Hari senin itu memang Jakarta terlihat
sibuk, padahal habis lebaran dan aktivitas banyak orang dari berbagai daerah
sudah mulai ramai. Begitu juga di salah satu halte di daerah jakarta. Aisha
setiap hari menunggu bis yang lewat tempat dia bekerja. Hari itu dia agak gusar
melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
“aduh.. kacau nih.. kebiasaan deh 89 suka
lama banget,” keluhnya dalam hati. Dia melihat jalan besar dari kejauhan,
berharap ada bus yang dia tunggu D89 segera.
Dia gusar takut terlambat. Terus dia
memperhatikan banyak kendaraan yang lalu lalang.
“ah.. parah nih.. sudah 30 menit
begini,”keluhnya lagi, jam memang sudah menunjukkan 7.30 pagi. Dia pun
mengeluarkan smartphone nya
“say.. sorry nih, aku bisa terlambat
sepertinya sih.. tolong bantu aku kerjain laporan kemarin ya,” pesannya di
smartphone itu pada temannya, Risa.
Seorang cowok muda dari jarak beberapa
meter menghampiri kerumunan orang yang sedang juga menunggu bus.
“sorry,
pardon me.. can you speak english?? Understand english??,” tanya cowok itu
pada seorang lelaki yang berdiri di halte itu.
Lelaki yang ditanya kebingungan, di tidak
faham bahasa inggris,”gak ngerti gue,” katanya menggerakkan tangannya, bingung
mau bilang apa pada cowok yang mengajaknya bicara bahasa inggris itu.
Cowok tinggi putih dengan backpaker dan
kamera canggih yang berbicara bahasa inggris itu kebingungan dengan lelaki yang
dia tanya. Dia lalu beralih bertanya pada seorang ibu yang berada di sebelah
lelaki yang ditanya.
“can
you speak english, madam??,” tanya cowok itu.
Si Ibu yang ditanya langsung
bingung,”aduh.. gak bisa aku bahasa inggris..gak ngerti ah..”, dia langsung
menjauh dari cowok itu.
Cowok itu lalu berkeliling bertanya pada orang-orang
yang ada di halte itu.
Mereka semua jadi aneh dan menyingkir satu
persatu. Aisha yang berdiri agak jauh memperhatikan kejadian itu.
“kenapa sih tuh cowok?? Kok pada ngejauhin
dia???,” katanya keheranan dalam hati.
Dia memperhatikan saja. Tak beruntung, bis
D 89 nya belum terlihat juga.
Dia melihat jam,”gawat deh gue.. terlambat
jelas ini sih”. Dan dia lalu mengirim pesan lagi lewat messenjer pada temannya,
Risa.
“Ris.. gue beneran telat nih.. belum dapat
bis juga”, ketiknya.
“dapet cowok kali lu, mbak??,” canda Risa
dengan icon tertawa di messenjer itu.
Aisha tak menyangka kalau cowok itu
ternyata menghampirinya.
“pardon
me..can you help me??,” tanya cowok itu tiba-tiba
Aisha hanya menjawab dengan nada agak
ragu,”yes??”
“can
you speak english, Miss??,” tanya cowok putih tinggi itu, wajahnya
oriental.
“orang mana nih??,”tanya hatinya Aisha.
“yes
i can.. a bit,” jawab
Aisha dengan sedikit ragu.
Dia melihat ditangan cowok itu ada semacam
peta, passport-visa dan seperti tiket pesawat.
Dia lalu menunjukkan peta pada Aisha.
“i
wanna go to Airport, my friend told me that i must get on bus.. umm... D82.. do
you know it??,” tanya
cowok itu. Dia melebarkan petanya, menunjuk pada Airport.
“do
you know how to get there??,” tanya cowok itu lagi
Aisha tanpa ragu menjawab,”yes i know.. but i dont recommend you to not to
get on that bus.. dangerous”
Cowok itu bingung kenapa Aisha jawab kalau
naik D82 berbahaya dan dia pun minta alasan, sebab dia mengaku teman-temannya
mengatakan kalau naik D82 tidak mengapa.
“oh..
sorry.. you bring sophisticated camera, and also passport and visa.. there are
many pickpockets there.. you will not be safe,” jawab Aisha, dia
menjelaskan kalau cowok itu bisa saja di copet atau dirampok barang-barang
berharganya kalau naik bis itu.
“well
okay.. so, how can i get there??,” dia bertanya lagi bagaimana caranya
sampai. Wajahnya mulai serius dan terlihat sedikit panik. Sepertinya dia memang
sedang mengejar waktu.
Aisha lalu menyarankan dia naik taxi saja.
Kelihatannya cowok itu masih ragu. Ternyata dia naik dari wilayah lain Jakarta
direkomendasikan oleh temannya dengan bis!
“gila kali temennya nih.. cowok gak bisa
bahasa indonesia gini disuruh naik bis,” dalam hatinya Aisha keheranan.
“i
must get on noon’s aircraft.. i am in a hurry,” kata cowok itu lagi. Dia
menunjukkan boarding pass nya yang menunjukkan jam 10.
“wah.. kesian nih.. dua jam kurang lagi,”
kata hatinya Aisha.
“by
taxi.. i will help you to stop,” jawab Aisha dengan segera. Dia jadi lupa
kalau dia sudah benar-benar terlambat bekerja malah membantu cowok itu.
Aisha lalu melihat beberapa taxi yang
lewat dan dia berusaha menyetop taxi yang dia pikir dapat dipercaya.
Si cowok itu terlihat wajah bingungnya dan
terus melihat jam tangan sport yang dipakainya.
“pak.. ini ada cowok minta dianterin ke
bandara,” kata Aisha membuka pintu taxi.
“terminal berapa, mbak??,” tanya supir
taxi itu
Aisha tanpa basa basi lagi bertanya pada
cowok itu, supaya supir tahu bisa diantarkan sampai terminal biasa.
Tapi kemudian, cowok itu malah aneh,”miss.. would you help me?? I really dont know
and in rush,”
Ternyata cowok itu minta tolong
diantarkan.
“i
am afraid i will wrong direction again,” katanya lagi
Aisha entah mengapa juga seperti ingin
membantu cowok itu, dia langsung masuk dan kemudian mereka langsung masuk taxi.
“tahu terminal F kan ya, pak?? Nanti kami
tolong diberhentikan disana ya??,” pinta Aisha di dalam taxi itu
“i
say thank yo.. thank you very much,” kata cowok itu senyum, tetapi wajahnya masih serius melihat pada Aisha
Aisha hanya senyum tipis.
“eh gila.. gue kan kerja.. aduh. Terlambat
½ jam deh.. payah.. kenapa gue jadi konsen sama cowok ini??,” katanya dalam
hati, antara menyesal dan tidak menolong cowok itu, dia lalu melihat jamnya.
Dia kirim messenjer lagi pada Risa,”Ris..
beneran gue terlambat, gue harus bantuin orang lain dulu”, dalam ketikannya itu
dan Risa hanya menjawab OK.
Di dalam taxi, Aisha lebih banyak diam.
Dia gak habis pikir kok mau saja membantu cowok itu sampai ke bandara segala?
“sorry,
Miss.. what is your name??,” tanya cowok itu
“Aisha..,” jawab Aisha singkat. Jadi dia
yang malah galau takut kerjaannya berantakan.
“I
am Shin.. Shin Hyu,” kata cowok itu, memperkenalkan dirinya dan sepertinya
dia sudah mulai tenang.
Lalu tak berapa lama ada telepon untuk
cowok itu dan dia bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti Aisha.
“oo.. ini cowok korea ternyata,” dalam
pikiran Aisha, ternyata Shin Hyu itu cowok korea.
Sepanjang perjalanan, Aisha hanya melihat
jendela pintu luar, dia galau sendiri tentang pekerjaannya.
“aduh.. bego banget deh gue.. beneran
terlambat parah!,” keluhnya dalam hati
“Miss,”
kata Shin Hyu menyapa dia lagi
Aisha menoleh, ternyata supir taxi minta
bayar tol dan Aisha meminta Shin mengeluarkan uang rupiahnya untuk membayar
taxi. Tol tetap berlalu.
“mati gueeee... terlambaaattt,”keluhnya
dalam hati
“Miss
Aisha.. do you have any email??,” tanya Shin
Aisha agak ragu untuk memberikan emailnya
pada orang lain. Akhirnya dia kasih saja email yang tidak penting, email dia
terbiasa langganan mailing list.
Shin mencatat dalam smartphone nya.
“Thank
you.. i wanna go to Shanghai.. this noon, before i go back to Seoul,”
senyum cowok itu
“oh..
i see,” balas Aisha singkat, membalas senyum Shin tapi agak kaku.
Shin mencoba menulis nama Aisha,”is this your name, right??,” ternyata
dia salah, kurang huruf H.
“no..
incorrect, Sir..mine is A-I-S-H-A.. Aisha”, jawab nya.
Shin tertawa,”oh..sorry.. haha.. because i am not a moslem”
Aisha hanya bisa menjawab dengan,”that is okay, Sir”, sambil galau lagi
kalau dia sudah sangat sangat terlambat bekerja.
Akhirnya, mereka sampai juga diterminal F.
Shin dan Aisha keluar setelah Shin membayar taxi yang mereka tumpangi.
“thanks,
Miss.. i still have 1 hour more from now.. i am really glad you help me, Miss.. Aisha,” katanya dengan ramah.
“dont
mention it, Mr Shin,” jawabnya dengan mimik biasa. Dia berfikir bagaimana
pulangnya.
Mereka sudah ada diterminal keberangkatan.
“I
must go.. but let me stop taxi for you and tell them that you will go back to
the last place,” kata
Shin lagi. Dia ingin Aisha kembali ke halte yang tadi sebelum mengantarkannya.
“no..
no..no... that’s okay.. you are gonna be late if you find me one,” balas Aisha.
“no..
wait,” kata Shin Hyu. Dengan tas backpaker dan peralatan kamera canggihnya,
dia malah menghampiri seorang supir taxi. Aisha jadi berjalan dibelakangnya
“cowok ini pede amat.. dia gak bisa bahasa
indonesia kan??,” tanya hatinya Aisha.
Benar saja, cowok itu bicara bahasa
inggris pada cewek yang tukang sewakan taxi.
Tak berapa lama...
“thank
you, Miss Aisha.. i must go. Thank you for your help,” Shin menunduk hormat
pada Aisha.
“jadi..aku naik taxi ini nih??,” kata
Aisha pada cewek penawar taxi
Cewek itu mengangguk,”iya mbak,”
“ya..
dont mention it.. have a safe trip,” balas Aisha ramah.
Shin berlalu, dia melambaikan tangannya
lalu masuk ruang kedatangan. Aisha pun pulang naik taxi yang ternyata sudah
diberi uang oleh Shin.
Sampai di kantor...
Aisha lekas masuk ruangan, dia tidak ingin
ada omongan macam-macam, dia juga sudah ijin dengan managernya kalau terlambat,
mengatakan ada urusan penting.
“jadi lu nolong cowok itu?? Gilaaaa,” kata
Risa takjub dengan apa yang Aisha lakukan beberapa jam lalu, mereka saling
ngobrol di pantry lantai dua.
“iya.. gua juga gak tahu.. kenapa kok gua
mendadak mau aja lagi nolong tu orang ya?? Aneh deh gue,” Aisha juga tetap
kebingungan dengan dirinya.
“cakeb gak??,” tanya Risa iseng,”beneran
cowok korea??”
“cakeb, boooo.. tapi gua gak ngerti
bahasanya.. entah dia keknya ngobrol sama sapa.. bahasanya memang korea
gitu..di tas backpack nya juga ada bendera korea gitu”, balas Aisha sambil
minum jus strawberry nya
“beuh.. males banget gue sih sama cowok
korea.. katanya mereka gak suka banget sama cewek berjilbab,” kata Risa sambil
mulutnya di monyong-monyongin.
“ya.. gue cuma nolong kok.. gue aja gak
tahu kontak dia dan lain-lainnya.. dia malah yang minta email gua,” balas Aisha
santai
Risa kaget,”ah masak??”
Aisha mengangguk aja,”tapi dont worry deh..gua kasih email kacangan
gua, hahaha”
“backpacker kali tuh, cin,” kata Risa
Aisha hanya mengangguk,”mungkin.. gua
kagak banyak ngobrol sama dia.. kalau dilihat..dibilang backpacker sejati juga
aneh sih..tu cowok tinggi bening.. cowok cantik kali ah, hahaha”
“putih dunks??,” tanya Risa lagi. Aisha
mengangguk.
“oloohhhh... cowok korea kan emang doyan
dandan.. males gue sih hahaha,” canda Risa.
“yoi ma men... males banget.. makanya gua
kasih email kacang, palingan habis dia balik sono lupa sama gua, haha,” Aisha
membalas tertawa Risa dengan tertawaan lagi.
Hari berlalu, satu hari.. dua hari..
Biasanya kalau pagi memang Aisha suka mengecek
email kantor dan pribadi. Kalau ada email kantor yang penting, dia akan
berusaha menjawab supaya tidak ada complain dari orang/pihak lain.
“email dari siapa ini ya??,” dia mengecek
email khusus untuk mailing list nya, mencoba mengingat sebuah nama.
“hi,
Aisha. How are you? I hope you still remember me, Shin Hyu, someone who helped
by you. Now i am in Seoul again after from Shanghai. Thank you for your help at
that time. Perhaps you will come to Seoul someday. Regards, Shin Hyu”
Dia membaca itu dan ternyata dari cowok
yang beberapa hari lalu dia tolong.
“oh.. ini cowok toh,” katanya dalam hati,
lalu dia membalas email tersebut dengan kata yang singkat.
“Hi,
Shin Hyu, I am fine. Glad that you had a safe flight. Thanks”
Keinginannya waktu itu hanya menolongnya,
gak terbayang olehnya bagaimana misalnya keika dia dinegeri orang lalu tidak di
tolong ketika kesusahan. Jadi, dia bantu sebisa mungkin.
Tak berapa lama, ada jawaban lagi dari
cowok itu,”hi.. do you have any
messanger? Perhaps we can have a chit chat someday? Skype?”
Aisha tidak membalasnya, dia sengaja
menunda dan malas. Apalagi dia punya pikiran biasanya cowok-cowok luar paling
hany sekedar doyan godain tanpa arah yang dipikir buang-buang waktu saja dan
gak ada gunanya. Dia pun akhirnya melayani email lain masuk.
Beberapa hari lagi juga berlalu.. 1
minggu.. 2 minggu.. 1 bulan.. 2 bulan.. ternyata Shin kirim email lagi.
“Hi,
Aisha.. still remember me? I am going to Jakarta next week.. i hope we can meet
again in there. Regards, Shin Hyu”
Aisha jadi malas melayani,”weh.. cowok
ini.. padahal udah lama banget gak gue bales emailnya.. masih inget aja dah..
“, keluhnya dalam hati.
Tapi dia coba saja menjawab email cowok
itu,”Hi, Shin Hyu.. long time not
replying your email.. sorry.. i was very busy going around some cities to work.
It’s glad that you will come here.. for travelling again??”
Shin ternyata cepat juga membalas email,” no.. for working.. at that time we met, it
was also for working.. i am a backpacker and like to act as a backpack, haha.. would
you mind giving me your skype??”, ternyata dia masih ingat minta skype.
Aisha jadi garuk-garuk kepala. Skype nya
hanya untuk kerja saja kalau berhadapan dengan staff lain daerah.
“gua gantung dulu ah.. males banget deh,”
pikirnya lagi.
Sampai beberapa hari dia tidak menjawab
juga balasan Shin. Sampai kemudian Shin mengirim email kembali.
“3
days going to Jakarta. I hope i will meet you.. such a nice lady. Regards, Shin
Hyu”
Aisha sungguh malas,”cape
deeeehhhhhh..,palingan lu mau rayu gua.. bokis amaaat,” dalam hatinya cuma
mengeluh. Dia sudah merasa tahu dan malas berinteraksi.
Dipendamnya saja hal itu dari Risa, tidak
diceritakannya.
Esoknya, Shin mengirim email lagi,”Hi, Aisha.. i really wanna meet.. would you
please give me your skype??”
Aisha jadi rada bete tapi kasihan juga,
dia lalu sedikit menghilangkan kecurigaannya pada cowok itu.
“yeaaa.. okeh dehh,” katanya dalam hati.
Lalu dia membalas email Shin dari smartphonenya dengan menulis ID skypenya.
Di tengah jalan dalam bus, ternyata ada
panggilan skype dari Shin!
“aduh.. bete banget lagi dijalan,” keluh
Aisha lagi.
Lama tidak ditanggapi, akhirnya dia tidak
enak juga dan berbicara dengan skype.
“hi, Aisha, it’s me, Shin Hyu..,” kata
cowok itu.
Aisha mencoba untuk ramah, padahal aslinya
bete.
Shin bilang kalau dia akan ada di Jakarta
sekitar 5-6 hari karena ada urusan lagi dan ingin sekali ketemu lagi dengan
Aisha. Dia bilang dia membawa sesuatu. Aisha menolak dengan cara halus. Asli
dia malas berhadapan dengan cowok, murni waktu itu hanya membantunya dan gak
mau ada pamrih apa-apa setelahnya.
Tapi sepertinya Shin memaksa dan memang
dalam dunia asia, gak enak rasanya menolak permintaan orang kalau itu masih
baik-baik saja.
“i
wanna learn bahasa indonesia.. ,” kata Shin ramah di skype.
Aisha masih berusaha ramah, walau menipu
diri,”o yeah? Wow.. are you really working for Indonesia or?,”
Lalu Shin bercerita kalau dia mengurusi
salahsatu produk yang harus dia gol kan disini dan karena sudah beberapa kali
ke Indonesia jadi tidak ada salahnya kalau dia belajar bahasa indonesia supaya
dia tidak tertipu atau mudah berkomunikasi dengan orang Indonesia.
“can
we meet again at same place??,” pinta Shin Hyu untuk bertemu lagi pada
tempat yang sama.
“what??
At shelter??,” tentu saja
Aisha kaget, sebab waktu pertama kali mereka ketemu di halte.
Tapi Shin malah bilang dia tidak masalah
kalau bertemu ditempat seperti itu, sambil dia tertawa dan katanya mencoba
mengingat kepanikan waktu dia tersasar.
Akhirnya Aisha bisa tertawa juga, tapi dia
agak ragu kalau mau bertemu cowok hanya berduaan saja. Baginya sudah malas. Dan
jika memang Shin ingin meminta bertemu ditempat itu, ya.. hanya ditempat itu
saja, tidak ditempat lain.
“will
you??,” pinta Shin lagi,”I’ll bring you something”, ternyata
dia membawa oleh-oleh buat Aisha.
Aisha merasa gak enak dan dia menolak
oleh-oleh itu secara halus. Dia menjelaskan pada Shin kalau waktu itu hanya
murni ingin menolongnya saja, tidak lebih.
“dont
worry, Aisha.. this is not a date, hehe,” canda Shin. Dibilang seperti itu,
Aisha merasa tersindir, tapi dia sembunyikan saja.
Aisha jadi malah gugup jawabnya,”aah.. ya.. i know.. it’s not gonna be a date..
sorry”
“ya..
okay.. we will meet again,” lanjutnya lagi.
Pembicaraan selesai. Aisha hanya menarik
nafas di dalam bis.
“addduhhh.. payah dah gue.. gue dah males
lagi kenal cowok..apalagi ketemu-ketemuan gini.. udah deh ah,” keluhnya dalam
hati.
Dan dia pun pulang dengan muka bete sampai
bangun tidur lagi esok esoknya.
Hari berikutnya.. saat Shin tiba lagi di
Jakarta..
“Hi,
Aisha.. i am now in Jakarta, but 1st of all.. i must work, perhaps today night
we can meet.. at the shelter we met last time,” katanya pada Aisha di
skype.
Aisha sudah malas banget bawaannya, dia
dah melas dan malas aja.. Tapi dia coba jawab dengan senang hati.
“ah
yes.. anyway now i am still working and going home at 5 p.m”, jawab Aisha.
“that’s
okay. I am going to get taxi on, at 5 p.m in there..,” jawab Shin,”I’ll wait you there..see ya”
“yah.. mati dah
guaaaaaaaaaaaaaaaa....................,”keluh Aisha hari itu, bete lagi.
Risa melihat dia bete tingkat langit.
“bete melulu.. manyun melulu,” katanya
bercanda pada Aisha.
“lu masih inget kan.. cowok yang gua
tolong?? Masak dia mau datang lagi kesini eh terus mau ketemuan,” mulut Aisha
masih cemberut ketika bicara itu.
Risa malah menggoda,”cie cieee.. nge-date
tuh, cyn.. terima aja”
“nih.. malu sama ini,” Aisha menaikkan
jilbabnya,”udah tua gini masih nge-date nge-date an segala.. cowok cantik dah
gua gak pede ntar,” jawab Aisha.
“dia kan udah berterima kasih banget sama lu,
mbak Aisha.. lu ya terima aja.. cuma ketemuan ini lah,” ujar Risa cuek.
“males gua.. mudah-mudahan dia gak jadi,”
keluh Aisha.
Lalu dia berfikir mencari cara, kalau
nanti memang Jakarta macet, maka kalau misalnya Shin tidak datang juga atau
terlambat sekitar 15 menit, lebih baik gak usah ketemuan saja. Dia cari akal,
mungkin karena orang sana disiplin, jadi pasti kalau terlambat akan batal juga.
Jam 4 sore..
“I
am finished for meeting.. now I am otw to that shelter,” kata Shin dalam ketikan skype nya.
“mati dah!,” Aisha tidak menjawab
langsung, hanya tepuk dahinya saja.
Lalu,”ya..
okay.. i am still working.. see ya there”
Mendadak lalu ada YM dari Risa masuk,”cie
cie.. kayaknya ada yang bakalan nge-date nih sama cowok korea.. cowok boyband
euyy.. “, lalu pasang icon tertawa keras keras.
“eits dah.. anjirrr... ogah banget.. lu
aja gih yang gantiin gw, say,” jawab ketikan Aisha dengan icon “cape deh”
Risa malah tertawa-tawa lalu dia menelepon
Aisha dan juga tertawa-tawa, ngecegin cewek itu.
“awas loe, Ris.. kalau lu juga ntar
begini.. gantian.. lu yang gw bully,” ancam Aisha. Dia super bete.
“aduh malesnya ya Alloooohhh....
malessss,” dia berjalan gontai pulang, cari cari alasan. Tapi dia juga gak mau
dosa kalau ingkar janji.
Dia akhirnya menunggu saja Shin Hyu
dihalte itu. Ternyata Shin Hyu sudah ada disana.. ketika Aisha berjalan menuju
halte itu, cowok itu sudah senyum di ujung halte.
“et dah.. kok gue deg-degan sih ketemu
dia?? Aduh,” kata hatinya Aisha. Tapi dia tetap coba jalan menghampiri.
“hi.. good
evening,” kata Shin Hyu ramah
Aisha agak gugup menjawab,”eh iya.. good evening, Shin Hyu”, sambil dia
menggaruk kepalanya yang tertutupi jilbab.
“we
meet again.. but this is evening so i must ready for having dinner,” kata
Shin
“eh??,” tanya Aisha.
“ya..
i havent had my lunch nor dinner.. so i must eat,” kata Shin Hyu. Ternyata
dia belum makan siang dan malam.
“euhh... traktir makan deh nih gue.. ada
duit gak ya??,” keluh hatinya Aisha lagi.
“aah.. korean food ya?? Aduh.. dimana ya??
Gua gak tahu daerah sini kayaknya gak ada restoran korea,” jawab Aisha cuek,
dia lupa, jadi bicara bahasa indonesia pada cowok itu.
“pardon
me??,” tanya Shin Hyu bingung.
“I
meant.. you must eat korean foods, right?? I dont know around here,” jawab Aisha. Dia bingung mau ajak kemana
buat makan masakan Korea.
“oh..
i have reserved..,” jawab Shin Hyu enteng.
Aisha bertanya apa jauh dari halte itu
atau tidak, ternyata jauh dan mereka harus naik taxi lagi.
“come
with me.. we will eat together,” kata Shin.
“aduh.. males banget gua.. mendingan makan
di rumah aja deh..makan bareng duaan gini gua dah males aja bawaannya,” keluh
hatinya Aisha.
“i
can eat at my home,”
jawab Aisha.
Shin Hyu malah tertawa,”it’s not a date.. dont worry.. i have to
thank you”, dia hanya ingin traktir.
“aduh.. males banget traktir traktiran,”
keluh hatinya Aisha lagi. Dia garuk garuk kepala belakangnya.
Shin Hyu tanpa basa-basi langsung menyetop
taxi yang lewat di halte itu. Dia masuk.
“cmmon..
let’s go,”katanya pada Aisha yang masih berdiri di depan halte.
“ewww,” keluh Aisha, ragu.
“cmmon..
i have reserved and we cant be late,” kata Shin lagi, dia gak mau nanti
mereka bisa terlambat datang.
Akhirnya dia masuk juga ke dalam taxi, ke
sebuah restaurant yang katanya Shin Hyu, dia tahu.
Bersambung ke part 2...