Tokoh imajinasi: Lee Minho, Kim Hee Chan, Kim Young Hee, Lee Sang Geoul,
Kwon Mi Young, Shin Dong
Cerita ini hanya imajinasi saja.... Imajinasiku yang membayangkan Lee Minho
seperti ini....
Shin memutuskan mengantarkan Minho ke
apartment dosen Kwon. Esoknya, mereka benar-benar pergi. Sehabis naik bus
menuju pusat kota, mereka berjalan kaki ke sebuah gedung yang kelihatannya
cukup megah.
Shin menatap gedung yang lebih dari 50
lantai itu, megah sekali, seperti gedung pencakar langit, padahal hanya sebuah
apartment,” Wah.. hebat sekali kalau bu Kwon tinggal di apartment sebagus ini,”
Minho hanya nyeletuk,” bukan urusan kita”
Lantas dia menelepon dosen mereka itu.
Shin Dong melihat-lihat suasana sekitar.
Konsep apartment itu memang seperti go
green, kanan-kiri gedung tinggi itu penuh dengan banyak pohon besar. Belum
lagi udara juga memang sedang cenderung dingin. Dia tidak peduli Minho sedang
bicara dengan dosen mereka.
Minho menutup teleponnya.
“bu Kwon menyuruh kita ke lobby.. nanti di jemput,”
Mereka lalu melangkah menuju gedung itu.
“Gila ya.. menurutmu.. ini apartment mewah
kan??”, Shin setengah berbisik pada Minho, mereka sudah ada lobby, menunggu
Kwon menghampiri. Minho mengangguk saja.
Lobby saja sudah besar ruangannya dan
terkesan modern. Sofa lembut yang terlihat elegan dan beludru mahal, berwarna
hijau pupus. Kanan kiri beberapa ada hiasan bunga dan tumbuhan ruangan dengan
pot-pot minimalis.
Mereka duduk saja. Sementara Shin masih
termangu-mangu dengan desain ruangan yang terkesan mahal, Minho malah sibuk
main game.
Shin menyikut badannya,” hey... nge-game terus... “
Minho menoleh padanya,” tanggung nih...
sebentar lagi level 150”. Bicaranya santai sekali.
Terang saja Shin Dong kaget, game itu baru
ada 1 bulan di release, tapi Minho
sudah bermain di level “Dewa”.
Dia hanya berdecak melihat Minho main
game,” otakmu terbuat dari apa sih?? Ckckckck”
Minho hanya tertawa, baginya, justru dia
tidak nyaman dengan otak ini, karena sejak kecil, dia suka di bully teman-temannya, mulai dari diejek
biasa, dijauhi tidak ditemani sampai pernah dia diancam digebukin ramai-ramai. Lalu,
ketika SMA saja, Minho masih jadi anak pendiam. Pas dia kuliah, barulah dia
mengenal Shin Dong dan yang lainnya dan merasa dihargai sebagai manusia pintar.
“Mungkin karena otakmu itu... mereka iri..
ah.. itu biasa.. aku juga iri sama kamu kok... contohnya kemarin,” ujar Shin,
cuek. Dia malah berdiri dan melihat lukisan bunga di depannya.
Lalu dia nyeletuk,” ini lukisannya bagus sekali... model apa??”
Minho jadi memberhentikan main game nya,
lalu dia sejenak memegang lukisan itu.
“ini alirannya abstrak futuristik, beda
sekali dengan abstrak biasanya. Ini dibuat oleh seniman terkenal, Tuan Hwang
Hyeon Min yang membuatnya.. dari sekitar tahun 1915,”
Shin kaget dengan pemaparan Minho,” What?? Asli enggak nih lukisannya??”
“asli,” jawab Minho santai
“Hwang memang tidak menunjukkan tanda
tangannya, tetapi.. Hwang memiliki ciri tersendiri dalam setiap lukisannya...
nih.. lihat,” lanjut Minho lagi, dia menunjukkan sebuah simbol seperti bunga
dengan goresan khusus...coba lihat,” lanjut Minho lagi. Dia menunjuk pada
pojokan lukisan yang memang ada simbol seperti bunga lili.
Shin mengangguk-angguk saja dan berdecak kagum
dengan kemampuan clairvoyance Minho.
“kok kamu bisa sampai nebak tahun
pembuatan lukisan ini segala??”
Minho cuma senyum lebar,” enggak ngerti..
ya.. gitu deh”
Shin berdecak lagi. Dia memang kagum
dengan kepintaran Minho sejak mereka kenal dan jadi satu kelas.
Minho duduk lagi, santai, main game lagi.
Shin tetap berdiri memandang lukisan itu.
“gila..ini asli... pasti mahal banget,”
gumamnya dengan suara pelan
Kwon pun datang, keluar dari lift. Shin
mencolek pundak Minho yang masih asyik main game.
“eh.. itu dia,”
Minho memberhentikan main nya, berdiri,
lalu walau Kwon masih dari kejauhan berjalan, mereka menunduk hormat pada dosen
itu.
Kwon pun berdiri tepat di hadapan mereka.
“maaf aku terlambat,”
Minho dan Shin masih menunduk hormat, lalu
berdiri seperti biasa lagi.
Kwon memberikan sebuah buku yang ternyata
itu semacam modul pemberlajaran fisika quantum, untuk Minho.
Minho mengambil lalu membuka beberapa
lembar, Shin mengintip.
“ah.. masuk diakal juga kenapa bu dosen
Kwon minta test IQ.. susah banget ternyata mata kuliahnya,” kata hatinya Shin.
“kalian pasti belum tahu.. kalau mata
kuliah ini baru ada tahun ini,” senyum Kwon. Dia duduk, lalu Minho dan Shin
duduk juga di depannya, saling berhadapan.
Minho masih membuka modul pengajaran itu.
Dia lupa, kalau Kwon adalah clairvoyant juga. Dia lupa menutup pikirannya,
sehingga Kwon sedikit membacanya.
“ah.. ternyata dia belum memiliki
prasangka apapun terhadapku,” kata hatinya Kwon.
Minho benar-benar lengah, dia hanya asik
memperhatikan tiap subjek.
“ada pertanyaan tidak, Minho??,” tanya bu
Kwon
Minho menengadahkan kepalanya, senyum,”
tidak, bu.. tetapi rasanya aku butuh belajar dulu.. karena baru terima mata
kuliah ini,”
Kwon senyum saja dan mempersilahkan dia
membawa pulang buku itu. Tanpa banyak bicara lagi, mereka berpisah. Kedua mahasiswa
itu kembali pulang naik bus.
...................................
Di jalan...
“eh Minho.. kamu serius mau jadi asisten
dosen bu Kwon??,” tanya Shin lagi.
Minho mengangguk, dia buka lagi buku itu.
Dipikirnya, dia bisa belajar tanpa harus bersusah payah.
Shin bercanda padanya, kalau nanti
sebaiknya Minho hati-hati dengan tawaran bu Kwon.
“Kamu pikir bu Kwon naksir aku, begitu??,”
tatapan mata Minho langsung aneh, dia menaikkan alisnya sedikit.
Shin malah bercanda lagi,” ah...
percintaan dosen dan mahasiswa itu jaman sekarang biasa, Minho.. “
Minho nyegir kuda dengan perkataan Shin
baru saja. Dia baru pacaran dengan seorang cewek dan yang dibilang Shin itu
cuma bahan ejekan terhadap dirinya.
Shin tertawa, mengejek Minho yang memang
terkadang terlalu polos jadi cowok.
“jadi.. kamu pikir.. bu Kwon naksir aku,
begitu??,” Minho mengulang lagi pertanyaannya pada temannya itu.
Shin Dong hanya tertawa saja, menurutnya,
bisa saja itu terjadi.
“kamu sendiri punya kemampuan aneh itu..
kok tadi enggak kamu gunakan sih??”
Minho jadi berfikir, kenapa dia tadi lupa..tidak
kepikiran kalau bu Kwon bisa saja membaca pikirannya??
...................................
Disebuah tempat....
Sebuah ruangan yang berukuran 5x5 m2 dan
agak gelap. Seorang lelaki berbicara dengan Kwon. Dia menghisap cerutu mahal
lalu menghembuskan asapnya, tepat di depan wanita itu. Lelaki itu didampingi
oleh tiga orang lelaki yang tinggi, berdiri di belakangnya.
“kerjamu lambat sekali, Mi Young.. sudah
aku katakan kalau begini terus, sama sekali rencana kita bisa gagal semua..
berapa orang yang sudah berhasil kamu dekati??,” kata lelaki itu, sambil masih
menghisap cerutu dan menghembuskan asapnya.
“dua.. Nam Joong Ul dan Goo Ho Seo,” jawab
Kwon. Wajahnya tersirat rasa tegang, walau dia sembunyikan di hadapan lelaki
itu.
“kamu katakan kalau ada satu lagi yang
membuat kamu tercengang,” kata lelaki itu dengan ekspresi santai. Dia lalu
membuka sebuah kotak.
“persediaan valium carbon athorium kamu..
sudah habis bukan??,” lanjutnya masih dengan ekspresi santai.
Kwon Mi Young sangat tergantung pada
serbuk putih zat itu. Jika dia kekurangan, maka tubuhnya akan gemetar, otaknya
berputar-putar sangat memusingkan, kepalanya terasa mau pecah, mual, menggigil,
mendadak jadi agresif dan bisa menyerang orang disekelilingnya.
Bibir Mi Young sudah mulai gemetar,
kepalanya sudah mulai pusing. Dia memang membutuhkan serbuk itu per minggu.
” tolong jangan di stop... aku... butuh
itu”
Lelaki berpakaian jas itu bernama Lee Sang
Geoul. Dia seorang pengusaha perumahan dan apartment, tetapi juga mencalonkan
diri menjadi presiden berikutnya.
“kamu tidak akan bisa lepas dari valium
itu... ,”
“siapa nama anak lelaki itu??”
Mi Young masih menjawab dengan suara
gemetaran,”Lee.. Lee Min... Ho”
Sang Geoul santai tetap berbicara dengan
suara dingin pada Mi Young.
“Umm.. Lee Minho,” gumamnya, sepertinya
dia berfikir, mengenal nama itu dalam ingatannya. Lalu dia memberikan tanda dan
ada perempuan muda disampingnya dan dia berbisik pada perempuan itu, untuk
menyelidiki siapa Lee Minho sebenarnya. Perempuan itu mengangguk saja, lalu
berdiri bersikap seperti biasa lagi.
“dia.. memang cerdas... aku baru saja
membujuknya untuk menjadi asisten ku..,” kata Kwon.
“Bukankah dia juga mind reader sepertimu?? (orang yang bisa membaca pikiran orang
lain-red),” tanya Sang Geoul.
Kwon mengangguk.
Sang Geoul agak tertawa kecil,” jadikan
dia orangku... kamu sudah pernah cerita sebelumnya... jika tidak berhasil..
pastikan kamu tidak ada lagi di dunia ini”
Kwon langsung takut dengan perkataan lelaki
itu baru saja. Dia gemetaran, tetap Sang Geoul tetap saja tidak memberikannya
serbuk putih itu, bahkan tiba-tiba menyuruh lelaki dan perempuan di
belakangnya.
“Hey... lepaskan aku!!,” teriak Kwon. Dia
dipegang paksa dan diikat.
“Tuan Lee... tolong lepaskan aku!,”
teriaknya lagi pada Sang Geoul
Tetapi lelaki itu cuek, hanya senyum saja.
“tinggalkan aku,” katanya, dingin pada
para anak buahnya.
Mereka semua menunduk hormat, segera
meninggalan ruangan.
Sang Geoul menendang kursi yang diduduki
Kwon, sehingga perempuan itu terjatuh.
“BUG!,” suara kursi ditendang dan jatuh
“Ah!,” Kwon menahan dirinya agar tidak
jatuh, tapi jatuh juga, dia mengaduh.
Tubuhnya sudah berada di lantai. Sang
Geoul lalu menghampirinya, berjongkok.
“lepaskan aku... aku butuh serbuk itu,”
kata Kwon. Dia menghiba pada Sang Geoul.
Lelaki itu bukanlah orang yang gampang
melepas orang lain, walaupun sudah kenal dan dekat dengannya. Dia masih santai
berjongkok di depan tubuh Kwon yang terbaring jatuh di lantai dan terikat di
kursi.
Sang Geoul senyum licik, mencolek dagu nya
Kwon.
“nanti..setelah kamu bisa temani aku,”
Kwon memalingkan wajahnya. Tapi Sang Geoul
malah mendekatinya..
..............................................
“Hahaha... yippie.. aku menang lagi!,”
Minho teriak-teriak di kamarnya, mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya,
ekspresi menang. Ternyata dia sedang bermain game favorit nya.
“Level 152, haha!,” ketiknya di game online, bersama dengan para
temannya di laptopnya.
Satu kelompok game nya mengetik senang
tanda mereka menang.
“Minho memang hebat!,” ketik salah seorang
temannya.
Tapi, ada seorang cewek dengan ID:
Micron_world masuk ke ID nya Minho.
“chughahaeyo,
Minho,” (selamat)
“eh.. gomawo,
Micron (terima kasih),” balas Minho dengan ketikannya lagi, ditambah emoticon senyum.
Minho memang memakai nama ID aslinya, dia
polos sekali.
“kamu pinter banget deh.. grup ku kalah,”
keluh Micron.
Minho mengetik tanda tertawa. Dia memang
merasa, grup Micron adalah musuhnya di dunia game.
“ah.. grup kamu juga kuat kok, Micron,”
balas ketikan Minho.
Minho penasaran dengan nama aslinya
Micron. Sudah satu bulan lebih mereka main game online sambil ngobrol, tetapi
sama sekali tidak saling tahu. Micron berfikir, Minho menggunakan nama gamer
umumnya, begitu pula sebaliknya.
Minho lalu bertanya apa Micron punya
messeger yang mereka bisa ngobrol berdua saja. Micron sepertinya cewek yang
menyembunyikan dirinya dari Minho.
“tidak punya,” balas Micron
Minho hanya membalas dengan mengetik
emoticon senyum. Aslinya, dia mencari data cewek itu.
Dia lalu membuka window baru di laptopnya, mengutak utik, sepertinya sebuah sistem
online.
Mendadak, setelah 30 menit, Micron
mengetik sesuatu di game online group.
“aku mau keluar dulu.. kita sudah kalah
dari grup Minho,” ketiknya pada teman-temannya
Minho cepat membalas cewek itu dengan
iseng mengetik “Kim Young Hee, hehe”
Ternyata, dalam waktu 30 menit, dia sudah
bisa mendapatkan data Micron dengan cepat berupa nama dan emailnya!!.
Micron langsung memperhatikan tulisan itu
yang ternyata namanya.
“hey... kurang ajar!,” ketiknya, marah
pada Minho.
Tapi Minho hanya mengetik tanda senyum
lebar, dia memang cowok yang tidak bisa dianggap remeh, walau dalam dunia game.
Shin Dong mengetik icon tertawa lebar.
Grup Minho jadi mentertawakan Micron alias Kim Young Hee.
“kamu harus tahu.. kalau Minho itu
pintar.. makanya dia jadi ketua grup kita, hehehe”
“kamu terlalu sombong, Micron... aku bisa
tahu, kamu anak siapa,” ketik Minho
Semua teman grup Minho jadi mentertawakan
grup Young Hee.
Young Hee kesal dibully oleh grupnya
Minho.
Sekali lagi, Minho hanya mengetik emoticon
senyum.
“aku balas nanti,” ketik Young Hee.
Minho malah jadi meledek dia dan grupnya,”
ayo balas.. aku tunggu ... tapi aku mau tidur dulu..sudah malam.. “
Shi Ho, salahsatu grup game Minho juga
tertawa terbahak-bahak. Mereka semua membully Young Hee.
Minho mengakhiri game nya, keluar,
mematikan laptopnya, lalu melompat dan berbaring di atas tempat tidur.
“Hah! Rasakan deh Micron! Hahaha!,” dia
tertawa senang, bisa membully grup lawan.
Shin
Dong masuk dalam messeger nya, mereka jadi tertawa.
“Minho.. dia tadi masih marah walau kamu
sudah keluar”
Minho membalas lagi dengan tertawa pada
Shin Dong,”rasakan... eh.. tapi..sepertinya dia anak orang penting”
Shin Dong tidak percaya, lalu Minho membuka
window internetnya, menyimpan sebuah foto.
“ini...,” dia mengirimkan Shin Dong foto
seorang cewek berusia 20 tahun juga.
“itu Kim Young Hee.. anak dari Kim Hee
Chan... calon presiden pemilihan berikutnya,” lanjut Minho lagi
Shin Dong kaget, dia tidak percaya.
“Ah.. masak iya anak calon presiden main
game? Hehehe”
Minho jadi ngambek temannya itu tidak
percaya padanya,” lihat saja nanti... aku sudah pegang datanya loh... makanya
dia marah.. kalau perlu.. password (kata
kunci) emailnya aku bobol juga”
Shin Dong mengetik decakan pada Minho.
Lalu, dia tanya Minho, mau apa dengan Young Hee itu.
“penasaran dengannya,” balas Minho singkat
pada Shin Dong.
“sudah deh, Minho.. enggak usah
macam-macam.. kalau dia anak politikus.. kehidupanmu bisa berbahaya loh,” ketik
Shin Dong.
Minho malah tertawa, dia bilang hanya
iseng pada cewek itu, karena dia sombong dan ingin menang sendiri. Minho memang
suka iseng dengan cewek yang sifatnya seperti itu.
“eh... tapi.. kalau dia beneran anak Kim
Hee Chan.. bukannya pria itu orang baik dan bersih ya??,” tanya Minho.
“banyak yang bilang sih, begitu,” balas
Shin Dong. Tapi dia memperingatkan Minho supaya lebih baik tidak turut campur
dalam dunia seperti itu.
Minho malah membalas dengan hal yang
terkesan ngaco. Dia katakan pada Shin Dong kalau dia kepikiran tentang Kwon.
“what??
Apa hubungannya kamu sama bu Kwon?? Tuh kan... benar kan.. kamu pasti naksir
ya??,” tembak Shin sambil pasang icon tertawa
Minho cemberut di depan smartphone nya,” Bukan begitu.. kamu
bodoh banget... sudah ku bilang kan.. aku sempat merasa hal yang enggak enak
dengan bu Kwon.. dia.. sepertinya sama denganku,”
Shin Dong malas membicarakan kemampuan
Minho yang kadang memang membuat orang bingung dan sulit dimengerti. Tidak
banyak atau hampir tidak ada orang dengan clairvoyance, yang Shin Dong kenal.
“kamu ngomong kemampuan mu terus.. aku
enggak ngerti.. kalau kamu emang naksir dengan bu Kwon.. bilang saja,” kata
Shin Dong lagi
“si bodoh.. enggak ngerti juga maksudku,”
Minho menggerutu, kesal pada best friend
nya itu.
“bu Kwon itu.. sama denganku.. seorang clairvoyant juga,” lanjutnya lagi.
Shin Dong kaget, dia yang sedang santai
chat dengan Minho sambil minum dan makan burger, jadi tersedak.
“ngayal deh,” katanya pada Minho.
Minho kesal kalau sudah tidak ada yang
percaya dengan perkataannya. Dia katakan sekali lagi pada Shin kalau dia
berbicara dengan Kwon, dia pening dan seperti menangkap gelombang.
“kamu kebanyakan ngerjain soal fisika
gelombang sih.. jadi ngayal,” keluh Shin
Minho makin tambah kesal diejek temannya.
Dia jelaskan kalau sesama clairvoyant memang bisa merasakan warna, rasa
gelombang, baik pada manusia dan juga benda sekelilingnya.
“lalu... kamu mau ngapain dengan bu
Kwon?,” akhirnya Shin penasaran juga. Dia memang suka berantem dengan temannya
itu, kalau tidak ada yang saling faham.
“bu Kwon sepertinya dalam bahaya,” kata
Minho
Makin sebal Shin sebenarnya dengan
sahabatnya itu kalau sudah mulai aneh, sebab dia tidak bisa sampai perasaan dan
analisanya seperti Minho. Tentu saja memang kalau dituruti, hanya sedikit yang
bisa mengerti orang seperti Minho.
Akhirnya, Minho malah menelepon temannya
itu.
“bu Kwon dalam bahaya,”
Shin Dong jelas kaget,” kamu makin aneh
deh, Minho.. tadi sore bu dosen baik-baik saja kok”
Minho menganggap Shin tidak mengerti
perkataannya.
“sepertinya.. bu Kwon terikat dengan
seseorang... yang mungkin lebih kuat darinya... atau.. bahkan lebih kuat dari
Kim Hee Chan itu,” kata Minho
“mulai deh... mulai Lee Minho ngayal
banget,” timpal Shin.
“hey.. dengarkan aku dulu deh,” gerutu
Minho.
Minho melanjutkan perkataannya. Dalam
penangkapan otaknya, dia mengatakan pada Shin kalau Kwon memang sepertinya
dalam sebuah dilema yang bisa mengancam jiwanya.
“dia bisa saja meninggal kalau dia tidak
melepaskan diri dari genggaman orang itu,”
Shin penasaran, apa Minho bisa
menggambarkan tipe orang yang bisa membahayakan dosen mereka itu.
“aku tidak bisa sampai seperti itu,
Shin... itu namanya cenayang.. aku hanya bisa merasakan apa yang akan terjadi,”
jawab Minho.
“bu Kwon mungkin saja menyembunyikannya...
kamu kan tahu.. dia itu tertutup,” kata Shin.
Minho mengangguk saja.
“bu Kwon..seperti seorang pecandu
obat-obatan,” kata Minho lagi
“aduh.. makin kamu kayak pacar bu dosen..
pacarmu nanti bisa marah,” potong Shin.
“kamu mungkin pikirnya tidak percaya aku
bisa seperti mengenal bu Kwon... ketika gelombangku bertabrakan dengannya..
apalagi dengan sesama clairvoyant.. kami bisa saling tahu apa yang bisa saja
terjadi... termasuk ketika aku memperkirakan sesuatu,”
Shin bergumam dengan pemaparan Minho.
“trus.. kamu mau bilang pada bu Kwon
sendiri.. kalau dia dalam bahaya?”
Minho diam setelah Shin bertanya itu. Dia
bingung dengan rencana selanjutnya.
“besok kan ada mata kuliahnya.. jadi besok
mau aku dekati deh,” lanjut Minho lagi.
Shin cuma tidak habis pikir dengan hal-hal
semacam ini. Besok, semoga memang bu Kwon masuk untuk mengajar mereka, dan yang
pasti, Minho akan mencari tahu, kalau bisa, menyentuh sedikit barang yang sudah
dipegang oleh Kwon itu.
Bersambung ke part 3....