This is me....

Kamis, Februari 19, 2015

The Clairvoyant (Part 2: Tidak Mungkin...)

Tokoh imajinasi: Lee Minho, Kim Hee Chan, Kim Young Hee, Lee Sang Geoul, Kwon Mi Young, Shin Dong

Cerita ini hanya imajinasi saja.... Imajinasiku yang membayangkan Lee Minho seperti ini....

Shin memutuskan mengantarkan Minho ke apartment dosen Kwon. Esoknya, mereka benar-benar pergi. Sehabis naik bus menuju pusat kota, mereka berjalan kaki ke sebuah gedung yang kelihatannya cukup megah.
Shin menatap gedung yang lebih dari 50 lantai itu, megah sekali, seperti gedung pencakar langit, padahal hanya sebuah apartment,” Wah.. hebat sekali kalau bu Kwon tinggal di apartment sebagus ini,”
Minho hanya nyeletuk,” bukan urusan kita”


Lantas dia menelepon dosen mereka itu.
Shin Dong melihat-lihat suasana sekitar. Konsep apartment itu memang seperti go green, kanan-kiri gedung tinggi itu penuh dengan banyak pohon besar. Belum lagi udara juga memang sedang cenderung dingin. Dia tidak peduli Minho sedang bicara dengan dosen mereka.
Minho menutup teleponnya.
“bu Kwon menyuruh kita ke lobby.. nanti di jemput,”
Mereka lalu melangkah menuju gedung itu.

“Gila ya.. menurutmu.. ini apartment mewah kan??”, Shin setengah berbisik pada Minho, mereka sudah ada lobby, menunggu Kwon menghampiri. Minho mengangguk saja.
Lobby saja sudah besar ruangannya dan terkesan modern. Sofa lembut yang terlihat elegan dan beludru mahal, berwarna hijau pupus. Kanan kiri beberapa ada hiasan bunga dan tumbuhan ruangan dengan pot-pot minimalis.
Mereka duduk saja. Sementara Shin masih termangu-mangu dengan desain ruangan yang terkesan mahal, Minho malah sibuk main game.
Shin menyikut badannya,” hey... nge-game terus... “
Minho menoleh padanya,” tanggung nih... sebentar lagi level 150”. Bicaranya santai sekali.

Terang saja Shin Dong kaget, game itu baru ada 1 bulan di release, tapi Minho sudah bermain di level “Dewa”.
Dia hanya berdecak melihat Minho main game,” otakmu terbuat dari apa sih?? Ckckckck”
Minho hanya tertawa, baginya, justru dia tidak nyaman dengan otak ini, karena sejak kecil, dia suka di bully teman-temannya, mulai dari diejek biasa, dijauhi tidak ditemani sampai pernah dia diancam digebukin ramai-ramai. Lalu, ketika SMA saja, Minho masih jadi anak pendiam. Pas dia kuliah, barulah dia mengenal Shin Dong dan yang lainnya dan merasa dihargai sebagai manusia pintar.

“Mungkin karena otakmu itu... mereka iri.. ah.. itu biasa.. aku juga iri sama kamu kok... contohnya kemarin,” ujar Shin, cuek. Dia malah berdiri dan melihat lukisan bunga di depannya.
Lalu dia nyeletuk,” ini lukisannya bagus sekali... model apa??”
Minho jadi memberhentikan main game nya, lalu dia sejenak memegang lukisan itu.
“ini alirannya abstrak futuristik, beda sekali dengan abstrak biasanya. Ini dibuat oleh seniman terkenal, Tuan Hwang Hyeon Min yang membuatnya.. dari sekitar tahun 1915,”

Shin kaget dengan pemaparan Minho,” What?? Asli enggak nih lukisannya??”
“asli,” jawab Minho santai
“Hwang memang tidak menunjukkan tanda tangannya, tetapi.. Hwang memiliki ciri tersendiri dalam setiap lukisannya... nih.. lihat,” lanjut Minho lagi, dia menunjukkan sebuah simbol seperti bunga dengan goresan khusus...coba lihat,” lanjut Minho lagi. Dia menunjuk pada pojokan lukisan yang memang ada simbol seperti bunga lili.
Shin mengangguk-angguk saja dan berdecak kagum dengan kemampuan clairvoyance Minho.
“kok kamu bisa sampai nebak tahun pembuatan lukisan ini segala??”
Minho cuma senyum lebar,” enggak ngerti.. ya.. gitu deh”
Shin berdecak lagi. Dia memang kagum dengan kepintaran Minho sejak mereka kenal dan jadi satu kelas.
Minho duduk lagi, santai, main game lagi.
Shin tetap berdiri memandang lukisan itu.
“gila..ini asli... pasti mahal banget,” gumamnya dengan suara pelan

Kwon pun datang, keluar dari lift. Shin mencolek pundak Minho yang masih asyik main game.
“eh.. itu dia,”
Minho memberhentikan main nya, berdiri, lalu walau Kwon masih dari kejauhan berjalan, mereka menunduk hormat pada dosen itu.

Kwon pun berdiri tepat di hadapan mereka.
“maaf aku terlambat,”
Minho dan Shin masih menunduk hormat, lalu berdiri seperti biasa lagi.
Kwon memberikan sebuah buku yang ternyata itu semacam modul pemberlajaran fisika quantum, untuk Minho.
Minho mengambil lalu membuka beberapa lembar, Shin mengintip.
“ah.. masuk diakal juga kenapa bu dosen Kwon minta test IQ.. susah banget ternyata mata kuliahnya,” kata hatinya Shin.

“kalian pasti belum tahu.. kalau mata kuliah ini baru ada tahun ini,” senyum Kwon. Dia duduk, lalu Minho dan Shin duduk juga di depannya, saling berhadapan.
Minho masih membuka modul pengajaran itu. Dia lupa, kalau Kwon adalah clairvoyant juga. Dia lupa menutup pikirannya, sehingga Kwon sedikit membacanya.
“ah.. ternyata dia belum memiliki prasangka apapun terhadapku,” kata hatinya Kwon.
Minho benar-benar lengah, dia hanya asik memperhatikan tiap subjek.

“ada pertanyaan tidak, Minho??,” tanya bu Kwon
Minho menengadahkan kepalanya, senyum,” tidak, bu.. tetapi rasanya aku butuh belajar dulu.. karena baru terima mata kuliah ini,”
Kwon senyum saja dan mempersilahkan dia membawa pulang buku itu. Tanpa banyak bicara lagi, mereka berpisah. Kedua mahasiswa itu kembali pulang naik bus.
                                                ...................................
Di jalan...
“eh Minho.. kamu serius mau jadi asisten dosen bu Kwon??,” tanya Shin lagi.
Minho mengangguk, dia buka lagi buku itu. Dipikirnya, dia bisa belajar tanpa harus bersusah payah.
Shin bercanda padanya, kalau nanti sebaiknya Minho hati-hati dengan tawaran bu Kwon.

“Kamu pikir bu Kwon naksir aku, begitu??,” tatapan mata Minho langsung aneh, dia menaikkan alisnya sedikit.
Shin malah bercanda lagi,” ah... percintaan dosen dan mahasiswa itu jaman sekarang biasa, Minho.. “
Minho nyegir kuda dengan perkataan Shin baru saja. Dia baru pacaran dengan seorang cewek dan yang dibilang Shin itu cuma bahan ejekan terhadap dirinya.

Shin tertawa, mengejek Minho yang memang terkadang terlalu polos jadi cowok.
“jadi.. kamu pikir.. bu Kwon naksir aku, begitu??,” Minho mengulang lagi pertanyaannya pada temannya itu.
Shin Dong hanya tertawa saja, menurutnya, bisa saja itu terjadi.
“kamu sendiri punya kemampuan aneh itu.. kok tadi enggak kamu gunakan sih??”
Minho jadi berfikir, kenapa dia tadi lupa..tidak kepikiran kalau bu Kwon bisa saja membaca pikirannya??
                                                ...................................
Disebuah tempat....
Sebuah ruangan yang berukuran 5x5 m2 dan agak gelap. Seorang lelaki berbicara dengan Kwon. Dia menghisap cerutu mahal lalu menghembuskan asapnya, tepat di depan wanita itu. Lelaki itu didampingi oleh tiga orang lelaki yang tinggi, berdiri di belakangnya.
“kerjamu lambat sekali, Mi Young.. sudah aku katakan kalau begini terus, sama sekali rencana kita bisa gagal semua.. berapa orang yang sudah berhasil kamu dekati??,” kata lelaki itu, sambil masih menghisap cerutu dan menghembuskan asapnya.
“dua.. Nam Joong Ul dan Goo Ho Seo,” jawab Kwon. Wajahnya tersirat rasa tegang, walau dia sembunyikan di hadapan lelaki itu.

“kamu katakan kalau ada satu lagi yang membuat kamu tercengang,” kata lelaki itu dengan ekspresi santai. Dia lalu membuka sebuah kotak.
“persediaan valium carbon athorium kamu.. sudah habis bukan??,” lanjutnya masih dengan ekspresi santai.
Kwon Mi Young sangat tergantung pada serbuk putih zat itu. Jika dia kekurangan, maka tubuhnya akan gemetar, otaknya berputar-putar sangat memusingkan, kepalanya terasa mau pecah, mual, menggigil, mendadak jadi agresif dan bisa menyerang orang disekelilingnya.

Bibir Mi Young sudah mulai gemetar, kepalanya sudah mulai pusing. Dia memang membutuhkan serbuk itu per minggu.
” tolong jangan di stop... aku... butuh itu”
Lelaki berpakaian jas itu bernama Lee Sang Geoul. Dia seorang pengusaha perumahan dan apartment, tetapi juga mencalonkan diri menjadi presiden berikutnya.
“kamu tidak akan bisa lepas dari valium itu... ,”
“siapa nama anak lelaki itu??”

Mi Young masih menjawab dengan suara gemetaran,”Lee.. Lee Min... Ho”

Sang Geoul santai tetap berbicara dengan suara dingin pada Mi Young.
“Umm.. Lee Minho,” gumamnya, sepertinya dia berfikir, mengenal nama itu dalam ingatannya. Lalu dia memberikan tanda dan ada perempuan muda disampingnya dan dia berbisik pada perempuan itu, untuk menyelidiki siapa Lee Minho sebenarnya. Perempuan itu mengangguk saja, lalu berdiri bersikap seperti biasa lagi.

“dia.. memang cerdas... aku baru saja membujuknya untuk menjadi asisten ku..,” kata Kwon.
“Bukankah dia juga mind reader sepertimu?? (orang yang bisa membaca pikiran orang lain-red),” tanya Sang Geoul.
Kwon mengangguk.
Sang Geoul agak tertawa kecil,” jadikan dia orangku... kamu sudah pernah cerita sebelumnya... jika tidak berhasil.. pastikan kamu tidak ada lagi di dunia ini”
Kwon langsung takut dengan perkataan lelaki itu baru saja. Dia gemetaran, tetap Sang Geoul tetap saja tidak memberikannya serbuk putih itu, bahkan tiba-tiba menyuruh lelaki dan perempuan di belakangnya.

“Hey... lepaskan aku!!,” teriak Kwon. Dia dipegang paksa dan diikat.
“Tuan Lee... tolong lepaskan aku!,” teriaknya lagi pada Sang Geoul
Tetapi lelaki itu cuek, hanya senyum saja.
“tinggalkan aku,” katanya, dingin pada para anak buahnya.
Mereka semua menunduk hormat, segera meninggalan ruangan.

Sang Geoul menendang kursi yang diduduki Kwon, sehingga perempuan itu terjatuh.
“BUG!,” suara kursi ditendang dan jatuh
“Ah!,” Kwon menahan dirinya agar tidak jatuh, tapi jatuh juga, dia mengaduh.
Tubuhnya sudah berada di lantai. Sang Geoul lalu menghampirinya, berjongkok.

“lepaskan aku... aku butuh serbuk itu,” kata Kwon. Dia menghiba pada Sang Geoul.
Lelaki itu bukanlah orang yang gampang melepas orang lain, walaupun sudah kenal dan dekat dengannya. Dia masih santai berjongkok di depan tubuh Kwon yang terbaring jatuh di lantai dan terikat di kursi.
Sang Geoul senyum licik, mencolek dagu nya Kwon.
“nanti..setelah kamu bisa temani aku,”
Kwon memalingkan wajahnya. Tapi Sang Geoul malah mendekatinya..
                                    ..............................................
“Hahaha... yippie.. aku menang lagi!,” Minho teriak-teriak di kamarnya, mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya, ekspresi menang. Ternyata dia sedang bermain game favorit nya.
“Level 152, haha!,” ketiknya di game online, bersama dengan para temannya di laptopnya.
Satu kelompok game nya mengetik senang tanda mereka menang.
“Minho memang hebat!,” ketik salah seorang temannya.
Tapi, ada seorang cewek dengan ID: Micron_world masuk ke ID nya Minho.
chughahaeyo, Minho,” (selamat)
“eh.. gomawo, Micron (terima kasih),” balas Minho dengan ketikannya lagi, ditambah emoticon senyum.
Minho memang memakai nama ID aslinya, dia polos sekali.
“kamu pinter banget deh.. grup ku kalah,” keluh Micron.
Minho mengetik tanda tertawa. Dia memang merasa, grup Micron adalah musuhnya di dunia game.
“ah.. grup kamu juga kuat kok, Micron,” balas ketikan Minho.
Minho penasaran dengan nama aslinya Micron. Sudah satu bulan lebih mereka main game online sambil ngobrol, tetapi sama sekali tidak saling tahu. Micron berfikir, Minho menggunakan nama gamer umumnya, begitu pula sebaliknya.

Minho lalu bertanya apa Micron punya messeger yang mereka bisa ngobrol berdua saja. Micron sepertinya cewek yang menyembunyikan dirinya dari Minho.
“tidak punya,” balas Micron
Minho hanya membalas dengan mengetik emoticon senyum. Aslinya, dia mencari data cewek itu.
Dia lalu membuka window baru di laptopnya, mengutak utik, sepertinya sebuah sistem online.

Mendadak, setelah 30 menit, Micron mengetik sesuatu di game online group.
“aku mau keluar dulu.. kita sudah kalah dari grup Minho,” ketiknya pada teman-temannya
Minho cepat membalas cewek itu dengan iseng mengetik “Kim Young Hee, hehe”
Ternyata, dalam waktu 30 menit, dia sudah bisa mendapatkan data Micron dengan cepat berupa nama dan emailnya!!.
Micron langsung memperhatikan tulisan itu yang ternyata namanya.
“hey... kurang ajar!,” ketiknya, marah pada Minho.
Tapi Minho hanya mengetik tanda senyum lebar, dia memang cowok yang tidak bisa dianggap remeh, walau dalam dunia game.

Shin Dong mengetik icon tertawa lebar. Grup Minho jadi mentertawakan Micron alias Kim Young Hee.
“kamu harus tahu.. kalau Minho itu pintar.. makanya dia jadi ketua grup kita, hehehe”
“kamu terlalu sombong, Micron... aku bisa tahu, kamu anak siapa,” ketik Minho
Semua teman grup Minho jadi mentertawakan grup Young Hee.
Young Hee kesal dibully oleh grupnya Minho.
Sekali lagi, Minho hanya mengetik emoticon senyum.
“aku balas nanti,” ketik Young Hee.
Minho malah jadi meledek dia dan grupnya,” ayo balas.. aku tunggu ... tapi aku mau tidur dulu..sudah malam.. “
Shi Ho, salahsatu grup game Minho juga tertawa terbahak-bahak. Mereka semua membully Young Hee.

Minho mengakhiri game nya, keluar, mematikan laptopnya, lalu melompat dan berbaring di atas tempat tidur.
“Hah! Rasakan deh Micron! Hahaha!,” dia tertawa senang, bisa membully grup lawan.
 Shin Dong masuk dalam messeger nya, mereka jadi tertawa.
“Minho.. dia tadi masih marah walau kamu sudah keluar”
Minho membalas lagi dengan tertawa pada Shin Dong,”rasakan... eh.. tapi..sepertinya dia anak orang penting”
Shin Dong tidak percaya, lalu Minho membuka window internetnya, menyimpan sebuah foto.

“ini...,” dia mengirimkan Shin Dong foto seorang cewek berusia 20 tahun juga.
“itu Kim Young Hee.. anak dari Kim Hee Chan... calon presiden pemilihan berikutnya,” lanjut Minho lagi

Shin Dong kaget, dia tidak percaya.
“Ah.. masak iya anak calon presiden main game? Hehehe”
Minho jadi ngambek temannya itu tidak percaya padanya,” lihat saja nanti... aku sudah pegang datanya loh... makanya dia marah.. kalau perlu.. password (kata kunci) emailnya aku bobol juga”
Shin Dong mengetik decakan pada Minho. Lalu, dia tanya Minho, mau apa dengan Young Hee itu.

“penasaran dengannya,” balas Minho singkat pada Shin Dong.
“sudah deh, Minho.. enggak usah macam-macam.. kalau dia anak politikus.. kehidupanmu bisa berbahaya loh,” ketik Shin Dong.
Minho malah tertawa, dia bilang hanya iseng pada cewek itu, karena dia sombong dan ingin menang sendiri. Minho memang suka iseng dengan cewek yang sifatnya seperti itu.
“eh... tapi.. kalau dia beneran anak Kim Hee Chan.. bukannya pria itu orang baik dan bersih ya??,” tanya Minho.
“banyak yang bilang sih, begitu,” balas Shin Dong. Tapi dia memperingatkan Minho supaya lebih baik tidak turut campur dalam dunia seperti itu.

Minho malah membalas dengan hal yang terkesan ngaco. Dia katakan pada Shin Dong kalau dia kepikiran tentang Kwon.
what?? Apa hubungannya kamu sama bu Kwon?? Tuh kan... benar kan.. kamu pasti naksir ya??,” tembak Shin sambil pasang icon tertawa
Minho cemberut di depan smartphone nya,” Bukan begitu.. kamu bodoh banget... sudah ku bilang kan.. aku sempat merasa hal yang enggak enak dengan bu Kwon.. dia.. sepertinya sama denganku,”
Shin Dong malas membicarakan kemampuan Minho yang kadang memang membuat orang bingung dan sulit dimengerti. Tidak banyak atau hampir tidak ada orang dengan clairvoyance, yang Shin Dong kenal.

“kamu ngomong kemampuan mu terus.. aku enggak ngerti.. kalau kamu emang naksir dengan bu Kwon.. bilang saja,” kata Shin Dong lagi
“si bodoh.. enggak ngerti juga maksudku,” Minho menggerutu, kesal pada best friend nya itu.
“bu Kwon itu.. sama denganku.. seorang clairvoyant juga,” lanjutnya lagi.
Shin Dong kaget, dia yang sedang santai chat dengan Minho sambil minum dan makan burger, jadi tersedak.
“ngayal deh,” katanya pada Minho.

Minho kesal kalau sudah tidak ada yang percaya dengan perkataannya. Dia katakan sekali lagi pada Shin kalau dia berbicara dengan Kwon, dia pening dan seperti menangkap gelombang.
“kamu kebanyakan ngerjain soal fisika gelombang sih.. jadi ngayal,” keluh Shin
Minho makin tambah kesal diejek temannya. Dia jelaskan kalau sesama clairvoyant memang bisa merasakan warna, rasa gelombang, baik pada manusia dan juga benda sekelilingnya.
“lalu... kamu mau ngapain dengan bu Kwon?,” akhirnya Shin penasaran juga. Dia memang suka berantem dengan temannya itu, kalau tidak ada yang saling faham.

“bu Kwon sepertinya dalam bahaya,” kata Minho
Makin sebal Shin sebenarnya dengan sahabatnya itu kalau sudah mulai aneh, sebab dia tidak bisa sampai perasaan dan analisanya seperti Minho. Tentu saja memang kalau dituruti, hanya sedikit yang bisa mengerti orang seperti Minho.
Akhirnya, Minho malah menelepon temannya itu.
“bu Kwon dalam bahaya,”
Shin Dong jelas kaget,” kamu makin aneh deh, Minho.. tadi sore bu dosen baik-baik saja kok”
Minho menganggap Shin tidak mengerti perkataannya.
“sepertinya.. bu Kwon terikat dengan seseorang... yang mungkin lebih kuat darinya... atau.. bahkan lebih kuat dari Kim Hee Chan itu,” kata Minho
“mulai deh... mulai Lee Minho ngayal banget,” timpal Shin.
“hey.. dengarkan aku dulu deh,” gerutu Minho.
Minho melanjutkan perkataannya. Dalam penangkapan otaknya, dia mengatakan pada Shin kalau Kwon memang sepertinya dalam sebuah dilema yang bisa mengancam jiwanya.
“dia bisa saja meninggal kalau dia tidak melepaskan diri dari genggaman orang itu,”

Shin penasaran, apa Minho bisa menggambarkan tipe orang yang bisa membahayakan dosen mereka itu.
“aku tidak bisa sampai seperti itu, Shin... itu namanya cenayang.. aku hanya bisa merasakan apa yang akan terjadi,” jawab Minho.
“bu Kwon mungkin saja menyembunyikannya... kamu kan tahu.. dia itu tertutup,” kata Shin.
Minho mengangguk saja.
“bu Kwon..seperti seorang pecandu obat-obatan,” kata Minho lagi
“aduh.. makin kamu kayak pacar bu dosen.. pacarmu nanti bisa marah,” potong Shin.
“kamu mungkin pikirnya tidak percaya aku bisa seperti mengenal bu Kwon... ketika gelombangku bertabrakan dengannya.. apalagi dengan sesama clairvoyant.. kami bisa saling tahu apa yang bisa saja terjadi... termasuk ketika aku memperkirakan sesuatu,”
Shin bergumam dengan pemaparan Minho.
“trus.. kamu mau bilang pada bu Kwon sendiri.. kalau dia dalam bahaya?”

Minho diam setelah Shin bertanya itu. Dia bingung dengan rencana selanjutnya.
“besok kan ada mata kuliahnya.. jadi besok mau aku dekati deh,” lanjut Minho lagi.
Shin cuma tidak habis pikir dengan hal-hal semacam ini. Besok, semoga memang bu Kwon masuk untuk mengajar mereka, dan yang pasti, Minho akan mencari tahu, kalau bisa, menyentuh sedikit barang yang sudah dipegang oleh Kwon itu.

Bersambung ke part 3....