Ribut sekali suasana jalan itu, sangat
padat.. ramai banyak orang lalu lalang.. sepertinya memang jalan bazaar murah
di kota kecil itu.
Seorang perempuan asia tenggara sangat bingung
dengan situasi itu, dia tidak mengerti mereka berbicara apa.
“aduh.. aku benar benar salah... Sang
Min.. aku minta maaf...dan.. sekarang.. aku lagi dimana???,” kata hatinya
Fitri.
“excuse me.. can you help me?? Where is
the loyal og apartment??,” tanya dia pada seorang ibu yang kebetulan lewat
berpapasan dengannya, bertanya dalam bahasa inggris.
Ibu itu aneh melihat tampilannya Fitri yang
memakai dress/gamis panjang dan jilbab lebar. Dia lalu menggerak gerakkan
tangannya, tidak peduli, tidak mengerti dan tidak mau tahu dimana letak
apartment itu, lalu meninggalkan Fitri yang kebingungan.
“ya Tuhan... bagaimana ini??? Aku sudah
tidak tahu jalan pulang... aku gak tahu kota ini.. tolong aku,” dia begitu
panik dan cemas. Karena pertengkarannya dengan Sang Min, dia malah nekat kabur.
Sang Min tidak bisa mencarinya karena dia
malah sengaja meninggalkan Hp nya di apartment mereka sendiri.
“Sang Min, mian haeyo... Naega.. jalmos haess-eo (Sang Min.. aku minta maaf..
aku salah-red),”
Fitri panik sendiri dengan suasana kota itu. Pernikahannya dengan Gim Sang Min memang masih terbilang muda, baru tiga bulan dan dia sangat jarang jalan jalan di seputar kota itu karena Sang Min sibuk usaha dan kerja. Mereka hanya jalan kalau misalnya ingin berbelanja dan pasti Sang Min membawa mobilnya menemani isterinya itu sampai selesai belanja.
Fitri panik sendiri dengan suasana kota itu. Pernikahannya dengan Gim Sang Min memang masih terbilang muda, baru tiga bulan dan dia sangat jarang jalan jalan di seputar kota itu karena Sang Min sibuk usaha dan kerja. Mereka hanya jalan kalau misalnya ingin berbelanja dan pasti Sang Min membawa mobilnya menemani isterinya itu sampai selesai belanja.
“aku benar benar bodoh... gak nurut dengan
suamiku yang baik sekali..,” dia mulai berjalan tak tentu arah diantara
kerumunan banyak orang dan air matanya mulai mengalir... tidak tahu jalan
pulang.
“apa.. Sang Min akan mencari ku??,”
harapnya lagi.. dia masih saja terus berjalan.
Akhirnya tangisnya pecah juga diantara
kerumunan.
“modeun
salam....jebal dowa jusil geojyo!!,” Fitri teriak minta tolong... dia
enggak tahu harus kemana
Dia terus jalan sambil menangis...
Lalu... ada seorang polisi menyapanya
dengan bahasa korea ...dia belum mengerti benar.. bingung lagi...dia cuma bisa
menangis tersedu sedu, mengeluh tersasar.. karena polisi itu bingung, lalu
diajaknya dia ke kantor..
Akhirnya..dia pun ke kantor polisi dan
bercerita dengan cara menulis dalam bahasa inggris.. kalau dia tersasar dan dia
tidak tahu dimana alamat apartment suaminya.
Ternyata setelah ber jam jam dia tersasar,
polisi pun sempat bingung dengan bahasa nya, akhirnya tahu dimana daerah itu..
“suamimu akan segera kesini, Nyonya,” kata
polisi itu
Fitri agak sedikit lega juga.. dia sudah
sangat pusing, panik, sedih..gak karuan.. dia cuma bisa berharap suaminya akan
menjemputnya.
Sekitar 1 jam kemudian..dia melihat Sang
Min masuk ke ruangan tempat dia istirahat.
Sang Min senyum melihat wajah isterinya.
Dia lalu bicara dengan polisi dan
mengeluarkan dokumen kependudukan isterinya..
Hampir 30 menit mereka bicara, sampai
akhirnya, Sang Min benar benar di hadapan Fitri..
Fitri langsung menangis, memeluk suaminya
itu..
“aku minta maaf,” katanya tersedu sedu.
Sang Min hanya senyum. Dia lelaki yang
sangat tampan untuk ukuran seorang asia timur. Tinggi, putih, baju layaknya
seperti anak muda korea pada umumnya.. bergaya modern dengan aksesoris anak
muda.
“sudahlah.. aku faham..,” katanya sambil
senyum pada Fitri
“aku sudah berdosa.. harusnya aku enggak
main kabur,” balas Fitri
“tidak baik menangis disini loh... kita
pulang saja.. berapa jam kamu tersasar?? Aku cari cari juga... tapi kamu
meninggalkan Hp mu sendiri di ruangan.. jadi.. aku juga kebingungan, sayang,”
balas Sang Min.
Polisi perempuan yang melihat mereka
senyum saja.
Sang Min lalu berbicara pada polwan itu
dengan bahasa mereka, dan berterima kasih mau menerima isterinya yang tersasar.
Dia melihat Fitri masih sedikit menangis
dan juga syok karena tersasar di tempat yang dia belum tahu.
Sang Min lalu merangkulnya, dia kembali
mengucapkan terima kasih kepada para polisi yang sedang bertugas dan mereka pun
pulang.
Ketika di jalan.. Fitri tidak minta duduk
di depan, tapi di belakang, dia merasa sangat malu dengan tingkahnya yang
seperti anak kecil, kabur ngambek karena keinginannya tidak dituruti.
Sang Min tidak marah, dia hanya diam saja
karena menyetir.
Lalu mereka sampai dan masuk ruangan
apartment.
Fitri duduk, Sang Min menghampirinya dan
duduk di sebelahnya.
“I am sorry,” kata Fitri. Dia lalu memeluk
suaminya.
Sang Min membalas pelukannya, mengelus
elus rambut isterinya,”you are older than me... but i wonder why suddenly you
were getting mad at me and left this apartment in anger,”
Fitri memang lebih tua dari Sang Min,
suaminya itu dan dia hari itu marah padanya karena keinginannya untuk jalan
keluar tidak dituruti karena kebetulan memang dia sedang sibuk mengerjakan
rencana proyek dan Fitri sedang sensitif.
“would you forgive me??”, kata Fitri lagi
“sure..,” balas Sang Min
Fitri lalu melepas pelukan suaminya.
Memandang lelaki itu dengan lembut,”how lucky i am to have you, dear Sang Min”
Sang Min tertawa lalu menyentil kuping
isterinya,”naughty Fitri, hahaha”
“why are you so upset for today?? Doesnt
satisfy yet to this life??,” lanjutnya lagi
Sang Min berfikir mungkin Fitri sedang
marah sama dirinya dan tidak puas dengan kehidupan rumahtangga mereka yang
baru.
Sang Min seorang muallaf, dia baru saja
masuk islam satu tahun yang lalu. Saat ada pertemuan keilmuan tentang
entepreneurship, Sang Min melihat Fitri yang bagian dari event organiser acara
itu. Dia melihat perempuan itu cantik, baik, sopan, tertutup, tapi juga pintar.
Lalu lama kelamaan dia tertarik, meminta email dan kontak Fitri dari E.O
tempatnya bekerja dan saling komunikasi.
Awalnya Fitri agak menjaga jarak darinya
walau tetap ramah dan terkesan biasa saja. Sang Min bilang, dia sering ke
Indonesia untuk urusan usaha kosmetiknya yang mau dia kembangkan. Lama
kelamaan, mereka jadi akrab tapi orangtua Fitri tidak setuju karena beda agama.
Lantas mereka sempat tidak lagi komunikasi sampai akhirnya, Sang Min mencoba
menghubunginya lagi.
“I am interested in you and what you
believe in,” katanya suatu hari pada Fitri
Agak heran juga Fitri mendengar hal itu.
Rasanya seorang Sang Min tidak mungkin tertarik pada agamanya, yang dianggap
banyak orang termasuk agama kolot dan bahkan agama teroris, apalagi dengan
banyaknya kejadian di beberapa belahan dunia.
“Really?? Memang..tidak ada paksaan untuk
memasuki agama ku..tetapi..jika sudah benar benar yakin.. segalanya ada
konsekuensinya,” balas Fitri
“aku akan berusaha belajar,” kata Sang Min
“kamu tidak dapat sembarangan minum,
setiap hari harus beribadah, saat tertentu tidak makan..fasting dan kamu juga
tidak boleh makan beberapa makanan yang ada di Kitab”, lanjut Fitri
lagi,”dan..kemungkinan..jika kamu tidak tahan..akan sangat membebani hidupmu”
“aku akan belajar,” balas Sang Min.
Fitri tidak bisa menolak, karena pada
dasarnya memang tidak boleh menolak permintaan seseorang jika memang itu baik.
Lantas selama hampir satu tahun pun, dia sibuk mencari cari informasi
pengajaran tentang islam kepada Sang Min.
Dia tidak memaksa cowok itu harus
melakukan ini, itu yang dia belum sanggup, sampai akhirnya dia mau sendiri,
dengan kesadarannya sendiri...dan memutuskan untuk pindah keyakinan.
Beruntung sekali keluarga Sang Min bukan
keluarga kolot yang semua harus disetir, walau beberapa tradisi di keluarga
masih sangat dijunjung. Fitri mengarahkannya untuk tetap menghormati orangtua,
memberikannya contoh contoh banyak sekali muallaf yang tetap menghormati
orangtuanya walau berbeda keyakinan.
Pengajaran simple, mudah dan juga banyak
kebaikannya membuat Sang Min semakin yakin dan dia pun mengatakan pada orangtua
Fitri untuk berani menikahi dia.
Saat menikah, Sang Min sebenarnya agak
kaget juga, ternyata Fitri seorang yang agak manja. Bagi Sang Min, itu tidak
masalah, karena ternyata walau begitu, sifatnya tidak banyak berubah.
Hari itu..dia marah karena kebutuhan
harian sudah habis dan khawatir tidak ada, sehingga meminta tolong suaminya
mengantarkannya, tapi tidak bisa. Dia pun nekat sampai mereka saling bertemu
lagi.
“you know, Sang Min Nampyeon... i just
wonder you are so modern but you are so nice to me and my family...and i also
love your mother..she’s nice”, kata Fitri
Sang Min malah terkekeh sendiri pada
isterinya,”you are also nice..indeed..perhaps.. we will always be”
“you havent prayed yet?? Nah...go..,” Sang
Min mendorong dorongnya ke kamar mandi.
Fitri mencubit pinggang suaminya,”serve
you right, dear,hahahaha”
“but then... you are not angry with me,
right??,” lanjut Fitri lagi
Sang Min menggeleng,”no.. I was wrong to
ignore you... after this.. we will go to scholar and go shopping”
Mereka pun datang ke rumah ibu Sang Min.
“perhaps.. you both will have baby soon..
Eomma will be very glad..as Sang Min is the only one i have”, kata ibunya Sang
Min, cerita kalau anaknya itu hanya anak satu satunya.
Fitri memeluk mertuanya itu,”we are
trying”
“Eomma will come also to that teaching,”
kata Sang Min. Ibunya ingin hadir ke pengajaran agama oleh guru mereka
Fitri senang sekali.
Mereka pun datang ke tempat pengajaran, di
sebelah masjid yang kubahnya berwarna biru, dekat sebuah bukit dan berudara
sangat segar.
Guru mereka sangat senang, membiarkan ibu
Sang Min hadir, dan malah sang Ibu curhat kepada guru itu, sampai puas dan
mendapatkan banyak jawaban.
Sang Min berdandan modern sekali. Pakai
jeans dan jaket jeans, lalu tidak lupa gelang prayer beads yang dia gulung
ditangan kanan, jam tangan model keren, siap mengajak Fitri jalan jalan.
“Tapi Sang Min.. Nampyeon.. kepalaku
sakit,” kata Fitri.
“kenapa??,” Sang Min heran.
Fitri menggeleng,”tidak tahu,”
jawabnya,”aku tidur saja”
“tidak jadi shopping kalau begitu??,”
balas Sang Min.
Fitri mengangguk.
Hari hari berikutnya, dia juga malas
melakukan apa apa, cuma duduk, diam kepala pusing, lemas.
Tentu saja membuat Sang Min bingung..
Tapi dia malah bilang pada Fitri,”wish..we
will have a baby soon”
Lalu dia menelepon ibunya sendiri,
berbicara dengan bahasa mereka.
Ibunya pun datang dengan membawa alat
test.
“waaahhh... Hananim Gambsahabnida!!,” Sang Min teriak bersyukur dan dia memeluk
Fitri
“ya.. we will have a nice baby soon,”
jawab Fitri
Sang Min, Fitri dan Ibu mertua sangat
bahagia.
Lalu... ada banyak seperti guratan guratan
cahaya.. dan.. akupun bangun... ternyata.. hanya sebuah mimpi! Kulihat.. jam
menunjukkan pukul 1.30 dini hari... sekali lagi.. semua itu hanya mimpi,
hahahahahaha!!
======================= The
End===============================