Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...
Pulang dari mengantarkan Hyo Rin sampai
gerbang, Minho bermain-main dengan Myong sambil menulis not lagu. Dia bergumam-gumam
di depan piano klasiknya yang besar itu sambil mencari nada yang pas untuk lagu
nya itu.
”na.. na.. na.. tring.. tring..tring,”
suara gumam dari mulutnya keluar bersamaan dengan not balok. Myong hanya
menggonggong saja.
”Museun
il-iya??,” tanya Minho pada anjingnya itu.
Myong lalu pergi ke pojokan kamar Minho
yang besar itu, menggigit sesuatu. Ternyata Myong mencuri sesuatu..... penjepit
rambut cewek!
Minho lalu berjongkok di depan Myong,” Aigoo.. kamu mencuri.. ini punya siapa...
Eonni??”, dia dua bersaudara dengan
kakak perempuan.
Myong hanya menggonggong.
”berisik sekali.. ini punya siapa??,”
tanya Minho lagi pada anjingnya itu, tapi Myong memang hanya menjawab dengan
gonggongan.
”sepertinya Eonni tidak punya ini??,”
katanya dalam hati. Dia melihat jepitan rambut sederhana warna biru muda. Kakak
perempuannya tidak suka warna biru, tapi warna pink.
”Eonni kan pecinta pink... jadi rasanya
tidak mungkin jepitan rambut dia,” pikir Minho lagi. Dia mengambil itu dari
depan Myong lalu berdiri lagi.
”Lain kali kamu tidak boleh mencuri..
nanti aku bilang Eomma... kamu bisa dikurung,” katanya menasehati Myong, lalu
kembali mencari not untuk lagu ciptaannya itu.
Myong hanya menunduk lalu menaruh wajahnya
di lantai.
”Ini harus selesai.. sebentar lagi syuting..
hufh,” dia mengeluh sambil
menekan-nekan tuts piano itu.
Dia sibuk terus mencari nada, mulai dari
berada di depan piano, lalu bangun, mengetuk-ketuk pipinya dengan pinsil sambil
berdiri membawa kertas not balok, kembali lagi duduk di depan piano mencari
nada.. terus dan terus
berjam-jam.. sampai akhirnya selesai juga.
”YES!!,” teriaknya, mengepalkan jari
jemarinya, diangkat ke atas, dengan penuh semangat.
Minho lalu mengambil Hp nya dan merekam
sendiri dia bernyanyi. Setelah selesai, dia lalu memberikan rekaman itu via mesej inbox kepada managernya, Roh Byung
Ho.
Byung Ho langsung mendengarnya.
”wah.. hebat.. lagunya bagus dan menyentuh
banget!,” kata Byung.
Minho lalu mendekatkan wajahnya pada
smartphone nya, bicara dengan Byung Ho,” kamu boleh deh kasih dengan Manager
Ban besok.. sore ini ibuku mau buat pesta kecil drama baru ku yang kemarin
bersama teman-teman bisnis ayahku.. jadi..sampai jumpa besok,”
Byung Ho mengangguk dan Minho menutup call nya. Minho lalu kembali menuju
tempat tidurnya yang besar lalu memegang penjepit biru itu.
”punya siapa ya? Myong iseng banget,”
katanya. Dia lalu bangun lagi, mandi dan ganti baju, siap-siap untuk pesta
kecil di belakang rumah.
......................................
Minho keluar kamar dengan baju yang sederhana
saja, jas putih semi formal yang didalamnya dipadu dengan kaos tanpa hem.
Celana panjangnya dari jeans denim. Pesta itu memang semi formal, jadi dia
memakai baju yang sedikit santai. Ketika ke halaman belakang, sudah berkumpul rekan-rekan
bisnis ayahnya. Disana juga sudah ada kakak nya yang sudah pisah rumah dengan
kedua orangtuanya semenjak menikah.
Minho malah menuju kakaknya dan berbisik,”
Eh, Eonni.. kamu tinggalkan jepitan rambut biru di rumah tidak sih? Myong
membawa sebuah jepitan warna biru ke kamarku.. dasar,”
Kakaknya, Kyun Min membalas bisikannya,” Ani.. kamu kan tahu..aku tidak suka
warna biru.. jepit rambut
saja warna pink... jadi.. pasti bukan punya ku”
”Atau.. ini punya Chung Ae??,” tanya Minho
lagi, menyebut nama keponakan perempuannya.
Kyun Min menggeleng,” aku bikin anakku
penyuka warna pink juga.. dasar.. seperti kamu enggak tahu aku saja, Minho”
Kyun Min merebut jepitan itu dari tangan
Minho,” coba aku lihat”
Lalu dia bergumam,”Umm.. ini jepitan murah..
paling harganya hanya seratus ₩on.. enggak kena ku pakai dong,”
”punya siapa ya?,” Minho malah jadi sibuk
pikirin jepitan itu.
”Buang saja.. paling Myong iseng mengambil
dari pembantu seputar kompleks ini.. dia kan suka iseng,” jawab Kyun santai.
”penasaran,” balas Minho, dia simpan lagi
jepitan biru kecil itu dalam sakunya.
Kyun bercanda kasar pada adiknya sendiri,”
awas loh.. nanti punya orang
miskin.. itu jepitan murah banget, hahaha”
Minho cuek saja dengan bercandaan kasar
kakaknya itu. Dia lalu menuju keramaian.
.............................
”Hallo, Minho.. kamu masih ingat dengan
ku? Paman Jo,” kata seorang lelaki paruh baya, dia langsung memeluk Minho dan menepuk
pundaknya.
”Jo samchon..
selamat datang,” sapa Minho
dengan ramah
Jo melepas pelukannya,” sudah tinggi
sekali dia.. dulu masih setinggi ini, hahaha”
Minho berdiri agak sedikit menunduk karena
bapak-bapak disitu teman-teman ayahnya tidak lebih tinggi darinya, untuk
menghormati mereka.
Minho tertawa kecil,” aku tidak mungkin
setinggi ini terus, Samchon, hihihi,” sambil dia menunjukkan tingginya sewaktu
kecil.
”Ganteng sekali dia.. sudah cocok punya yeojachingu (pacar).. sudah ada belum,
eh??,” colek rekan bisnis ayahnya yang lain
Minho malah jadi malu ditanya pacar, dia
menggaruk-garuk kuping kirinya,”Belum ada, hehe.. sedang sibuk main drama,
hehe”
”wah.. debut drama mu memang mengagumkan..
sampai puteriku saja sampai
ngefans denganmu,” kata salahsatu teman ayahnya yang lain
”Gambsahabnida,
Samchon.. aku masih terus berusaha yang terbaik supaya bisa lebih banyak
berkarya,” basa basi Minho dengan senyum
Tak berapa lama, pembantu menawarkan
mereka kue, salahsatunya ada kue beras buatan nenek Na Ri, neneknya Hyo Rin.
Mereka mengambil dan mencicipi.
”Enak sekali Lee-ssi.. kue ini,” kata Tan pada Lee Jung Hoon, ayah Minho
”Ini isteriku yang pesan,” jawab Lee,
ramah
”Ini punya temanku, Appa.. buatannya
memang enak.. Myong saja rakus kalau makan ini,” kata Minho, ikut dalam
pembicaraan itu. Dia senang
mereka membicarakan tentang enaknya kue itu.
”Tinggal dimana??,” tanya Tan pada Minho,”
mungkin aku bisa pesan untuk isteriku pesta”
”Eh.. di.. ,” Minho mikir sejenak,”Goru!”,
dia berbohong lagi tentang Hyo Rin.
”Aku lupa..iya.. di Goru,” kata Minho
lagi.
”Oh.. daerah terkenal.. tapi masih ada
yang jual kue sangat tradisional begini.. ,” ujar Tan, sambil dia mengunyah kue
itu.
”Nanti saya tanyakan isteri ... no kontak
pembuatnya,” jawab Lee.
Tan berterima kasih. Minho lalu meminta
ijin keluar dari kumpulan pembicaraan itu. Sementara para pria itu tetap mengobrol dan
beralih ke bisnis mereka.
Minho tidak bisa terlalu berlama-lama
ditempat ramai. Dia lalu duduk menyendiri di ruang tamu dan malah mengeluarkan
lagi jepit rambut itu.
”apa punya Hyo Rin ya??,” malah dia
memikirkan gadis penjual kue beras itu.
...............................
Selesai pesta, Minho berkumpul dengan
keluarganya diruang makan, untuk makan malam.
”Tadi rekan-rekan kerjaku memuji kue
buatan temannya Minho,” kata Lee memulai pembicaraan.
”Memang enak sekali.. kamu bilang.. dia tinggal di Goru? Memakai apa dia
kesini?? Mobil??,” lanjutnya
lagi
”Sepeda, Appa,” balas Minho singkat
”Sepeda? Hari gini?? Memangnya dekat ya..
jarak Goru ke rumah kita?,” tanya Kyun Min keheranan
Myong duduk saja dilantai, mendengarkan
mereka makan, sambil meletakkan wajahnya dilantai.
”aku juga bingung, Nampyeon.. jarak sejauh itu,” kata Han Sora, isterinya Lee.
”Memang kamu temukan dia dimana?,” tanya
Lee pada isterinya
Han cerita kalau dia bertemu dengan Hyo
Rin saat dia melewati jalan besar yang berdekatan dengan taman yang biasa mereka
lewati sebelum jalan ke komplek rumah. Lee heran, sebab taman itu biasanya
dikunjungi orang dari kalangan menengah ke bawah, apalagi saat jelang liburan,
hanya sekedar mereka untuk berjalan-jalan menikmati suasana
”aku pikir, dia punya toko dan kamu beli
di tokonya..sebab biasanya yang suka beli dijalan.. mereka pedagang kecil
biasa,” kata Lee lagi. Isterinya memang termasuk perempuan yang jarang keluar
rumah dan jarang sekali pergi ke tempat-tempat umum. Maklum saja, dia besar di
luar negeri.
”Tapi.. menurutku enak kok, Appa,” ujar Minho. Myong
menggonggong, seolah-olah dia setuju dengan pernyataan anak tuannya itu.
”Kalau sakit perut bagaimana?? Hiii,” kata
Kyun Min
Minho seolah membela Hyo Rin,”Chung Ae
sakit perut gak?? Biasanya anak kecil rawan sakit perut kalau makannya enggak
beres”
”kamu sakit perut??,” tanya Minho kepada
keponakannya itu
Chung
Ae menggeleng,”Ani, uncle.. aku suka kue nya”, senyum anak kecil 3
tahun itu pada Minho.
“Nah.. berarti enggak ada masalah… Myong
juga tidak diare,” ujar Minho.
”Guk! Guk!,” jawab Myong. Minho mengelus
kepalanya.
”Lagipula, Appa.. aku heran... Minho punya
teman tukang jualan kue beras... kamu memang bertemu dimana?,” tanya Kyun Min
pada adiknya sendiri. Mereka memang keluarga beda, keluarga kaya dan memang
Minho juga jarang sekali keluar rumah kecuali berolahraga.
Minho mengelak, dia mengaku kenal Hyo Rin
sebenarnya sudah lama, jauh karena teman SMA nya dahulu, tapi kemudian terpisah
dan baru seperti kenalan lagi kemarin.
”Katamu kalian baru kenal?,” Ibunya
bertanya ulang, mengingat yang tadi pagi menjelang siang.
”Enggak, Eomma..sebenarnya..aku sudah
cukup lama.. tapi sewaktu di
sekolah dulu.. aku kurang mengenal dia,” kilah Minho. Ibu dan ayahnya percaya
saja.
”Kamu kan sekolah dulunya untuk kalangan
khusus... kok bisa ya.. ada
anak penjual kue beras masuk sekolah itu?,” tanya Kyun Min keheranan.
Minho anggap kakaknya itu kepo, mau tahu segala sisi kehidupan
orang lain, karena kebiasaan menonton gossip.
”atau..dia cuma mengaku-ngaku?? Kamu kan sudah terkenal, Minho.. siapapun
bisa mengaku-ngaku kenal kamu,” lanjutnya lagi
”Tidak kok...dia memang temanku sejak
dulu.. aku memang kadang lupa sama nama teman kalau tidak sering lihat...
makanya kemarin kenalan ulang deh,” kilah Minho lagi.
”ah... sudahlah..tidak perlu dibahas...
lagipula, tidak ada keluhan dari para tamu,” kata Nyonya Han.
”Kamu.. bukannya ada rencana ingin gunakan
body guard nanti kalau ada acara ya??,” tanya Lee pada Minho
”Iya, Appa.. manajemen yang minta... ,”
balas Minho singkat
”ku harap kamu nyaman dengan seperti
itu..,” ujar ibunya. Tahu saja, sebenarnya anak lelakinya itu lebih nyaman
kemana-mana sendirian, tetapi sekarang posisinya sudah beda. Tidak ingin
anaknya ada masalah dengan keamanannya.
”aku hanya minta saat acara saja untuk sementara,
Eomma... tidak perlu 24 jam bersamaku,” balas Minho lagi.
Minho bilang, dia ingin tidak terlalu
dikekang kecuali saat waktunya kerja. Dia masih ingin berkumpul bebas dengan
temannya dikala ada waktu luang. Lee bicara pada anaknya, apa sudah dibicarakan
itu semua dengan manajemen, bahkan sampai waktu keluar kumpul dengan
teman-temannya. Waktunya jadi terasa sempit dan akan sibuk syuting sana-sini.
Kembali ke kamar, dia termenung-menung di
atas tempat tidur sambil melihat lagi jepitan biru itu. Myong melihat tuannya dengan
rasa heran dan menggonggong saja.
Minho iseng memukul kepalanya sambil
tertawa, lalu dia berjongkok di depan Myong,” kalau memang ini punya Hyo Rin,
bagaimana?? Aku bisa ada kesempatan bertemu dia lagi dong? Kamu pintar deh,
Myong, Hehe...”
Myong hanya menggonggong saja, Minho lalu
mengeluarkan sesuatu dari sakunya,”aku mengambil dua.. kita makan satu-satu..
ini”, membuka bungkusan kue beras itu dan memberikannya pada Myong
Minho mengelus-elus kepala anjingnya itu,
dia malah membayangkan Hyo Rin.
”kalau kamu beneran tinggal di daerah
kumuh itu... kamu miskin??,” katanya dalam hati
”kasihan sekali.. tapi aku malah penasaran
banget, Myong.. kalau dia memang tinggal di Go Ryong itu.. kamu tahu kan.. itu
daerah kumuh..enggak tersentuh,” kata Minho, ngobrol dengan Myong yang masih
makan.
”Guk!,” jawab Myong.
”Besok kan aku enggak ada acara nih..
besok kita cari dia lagi ya??,”
Jawaban Myong hanya menggonggong lagi.
...................................
Beberapa hari kemudian, sorenya, Minho
sengaja kembali berolahraga disana... dan hari hujan rintik-rintik.. di ujung
jalan paving blok, dia melihat Hyo Rin yang ingin pulang. Minho lekas
mengejarnya. Myong menggonggong duluan mengejar cewek itu.
Hyo Rin berhenti karena Myong sudah berada
di depannya. Dia otomatis memberhentikan sepedanya lalu menghampiri anjing itu,
berjongkok, tersenyum dan mengelus kepalanya.
”Hi.. kita ketemu lagi..,”
”Guk!,” jawab Myong, lalu dia menjilati
wajah Hyo Rin. Cewek itu tertawa kegelian.
Minho lalu menghampiri mereka, ikutan
berjongkok, lalu senyum pada Hyo Rin,” hi.. kita ketemu lagi”, dia menggerakkan
tangannya, dengan tanda victory
Hyo Rin tertawa,” ya... ketemu lagi..kamu
apa kabarnya?? Tidak sibuk??”
Mereka lalu berdiri.
”bagaimana waktu itu pestanya??,” senyum
Hyo Rin
”sukses banget.. mereka puji kue kamu
loh.. eh.. kue buatan nenek mu gitu,” Minho jadi malah terkesan salah tingkah
di hadapan Hyo Rin, dia sibuk menggaruk rambut belakangnya
Hyo Rin malah tertawa,” aku malah takut
kalian sakit perut... soalnya perut orang kaya dan orang seperti aku beda,
hahaha!”
Minho malah memandangnya agak aneh, dia
jadi sensitif dengan Hyo Rin. Minho memang malas kalau berteman membawa-bawa
status sosial. Dia beda
dengan kakaknya yang memang masih memandang hal itu.
”Kenapa.. apa aku tadi salah sebut??,”
tanya Hyo Rin, keheranan dengan ekspresi Minho.
Minho malah jadi tersinggung, tapi dia
berusaha mengontrol emosinya,” enggak.. ya sudah.. kue berasmu.. sudah habis
ya??,” dia membuka keranjang yang Hyo Rin bawa, tanpa ragu.
”masih ada 3.. hari ini lumayan.. padahal
hujan mulai turun,” senyum Hyo Rin padanya
Minho tanpa ragu malah mengambil satu,
membuka dan memakannya.
” Masih enak kok,” katanya, senang
mengunyah
”eh.. main ambil.. kali ini bayar loh,”
balas Hyo Rin
Myong menggonggong saja.
”anjing cerewet ini pasti mau juga,” Minho
cuek mengambil satu lagi, membuka bungkusnya dan melemparkan buat Myong, dan
dia pun memakannya.
Hyo Rin malah cekikikan,” kalian berdua
memang lucu”
Hujan rintik sudah mulai agak deras.
”kita harus lari nih.. aduh! Aku bisa basah kalau begini!,” teriak Hyo
Rin.
Minho langsung mengambil keranjang dan
menarik tangan Hyo Rin,” Ayo ke mobilku.. dekat dari sini.. nanti kita kehujanan!”
Hyo Rin malah teriak,”Hei.. nanti sepedaku
bagaimana ini?? Aduh!”
”Nanti saja.. hujan makin deras!,” teriak
Minho. Dia main tetap membawa keranjang kue dan menarik tangan cewek itu. Myong
langsung mengikuti juga.
Mereka berlari menghindari hujan yang
cukup deras, ke parkiran dekat taman dan sungai besar itu, Minho lalu membuka
kunci mobil.
”masuk,” katanya. Hujan deras. Mereka
sudah mulai kehujanan.
Hyo Rin akhirnya masuk juga, lalu disusul
Minho. Baju mereka basah.
Myong hanya duduk di belakang.
Hyo Rin mengelap-lap bajunya yang basah.
”Untung sudah lekas lari...coba kalau
enggak.. makin parah deh,”
keluh Minho. Dia juga mengelap baju olahraganya yang basah.
”ini,” katanya lagi, memberikan lap pada
Hyo Rin
Hyo Rin lalu mengelap wajahnya yang juga
basah. Minho memperhatikannya saja.
Cewek itu heran,” kenapa melihat aku
begitu?”
Minho kegep
ketahuan memperhatikan dirinya dalam-dalam,” eh..enggak kok... ini.. aku punya
minuman.. mau??”
Dia membuka dashboard dan ada minuman
kaleng di dalamnya, memberikannya pada Hyo Rin. Lalu mereka minum bersama, hujan diluar mobil
makin deras saja.
”aduh.. hujannya semakin deras saja,” kata
Hyo Rin memandang luar. Kaca mobil jadi sangat buram karena hujan. Minho
memasang window wipe.
”drak.. drak.. drak,” suara pengelap
jendela mobil memecah kesunyian. Hyo Rin masih terus memandang jendela luar.
Hujan masih belum reda juga.
”sepeda ku.. bagaimana ini??,” dia
memandang jauh ke luar, sudah tidak terlihat sama sekali karena kabut.
”tenang saja.. enggak bakalan ada yang
mengambil.. percaya deh..,”
kata Minho santai, sambil sesekali menenggak minuman kalengnya.
Dia lalu menoleh pada cewek itu,” kamu.. benar tinggal di Go Ryong??,”
Hyo Rin mengangguk,” iya.. kenapa?? Kamu
sudah bohong kemarin pada ibumu”
Minho menaruh kaleng bekas minumnya ke
samping kursinya, lalu dia menoleh lagi pada cewek itu,” aku tidak yakin kalau
kamu jujur, kue mu diterima orangtuaku”
Hyo Rin malah tertawa,” ya.. aku tahu.. karena aku dari Go Ryong kan?? Haha”
Minho mengangguk,” begitulah.. kamu tahu
sendiri”
Hyo Rin menaruk kaleng minumannya
disamping jendela mobil, lalu dia menggeliat, menekuk-nekuk jari jemarinya satu
sama lain
”Haaaahh... hari ini untungku lumayan.. besok aku harus berjualan lagi pagi-pagi
sekali.. semoga saja hujannya cepat berhenti!”, katanya dengan wajah ceria
Minho memperhatikannya dan senyum.
”aku.. membuat lagu untuk kamu loh,”
Hyo Rin menoleh,” eh?? Beneran??,”
Minho mengangguk senyum,” iya... benar.. lihat saja nanti di drama baruku... itu
lagu untuk kamu”
Hyo Rin malah tertawa,” hahahaha.. bohong ah kamu! Mana bisa aku jadi
inspirasi kamu buat lagu, haha!”
”tidak percaya?? Sebentar..,” Minho lalu
mengeluarkan smartphone nya dan memutar lagu itu.
Hyo Rin dan Minho mendengarkan sampai
selesai.
”Itu.. benar untukku??,” tanya Hyo Rin,
keheranan
Minho mengangguk dan senyum,” benar kan.. kamu
penjual kue beras?? Siapa lagi penjual kue beras yang aku kenal??”
Hyo Rin lalu memandang keluar jendela,
masih dalam suasana hujan yang deras.
”Dulu.. kami seperti keluargamu, Minho.. tapi akhirnya..aku dan nenek harus
berjuang.. kedua orangtuaku bunuh diri karena kami bangkrut”.
Minho diam sejenak, lalu,” aku minta maaf
kalau keluargaku mengingatkan masa lalu mu”
Hyo Rin lantas menoleh lagi padanya,”
enggak apa kok.. kan bukan salah kamu, hehe”, wajahnya kembali ceria.
”Tapi.. manajer mu enggak tahu kan.. kalau
kita berteman? Kamu aktor terkenal loh.. mana bisa berteman dengan seorang
penjual kue??,”
”memang kamu pikir.. aktor hanya bisa
berteman dengan aktor lagi?? Aku bukan yang seperti itu, Hyo Rin,” jawab Minho
dengan wajah seriusnya.
”yang kutahu seperti itu kalau di
drama-drama yang suka Ha Neul dan Ho Sung tonton.. aku saja tahu kamu dari
mereka.. aku terlalu sibuk membantu nenek membuat kue,” kata Hyo Rin, wajahnya
tidak lagi melihat Minho
Minho lalu menoleh padanya,” hey.. lihat
aku, Hyo Rin”
”ya??,” jawab cewek itu sambil menoleh
pada Minho.
”aku menganggap kamu temanku.. mau kamu
ini hanya berjualan kue saja.. aku temanmu,” kata Minho serius
Tapi Hyo Rin malah cekikikan,” Tidak
pernah aku mimpi dalam hidupku bisa berteman dengan aktor ternama.. pasti kalau
kamu lebih terkenal lagi..aku akan lebih susah menghubungi kamu.. bahkan
mungkin nanti kamu dijaga bodyguard.. iya kan? Hihi”
”tidak lucu,” keluh Minho. Dia lalu
menyandarkan badannya ke kursi mobil. Memasang wajah cemberutnya.
”Mian..
mian.. tapi... bukannya biasanya begitu bukan??,” tanya Hyo Rin
”bisa iya.. bisa juga tidak.. ,” jawab
Minho masih dengan cemberut.
”pasti kamu akan sibuk banget dong...
apalagi katanya kamu mau buat drama baru... ya mungkin saja.. aku cuma akan bisa lihat kamu dari jauh,”
kata Hyo Rin lagi
”Kok bisa berkata begitu??,” tanya Minho.
Hyo Rin menoleh padanya,” biasanya
begitu.. iya kan??”
Minho lama tidak menjawab, baru akhirnya
dia mengangguk.
Hyo Rin menatap lagi keluar jendela, hujan
masih belum reda juga, sampai kapan mereka ada di dalam mobil itu.
”aduh.. hujannya reda dong.. ini sudah
malam sekali.. bagaimana aku harus pulang kalau begini??,” akhirnya dia
mengeluh juga.
”aku antar saja,” kata Minho, santai
Hyo Rin menoleh padanya,” jangan.. nanti
mobilmu kotor sekali.. disana becek”
”memang.. kamu mau pulang dalam keadaan
hujan deras begini?? Kalau
kamu nekat pulang, kamu sakit..dan enggak bakalan bisa lagi bantu nenekmu
berjualan”, balas Minho lagi.
Hyo Rin malah cekikikan dengan perkataan
Minho baru saja.
”aku jadi mengingat kedua orangtua ku..
mereka melarangku main hujan-hujanan.. ,”
Minho malah jadi semangat,” o yeah? Jadi.. aku boleh dong.. antar kamu??”
”memang.. besok kamu tidak sibuk?? Tidak
usah, Minho.. kamu pasti akan sibuk sekali besok.. kamu harus istirahat..,”
jawab Hyo Rin
”aduh kenapa ya... hujannya deras
sekali??,” lanjutnya.
Minho lalu cerita kalau esok dia hanya ada
pemotretan yang menurutnya kemungkinan tidak lama dan mengambil setting sore
hari. Hyo Rin memberikan semangat padanya kalau bekerja baiknya serius dan
menjiwai.
”Hyo Rin...,” kata Minho tiba-tiba.
”ya??,”
”kamu.. apa tidak sedih.. ditinggal kedua
orangtua mu??,” tanya Minho
Hyo Rin senyum padanya,” sedih sekali..
bahkan..aku sempat berfikiran ikut mati bersama mereka.. tapi bagaimana nanti
nasib nenek dan kedua adikku? Aku sekarang hanya berharap... hidupku suatu saat
akan berubah.. aku ingin membahagiakan kedua adik dan nenekku”
Minho memperhatikan saja wajah cewek itu,
matanya berubah menjadi sayu.
Hyo Rin heran,” eh.. kenapa kamu memandangku
seperti itu?? Mau latihan drama??”
Minho sadar, dirinya sudah mulai suka
dengan cewek itu, suka dengan kepolosan, kesederhanaan dan keaslikan sikapnya
pada dirinya.
”ah..enggak.. aku cuma pikir.. kamu juga
suatu hari nanti bisa beruntung kok.. dunia ini kan seperti roda... asal kita
berusaha, pasti kita dapat yang terbaik,”
”iya, hehe.. aku harus tetap optimis dalam
hidupku,” jawab dan tawa renyah Hyo Rin padanya.
Lalu dia memandang lagi luar jendela.
”sepertinya hujannya lama.. kita tidur
saja di dalam mobil kalau begitu,” kata Minho
Hyo Rin menoleh lagi,”Hieeehh?? Tidak bisa begitu..aku harus pulang”
”ya.. nanti aku antarkan.. enggak perlu
khawatir,” kata Minho. Dia menoleh kebelakang dan melihat Myong sudah tidur
diatas kursi, meringkuk, kedinginan.
Hyo Rin ikut menoleh dan dia tertawa
melihat cara tidur anjing itu.
”Myong lucu sekali.. kamu pelihara dia
sejak kecil??,”
Minho mengangguk,” dia setia pada
keluargaku.. tapi..dia juga tahu siapa orang yang dia temui.. baik atau jahat”
”kelihatannya dia memang anjing yang
baik.. aku suka,” kata Hyo Rin
”dia juga anggap kamu sebagai teman..
buktinya, pertama kali melihatmu..dia tidak menyerangmu,” senyum Minho.
Hyo Rin mengangguk,” anjing yang baik.. ”
”eh, Hyo Rin...,” panggil Minho lagi. Dia
menegakkan badannya yang tadi menoleh melihat Myong.
”apa??,” jawab cewek itu.
”kalau aku memang aktor.. kenapa kamu
sepertinya menjauh??,” tanya Minho lagi
Hyo Rin tertawa keras terpingkal-pingkal,
dia menutup mulutnya dan tertawa berpaling dari Minho, menghadap jendela luar
mobil disampingnya. Dia katakan sebenarnya dia seperti mimpi disiang bolong
saja kalau berteman dengan aktor. Dia bilang kalau dia pernah menonton sebuah
drama selintas yang diputar kedua adiknya tentang persahabatan seorang artis
dengan orang biasa dan dia pikir itu bohong belaka. Dia sangat tidak percaya
cerita-cerita drama yang ditayangkan televisi. Menurutnya, itu semua hanya
khayalan saja. Itu makanya dia tidak suka drama. Dia lebih pilih membantu
neneknya membuat kue.
”Tapi..bukankah memang hidup itu drama
ya?? Tanpa aku menjadi aktor sekalipun..semua sudah drama,” senyum Minho
padanya.
Hyo Rin menghentikan tawanya, lalu
mengangguk.
”jadi..kita sedang bermain drama,” kata
Minho lagi
Hyo Rin lagi-lagi mengangguk saja, sambil
masih tersenyum dan menahan tawa. Duduknya jadi agak bersandar ke jendela
samping.
Minho lalu setengah bangun dari duduknya,
dia lalu mendekat pada wajah Hyo Rin... dan menciumnya dengan lembut.. dengan
mata terpejam.. dalam sekali...
Hyo Rin heran.. dia tidak bisa berbuat
apa-apa.. sebab kedua tangan Minho bertumpu dan menggenggam kedua tangannya...
sama sekali dia tidak bisa berontak.. hanya matanya terbuka lebar..
Minho tetap menciumnya.. setelah selesai,
dia membuka matanya..
”kamu temanku sekarang...,” senyum Minho
padanya.
Bertepatan dengan itu.. hujan deras
berubah kembali menjadi rintik-rintik.. angin menggeser hujan ke tempat lain...
Hyo Rin masih termenung dengan apa yang
dilakukan Minho. Dia tidak menyangka cowok itu bisa nekat menciumnya.. padahal
sepertinya mereka baru kenal kurang dari 1 bulan dan hanya beberapa kali
bertemu.
Minho senyum padanya, dia lalu memeluknya.
”aku suka kamu, Hyo Rin.. kamu baik, sikapmu padaku benar-benar
tulus berteman,” kata Minho dalam pelukannya.
Hyo Rin masih tidak percaya Minho berbuat
seperti ini padanya. Dia sadar, kalau hal ini akan membuatnya menangis dan
sedih. Tidak akan pernah terjadi sesuatu bahagia seperti drama yang pernah
kedua adiknya tonton dan dia sempat mentertawakan mereka kalau itu semua palsu.
Dia minta Minho melepaskan
pelukannya, lalu Minho pun melepasnya dan tersenyum padanya. Tapi, Hyo Rin
kecewa padanya, malah menitikkan air mata, lalu lekas mengambil keranjang yang
berada disamping Myong yang tidur, membuka jendela dan berlari kencang.
Minho tidak sempat menarik tangannya
supaya kembali ke dalam mobil.
Minho pun keluar dari mobilnya. Hujan
masih turun rintik-rintik.
”Hyo Rin.. Tunggu!!”, teriak Minho
padanya.
Hyo Rin berlari kencang, tidak peduli
dengan teriakan Minho. Minho berusaha berlari menyusulnya, tapi kalah cepat.
Hyo Rin berlari terus lalu menemukan
sepedanya dan dia mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Minho tidak bisa
mengejarnya, dia hanya melihat cewek itu semakin hilang dengan sepedanya. Hyo
Rin mengayuh dengan air mata mengalir dipipinya, terbawa angin malam yang
dingin disertai hujan rintik-rintik. Dia tidak ingin Minho menjadi temannya..
kenapa Minho menciumnya dengan lembut?? Dia terus mengayuh sepedanya dengan
kencang, sambil mengusap air matanya...
Bersambung ke part 4....