This is me....

Rabu, September 10, 2014

Pernikahan ½ (Part 27: Menyesal Selalu Belakangan Datangnya, Iya Kan?)

“kamu harus kerja, Minho kun.. kami tidak bisa membantu kamu lagi.. ini semua karena kecerobohan kamu sendiri,” kata Kohashi yang duduk tegak di depannya.
Minho duduk juga menunduk hormat padanya, seperti setengah bersujud,”sumimasen, Otoosan.. aku sungguh minta maaf atas kecerobohan yang ku buat..”
”tadinya aku berharap kalian dewasa setelah aku kecewa dengan keputusan anak bungsuku ingin menikah dengan kamu,” lanjut Kohashi lagi.
Minho masih posisinya setengah bersujud,”aku minta maaf, ayah.. aku hari ini akan pergi cari kerja.. tempat ku jadi model masih mau menerima aku pemotretan produk yang sejenis,”
”lakukan yang terbaik untuk anakku dan cucuku nanti.. aku ingin kalian belajar.. kalau berumahtangga itu tidak semudah yang kalian bayangkan,” Kohashi lalu berdiri dan meninggalkan Minho diteras belakang ruang keluarga itu. Minho masih menunduk hormat sampai mertuanya itu benar-benar hilang dari hadapannya.
Pagi-pagi sekali dia sudah termenung di teras belakang sendirian. Tadi malam dia tidak tidur bersama Aiko karena marahnya cewek itu dengan kebodohannya.
Jam 6 ketika semua sudah mau makan pagi, Minho diam saja sambil makan, tidak banyak bicara. Aiko tidak melayaninya makan, dia masih kesal dengan tadi malam.
“Aku tidak mau pulang hari ini, Otoosan.. lagipula aku masih punya waktu libur 6 hari lagi,” kata Aiko berbicara pada ayahnya di makan pagi itu. Dia bersikeras minta tinggal di rumah saja sampai liburan selesai. Minho ada disampingnya yang juga masih makan, dia diam saja Aiko bicara seperti itu.
”terserah kamu,” jawab Ayahnya,”kalian sudah besar dan punya tanggungjawab masing-masing”
Susana pagi musim dingin itu jadi makin dingin karena Minho terasa banget dicuekin isterinya sendiri.
”makanku selesai, Otoosan.. Okaasan.. aku mau jalan-jalan pagi.. oguchisousama deshita,” ujar Aiko. Dia lalu menunduk hormat pada semua, berdiri dan berlalu dari ruangan itu.
Kumiko hanya melihatnya saja, kemarin memang dia tidak ada dirumah karena sedang praktek malam.
”kalian ribut lagi??,” katanya pada Minho. Minho mengangguk saja, meneruskan makannya.
Begitu juga dengan Akira yang tadi malam menonjoknya, selesai makan, dia langsung berdiri dan pamit bekerja.
Tinggal Minho dan Kumiko saja yang masih makan. Kohashi pagi itu memang harus sepagi sekali bertugas, jadi dia makan juga tak lama. Sementara isterinya harus temani dia sampai depan rumah.

Aiko melihat ayahnya pergi hanya menunduk hormat,”ki o tsukete, Otoosan”, katanya kalem. Kohashi melambaikan tangannya dari dalam mobil dan berlalu.
Aiko masih jalan-jalan pagi. Dia berusaha senyum ceria setiap kali bertemu tetangga yang menyapanya.
Ohayou, Aiko chan.. genki??,” kata salahseorang tetangga menyapanya di depan jalan.
Aiko menyapanya kembali dengan ramah,”aah.. Kondo okasan.. genki de.. anata wa??”
Kondo, ibu-ibu tetangganya itu basa-basi dan mengobrol dengannya.
”wah.. sudah besar sekali ya? Kami jarang lihat kamu akhir-akhir ini..sibuk kuliah atau??,”
Iie, Kondo Okasan.. aku kemarin liburan ke korea selatan.. ke rumah orangtua Minho kun,” jawabnya ramah pada Kondo.
”wah.. iya.. terima kasih oleh-olehnya ya, Aiko chan.. tokorode, kemana suami mu?? Jarang sekali kalau main kesini, dia keluar rumah ya??”
Aiko cengegesan, salahtingkah, dia memang lagi marah pada Minho, malas ngobrol tentang dia pada siapapun, temasuk pada tetangganya,”ah.. ada di dalam, Kondo okasan.. baru makan pagi”
”oo,” jawab Kondo. Tapi tak berapa lama, Minho keluar dari rumah. Dia lalu menghampiri Aiko.
”aku pergi dulu.. ,” katanya pada Aiko. Aiko hanya menunduk hormat, tapi diam saja.
Minho lalu menunduk hormat pada Kondo dan pamit.
”kok sama suami sendiri cuek?? Ada apa Aiko chan??,” tanya Kondo agak heran.
”ah.. nan demo arimasen, Kondo okasan.. ,” dia berkilah.
”kalian sedang ribut ya??,” tanya Kondo lagi, dengan mimik iseng.
”ah..Iie.. tidak ada yang ribut Kondo okasan..,” kilah Aiko.
”suami kamu.. hansamu dan tinggi ya?? Wah wah.. kalau aku masih muda, mungkin aku bisa selingkuh dengannya.. apalagi kamu lagi hamil begini,” kata Kondo, dia masih melihat Minho dari jauh jalan dan sudah mulai menghilang.
Aiko jadi kesal, dia jadi ingat lagi kejadian tadi malam, dia berusaha sembunyikan kekesalannya itu agar tetangganya tidak banyak gosip.
”aku gak akan biarkan Minho kun selingkuh dengan siapapun, Kondo san,”
Kondo senyum,”ya.. memang seharusnya begitu, Aiko chan.. tetapi jaman sekarang lelaki sering gampang selingkuh.. hati hati.. semoga suami mu itu tidak punya pacar simpanan.. atau mantan pacar yang masih dia suka..apalagi, kalian masih muda sekali”
Mendadak Aiko kepalanya jadi pusing, dia ingat lagi Eun Ha, mantan pacar Minho.
”aku pamit dulu, Kondo okasan.. sudah lelah jalan-jalannya,” kilah Aiko pada Kondo. Dia harus pergi daripada sakit hati dengan tetangganya itu, takut lebih jauh menyinggung soal perempuan lain.

Di dalam rumah, Aiko iseng minta diajarkan cara membuat kaus kaki woll untuk bayi pada ibunya, lantas ibunya pun mengajarkannya.
”kamu masih marah dengan Minho kun??,” tanya ibunya
Aiko mengangguk saja, melihat ibunya mempraktekkan caranya merajut kaus kaki bayi.
”tidak sesusah yang aku bayangkan buatnya, okaasan.. tapi seberapa ukuran kakinya ya? Hihihi,” Aiko mencoba berkilah dan bercanda dengan ibunya.
musume chan.. yang baik baik ya di dalam?? Ini okaachan buatkan kaus kaki loh,” Aiko mencoba komunikasi dengan bayinya. Ibunya lihat itu senyum saja.

Ibunya lalu memandangnya,”kiite kudasai, Aiko chan,” dia meminta anaknya melihat wajahnya.
”kamu tidak dendam dengan Minho kun bukan??,” tanya ibunya.
Aiko menghentikan merajutnya, melihat wajah ibunya. Lalu dia menaruh rajutannya itu dilantai dan menangis dipangkuan ibunya.
”aku kesal.. aku kesal pada Minho kun, Okaasan.. dia jahat.. dia lebih cinta Eun Ha dibanding aku, huhuhu”
Ibunya langsung mengelus-elus kepalanya,”sabar, Aiko chan.. kalian ini masih kecil.. seharusnya kuliah.. bukan nikah dulu”
”Minho kun..disana dia sama sekali tidak cerita kalau dia sebelumnya sudah bertemu Eun Ha.. aku hanya percaya saja padanya, Okaasan,” kata Aiko masih sambil menangis.
”tidak boleh terlalu emosi, Aiko chan.. kasihan anakmu nanti.. apalagi dia perempuan,” senyum ibunya.
”ada saatnya lelaki memang seperti itu.. mungkin aku juga tidak tahu kalau ayahmu pernah bertemu mantan kekasihnya??,”
”apa otoosan juga punya mantan pacar?,” tanya Aiko, dia lalu bangun dari pangkuan ibunya dan menyeka air matanya.
Ibunya mengangguk,”iya.. dia juga menurutku wanita istimewa untuk ayahmu”
”Lalu..apa okaasan tidak cemburu kalau dia bisa merebut otoosan??,”
Ibunya malah bercanda pada Aiko,”kalau ayahmu begitu.. aku potong anu nya, hohohoho”
”okaasan... aku serius... aku takut Minho kun tinggalkan aku,” kata Aiko melihat wajah ibunya dengan memelas.
”kalau kamu percaya.. dia tidak akan tinggalkan kamu dan jadi lelaki setia,” senyum ibunya.
”apa otoosan pernah selingkuh??,”
”dalam pengamatanku.. tidak.. karena aku percaya otoosan mu itu lelaki baik dan setia,” senyum ibunya
”tapi Minho kun malah pacaran.. aku cemburu, kesal.. kenapa dia sampai begitu, huhuhuhu,” Aiko menangis lagi
”kalian masih belum dewasa... makanya begitu.. tapi.. ini pembelajaran buat kalian.. jadi, hari ini.. biarkan Minho kun bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan”, jawab ibunya, mengelus lagi kepala anak bungsunya itu.
”aku tidak mau Minho kun berbuat kesalahan yang sama lagi suatu hari,”
”ya.. aku mengerti, Aiko chan,” balas ibunya
”aku mau tinggal disini dulu,” lanjut Aiko lagi. Ibunya hanya mengangguk saja, wajar dengan sikap manja anak bungsunya itu.

”Tadi malam aku gak tidur dengan dia,” keluh Minho pada Makoto di depan gedung talenta model.
”kamu sih.. aku juga jadi gak enak hati, karena ternyata yang buka Hp mu Aiko chan,” balas Makoto. Dia lalu menepuk pundak Minho dan mereka sama-sama masuk ke dalam gedung itu.
”Kamu pelupa sekali, Minho kun,” kata Takeuchi di ruangannya, Minho duduk di depannya.
sumimasen, Takeuchi san.. saya tidak membawa surat kontak yang terakhir, isteri yang simpan,” kilah Minho.
Takeuchi yang duduk di depannya kembali membuka berkas kontak mereka dengan Minho.
”masih ada satu produk dari Merk yang sama.. hai.. Walnut suka dengan kerjamu.. penjualan meningkat dan sebenarnya kamu beruntung kesini... jadi aku dan yang lain tidak perlu repot telepon kamu,”
”ah..yokatta na... aku masih diterima.. doumo arigatouMinhon akan dapat uang.
“tapi nilainya tidak seberapa.. karena ini hanya untuk pasar jepang.. coba kamu lihat dulu.. ini produk musim semi.. jadi makanya harus cepat,” Takeuchi memberikan katalog produk contoh baju dan juga nilai model produk kaus dan cardigan musim semi ini.
Minho agak sedikit kecewa ketika dia melihat nilainya tidak besar, jauh dari yang lalu, tetapi dia tidak boleh menolak tawaran itu dan diambilnya.
”terima kasih, Takeuchi san.. lalu.. kapan bisa mulai??,”
”besok.. aku akan kabarkan dulu dengan marketing manager mereka,” jawab Takeuchi,”jadi besok kamu jangan kemana-mana.. karena kita akan telepon”
”lagipula kan sebenarnya kamu masih terikat kontrak dengan Merk ini.. jadi kalau mereka puas pasti mereka cari kamu lagi,”
Minho menunduk hormat, berterima kasih atas tawaran itu.

”aku jadi ingin telepon Aiko chan.. bilang kalau besok aku sudah dapat tambahan kontrak.. tapi sepertinya dia marah denganku dan masih enggak mau ajak bicara,” keluh Minho ketika mereka semua kumpul di ruangan markas mereka di dekat fakultas animasi.
”kamu terlalu sekali sih, Minho kun.. cinta sih dengan pacar lama.. tapi kamu sudah buat dia sakit hati,” kata Ken.
”Ichirou kun.. sudah sembuh??,” pikiran Minho mendadak jadi ke Ichirou. Yang memang kumpul saat itu hanya dia, Makoto dan Ken.
Makoto menggeleng,”dia tambah sakit.. kami gak tahu harus apa lagi”
”ada apa??,” Minho jadi penasaran, dia malah jadi menunda masalahnya sendiri.
”kata orangtuanya.. dia terkena kanker getah bening,” kata Makoto dengan intonasi memelas.
Ken mengangguk mengiyakan,”kami tahu sewaktu kalian pergi ke Seoul”
Hananim! Kenapa bisa??,” Minho kaget, dia memang kepikiran banget Ichirou yang memang baik padanya dan Aiko
”Aiko chan harus tahu ini.. kasian Ichirou kun,” kata Minho lagi
”kami memang belum jenguk dia lagi... kapan kamu akan gak berantem lagi dengan Aiko chan jadi kita semua bisa kesana menghibur dia?? Kasian Ichirou kun.. Tachibana san juga jadi keteteran dengan kerjaannya,” kata Ken.
Minho yang tadinya berdiri jadi duduk dan mengucek-kucek rambutnya,”aku pusing.. aku pulang pasti masih dicuekin Aiko chan.”
”kamu sih.. salahmu sendiri.. dimana-mana cewek hamil itu sensitif.. kamu malah cari gara-gara sendiri,” Ken jadi menjudge dia.
”ya.. aku memang salah.. itu sebabnya aku berusaha mengembalikan uang itu.. Aiko chan disana sama sekali tidak curiga kalau aku sempat tergoda dengan mendiang Eun Ha.. dan kemarin dia marah menangis.. bilang aku jahat”
”ya.. jelas kamu sudah jahat padanya kalau begitu.. ,” kata Ken lagi, sedikit menjudge Minho.
”jadi.. aku harus bagaimana?? Tadi malam aku sudah tidak tidur sama dia.. malam ini pasti dicuekin lagi.. sengsara deh,” keluh Minho, meniup-niup poninya yang panjang, kebingungan.
”kalau dia kecewa padamu.. ya itu pasti,” ujar Makoto, santai.
”kamu bilang aja terus terang, kamu sudah dapat kontrak kecil-kecilan.. daripada enggak?? Lalu kamu bilang, kalau Ichi kun sakit parah.. dia sangat perhatian pada Ichi kun,” lanjut Makoto.
”aaahhh... semua salahku,” gerutu Minho. Dia pusing dan garuk garuk kepalanya sendiri.
”jangan lupa.. kabarkan kami kalau mau jenguk Ichi kun.. kalau bisa segera besok setelah kita kerja,” kata Makoto lagi. Ken mengangguk saja.
Di dalam perjalanan pulang, Minho berfikir keras, apakah Aiko mau memaafkannya atau tidak.

Minho pulang sore itu lalu dia bicara dengan Tachibana. Tachibana kaget karena dia pikir Minho sudah asik dengan dunia modelnya dan melupakan dia sebagai komikus yang pernah bekerjasama dengannya. Tapi dia senang akhirnya Minho mau kembali membantunya mengedit komik.
”wah wah.. kamu memang payah, Minho kun.. semestinya kamu berhemat.. ini jaman krisis, biaya untuk anak semakin mahal dinegeri ini,” kata Tachibana, dia lalu memberikan contoh komik yang sedang dia kerjakan.
”aku minta maaf sudah merepotkan Tachibana san,” kata Minho, dia tidak enak hati asal susah minta tolong ke Tachibana.
Tachibana santai saja dan senyum padanya,”ah.. biasa saja.. lagipula..aku suka kerjamu.. makanya aku berharap juga kamu mau bantu.. aku belum keluarkan manga yang baru.. judul lama masih berlanjut.. jadi karena kamu dulu editornya.. ya aku pikir gak masalah”
Minho berterima kasih padanya. Tachibana lalu menasehati Minho kalau hidup seperti dia dulu akan susah.
”ya.. saya mengerti, Tachibana san,” kata Minho.
”anakku juga tahun ini kuliah,” kata Tachibana,”tapi semoga usia pernikahanmu panjang, Minho kun.. pilihan hidup bersama dengan seseorang di usia muda itu pada dasarnya tidak mudah juga kok,”

”semoga aku tidak lagi salah mengambil langkah,” Minho menunduk hormat pada Tachibana.
”ya.. kamu akan jadi dewasa mendadak..sama sepertiku dulu, hahaha,” Tachibana tertawa, dia jadi ingat sendiri jalan kehidupannya yang tidak jauh dengan Minho tetapi akhirnya bercerai juga dengan isterinya yang sudah 20 tahun bersamanya.
”dulu aku benar-bena sengsara.. kedua orangtua kami marah dan kami diusir,” kenang Tachibana,”kamu yang termasuk beruntung karena orangtua isterimu tidak marah besar..aku dulu sampai dihajar mantan mertuaku sendiri, hahaha”
Minho bengong dengan cerita Tachibana di awal-awal nikah muda mereka.
”jadi..aku masih lebih baik ya?? Aku pikir hidupku sudah paling buruk, huff.”
Tachibana tertawa dengan ekspresi Minho,”hahahahaha.. kamu lama kelamaan juga merasakan bagaimana kerasnya menjadi orangtua..sebentar lagi kan?? Nikmati saja, Minho kun,”
Minho malah mengeluh dan menggerutu di hadapan Tachibana, sementara Tachibana tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak-anak tapi dipaksa dewasa.
Minhojadi.. ganbatte kure,”
“lalu..kenapa Tachibana san bercerai?,” tanya Minho penasaran
”Bosan aja, hahaha, ” Tachibana bercanda padanya,”Uso... perselingkuhan”
Minho bergumam,”siapa yang mulai??”
”bukan aku..,” jawab Tachibana
”ah.. sumimasen, Tachibana san.. aku tidak bermaksud singgung hal itu”, Minho jadi segan dan tidak ingin dia menceritakan lebih jauh.
nan demo nai... aku memang ingin cerita padamu.. seberapa lama pun pernikahanmu kalau enggak sungguh-sungguh dan selingkuh.. mau itu lama sekalipun,bisa bubar jalan,” jawab Tachibana, santai. Dia memberikan file dan kopian komik edisi terakhir yang dia kerjakan.
Minho menunduk hormat,”pastinya ... aku memang harus lebih dewasa, tidak gampang ceroboh dan hati-hati dengan perasaan sendiri,”
”ya, begitu.. tidak cukup kamu hanya menuntut saja dari pasanganmu.. sama-sama mengerti itu baik,” ujar Tachibana.
Minho pulang dengan wajah ceria, dia mendapatkan kontrak model dan editan komik, plus Tachibana mau mendengar curhatnya.

Dia pulang sore menjelang malam, ketika masuk kamar, dilihatnya Aiko sedang tidur. Dia lalu mendekatinya dan melihat wajah pasangannya itu,”Aiko chan.. aku sudah dapat pekerjaan model lagi.. tapi uangnya tidak seberapa”
Dia lalu mengelus-elus pipi Aiko, pelan sekali supaya tidak bangun.
Ternyata Aiko bangun juga, dia memejamkan matanya lagi setelah tadi terbuka sebentar, lalu membelakangi Minho.
”masih marah denganku??,” kata Minho padanya.
Aiko hanya terdiam saja, matanya berusaha dipejamkan.
”aku minta maaf...besok aku kerja lagi.. aku gak akan ulangi lagi.. yakusoku da,” katanya lagi pada Aiko.
Tapi Aiko tetap diam saja, dia benar-benar masih kesal pada Minho. Seharusnya malam itu dia tidur dengan ibunya, tetapi ibunya tetap meminta dia tidur dikamarnya, berusaha menghadapi masalah itu dan menyelesaikan bersama dengan Minho. Tapi tampaknya dia malas sekali, hanya berpura-pura tidur daripada dia bertengkar dengan Minho.
”aku tahu kamu tidak tidur,” kata Minho lagi. Dia lalu duduk disamping tempat tidur yang tadinya berjongkok.
”aku tahu kamu marah denganku,”
Suasana diam sejenak... lalu,”aku sudah mendapatkan kerja besok.. kalau tidak mau dengar... ya sudah”

Minho lalu keluar kamar dan dia memilih tidur di depan saja, atau di ruang keluarga.
Dia lalu berbaring di ruang keluarga, menggelar kasur tipis dan mencoba tidur. Pikirannya sebenanya sedih karena mendadak dia ingat orangtuanya di Korea.
”aku menyesal menikah,” keluhnya dengan suara pelan
Dia berusaha tidur dengan pikiran yang sedih.
Aiko berfikir kembali malam itu. Dia tahu kalau pikirannya tidak dewasa menerima Minho padahal dia sudah mendengar dari mulut Minho sendiri kalau dia sudah kerja dan akan berusaha lagi. Lalu Aiko bangun dan berfikir, termenung sejenak.
”aku salah kalau mendiamkannya.. tapi aku kesal sekali denganmu, Minho kun.. kamu lambat belajar tentang hidup ini.. sementara dia sebentar lagi akan ada di dunia ini”, gumamnya sambil duduk di tempat tidur.
Setelah beberapa saat, lalu dia pun berdiri dan memutuskan mencari, dimana Minho tidur.
Dia berjalan antar ruangan, dari ruang tamu ke ruang keluarga dan akhirnya menemukan Minho tidur beralas kasur tipis di ruang keluarga.
Aiko pelan pelan duduk menghampirinya.
”Minho kun..aku minta maaf kalau aku masih marah padamu,” katanya dengan suara pelan.
Minho tidur dengan meringkuk, tampaknya dia kelelahan hari itu berusaha mencari kerja agak besok Aiko tidak marah padanya.
Pelan Aiko berbaring di samping Minho, dia memeluk Minho dari samping. Pelan sekali, tidak ingin dia bangun.
Minho tidak menyadari kalau pasangannya itu berada di sampingnya.
Malam itu dingin, tetapi tidak bagi Aiko. Dia berusaha memaafkan Minho karena dia cinta padanya. Dia harus memahami bahwa Minho sedang berusaha belajar bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan dan dia sudah melakukan itu.
Aiko terus memandangi wajah Minho yang tidur. Pelan dia mengelus pipinya Minho agar cowok itu tidak bangun dari tidurnya.
aishiteru, Minho kun.. dakara sakki wa okora n da,” katanya kalau dia marah karena sayang dengan Minho.
Aiko mendekat padanya, lebih dekat lagi, memeluk Minho.
Akhirnya Minho pun terbangun, sadar kalau disampingnya ada dia.
”kenapa..tidur disini??,” katanya pada Aiko
Aiko senyum,”aku mau tidur dengan kamu”
”katamu.. kamu masih marah padaku??,” tanya Minho dengan keheranan
Aiko menggeleng,”tidak lagu tuh”
”kamu..mau maafin aku??,” Minho masih ragu
Aiko mengangguk dan senyum yakin,”iya..aku maafkan”
Wajah Minho berubah jadi senang, lalu dia yang memeluk cewek itu,”besok aku dapat kerjaan lagi... ”
”aku sudah dengar tadi,” balas Aiko
”aku sudah tahu kok.. kamu pasti tadi belum tidur,” ujar Minho
”aku minta maaf... aku masih terbawa masa lalu... tadi aku cerita dengan Tachibana san dan dia benar-benar menasehati ku.. supaya kita terus bertahan,”
Aiko mengangguk saja dipelukan Minho.
”aku akan berusaha keras.. aku tahu aku salah lagi.. ,” kata Minho lagi
”aku sudah maafkan kok.. tapi nanti jangan diulang lagi,” Aiko lalu menatapnya.
Minho menciumnya,”kangen deh.. sudah 2 hari lebih gak cium kamu begini”, lalu dia cengengesan.
”hieeehhh... itazura da ne,” ujar Aiko manja.
Minho senyum manis lagi padanya,”aku berusaha belajar disini.. tadi aku sedih.. ingin kembali lagi rasanya ke Korea ketika kamu cuek padaku,”
”habis.. aku kesal sekali sih,” jawab Aiko lalu dia cemberut.
”iya iya.. kan aku sudah minta maaf,” Minho lalu mendekatkan wajahnya pada Aiko
”mau tidur di kamar??,” tawar Aiko padanya
”terserah kamu..,” balas Minho singkat, matanya terpejam.
”disini saja deh, hehe,” jawab Aiko
Minho senyum sambil terpejam,”aku sudah mengantuk.. besok pagi jam 8 aku harus kerja lagi nih.. nanti kalau anak kita marah.. bagaimana?? Ayo tidur”
Aiko mengelus-elus pipi Minho dan mengangguk. Dia lalu mencoba tidur.
Malam itu yang masih musim dingin tidak dirasakan dingin oleh keduanya yang sudah tidak marahan lagi.


Bersambung ke part 28....