Kisah diriku sendiri..
Pulang malam itu, Aisha lebih pilih diam
di rumah.. sama sekali dia tidak komunikasi dengan siapapun, termasuk dengan
Risa sekalipun, teman akrabnya. Dia langsung ke tempat tidur, menutup wajahnya
dengan bantal, menangis lagi.
“pokoknya gue gak mau dia suka... ,”keluh
hatinya Aisha, dia masih menangis mengingat yang tadi.
Besoknya, dia matikan semua alat
komunikasinya. Sama sekali tidak ingin Shin menghubunginya lagi, tidak ingin
Risa tahu masalahnya. Dia cuma diam saja hari itu, juga tidak bicara banyak
dengan orangtuanya.
Sampai masuk kembali, akhirnya dia
memberanikan diri pagi-pagi menelepon Risa, meminta bicara di toilet wanita.
“Jadi.. beneran cowok itu nembak lu?,”
kata Risa kaget, walau dia sudah menebak sebelumnya.
Aisha mengangguk, lalu dia jadi
berkaca-kaca, menangis di depan Risa.
“gue enggak mau lagi deh.. suka sama
cowok,”
Risa jadi memeluknya,”gak gitu, say.. kita
enggak tahu mana yang akan terbaik buat lu”
“gue males.. dia dah punya bini.. kenapa
berani bilang gitu sama gue??,” kata Aisha masih menangis dipeluk Risa.
“kayaknya nasib gue banget deh.. cowok
udah punya bini suka sama gue,” lanjutnya lagi. Dia sesegukan.
“hush.. udah.. udah.. gak gitu kali..tiap
orang punya pilihan sendiri.. mungkin dia lihat lu memang beda,” ujar Risa,
mencoba menenangkan sahabatnya itu.
“capek gue,” balas Aisha. Dia mengusap air
matanya.
“lu sampai nangis di depan dia gitu.. dia
mestinya berfikir dan gak bisa main-main kalau udah gitu,” balas Risa.
“mendingan lu tenangin diri dulu.. gak
usah hubungin dia kalau memang lu gak suka sama dia.. nanti juga dia bakalan
ninggalin lu,” lanjut Risa lagi.
Risa terus menghiburnya hari itu.
Aisha menghilang sampai 1 minggu. Sama
sekali dia tidak menghidupkan smartphonenya, berharap Shin memang tidak akan
menghubungi nya lagi. Baru sekitar 1 minggu 1 hari akhirnya dia memberanikan
diri membuka lagi, dia berfikir, Shin pasti sudah balik ke negaranya dan dia
bebas.
Begitu dia menghidupkan kembali handphonenya,
banyak sekali email dan skype dari Shin, menanyakan dimana dia dan cowok itu
khawatir kenapa sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Aisha soal kabarnya
yang mendadak menghilang.
Terakhir, pesan skype nya hanya,”do you hate me.. so that you closed your
skype??”
Sama sekali Aisha tidak ada perasaan benci
dengan cowok itu.. dia bukan benci dengan cowok itu..dia hanya benci kenapa
takdir dia berbeda dengan teman-temannya yang lain, yang sangat mudah sekali
mendapatkan pasangan yang bersungguh-sungguh dengannya, sementara dia hanya
jadi korban permainan mahluk Tuhan yang bernama lelaki.
Dia diam lama.. melihat dan membaca saja
pesan-pesan dari Shin setiap 1 jam.. yang akhirnya inbox dan skype nya hanya
penuh dengan pesan dari cowok itu.
“apa salah gue sama Tuhan??,” keluhnya
dalam hati. Dia ingat semua trauma yang dia alami. Sampai saat itu, sama sekali
dia belum bisa lepas dari depresinya yang berkepanjangan.
“apa gue harus balas semua inbox nya??,”
dia akhirnya mikir sendiri. Dia cuma membuka satu persatu, membacanya. Dia
merasa, Shin memang aslinya cowok baik, hanya saja, tidak mungkin dia bercerita
pada cowok itu, panjang lebar apa yang dia alami semuanya soal hubungan.
Dia mencoba tenang, lalu berdoa dan bicara
pada Tuhan.
“Ya Tuhan.. aku enggak tahu apa yang
Engkau rencanakan untukku.. walau aku hanya berperasaan... bahwa ini semua akan
ada akhirnya.. kalau memang Shin suka dengan ku.. lantas aku bisa menikah
dengan dia.. ini akan jadi rasa syukurku yang paling bahagia.. jika memang
tidak.. aku mohon sekali lagi, Tuhan.. aku tidak ingin punya rasa sakit lagi..
seburuk apapun rencana Mu pada ku dan dia.. ,”
Aisha menangis diatas sajadah.. dia merasa
tidak punya kekuatan apapun soal masalah hati. Dia mengakui dirinya sudah
menyukai Shin, tetapi ketika pikirannya 1 minggu lalu berhasil menebak kalau
cowok itu sudah punya isteri, kegalauannya bertambah: akankah dia akan
dipecundangi lagi??
Shin berhasil pada perasaannya di skype.
Dia menghubungi Aisha lewat aplikasi itu berkali-kali malam itu, meminta chat
bersama.
Aisha diam.. apakah dia akan menjawab atau
tidak, lalu dia memakai jilbabnya supaya bisa video call dengan Shin.
“why
did you disappear??,” kata Shin dengan senyumnya di video call, bertanya
kenapa Aisha menghilang darinya dan apakah dia ada masalah dalam hidupnya.
“dengan kamu lembut..kamu malah makin
menyiksa gue,” kata Aisha dalam hatinya.
“no..
i am so sorry... i was very busy,” jawab Aisha, dia mencoba senyum, dia percaya cowok itu sedang berusaha
menghiburnya
“i
worried about you... you disappeared for this week and i searched for you.. i
thougt you hated me, Aisha,”
kata Shin, dia takut cewek itu membencinya dengan peristiwa terakhir sebelum
Aisha menghilang sebentar. Aisha lalu bercerita kalau dia memang sedang ada
masalah, lebih baik menghilang dan dia akan kembali jika sudah menemukan
jawaban dari masalah itu.
Aisha senyum dengan pernyataan Shin
tentang kekhawatirannya. Dia berterima kasih dan menghargai apa yang cowok itu
rasakan.
“no..
i dont hate you, Shin,” jawab Aisha singkat,”thank you for worrying me..”
“you
hide something from me, right?? Was it our last met??,” tanya Shin. Ya, apa
yang dia rasakan benar... semua tentang pertemuan yang terakhir.
“frankly..
i am still thinking for what you did said to me last week..,” jawab Aisha.
Dia mempertimbangkan apakah mau menerima perasaan Shin padanya.
Cowok itu menjawab dengan senyumnya,
bertanya balik, apa yang sebenarnya Aisha khawatirkan ketika dia benar benar
serius padanya.
“I
am a doctor, Aisha.. and you have traumatism on relationship,” katanya dengan senyum. Ternyata Shin
bisa membaca dirinya yang mengalami trauma dalam hubungan.
“I
wont push you.. but to say “i am in love with you” is really true.. you are
kind, gentle.. and i guess many guys love it”, lanjutnya lagi.
“cinta.. apa maksudnya cinta? Kenapa gue
gagal terus kalau memang benar-benar baik?? Apa cinta itu sejenis perasaan yang
wajib untuk permainan??,” kata hatinya Aisha. Dia tidak mau mengatakannya pada
Shin. Dia tidak ingin semuanya terbuka pada cowok itu, dia kesal dengan jalan
hidupnya yang terseok-seok mencari cinta.
“i
wanna meet you again.. hey.. saya masih ada di Indonesia...begitulah,”
senyum Shin, lalu dia tertawa kecil. Suara tawanya itu sangat khas bagi Aisha,
antara seperti perempuan tapi juga bukan.
“tidak mengapa kan..??,” pintanya lagi.
Aisha mengangguk mengiyakan. Shin bilang
dia mau juga mengajak menonton film yang bagus tentang drama keluarga.
“family
movie?? Oh No.. this is a horror movie, Shin, hehe,” Aisha kembali ceria
dengan penjelasannya, tapi Shin salah tangkap. Ketika dia membaca resensinya,
ternyata menurut Aisha, itu film horor bukan film keluarga.
Shin tertawa, dia mengaku takut dengan
film horor, tapi kebalikan dengan Aisha yang dia mengaku sama sekali tidak
takut dengan film horor.
Shin bertanya padanya, kenapa dia suka
sekali dengan film horor.
“it’s
challanging, Shin.. and i love horror movies. I can watch it alone in my room,” kata Aisha dengan senyumnya
“aigooo..
that’s dangerous.. i hate ghosts.. korea also has some ghosts stories,” tawa Shin. Aisha minta cowok itu
menceritakan, salah satunya hantu di lift. Aisha malah tertawa-tawa waktu
melihat wajah Shin yang sedikit ketakutan ketika cerita hantu di lift yang bisa
membunuh.
“then..
you are unique and brave girl.. arent girl afraid of horror things like ghosts
etc??,”
Aisha mengangguk. Ya, memang banyak cewek
tidak suka nonton film atau yang berbau-bau horror dan dia pun cerita tentang
jenis-jenis hantu indonesia yang membuat Shin bergidik ngeri.
“i
am afraid of ghost.. dont tease me,” kata Shin dengan cemberut. Aisha malah jadi akrab dan asik godain dia
yang sendirian di apartment sewa nya di daerah jakarta selatan itu.
“aku dapat melihat hantu, Shin... i can see ghosts.. since i was a child,”
kata Aisha padanya.
“an
indigo.. supernatural girl??,” tanya Shin. Aisha mengangguk.
“i
can see ghost around you,
hehe,” Aisha sengaja menakut-nakuti cowok itu yang memang sendirian di sana.
“aigooo...
dont do it.. otherwise i cant sleep,” Shin cemberut lagi.
Tapi Aisha malah sengaja menggodanya. Dia
lalu cerita, di dekat tempat tidurnya sebelah kanan dekat dengan lemari disitu
ada seorang perempuan berambut sangat panjang dan sedang memperhatikan dirinya
saat itu. Shin meloncat dari kursi di ruangannya langsung lari ke tempat tidur.
Aisha malah tertawa.
“dead
me, Aisha.. you are playful,” kata Shin dengan ketakutan, ternyata dia baru
tahu kalau Aisha punya sifat iseng.
Aisha hanya mentertawakan Shin yang
ketakutan,”sorry.. lie.. lie.. i was just
kidding”, dia kasihan lihat Shin ketakutan dan dia katakan yang tadi hanya
bercanda, walau aslinya sebenarnya memang ada hantu wanita.
Shin lalu tenang dan dia ingin Aisha
cerita, kenapa dia bisa melihat hantu atau mahluk supernatural lain. Shin
mendengar semua cerita Aisha ketika kecil dan beberapa peristiwa.
“wow..
then actually you are a great girl, unique.. Aisha.. salanghae,” senyum
Shin. Dia membuat ekspresi cinta dengan tangan.
“sa..lang.. hae?? Apa itu??,” tanya Aisha.
Dia memang tidak bisa bahasa korea sama sekali.
Shin tertawa kecil, cekikikan,”i meant... i love you”, lalu dia senyum
manis.
“ah.. mulai deh,”keluh Aisha. Dia lalu
mengalihkan pembicaraan soal cinta. Dia hanya mau jadi teman saja.
Lalu mereka janjian besok akan pergi makan
dan nonton. Shin bilang, dia minta juga ditemani jalan untuk beli kosmetik.
Aisha bingung dan garuk kepalanya, sebab sama sekali dia tidak suka dengan
belanja kosmetik dan sejenisnya, dia hanya pakai bedak tipis dan murah pula
harganya. Dia tidak tahu apa bisa temani Shin pilih-pilih yang mana yang cocok
untuknya.
“really
simple girl.. i wonder if you live in seoul.. mostly girls like to make her
up.. but you dont,” kata
Shin. Dia cerita kalau cewek korea hobi banget dandan berlama-lama dan apa
jadinya kalau Aisha kesana dengan dandanan yang sangat sederhana atau tanpa
make up sama sekali. Tapi Aisha menjawab, dia memang suka dirinya yang tanpa
make up dan biasa saja dalam dandan.
Ketika Shin bertanya, berapa umur asli
Aisha, dia tercengang. Dia pikir dia lebih tua dari Aisha, ternyata malah lebih
muda 5 tahun.
Aisha hanya tersenyum,”I am
an old woman, you know”
Tapi Shin malah menghiburnya, kalau dia
malah menemukan dirinya seperti yang sudah sama-sama tua.
“but
you seem not older than me.. at least you are lookalike 25-26 years old..,”
senyumnya pada Aisha.
“natural
and inner beauty is needed,” katanya lagi.
Aisha hanya bisa berterima kasih Shin
berusaha menghiburnya dengan mengatakan dia tidak terlalu tua. Pada dasarnya
dia merasa, Shin memang sedang berusaha menghilangkan kepesimisannya terhadap
hubungan. Mereka pun berjanji bertemu besok disebuah mall besar di selatan
jakarta.
Mereka pun bertemu. Shin bilang kalau dia
habis pulang kerja, jadi dia masih memakai jas. Dia tersenyum lihat Aisha dari
kejauhan menghampirinya.
“so..
our 1st agenda is watching movie.. but...,” kata Shin dengan senyum
“ya
i know.. no horror movie, hehe,” balas Aisha. Dia sudah mulai bisa menerima
perasaan Shin padanya, dia janji tidak akan memilih film horor.
“but..
this is 6.30 p.m.. i must pray first, Shin.. would you please wait for me here?,”
waktunya sholat magrib tiba dan dia ingin sholat dahulu. Dia meminta Shin
menunggu di tempat duduk ditengah mall itu. Tapi Shin bilang, dia lebih baik
ikut melihat.
“seeing
me praying??,” Aisha jelas saja heran. Shin mengangguk. Tapi dia bilang
kalau ruang antara cowok dan cewek pisah. Tapi Shin tetap ingin ikut. Akhirnya
Aisha membiarkannya saja menunggunya di tempat duduk khusus untuk cowok antri
sholat di mall itu.
“please
wait here.. i am not longer at all.. 10 to 15 minutes,” senyum Aisha
menyuruh dia menunggu di tempat duduk cowok. Beberapa cowok yang sedang memakai
sepatu menatap Shin. Aisha cuek saja dengan mereka, dia tidak ingin Shin punya
perasaan aneh dan terasing dengan dia disana beda sendirian, walau hanya
menunggu sejenak.
Setelah selesai, mereka lalu jalan ke
theater dan memilih film. Yang dipilih ternyata akhirnya film sci-fi. Keluar
dari theater, langsung menuju ke sebuah toko kosmetik khusus memang produk
kecantikan korea.
Aisha merasa risih juga dengan Shin yang
pandai memilih kosmetik yang dia inginkan. Sementara dia lihat para SPG
kelihatannya sangat tidak adil melihat dia dan Shin dari cara memadang mereka.
Shin cuek saja bicara dengan mereka,
melihat-lihat produk yang dia pilih. Dia menawarkan Aisha untuk mencoba BB cream
baru.
Aisha tertawa saja, kalau dia tidak bisa
memakai itu, dia kurang suka terlihat berdandan.
“serious,
Aisha.. this is for you.. take it.. i also take one,” ujar Shin, meminta
Aisha mengambil BB cream yang ada ditangannya
“thank
you, Shin. No need,”
senyum Aisha, dia menolak. SPG ikutan merayu.
“aku enggak biasa dandan, mbak.. apalagi
pakai begini.. ,” jawab Aisha pada SPG.
Kedua SPG itu bicara sepertinya dalam
bahasa jawa. Aisha mengerti sedikit apa yang dimaksud mereka kalau,”cowoknya
suka banget dandan.. tapi kok ceweknya enggak? Beda banget.. ceweknya jelek,
cowoknya cakep korea..cewek peliharaan kali”
Aisha tersinggung, tapi dia pura-pura
tidak faham dengan obrolan mereka, lalu,”aku sudah punya produk lain..sayang
kalau beli yang baru lagi”
“Shin..
i ve already had another product.. so.. it’s really poor if i buy a new one..
so.. please.. i dont want”, ujarnya pada Shin.
Setelah Shin berkata okay, dia pun lalu
memborong banyak persediaan kosmetik mulai dari pembersih, penyegar, BB cream,
body losion dan sebagainya.
Mereka lalu makan,”what a pity you dont want this.. i really fit with it,” ternyata
Shin masih bahas BB cream salah satu merk terkenal korea dan dia bilang kalau
dia cocok memakai itu.
Lalu dia bertanya, apa Aisha tidak minder
dengan wajahnya yang berbintik itu?? Aisha hanya menggeleng dan bilang,”i am grateful for what God has given to
me, shin..and if there is no guy like me.. i am okay”
Shin malah senyum padanya,”but i like you.. so let them be”, kalau
dia suka Aisha dan biarkan saja cowok lain kalau tidak suka padanya.
Mereka makan ramen sambil tertawa-tawa.
“remember
Aisha, dont tell me about ghost story again if i am in my apartment.. i am
afraid.. are you not afraid at all seeing them??,”
Aisha tertawa renyah ketika Shin merasa ketakutan
dengan hantu dan tidak ingin cewek itu menceritakannya ketika dia di dalam
apartmentnya. Aisha malah bercanda padanya, Shin jadi kelihatan enggak suka dan
cemberut.
“hiii.. manyun,” canda Aisha padanya.
“ma...nyun??,” Shin bingung dengan
perkataan Aisha. Lalu dia terjemahkan kalau manyun artinya: grim.
“what
is your zodiac?,” tanya Aisha
“July..
cancer.. i was born on 16th”, jawab Shin santai dan senyum
Aisha malah tertawa,”oh.. and my father is a cancerian too”
Shin malah jadi berbinar,”o yeah?? That’s cool”
“yeah..
but i like to tease my father in his silence”, Aisha jujur bilang kalau dia suka bercandain
ayahnya sampai gak enak hati. Shin menasehatinya kalau kebanyakan dari mereka
memang mahluk sensitif jadi jangan terlalu digodain.
“and
taurus girl is full of surprised things, actually,” senyum Shin padanya.
Aisha mengangguk. Dia tebak kalau Shin
aslinya cowok pendiam, agak tertutup dan sensitive. Shin tersenyum senyum saja
dengan penjabaran sikap dan karakter nya yang ditebak Aisha.
“well then,
Shin.. i am sorry about my last attitude to you.. last week,” kata Aisha,
dia mendadak jadi kalem.
“i
hope you were not angry with me.. you know finally that i am still in trauma,” lanjutnya lagi.
“I
understand..,” senyum Shin. Dia memainkan sedotan jus jeruknya.
“but
Shin.. i am confused.. how serious are you?? I am tired of this feeling,”
dia meminta kesungguhan cowok itu untuk tidak mempermainkannya.
Shin menghela nafasnya,”I am serious.. “
Tapi Aisha bertanya tentang statusnya yang
sudah punya isteri.
“I
know.. but there is something that i cant tell you right now.. so.. i wont push
you either,” jawab Shin, dia tidak mau memaksa Aisha. Jika memang cewek itu
tidak suka padanya, cukup hanya sebagai teman saja, dia sudah terima.
“so..then
i must guard my own feeling to you,” kata Aisha pada Shin. Dia tidak ingin
terikat perasaan pada Shin, lebih baik mereka berteman saja.
“is
it gonna be okay??,”
pinta Aisha lagi. Shin berfikir sejenak.
“it
doesnt mean that i refuse you,” kata Aisha lagi. Dia tahu tipe orang seperti Shin tidak bisa ditolak. Tapi
mungkin juga Shin bisa dewasa menerima perasaannya, semua akibat tumpukan
trauma.
Shin mengangguk, dia menyetujui kalau
diantara mereka hanya teman saja, tapi dia sempat bilang kalau dia sebenarnya
sedikit kecewa.
“I
am sorry,” katanya Aisha,
dia menunduk hormat sedikit. Shin jadi tersenyum,”dont do like that.. i am not sensitive.. that’s okay, Aisha”
“hey.. kamu suka dengan ini kan, Shin??,”
ketika mereka hendak keluar Mall, Aisha melihat ada pohon seperti sebuah pohon
kering hanya dengan tangkai saja, tetapi disana banyak sekali bergantungan
origami berbentuk burung.
Mereka lalu menghampiri.
“Ini bagus loh..,” kata Aisha,”if you make it and you hang it up and pray..
it’s believed that our prayer will be fulfilled,”
Shin tanpa banyak berfikir dia mengambil
sebuah kertas berwarna merah lalu membuat origami burung itu,”i can make it.. wait”, dan benar saja,
dia berhasil membuatnya.
“wow..
i even cant do it,” ujar
Aisha. Dia memang lemah dalam membuat origami. Shin lalu menggantungkan origami
itu pada sebuah dahan kering, lalu ternyata dia berdoa dengan mengatupkan
tangannya dan dipejamkan matanya
“heeeeh.. ternyata dia serius berdoa..
percaya banget sama yang seperti ini,” kata Aisha keheranan.
Tak berapa lama, cowok itu membuka
matanya,”I wish..fulfilled “
Aisha penasaran, doa apa yang sudah
diucapkan Shin dalam hatinya. Cowok itu menjawab, dia berharap Aisha bisa tetap
bahagia setiap harinya.
“thank
you, Shin.. you are really kind to me,” senyum Aisha padanya.
Dia lalu berdoa kalau semoga Shin juga
selalu sehat dan bahagia, bisa bekerja dengan baik dan karirnya bagus.
“now..
you are happy, right?? Dont cry anymore like the last time,” senyum Shin ketika mereka ingin berpisah
diluar Mall itu.
Dia ingin sekali mengantar Aisha, tapi
Aisha bilang tidak perlu, lebih baik Shin pulang saja, takut kemalaman. Dia
akan aman dengan cukup naik busway saja dan tidak perlu khawatir. Justru dia
khawatir dengan cowok itu takut dicelakai orang dijalan.
Aisha berterima kasih dan menunduk hormat
pada Shin,”thank you for today, Shin.. i
am happy”
“take
care, Aisha.. ,” senyum
Shin. Dia melihat taxi yang sudah dia pesan sudah ada di depan mereka.
Aisha senyum padanya,”take care, be careful on the road, safe until be in your apartment,
Shin”
“ya..
just wanna say: Aisha salanghae.. see ya around later,” senyum Shin. Dia
masuk ke taxi tetapi masih membuka pintunya sampai taxi berjalan dan dia tidak
lagi melihat Aisha.
Aisha melambaikan tangannya, lalu pulang
dengan busway.
Di rumah, dia hanya berdoa, semoga apa
yang dia akan alami tidak akan menyakiti dirinya lagi.. apakah itu nanti akan
berjalan mulus atau memang tidak jadi. Dia harus menerima kenyataan kalau
semuanya mungkin akan ada hal positif yang akan dia terima.
Dan.. dia senang ketika dia bertanya, apa
Shin sudah sampai dengan selamat sampai apartmentnya, cowok itu menjawab,”I am in my apartment now.. thanks.. you can
go sleep.. have a nice dream, Aisha”
Aisha berusaha tidur dengan tenang,”aku
ingin dunia ku terang.. aku ingin kuat, Tuhan.. aku tahu dia cowok baik..aku
yakin.. ini yang terakhir dan jikalau gagal...aku merasa.. aku tidak akan
tersakiti ”
Bersambung ke part 6....