This is me....

Sabtu, Januari 02, 2016

Doctor’s Heart (Part 16: Apa Mungkin Dia??....)

Lee Minho sebagai Dokter Minho               Gackt sebagai Dokter Kamui

Cerita ini hanya fiksi imajinasi belaka. Gak usah dipikirin kenapa begini, kenapa begitu.. Cuma keisengan diri saja yang ingin mengimajinasikan bebeb Lee Minho.  Adapun jika ada nama dan tempat yang kebetulan sama, itu gak sengaja, hehehe. Kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..

Esoknya, tim Kamui meneruskan lagi kerja mereka. Satu persatu pasien menjalani rawat inap sesuai dengan prosedur dan perjanjian yang telah ditetapkan. Sampai pada hari ke tiga, Kamui mengunjungi salahsatu dari mereka.
“semua prosedur lancar... aku senang..,” senyum Kamui, melihat satu dari beberapa data relawan pasien ini.
Minho dan Shiori menunduk hormat pada Kamui. Hari ketiga memang belum terlihat perkembangan, tetapi dengan penerimaan yang bagus dari mereka dan belum ada keluhan yang menyusul, tentu saja Kamui sudah cukup senang.
“melihat data ini.. aku jadi teringat beberapa tahun lalu di Kenzai,” kata Kamui, senyum. Mereka ngobrol sambil minum teh bersama di ruang pertemuan kecil.
“tentang.. Akimoto-san lagi??,” tanya Minho.
“Ya,” balas Kamui, cepat.
Minho dan Shiori berfikir, Akimoto tidak lagi mengganggu mereka. Namun, Kamui berpikiran beda. Dia tidak ingin kelolosan lagi tentang lelaki picik itu.
“Tidak mungkin rasanya.. jika dia bermain dengan anaknya disini... maksudku.. dengan Chiaki Akimoto,” jawab Shiori mendadak.
Minho diam. Dia pikir, Shiori tidak tahu kalau Chiaki adalah anak Takeo Akimoto. Minho salah terka, karena boleh jadi, di kedepannya, dia malah akan sangat terbantu dengan Shiori soal permasalahan masa lalunya dengan lelaki itu.

“padahal.. semestinya departemen kesehatan tahu persoalan ini,” kata Minho.
Kamui tersenyum dengan kepolosan pikiran Minho. Bahwa tidak semua orang di departemen kesehatan mesti tahu soal suap menyuap. Dibagian manapun, hal ini bisa saja terjadi.
“bermain atas nama suap?? Umm,” pikir Minho.
Kamui yang awalnya tersenyum, malah jadi tertawa melihat ekspresi Minho. Shiori jadi ikut tertawa.
“tidak ada yang salah, Lee sensei.. hanya saja.. seorang yang kita temukan licik, harus kita perangi dengan sedikit “licik” juga,” kata Kamui, dengan ekspresi menunjukkan tanda kutip.
“ah.. aku pikir.. sekarang tidak ada yang harus ditutupi lagi, Kamui sensei,” senyum Shiori.
Minho menoleh pada pacarnya itu. Sebagai sesama tim, memang lebih baik diungkapkan saja, apa yang sebenarnya telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi.

“Tentunya.. bagi Lee sensei.. hal ini sudah tidak asing lagi... cerita lama,” kata Kamui.
Minho menunduk hormat saja, mengatakan bersiap mendengar cerita baik dari Kamui atau Shiori.
“ah.. maaf kalau begitu pada Lee sensei sekali lagi.. aku sengaja menceritakan tentang mu kepada Fujita sensei.. tak berapa lama ketika dia baru saja berada disini,” lanjut Kamui lagi.
“tidak masalah yang seperti itu, Kamui-sensei... ,” balas Minho.
Shiori lalu bercerita pada semuanya, kalau memang dia mengetahui apa yang terjadi antara Minho dan Takeo dari Kamui, lalu, dia mengetahui sendiri kasus nya antara ayahnya- Daisuke Fujita dengan Takeo itu.
“jadi.. sebenarnya, Akimoto itu.. musuh bersama kita,” tawa Kamui.
Shiori jadi ikut tertawa kecil. Minho hanya senyum saja. Dia malah berpikir, pertarungan akan semakin berat saja, kalau mereka tidak berhati-hati.

“itu sudah pasti, Lee-sensei... lalu apakah Akimoto itu akan menyerah atau tidak... itu urusan nanti..,” ujar Kamui.
“tugas kita hanya melakukan penelitian... tugas dirinya sendiri yang memaksa untuk tidak lagi mencampuri urusan orang lain,” lanjutnya lagi.
Pada dasarnya, Minho sudah tidak lagi menaruh dendam. Namun, kenyataannya hal itu tidak tepat. Selama persaingan masih ada, dendam kemungkinan juga masih akan ada. Mereka tetap melanjutkan penelitian. Sisa pasien yang masih belum dikemoterapi untuk hari ini, dilanjutkan dari pagi sampai siang.  
                                                ----------------------------
Minho mengajak Shiori makan siang bersama dengan waktu yang singkat. Pembahasan memang masih seputar penelitian saja, belum ada yang lain. Mendadak, ternyata, dia mendapatkan pesan singkat dari adik kelasnya, Yi Kyung. Minho hanya menjawab kalau dia sedang dikantin, membicarakan pekerjaan bersama Shiori. Yi Kyung ternyata menghampiri mereka, tanpa Minho duga.
Dia tersenyum ramah, lalu Minho mempersilahkannnya duduk disampingnya. Mereka jadi duduk bertiga melingkar.
“masih membicarakan soal penelitian?,” tanya dia dengan ramah pada Minho dan Shiori.
Shiori tersenyum padanya, mengangguk mengiyakan.
“anak-anak di penelitian ini punya semangat hidup yang tinggi.. aku suka mereka,” katanya lagi.
“syukurlah.. kalau mereka tidak punya semangat,kami juga akan kesulitan, Maeda-sensei,” jawab Shiori. Dia memanggil Yi Kyung dengan nama jepangnya.
Mereka bertiga makan bersama, sampai selesai.
Lalu...
“rencananya.. apa masih ada pasien anak-anak yang akan jadi relawan kalian??,”
Minho mengangguk. Kemarin baru saja melakukan kemoterapi kepada 12 anak, tinggal 3 anak lagi.
Ternyata, Yi Kyung mengajukan pertanyaan yang pernah dikhawatirkan oleh Shiori: apakah penelitian ini pernah dicobakan oleh tikus atau marmut atau yang sejenisnya?
Shiori awalnya ingin sekali menjawab, begitu dia membuka mulutnya, Minho langsung menjawab dengan tegas.
“sudah.. tidak perlu khawatir,” katanya pada Yi Kyung, biar menutupi ketidakjujuran mereka dan dia sangat berhati-hati, merasa curiga kepada junior sejawatnya itu.
“oh.. aku mengharapkan ini akan jadi sukses sekali,” balas Yi Kyung, senyum kepada keduanya dan meletakkan sumpitnya.
Shiori menyadari, Minho melindunginya. Lalu dia membalas senyuman Yi Kyung.
“kami tidak ingin menyalahi prosedur yang biasanya, Maeda sensei.. prinsip ini tetap akan kami pegang,”
Yi Kyung tertawa lepas. Dia bercerita kalau dulu di Shigen, dia sempat menemukan beberapa penelitian melewati prosedur yang tidak semestinya. Shiori ingin sekali bertanya, namun sekali lagi, Minho mencegahnya dengan menggenggam tangannya sebentar. Shiori mencoba menduga, bahwa ini adalah pembicaraan Minho dan Yi Kyung saja. Dia jadi ingat pembicaraannya antara Minho dan perempuan itu tiga hari lalu. Minho bertanya, apakah yang dimaksud Yi Kyung itu, langsung dicobakan pada manusia?
“apa lagi, sensei??,” tanya balik Yi Kyung pada Minho.
Minho membalas dengan tawanya, bahwa mereka tidak sebodoh itu dalam mengerjakan sebuah studi. Dan ini adalah proyek kerjasama, jadi, yang pasti, memang harus ada sebuah studi pendahuluan untuk memastikan kekuatan studi pada manusia.
Ya.. Minho masih menaruh curiga pada adik kelasnya itu. Bagaimanapun, dia belajar dari pengalaman buruk masa lalunya sendiri pada Yi Kyung. Apakah lantas dengan berlalunya semua itu, dia masih bisa percaya dengan perempuan itu?? Tidak. Minho orang yang sulit mempercayai orang lain ketika sudah tersakiti, termasuk baginya dalam soal pekerjaan. Dia akan tetap berhati-hati, agar tidak terkena jebakan seperti dahulu.

Yi Kyung malah jadi bercerita, kalau di rumah sakit terdahulu, beberapa rekannya jadi kesulitan karena melangkahi rata-rata prosedur umum yang sudah ada. Shiori mengetahui, kalau Takeda-san, pemimpin rumah sakit Shigen pada dasarnya bukan orang yang tidak ingin keluar dari prosedur yang ada.
“aku juga pernah dengar, kalau hal seperti ini menjadi masalah di sana,” kata Minho. ternyata, dia tidak kuper-kuper amat soal mengetahui apa yang terjadi di luar sana.
“Karena Takeda sensei sama sekali tidak tegas,” ujar Yi Kyung.
Namun, bukan berarti Minho mengangguk saja dengan perkataan Yi Kyung. Dia malah menduga, dengan ekspresi manipulasinya seolah-olah dia hanya tahu sedikit, kalau beredar gosip bahwa sebenarnya, semua itu hanya rekayasa seseorang.
“rekayasa seseorang?? Bagaimana Lee sensei tahu??,” tanya Shiori keheranan.
Minho mengelak lagi. Dia katakan, kalau sebenarnya dia tidak tahu banyak, dia hanya bermodal menduga saja. Dia memancing Yi Kyung supaya menceritakan, dengan siapa sebenarnya penelitian itu bekerja sama.
“ada perusahaan farmasi yang terlibat, kan??,” tanya Minho.
Yi Kyung mengangguk. Dia lalu menyebutkan nama perusahaan itu. Minho masih berpura-pura tidak mengetahuinya. Yi Kyung sepertinya tidak pernah menyangka, kalau Minho aslinya tahu banyak tentang Takeo Akimoto.
“oh.. aku baru tahu.. kalau perusahaan itu bagian dari anak perusahaan farmasi Takeo Akimoto,” ujar Minho.
“ya.. tapi sekarang beberapa perusahaan dikelola oleh menantunya,” balas Yi Kyung.
Shiori tidak berbicara. Dia mencoba memahami alur percakapan Minho dan Yi Kyung, terutama alur Minho yang dibacanya menyelidik tentang Takeo.
“oh.. yang itu.. aku baru tahu juga.. ah.. maklum saja.. aku sudah lima tahun lebih tidak lagi di Kenzai .. apalagi.. aku juga tidak pernah di Shigen,”
Yi Kyung tertawa dengan kepolosan Minho. Dia menyangka, kalau Minho masih tidak berubah juga, masih seperti dulu, seorang dokter yang patuh dengan atasannya, tidak banyak bicara, tidak terlalu suka dengan bahasan yang kesannya birokratif dan hierarki.
“Takeo memang menguasai sekali mungkin setengah Jepang,” mendadak Shiori membuka suaranya.
“Namun...,”
Namun, sebelum dia melanjutkan pembicaraannya, Minho malah memotong.
“Namun.. Yutaka tidak bisa dia pengaruhi.. karena kami independent.. dan kami tidak ingin ada orang seperti Takeo Akimoto,” ujar Minho dengan suara tegas.
Shiori tersenyum dengan kelanjutan perkataan Minho darinya.

Yi Kyung malah tertawa kecil. Dia baru melihat Minho yang bisa mengeluarkan suara setegas itu. Yi Kyung tidak mengejeknya, dia memang jujur. Dan memang, sewaktu mereka di Kenzai, Minho dikenal sebagai lelaki yang pendiam dan penurut. Dia tidak bisa berkutik dengan hierarki yang sudah ada di sana. Yi Kyung mengetahui itu. Minho tidak merasa terhina dengan tawa juniornya itu.
“ah.. memang ada benarnya juga sih... kami tidak bisa berkutik di Kenzai,” ujar Yi Kyung dengan menggaruk kepalanya sedikit.
Minho tersenyum dan memancing juniornya itu, apakah dia pindah ke Shigen juga termasuk karena alasan perasaan yang tidak bebas?
“ah.. ,” jawab Yi Kyung.
Ternyata, Minho masih memancingnya.
“ah.. baiklah.. aku jawab deh.. Lee sensei sepertinya memaksaku, haha!,” kata Yi Kyung.
“iya sih, haha!,” lanjutnya lagi sambil tertawa.
Namun, Minho melihat bahwa mata Yi Kyung berbohong. Yi Kyung ke rumah sakit ini seperti menyembunyikan sesuatu.
Minho tersenyum saja dengan perkataan juniornya itu barusan. Dia malah bercanda, kalau dipikirnya, hanya dia yang tidak bisa mengecap kebebasan di rumah sakit dan universitas itu. Ternyata juniornya pun mengalami hal yang sama.
“umm.. mungkin.. ada banyak yang seperti kita,” kata Minho, kalem.
“mungkin..hanya kita yang berani keluar, sensei, hehe,” balas Yi Kyung lagi dengan tertawa.
Minho masih melihat dan membaca bola mata juniornya itu yang terkesan tidak memandangnya, walau sekilas. Dia masih mengajak berbicara tentang perkembangan Kenzai selepas dia meninggalkan institusi itu.
Yi Kyung katakan, tidak banyak berubah, semua lebih banyak sesuai dengan keinginan Takeo dan keluarganya. Universitas dan rumah sakit itu memang milik Takeo dan keluarga. Takeo memang orang yang pintar berbisnis atas nama kesehatan. Yi Kyung tidak tahu, kalau di sampingnya, Shiori juga adalah anak seorang dokter kaya yang memiliki sebuah rumah sakit cukup ternama di Hokkaido dan ayahnya mengetahui tindak tanduk Takeo.
Minho mengakhiri pembicaraannya karena memang sudah waktu istirahat habis. Mereka kembali ke ruangan dan tugas masing-masing. Yi Kyung bersikap seperti biasa saja. Mereka berpisah dan Minho janji, dua jam kemudian, dia akan ke ruangan anak-anak.
                                                ----------------------------

Imae bekerja bersama Shiori dalam ruangannya. Mereka mendata kualitas dan kuantitas bahan pangan. Selama bekerja, Shiori tidak banyak bicara. Dia belajar pada Imae tentang pengolahan makanan.
“sepertinya.. usaha kita bisa terlihat hasilnya,” kata Imae.
Shiori tersenyum pada rekannya itu.
“aku ingin berhasil.. ini jalanku agar bisa menjadi lebih baik lagi nanti,” lanjutnya.
Imae tahu, Shiori anak siapa. Namun, Shiori tidak aji mumpung dalam posisinya. Daisuke juga tidak suka anaknya manja dan tidak tahu diri berada di institusi orang lain. Tidak begitu. Daisuke meminta Imae membimbing anaknya, sehingga Shiori belajar harus cepat. Namun jam itu, Imae dilihatnya sedikit beda dari hari-hari sebelumnya.
Shiori berbasa-basi padanya, bahwa dia tidak banyak mengerti tentang ilmu baru yang belum pernah dia pelajari. Imae menjawab banyak pertanyaannya dengan detail. Namun, Shiori masih melihat wajahnya berbeda.
“Imae sensei.. apakah ada yang menganggu pikiranmu??,”
Imae mengelak. Dia katakan dia baik-baik saja, hanya ada sedikit masalah dalam kehidupan rumah tangganya. Shiori jadi tertawa kecil. Dia merasa salah paham dengan ekspresi wajah Imae saat ini. Dia masih teringat Minho tadi siang seperti menjebak Yi Kyung dengan pembicaraan mereka. Shiori memang tidak mengatakan itu pada Imae, hanya, dia merasa terbawa suasana.
“Jika masalah dipikirkan terlalu dalam dan tidak mendapatkan solusinya.. bukankah.. akan menimbulkan stress oksidatif yang tinggi ya??,” canda Shiori pada Imae.
Mereka sedang memasukkan bahan makanan untuk kemudian akan diberikan sinar. Shiori jadi penasaran. Imae menjawabnya dengan tertawa. Lantas, Shiori berfikir, dia tidak akan menganggu apa yang dirasakan oleh rekan kerjanya itu. Mungkin memang benar, tidak ada masalah dalam pekerjaan. Lalu, semua terlewati begitu saja, sampai mereka meminta bantuan beberapa perawat untuk membagikan makanan itu sebagai makanan sore para pasien.

Dalam proses studi itu, Kamui hanya bertindak sebagai pengawas dan penasehat. Jika mereka ada kesulitan, maka dia siap membantu. Hanya pelaksanaan/teknis tetap diketuai Minho yang kemudian diikuti oleh tim nya. Hari itu, Kamui menganggap tidak ada masalah.
Shiori dan Imae bertugas membagi-bagi makanan dengan bantuan para perawat. Mereka berpisah. Sampai diruangan anak-anak, ternyata Minho masih ada disana, sedang berbicara dengan seorang anak yang tidak ingin mendapatkan kemoterapi plus obat bius. Namun dia ingin bicara dengan Minho.
Perawat masuk ruangan dengan menunduk hormat, bersama dengan Shiori. Minho berdiri, lalu menunduk hormat pada mereka berdua. Dia lalu menoleh pada pasien kecilnya.
“waktu ngemil mu sudah datang loh,” katanya ramah dengan senyum.
Shiori menyapa anak perempuan kecil itu, menghampirinya lalu duduk.
“hi.. hari ini.. bagaimana kabarmu, Kikyo-chan?? Sudah lebih baik??,”
Anak perempuan 10 tahun yang bernama Kikyo itu mengangguk dengan senyumnya.
“ini hari keduaku, Sensei.. aku merasa lebih baik,”
“kamu harus bisa sembuh,” Shiori memegang lembut tangan Kikyo.
“terima kasih, sensei.. Lee sensei, Shiori sensei.. baik padaku,” balas Kikyo.
Perawat lalu memberikan sebuah piring yang berisi cemilan sehat. Shiori melihata catatan kesehatan Kikyo. Dia berbicara pada Minho apa ada perubahan kondisi anak itu.
“terlihat lebih cerah, wajahnya tidak terlalu pucat..,” jawab Minho.
“kemungkinan Hb stabil walau dalam kondisi kemoterapi,” lanjutnya lagi,” setelah ini, akan ada pemeriksaan empat jam ke depan”.
Shiori tidak banyak bicara. Lalu dia pamit pada Kikyo, kalau harus mengerjakan hal lain. Ketika di pintu, Minho mengatakan, bahwa dia akan bicara malam ini selepas kerja. Shiori mengangguk saja menyanggupi. Lantas dia keluar ruangan.
Beberapa meter dari ruangan tempat Kikyo dirawat, Yi Kyung mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu.
                                                ----------------------------------
Hari terus berlalu sampai sore, sampai malam lagi...
Minho dan Shiori bertemu di ruangan mereka, saling sapa dan bertanya soal pekerjaan.
“apa.. tadi semuanya berjalan lancar?,” tanya dia pada Minho.
Minho mengangguk mengiyakan. Pekerjaan hari ini memang tidak berat lagi. Tugas mengawasi pasien lain juga dari tangan Minho sudah dilimpahkan kepada rekan sejawatnya yang lain, sehingga dia hanya memang fokus pada studi itu.
Mereka lalu melangkah bersama keluar dari rumahsakit itu.
Chiaki ternyata memandang mereka keluar bersama.
“Minho.. akankah kamu benar-benar tidak lagi suka padaku??”.
Sementara, dia melihat Minho senyum begitu manisnya pada Shiori yang sedang menunduk berjalan. Walau mereka tidak mengarah pada kemesraan, Chiaki begitu cemburu melihat itu.
                                                -----------------------------------
Ternyata, Shiori mendapatkan telepon dari ayahnya sendiri yang kebetulan sedang berada di kota itu. Minho sedikit kaget karena mereka sedang bersama, menggunakan mobil Shiori. Dia takut ketahuan, kalau mereka sudah mulai dekat. Akhirnya, mereka janji bertemu di sebuah restaurant kecil.
Shiori hanya tertawa kecil ketika Minho terlihat gugup, bahwa mereka harus segera bertemu dengan ayahnya. Shiori memang belum mengatakan kepada baik ayah atau ibunya tentang kedekatannya dengan Minho.
“ayahku ingin membicarakan tentang pekerjaan,” senyumnya pada Minho.
Mereka lalu berbelok ke lokasi yang dituju.

Minho menunduk hormat ketika melihat Daisuke. Orangtua itu biasa saja sikapnya, saling menghormati antar sesama rekan. Mereka duduk. Minho dan Shiori berhadapan dengan Daisuke.
“apa..ada hal penting yang akan ayah bicarakan??,” tanya Shiori.
“sebentar lagi.. Kamui sensei akan datang juga,” jawab ayahnya.
“kebetulan.. Lee sensei tadi bersama anak ku.. jadi. Sekalian saja kita membahas ini daripada satu persatu,” lanjutnya lagi.
Minho menunduk hormat sambil duduk, berterima kasih dilibatkan dalam pembicaraan ini.
Tak berapa lama, memang Kamui datang. Mereka duduk serius membahas tentang penelitian yang baru saja berjalan.
Ternyata, Daisuke bercerita kalau Maru Chem seperti mendapatkan sebuah ancaman dari kementrian kesehatan soal penelitian mereka itu. Kamui, Shiori dan Minho kaget mengetahuinya: bagaimana bisa? Siapa yang membocorkan rahasia ini??
“Chiaki??,” Kamui malah menyebutkan nama itu.
Minho diam. Apa mungkin dia? Namun, setahu dia, Chiaki tidak sejahat itu.
Mereka semua diam, apa memang Chiaki Akimoto.. anak dari Takeo??
“kalian tahu bukan.. kalau Takeo dekat dengan kementrian kesehatan??,” tanya Daisuke.
“Jika memang kita bisa mengumpulkan bukti bahwa Chiaki yang menjadi pembocor rahasia, maka kita bisa meminta Takahashi sensei untuk menendangnya.. ,” Kamui menjadi emosi. Dia memang dari awal sudah menjadi musuh bebuyutan Takeo. Sewaktu kasus antara Chiaki dan Minho, dia tidak mengetahui nya karena sudah terlebih dahulu keluar dari universitas itu.
Mereka lalu membahas, apa yang akan mereka lakukan jika mendapatkan peringatan dari kementrian kesehatan. Jika ada bukti bahwa tidak adanya studi pendahuluan, maka habislah universitas mereka.
“dari awal.. memang kita sudah salah.. ,” kata Shiori.
“dari awal.. aku tidak setuju semua ini... mencobakan langsung pada manusia.. itu berbahaya, ayah,”
Minho yang memang waktu itu paling tahu perasaan Shiori ketika mendengar dan mengetahui, kalau studi itu akan murni langsung dicobakan kepada manusia. Hal itu jelas melanggar ketentuan umum penelitian.
“tidak ada waktu menjelaskan, kenapa harus langsung dicobakan kepada manusia,” kata Daisuke, datar.
Daisuke menyampaikan pemikirannya kepada mereka. Diharapkan mereka lebih berhati-hati, tidak membicarakan hal ini diluar tim mereka. Minho dan Shiori jadi ingat kejadian kemarin siang.

“apa... Yi Kyung yang membukanya?? Cepat sekali,” kata hatinya Minho.
Ternyata, Shiori juga berpikiran yang sama dengan Minho. Dia jadi merasa bersalah dengan obrolan kemarin.
“aku rasa.. apa karena Maeda sensei??,” tanya Shiori pada semuanya.
Daisuke tidak mengenal Maeda atau Yi Kyung itu. Dia menoleh pada anaknya dengan mengenyitkan dahinya.
“apa.. kalian bercerita sesuatu pada Maeda itu??,” tanya Kamui.
Shiori diam saja. Memang bukan dia atau Minho duluan yang memancing pembicaraan itu, tetapi Yi Kyung.
Minho langsung menjawab.
“bukan kami yang memulai.. tapi Yi Kyung, maksud saya: Maeda sensei,”
“oh,” balas Kamui, singkat.
“dia berada di bawah pengawasan Yamada sensei. Kita bisa saja melaporkan hal ini jika dia terbukti macam-macam,” kata Kamui lagi, dengan suara tegas.
Minho lalu berani menceritakan masa lalunya tentang dia, Takeo dan Yi Kyung. Daisuke sebenarnya tidak ingin mendengar itu, karena terkesan masalah pribadi. Namun, Kamui cukup tertarik dan menganggap bisa saja Yi Kyung adalah suruhan Takeo untuk kedua kalinya.
“aku akan tanyakan kepada Takeda sensei.. alasan apa dia mengirimkan orang itu,” kata Kamui lagi.
Kamui memang bukan tipe orang yang suka pekerjaannya diutak-atik orang lain, kalau tidak ada urusan dengannya. Sekali berurusan, pantang baginya mundur.
Daisuke menunjukkan wajah tidak sukanya atas peristiwa ini. Dia harus mencari jalan, kalau studi ini diharapkan tidak diblokir kementrian. Dia akan mencoba melobi kementrian supaya studi mereka tidak terhambat terlalu cepat.
“dari awal.. aku sudah tidak setuju dengan cara ini, ayah,” Shiori angkat bicara.
“Diam..,” balas Daisuke singkat.
Minho tidak bisa membela pacarnya itu. Kepentingan bisnis dan kesehatan memang bisa mengalahkan perasaan dan hati. Itu yang sudah pernah dia alami.
“Tidak perlu khawatir dan takut soal ini, Fujita sensei... Kami bukan kumpulan orang polos yang bisa ditendang begitu saja oleh orang bernama Takeo Akimoto itu,” senyum dingin Kamui.
“Universitas ini tetap akan dipertahankan pemerintah sebagai universitas bagus,” lanjutnya lagi.
“sedari dulu.. orang itu memang tukang cari masalah,” kata Daisuke, dengan nada suara kesal.
“kalian.. jangan lagi berbicara sembarang apapun tentang hal ini.. ini akan menyulitkan kita,” Daisuke berbicara lagi dengan suara tegas. Dia berjanji akan mencari tahu siapa yang membuat masalah makin panjang. Jika memang Yi Kyung, maka dia tidak akan ragu mengatakan kepada Takahashi untuk menendang perempuan itu dan memperkarakan lebih panjang lagi. Jika itu adalah Chiaki, dia juga tidak akan ragu meminta Takahashi bertindak tegas. Tidak bisa ada yang mencampuri urusan dalam universitas sendiri, termasuk dalam urusan penelitian.
Kamui angkat bicara lagi. Jika memang lekas dibutuhkan studi hewan untuk menutupi semuanya, dia bisa mengusahakan kepada rekan-rekannya yang lain. Kesalahan fatal memang mereka lakukan, namun bukan berarti tidak bisa membantah point apa yang akan diserang oleh Takeo.
“tidak perlu jauh, Fujita-san.. ada banyak mahasiswa disini dan kita bisa mengarahkan mereka untuk memulai penelitian ini secepatnya.. lebih cepat dari studi pada manusia.. shinpai shinaide kudasai (dont worry too much),” katanya pada Daisuke.
Kamui memang orang yang bisa diandalkan. Itu sebab Takahashi menyukai kerjanya sejak dulu. Adalah sebuah kesalahan besar bagi Takeo memulai permusuhan dengan orang tipe Kamui.
Daisuke menyetujui itu. Dia meminta Kamui melakukannya dengan cepat. Esok sudah mulai menyisir para mahasiswa yang lebih mengarah menjadi dokter peneliti daripada dokter umum. Kamui memerintahkan Minho mengubah proposal menjadi sasaran studi berupa hewan, dalam waktu semalam saja.... malam ini juga.
Minho menunduk hormat, menyanggupi tugas itu. Mereka lalu membahas sedikit persoalan itu.
“Ingat.. tidak perlu ada lagi persoalan yang bocor.. ,” kata Daisuke.
Mereka semua menunduk hormat pada Daisuke.
                                                ------------------------------------
Daisuke mengaku ia akan menginap pada sebuah hotel, tidak ingin berada satu flat dengan anaknya. Shiori berdiri di depan ayahnya itu, menyesal atas apa yang dia dan Minho bicarakan dengan Yi Kyung siang ini. Dia membela Minho, bahwa sebenarnya memang Yi Kyung yang memulai memancing percakapan itu dan Minho berusaha untuk mengalihkannya, bahkan men skak mat nya, agar tidak panjang bicara.
“ada beberapa orang yang patut dicurigai.. tidak hanya dia.. sudah.. jangan sedih,” kata Daisuke.
Minho dan Kamui hanya memandang percakapan ayah dan anak itu dari jauh.
“kalian semakin akrab... pacaran ya??,” tanya Kamui dengan senyum, masih memandang ayah dan anak itu bicara dari jauh.
Minho malu dengan pertanyaan Kamui, atasannya itu, yang main langsung tembak. Sebenarnya memang tidak ada masalah dengan yang seperti itu, asalkan bisa membedakan mana pekerjaan, mana cinta atau urusan perasaan.
Minho tertawa kecil, memasukkan kedua telapak tangannya ke saku, pertanda, kehidupannya tidak ingin banyak diketahui orang, termasuk juga tidak ingin diketahui banyak oleh Kamui.
“iya kan??,” tanya Kamui lagi, penasaran, namun tidak melihat wajah Minho.
“yeah.. begitulah,” jawab Minho dengan tertawa yang malu.
“Jadi.. sudah bisa melupakan Chiaki??,” tanya Kamui lagi.
Mereka tidak tahu apa yang dibicarakan ayah dan anak itu dari jauh, hanya memandang kedua sosok itu.
“Begitulah.. aku sedang berusaha, sensei,” jawab Minho lagi.
Kamui baru menolehkan wajahnya pada Minho, senyum lalu menepuk pundak bawahannya itu.
“Cukup lama juga ya.. kamu susah pindah ke lain hati?? Lima tahun?? Haha!”, Kamui malah meledeknya.
Minho hanya senyum kaku. Mungkin karena dulu, dia berpikir, Chiaki lah perempuan yang bisa mengerti perasaannya, selain ibu kandungnya yang sudah lama tiada.
“kamu harus bahagia, Lee sensei.. seharusnya, setelah kamu keluar dari Kenzai.. tidak perlu lagi ada Chiaki Akimoto dalam hidupmu,” kata Kamui.
Minho menunduk hormat pada atasannya itu, berterima kasih atas nasehatnya.
Kamui menepuk pundaknya, meminta Minho bersikap biasa lagi padanya.
“ah...aku mau pulang.. kasihan isteriku sendirian di rumah.. hehe,” candanya pada Minho.
“jangan lupa.. esok pagi semua harus sudah beres.. karena aku akan langsung meminta beberapa mahasiswa untuk mengerjakannya,” lanjutnya.
Minho menunduk hormat pada Kamui lagi.
“baik, Sensei.. akan aku kerjakan malam ini juga,”
Kamui berterima kasih dan dia pamit pada Minho, menuju parkir mobilnya.

Sementara Minho masih menunggu Shiori yang berbicara dengan ayahnya, berdiri saja, tidak bergeming dari tempat itu, sampai ayah dan anak itu selesai berbicara dan dia melihat Shiori kembali berjalan menuju arah dia berdiri.
“aku akan mengerjakan tugas malam ini..,” senyum Minho padanya.
“Maaf jika ayahku begitu keras,” balas Shiori.
Minho membalas dengan senyum. Tadi siang itu, memang dia lakukan untuk menutup mulut Yi Kyung, karena dia masih saja curiga dengan perempuan itu. Shiori pun mengatakan yang sama pada ayahnya. Sikap sementara ayahnya, tetap akan menyelidiki siapa-siapa saja yang tahu akan hal itu.
Minho menggenggam kedua tangan Shiori, yang mereka berdiri berhadap-hadapan.
“tidak perlu khawatir.. aku yakin, baik ayahmu atau Kamui sensei.. akan melindungi kita dalam studi ini..,”
Shiori mengangguk saja. Minho berjanji akan naik kendaraan umum saja supaya bisa cepat sampai rumah susunnya dan dapat mengerjakan tugasnya malam ini. Namun, Shiori tetap memintanya untuk bersamanya.
                                                --------------------------------
Minho membuka pintu rumah susunnya. Dilihatnya sudah sepi. Hari memang sudah malam. Dia menyalakan lampu depan, sudah senyap di dalam ruangan itu. Lalu, dia menuju kamar kedua adiknya.
Ternyata, Nami bangun mendengar suara langkah kakaknya itu.
Oppa.. sudah pulang??,”
Minho masuk ke kamarnya, menghampiri adik perempuannya itu, mengusap kepalanya.
“aku pulang malam.. tugas ku banyak sekali.. apa kalian sudah makan??,”
Shiori dari luar kamar memperhatikan saja mereka berbicara.
Nami tersenyum kakaknya mengusap kepalanya.
“aku dan Rin sudah makan.. apa Oppa sudah makan??,”
Minho malah duduk disamping Nami, dia bilang kalau sudah makan tadi bersama temannya, Shiori dan juga dokter-dokter yang lain.
Nami bangun dan menyapa Shiori dengan ramah, menunduk hormat sedikit padanya.
Shiori tertawa kecil agak kaku pada Nami.
“aku.. minta ijin mengerjakan tugas bersama siapa... Op.. Pa.. mu?? Ah... maksudku.. bersama Lee sensei, hehe”
“kami dapat tugas berat malam ini,”
Oppa.. Oppa wa Ani chan ga imi desu,” jawab Nami dengan ramah.
“ya.. aku kesini.. ingin kerjakan tugas ku dengan Oppa,” kata Shiori, sambil menunjuk pada Minho.
Nami malah tertawa kecil. Lalu dia keluar kamar, dan diikuti Minho. Shiori dan Minho berada di ruang depan.
Nami kembali dengan membawakan minuman untuk kakaknya dan Shiori, mempersilahkan mereka, lalu kembali melanjutkan tidurnya, sebab esok harus pergi sekolah.

Tinggallah Minho dan Shiori. Mereka sibuk mengerjakan tugas untuk esok pagi.
“Keputusan Kamui sensei benar-benar cepat.. memang untuk menghalangi niat Takeo menghancurkan kita, tidak ada jalan lain untuk juga merekayasa studi ini,” kata Minho.
Shiori mengangguk sambil membuka file studi mereka.
“aku cuma tidak bisa membayangkan persaingan ini.. “
Minho senyum padanya. Dia bilang memang Takeo sifatnya seperti itu, tidak boleh ada yang bisa mengalahkannya dimanapun dan dalam kesempatan apapun. Memang mengetahui ada orang seperti itu dilingkungan seputar akan sangat melelahkan manusia lain.
“Nah.. ini proposal terakhir kita,” kata Shiori, menunjukkannya pada Minho.
Minho duduk bersila disampingnya, melihat lagi dan berfikir sejenak.
“biar aku saja yang mengerjakannya...,” katanya.
Hari memang sudah menjelang tengah malam, sebenarnya, sudah waktunya mereka beristirahat, tetapi malah harus mengonsep dan mengubah proposal.
“kamu yakin.. tidak lelah.. Lee-kun??,” tanya Shiori. Dia sudah merasa dekat dengan Minho dengan memanggil kata “kun”.
Minho menoleh padanya dan senyum.
“demi tim kita... dan.. mungkin saja..,”
“Mungkin apa??,” tanya Shiori, ketika Minho tidak melanjutkan perkataannya.
“Mungkin.. demi balas dendamku..,” lanjut Minho.
Antara tugas dan dendam. Minho merasa mendapatkan apa yang dia rasakan, sebuah perasaan yang tidak membuatnya menderita. Dia merasa dihargai di universitas dan rumah sakit ini.  
Shiori tidak berkata apa-apa lagi untuk urusan pribadi. Dia langsung berbicara, apakah Minho akan menerapkan proses yang sama pula pada tikus dengan manusia? Karena bagaimanapun, ada bagian yang melibatkan penambahan makanan.
“tetap.. semua kita asumsikan sama.. hanya berbeda objek saja,” jawabnya, masih konsentrasi membaca sekaligus mengubah.
“jadi.. esok.. aku akan bicarakan pada Kamui sensei.. agar Imae sensei mengajarkan para mahasiswa yang sudah ditunjuk olehnya, untuk bisa mengerjakan apa yang dilakukan mirip oleh kamu dan Imae sensei,” lanjutnya lagi.
Maka, mereka berdua pun mengerjakan dengan cepat. Minho beberapa kali berbicara pada Shiori pemikirannya tentang statistik, pengambilan objek, metoda dan sebagainya, yang membuat kalau tidak tahan, orang akan semakin mengantuk saja. Tapi, dia mencoba terus mengubah dan mengerjakannya sendirian, dia tidak memaksa dibantu Shiori.

Satu jam... dua jam berlalu. Minho memang pintar. Dia langsung bisa mengerjakan tugas itu dengan sisa waktu. Dilihatnya, jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Matanya memang sudah sangat penat sekali. Kedua matanya sudah berkantung. Lelahnya tidak tertahankan lagi.
Dia menekan-nekan, memijat kedua alisnya dengan mata yang sudah lelah. Dilihatnya, Shiori memang sudah tertidur dengan kepala diatas meja rendah, tepat disamping Minho yang sedari tadi bekerja.
“melelahkan ya?,” senyumnya pada Shiori yang tertidur.
Dia masih punya waktu 2 jam lagi untuk bisa beristirahat. Minho menyudahi pekerjaannya, mematikan laptopnya. Lalu, dia memandang wajah Shiori yang sudah lelap.
Pelan, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Shiori... mencium perempuan yang sedang tertidur itu dengan lembut dan berhati-hati sekali, agar dia tidak terbangun.
“mungkin benar apa kata Kamui-sensei tadi malam.. kalau aku sudah mulai bisa membuka diri,” senyumnya pada Shiori.
“dan yang bisa membuka kunci hatiku.. adalah kamu.. Shiori chan,”
Cukup lama Minho memandang wajah perempuan itu, sampai dia benar-benar lelah.
Lalu dia menyandarkan dirinya ke dinding dan tidur.


Bersambung ke part 17...