Lee Minho as Minho as Kwon Dae Won
Ini hanya cerita imajinasi saja... tidak usah
dimasukkan ke hati banget...
Park Seo Hyeon dilarikan ke rumah sakit.
Dia sudah sadar, tetapi badannya sangat lemas sekali dan kedua orangtuanya
membawa ke rumah sakit.
Di dalam ruangan berukuran 4x4 meter
persegi itu, dia terbaring lemah. Young Hee, sahabat karibnya beserta
orangtuanya masih ada di ruangan itu, duduk disamping tempat tidurnya.
“Eomma..
Appa.. aku sakit apa??,” kata Seo Hyeon kepada kedua orangtuanya dengan
suara lemah.
Park Kwang Min senyum kepada anak
satu-satunya itu, dia katakan kalau Seo Hyeon akan baik-baik saja, hanya
kelelahan saja. Goo Yumi sedih, anaknya terbaring begitu lemahnya. Mereka
memang belum mendapatkan hasil dari pemeriksaan darah pada anak mereka.
Young Hee senyum pada Seo Hyeon.
“eh.. kamu tahu tidak.. tadi itu kamu
ditolong Oppa Minho loh... waktu kamu gak sadar”
Seo Hyeon seperti masih setengah sadar,
dia diam saja.
Young Hee lalu memberinya sebuah boneka
beruang kecil berwarna coklat muda.
“Ini juga dari Oppa Minho... kamu banyak
bikin iri para fans Oppa loh,”
Seo Hyeon tampaknya tidak terlalu senang
walau dia mendapatkan boneka beruang coklat kecil yang manis itu. Dia memikirkan
kesehatannya, tubuhnya lemas sekali seperti tidak ada tenaganya. Bahkan dia
tidak sanggup menggerakkan tangannya sama sekali.
Young Hee meletakkan boneka beruang itu di
samping tubuh Seo Hyeon dan tersenyum padanya.
Setelah itu, dokter pun datang, menyapa
Park dan Goo. Lalu meminta mereka bertemu di ruangan khusus untuk berbicara
masalah penyakit anak mereka.
“Eomma dan Appa.. bertemu dokter dulu
sebentar... nanti kami kembali,” ujar Goo dengan suara yang lembut, nada
suaranya masih terdengar sedih walau dia mencoba tersenyum di depan anaknya
sendiri, sambil mengelus rambut Seo Hyeon yang sebahu.
“Tante titip sebentar Seo Hyeon.. nanti
kami kembali,” kata Goo pada Young Hee.
Young Hee mengangguk mantap.
Park dan Goo lalu pergi bersama dokter, ke
ruangan khusus.
..............................
Di ruangan dokter...
“Kami sudah memeriksa darah... tetapi..
ini baru dugaan..,” kata dokter Myung, memulai pembicaraan dengan tenang.
Park dan Goo harap-harap cemas. Mereka
tidak ingin anak satu-satunya itu sakit parah.
“sebenarnya.. ada apa dengan anak kami,
dokter Myung?,” tanya Park. Wajahnya memang sedih.
“Kami harus memeriksa dulu.. membiopsi..
mengambil sedikit sampel darah pada sum-sum tulang belakangnya.. untuk
sementara.. ini adalah diagnosa sementara,” jawab Myung.
“dugaan kami...dari hasil pemeriksaan
darah awal... Seo Hyeon.. menderita Leukemia..”
“kanker darah...”
Park dan Goo termenung... lalu Goo
menangis di depan suami dan dokter Myung. Dia memeluk suaminya.
“kenapa harus Seo Hyeon, Nampyeon (suami)?? Kenapa??”
Park juga terguncang.. tetapi, dia
berusaha menahan air matanya dan menenangkan isterinya yang menangis.
Myung diam. Tidak ingin menambah
pembicaraannya sebelum kedua orangtua Seo Hyeon itu tenang.
Goo terus menangis, dengan sabar, Myung
menunggu, agar dia bisa menjelaskan lebih lanjut lagi, apa yang harus dilakukan
oleh mereka dan tim medis.
Park berusaha menenangkan isterinya, agar
mereka bisa mendengar dengan jelas dan bisa memberikan pengobatan terbaik pada
anak tunggalnya.
“Lalu.. kenapa semua itu bisa terjadi, Uisa (dokter) Myung??,” tanya Park.
Suaranya serak, menahan tangis dan air mata.
“perlu pemeriksaan darah yang lengkap
supaya diketahui penyebabnya, karena banyak sekali yang membuat Seo Hyeon
terkena sakit ini... secara gejala, semua masuk ke dalam kategori ini... kami
turut bersedih, Park-ssi”, balas
Myung sang dokter.
Park meminta Myung menjelaskan, kenapa
semua itu terjadi pada anaknya.
Myung lalu menjelaskan, jika kanker darah
memang ada banyak jenisnya, mulai dari Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) yang
bisa juga terjadi pada anak seumuran Seo Hyeon yang baru 16 tahun, atau Chronic
Myelogenous Leukemia yang mirip sekali dengan Acute Myeloid Leukemia (AML)
dengan berbagai tipe pula yang berhubungan dengan kromosom-bagian penting
penentuan genetika dan penyakit. Park dan Goo tidak tahu mesti berbuat apa.
Rasanya sedih mereka bertambah ketika mendengar kata kanker darah.
“gejala fisik semuanya hampir sama.. dan
mohon maaf...itu terjadi pada Seo Hyeon..,” lanjut Myung.
Goo menangis. Park semakin sedih saja,
tapi dia coba menahan air matanya, menguatkan isterinya kalau anak mereka akan
baik-baik saja.
Myung juga memberikan keterangan hasil
test darah yang menunjukkan kalau jumlah sel darah merah dan darah putih Seo
Hyeon sangat jauh dari perkiraan normal yang ada/abnormal. Dia memberikan
semangat kepada mereka berdua, kalau hal ini dapat berpeluang disembuhkan
dengan perawatan yang cepat dan tidak menunggu waktu. Dalam waktu 3 hari ke depan,
Myung dan dokter hematolog (ahli darah)
akan membantu Seo Hyeon untuk pemeriksaan Bone
marrow (sum sum tulang belakang) supaya penyebab pastinya akan jelas,
perawatan intensif akan lebih cepat.
“Seo Hyeon sendiri menjadi relawan untuk
penderita kanker pada anak-anak, uisa Myung...
aku tidak dapat membayangkan.. bagaimana dia akan terpukul..,” keluh Park.
Myung sekali lagi membesarkan hati mereka
berdua, jika pengobatan dilakukan dengan cermat, tepat dan cepat, harapan hidup
bisa sampai lebih dari 75%. Park dan Goo sepakat bahwa Seo Hyeon akan melakukan
pemeriksaan bone marrow dalam tiga hari kedepan. Mereka berjalan dengan lesu,
keluar dari ruangan dokter Myung.
................................
“kamu tidak boleh memberitahu dia soal
ini... biarkan dia tahu sendiri nanti dari uisa Myung,” kata Park kepada
isterinya.
Dia tahu, Goo sangat akrab dengan anaknya
dan mampu masuk ke dalam kehidupan anak tunggal mereka. Park sangat
menyayangkan dan menyesali berita buruk sakit leukemia ini. Bagaimana tidak??
Dia menikah dua kali dengan harapan agar bisa kelak mendapatkan anak, tetapi...
ketika Seo Hyeon besar, cantik, lincah, ceria dan suka sekali membantu orang...
dia malah mendapat kabar anaknya terkena penyakit yang sama dengan orang-orang
yang dia bantu menceriakan mereka. Park terpukul. Hanya saja, dia tidak ingin
rasa terpukulnya itu diketahui oleh anaknya ketika mereka masuk ruangan. Walau
vonis terhadap Leukemia itu baru bisa diketahui maksimal minggu depan karena
tiga hari kemudian baru mengambil uji baru lagi, tetap saja, pemberitahuan itu
serasa kiamat bagi dirinya. Dia berusaha tabah.
“hapus dulu wajah sedihmu,” kata Park
dihadapan isterinya, sebelum mereka masuk ruangan rawat inap.
Goo mengeluarkan sapu tangan dari saku
bajunya, lalu menghapus air diujung matanya.
“aku tidak bisa menahan kesedihan ini,
suamiku.. bagaimana nanti kalau dia tahu???”
Park memeluk isterinya.
“jangan sampai dia tahu.. kita harus tegar
di hadapannya...”
Goo masih terisak pelan. Dia juga tidak
ingin suara isakannya didengar anaknya dari dalam ruangan.
“sudahlah.. kamu yang lebih ngerti tentang
Seo Hyeon,” kata Park lagi.
Goo mengangguk dan mereka masuk ruangan.
Dilihat mereka, Young Hee teman Seo Hyeon
masih ada di dekat anak mereka. Park dan Goo menghampiri lalu duduk disamping
tempat tidur.
“aku.. sakit apa, eomma??,” tanya Seo
Hyeon pada Goo.
Goo tersenyum lalu dia genggam tangan
anaknya.
“dokter bilang.. kamu terlalu capek,
sayang.. ingat tidak... kalau hari sabtu kemarin.. sebelum kamu pergi ke
konsernya Oppa Minho... kamu sibuk adakah acara juga bersama teman-teman mu
itu.. para penderita kanker ...,”
Seo Hyeon mengangguk,”ya.. aku memang
lelah sekali, Eomma.. rasanya.. tanganku saja tidak sanggup aku gerakkan”
Park senyum, berwajah ceria di depan
anaknya. Dia memencet hidung anak tunggal tercintanya itu.
“Anak Appa
(ayah) ini terlalu baik.. sampai susah sekali pikirkan keadaan kesehatan
sendiri... jangan begitu lagi dong.. kami khawatir sekali”
Young Hee jadi menimpali mereka berdua,”
iya tuh, Samchon (paman)... Imo (bibi)... Seo Hyeo memang suka
begitu.. kemarin saja dia lupa makan.. “
“ya.. dokter juga bilang begitu, Young
Hee... kalau temanmu ini memang kurang makan!,” balas Park dengan wajah
cerianya.
Park mengatakan kalau Seo Hyeon memang
harus tinggal di Rumah Sakit dalam tiga hari ke depan, supaya ambil darah lagi.
Seo Hyeon heran, kenapa kalau lelah, dia sampai selama itu harus di rumah
sakit.
“kamu harus banyak istirahat, sayang...
kamu sadar tidak... kalau kamu dirumah... kamu juga sibuk sekali,” senyum Goo,
membujuk anaknya agar tetap sabar selama di rumahsakit.
Seo Hyeon seorang pelajar 16 tahun yang
sempurna. Walau parasnya biasa saja, tetapi hatinya sangat baik. Di sekolahnya,
dia dikenal sebagai anak yang ceria, suka berteman dengan siapa saja dari
sekolah itu dengan tidak pandang bulu soal pekerjaan orangtua mereka. Sementara
disana, banyak sekali kasus pelecehan misalnya hanya karena orangtua seorang
murid bukan dari golongan menengah atas, atau misalnya karena temannya itu
tidak cantik. Seo Hyeon mempercantik dirinya dengan kesupelannya dalam bergaul.
Sejak satu tahun yang lalu, dia
memberanikan dirinya menjadi seorang voluntir/relawan demi anak-anak yang
terkena kanker di kota Seoul. Baginya, anak-anak itu teman-temannya dan baik
Park atau Goo sangat mendukung kebaikan hati anak tunggal mereka. Setiap kali
ada acara amal atau sekedar menghibur mereka dengan kesukaan bernyanyi nya,
kedua orangtua nya senang sekali.
“aku merasa diriku menjadi orang yang
tidak berarti apa-apa ketika aku bersama mereka, Eomma... dan aku suka berteman
dengan mereka,” itu yang pernah dikatakan Seo Hyeon ketika memeluk ibunya, saat
sehabis pulang dari sebuah acara amal.
Goo rasanya sedih sekali, dia berbohong
pada anaknya sendiri, kalau penyakit Seo Hyeon hanya sekedar kelelahan. Jelas
bukan itu. Hampir semua gejala leukemia, misalnya lelah berkepanjangan, gusi
yang sering berdarah, lebam biru yang terkadar tidak jelas akibatnya bahkan
terantuk sedikit saja langsung lebam, sering demam tanpa sebab, anemia
(kekurangan darah merah) dan nafsu makan rendah.
“dokter menyuruhmu makan banyak....
makanmu sedikit sekali,” kata Park.
Seo Hyeon diam saja. Dia memang sudah
masuk pada fase kehilangan nafsu makan. Waktu itu, Goo hanya memberikannya
multivitamin karena memang tidak tahu, penyakit apa yang sedang dialami anaknya.
“aku janji, Appa.. Eomma.. sehabis keluar
dari rumahsakit.. aku akan makan banyak,” senyum Seo Hyeon.
“Ingat loh, Seo Hyeon... dua minggu
lagi... kita ada bazaar mainan buat mereka.. kamu harus sehat... mereka semua
mengandalkan mu banget,” kata Young Hee.
Seo Hyeon mengangguk mantap,”aku janji
kok.. aku pasti sehat... “
“terima kasih, Appa.. Eomma.. dan kamu,
Young Hee.. kamu memang best friend
ku”, katanya lagi dengan senyum.
........................................
Baik Park, Goo dan Young Hee sudah pulang.
Malam itu, Seo Hyeon sendirian saja di kamar inap rumah sakit itu. Dia lalu
memainkan smartphone nya, membuka jejaring sosial kesukaannya, Socialite. Dia
temukan sepertinya staff Minho menulis sebuah status tentang suksesnya konser
mereka dua hari yang lalu. Seo Hyeon senyum saja.
“aku senang banget bisa nyanyi bareng
Oppa.. impianku terwujud juga... itu paling bikin aku happy”, kata hatinya
senang.
Tak berapa lama, seseorang mengajaknya
chat.. ternyata dia adalah Kwon Dae Won, teman sesama Socialite.
“hi Seo Hyeon... apa kabarnya??,” ketik
Dae Won membuka pembicaraan.
Seo Hyeon mengetik kalau dia baik-baik
saja. Lantas Dae Won malah menyinggung soal dia pingsan ketika habis acara
konser selesai.
Seo Hyeon malah tertawa di depan smartphonenya
dan juga mengetik icon tertawa.
“aku kelelahan banget, Dae Won... aku jadi
merepotkan Oppa Minho,” keluh dan ketik Seo Hyeon pada cowok itu.
“memang... kamu seperti itu? kalau lelah
pingsan? ,” tanya dan ketik Dae Won.
“Ani
(tidak)... aku juga heran.. tapi memang akhir-akhir ini... kesehatanku menurun
sekali.. aku sangat mudah lelah, Dae Won,” balas Seo Hyeon.
Da Won disana menyemangati dia. Mengetik
banyak icon semangat yang lucu dan membuat Seo Hyeon tertawa. Mereka lalu
saling bercerita tentang kegiatan masing-masing.
“oh.... jadi kamu seorang pekerja
konstruksi bangunan... ,” ujar Seo Hyeon.
Dae Won menjawab dengan ya, lalu dia
cerita kalau masa SMA nya, dia tidak rajin sehingga hanya bisa jadi pekerja
kasar dan menyuruh Seo Hyeon sekolah dengan rajin. Seo Hyeon tertawa dengan
penjelasan dan ajakan Dae Won yang dinilainya polos.
“aku rajin kok... aku tidak bodoh banget,
hehe,”
“ya.. aku pasti tahu kamu begitu.. kamu,
sepertinya orang yang ceria sekali, Seo Hyeon,” ketik Dae Won.
“kemarin aku lihat kamu bernyanyi dengan
Minho.... pasti kamu bahagia sekali,” lanjutnya lagi.
“iya dong... akhirnya.. keinginanku
bernyanyi bersama Oppa kesampaian juga... tapi.. aku tidak melihatmu kemarin..
katanya kamu datang,” ketik Seo Hyeon.
Dae Won mengirimkan icon tertawa. Seperti
yang dia ceritakan lalu, kalau dia rasanya malu bertemu dengan cewek itu, tapi
dia memperhatikan.
“kamu aneh sekali, Dae Won... lagipula..
kita sesama fans nya Oppa Minho.. jadi aku pikir.. kita berteman... aku memang
tidak seperti fans Oppa yang lain.. aku tidak suka mencari musuh,” ketik Seo
Hyeon.
“itu bagus banget, Seo Hyeon...,” jawab
ketika Dae Won.
Mereka terus mengobrol tentang kegiatan
masing-masing. Sampai pada sebuah cerita, kalau Seo Hyeon suka sekali membantu
teman-teman penderita kanker. Dae Won alias Minho memuji kegiatannya, yang
masih muda sudah mau peduli dengan orang sakit. Seo Hyeon sama sekali tidak
tahu, kalau dia sedang asik chatting
dengan idolanya. Dia hanya tahu, nama cowok di jejaring sosial itu adalah Kwon
Dae Won.
“Jadi... kamu ini pemalu sekali ya, Dae
Won?? Bagaimana nanti kalau aku ajak kamu buat bantu aku bazaar???,” tawar Seo
Hyeon.
“aigoo.. gawat,” keluh hatinya Dae Won
alias Minho.
“sepertinya dia tipe cewek mudah akrab dan
masuk ke kehidupan orang,” lanjut Minho lagi dalam hatinya.
Lalu Minho berkilah,” eh ya... nanti ya..
kalau aku sedang kosong waktu... habisnya.. gimana ya.. aku kan cuma buruh
biasa saja, hehe”, ketiknya pada Seo Hyeon.
Seo Hyeon hanya mengetik icon tertawa.
“Membantu orang itu.. enggak peduli mau
kamu miskin atau kaya kok, Dae Won.. kamu pemalu sekali...,”
Lalu dia meminta Dae Won mengirimkan
fotonya.
“kamu curang sekali, Dae Won.. foto mu
Oppa Minho semua.. kamu cowok.. tapi pengagum Oppa sekali ya??”
Dae Won alias Minho bingung ditanya seperti
itu. Seo Hyeon membujuknya supaya dia mengirimkan fotonya.
“aku malu nih.. aku jelek,” kilah Dae Won
alias Minho.
Seo Hyeon tidak percaya itu. Dia membujuk
cowok itu supaya menampilkan fotonya. Katanya, Dae Won curang karena Seo Hyeon
sendiri membuat foto profile dari dirinya sendiri, bukan foto orang lain.
Minho tidak kehilangan akal. Dia minta
waktu sebentar. Ternyata dia memakai hoodie, lalu menggunakan kumis palsu yang
suka dia pakai kalau keluar rumah tanpa siapapun.
Ketika Seo Hyeon melihat, dia lalu
tertawa.
“Hei... kok.. aku lihat-lihat lagi lebih
dalam.. kamu mirip banget loh dengan Oppa Minho... hanya berkumis saja... kamu
cakep loh, hehe”, candanya pada Dae Won.
Dae Won alias Minho mengetik bercanda
juga.
“ah... masak sih?? Jelas saja aku kalah
sama Oppa.. apalah aku ini.. aku hanya tukang bangunan,”
“aku tidak suka itu, Dae Won.. kita ini
teman... kalau memang kamu baik.. pasti kamu punya banyak teman... semua fans
Oppa Minho temanku,” ketik Seo Hyeon.
Lalu dia meminta Dae Won alias Minho tetap
percaya diri dan semangat. Dia pun bertanya, dimana Dae Won tinggal. Minho
ngeles, kalau dia tinggal disebuah daerah kumuh, tapi Seo Hyeon menjawab
ketikannya dengan tidak mengapa dan dia baik-baik saja berteman dengan
siapapun.
Dae Won alias Minho gantian menyemangati
Seo Hyeon dengan sakitnya itu.
“ya... aku harus semangat, Dae Won... dua
minggu lagi.. aku mau adakan acara bazaar buat teman-teman penderita kanker”
Tiba-tiba, Dae Won alias Minho malah
mengetik,” kenapa kamu tidak usulkan saja pada Oppa.. tentang bazaar ini??”
Seo Hyeon kaget, apa bisa??? Nanti dia
malah di protest oleh fans Minho yang lain, yang lebih gila darinya.
Dae Won alias Minho tertawa, ternyata Seo
Hyeon punya perasaan takut juga diserbu oleh para fansdom dirinya.
“fansdom ada yang suka beramal juga loh...
ajukan saja.. siapa tahu.. nanti bisa,” ketik dan senyum Minho.
Seo Hyeon dengan semangat mengetik.
“baik... okay, Dae Won... ini ide bagus..
doakan aku sehat ya.. supaya aku bisa bujuk manajemen Oppa Minho.. doakan ya!”
Minho malah mengetik,” kamu pasti bisa!
Semangat”
Seo Hyeon mengirimkan icon semangat pada
Dae Won alias Minho.
“kamu temanku yang baik, Dae Won...
padahal.. kita belum ketemuan ya???,”
Minho dengan iseng sekali menjawab di
depan Hp nya tanpa diketik.
“padahal sudah... kamu kan... nyanyi
bersama ku, hihihi”
Dia cekikikan sendiri menghadapi fans nya
yang memang polos dan baik itu.
Lalu dia mengetik,” terima kasih, Seo
Hyeon.. kamu juga baik kok.. kalau Oppa tahu.. pasti dia senang punya fans
sepertimu”
Seo Hyeon malah tertawa,” aku berharap..
memang Oppa tah, hihihi... tapi.. aku ingin mengajak Oppa untuk beramal saja..
selebihnya.. aku enggak yakin.. aku bisa dekat dengan Oppa sebagai teman..
pasti dia sibuk”
Minho mengetik icon senyum pada Seo Hyeon,
sebelum akhirnya, dia mendengar suara panggilan dari smartphone nya yang satu
lagi.
“oh... ya.. okay.. tunggu aku 15 menit
lagi kamu baru kesini,” jawab Minho ditelepon. Ternyata, bodyguard nya akan datang menjemputnya untuk acara talkshow malam
itu.
Dia lalu pamit pada Seo Hyeon.
“boss ku memanggilku.. ada kayu yang
kurang bagus, hehe,” ketiknya pada Seo Hyeon.
“selamat berkerja ya, Dae Won.. semangat..
terima kasih mau chat denganku... dirumah sakit sendirian... malas sekali,”
jawab Seo Hyeon.
Dae Won alias Minho memberikan ucapan
semoga cepat sembuh pada Seo Hyeon.
“kamu baik, Dae Won... kamu teman yang
baik,” balas Seo Hyeon.
“good
night, Seo Hyeon.. lekas sehat,” ketik Minho.
“see
ya, Dae Won.. gomaseubnida,”
balas Seo Hyeon.
“Minho.. lekas turun... Ban-ssi sudah datang!,” teriak ibunya dari
lantai 1 rumah mereka.
Minho menutup jejaring sosialnya. Lalu
mengambil jaket, keluar kamar... dan pergi ke acara talkshow..
Sementara... Seo Hyeon masih membuka media
sosialnya dan dia mengetik di salah satu status Socialite Minho yang terakhir.
“dear
Oppa.. sebenarnya aku malu minta tolong pada Oppa.. tetapi.. ini adalah hasil
pemikiran ku dan seorang fans Oppa juga, Kwon Dae Won... aku terlibat dalam
kegiatan relawan untuk anak dengan penderita Leukemia.... Dae Won memberikan
ide kepada ku... bagaimana kalau aku menawarkan Oppa Minho untuk kegiatan amal
ini?? Berbagi dengan anak penderita kanker.. tapi.. aku bingung.. bagaimana
harus katakan pada Oppa... semoga, Oppa melihat ketikan dan keinginan ku ini
ya.. terima kasih.. Park Seo Hyeon”
Bersambung ke part 3....