This is me....

Rabu, Februari 12, 2014

I Wish (Hanya Mimpi-Tamat)

Ribut sekali suasana jalan itu, sangat padat.. ramai banyak orang lalu lalang.. sepertinya memang jalan bazaar murah di kota kecil itu.
Seorang perempuan asia tenggara sangat bingung dengan situasi itu, dia tidak mengerti mereka berbicara apa.
“aduh.. aku benar benar salah... Sang Min.. aku minta maaf...dan.. sekarang.. aku lagi dimana???,” kata hatinya Fitri.
“excuse me.. can you help me?? Where is the loyal og apartment??,” tanya dia pada seorang ibu yang kebetulan lewat berpapasan dengannya, bertanya dalam bahasa inggris.
Ibu itu aneh melihat tampilannya Fitri yang memakai dress/gamis panjang dan jilbab lebar. Dia lalu menggerak gerakkan tangannya, tidak peduli, tidak mengerti dan tidak mau tahu dimana letak apartment itu, lalu meninggalkan Fitri yang kebingungan.
“ya Tuhan... bagaimana ini??? Aku sudah tidak tahu jalan pulang... aku gak tahu kota ini.. tolong aku,” dia begitu panik dan cemas. Karena pertengkarannya dengan Sang Min, dia malah nekat kabur.
Sang Min tidak bisa mencarinya karena dia malah sengaja meninggalkan Hp nya di apartment mereka sendiri.
“Sang Min, mian haeyo... Naega.. jalmos haess-eo (Sang Min.. aku minta maaf.. aku salah-red),”
Fitri panik sendiri dengan suasana kota itu. Pernikahannya dengan Gim Sang Min memang masih terbilang muda, baru tiga bulan dan dia sangat jarang jalan jalan di seputar kota itu karena Sang Min sibuk usaha dan kerja. Mereka hanya jalan kalau misalnya ingin berbelanja dan pasti Sang Min membawa mobilnya menemani isterinya itu sampai selesai belanja.
“aku benar benar bodoh... gak nurut dengan suamiku yang baik sekali..,” dia mulai berjalan tak tentu arah diantara kerumunan banyak orang dan air matanya mulai mengalir... tidak tahu jalan pulang.
“apa.. Sang Min akan mencari ku??,” harapnya lagi.. dia masih saja terus berjalan.
Akhirnya tangisnya pecah juga diantara kerumunan.
modeun salam....jebal dowa jusil geojyo!!,” Fitri teriak minta tolong... dia enggak tahu harus kemana

Dia terus jalan sambil menangis...
Lalu... ada seorang polisi menyapanya dengan bahasa korea ...dia belum mengerti benar.. bingung lagi...dia cuma bisa menangis tersedu sedu, mengeluh tersasar.. karena polisi itu bingung, lalu diajaknya dia ke kantor..
Akhirnya..dia pun ke kantor polisi dan bercerita dengan cara menulis dalam bahasa inggris.. kalau dia tersasar dan dia tidak tahu dimana alamat apartment suaminya.
Ternyata setelah ber jam jam dia tersasar, polisi pun sempat bingung dengan bahasa nya, akhirnya tahu dimana daerah itu..
“suamimu akan segera kesini, Nyonya,” kata polisi itu
Fitri agak sedikit lega juga.. dia sudah sangat pusing, panik, sedih..gak karuan.. dia cuma bisa berharap suaminya akan menjemputnya.
Sekitar 1 jam kemudian..dia melihat Sang Min masuk ke ruangan tempat dia istirahat.

Sang Min senyum melihat wajah isterinya.
Dia lalu bicara dengan polisi dan mengeluarkan dokumen kependudukan isterinya..
Hampir 30 menit mereka bicara, sampai akhirnya, Sang Min benar benar di hadapan Fitri..
Fitri langsung menangis, memeluk suaminya itu..
“aku minta maaf,” katanya tersedu sedu.
Sang Min hanya senyum. Dia lelaki yang sangat tampan untuk ukuran seorang asia timur. Tinggi, putih, baju layaknya seperti anak muda korea pada umumnya.. bergaya modern dengan aksesoris anak muda.
“sudahlah.. aku faham..,” katanya sambil senyum pada Fitri
“aku sudah berdosa.. harusnya aku enggak main kabur,” balas Fitri
“tidak baik menangis disini loh... kita pulang saja.. berapa jam kamu tersasar?? Aku cari cari juga... tapi kamu meninggalkan Hp mu sendiri di ruangan.. jadi.. aku juga kebingungan, sayang,” balas Sang Min.
Polisi perempuan yang melihat mereka senyum saja.
Sang Min lalu berbicara pada polwan itu dengan bahasa mereka, dan berterima kasih mau menerima isterinya yang tersasar.
Dia melihat Fitri masih sedikit menangis dan juga syok karena tersasar di tempat yang dia belum tahu.
Sang Min lalu merangkulnya, dia kembali mengucapkan terima kasih kepada para polisi yang sedang bertugas dan mereka pun pulang.

Ketika di jalan.. Fitri tidak minta duduk di depan, tapi di belakang, dia merasa sangat malu dengan tingkahnya yang seperti anak kecil, kabur ngambek karena keinginannya tidak dituruti.
Sang Min tidak marah, dia hanya diam saja karena menyetir.
Lalu mereka sampai dan masuk ruangan apartment.
Fitri duduk, Sang Min menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
“I am sorry,” kata Fitri. Dia lalu memeluk suaminya.
Sang Min membalas pelukannya, mengelus elus rambut isterinya,”you are older than me... but i wonder why suddenly you were getting mad at me and left this apartment in anger,”
Fitri memang lebih tua dari Sang Min, suaminya itu dan dia hari itu marah padanya karena keinginannya untuk jalan keluar tidak dituruti karena kebetulan memang dia sedang sibuk mengerjakan rencana proyek dan Fitri sedang sensitif.
“would you forgive me??”, kata Fitri lagi
“sure..,” balas Sang Min
Fitri lalu melepas pelukan suaminya. Memandang lelaki itu dengan lembut,”how lucky i am to have you, dear Sang Min”
Sang Min tertawa lalu menyentil kuping isterinya,”naughty Fitri, hahaha”
“why are you so upset for today?? Doesnt satisfy yet to this life??,” lanjutnya lagi
Sang Min berfikir mungkin Fitri sedang marah sama dirinya dan tidak puas dengan kehidupan rumahtangga mereka yang baru.

Sang Min seorang muallaf, dia baru saja masuk islam satu tahun yang lalu. Saat ada pertemuan keilmuan tentang entepreneurship, Sang Min melihat Fitri yang bagian dari event organiser acara itu. Dia melihat perempuan itu cantik, baik, sopan, tertutup, tapi juga pintar. Lalu lama kelamaan dia tertarik, meminta email dan kontak Fitri dari E.O tempatnya bekerja dan saling komunikasi.
Awalnya Fitri agak menjaga jarak darinya walau tetap ramah dan terkesan biasa saja. Sang Min bilang, dia sering ke Indonesia untuk urusan usaha kosmetiknya yang mau dia kembangkan. Lama kelamaan, mereka jadi akrab tapi orangtua Fitri tidak setuju karena beda agama. Lantas mereka sempat tidak lagi komunikasi sampai akhirnya, Sang Min mencoba menghubunginya lagi.
“I am interested in you and what you believe in,” katanya suatu hari pada Fitri
Agak heran juga Fitri mendengar hal itu. Rasanya seorang Sang Min tidak mungkin tertarik pada agamanya, yang dianggap banyak orang termasuk agama kolot dan bahkan agama teroris, apalagi dengan banyaknya kejadian di beberapa belahan dunia.
“Really?? Memang..tidak ada paksaan untuk memasuki agama ku..tetapi..jika sudah benar benar yakin.. segalanya ada konsekuensinya,” balas Fitri
“aku akan berusaha belajar,” kata Sang Min
“kamu tidak dapat sembarangan minum, setiap hari harus beribadah, saat tertentu tidak makan..fasting dan kamu juga tidak boleh makan beberapa makanan yang ada di Kitab”, lanjut Fitri lagi,”dan..kemungkinan..jika kamu tidak tahan..akan sangat membebani hidupmu”
“aku akan belajar,” balas Sang Min.
Fitri tidak bisa menolak, karena pada dasarnya memang tidak boleh menolak permintaan seseorang jika memang itu baik. Lantas selama hampir satu tahun pun, dia sibuk mencari cari informasi pengajaran tentang islam kepada Sang Min.
Dia tidak memaksa cowok itu harus melakukan ini, itu yang dia belum sanggup, sampai akhirnya dia mau sendiri, dengan kesadarannya sendiri...dan memutuskan untuk pindah keyakinan.
Beruntung sekali keluarga Sang Min bukan keluarga kolot yang semua harus disetir, walau beberapa tradisi di keluarga masih sangat dijunjung. Fitri mengarahkannya untuk tetap menghormati orangtua, memberikannya contoh contoh banyak sekali muallaf yang tetap menghormati orangtuanya walau berbeda keyakinan.
Pengajaran simple, mudah dan juga banyak kebaikannya membuat Sang Min semakin yakin dan dia pun mengatakan pada orangtua Fitri untuk berani menikahi dia.

Saat menikah, Sang Min sebenarnya agak kaget juga, ternyata Fitri seorang yang agak manja. Bagi Sang Min, itu tidak masalah, karena ternyata walau begitu, sifatnya tidak banyak berubah.
Hari itu..dia marah karena kebutuhan harian sudah habis dan khawatir tidak ada, sehingga meminta tolong suaminya mengantarkannya, tapi tidak bisa. Dia pun nekat sampai mereka saling bertemu lagi.
“you know, Sang Min Nampyeon... i just wonder you are so modern but you are so nice to me and my family...and i also love your mother..she’s nice”, kata Fitri
Sang Min malah terkekeh sendiri pada isterinya,”you are also nice..indeed..perhaps.. we will always be”
“you havent prayed yet?? Nah...go..,” Sang Min mendorong dorongnya ke kamar mandi.
Fitri mencubit pinggang suaminya,”serve you right, dear,hahahaha”
“but then... you are not angry with me, right??,” lanjut Fitri lagi
Sang Min menggeleng,”no.. I was wrong to ignore you... after this.. we will go to scholar and go shopping”

Mereka pun datang ke rumah ibu Sang Min.
“perhaps.. you both will have baby soon.. Eomma will be very glad..as Sang Min is the only one i have”, kata ibunya Sang Min, cerita kalau anaknya itu hanya anak satu satunya.
Fitri memeluk mertuanya itu,”we are trying”
“Eomma will come also to that teaching,” kata Sang Min. Ibunya ingin hadir ke pengajaran agama oleh guru mereka
Fitri senang sekali.
Mereka pun datang ke tempat pengajaran, di sebelah masjid yang kubahnya berwarna biru, dekat sebuah bukit dan berudara sangat segar.
Guru mereka sangat senang, membiarkan ibu Sang Min hadir, dan malah sang Ibu curhat kepada guru itu, sampai puas dan mendapatkan banyak jawaban.

Sang Min berdandan modern sekali. Pakai jeans dan jaket jeans, lalu tidak lupa gelang prayer beads yang dia gulung ditangan kanan, jam tangan model keren, siap mengajak Fitri jalan jalan.
“Tapi Sang Min.. Nampyeon.. kepalaku sakit,” kata Fitri.
“kenapa??,” Sang Min heran.
Fitri menggeleng,”tidak tahu,” jawabnya,”aku tidur saja”
“tidak jadi shopping kalau begitu??,” balas Sang Min.
Fitri mengangguk.
Hari hari berikutnya, dia juga malas melakukan apa apa, cuma duduk, diam kepala pusing, lemas.
Tentu saja membuat Sang Min bingung..
Tapi dia malah bilang pada Fitri,”wish..we will have a baby soon”
Lalu dia menelepon ibunya sendiri, berbicara dengan bahasa mereka.
Ibunya pun datang dengan membawa alat test.
“waaahhh... Hananim Gambsahabnida!!,” Sang Min teriak bersyukur dan dia memeluk Fitri
“ya.. we will have a nice baby soon,” jawab Fitri
Sang Min, Fitri dan Ibu mertua sangat bahagia.

Lalu... ada banyak seperti guratan guratan cahaya.. dan.. akupun bangun... ternyata.. hanya sebuah mimpi! Kulihat.. jam menunjukkan pukul 1.30 dini hari... sekali lagi.. semua itu hanya mimpi, hahahahahaha!!

======================= The End===============================