This is me....

Sabtu, Mei 02, 2015

Wake Me Up When Autumn Ends (part 2: Dae Won Teman yang Baik)

Lee Minho as Minho as Kwon Dae Won

Ini hanya cerita imajinasi saja... tidak usah dimasukkan ke hati banget...

Park Seo Hyeon dilarikan ke rumah sakit. Dia sudah sadar, tetapi badannya sangat lemas sekali dan kedua orangtuanya membawa ke rumah sakit.
Di dalam ruangan berukuran 4x4 meter persegi itu, dia terbaring lemah. Young Hee, sahabat karibnya beserta orangtuanya masih ada di ruangan itu, duduk disamping tempat tidurnya.
Eomma.. Appa.. aku sakit apa??,” kata Seo Hyeon kepada kedua orangtuanya dengan suara lemah.
Park Kwang Min senyum kepada anak satu-satunya itu, dia katakan kalau Seo Hyeon akan baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Goo Yumi sedih, anaknya terbaring begitu lemahnya. Mereka memang belum mendapatkan hasil dari pemeriksaan darah pada anak mereka.


Young Hee senyum pada Seo Hyeon.
“eh.. kamu tahu tidak.. tadi itu kamu ditolong Oppa Minho loh... waktu kamu gak sadar”
Seo Hyeon seperti masih setengah sadar, dia diam saja.
Young Hee lalu memberinya sebuah boneka beruang kecil berwarna coklat muda.
“Ini juga dari Oppa Minho... kamu banyak bikin iri para fans Oppa loh,”
Seo Hyeon tampaknya tidak terlalu senang walau dia mendapatkan boneka beruang coklat kecil yang manis itu. Dia memikirkan kesehatannya, tubuhnya lemas sekali seperti tidak ada tenaganya. Bahkan dia tidak sanggup menggerakkan tangannya sama sekali.
Young Hee meletakkan boneka beruang itu di samping tubuh Seo Hyeon dan tersenyum padanya.

Setelah itu, dokter pun datang, menyapa Park dan Goo. Lalu meminta mereka bertemu di ruangan khusus untuk berbicara masalah penyakit anak mereka.
“Eomma dan Appa.. bertemu dokter dulu sebentar... nanti kami kembali,” ujar Goo dengan suara yang lembut, nada suaranya masih terdengar sedih walau dia mencoba tersenyum di depan anaknya sendiri, sambil mengelus rambut Seo Hyeon yang sebahu.
“Tante titip sebentar Seo Hyeon.. nanti kami kembali,” kata Goo pada Young Hee.
Young Hee mengangguk mantap.
Park dan Goo lalu pergi bersama dokter, ke ruangan khusus.
                                                ..............................
Di ruangan dokter...
“Kami sudah memeriksa darah... tetapi.. ini baru dugaan..,” kata dokter Myung, memulai pembicaraan dengan tenang.
Park dan Goo harap-harap cemas. Mereka tidak ingin anak satu-satunya itu sakit parah.
“sebenarnya.. ada apa dengan anak kami, dokter Myung?,” tanya Park. Wajahnya memang sedih.
“Kami harus memeriksa dulu.. membiopsi.. mengambil sedikit sampel darah pada sum-sum tulang belakangnya.. untuk sementara.. ini adalah diagnosa sementara,” jawab Myung.
“dugaan kami...dari hasil pemeriksaan darah awal... Seo Hyeon.. menderita Leukemia..”
“kanker darah...”

Park dan Goo termenung... lalu Goo menangis di depan suami dan dokter Myung. Dia memeluk suaminya.
“kenapa harus Seo Hyeon, Nampyeon (suami)?? Kenapa??”
Park juga terguncang.. tetapi, dia berusaha menahan air matanya dan menenangkan isterinya yang menangis.
Myung diam. Tidak ingin menambah pembicaraannya sebelum kedua orangtua Seo Hyeon itu tenang.
Goo terus menangis, dengan sabar, Myung menunggu, agar dia bisa menjelaskan lebih lanjut lagi, apa yang harus dilakukan oleh mereka dan tim medis.
Park berusaha menenangkan isterinya, agar mereka bisa mendengar dengan jelas dan bisa memberikan pengobatan terbaik pada anak tunggalnya.

“Lalu.. kenapa semua itu bisa terjadi, Uisa (dokter) Myung??,” tanya Park. Suaranya serak, menahan tangis dan air mata.
“perlu pemeriksaan darah yang lengkap supaya diketahui penyebabnya, karena banyak sekali yang membuat Seo Hyeon terkena sakit ini... secara gejala, semua masuk ke dalam kategori ini... kami turut bersedih, Park-ssi”, balas Myung sang dokter.
Park meminta Myung menjelaskan, kenapa semua itu terjadi pada anaknya.

Myung lalu menjelaskan, jika kanker darah memang ada banyak jenisnya, mulai dari Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) yang bisa juga terjadi pada anak seumuran Seo Hyeon yang baru 16 tahun, atau Chronic Myelogenous Leukemia yang mirip sekali dengan Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan berbagai tipe pula yang berhubungan dengan kromosom-bagian penting penentuan genetika dan penyakit. Park dan Goo tidak tahu mesti berbuat apa. Rasanya sedih mereka bertambah ketika mendengar kata kanker darah.
“gejala fisik semuanya hampir sama.. dan mohon maaf...itu terjadi pada Seo Hyeon..,” lanjut Myung.
Goo menangis. Park semakin sedih saja, tapi dia coba menahan air matanya, menguatkan isterinya kalau anak mereka akan baik-baik saja.
Myung juga memberikan keterangan hasil test darah yang menunjukkan kalau jumlah sel darah merah dan darah putih Seo Hyeon sangat jauh dari perkiraan normal yang ada/abnormal. Dia memberikan semangat kepada mereka berdua, kalau hal ini dapat berpeluang disembuhkan dengan perawatan yang cepat dan tidak menunggu waktu. Dalam waktu 3 hari ke depan, Myung dan dokter hematolog (ahli darah) akan membantu Seo Hyeon untuk pemeriksaan Bone marrow (sum sum tulang belakang) supaya penyebab pastinya akan jelas, perawatan intensif akan lebih cepat.

“Seo Hyeon sendiri menjadi relawan untuk penderita kanker pada anak-anak, uisa Myung... aku tidak dapat membayangkan.. bagaimana dia akan terpukul..,” keluh Park.
Myung sekali lagi membesarkan hati mereka berdua, jika pengobatan dilakukan dengan cermat, tepat dan cepat, harapan hidup bisa sampai lebih dari 75%. Park dan Goo sepakat bahwa Seo Hyeon akan melakukan pemeriksaan bone marrow dalam tiga hari kedepan. Mereka berjalan dengan lesu, keluar dari ruangan dokter Myung.
                                                ................................
“kamu tidak boleh memberitahu dia soal ini... biarkan dia tahu sendiri nanti dari uisa Myung,” kata Park kepada isterinya.
Dia tahu, Goo sangat akrab dengan anaknya dan mampu masuk ke dalam kehidupan anak tunggal mereka. Park sangat menyayangkan dan menyesali berita buruk sakit leukemia ini. Bagaimana tidak?? Dia menikah dua kali dengan harapan agar bisa kelak mendapatkan anak, tetapi... ketika Seo Hyeon besar, cantik, lincah, ceria dan suka sekali membantu orang... dia malah mendapat kabar anaknya terkena penyakit yang sama dengan orang-orang yang dia bantu menceriakan mereka. Park terpukul. Hanya saja, dia tidak ingin rasa terpukulnya itu diketahui oleh anaknya ketika mereka masuk ruangan. Walau vonis terhadap Leukemia itu baru bisa diketahui maksimal minggu depan karena tiga hari kemudian baru mengambil uji baru lagi, tetap saja, pemberitahuan itu serasa kiamat bagi dirinya. Dia berusaha tabah.

“hapus dulu wajah sedihmu,” kata Park dihadapan isterinya, sebelum mereka masuk ruangan rawat inap.
Goo mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, lalu menghapus air diujung matanya.
“aku tidak bisa menahan kesedihan ini, suamiku.. bagaimana nanti kalau dia tahu???”
Park memeluk isterinya.
“jangan sampai dia tahu.. kita harus tegar di hadapannya...”
Goo masih terisak pelan. Dia juga tidak ingin suara isakannya didengar anaknya dari dalam ruangan.
“sudahlah.. kamu yang lebih ngerti tentang Seo Hyeon,” kata Park lagi.
Goo mengangguk dan mereka masuk ruangan.

Dilihat mereka, Young Hee teman Seo Hyeon masih ada di dekat anak mereka. Park dan Goo menghampiri lalu duduk disamping tempat tidur.
“aku.. sakit apa, eomma??,” tanya Seo Hyeon pada Goo.
Goo tersenyum lalu dia genggam tangan anaknya.
“dokter bilang.. kamu terlalu capek, sayang.. ingat tidak... kalau hari sabtu kemarin.. sebelum kamu pergi ke konsernya Oppa Minho... kamu sibuk adakah acara juga bersama teman-teman mu itu.. para penderita kanker ...,”
Seo Hyeon mengangguk,”ya.. aku memang lelah sekali, Eomma.. rasanya.. tanganku saja tidak sanggup aku gerakkan”
Park senyum, berwajah ceria di depan anaknya. Dia memencet hidung anak tunggal tercintanya itu.
“Anak Appa (ayah) ini terlalu baik.. sampai susah sekali pikirkan keadaan kesehatan sendiri... jangan begitu lagi dong.. kami khawatir sekali”
Young Hee jadi menimpali mereka berdua,” iya tuh, Samchon (paman)... Imo (bibi)... Seo Hyeo memang suka begitu.. kemarin saja dia lupa makan.. “
“ya.. dokter juga bilang begitu, Young Hee... kalau temanmu ini memang kurang makan!,” balas Park dengan wajah cerianya.
Park mengatakan kalau Seo Hyeon memang harus tinggal di Rumah Sakit dalam tiga hari ke depan, supaya ambil darah lagi. Seo Hyeon heran, kenapa kalau lelah, dia sampai selama itu harus di rumah sakit.

“kamu harus banyak istirahat, sayang... kamu sadar tidak... kalau kamu dirumah... kamu juga sibuk sekali,” senyum Goo, membujuk anaknya agar tetap sabar selama di rumahsakit.
Seo Hyeon seorang pelajar 16 tahun yang sempurna. Walau parasnya biasa saja, tetapi hatinya sangat baik. Di sekolahnya, dia dikenal sebagai anak yang ceria, suka berteman dengan siapa saja dari sekolah itu dengan tidak pandang bulu soal pekerjaan orangtua mereka. Sementara disana, banyak sekali kasus pelecehan misalnya hanya karena orangtua seorang murid bukan dari golongan menengah atas, atau misalnya karena temannya itu tidak cantik. Seo Hyeon mempercantik dirinya dengan kesupelannya dalam bergaul.
Sejak satu tahun yang lalu, dia memberanikan dirinya menjadi seorang voluntir/relawan demi anak-anak yang terkena kanker di kota Seoul. Baginya, anak-anak itu teman-temannya dan baik Park atau Goo sangat mendukung kebaikan hati anak tunggal mereka. Setiap kali ada acara amal atau sekedar menghibur mereka dengan kesukaan bernyanyi nya, kedua orangtua nya senang sekali.
“aku merasa diriku menjadi orang yang tidak berarti apa-apa ketika aku bersama mereka, Eomma... dan aku suka berteman dengan mereka,” itu yang pernah dikatakan Seo Hyeon ketika memeluk ibunya, saat sehabis pulang dari sebuah acara amal.

Goo rasanya sedih sekali, dia berbohong pada anaknya sendiri, kalau penyakit Seo Hyeon hanya sekedar kelelahan. Jelas bukan itu. Hampir semua gejala leukemia, misalnya lelah berkepanjangan, gusi yang sering berdarah, lebam biru yang terkadar tidak jelas akibatnya bahkan terantuk sedikit saja langsung lebam, sering demam tanpa sebab, anemia (kekurangan darah merah) dan nafsu makan rendah.
“dokter menyuruhmu makan banyak.... makanmu sedikit sekali,” kata Park.
Seo Hyeon diam saja. Dia memang sudah masuk pada fase kehilangan nafsu makan. Waktu itu, Goo hanya memberikannya multivitamin karena memang tidak tahu, penyakit apa yang sedang dialami anaknya.
“aku janji, Appa.. Eomma.. sehabis keluar dari rumahsakit.. aku akan makan banyak,” senyum Seo Hyeon.
“Ingat loh, Seo Hyeon... dua minggu lagi... kita ada bazaar mainan buat mereka.. kamu harus sehat... mereka semua mengandalkan mu banget,” kata Young Hee.
Seo Hyeon mengangguk mantap,”aku janji kok.. aku pasti sehat... “
“terima kasih, Appa.. Eomma.. dan kamu, Young Hee.. kamu memang best friend ku”, katanya lagi dengan senyum.
                                                ........................................
Baik Park, Goo dan Young Hee sudah pulang. Malam itu, Seo Hyeon sendirian saja di kamar inap rumah sakit itu. Dia lalu memainkan smartphone nya, membuka jejaring sosial kesukaannya, Socialite. Dia temukan sepertinya staff Minho menulis sebuah status tentang suksesnya konser mereka dua hari yang lalu. Seo Hyeon senyum saja.
“aku senang banget bisa nyanyi bareng Oppa.. impianku terwujud juga... itu paling bikin aku happy”, kata hatinya senang.

Tak berapa lama, seseorang mengajaknya chat.. ternyata dia adalah Kwon Dae Won, teman sesama Socialite.
“hi Seo Hyeon... apa kabarnya??,” ketik Dae Won membuka pembicaraan.
Seo Hyeon mengetik kalau dia baik-baik saja. Lantas Dae Won malah menyinggung soal dia pingsan ketika habis acara konser selesai.
Seo Hyeon malah tertawa di depan smartphonenya dan juga mengetik icon tertawa.
“aku kelelahan banget, Dae Won... aku jadi merepotkan Oppa Minho,” keluh dan ketik Seo Hyeon pada cowok itu.
“memang... kamu seperti itu? kalau lelah pingsan? ,” tanya dan ketik Dae Won.
Ani (tidak)... aku juga heran.. tapi memang akhir-akhir ini... kesehatanku menurun sekali.. aku sangat mudah lelah, Dae Won,” balas Seo Hyeon.
Da Won disana menyemangati dia. Mengetik banyak icon semangat yang lucu dan membuat Seo Hyeon tertawa. Mereka lalu saling bercerita tentang kegiatan masing-masing.

“oh.... jadi kamu seorang pekerja konstruksi bangunan... ,” ujar Seo Hyeon.
Dae Won menjawab dengan ya, lalu dia cerita kalau masa SMA nya, dia tidak rajin sehingga hanya bisa jadi pekerja kasar dan menyuruh Seo Hyeon sekolah dengan rajin. Seo Hyeon tertawa dengan penjelasan dan ajakan Dae Won yang dinilainya polos.
“aku rajin kok... aku tidak bodoh banget, hehe,”
“ya.. aku pasti tahu kamu begitu.. kamu, sepertinya orang yang ceria sekali, Seo Hyeon,” ketik Dae Won.
“kemarin aku lihat kamu bernyanyi dengan Minho.... pasti kamu bahagia sekali,” lanjutnya lagi.
“iya dong... akhirnya.. keinginanku bernyanyi bersama Oppa kesampaian juga... tapi.. aku tidak melihatmu kemarin.. katanya kamu datang,” ketik Seo Hyeon.
Dae Won mengirimkan icon tertawa. Seperti yang dia ceritakan lalu, kalau dia rasanya malu bertemu dengan cewek itu, tapi dia memperhatikan.

“kamu aneh sekali, Dae Won... lagipula.. kita sesama fans nya Oppa Minho.. jadi aku pikir.. kita berteman... aku memang tidak seperti fans Oppa yang lain.. aku tidak suka mencari musuh,” ketik Seo Hyeon.
“itu bagus banget, Seo Hyeon...,” jawab ketika Dae Won.
Mereka terus mengobrol tentang kegiatan masing-masing. Sampai pada sebuah cerita, kalau Seo Hyeon suka sekali membantu teman-teman penderita kanker. Dae Won alias Minho memuji kegiatannya, yang masih muda sudah mau peduli dengan orang sakit. Seo Hyeon sama sekali tidak tahu, kalau dia sedang asik chatting dengan idolanya. Dia hanya tahu, nama cowok di jejaring sosial itu adalah Kwon Dae Won.

“Jadi... kamu ini pemalu sekali ya, Dae Won?? Bagaimana nanti kalau aku ajak kamu buat bantu aku bazaar???,” tawar Seo Hyeon.
“aigoo.. gawat,” keluh hatinya Dae Won alias Minho.
“sepertinya dia tipe cewek mudah akrab dan masuk ke kehidupan orang,” lanjut Minho lagi dalam hatinya.
Lalu Minho berkilah,” eh ya... nanti ya.. kalau aku sedang kosong waktu... habisnya.. gimana ya.. aku kan cuma buruh biasa saja, hehe”, ketiknya pada Seo Hyeon.
Seo Hyeon hanya mengetik icon tertawa.
“Membantu orang itu.. enggak peduli mau kamu miskin atau kaya kok, Dae Won.. kamu pemalu sekali...,”
Lalu dia meminta Dae Won mengirimkan fotonya.
“kamu curang sekali, Dae Won.. foto mu Oppa Minho semua.. kamu cowok.. tapi pengagum Oppa sekali ya??”

Dae Won alias Minho bingung ditanya seperti itu. Seo Hyeon membujuknya supaya dia mengirimkan fotonya.
“aku malu nih.. aku jelek,” kilah Dae Won alias Minho.
Seo Hyeon tidak percaya itu. Dia membujuk cowok itu supaya menampilkan fotonya. Katanya, Dae Won curang karena Seo Hyeon sendiri membuat foto profile dari dirinya sendiri, bukan foto orang lain.
Minho tidak kehilangan akal. Dia minta waktu sebentar. Ternyata dia memakai hoodie, lalu menggunakan kumis palsu yang suka dia pakai kalau keluar rumah tanpa siapapun.
Ketika Seo Hyeon melihat, dia lalu tertawa.
“Hei... kok.. aku lihat-lihat lagi lebih dalam.. kamu mirip banget loh dengan Oppa Minho... hanya berkumis saja... kamu cakep loh, hehe”, candanya pada Dae Won.
Dae Won alias Minho mengetik bercanda juga.
“ah... masak sih?? Jelas saja aku kalah sama Oppa.. apalah aku ini.. aku hanya tukang bangunan,”

“aku tidak suka itu, Dae Won.. kita ini teman... kalau memang kamu baik.. pasti kamu punya banyak teman... semua fans Oppa Minho temanku,” ketik Seo Hyeon.
Lalu dia meminta Dae Won alias Minho tetap percaya diri dan semangat. Dia pun bertanya, dimana Dae Won tinggal. Minho ngeles, kalau dia tinggal disebuah daerah kumuh, tapi Seo Hyeon menjawab ketikannya dengan tidak mengapa dan dia baik-baik saja berteman dengan siapapun.
Dae Won alias Minho gantian menyemangati Seo Hyeon dengan sakitnya itu.
“ya... aku harus semangat, Dae Won... dua minggu lagi.. aku mau adakan acara bazaar buat teman-teman penderita kanker”

Tiba-tiba, Dae Won alias Minho malah mengetik,” kenapa kamu tidak usulkan saja pada Oppa.. tentang bazaar ini??”
Seo Hyeon kaget, apa bisa??? Nanti dia malah di protest oleh fans Minho yang lain, yang lebih gila darinya.
Dae Won alias Minho tertawa, ternyata Seo Hyeon punya perasaan takut juga diserbu oleh para fansdom dirinya.
“fansdom ada yang suka beramal juga loh... ajukan saja.. siapa tahu.. nanti bisa,” ketik dan senyum Minho.
Seo Hyeon dengan semangat mengetik.
“baik... okay, Dae Won... ini ide bagus.. doakan aku sehat ya.. supaya aku bisa bujuk manajemen Oppa Minho.. doakan ya!”
Minho malah mengetik,” kamu pasti bisa! Semangat”
Seo Hyeon mengirimkan icon semangat pada Dae Won alias Minho.
“kamu temanku yang baik, Dae Won... padahal.. kita belum ketemuan ya???,”
Minho dengan iseng sekali menjawab di depan Hp nya tanpa diketik.
“padahal sudah... kamu kan... nyanyi bersama ku, hihihi”
Dia cekikikan sendiri menghadapi fans nya yang memang polos dan baik itu.
Lalu dia mengetik,” terima kasih, Seo Hyeon.. kamu juga baik kok.. kalau Oppa tahu.. pasti dia senang punya fans sepertimu”

Seo Hyeon malah tertawa,” aku berharap.. memang Oppa tah, hihihi... tapi.. aku ingin mengajak Oppa untuk beramal saja.. selebihnya.. aku enggak yakin.. aku bisa dekat dengan Oppa sebagai teman.. pasti dia sibuk”
Minho mengetik icon senyum pada Seo Hyeon, sebelum akhirnya, dia mendengar suara panggilan dari smartphone nya yang satu lagi.
“oh... ya.. okay.. tunggu aku 15 menit lagi kamu baru kesini,” jawab Minho ditelepon. Ternyata, bodyguard nya akan datang menjemputnya untuk acara talkshow malam itu.
Dia lalu pamit pada Seo Hyeon.
“boss ku memanggilku.. ada kayu yang kurang bagus, hehe,” ketiknya pada Seo Hyeon.
“selamat berkerja ya, Dae Won.. semangat.. terima kasih mau chat denganku... dirumah sakit sendirian... malas sekali,” jawab Seo Hyeon.
Dae Won alias Minho memberikan ucapan semoga cepat sembuh pada Seo Hyeon.
“kamu baik, Dae Won... kamu teman yang baik,” balas Seo Hyeon.
good night, Seo Hyeon.. lekas sehat,” ketik Minho.
see ya, Dae Won.. gomaseubnida,” balas Seo Hyeon.
 “Minho.. lekas turun... Ban-ssi sudah datang!,” teriak ibunya dari lantai 1 rumah mereka.
Minho menutup jejaring sosialnya. Lalu mengambil jaket, keluar kamar... dan pergi ke acara talkshow..
Sementara... Seo Hyeon masih membuka media sosialnya dan dia mengetik di salah satu status Socialite Minho yang terakhir.
dear Oppa.. sebenarnya aku malu minta tolong pada Oppa.. tetapi.. ini adalah hasil pemikiran ku dan seorang fans Oppa juga, Kwon Dae Won... aku terlibat dalam kegiatan relawan untuk anak dengan penderita Leukemia.... Dae Won memberikan ide kepada ku... bagaimana kalau aku menawarkan Oppa Minho untuk kegiatan amal ini?? Berbagi dengan anak penderita kanker.. tapi.. aku bingung.. bagaimana harus katakan pada Oppa... semoga, Oppa melihat ketikan dan keinginan ku ini ya.. terima kasih.. Park Seo Hyeon”

Bersambung ke part 3....