This is me....

Minggu, Januari 04, 2015

Everybody’s Darling (Part 3: Mana Bisa Aku Bersahabat Dengan Aktor?)

Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...

Pulang dari mengantarkan Hyo Rin sampai gerbang, Minho bermain-main dengan Myong sambil menulis not lagu. Dia bergumam-gumam di depan piano klasiknya yang besar itu sambil mencari nada yang pas untuk lagu nya itu.
”na.. na.. na.. tring.. tring..tring,” suara gumam dari mulutnya keluar bersamaan dengan not balok. Myong hanya menggonggong saja.
Museun il-iya??,” tanya Minho pada anjingnya itu.
Myong lalu pergi ke pojokan kamar Minho yang besar itu, menggigit sesuatu. Ternyata Myong mencuri sesuatu..... penjepit rambut cewek!
Minho lalu berjongkok di depan Myong,” Aigoo.. kamu mencuri.. ini punya siapa... Eonni??”, dia dua bersaudara dengan kakak perempuan.
Myong hanya menggonggong.
”berisik sekali.. ini punya siapa??,” tanya Minho lagi pada anjingnya itu, tapi Myong memang hanya menjawab dengan gonggongan.
”sepertinya Eonni tidak punya ini??,” katanya dalam hati. Dia melihat jepitan rambut sederhana warna biru muda. Kakak perempuannya tidak suka warna biru, tapi warna pink.
”Eonni kan pecinta pink... jadi rasanya tidak mungkin jepitan rambut dia,” pikir Minho lagi. Dia mengambil itu dari depan Myong lalu berdiri lagi.
”Lain kali kamu tidak boleh mencuri.. nanti aku bilang Eomma... kamu bisa dikurung,” katanya menasehati Myong, lalu kembali mencari not untuk lagu ciptaannya itu.
Myong hanya menunduk lalu menaruh wajahnya di lantai.
”Ini harus selesai.. sebentar lagi syuting.. hufh,” dia mengeluh sambil menekan-nekan tuts piano itu.


Dia sibuk terus mencari nada, mulai dari berada di depan piano, lalu bangun, mengetuk-ketuk pipinya dengan pinsil sambil berdiri membawa kertas not balok, kembali lagi duduk di depan piano mencari nada.. terus dan terus berjam-jam.. sampai akhirnya selesai juga.
”YES!!,” teriaknya, mengepalkan jari jemarinya, diangkat ke atas, dengan penuh semangat.
Minho lalu mengambil Hp nya dan merekam sendiri dia bernyanyi. Setelah selesai, dia lalu memberikan rekaman itu via mesej inbox kepada managernya, Roh Byung Ho.
Byung Ho langsung mendengarnya.
”wah.. hebat.. lagunya bagus dan menyentuh banget!,” kata Byung.
Minho lalu mendekatkan wajahnya pada smartphone nya, bicara dengan Byung Ho,” kamu boleh deh kasih dengan Manager Ban besok.. sore ini ibuku mau buat pesta kecil drama baru ku yang kemarin bersama teman-teman bisnis ayahku.. jadi..sampai jumpa besok,”
Byung Ho mengangguk dan Minho menutup call nya. Minho lalu kembali menuju tempat tidurnya yang besar lalu memegang penjepit biru itu.
”punya siapa ya? Myong iseng banget,” katanya. Dia lalu bangun lagi, mandi dan ganti baju, siap-siap untuk pesta kecil di belakang rumah.
                                                ......................................
Minho keluar kamar dengan baju yang sederhana saja, jas putih semi formal yang didalamnya dipadu dengan kaos tanpa hem. Celana panjangnya dari jeans denim. Pesta itu memang semi formal, jadi dia memakai baju yang sedikit santai. Ketika ke halaman belakang, sudah berkumpul rekan-rekan bisnis ayahnya. Disana juga sudah ada kakak nya yang sudah pisah rumah dengan kedua orangtuanya semenjak menikah.
Minho malah menuju kakaknya dan berbisik,” Eh, Eonni.. kamu tinggalkan jepitan rambut biru di rumah tidak sih? Myong membawa sebuah jepitan warna biru ke kamarku.. dasar,”
Kakaknya, Kyun Min membalas bisikannya,” Ani.. kamu kan tahu..aku tidak suka warna biru.. jepit rambut saja warna pink... jadi.. pasti bukan punya ku”
”Atau.. ini punya Chung Ae??,” tanya Minho lagi, menyebut nama keponakan perempuannya.
Kyun Min menggeleng,” aku bikin anakku penyuka warna pink juga.. dasar.. seperti kamu enggak tahu aku saja, Minho”
Kyun Min merebut jepitan itu dari tangan Minho,” coba aku lihat”
Lalu dia bergumam,”Umm.. ini jepitan murah.. paling harganya hanya seratus ₩on.. enggak kena ku pakai dong,”
”punya siapa ya?,” Minho malah jadi sibuk pikirin jepitan itu.
”Buang saja.. paling Myong iseng mengambil dari pembantu seputar kompleks ini.. dia kan suka iseng,” jawab Kyun santai.
”penasaran,” balas Minho, dia simpan lagi jepitan biru kecil itu dalam sakunya.
Kyun bercanda kasar pada adiknya sendiri,” awas loh.. nanti punya orang miskin.. itu jepitan murah banget, hahaha”
Minho cuek saja dengan bercandaan kasar kakaknya itu. Dia lalu menuju keramaian.
                                                .............................
”Hallo, Minho.. kamu masih ingat dengan ku? Paman Jo,” kata seorang lelaki paruh baya, dia langsung memeluk Minho dan menepuk pundaknya.
”Jo samchon.. selamat datang,” sapa Minho dengan ramah
Jo melepas pelukannya,” sudah tinggi sekali dia.. dulu masih setinggi ini, hahaha”
Minho berdiri agak sedikit menunduk karena bapak-bapak disitu teman-teman ayahnya tidak lebih tinggi darinya, untuk menghormati mereka.
Minho tertawa kecil,” aku tidak mungkin setinggi ini terus, Samchon, hihihi,” sambil dia menunjukkan tingginya sewaktu kecil.
”Ganteng sekali dia.. sudah cocok punya yeojachingu (pacar).. sudah ada belum, eh??,” colek rekan bisnis ayahnya yang lain
Minho malah jadi malu ditanya pacar, dia menggaruk-garuk kuping kirinya,”Belum ada, hehe.. sedang sibuk main drama, hehe”
”wah.. debut drama mu memang mengagumkan.. sampai puteriku saja sampai ngefans denganmu,” kata salahsatu teman ayahnya yang lain
Gambsahabnida, Samchon.. aku masih terus berusaha yang terbaik supaya bisa lebih banyak berkarya,” basa basi Minho dengan senyum
Tak berapa lama, pembantu menawarkan mereka kue, salahsatunya ada kue beras buatan nenek Na Ri, neneknya Hyo Rin. Mereka mengambil dan mencicipi.
”Enak sekali Lee-ssi.. kue ini,” kata Tan pada Lee Jung Hoon, ayah Minho
”Ini isteriku yang pesan,” jawab Lee, ramah
”Ini punya temanku, Appa.. buatannya memang enak.. Myong saja rakus kalau makan ini,” kata Minho, ikut dalam pembicaraan itu. Dia senang mereka membicarakan tentang enaknya kue itu.
”Tinggal dimana??,” tanya Tan pada Minho,” mungkin aku bisa pesan untuk isteriku pesta”
”Eh.. di.. ,” Minho mikir sejenak,”Goru!”, dia berbohong lagi tentang Hyo Rin.
”Aku lupa..iya.. di Goru,” kata Minho lagi.
”Oh.. daerah terkenal.. tapi masih ada yang jual kue sangat tradisional begini.. ,” ujar Tan, sambil dia mengunyah kue itu.
”Nanti saya tanyakan isteri ... no kontak pembuatnya,” jawab Lee.
Tan berterima kasih. Minho lalu meminta ijin keluar dari kumpulan pembicaraan itu. Sementara para pria itu tetap mengobrol dan beralih ke bisnis mereka.
Minho tidak bisa terlalu berlama-lama ditempat ramai. Dia lalu duduk menyendiri di ruang tamu dan malah mengeluarkan lagi jepit rambut itu.
”apa punya Hyo Rin ya??,” malah dia memikirkan gadis penjual kue beras itu.
                                                ...............................
Selesai pesta, Minho berkumpul dengan keluarganya diruang makan, untuk makan malam.
”Tadi rekan-rekan kerjaku memuji kue buatan temannya Minho,” kata Lee memulai pembicaraan.
”Memang enak sekali.. kamu bilang.. dia tinggal di Goru? Memakai apa dia kesini?? Mobil??,” lanjutnya lagi
”Sepeda, Appa,” balas Minho singkat
”Sepeda? Hari gini?? Memangnya dekat ya.. jarak Goru ke rumah kita?,” tanya Kyun Min keheranan
Myong duduk saja dilantai, mendengarkan mereka makan, sambil meletakkan wajahnya dilantai.
”aku juga bingung, Nampyeon.. jarak sejauh itu,” kata Han Sora, isterinya Lee.
”Memang kamu temukan dia dimana?,” tanya Lee pada isterinya
Han cerita kalau dia bertemu dengan Hyo Rin saat dia melewati jalan besar yang berdekatan dengan taman yang biasa mereka lewati sebelum jalan ke komplek rumah. Lee heran, sebab taman itu biasanya dikunjungi orang dari kalangan menengah ke bawah, apalagi saat jelang liburan, hanya sekedar mereka untuk berjalan-jalan menikmati suasana
”aku pikir, dia punya toko dan kamu beli di tokonya..sebab biasanya yang suka beli dijalan.. mereka pedagang kecil biasa,” kata Lee lagi. Isterinya memang termasuk perempuan yang jarang keluar rumah dan jarang sekali pergi ke tempat-tempat umum. Maklum saja, dia besar di luar negeri.

”Tapi.. menurutku enak kok, Appa,” ujar Minho. Myong menggonggong, seolah-olah dia setuju dengan pernyataan anak tuannya itu.
”Kalau sakit perut bagaimana?? Hiii,” kata Kyun Min
Minho seolah membela Hyo Rin,”Chung Ae sakit perut gak?? Biasanya anak kecil rawan sakit perut kalau makannya enggak beres”
”kamu sakit perut??,” tanya Minho kepada keponakannya itu
Chung Ae menggeleng,”Ani, uncle.. aku suka kue nya”, senyum anak kecil 3 tahun itu pada Minho.
“Nah.. berarti enggak ada masalah… Myong juga tidak diare,” ujar Minho.
”Guk! Guk!,” jawab Myong. Minho mengelus kepalanya.
”Lagipula, Appa.. aku heran... Minho punya teman tukang jualan kue beras... kamu memang bertemu dimana?,” tanya Kyun Min pada adiknya sendiri. Mereka memang keluarga beda, keluarga kaya dan memang Minho juga jarang sekali keluar rumah kecuali berolahraga.
Minho mengelak, dia mengaku kenal Hyo Rin sebenarnya sudah lama, jauh karena teman SMA nya dahulu, tapi kemudian terpisah dan baru seperti kenalan lagi kemarin.
”Katamu kalian baru kenal?,” Ibunya bertanya ulang, mengingat yang tadi pagi menjelang siang.
”Enggak, Eomma..sebenarnya..aku sudah cukup lama.. tapi sewaktu di sekolah dulu.. aku kurang mengenal dia,” kilah Minho. Ibu dan ayahnya percaya saja.
”Kamu kan sekolah dulunya untuk kalangan khusus... kok bisa ya.. ada anak penjual kue beras masuk sekolah itu?,” tanya Kyun Min keheranan.
Minho anggap kakaknya itu kepo, mau tahu segala sisi kehidupan orang lain, karena kebiasaan menonton gossip.
”atau..dia cuma mengaku-ngaku?? Kamu kan sudah terkenal, Minho.. siapapun bisa mengaku-ngaku kenal kamu,” lanjutnya lagi
”Tidak kok...dia memang temanku sejak dulu.. aku memang kadang lupa sama nama teman kalau tidak sering lihat... makanya kemarin kenalan ulang deh,” kilah Minho lagi.
”ah... sudahlah..tidak perlu dibahas... lagipula, tidak ada keluhan dari para tamu,” kata Nyonya Han.
”Kamu.. bukannya ada rencana ingin gunakan body guard nanti kalau ada acara ya??,” tanya Lee pada Minho
”Iya, Appa.. manajemen yang minta... ,” balas Minho singkat
”ku harap kamu nyaman dengan seperti itu..,” ujar ibunya. Tahu saja, sebenarnya anak lelakinya itu lebih nyaman kemana-mana sendirian, tetapi sekarang posisinya sudah beda. Tidak ingin anaknya ada masalah dengan keamanannya.
”aku hanya minta saat acara saja untuk sementara, Eomma... tidak perlu 24 jam bersamaku,” balas Minho lagi.
Minho bilang, dia ingin tidak terlalu dikekang kecuali saat waktunya kerja. Dia masih ingin berkumpul bebas dengan temannya dikala ada waktu luang. Lee bicara pada anaknya, apa sudah dibicarakan itu semua dengan manajemen, bahkan sampai waktu keluar kumpul dengan teman-temannya. Waktunya jadi terasa sempit dan akan sibuk syuting sana-sini.

Kembali ke kamar, dia termenung-menung di atas tempat tidur sambil melihat lagi jepitan biru itu. Myong melihat tuannya dengan rasa heran dan menggonggong saja.
Minho iseng memukul kepalanya sambil tertawa, lalu dia berjongkok di depan Myong,” kalau memang ini punya Hyo Rin, bagaimana?? Aku bisa ada kesempatan bertemu dia lagi dong? Kamu pintar deh, Myong, Hehe...”
Myong hanya menggonggong saja, Minho lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya,”aku mengambil dua.. kita makan satu-satu.. ini”, membuka bungkusan kue beras itu dan memberikannya pada Myong
Minho mengelus-elus kepala anjingnya itu, dia malah membayangkan Hyo Rin.
”kalau kamu beneran tinggal di daerah kumuh itu... kamu miskin??,” katanya dalam hati
”kasihan sekali.. tapi aku malah penasaran banget, Myong.. kalau dia memang tinggal di Go Ryong itu.. kamu tahu kan.. itu daerah kumuh..enggak tersentuh,” kata Minho, ngobrol dengan Myong yang masih makan.
”Guk!,” jawab Myong.
”Besok kan aku enggak ada acara nih.. besok kita cari dia lagi ya??,”
Jawaban Myong hanya menggonggong lagi.
                                                ...................................
Beberapa hari kemudian, sorenya, Minho sengaja kembali berolahraga disana... dan hari hujan rintik-rintik.. di ujung jalan paving blok, dia melihat Hyo Rin yang ingin pulang. Minho lekas mengejarnya. Myong menggonggong duluan mengejar cewek itu.
Hyo Rin berhenti karena Myong sudah berada di depannya. Dia otomatis memberhentikan sepedanya lalu menghampiri anjing itu, berjongkok, tersenyum dan mengelus kepalanya.
”Hi.. kita ketemu lagi..,”
”Guk!,” jawab Myong, lalu dia menjilati wajah Hyo Rin. Cewek itu tertawa kegelian.
Minho lalu menghampiri mereka, ikutan berjongkok, lalu senyum pada Hyo Rin,” hi.. kita ketemu lagi”, dia menggerakkan tangannya, dengan tanda victory
Hyo Rin tertawa,” ya... ketemu lagi..kamu apa kabarnya?? Tidak sibuk??”
Mereka lalu berdiri.
”bagaimana waktu itu pestanya??,” senyum Hyo Rin
”sukses banget.. mereka puji kue kamu loh.. eh.. kue buatan nenek mu gitu,” Minho jadi malah terkesan salah tingkah di hadapan Hyo Rin, dia sibuk menggaruk rambut belakangnya

Hyo Rin malah tertawa,” aku malah takut kalian sakit perut... soalnya perut orang kaya dan orang seperti aku beda, hahaha!”
Minho malah memandangnya agak aneh, dia jadi sensitif dengan Hyo Rin. Minho memang malas kalau berteman membawa-bawa status sosial. Dia beda dengan kakaknya yang memang masih memandang hal itu.
”Kenapa.. apa aku tadi salah sebut??,” tanya Hyo Rin, keheranan dengan ekspresi Minho.
Minho malah jadi tersinggung, tapi dia berusaha mengontrol emosinya,” enggak.. ya sudah.. kue berasmu.. sudah habis ya??,” dia membuka keranjang yang Hyo Rin bawa, tanpa ragu.
”masih ada 3.. hari ini lumayan.. padahal hujan mulai turun,” senyum Hyo Rin padanya
Minho tanpa ragu malah mengambil satu, membuka dan memakannya.
” Masih enak kok,” katanya, senang mengunyah
”eh.. main ambil.. kali ini bayar loh,” balas Hyo Rin
Myong menggonggong saja.
”anjing cerewet ini pasti mau juga,” Minho cuek mengambil satu lagi, membuka bungkusnya dan melemparkan buat Myong, dan dia pun memakannya.
Hyo Rin malah cekikikan,” kalian berdua memang lucu”
Hujan rintik sudah mulai agak deras.
”kita harus lari nih.. aduh! Aku bisa basah kalau begini!,” teriak Hyo Rin.
Minho langsung mengambil keranjang dan menarik tangan Hyo Rin,” Ayo ke mobilku.. dekat dari sini.. nanti kita kehujanan!”
Hyo Rin malah teriak,”Hei.. nanti sepedaku bagaimana ini?? Aduh!”
”Nanti saja.. hujan makin deras!,” teriak Minho. Dia main tetap membawa keranjang kue dan menarik tangan cewek itu. Myong langsung mengikuti juga.

Mereka berlari menghindari hujan yang cukup deras, ke parkiran dekat taman dan sungai besar itu, Minho lalu membuka kunci mobil.
”masuk,” katanya. Hujan deras. Mereka sudah mulai kehujanan.
Hyo Rin akhirnya masuk juga, lalu disusul Minho. Baju mereka basah. Myong hanya duduk di belakang.
Hyo Rin mengelap-lap bajunya yang basah.
”Untung sudah lekas lari...coba kalau enggak.. makin parah deh,” keluh Minho. Dia juga mengelap baju olahraganya yang basah.
”ini,” katanya lagi, memberikan lap pada Hyo Rin
Hyo Rin lalu mengelap wajahnya yang juga basah. Minho memperhatikannya saja.
Cewek itu heran,” kenapa melihat aku begitu?”
Minho kegep ketahuan memperhatikan dirinya dalam-dalam,” eh..enggak kok... ini.. aku punya minuman.. mau??”
Dia membuka dashboard dan ada minuman kaleng di dalamnya, memberikannya pada Hyo Rin. Lalu mereka minum bersama, hujan diluar mobil makin deras saja.
”aduh.. hujannya semakin deras saja,” kata Hyo Rin memandang luar. Kaca mobil jadi sangat buram karena hujan. Minho memasang window wipe.
”drak.. drak.. drak,” suara pengelap jendela mobil memecah kesunyian. Hyo Rin masih terus memandang jendela luar. Hujan masih belum reda juga.

”sepeda ku.. bagaimana ini??,” dia memandang jauh ke luar, sudah tidak terlihat sama sekali karena kabut.
”tenang saja.. enggak bakalan ada yang mengambil.. percaya deh..,” kata Minho santai, sambil sesekali menenggak minuman kalengnya.
Dia lalu menoleh pada cewek itu,” kamu.. benar tinggal di Go Ryong??,”
Hyo Rin mengangguk,” iya.. kenapa?? Kamu sudah bohong kemarin pada ibumu”
Minho menaruh kaleng bekas minumnya ke samping kursinya, lalu dia menoleh lagi pada cewek itu,” aku tidak yakin kalau kamu jujur, kue mu diterima orangtuaku”
Hyo Rin malah tertawa,” ya.. aku tahu.. karena aku dari Go Ryong kan?? Haha”
Minho mengangguk,” begitulah.. kamu tahu sendiri”
Hyo Rin menaruk kaleng minumannya disamping jendela mobil, lalu dia menggeliat, menekuk-nekuk jari jemarinya satu sama lain
”Haaaahh... hari ini untungku lumayan.. besok aku harus berjualan lagi pagi-pagi sekali.. semoga saja hujannya cepat berhenti!”, katanya dengan wajah ceria
Minho memperhatikannya dan senyum.
”aku.. membuat lagu untuk kamu loh,”
Hyo Rin menoleh,” eh?? Beneran??,”
Minho mengangguk senyum,” iya... benar.. lihat saja nanti di drama baruku... itu lagu untuk kamu”
Hyo Rin malah tertawa,”  hahahaha.. bohong ah kamu! Mana bisa aku jadi inspirasi kamu buat lagu, haha!”

”tidak percaya?? Sebentar..,” Minho lalu mengeluarkan smartphone nya dan memutar lagu itu.
Hyo Rin dan Minho mendengarkan sampai selesai.
”Itu.. benar untukku??,” tanya Hyo Rin, keheranan
Minho mengangguk dan senyum,” benar kan.. kamu penjual kue beras?? Siapa lagi penjual kue beras yang aku kenal??”
Hyo Rin lalu memandang keluar jendela, masih dalam suasana hujan yang deras.
”Dulu.. kami seperti keluargamu, Minho.. tapi akhirnya..aku dan nenek harus berjuang.. kedua orangtuaku bunuh diri karena kami bangkrut”.
Minho diam sejenak, lalu,” aku minta maaf kalau keluargaku mengingatkan masa lalu mu”
Hyo Rin lantas menoleh lagi padanya,” enggak apa kok.. kan bukan salah kamu, hehe”, wajahnya kembali ceria.
”Tapi.. manajer mu enggak tahu kan.. kalau kita berteman? Kamu aktor terkenal loh.. mana bisa berteman dengan seorang penjual kue??,”
”memang kamu pikir.. aktor hanya bisa berteman dengan aktor lagi?? Aku bukan yang seperti itu, Hyo Rin,” jawab Minho dengan wajah seriusnya.
”yang kutahu seperti itu kalau di drama-drama yang suka Ha Neul dan Ho Sung tonton.. aku saja tahu kamu dari mereka.. aku terlalu sibuk membantu nenek membuat kue,” kata Hyo Rin, wajahnya tidak lagi melihat Minho

Minho lalu menoleh padanya,” hey.. lihat aku, Hyo Rin”
”ya??,” jawab cewek itu sambil menoleh pada Minho.
”aku menganggap kamu temanku.. mau kamu ini hanya berjualan kue saja.. aku temanmu,” kata Minho serius
Tapi Hyo Rin malah cekikikan,” Tidak pernah aku mimpi dalam hidupku bisa berteman dengan aktor ternama.. pasti kalau kamu lebih terkenal lagi..aku akan lebih susah menghubungi kamu.. bahkan mungkin nanti kamu dijaga bodyguard.. iya kan? Hihi”
”tidak lucu,” keluh Minho. Dia lalu menyandarkan badannya ke kursi mobil. Memasang wajah cemberutnya.
Mian.. mian.. tapi... bukannya biasanya begitu bukan??,” tanya Hyo Rin
”bisa iya.. bisa juga tidak.. ,” jawab Minho masih dengan cemberut.
”pasti kamu akan sibuk banget dong... apalagi katanya kamu mau buat drama baru... ya mungkin saja.. aku cuma akan bisa lihat kamu dari jauh,” kata Hyo Rin lagi
”Kok bisa berkata begitu??,” tanya Minho.
Hyo Rin menoleh padanya,” biasanya begitu.. iya kan??”
Minho lama tidak menjawab, baru akhirnya dia mengangguk.

Hyo Rin menatap lagi keluar jendela, hujan masih belum reda juga, sampai kapan mereka ada di dalam mobil itu.
”aduh.. hujannya reda dong.. ini sudah malam sekali.. bagaimana aku harus pulang kalau begini??,” akhirnya dia mengeluh juga.
”aku antar saja,” kata Minho, santai
Hyo Rin menoleh padanya,” jangan.. nanti mobilmu kotor sekali.. disana becek”
”memang.. kamu mau pulang dalam keadaan hujan deras begini?? Kalau kamu nekat pulang, kamu sakit..dan enggak bakalan bisa lagi bantu nenekmu berjualan”, balas Minho lagi.
Hyo Rin malah cekikikan dengan perkataan Minho baru saja.
”aku jadi mengingat kedua orangtua ku.. mereka melarangku main hujan-hujanan.. ,”
Minho malah jadi semangat,” o yeah? Jadi.. aku boleh dong.. antar kamu??”
”memang.. besok kamu tidak sibuk?? Tidak usah, Minho.. kamu pasti akan sibuk sekali besok.. kamu harus istirahat..,” jawab Hyo Rin
”aduh kenapa ya... hujannya deras sekali??,” lanjutnya.
Minho lalu cerita kalau esok dia hanya ada pemotretan yang menurutnya kemungkinan tidak lama dan mengambil setting sore hari. Hyo Rin memberikan semangat padanya kalau bekerja baiknya serius dan menjiwai.

”Hyo Rin...,” kata Minho tiba-tiba.
”ya??,”
”kamu.. apa tidak sedih.. ditinggal kedua orangtua mu??,” tanya Minho
Hyo Rin senyum padanya,” sedih sekali.. bahkan..aku sempat berfikiran ikut mati bersama mereka.. tapi bagaimana nanti nasib nenek dan kedua adikku? Aku sekarang hanya berharap... hidupku suatu saat akan berubah.. aku ingin membahagiakan kedua adik dan nenekku”
Minho memperhatikan saja wajah cewek itu, matanya berubah menjadi sayu.
Hyo Rin heran,” eh.. kenapa kamu memandangku seperti itu?? Mau latihan drama??”
Minho sadar, dirinya sudah mulai suka dengan cewek itu, suka dengan kepolosan, kesederhanaan dan keaslikan sikapnya pada dirinya.
”ah..enggak.. aku cuma pikir.. kamu juga suatu hari nanti bisa beruntung kok.. dunia ini kan seperti roda... asal kita berusaha, pasti kita dapat yang terbaik,”
”iya, hehe.. aku harus tetap optimis dalam hidupku,” jawab dan tawa renyah Hyo Rin padanya.
Lalu dia memandang lagi luar jendela.
”sepertinya hujannya lama.. kita tidur saja di dalam mobil kalau begitu,” kata Minho
Hyo Rin menoleh lagi,”Hieeehh?? Tidak bisa begitu..aku harus pulang”
”ya.. nanti aku antarkan.. enggak perlu khawatir,” kata Minho. Dia menoleh kebelakang dan melihat Myong sudah tidur diatas kursi, meringkuk, kedinginan.
Hyo Rin ikut menoleh dan dia tertawa melihat cara tidur anjing itu.
”Myong lucu sekali.. kamu pelihara dia sejak kecil??,”
Minho mengangguk,” dia setia pada keluargaku.. tapi..dia juga tahu siapa orang yang dia temui.. baik atau jahat”
”kelihatannya dia memang anjing yang baik.. aku suka,” kata Hyo Rin
”dia juga anggap kamu sebagai teman.. buktinya, pertama kali melihatmu..dia tidak menyerangmu,” senyum Minho.
Hyo Rin mengangguk,” anjing yang baik.. ”

”eh, Hyo Rin...,” panggil Minho lagi. Dia menegakkan badannya yang tadi menoleh melihat Myong.
”apa??,” jawab cewek itu.
”kalau aku memang aktor.. kenapa kamu sepertinya menjauh??,” tanya Minho lagi
Hyo Rin tertawa keras terpingkal-pingkal, dia menutup mulutnya dan tertawa berpaling dari Minho, menghadap jendela luar mobil disampingnya. Dia katakan sebenarnya dia seperti mimpi disiang bolong saja kalau berteman dengan aktor. Dia bilang kalau dia pernah menonton sebuah drama selintas yang diputar kedua adiknya tentang persahabatan seorang artis dengan orang biasa dan dia pikir itu bohong belaka. Dia sangat tidak percaya cerita-cerita drama yang ditayangkan televisi. Menurutnya, itu semua hanya khayalan saja. Itu makanya dia tidak suka drama. Dia lebih pilih membantu neneknya membuat kue.
”Tapi..bukankah memang hidup itu drama ya?? Tanpa aku menjadi aktor sekalipun..semua sudah drama,” senyum Minho padanya.
Hyo Rin menghentikan tawanya, lalu mengangguk.
”jadi..kita sedang bermain drama,” kata Minho lagi
Hyo Rin lagi-lagi mengangguk saja, sambil masih tersenyum dan menahan tawa. Duduknya jadi agak bersandar ke jendela samping.
Minho lalu setengah bangun dari duduknya, dia lalu mendekat pada wajah Hyo Rin... dan menciumnya dengan lembut.. dengan mata terpejam.. dalam sekali...
Hyo Rin heran.. dia tidak bisa berbuat apa-apa.. sebab kedua tangan Minho bertumpu dan menggenggam kedua tangannya... sama sekali dia tidak bisa berontak.. hanya matanya terbuka lebar..
Minho tetap menciumnya.. setelah selesai, dia membuka matanya..
”kamu temanku sekarang...,” senyum Minho padanya.
Bertepatan dengan itu.. hujan deras berubah kembali menjadi rintik-rintik.. angin menggeser hujan ke tempat lain...
Hyo Rin masih termenung dengan apa yang dilakukan Minho. Dia tidak menyangka cowok itu bisa nekat menciumnya.. padahal sepertinya mereka baru kenal kurang dari 1 bulan dan hanya beberapa kali bertemu.
Minho senyum padanya, dia lalu memeluknya.
”aku suka kamu, Hyo Rin.. kamu baik, sikapmu padaku benar-benar tulus berteman,” kata Minho dalam pelukannya.
Hyo Rin masih tidak percaya Minho berbuat seperti ini padanya. Dia sadar, kalau hal ini akan membuatnya menangis dan sedih. Tidak akan pernah terjadi sesuatu bahagia seperti drama yang pernah kedua adiknya tonton dan dia sempat mentertawakan mereka kalau itu semua palsu. Dia minta Minho melepaskan pelukannya, lalu Minho pun melepasnya dan tersenyum padanya. Tapi, Hyo Rin kecewa padanya, malah menitikkan air mata, lalu lekas mengambil keranjang yang berada disamping Myong yang tidur, membuka jendela dan berlari kencang.
Minho tidak sempat menarik tangannya supaya kembali ke dalam mobil.
Minho pun keluar dari mobilnya. Hujan masih turun rintik-rintik.
”Hyo Rin.. Tunggu!!”, teriak Minho padanya.
Hyo Rin berlari kencang, tidak peduli dengan teriakan Minho. Minho berusaha berlari menyusulnya, tapi kalah cepat.
Hyo Rin berlari terus lalu menemukan sepedanya dan dia mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Minho tidak bisa mengejarnya, dia hanya melihat cewek itu semakin hilang dengan sepedanya. Hyo Rin mengayuh dengan air mata mengalir dipipinya, terbawa angin malam yang dingin disertai hujan rintik-rintik. Dia tidak ingin Minho menjadi temannya.. kenapa Minho menciumnya dengan lembut?? Dia terus mengayuh sepedanya dengan kencang, sambil mengusap air matanya...

Bersambung ke part 4....