guru Tan.. maaf ya?? Aku mengikuti jejak kakakku kalau aku harus
meneruskan sekolah militer.. aku bertekad ingin seperti ayahku.. menjadi seorang
Jendral”. Lalu dia menggaruk kepalanya. Perasaannya pada Tae Young jadi tidak
enak hati.
”Yah.. aku jadi tidak bisa belajar bersama
kamu lagi deh, Minho..,” Tae Young menunduk lemas.
”Iya.. aku minta maaf, Tae Young.. tapi.. kamu kan masih ada Hanh Hyon.. dia kan
juga pintar,” jawab Minho masih senyum.
”Tapi.. kalau nanti Minho akan pergi
pindah sekolah.. kamu tidak akan lupakan aku kan??,” tanya Tae Young dengan
wajah agak cemas.
Minho senyum padanya,” Enggak.. Tae
Young temanku yang baik”
Wajah
Tae Young jadi memerah, dia memang suka Minho .
Mereka suka berangkat dan pulang sekolah bersama sedari kecil, sedari berusia 5
tahun dan diwajibkan bagi para anak pejabat lingkungan kerajaan untuk belajar
membaca, menulis dan sastra.
Raja
Jeong Seok tertawa dengan ekspresi
Lee Dae Woo yang kesannya sangat tidak enak hati dengan dirinya sendiri sebagai
Raja. Jeong Seok memang
sangat menghormati keluarga Dae Woo.
”Aku mewakili shogun Ashikaga, meminta
keluarga Lee untuk menentukan.. dimana mereka akan tinggal sebelum pernikahan 3
hari lagi.. mereka harus dipisahkan dahulu.. untuk menghormati tradisi,” kata
Jeong Seok.
Takako malah berbisik pada Minho,”apa
memang seperti itu?? Lalu.. kamu akan tidur dimana, Minho?? Kita kan sudah
suami-isteri”
Minho hanya membungkukkan sedikit badannya
karena Takako berbisik padanya, lalu dia balas dengan berbisik juga,” Tradisi”
”Ya, baiklah.. aku ikuti saja,” balas
Takako.
”Aku sebagai perwakilan keluarga Lee ..
mengirimkan surat lamaran kepada Yang Mulia Raja Jeong Seok dan juga Shogun
Ashikaga disana, sebagai ikatan antara anakku dengan puteri Sadamori Takako,”
Dae Woo memberikan sepucuk surat lamaran yang memang harus dibaca oleh
perwakilan pihak perempuan. Dan Jeong Seok sudah mentasbihkan dirinya sebagai
perwakilan Takako.
Para pejabat kerajaan yang memang sedang
ada di ruangan itu juga, langsung menunduk hormat ketika Jeong Seok menerima
surat itu.
Jeong Seok lalu membacakannya di depan
mereka dengan hikmad, sampai selesai.
”Lamaran keluarga Lee.. aku terima,” kata
Jeong Seok menutup perkataannya, sambil menutup surat itu, lalu diberikan
kepada petugas administrasi kerajaan.
”Lalu.. aku memerintahkan petugas Rumah
Tangga kerajaan untuk tiga hari ke depan memisahkan ruangan antara Jendral Lee
Minho dan Puteri Takako Sadamori,” kata Jeong Seok lagi
Kepala Rumah Tangga kerajaan lalu menunduk
hormat mendengar perintah Raja nya.
Takako menunduk hormat pada kedua orangtua
Minho dan juga Raja dan Ratu Joseon.
”Kebaikan dari semuanya.. Yang Mulia Raja
dan Ratu Joseon dan juga keluarga suamiku.. sangat berarti bagiku.. aku akan
mengabdi pada kerajaan dimana aku menjejakkan kakiku,”
Minho senyum manis pada Takako ketika mendengar
itu. Dia merasa makin cinta pada perempuan itu yang menurutnya, walau masih
suka membantah, sudah mulai mencintai kerajaan ini dan juga mematuhi perkataannya.
Jeong Seok terkesan dengan perkataan
Takako. Dia merasa disanjung dengan posisinya sebagai Raja. Ratu Seon senyum
mendengar itu.
”Rasanya tidak perlu berpanjang lebar.. lamaran sudah selesai.. ,” kata Jeong
Seok. Dia duduk di atas
singgasananya lalu mengangkat mangkuk kecil sebagai gelas.
Semua yang hadir lalu duduk dan mengangkat
gelasnya juga yang sudah tersedia tadi dibantu oleh pegawai rumahtangga
kerajaan.
”BERSULANG!” teriak Raja Jeong Seok kepada
mereka
”YEEEEEEEE!!!!,” mereka membalas dengan
semangat. Takako ikut mengangkat gelasnya.
Dae Woo berada di taman dengan Raja Jeong
Seok, berbicara tentang perkembangan perbatasan antara Joseon dengan Manchuria.
Sementara Minho, Takako, Ibunya Minho dan juga Ratu Seon berada di seputar
taman besar itu juga, berbicara bahasan yang lain.
Taman siang itu penuh dengan keceriaan. Musim panas segera datang. Bunga masih
bermekaran berwarna-warni ceria. Hati Takako berbunga-bunga sebab sebentar lagi
dia akan mendapatkankan perayaan pergantian nama. Dia penasaran, nama apa yang akan diberikan oleh
Raja kepadanya.
Seon berjalan disamping Ibunya Minho dan
Takako, sementara Minho agak terpisah disamping Takako. Mereka berjalan santai menikmati pemandangan
ratusan bunga yang berwarna-warni itu. Serta burung yang masih terdengar
berkicau walau siang hari.
”Sudah lama sekali hamba tidak berada di
sini, Yang Mulia Ratu.. hampir semuanya masih tetap sama, belum berubah,” kata
ibunya Minho membuka percakapan sebelum mereka makan siang.
”Mungkin karena Anda sangat sibuk menemani
Jendral Lee, Nyonya.. jadi tidak terfikir untuk singgah disini lagi,” balas dan
senyum Seon.
”aku beberapa kali ditemani oleh Puteri
Takako selama Jendral Lee bekerja,” tambahnya lagi.
Ibunya Minho menunduk hormat pada Ratu
Seon, berterima kasih mau menerima Takako menjadi teman sang Ratu. Seon memang
terbilang Ratu yang baik dan tidak sombong, bisa menerima siapa saja yang tidak
mencelakainya sebagai teman. Apalagi, dia menganggap Takako sudah menjadi
bagian dari Joseon, karena dia sendiri sebenarnya bukanlah orang asli Joseon,
tapi berdarah Manchuria.
”Dan.. kamu belum tahu ya, Jendral Lee? Puteri Takako menawarkanku untuk diajarkan
bermain pisau untuk pertahanan diri, hehe,” tawa kecil Seon pada Minho.
Minho jadi tidak enak hati isterinya
terlalu akrab dengan sang Ratu. Dia menunduk hormat meminta maaf,” Maafkan saya
kalau Takako bersikap tidak pantas dengan Yang Mulia Ratu”
Seon sama sekali tidak keberatan dengan
hal itu. Dia memang tidak bisa bela diri dan menurutnya wajar saja kalau Takako
menawarkannya. Dia malah
ingin sekali bisa mempunyai kemampuan ilmu bela diri seperti isterinya Minho
itu.
”benar kan.. aku tidak salah??,” sindir
Takako pada Minho. Kadang dia memang masih susah diatur dan mau menang sendiri,
tidak peduli di hadapan siapapun, padahal disitu ada Ratu dan ibunya Minho.
Minho hanya mengangguk saja, dia tidak
enak hati dengan Ratu dan Ibunya sendiri. Seon lalu memang berikir sebaiknya
dia memiliki kemampuan ilmu bela diri walaupun sedikit. Memang dia banyak
dikelilingi pengawal perempuan, tetapi dia sempat berdiskusi dengan Takako dan
mengatakan bahwa itu saja tidak cukup. Pernah ada kekhawatiran dalam dirinya,
bagaimana kalau dia diculik?
Takako merasa menang, karena Seon seperti
membela dirinya. Minho tidak mau berpanjang lebar dan dia memberi masukan
kepada Ratu Seon, jika memang berkenan, pasukan wanita yang berada di bawah
kekuasaannya bisa membantu mengajarkan beliau.
”Apa?? Minho ini juga punya pasukan wanita?,” Takako
kaget dengan apa yang dia dengar.
Ibunya
Minho tertawa kecil,” Ye.. Han Hye adalah salah satunya,”
Tapi
Takako berkilah, kalau dia hampir tidak pernah melihat Han Hye bertarung. Malah
kalau dirumah tugas Minho, perempuan yang hanya terpaut 2 tahun lebih tua dari
usianya itu lebih membantu Minho mengurus
rumah tangga.
“Han Hye itu mata-mata.. seperti kamu.. kunoichi dalam dunia ninja,” kata Minho
kalem.
Takako malah cemberut,”Menyebalkan sekali
Minho tidak memberitahukan aku, Eomma,” dia langsung memanggil ibunya Minho
dengan sebutan ”Ibu”.
Minho akhirnya tertawa juga. Dia jawab
kalau Takako tahu dari awal, mungkin dia bisa cemburu pada Han Hye karena
perempuan itu sudah ikut Minho dari kecil dan dilatih Minho dan juga beberapa
Jendral khusus untuk mematai-matai. Kunoichi dalam ninja memang sangat
berbahaya. Dalam dunia mata-mata, bisa saja mereka berani melakukan hal yang tabu
untuk bisa mendapatkan sasaran yang sudah diincar, dan mereka biasanya dapat
sangat taat kepada tuannya. Takako sepertinya langsung cemburu ketika
mengetahui itu. Minho mencoba membaca ekspresinya.
”Tidak hanya Han Hye yang bekerja di
bawahku dan aku tidak langsung melatih mereka,” kata Minho, berusaha menenangkan
Takako.
”Tidak perlu cemburu,” kata Minho lagi.
Ratu Seon dan ibunya Minho malah tertawa
dengan perkataan Minho yang terakhir. Takako memang tipe perempuan cemburu. Dia
sepanjang perjalanan saja atau ketika berada dimanapun, dia selalu
memperhatikan gerak-gerik Minho, apakah genit dengan wanita lain atau tidak.
”Minho bukan tipe lelaki yang mudah merayu
wanita,” kata ibunya, mencoba membela anaknya sendiri.
Takako cemberut dengan perkataan mereka
yang terkesan menggoda dirinya. Bahkan Ratu Seon pun menggodanya.
”Tidak mengapa sesekali Jendral Lee merayu
wanita.. lagipula..bisa saja membuatnya lebih giat bekerja, hihi”
Takako semakin cemberut, sementara Minho
hanya senyum-senyum saja isterinya itu digoda Ratu dan juga ibunya sendiri.
Minho berada bersama Takako dalam ruangan
mereka di kompleks kerajaan. Mereka sudah memakai pakaian khusus untuk acara pemberian nama bagi Takako.
Minho iseng memeluknya dari
belakang, manja pada pasangannya itu. Takako masih sebal dengan gurauan tadi
siang.
”Mereka kan hanya bergurau.. mana bisa aku
bermain mata dengan wanita lain??,” kata Minho masih memeluknya dari belakang,
menyandarkan dagunya pada pundak Takako, bicara padanya dengan suara
lembut..supaya isterinya itu tidak makin sebal dengan dirinya.
”Kamu juga tidak mengatakan.. sehabis
menikah.. harus pergi ke Liao Ning.. menyebalkan,” balas Takako dengan wajah
cemberut.
”Aku tidak bisa menolak perintah Yang
Mulia.. beliau mempercayakanku dan Jendral Kwon menangani perbatasan.. aku
harus berbakti pada kerajaan,”
Takako masih cemberut, lalu Minho melepas
pelukannya dan membalikkan badannya, menjadi berhadapan dengan Takako.
”Aku janji tidak akan lama.. segera
setelah selesai.. aku kembali lagi.. ,” senyum Minho padanya.
”Apa aku salah memilih kamu??,” mendadak
Takako mengatakan itu. Minho kaget, kenapa bisa Takako terfikir hal yang
sebenarnya tidak perlu dipikirkan seorang isteri hubungan diplomatik.
Tetapi Minho menganggap itu tidak serius,
dia mencium Takako dengan lembut.
”Ingin menjadi pengantin tidak boleh
menekuk wajah.. tidak enak dengan Appa dan Eomma,” bisik Minho di kuping
Takako. Lalu dia menarik tangan Takako dan keluar ruangan.
Diruang pertemuan..
Beberapa pejabat kerajaan sudah
berkumpul.. hari itu, Raja akan memberikan nama kepada Takako sekaligus
pemberian gelar. Ternyata, di dalamnya hadir Geum Jae Sang, ayah Hee Kyung.
Minho menunduk hormat kepada semua yang
hadir, lalu diikuti oleh kedua orangtuanya dan Takako. Mereka duduk
bersampingan, berada di depan Raja. Raja Jeong Seok berdiri, lalu turun dari
singgasananya, berjalan di depan Takako.
”Aku memberikan nama baru bagi Sadamori
Takako dengan menjadi Tae Young Puteri Tinggi dari Tsushima”
Takako menunduk hormat pada Raja, dia
resmi mendapatkan nama baru dan otomatis mengikuti Minho. Semua yang hadir
disana harus menghormati keputusan itu.
Dalam menunduk hormatnya, Minho berfikir,”
Tae Young??”
Tetapi dia lalu mengatakan kepada Raja,”
Terimakasih banyak, Yang Mulia Raja...atas kebaikan dan kemurahan hati Yang
Mulia”
Raja Jeong Seok memberikan mangkuk minuman
pada Tae Young alias Takako untuk diminum. Takako meneguk pelan arak asli
kerajaan itu. Dia begitu hikmat meneguknya.
Takako wajib memperkenalkan ulang dirinya
kembali dihadapan para pejabat diruangan itu. Dia lalu memperkenalkan dirinya lagi. Para pejabat
yang lain ikut menghormat.
Lalu Minho dan pejabat lainnya melanjutkan
pekerjaan mereka untuk melaporkan beberapa perkembangan terakhir situasi
wilayah Joseon. Takako yang sekarang berubah menjadi Tae Young, Ratu Seon dan
ibunya Minho keluar dari ruangan besar itu. Ketika Tae Young melintasi jajaran
para pejabat, Geum Jae Sang memperhatikannya dengan tatapan mata yang
sepertinya dendam, menatap tajam.
Minho sama sekali tidak berfikir ayah
mantan pacarnya itu seperti dendam pada isterinya. Dia bersikap biasa saja,
harus melanjutkan pekerjaannya dan tugas berikutnya untuk dikirim ke Liao Ning.
Semua proses pelaporan harus bisa mendapatkan tindakan berikutnya. Jeong Seok
menganggap Manchuria sudah kurang ajar terhadap warganya di Liao Ning dan
sekitarnya. Memang banyak warga Joseon yang tinggal diperbatasan antara
Manchuria dengan Joseon untuk berdagang walau ada juga yang secara turun
temurun tinggal disana dan menikah dengan warga atau suku setempat. Warga
Joseon di Manchuria dikenal sebagai pedagang yang ulet sehingga beberapa mereka
malah menguasai ekonomi setempat. Manchuria tidak menyukai itu dan mendesak
mereka untuk keluar dari wilayah mereka. Jeong Seok tidak suka dengan hal ini. Dia
lalu memerintahkan kepada warganya disana untuk membuat sebuah organisasi
ekonomi dan juga perkumpulan antar warga Joseon. Ternyata Manchuria semakin
tidak suka dan berimbas ke daerah perbatasan antar dua kerajaan ini. Di
beberapa titik wilayah Joseon sempat terjadi pertempuran kecil dan membuat
Jeong Seok gerah. Dia ingin Minho dan Kwon atau bawahan mereka memata-matai apa
yang selanjutnya akan dilakukan oleh pihak Manchuria. Sama sekali Jeong Seok
tidak menyadarinya, kalau suatu hari, di dalam kerajaannya itu akan ada yang
berkhianat kepadanya.
Hari sudah menjelang malam. Dalam
kebiasaan mereka, sebelum menikah, maka Takako dan Minho terpisah sementara. Walau
mereka sudah menikah di Tsushima, orangtua Minho menginginkan mereka tetap
menghormati adat Joseon. Lalu, Minho bersama kedua orangtuanya berada di rumah
dinasnya, sementara Takako di salahsatu kompleks kerajaan yang lain ditemani
oleh dua orang pengawal wanita.
Diluar
yang cukup dingin, Minho memandang langit….
“menjadi
Tae Young??,” katanya merenung. Orangtuanya sudah istirahat terlebih dahulu.
Tidak ada yang menemaninya malam itu walau biasanya dia suka ngobrol santai
dengan Sim Hwang.
Tae Young sudah bukan nama yang asing lagi
ditelinganya. Dia terus memandang langit. Purnama yang bulat indah memang
memancarkan pesonanya malam itu..... hanya malam itu.. tetapi tidak seindah 7
tahun yang lalu…….
“SERBU KEDIAMAN JENDRAL RYUNG!!,” kata seorang
Jendral yang memimpin puluhan pasukan.
Puluhan
prajurit menyerbu rumah Jendral Ryung, yang ternyata berkhianat pada Joseon. Para prajurit setia Ryung dan para prajurit Joseon pun
saling bertemu dan bertempur habis-habisan di kompleks kediaman rumah besar
dinas keluarga Ryung.
Ryung
Jun Ho yang berkhianat kepada kerajaan itupun membela dirinya habis-habisan.
Dalam hukum negeri itu, jika ada seorang pejabat yang berkhianat, maka satu
keluarga harus dihukum mati atau dibunuh semuanya. Ryung Jun Ho memilih melawan dan berarti dia dan
keluarganya harus dibunuh!
Diluar rumah besar keluarga Ryung, seluruh
prajurit dua kubu saling bertempur. Minho dan Jendral Hwang berhasil masuk ke
dalam ruangan dengan terlebih dahulu membunuh para prajurit setia Ryung yang
berjaga di depan pintu.
”BRAK!” Minho berhasil menendang pintu
rumah keluarga Ryung
Di depannya sudah ada Ryung Jun Ho,
isterinya, kedua orang lelaki... dan... Tae Young!
”Menyerah Jendral Ryung.. tidak ada lagi
yang patut dipertahankan.. pemberontakan selesai!!”, teriak Jendral Hwang.
”Minho...,” kata Tae Young terkesima,
akhirnya dia bertemu lagi dengan teman masa kecilnya, Minho.. tetapi sudah
berubah.
”Aku sama sekali tidak ingin menyerah,
Jendral Hwang.. lebih baik aku dan keluarga ku mati, daripada membela raja yang
haus kekuasaan!,” teriak Ryung
”Kami
tidak lagi bersumpah dibawah Raja Young Nam .. pemerintahannya sudah berakhir… menyerahlah… Raja
Jeong Seok adalah pemerintahan baru!,” kata Hwang.
” Tae Young..,” Minho menatap Tae Young
yang berdiri disamping ayahnya, Ryung Jun Ho. Dia teringat bagaimana dia
dulunya suka dengan perempuan itu. Dia tidak menyangka kalau perempuan itu anak
dari pemberontak dan berarti... seluruh keluarga Ryung, beserta Tae Young harus
mati ditempat!
Beberapa prajurit lantas berada ditempat
itu, saling bersiaga dengan pedang mereka.
”Menyerahlah, Ryung Jun Ho.. kami bisa
saja meringankan hukuman keluarga Ryung!,” kata Jendral Hwang
Minho begitu bingung, dia merupakan
asisten dari Jendral Hwang.. yang berarti.. jika dia berhadapan dengan Tae
Young.. dia harus membunuh perempuan itu...
”Kalian sama saja... baik Young Nam atau
Jeong Seok..kalian antek Han!,” teriak Ryung.
”Tidak ada yang menjadi antek Han atau
siapapun, Jendral Ryung.. menyerahlah!,” Teriak Minho. Dia mengalihkan
pandangannya pada Tae Young, cinta pertamanya waktu umur 10 tahun.
Ryung Jun Ho mentertawakan Minho. Dia
merendahkan Minho yang tidak tahu apa-apa persoalan dia memberontak pada kerajaan.
”Bunuh mereka... jangan sisakan satupun...,”
perintah Jendral Hwang
Minho kaget.. dia tidak ingin membunuh
cinta pertamanya, walau mereka sudah berubah seiring perjalanan waktu karena
Minho sama sekali tidak pernah bertemu dengannya lagi semenjak belajar militer
dan masuk ke barak.
Jendral Hwang langsung menyerang Ryung Jun
Ho.. sementara Minho
berhadapan dengan Tae Young..
”Maafkan aku, Tae Young.. kita harus
bertarung.. tapi kalau kamu
menyerah.. Yang Mulia Raja dapat saja memaafkan mu dan keluargamu...,” kata
Minho dengan suaranya yang sedikit gemetar, sama sekali dia tidak ingin
menyerang perempuan itu.
Dia ingat masa lalunya dengan Tae Young
yang menurutnya manis: Minho melindunginya kalau perempuan itu diganggu
teman-temannya, Tae Young suka menuliskan puisi untuk Minho sebagai balasannya
dan suka memberikan Minho kue buatan ibunya. Tangan Minho bergetar, dia sangat resah, tidak
ingin melukai orang yang dicintainya.
”Aku hanya mengikuti kedua orangtuaku,
Minho.. aku yakin mereka
benar.. jangan risaukan aku,” senyum lirih Tae Young pada Minho. Ditangan
kanannya sudah ada pedang.
”Aku tidak ingin menyerangmu,” kata Minho.
Dia sudah memiliki ilmu pedang naga halilintar yang diwariskan ayahnya dan
leluhurnya turun-temurun.
Sementara Jendral Hwang tetap bertarung
dengan Ryung Jun Ho dan anggota keluarga lain dari Ryung juga bertarung dengan
para prajurit.
Minho sangat resah.. dia hanya bisa
memegang pedangnya yang sudah mulai bersinar seperti ada kilat sampai ke
tanah.. antara harus mematuhi perintah kerajaan untuk membunuh perempuan di
depannya... atau membiarkannya pergi...
”Kenapa ragu?? Bukankan aku musuhmu??,”
tanya Tae Young..
”Kita sudah bukan lagi teman..semua hanya
masa lalu,” tambahnya lagi.
Minho tanpa berfikir panjang lagi langsung
menarik tangan Tae Young... ternyata dia mengambil keputusan untuk membawa
perempuan itu kabur!... dia masih cinta dengan Tae Young..
Di halaman rumah besar itu, Tae Young
meminta Minho melepaskan tangannya.. Minho tetap menggengamnya.. bagaimanapun,
dia masih punya perasaan cinta..
”pergilah, Tae Young.. aku lepaskan
dirimu,” kata Minho dengan suara bergetar
Disekeliling mereka yang ada hanya
mayat-mayat berserakan antara kedua kubu..
Tae Young tersenyum, dia merasa sudah
terlanjur mengikuti prinsip ayahnya.. dia tetap menganggap dirinya
pemberontak.. lalu dia malah menyerang Minho.
”Aku yang mati.. atau kamu, Minho...
hiaaattt!!!,”
Minho hanya bisa mengelak
serangan-serangannya.. sama
sekali dia tidak ingin melukai fisik perempuan yang dicintainya itu.
”Sudah,
Tae Young.. pergi! Aku akan katakan pada Jendral Hwang kalau kamu mati!,”
teriak Minho , sambil menahan serangan
perempuan itu
Tae
Young tetap menyerang Minho, sebisa mungkin Minho
mengelaknya.
“Minho .. kalau kamu pergi lalu jadi tentara..kamu tetap
akan ingat aku kan ??,”
kata suara kecil Tae Young dipinggiran sungai Hanseong. Mereka lelah duduk
setelah bermain.
Minho mengangguk,” Ya.. pasti… kalau
bisa..kita saling menulis surat saja.. aku pasti rindukan kamu dan semua teman
di kelas”
Tae
Young lalu memberikan kue yang dibuat ibunya untuk Minho
“Ini
untukmu… siapa tahu..kamu nanti susah makan kue enak kalau belajar dibarak,”
“Jika aku sudah selesai dan bebas tugas.. aku
ingin kita belajar bersama lagi, Tae Young.. kamu pasti nanti sudah jadi
seorang guru,”
Cita-cita Tae Young memang ingin menjadi
guru, itu sebabnya dia suka sekali sastra.
Minho lalu berdiri dan dia menuju
rerumputan kering, ternyata dia membuat
sebuah gelang yang cantik, lalu dipakaikannya ke tangan kiri Tae Young
”Ini untukmu.. dipakai selalu ya... semoga
kita bisa bertemu lagi ... entah disini..atau dimanapun.. ,” senyum Minho
padanya
Tae Young menjadi cinta pertama Minho...
Tae Young yang sedang bertarung dengan
Minho mengingat lagi memorinya bersama lelaki itu. Dalam waktu yang bersamaan,
Minho pun mengelak serangan-serangan Tae Young, juga mengingat memori masa
kecil mereka.
Minho lengah dan dia pun tertendang..
”BUK!,” suara badan Minho jatuh. Tae Young
lalu dengan ganas ingin menghunuskan pedangnya.. tetapi...
”Hiat!!,” ternyata Jendral Hwang menendang
Tae Young dari belakang.
Tae Young pun jatuh... langsung diserang
lagi oleh Hwang..
Minho yang masih duduk, kaget Hwang
menyerang Tae Young. Dia ingin sekali menghentikan atasannya itu agar
melepaskan Tae Young.
Pedang saling beradu antara milik Tae
Young dan Hwang. Hwang gigih menyerangnya dan Tae Young gigih membela dirinya
dan sekaligus menyerang. Minho tidak ingin ikut menyerang, dia akan merasa
bersalah jika mengeroyok perempuan itu. Sampai akhirnya...
”Jressss!,”
pedang Hwang menusuk perut Tae Young. Perempuan itu ditusuk..
“Ah..,”
Tae Young hanya sedikit mengerang. Dia
memegang pedang Hwang, perutnya berdarah. Hwang tidak mengampuninya, makin
dalam menusuknya sehingga pedangnya tembus dari depan ke belakang.
”Ekh,” Tae Young menahan sakit, mulutnya
keluar darah.
Minho yang berdiri dan memegang pedangnya,
jadi bergetar... pedangnya terlepas.. dia melihat Tae Young bersimbah darah..
bersimpuh memegang perutnya yang masih tertusuk pedang Hwang
”Sreeetttttt!,” Hwang menarik pedangnya
dari perut Tae Young
Tae Young muntah darah.. lalu dia
benar-benar ambruk..
Minho menangis melihat itu... air matanya
keluar.. dia tidak menyangka bertemu lagi untuk perpisahan selamanya dengan
cinta pertamanya itu.
”Semua keluarga Ryung Jun Ho... dinyatakan
habis tak tersisa!,” Hwang teriak di halaman itu. Beberapa prajurit yang masih
tersisa menunduk hormat pada Tae Young yang sudah bersimbah darah.. sekarat..
Hwang dan para prajurit meninggalkan rumah
besar Ryung Jun Ho. Minho masih berdiri menangis dalam diam.. hanya air matanya
yang keluar deras mengalir..
Dia lalu berdiri di depan Tae Young, lalu
duduk dan memeluk perempuan itu yang badannya sudah penuh darah.
”Min.. Ho..,” Tae Young masih sempat
tersenyum dalam kesakitannya
Minho berurai air mata,” bertahanlah, Tae
Young... aku akan membawa mu ke tabib”
Tae Young hanya tersenyum, dia mengangkat
tangan kirinya.. ternyata gelang dari akar rumput keras yang dibuat Minho masih
dipakainya
”Oh..,” Minho mencium tangan itu, air
matanya masih berurai saja.
”Aku pergi, Min.. Ho.. ,” senyum Tae
Young, senyumnya begitu pahit. Nafasnya pendek... pelan..dingin.. lalu
berhenti...
Minho sedih, dia mengguncang-guncang tubuh
Tae Young yang sudah tiada
”TAE YOUNGGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!,” dia
berteriak kencang sekali dengan penuh air mata. Suaranya bergema di halaman
besar rumah Ryung Jun Ho itu. Badan Minho penuh dengan darah Tae Young. Air
matanya jatuh di atas wajah perempuan itu... dia menangis meraung-raung sambil
memeluk mayat Tae Young yang sudah dingin... tiada lagi keluarga Ryung yang
bertahan hidup.. semuanya habis...
Minho masih memandang bulan purnama di
atas langit Hanyang. Air matanya jatuh.. dia hanya bisa mengingat peristiwa
itu...
”Tae Young.. kamu yang sekarang ...kembali dalam diri Takako”
Lalu dibalik air matanya yang mengalir
itu, Minho tersenyum.. dilangit... di bulan purnama itu seperti ada wajah Tae
Young... yang kemudian terlihat oleh Minho berganti menjadi wajah Takako ...
yang sekarang berganti nama menjadi Tae Young..
Minho pun masih memandang bulan purnama
itu... sambil tersenyum.. menikmati malam sendirian...
Bersambung ke part 9....