This is me....

Senin, Desember 22, 2014

Aku Isteri Jendral Lee! (Part 8: Tae Young dan Tae Young)

Cerita ini cuma iseng saja, jangan dimasukkan ke hati.. kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..

Pagi yang cerah di lingkungan istana. Pagi itu matahari memang jam 5 sudah sangat terang berderang. Minho bangun, dia merasa sinar matahari sudah membangunkannya dengan masuk ke kamar tidur kerajaan, lalu dia berdiri menuju jendela dan membukanya. Dalam 4 hari sebelum pernikahan mereka diulang lagi di istana Joseon, walaupun sudah dilakukan dengan adat Tsushima dari pihak Klan Sadamori, Takako harus melalui sebuah upacara pergantian nama, mendapatkan nama dari bangsa Joseon dan juga berbicara dengan kedua orang tua Minho yang rencananya akan datang pagi ini dari Namyang (Pyong Yang). Minho lalu kembali mendekati tempat tidur dan membelai kepala Takako.
”Hey.. bangun.. tidak baik isteri seorang Jendral bangun siang hari... mentari sudah mulai tinggi,” katanya pada Takako sambil mengguncang tubuh isterinya itu.
Mereka tadi malam sedikit mabuk karena minum-minum dengan para prajurit istana yang lain di sebuah kedai.
Pelan-pelan Takako membuka matanya, Minho langsung tersenyum padanya.
Joh-eun achim, heoni (pagi,sayang),” sapa Minho dengan lembut.
Takako membalas dengan senyumnya, dia langsung duduk dan berdiri, lalu mencium Minho tanpa ragu.
“Hari ini.. orangtuaku datang… kemungkinan agak siang.. aku belum dapat kabar prajurit kota,” kata Minho, memeluk Takako dengan manja.
Biasanya jika ada seorang pembesar memang di perbatasan kota, prajurit akan memberikan kabar atau menjemput mereka masuk istana.
Takako lalu berdiri menghadap jendela, melihat pemandangan luar yang langsung berbatasan dengan taman bunga istana.
Sugeeee.... utsukushii da ne (hebat.. indah sekali)!,” katanya dengan penuh semangat. Bola matanya terlihat cerah dan berbinar.
Minho menghampirinya, lalu senyum, berdiri disamping Takako, lalu menoleh,” Jadi.. harus semangat kan... hari ini?? Sebab selain kedua orangtuaku.. Yang Mulia Raja juga akan berbicara padamu”
Takako bertanya, apa sebenarnya agenda mereka hari ini, kenapa sepertinya akan sibuk sekali. Minho menjawab kalau hari ini siang menjelang sore, mereka akan melakukan upacara pergantian nama Takako menjadi nama berbangsa Joseon.. langsung disyahkan oleh Yang Mulia Raja.
Takako senang sekali dengan apa yang dikatakan Minho. Dia loncat-loncat kegirangan memeluk Minho. Minho senyum-senyum saja melihat kelakukan Takako yang memang sebenarnya belum dewasa.

Dua orang pembantu kerajaan mengetuk pintu kamar. Minho mempersilahkan mereka masuk.
”kami diperintahkan Yang Mulia Ratu untuk membantu Puteri Takako dan Jendral Lee membersihkan diri,” kata salah satu dari mereka menunduk hormat.
Minho lalu merangkul Takako dan mengajaknya pergi keluar dari kamar itu, mengikuti dua orang pembantu kerajaan.
Mereka lalu dibantu membersihkan diri. Takako berdandan rapi dengan baju yang bagus serta ornamen yang bagus. Minho senang melihat isterinya cantik sekali. Takako sibuk berputar-putar dikamar mereka.
Tak berapa lama... seorang pengawal mengetuk pintu..
”Orangtua Jendral Lee datang.. mereka sudah sampai di depan gerbang istana,”
Minho berterima kasih pada pengawal itu, lalu dia menggenggam tangan Takako dan mereka keluar, menuju gerbang istana.

Minho tersenyum haru melihat kedua orangtuanya turun dari kereta kuda. Dia lalu berjalan setengah berlari menghampiri mereka.
”Appa.. Eomma.. !,” sedewasa nya Minho sebagai seorang Jendral muda, ternyata dia masih memiliki sifat anak-anak ketika lama tidak bertemu kedua orangtuanya.
jal jinaess eoyo (apa kabar), Minho??,” ibunya memeluk Minho dengan lembut. Wanita setengah tua itu wajahnya sumringah dan cerah setelah sekian lama tidak berjumpa dengan anak tengahnya itu karena beda kota dan jarak yang jauh.
”Jeoneun jal jinaeyo (aku baik), Eomma.. ini semua berkat doa Appa dan Eomma.. aku bisa seperti ini,” senyum Minho setelah melepas pelukan ibunya. Lalu dia memeluk ayahnya, seperti biasa, ala pelukan lelaki antar lelaki.
Ayahnya menepuk pundak Minho sambil memeluk anaknya sendiri,” Makin hebat ... kamu harus berbakti dengan kerajaan lebih lagi, Minho!”
Minho senyum dengan pujian ayahnya padanya,” Ini semua karena Appa sudah sangat lelah membimbingku.. aku sangat berterima kasih pada semua arahan Appa.. kami sukses operasi di Tsushima,”
Ayahnya terus memeluk Minho sambil menepuk-nepuk pundak anaknya itu.
”Sukses aku.. sukses Appa juga... ,” kata Minho lagi
”Pengabdian tidak ada yang tidak terbayar, Minho, anakku... kalau kamu tulus kepada kerajaan.. tidak meminta imbalan.. mengabdi dengan kebenaran.. tidak rakus jabatan.. ayahmu dan Yang Mulia Raja Yang Agung akan bangga terhadapmu,” tepuk ayahnya lagi.
Sementara, Takako melihat mereka bertiga yang baru bertemu dari jarak puluhan meter. Lalu ibunya Minho tersenyum melihatnya
”Itu isteri mu dari Tsushima??,” tanya ibunya pada Minho. Minho mengangguk. Lalu ibunya Minho melambaikan tangannya meminta Takako menghampiri mereka.
Takako pun senyum dan dia setengah berlari menghampiri kedua orang tua Minho.
Lalu.. dia pun setengah bersujud, menghormat kepada kedua orangtua Minho dengan ala Jepang.
jeoneun Sadamori Takako-eyo... mannaseo bangabhabnida (saya Takako Sadamori, senang berkenalan dengan Anda),” katanya memperkenalkan dirinya pada kedua orangtua Minho.
Ibunya Minho malah jadi setengah berjongkok dan menyuruh Takako bangun dari sujud penghormatannya pada mereka.
Takako pun lalu berdiri seperti sedia kala.
”cantik sekali,” senyum ibunya Minho pada Takako. Minho senang ibunya memuji Takako.
”Apa Minho menyusahkanmu sebagai suami??,” senyum ibunya lagi
Takako menggeleng,” Iie.. nihon go ni iite: atashi wa hontou ni taihen Ri Minho no soba ni ite, shiawase desu (Tidak, aku katakan dalam bahasa nippon: aku benar sangat bahagia berada di samping Lee Minho),”
Minho menterjemahkan untuk kedua orangtuanya, apa arti yang diucapkan Takako baru saja.
Ayah Minho tertawa kencang, dia malah berusaha bercanda dengan menantu barunya itu,” Syukurlah kalau Minho tidak menyusahkanmu.. mungkin suatu hari nanti, dia akan sengaja membalas kata-katamu dengan menyusahkanmu, hahaha!”
Minho cuma senyum tipis malu-malu dengan candaan ayahnya. Ibunya senyum dan membelai kepala Takako.
”Kamu cantik sekali... seperti yang Minho ceritakan dalam suratnya,” kata ibunya
Takako jadi ingat perkataan Yang Mulia Ratu Seon, ternyata benar, kalau orangtua Minho bukan tipe orangtua sombong. Dia jadi menghormati sekali kedua mertuanya itu.

”JENDRAL LEE DARI NAMYANG DATANG UNTUK YANG MULIA YANG AGUNG RAJA JOSEON JEONG SEOK!,” teriak pegawai istana.
Lee Dae Woo, isterinya, Minho dan Takako masuk ke dalam ruangan besar. Raja Joseon sudah ada ditempat, di singgasananya. Mereka lalu berdiri di depan raja dan menunduk hormat. Raja menyuruh mereka bersikap kembali sedia kala, lalu mereka duduk disamping depan kiri dan kanan Raja.
”senang sekali akhirnya aku bisa bertemu dengan Jendral Lee,” kata Jeong Seok membuka percakapannya dengan Lee Dae Woo.
Dae Woo menunduk hormat pada Raja mereka,” Terima kasih sekali, Yang Mulia Raja.. ini semua berkat kebaikan hati Yang Mulia.. sangat mau bersusah payah memberikan kebaikan Yang Mulia Raja kepada anak kami, Minho...,”
Jeong Seok tersenyum pada Jendral tua yang setia itu. Dia katakan kalau dia memang sudah berjanji akan memberikan hadiah kepada Minho dan dia juga harus menghormati kesepakatan yang sudah dia lakukan bersama Shogun Ashikaga, termasuk dalam memberikan jaminan keselamatan bagi Takako, demi terwujudnya perdamaian dan keamanan yang bagus untuk perairan wilayah Joseon. Dae Woo dan isteri berterima kasih atas kebaikan yang diberikan Raja mereka pada Minho dan Takako.
”tetapi.. sehabis pernikahan mereka, Jendral Lee Minho akan aku tugaskan ke Liao Ning.. untuk mengawasi tindak tanduk Manchuria yang dikabarkan sudah mulai berulah pada rakyat Joseon yang memang banyak disana,” kata Jeong Seok
Takako kaget, dia memang tidak diberitahu Minho kalau sehabis pernikahan mereka, Minho akan diutus menjadi mata-mata sampai bisa lebih dari dua minggu ke sana. Dia tidak bisa membayangkan, baginya pasti kebahagiaan ketika justru dia bisa bersama Minho setelah pesta pernikahan mereka, tetapi malah Minho harus bertugas ke kerajaan lain yang jauh sekali.  Takako membayangkan dia akan kesal, sedih dan marah ditinggal Minho, tetapi, dia berusaha menggubris pikirannya itu karena dia sedang berhadapan dengan Raja. Dia berusaha mengontrol perasaannya, walau dalam dadanya bergemuruh, ingin marah, kecewa.
Dia menggerutu dalam hatinya,” Minho menyebalkan!”, lalu melirik Minho. Tapi cowok itu malah tersenyum padanya. Takako lalu memalingkan wajahnya, sedikit cuek. Minho menangkap lagi ekspresi pasangannya itu, yang memang sepertinya sedang dan akan marah padanya. Dia berusaha santai melihat perubahan ekspresi Takako.
”Kami berterima kasih sekali Yang Mulia Raja Jeong Seok sangat mempercayai Minho untuk bisa bertugas, mengabdi kepada kerajaan,” kata ibunya Minho
Ratu Seon yang ada di samping suaminya tersenyum,” Jendral Lee memang seorang pengabdi yang baik”
Mereka semua menunduk hormat pada Raja dan Ratu. Takako kesal sekali dengan keputusan Raja Jeong Seok hari itu dan juga kesal pada Minho, kenapa dia tidak terbuka soal tugasnya yang akan datang itu.

”Kita harus membicarakan prosesi upacara pernikahan mereka. Akan datang seorang utusan dari Tsushima, untuk menjadi saksi.. sebagai pernghormatan antar kedua kerajaan,” kata Jeong Seok
Wajah Takako langsung berubah ceria. Dia membayangkan yang datang mungkin salah seorang saudaranya atau bahkan ayahnya sendiri. Dia jadi bersemangat.
”Benarkah Yang Mulia Raja? Siapa dia?? Apa ayahku??,” tanya Takako dengan wajah berbinar ceria.
”Kita belum tahu, siapa yang akan datang dari Ashikaga,” jawab Jeong Seok
”ya baiklah,” wajah Takako berubah lagi jadi tidak semangat. Minho menoleh dan senyum saja. Isterinya itu memang ekspresif, air mukanya mudah ditebak.
”Kemungkinan, utusan itu akan datang esok atau lusa.. Jadi, Takako Gongju belum bisa bertemu hari ini,” senyum Ratu Seon. Takako mulai kesal, tetapi masih dia coba tahan-tahan kekesalannya itu, dia harus bersikap dewasa di depan semuanya.
”terima kasih, Yang Mulia Ratu.. aku berharap, ayahku datang,” tunduk hormat dia pada Raja dan Ratu.
” Siang ini, dalam dua jam ke depan, kami akan mengundang para pejabat kerajaan untuk upacara pergantian nama... bagaimanapun, sudah menjadi kesepakatan antara Ashikaga dan Joseon, kalau Takako Gongju akan menjadi milik Joseon,” kata Jeong Seok
Ayahnya Minho berbasa-basi, senang sekali kalau menantunya mendapatkan kehormatan langsung dari Raja untuk menghadiri dan memberikan nama baru kepada Takako. Minho menunduk hormat berterima kasih atas segala kebaikan Raja.
Jeong Seok memang telah melakukan perjanjian dengan Ashikaga kalau memang isteri hubungan diplomatik otomatis akan mendapatkan nama keluarga dari pihak suami dan Ashikaga serta Klan Sadamori sudah lagi tidak bertanggungjawab pada diri Takako. Tetapi bukan berarti perempuan itu sama sekali boleh diremehkan, karena bisa merusak perjanjian antar mereka jika misalnya terjadi sesuatu hal yang membahayakan, misalnya Ashikaga atau Sadamori tahu Takako celaka atau bahkan terbunuh. Walaupun sudah terlepas, jika hal itu terjadi, pertempuran antar dua kerajaan dapat terjadi.
Jeong Seok bercanda dengan Lee Dae Woo,” Anggap saja aku besanmu, Jendral Lee, haha”
Lee Dae Woo jadi tidak enak hati dengan Raja nya sendiri. Selama memang dia mengabdi pada Joseon, dia dikenal sebagai Jendral yang rendah hati, disiplin, mengabdi, tidak banyak meminta, berdedikasi dan jujur. Prinsip pengabdian hidupnya pada dinasti Joseon itulah yang dia terapkan pada Minho dan juga anak-anaknya yang lain di kemiliteran. Karir Minho bukan berarti naik karena ayahnya. Dia sedari umur 15 tahun sudah dikirim menjadi prajurit tanpa dimanja oleh posisi ayahnya.

Appa (Ayah) tidak ingin kamu merasa sombong karena posisi ku sebagai Jendral.. sama sekali tidak akan ada keringanan jika kamu memang ingin mengabdi pada kerajaan.. sebab dalam keluarga Lee.. kesetiaan kepada Raja bukan karena posisi.. dan sangat diharamkan dalam keluarga ini mencari kekayaan dengan posisi,” kata Dae Woo pada Minho suatu hari, ketika Minho memutuskan untuk tidak lagi belajar sastra dan malah tertarik ingin masuk dalam kemiliteran. Usia Minho kala itu masih 14 menjelang 15 tahun.
Ya, Lee Dae Woo terbilang seorang Jendral yang sederhana hidupnya. Dengan lima anaknya, dia memilih tinggal di Namyang dalam rumah yang sederhana untuk ukuran seorang pejabat kerajaan kala itu. Dae Woo memang lahir dari keluarga berdisiplin tinggi dan menjalankan filsafat hidup sederhana dengan penuh pengabdian pada negara. Itu dia dapatkan dari kedua orangtuanya, mengikuti ajaran setempat yang berpola pada kearifan.
”Kamu tidak berhak meminta emas kepada Tuhan karena mereka hanya tipuan. Batu dapat lebih berharga daripadanya,” begitu yang ditanamkan kedua orangtua Dae Woo dari leluhur turun-temurun sampai ke dirinya. Riwayat keluarganya memang pengabdi pada kerjaan.
Ada pula prinsip yang lain,” jabatanmu tidak memberikan keuntungan apapun padamu selain kehati-hatian.. atau kesengsaraan,”
Atau ada lagi,” Rendahkan posisimu ketika kamu sedang menaik tinggi, jangan kamu tegakkan kepala mu kepada mereka yang mempercayai mu”
Dan segudang prinsip lainnya dalam keluarga itu. Dia tahu, untuk terjun dalam dunia militer tidaklah mudah. Selama lebih dari 30 tahun mengabdi pada Dinasti, ketika mengetahui anaknya berubah pikiran, bagi Dae Woo menjadi sebuah keheranan.
Minho memang termasuk anak pintar ketika dia bersama dengan teman-temannya, belajar di lingkungan kerajaan. Tapi sayangnya, minatnya berubah dari sastra menjadi kemiliteran sejak dia menginjak usia 10 tahun. Mendadak menjadi mengikuti jejak kakak nya yang paling tua yang sudah terlebih dahulu terjun.

”tapi.. aku memang berminat sekarang kepada kemiliteran, Appa..aku sudah bulatkan tekadku ketika melihat Oppa Il-Young”, dia mencontohkan dari kakak tertuanya.
Isterinya Dae Woo tidak bicara ketika anak tengahnya itu mengubah jalan hidupnya, yang awalnya ingin menjadi ahli sastra kemudian belajar ilmu beladiri dan berubah ingin kuat di kemiliteran. Dae Woo memang keras dengan anak tertuanya, Il-Young yang akhirnya mengikuti jejak karirnya dikemiliteran, hanya saja, dia tidak menyangka kalau Minho yang sedari kecil dilihat mereka lebih bertabiat manja dan menempel pada kedua orangtuanya, serta berwajah manis, malah juga bertekad di jalan  yang sama dengan kakaknya. Kekhawatiran kedua orangtuanya, ketika nanti anak mereka dikirim ke barak, Minho tidak dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan para rekan prajurit lainnya.
Dae Woo berbicara tentang kesanggupannya hidup keras berbeda mungkin ketika Minho akan memutuskan cukup menjadi ahli sastra, pengajar atau menjadi petugas administrasi kerajaan.
”Aku tetap akan mengikuti jejak Oppa Il-Young, Appa.. ijinkan aku,” kata Minho lagi.
Dae Woo lalu bercerita panjang lebar tentang pengalamannya dalam perang, berupaya menakuti Minho agar tidak mengikuti jejaknya. Isterinya Dae Woo tetap belum mengambil suaranya dengan pandangan anaknya itu. Walau Dae Woo sudah bercerita tentang situasi perang, ternyata malah membuat Minho semakin tertantang.
”Jika memang kamu sudah bertekad bulat, biarkan saja Minho menentukan nasibnya sendiri, Nampyeon,” kata isterinya Dae Woo, akhirnya angkat bicara
”ya, Eomma.. aku akan tekun belajar di kemiliteran.. aku tidak hanya ingin menjadi prajurit... aku harus masuk sekolah militer dulu.. aku harus ikut ujian,” kata Minho dengan penuh semangat.
Dae Woo akhirnya mengijinkan anak tengah nya yang termasuk kategori manja itu untuk mandiri, dengan bergabung di ujian dan sekolah kemiliteran. Minho memulai belajar masuk sekolah militer untuk pelajaran dasar pada usia 10 tahun. Dia benar-benar mengubah haluan hidupnya. Il-Young, kakak tertuanya yang mendengar itu memang kaget, sebab semua tahu, baik dia sebagai kakak tertua dan juga adik-adik dibawahnya, Minho memang kategori anak lelaki manja dan terkesan malas untuk berurusan dengan militer. Kenyataannya.. semua terbalik.

Diruangan kelas itu, Minho duduk bersama dengan anak-anak lainnya dari para petinggi kerajaan, belajar menulis, membaca dan sastra. Seorang guru membimbing mereka sampai akhirnya mereka selesai belajar. Minho mengajak gurunya berbicara dan bilang, kalau dia akan melanjutkan sekolahnya yang lain, supaya dia bisa masuk dalam kemiliteran. Gurunya menyanggupi saja dan hari itu, Minho akan tidak lagi belajar dengannya.
Minho lalu keluar ruangan, menuju taman dan ingin keluar kompleks sekolah itu. Tetapi, ada suara gadis kecil seumur dengannya, berteriak memanggil namanya dari kejauhan.
”MINHO.. TUNGGU AKU!!,” teriak seorang gadis kecil dari kejauhan, dia berlari terengah-engah menuju Minho
Minho menoleh dan senyum padanya, membalas teriakannya dengan memanggil kembali gadis kecil itu,”HAI TAE YOUNG.. KESINI!”
Gadis kecil yang bernama Tae Young itu lantas berada di depannya. Sambil masih terengah-engah, dia berbicara pada Minho
”Apa benar.. kamu akan pergi belajar di tempat lain.. berhenti dari sini?”, katanya sambil memeluk buku
Minho senyum padanya,” Ah iya... aku sudah katakan pada guru Tan.. maaf ya?? Aku mengikuti jejak kakakku kalau aku harus meneruskan sekolah militer.. aku bertekad ingin seperti ayahku.. menjadi seorang Jendral”. Lalu dia menggaruk kepalanya. Perasaannya pada Tae Young jadi tidak enak hati.
”Yah.. aku jadi tidak bisa belajar bersama kamu lagi deh, Minho..,” Tae Young menunduk lemas.
”Iya.. aku minta maaf, Tae Young.. tapi.. kamu kan masih ada Hanh Hyon.. dia kan juga pintar,” jawab Minho masih senyum.
”Tapi.. kalau nanti Minho akan pergi pindah sekolah.. kamu tidak akan lupakan aku kan??,” tanya Tae Young dengan wajah agak cemas.
Minho senyum padanya,” Enggak.. Tae Young temanku yang baik”
Wajah Tae Young jadi memerah, dia memang suka Minho. Mereka suka berangkat dan pulang sekolah bersama sedari kecil, sedari berusia 5 tahun dan diwajibkan bagi para anak pejabat lingkungan kerajaan untuk belajar membaca, menulis dan sastra.
Minho juga suka padanya, baginya, Tae Young adalah cinta pertamanya. Mereka lalu berjalan bersama keluar dari kompleks sekolah dan pulang bersama.

Raja Jeong Seok tertawa dengan ekspresi Lee Dae Woo yang kesannya sangat tidak enak hati dengan dirinya sendiri sebagai Raja. Jeong Seok memang sangat menghormati keluarga Dae Woo.
”Aku mewakili shogun Ashikaga, meminta keluarga Lee untuk menentukan.. dimana mereka akan tinggal sebelum pernikahan 3 hari lagi.. mereka harus dipisahkan dahulu.. untuk menghormati tradisi,” kata Jeong Seok.
Takako malah berbisik pada Minho,”apa memang seperti itu?? Lalu.. kamu akan tidur dimana, Minho?? Kita kan sudah suami-isteri”
Minho hanya membungkukkan sedikit badannya karena Takako berbisik padanya, lalu dia balas dengan berbisik juga,” Tradisi”
”Ya, baiklah.. aku ikuti saja,” balas Takako.
”Aku sebagai perwakilan keluarga Lee .. mengirimkan surat lamaran kepada Yang Mulia Raja Jeong Seok dan juga Shogun Ashikaga disana, sebagai ikatan antara anakku dengan puteri Sadamori Takako,” Dae Woo memberikan sepucuk surat lamaran yang memang harus dibaca oleh perwakilan pihak perempuan. Dan Jeong Seok sudah mentasbihkan dirinya sebagai perwakilan Takako.
Para pejabat kerajaan yang memang sedang ada di ruangan itu juga, langsung menunduk hormat ketika Jeong Seok menerima surat itu.
Jeong Seok lalu membacakannya di depan mereka dengan hikmad, sampai selesai.
”Lamaran keluarga Lee.. aku terima,” kata Jeong Seok menutup perkataannya, sambil menutup surat itu, lalu diberikan kepada petugas administrasi kerajaan.
”Lalu.. aku memerintahkan petugas Rumah Tangga kerajaan untuk tiga hari ke depan memisahkan ruangan antara Jendral Lee Minho dan Puteri Takako Sadamori,” kata Jeong Seok lagi
Kepala Rumah Tangga kerajaan lalu menunduk hormat mendengar perintah Raja nya.
Takako menunduk hormat pada kedua orangtua Minho dan juga Raja dan Ratu Joseon.
”Kebaikan dari semuanya.. Yang Mulia Raja dan Ratu Joseon dan juga keluarga suamiku.. sangat berarti bagiku.. aku akan mengabdi pada kerajaan dimana aku menjejakkan kakiku,”
Minho senyum manis pada Takako ketika mendengar itu. Dia merasa makin cinta pada perempuan itu yang menurutnya, walau masih suka membantah, sudah mulai mencintai kerajaan ini dan juga mematuhi perkataannya.
Jeong Seok terkesan dengan perkataan Takako. Dia merasa disanjung dengan posisinya sebagai Raja. Ratu Seon senyum mendengar itu.
”Rasanya tidak perlu berpanjang lebar.. lamaran sudah selesai.. ,” kata Jeong Seok. Dia duduk di atas singgasananya lalu mengangkat mangkuk kecil sebagai gelas.
Semua yang hadir lalu duduk dan mengangkat gelasnya juga yang sudah tersedia tadi dibantu oleh pegawai rumahtangga kerajaan.
”BERSULANG!” teriak Raja Jeong Seok kepada mereka
”YEEEEEEEE!!!!,” mereka membalas dengan semangat. Takako ikut mengangkat gelasnya.

Dae Woo berada di taman dengan Raja Jeong Seok, berbicara tentang perkembangan perbatasan antara Joseon dengan Manchuria. Sementara Minho, Takako, Ibunya Minho dan juga Ratu Seon berada di seputar taman besar itu juga, berbicara bahasan yang lain.
Taman siang itu penuh dengan keceriaan. Musim panas segera datang. Bunga masih bermekaran berwarna-warni ceria. Hati Takako berbunga-bunga sebab sebentar lagi dia akan mendapatkankan perayaan pergantian nama. Dia penasaran, nama apa yang akan diberikan oleh Raja kepadanya.
Seon berjalan disamping Ibunya Minho dan Takako, sementara Minho agak terpisah disamping Takako. Mereka berjalan santai menikmati pemandangan ratusan bunga yang berwarna-warni itu. Serta burung yang masih terdengar berkicau walau siang hari.
”Sudah lama sekali hamba tidak berada di sini, Yang Mulia Ratu.. hampir semuanya masih tetap sama, belum berubah,” kata ibunya Minho membuka percakapan sebelum mereka makan siang.
”Mungkin karena Anda sangat sibuk menemani Jendral Lee, Nyonya.. jadi tidak terfikir untuk singgah disini lagi,” balas dan senyum Seon.
”aku beberapa kali ditemani oleh Puteri Takako selama Jendral Lee bekerja,” tambahnya lagi.
Ibunya Minho menunduk hormat pada Ratu Seon, berterima kasih mau menerima Takako menjadi teman sang Ratu. Seon memang terbilang Ratu yang baik dan tidak sombong, bisa menerima siapa saja yang tidak mencelakainya sebagai teman. Apalagi, dia menganggap Takako sudah menjadi bagian dari Joseon, karena dia sendiri sebenarnya bukanlah orang asli Joseon, tapi berdarah Manchuria.
”Dan.. kamu belum tahu ya, Jendral Lee? Puteri Takako menawarkanku untuk diajarkan bermain pisau untuk pertahanan diri, hehe,” tawa kecil Seon pada Minho.
Minho jadi tidak enak hati isterinya terlalu akrab dengan sang Ratu. Dia menunduk hormat meminta maaf,” Maafkan saya kalau Takako bersikap tidak pantas dengan Yang Mulia Ratu”
Seon sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Dia memang tidak bisa bela diri dan menurutnya wajar saja kalau Takako menawarkannya. Dia malah ingin sekali bisa mempunyai kemampuan ilmu bela diri seperti isterinya Minho itu.
”benar kan.. aku tidak salah??,” sindir Takako pada Minho. Kadang dia memang masih susah diatur dan mau menang sendiri, tidak peduli di hadapan siapapun, padahal disitu ada Ratu dan ibunya Minho.
Minho hanya mengangguk saja, dia tidak enak hati dengan Ratu dan Ibunya sendiri. Seon lalu memang berikir sebaiknya dia memiliki kemampuan ilmu bela diri walaupun sedikit. Memang dia banyak dikelilingi pengawal perempuan, tetapi dia sempat berdiskusi dengan Takako dan mengatakan bahwa itu saja tidak cukup. Pernah ada kekhawatiran dalam dirinya, bagaimana kalau dia diculik?
Takako merasa menang, karena Seon seperti membela dirinya. Minho tidak mau berpanjang lebar dan dia memberi masukan kepada Ratu Seon, jika memang berkenan, pasukan wanita yang berada di bawah kekuasaannya bisa membantu mengajarkan beliau.

”Apa?? Minho ini juga punya pasukan wanita?,” Takako kaget dengan apa yang dia dengar.
Ibunya Minho tertawa kecil,” Ye..  Han Hye adalah salah satunya,”
Tapi Takako berkilah, kalau dia hampir tidak pernah melihat Han Hye bertarung. Malah kalau dirumah tugas Minho, perempuan yang hanya terpaut 2 tahun lebih tua dari usianya itu lebih membantu Minho mengurus rumah tangga.
“Han Hye itu mata-mata.. seperti kamu.. kunoichi dalam dunia ninja,” kata Minho kalem.
Takako malah cemberut,”Menyebalkan sekali Minho tidak memberitahukan aku, Eomma,” dia langsung memanggil ibunya Minho dengan sebutan ”Ibu”.
Minho akhirnya tertawa juga. Dia jawab kalau Takako tahu dari awal, mungkin dia bisa cemburu pada Han Hye karena perempuan itu sudah ikut Minho dari kecil dan dilatih Minho dan juga beberapa Jendral khusus untuk mematai-matai. Kunoichi dalam ninja memang sangat berbahaya. Dalam dunia mata-mata, bisa saja mereka berani melakukan hal yang tabu untuk bisa mendapatkan sasaran yang sudah diincar, dan mereka biasanya dapat sangat taat kepada tuannya. Takako sepertinya langsung cemburu ketika mengetahui itu. Minho mencoba membaca ekspresinya.
”Tidak hanya Han Hye yang bekerja di bawahku dan aku tidak langsung melatih mereka,” kata Minho, berusaha menenangkan Takako.
”Tidak perlu cemburu,” kata Minho lagi.
Ratu Seon dan ibunya Minho malah tertawa dengan perkataan Minho yang terakhir. Takako memang tipe perempuan cemburu. Dia sepanjang perjalanan saja atau ketika berada dimanapun, dia selalu memperhatikan gerak-gerik Minho, apakah genit dengan wanita lain atau tidak.
”Minho bukan tipe lelaki yang mudah merayu wanita,” kata ibunya, mencoba membela anaknya sendiri.
Takako cemberut dengan perkataan mereka yang terkesan menggoda dirinya. Bahkan Ratu Seon pun menggodanya.
”Tidak mengapa sesekali Jendral Lee merayu wanita.. lagipula..bisa saja membuatnya lebih giat bekerja, hihi”
Takako semakin cemberut, sementara Minho hanya senyum-senyum saja isterinya itu digoda Ratu dan juga ibunya sendiri.

Minho berada bersama Takako dalam ruangan mereka di kompleks kerajaan. Mereka sudah memakai pakaian khusus untuk acara pemberian nama bagi Takako. Minho iseng memeluknya dari belakang, manja pada pasangannya itu. Takako masih sebal dengan gurauan tadi siang.
”Mereka kan hanya bergurau.. mana bisa aku bermain mata dengan wanita lain??,” kata Minho masih memeluknya dari belakang, menyandarkan dagunya pada pundak Takako, bicara padanya dengan suara lembut..supaya isterinya itu tidak makin sebal dengan dirinya.
”Kamu juga tidak mengatakan.. sehabis menikah.. harus pergi ke Liao Ning.. menyebalkan,” balas Takako dengan wajah cemberut.
”Aku tidak bisa menolak perintah Yang Mulia.. beliau mempercayakanku dan Jendral Kwon menangani perbatasan.. aku harus berbakti pada kerajaan,”
Takako masih cemberut, lalu Minho melepas pelukannya dan membalikkan badannya, menjadi berhadapan dengan Takako.
”Aku janji tidak akan lama.. segera setelah selesai.. aku kembali lagi.. ,” senyum Minho padanya.
”Apa aku salah memilih kamu??,” mendadak Takako mengatakan itu. Minho kaget, kenapa bisa Takako terfikir hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan seorang isteri hubungan diplomatik.
Tetapi Minho menganggap itu tidak serius, dia mencium Takako dengan lembut.
”Ingin menjadi pengantin tidak boleh menekuk wajah.. tidak enak dengan Appa dan Eomma,” bisik Minho di kuping Takako. Lalu dia menarik tangan Takako dan keluar ruangan.

Diruang pertemuan..

Beberapa pejabat kerajaan sudah berkumpul.. hari itu, Raja akan memberikan nama kepada Takako sekaligus pemberian gelar. Ternyata, di dalamnya hadir Geum Jae Sang, ayah Hee Kyung.
Minho menunduk hormat kepada semua yang hadir, lalu diikuti oleh kedua orangtuanya dan Takako. Mereka duduk bersampingan, berada di depan Raja. Raja Jeong Seok berdiri, lalu turun dari singgasananya, berjalan di depan Takako.
”Aku memberikan nama baru bagi Sadamori Takako dengan menjadi Tae Young Puteri Tinggi dari Tsushima”
Takako menunduk hormat pada Raja, dia resmi mendapatkan nama baru dan otomatis mengikuti Minho. Semua yang hadir disana harus menghormati keputusan itu.
Dalam menunduk hormatnya, Minho berfikir,” Tae Young??”
Tetapi dia lalu mengatakan kepada Raja,” Terimakasih banyak, Yang Mulia Raja...atas kebaikan dan kemurahan hati Yang Mulia”
Raja Jeong Seok memberikan mangkuk minuman pada Tae Young alias Takako untuk diminum. Takako meneguk pelan arak asli kerajaan itu. Dia begitu hikmat meneguknya.
Takako wajib memperkenalkan ulang dirinya kembali dihadapan para pejabat diruangan itu. Dia lalu memperkenalkan dirinya lagi. Para pejabat yang lain ikut menghormat.
Lalu Minho dan pejabat lainnya melanjutkan pekerjaan mereka untuk melaporkan beberapa perkembangan terakhir situasi wilayah Joseon. Takako yang sekarang berubah menjadi Tae Young, Ratu Seon dan ibunya Minho keluar dari ruangan besar itu. Ketika Tae Young melintasi jajaran para pejabat, Geum Jae Sang memperhatikannya dengan tatapan mata yang sepertinya dendam, menatap tajam.
Minho sama sekali tidak berfikir ayah mantan pacarnya itu seperti dendam pada isterinya. Dia bersikap biasa saja, harus melanjutkan pekerjaannya dan tugas berikutnya untuk dikirim ke Liao Ning. Semua proses pelaporan harus bisa mendapatkan tindakan berikutnya. Jeong Seok menganggap Manchuria sudah kurang ajar terhadap warganya di Liao Ning dan sekitarnya. Memang banyak warga Joseon yang tinggal diperbatasan antara Manchuria dengan Joseon untuk berdagang walau ada juga yang secara turun temurun tinggal disana dan menikah dengan warga atau suku setempat. Warga Joseon di Manchuria dikenal sebagai pedagang yang ulet sehingga beberapa mereka malah menguasai ekonomi setempat. Manchuria tidak menyukai itu dan mendesak mereka untuk keluar dari wilayah mereka. Jeong Seok tidak suka dengan hal ini. Dia lalu memerintahkan kepada warganya disana untuk membuat sebuah organisasi ekonomi dan juga perkumpulan antar warga Joseon. Ternyata Manchuria semakin tidak suka dan berimbas ke daerah perbatasan antar dua kerajaan ini. Di beberapa titik wilayah Joseon sempat terjadi pertempuran kecil dan membuat Jeong Seok gerah. Dia ingin Minho dan Kwon atau bawahan mereka memata-matai apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh pihak Manchuria. Sama sekali Jeong Seok tidak menyadarinya, kalau suatu hari, di dalam kerajaannya itu akan ada yang berkhianat kepadanya.

Hari sudah menjelang malam. Dalam kebiasaan mereka, sebelum menikah, maka Takako dan Minho terpisah sementara. Walau mereka sudah menikah di Tsushima, orangtua Minho menginginkan mereka tetap menghormati adat Joseon. Lalu, Minho bersama kedua orangtuanya berada di rumah dinasnya, sementara Takako di salahsatu kompleks kerajaan yang lain ditemani oleh dua orang pengawal wanita.
Diluar yang cukup dingin, Minho memandang langit….
“menjadi Tae Young??,” katanya merenung. Orangtuanya sudah istirahat terlebih dahulu. Tidak ada yang menemaninya malam itu walau biasanya dia suka ngobrol santai dengan Sim Hwang.
Tae Young sudah bukan nama yang asing lagi ditelinganya. Dia terus memandang langit. Purnama yang bulat indah memang memancarkan pesonanya malam itu..... hanya malam itu.. tetapi tidak seindah 7 tahun yang lalu…….
“SERBU KEDIAMAN JENDRAL RYUNG!!,” kata seorang Jendral yang memimpin puluhan pasukan.
Puluhan prajurit menyerbu rumah Jendral Ryung, yang ternyata berkhianat pada Joseon. Para prajurit setia Ryung dan para prajurit Joseon pun saling bertemu dan bertempur habis-habisan di kompleks kediaman rumah besar dinas keluarga Ryung.
Ryung Jun Ho yang berkhianat kepada kerajaan itupun membela dirinya habis-habisan. Dalam hukum negeri itu, jika ada seorang pejabat yang berkhianat, maka satu keluarga harus dihukum mati atau dibunuh semuanya. Ryung Jun Ho memilih melawan dan berarti dia dan keluarganya harus dibunuh!

Diluar rumah besar keluarga Ryung, seluruh prajurit dua kubu saling bertempur. Minho dan Jendral Hwang berhasil masuk ke dalam ruangan dengan terlebih dahulu membunuh para prajurit setia Ryung yang berjaga di depan pintu.
”BRAK!” Minho berhasil menendang pintu rumah keluarga Ryung
Di depannya sudah ada Ryung Jun Ho, isterinya, kedua orang lelaki... dan... Tae Young!
”Menyerah Jendral Ryung.. tidak ada lagi yang patut dipertahankan.. pemberontakan selesai!!”, teriak Jendral Hwang.
”Minho...,” kata Tae Young terkesima, akhirnya dia bertemu lagi dengan teman masa kecilnya, Minho.. tetapi sudah berubah.
”Aku sama sekali tidak ingin menyerah, Jendral Hwang.. lebih baik aku dan keluarga ku mati, daripada membela raja yang haus kekuasaan!,” teriak Ryung
”Kami tidak lagi bersumpah dibawah Raja Young Nam.. pemerintahannya sudah berakhir… menyerahlah… Raja Jeong Seok adalah pemerintahan baru!,” kata Hwang.
” Tae Young..,” Minho menatap Tae Young yang berdiri disamping ayahnya, Ryung Jun Ho. Dia teringat bagaimana dia dulunya suka dengan perempuan itu. Dia tidak menyangka kalau perempuan itu anak dari pemberontak dan berarti... seluruh keluarga Ryung, beserta Tae Young harus mati ditempat!
Beberapa prajurit lantas berada ditempat itu, saling bersiaga dengan pedang mereka.
”Menyerahlah, Ryung Jun Ho.. kami bisa saja meringankan hukuman keluarga Ryung!,” kata Jendral Hwang
Minho begitu bingung, dia merupakan asisten dari Jendral Hwang.. yang berarti.. jika dia berhadapan dengan Tae Young.. dia harus membunuh perempuan itu...
”Kalian sama saja... baik Young Nam atau Jeong Seok..kalian antek Han!,” teriak Ryung.
”Tidak ada yang menjadi antek Han atau siapapun, Jendral Ryung.. menyerahlah!,” Teriak Minho. Dia mengalihkan pandangannya pada Tae Young, cinta pertamanya waktu umur 10 tahun.
Ryung Jun Ho mentertawakan Minho. Dia merendahkan Minho yang tidak tahu apa-apa persoalan dia memberontak pada kerajaan.
”Bunuh mereka... jangan sisakan satupun...,” perintah Jendral Hwang
Minho kaget.. dia tidak ingin membunuh cinta pertamanya, walau mereka sudah berubah seiring perjalanan waktu karena Minho sama sekali tidak pernah bertemu dengannya lagi semenjak belajar militer dan masuk ke barak.

Jendral Hwang langsung menyerang Ryung Jun Ho.. sementara Minho berhadapan dengan Tae Young..
”Maafkan aku, Tae Young.. kita harus bertarung.. tapi kalau kamu menyerah.. Yang Mulia Raja dapat saja memaafkan mu dan keluargamu...,” kata Minho dengan suaranya yang sedikit gemetar, sama sekali dia tidak ingin menyerang perempuan itu.
Dia ingat masa lalunya dengan Tae Young yang menurutnya manis: Minho melindunginya kalau perempuan itu diganggu teman-temannya, Tae Young suka menuliskan puisi untuk Minho sebagai balasannya dan suka memberikan Minho kue buatan ibunya. Tangan Minho bergetar, dia sangat resah, tidak ingin melukai orang yang dicintainya.
”Aku hanya mengikuti kedua orangtuaku, Minho.. aku yakin mereka benar.. jangan risaukan aku,” senyum lirih Tae Young pada Minho. Ditangan kanannya sudah ada pedang.
”Aku tidak ingin menyerangmu,” kata Minho. Dia sudah memiliki ilmu pedang naga halilintar yang diwariskan ayahnya dan leluhurnya turun-temurun.
Sementara Jendral Hwang tetap bertarung dengan Ryung Jun Ho dan anggota keluarga lain dari Ryung juga bertarung dengan para prajurit.
Minho sangat resah.. dia hanya bisa memegang pedangnya yang sudah mulai bersinar seperti ada kilat sampai ke tanah.. antara harus mematuhi perintah kerajaan untuk membunuh perempuan di depannya... atau membiarkannya pergi...
”Kenapa ragu?? Bukankan aku musuhmu??,” tanya Tae Young..
”Kita sudah bukan lagi teman..semua hanya masa lalu,” tambahnya lagi.
Minho tanpa berfikir panjang lagi langsung menarik tangan Tae Young... ternyata dia mengambil keputusan untuk membawa perempuan itu kabur!... dia masih cinta dengan Tae Young..

Di halaman rumah besar itu, Tae Young meminta Minho melepaskan tangannya.. Minho tetap menggengamnya.. bagaimanapun, dia masih punya perasaan cinta..
”pergilah, Tae Young.. aku lepaskan dirimu,” kata Minho dengan suara bergetar
Disekeliling mereka yang ada hanya mayat-mayat berserakan antara kedua kubu..
Tae Young tersenyum, dia merasa sudah terlanjur mengikuti prinsip ayahnya.. dia tetap menganggap dirinya pemberontak.. lalu dia malah menyerang Minho.
”Aku yang mati.. atau kamu, Minho... hiaaattt!!!,”
Minho hanya bisa mengelak serangan-serangannya.. sama sekali dia tidak ingin melukai fisik perempuan yang dicintainya itu.
”Sudah, Tae Young.. pergi! Aku akan katakan pada Jendral Hwang kalau kamu mati!,” teriak Minho, sambil menahan serangan perempuan itu
Tae Young tetap menyerang Minho, sebisa mungkin Minho mengelaknya.

Minho.. kalau kamu pergi lalu jadi tentara..kamu tetap akan ingat aku kan??,” kata suara kecil Tae Young dipinggiran sungai Hanseong. Mereka lelah duduk setelah bermain.
Minho mengangguk,” Ya.. pasti… kalau bisa..kita saling menulis surat saja.. aku pasti rindukan kamu dan semua teman di kelas”
Tae Young lalu memberikan kue yang dibuat ibunya untuk Minho
“Ini untukmu… siapa tahu..kamu nanti susah makan kue enak kalau belajar dibarak,”
Minho memakan kue itu dengan senyum pula untuk Tae Young. Tae Young membalas senyuman Minho dengan wajahnya yang malu-malu.
“Jika aku sudah selesai dan bebas tugas.. aku ingin kita belajar bersama lagi, Tae Young.. kamu pasti nanti sudah jadi seorang guru,”
Cita-cita Tae Young memang ingin menjadi guru, itu sebabnya dia suka sekali sastra.
Minho lalu berdiri dan dia menuju rerumputan kering,  ternyata dia membuat sebuah gelang yang cantik, lalu dipakaikannya ke tangan kiri Tae Young
”Ini untukmu.. dipakai selalu ya... semoga kita bisa bertemu lagi ... entah disini..atau dimanapun.. ,” senyum Minho padanya
Tae Young menjadi cinta pertama Minho...

Tae Young yang sedang bertarung dengan Minho mengingat lagi memorinya bersama lelaki itu. Dalam waktu yang bersamaan, Minho pun mengelak serangan-serangan Tae Young, juga mengingat memori masa kecil mereka.
Minho lengah dan dia pun tertendang..
”BUK!,” suara badan Minho jatuh. Tae Young lalu dengan ganas ingin menghunuskan pedangnya.. tetapi...
”Hiat!!,” ternyata Jendral Hwang menendang Tae Young dari belakang.
Tae Young pun jatuh... langsung diserang lagi oleh Hwang..
Minho yang masih duduk, kaget Hwang menyerang Tae Young. Dia ingin sekali menghentikan atasannya itu agar melepaskan Tae Young.
Pedang saling beradu antara milik Tae Young dan Hwang. Hwang gigih menyerangnya dan Tae Young gigih membela dirinya dan sekaligus menyerang. Minho tidak ingin ikut menyerang, dia akan merasa bersalah jika mengeroyok perempuan itu. Sampai akhirnya...
”Jressss!,” pedang Hwang menusuk perut Tae Young. Perempuan itu ditusuk..
“Ah..,” Tae Young hanya sedikit mengerang. Dia memegang pedang Hwang, perutnya berdarah. Hwang tidak mengampuninya, makin dalam menusuknya sehingga pedangnya tembus dari depan ke belakang.
”Ekh,” Tae Young menahan sakit, mulutnya keluar darah.
Minho yang berdiri dan memegang pedangnya, jadi bergetar... pedangnya terlepas.. dia melihat Tae Young bersimbah darah.. bersimpuh memegang perutnya yang masih tertusuk pedang Hwang
”Sreeetttttt!,” Hwang menarik pedangnya dari perut Tae Young
Tae Young muntah darah.. lalu dia benar-benar ambruk..
Minho menangis melihat itu... air matanya keluar.. dia tidak menyangka bertemu lagi untuk perpisahan selamanya dengan cinta pertamanya itu.

”Semua keluarga Ryung Jun Ho... dinyatakan habis tak tersisa!,” Hwang teriak di halaman itu. Beberapa prajurit yang masih tersisa menunduk hormat pada Tae Young yang sudah bersimbah darah.. sekarat..
Hwang dan para prajurit meninggalkan rumah besar Ryung Jun Ho. Minho masih berdiri menangis dalam diam.. hanya air matanya yang keluar deras mengalir..
Dia lalu berdiri di depan Tae Young, lalu duduk dan memeluk perempuan itu yang badannya sudah penuh darah.
”Min.. Ho..,” Tae Young masih sempat tersenyum dalam kesakitannya
Minho berurai air mata,” bertahanlah, Tae Young... aku akan membawa mu ke tabib”
Tae Young hanya tersenyum, dia mengangkat tangan kirinya.. ternyata gelang dari akar rumput keras yang dibuat Minho masih dipakainya
”Oh..,” Minho mencium tangan itu, air matanya masih berurai saja.
”Aku pergi, Min.. Ho.. ,” senyum Tae Young, senyumnya begitu pahit. Nafasnya pendek... pelan..dingin.. lalu berhenti...
Minho sedih, dia mengguncang-guncang tubuh Tae Young yang sudah tiada
”TAE YOUNGGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!,” dia berteriak kencang sekali dengan penuh air mata. Suaranya bergema di halaman besar rumah Ryung Jun Ho itu. Badan Minho penuh dengan darah Tae Young. Air matanya jatuh di atas wajah perempuan itu... dia menangis meraung-raung sambil memeluk mayat Tae Young yang sudah dingin... tiada lagi keluarga Ryung yang bertahan hidup.. semuanya habis...

Minho masih memandang bulan purnama di atas langit Hanyang. Air matanya jatuh.. dia hanya bisa mengingat peristiwa itu...
Tae Young.. kamu yang sekarang ...kembali dalam diri  Takako”
Lalu dibalik air matanya yang mengalir itu, Minho tersenyum.. dilangit... di bulan purnama itu seperti ada wajah Tae Young... yang kemudian terlihat oleh Minho berganti menjadi wajah Takako ... yang sekarang berganti nama menjadi Tae Young..
Minho pun masih memandang bulan purnama itu... sambil tersenyum.. menikmati malam sendirian...


Bersambung ke part 9....