Lee Minho sebagai Dokter Minho Gackt
sebagai Dokter Kamui
Cerita ini hanya fiksi imajinasi belaka. Gak usah dipikirin kenapa begini,
kenapa begitu.. Cuma keisengan diri saja yang ingin mengimajinasikan bebeb Lee
Minho. Adapun jika ada nama dan tempat
yang kebetulan sama, itu gak sengaja, hehehe. Kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..
Esoknya, tim Kamui meneruskan lagi kerja
mereka. Satu persatu pasien menjalani rawat inap sesuai dengan prosedur dan perjanjian
yang telah ditetapkan. Sampai pada hari ke tiga, Kamui mengunjungi salahsatu
dari mereka.
“semua prosedur lancar... aku senang..,”
senyum Kamui, melihat satu dari beberapa data relawan pasien ini.
Minho dan Shiori menunduk hormat pada
Kamui. Hari ketiga memang belum terlihat perkembangan, tetapi dengan penerimaan
yang bagus dari mereka dan belum ada keluhan yang menyusul, tentu saja Kamui
sudah cukup senang.
“melihat data ini.. aku jadi teringat
beberapa tahun lalu di Kenzai,” kata Kamui, senyum. Mereka ngobrol sambil minum
teh bersama di ruang pertemuan kecil.
“tentang.. Akimoto-san lagi??,” tanya
Minho.
“Ya,” balas Kamui, cepat.
Minho dan Shiori berfikir, Akimoto tidak
lagi mengganggu mereka. Namun, Kamui berpikiran beda. Dia tidak ingin kelolosan
lagi tentang lelaki picik itu.
“Tidak mungkin rasanya.. jika dia bermain
dengan anaknya disini... maksudku.. dengan Chiaki Akimoto,” jawab Shiori
mendadak.
Minho diam. Dia pikir, Shiori tidak tahu
kalau Chiaki adalah anak Takeo Akimoto. Minho salah terka, karena boleh jadi,
di kedepannya, dia malah akan sangat terbantu dengan Shiori soal permasalahan
masa lalunya dengan lelaki itu.
“padahal.. semestinya departemen kesehatan
tahu persoalan ini,” kata Minho.
Kamui tersenyum dengan kepolosan pikiran Minho.
Bahwa tidak semua orang di departemen kesehatan mesti tahu soal suap menyuap. Dibagian
manapun, hal ini bisa saja terjadi.
“bermain atas nama suap?? Umm,” pikir
Minho.
Kamui yang awalnya tersenyum, malah jadi
tertawa melihat ekspresi Minho. Shiori jadi ikut tertawa.
“tidak ada yang salah, Lee sensei.. hanya
saja.. seorang yang kita temukan licik, harus kita perangi dengan sedikit
“licik” juga,” kata Kamui, dengan ekspresi menunjukkan tanda kutip.
“ah.. aku pikir.. sekarang tidak ada yang
harus ditutupi lagi, Kamui sensei,” senyum Shiori.
Minho menoleh pada pacarnya itu. Sebagai
sesama tim, memang lebih baik diungkapkan saja, apa yang sebenarnya telah
terjadi atau kemungkinan akan terjadi.
“Tentunya.. bagi Lee sensei.. hal ini
sudah tidak asing lagi... cerita lama,” kata Kamui.
Minho menunduk hormat saja, mengatakan
bersiap mendengar cerita baik dari Kamui atau Shiori.
“ah.. maaf kalau begitu pada Lee sensei
sekali lagi.. aku sengaja menceritakan tentang mu kepada Fujita sensei.. tak
berapa lama ketika dia baru saja berada disini,” lanjut Kamui lagi.
“tidak masalah yang seperti itu,
Kamui-sensei... ,” balas Minho.
Shiori lalu bercerita pada semuanya, kalau
memang dia mengetahui apa yang terjadi antara Minho dan Takeo dari Kamui, lalu,
dia mengetahui sendiri kasus nya antara ayahnya- Daisuke Fujita dengan Takeo
itu.
“jadi.. sebenarnya, Akimoto itu.. musuh
bersama kita,” tawa Kamui.
Shiori jadi ikut tertawa kecil. Minho
hanya senyum saja. Dia malah berpikir, pertarungan akan semakin berat saja,
kalau mereka tidak berhati-hati.
“itu sudah pasti, Lee-sensei... lalu
apakah Akimoto itu akan menyerah atau tidak... itu urusan nanti..,” ujar Kamui.
“tugas kita hanya melakukan penelitian...
tugas dirinya sendiri yang memaksa untuk tidak lagi mencampuri urusan orang
lain,” lanjutnya lagi.
Pada dasarnya, Minho sudah tidak lagi
menaruh dendam. Namun, kenyataannya hal itu tidak tepat. Selama persaingan
masih ada, dendam kemungkinan juga masih akan ada. Mereka tetap melanjutkan
penelitian. Sisa pasien yang masih belum dikemoterapi untuk hari ini,
dilanjutkan dari pagi sampai siang.
----------------------------
Minho mengajak Shiori makan siang bersama
dengan waktu yang singkat. Pembahasan memang masih seputar penelitian saja,
belum ada yang lain. Mendadak, ternyata, dia mendapatkan pesan singkat dari
adik kelasnya, Yi Kyung. Minho hanya menjawab kalau dia sedang dikantin,
membicarakan pekerjaan bersama Shiori. Yi Kyung ternyata menghampiri mereka,
tanpa Minho duga.
Dia tersenyum ramah, lalu Minho
mempersilahkannnya duduk disampingnya. Mereka jadi duduk bertiga melingkar.
“masih membicarakan soal penelitian?,”
tanya dia dengan ramah pada Minho dan Shiori.
Shiori tersenyum padanya, mengangguk
mengiyakan.
“anak-anak di penelitian ini punya
semangat hidup yang tinggi.. aku suka mereka,” katanya lagi.
“syukurlah.. kalau mereka tidak punya
semangat,kami juga akan kesulitan, Maeda-sensei,” jawab Shiori. Dia memanggil
Yi Kyung dengan nama jepangnya.
Mereka bertiga makan bersama, sampai
selesai.
Lalu...
“rencananya.. apa masih ada pasien
anak-anak yang akan jadi relawan kalian??,”
Minho mengangguk. Kemarin baru saja
melakukan kemoterapi kepada 12 anak, tinggal 3 anak lagi.
Ternyata, Yi Kyung mengajukan pertanyaan
yang pernah dikhawatirkan oleh Shiori: apakah penelitian ini pernah dicobakan
oleh tikus atau marmut atau yang sejenisnya?
Shiori awalnya ingin sekali menjawab,
begitu dia membuka mulutnya, Minho langsung menjawab dengan tegas.
“sudah.. tidak perlu khawatir,” katanya
pada Yi Kyung, biar menutupi ketidakjujuran mereka dan dia sangat berhati-hati,
merasa curiga kepada junior sejawatnya itu.
“oh.. aku mengharapkan ini akan jadi
sukses sekali,” balas Yi Kyung, senyum kepada keduanya dan meletakkan
sumpitnya.
Shiori menyadari, Minho melindunginya.
Lalu dia membalas senyuman Yi Kyung.
“kami tidak ingin menyalahi prosedur yang
biasanya, Maeda sensei.. prinsip ini tetap akan kami pegang,”
Yi Kyung tertawa lepas. Dia bercerita
kalau dulu di Shigen, dia sempat menemukan beberapa penelitian melewati
prosedur yang tidak semestinya. Shiori ingin sekali bertanya, namun sekali
lagi, Minho mencegahnya dengan menggenggam tangannya sebentar. Shiori mencoba
menduga, bahwa ini adalah pembicaraan Minho dan Yi Kyung saja. Dia jadi ingat
pembicaraannya antara Minho dan perempuan itu tiga hari lalu. Minho bertanya,
apakah yang dimaksud Yi Kyung itu, langsung dicobakan pada manusia?
“apa lagi, sensei??,” tanya balik Yi Kyung
pada Minho.
Minho membalas dengan tawanya, bahwa
mereka tidak sebodoh itu dalam mengerjakan sebuah studi. Dan ini adalah proyek
kerjasama, jadi, yang pasti, memang harus ada sebuah studi pendahuluan untuk
memastikan kekuatan studi pada manusia.
Ya.. Minho masih menaruh curiga pada adik
kelasnya itu. Bagaimanapun, dia belajar dari pengalaman buruk masa lalunya
sendiri pada Yi Kyung. Apakah lantas dengan berlalunya semua itu, dia masih
bisa percaya dengan perempuan itu?? Tidak. Minho orang yang sulit mempercayai
orang lain ketika sudah tersakiti, termasuk baginya dalam soal pekerjaan. Dia
akan tetap berhati-hati, agar tidak terkena jebakan seperti dahulu.
Yi Kyung malah jadi bercerita, kalau di
rumah sakit terdahulu, beberapa rekannya jadi kesulitan karena melangkahi rata-rata
prosedur umum yang sudah ada. Shiori mengetahui, kalau Takeda-san, pemimpin
rumah sakit Shigen pada dasarnya bukan orang yang tidak ingin keluar dari
prosedur yang ada.
“aku juga pernah dengar, kalau hal seperti
ini menjadi masalah di sana,” kata Minho. ternyata, dia tidak kuper-kuper amat soal mengetahui apa
yang terjadi di luar sana.
“Karena Takeda sensei sama sekali tidak
tegas,” ujar Yi Kyung.
Namun, bukan berarti Minho mengangguk saja
dengan perkataan Yi Kyung. Dia malah menduga, dengan ekspresi manipulasinya
seolah-olah dia hanya tahu sedikit, kalau beredar gosip bahwa sebenarnya, semua
itu hanya rekayasa seseorang.
“rekayasa seseorang?? Bagaimana Lee sensei
tahu??,” tanya Shiori keheranan.
Minho mengelak lagi. Dia katakan, kalau
sebenarnya dia tidak tahu banyak, dia hanya bermodal menduga saja. Dia
memancing Yi Kyung supaya menceritakan, dengan siapa sebenarnya penelitian itu
bekerja sama.
“ada perusahaan farmasi yang terlibat,
kan??,” tanya Minho.
Yi Kyung mengangguk. Dia lalu menyebutkan
nama perusahaan itu. Minho masih berpura-pura tidak mengetahuinya. Yi Kyung
sepertinya tidak pernah menyangka, kalau Minho aslinya tahu banyak tentang
Takeo Akimoto.
“oh.. aku baru tahu.. kalau perusahaan itu
bagian dari anak perusahaan farmasi Takeo Akimoto,” ujar Minho.
“ya.. tapi sekarang beberapa perusahaan
dikelola oleh menantunya,” balas Yi Kyung.
Shiori tidak berbicara. Dia mencoba
memahami alur percakapan Minho dan Yi Kyung, terutama alur Minho yang dibacanya
menyelidik tentang Takeo.
“oh.. yang itu.. aku baru tahu juga.. ah..
maklum saja.. aku sudah lima tahun lebih tidak lagi di Kenzai .. apalagi.. aku
juga tidak pernah di Shigen,”
Yi Kyung tertawa dengan kepolosan Minho.
Dia menyangka, kalau Minho masih tidak berubah juga, masih seperti dulu,
seorang dokter yang patuh dengan atasannya, tidak banyak bicara, tidak terlalu
suka dengan bahasan yang kesannya birokratif dan hierarki.
“Takeo memang menguasai sekali mungkin
setengah Jepang,” mendadak Shiori membuka suaranya.
“Namun...,”
Namun, sebelum dia melanjutkan
pembicaraannya, Minho malah memotong.
“Namun.. Yutaka tidak bisa dia pengaruhi..
karena kami independent.. dan kami
tidak ingin ada orang seperti Takeo Akimoto,” ujar Minho dengan suara tegas.
Shiori tersenyum dengan kelanjutan
perkataan Minho darinya.
Yi Kyung malah tertawa kecil. Dia baru
melihat Minho yang bisa mengeluarkan suara setegas itu. Yi Kyung tidak
mengejeknya, dia memang jujur. Dan memang, sewaktu mereka di Kenzai, Minho
dikenal sebagai lelaki yang pendiam dan penurut. Dia tidak bisa berkutik dengan
hierarki yang sudah ada di sana. Yi Kyung mengetahui itu. Minho tidak merasa
terhina dengan tawa juniornya itu.
“ah.. memang ada benarnya juga sih... kami tidak bisa berkutik di
Kenzai,” ujar Yi Kyung dengan menggaruk kepalanya sedikit.
Minho tersenyum dan memancing juniornya
itu, apakah dia pindah ke Shigen juga termasuk karena alasan perasaan yang
tidak bebas?
“ah.. ,” jawab Yi Kyung.
Ternyata, Minho masih memancingnya.
“ah.. baiklah.. aku jawab deh.. Lee sensei
sepertinya memaksaku, haha!,” kata Yi Kyung.
“iya sih, haha!,” lanjutnya lagi sambil
tertawa.
Namun, Minho melihat bahwa mata Yi Kyung
berbohong. Yi Kyung ke rumah sakit ini seperti menyembunyikan sesuatu.
Minho tersenyum saja dengan perkataan
juniornya itu barusan. Dia malah bercanda, kalau dipikirnya, hanya dia yang
tidak bisa mengecap kebebasan di rumah sakit dan universitas itu. Ternyata
juniornya pun mengalami hal yang sama.
“umm.. mungkin.. ada banyak yang seperti
kita,” kata Minho, kalem.
“mungkin..hanya kita yang berani keluar,
sensei, hehe,” balas Yi Kyung lagi dengan tertawa.
Minho masih melihat dan membaca bola mata
juniornya itu yang terkesan tidak memandangnya, walau sekilas. Dia masih
mengajak berbicara tentang perkembangan Kenzai selepas dia meninggalkan
institusi itu.
Yi Kyung katakan, tidak banyak berubah,
semua lebih banyak sesuai dengan keinginan Takeo dan keluarganya. Universitas
dan rumah sakit itu memang milik Takeo dan keluarga. Takeo memang orang yang
pintar berbisnis atas nama kesehatan. Yi Kyung tidak tahu, kalau di sampingnya,
Shiori juga adalah anak seorang dokter kaya yang memiliki sebuah rumah sakit
cukup ternama di Hokkaido dan ayahnya mengetahui tindak tanduk Takeo.
Minho mengakhiri pembicaraannya karena
memang sudah waktu istirahat habis. Mereka kembali ke ruangan dan tugas
masing-masing. Yi Kyung bersikap seperti biasa saja. Mereka berpisah dan Minho
janji, dua jam kemudian, dia akan ke ruangan anak-anak.
----------------------------
Imae bekerja bersama Shiori dalam
ruangannya. Mereka mendata kualitas dan kuantitas bahan pangan. Selama bekerja,
Shiori tidak banyak bicara. Dia belajar pada Imae tentang pengolahan makanan.
“sepertinya.. usaha kita bisa terlihat
hasilnya,” kata Imae.
Shiori tersenyum pada rekannya itu.
“aku ingin berhasil.. ini jalanku agar
bisa menjadi lebih baik lagi nanti,” lanjutnya.
Imae tahu, Shiori anak siapa. Namun,
Shiori tidak aji mumpung dalam posisinya. Daisuke juga tidak suka anaknya manja
dan tidak tahu diri berada di institusi orang lain. Tidak begitu. Daisuke
meminta Imae membimbing anaknya, sehingga Shiori belajar harus cepat. Namun jam
itu, Imae dilihatnya sedikit beda dari hari-hari sebelumnya.
Shiori berbasa-basi padanya, bahwa dia
tidak banyak mengerti tentang ilmu baru yang belum pernah dia pelajari. Imae
menjawab banyak pertanyaannya dengan detail. Namun, Shiori masih melihat
wajahnya berbeda.
“Imae sensei.. apakah ada yang menganggu
pikiranmu??,”
Imae mengelak. Dia katakan dia baik-baik
saja, hanya ada sedikit masalah dalam kehidupan rumah tangganya. Shiori jadi
tertawa kecil. Dia merasa salah paham dengan ekspresi wajah Imae saat ini. Dia
masih teringat Minho tadi siang seperti menjebak Yi Kyung dengan pembicaraan
mereka. Shiori memang tidak mengatakan itu pada Imae, hanya, dia merasa terbawa
suasana.
“Jika masalah dipikirkan terlalu dalam dan
tidak mendapatkan solusinya.. bukankah.. akan menimbulkan stress oksidatif yang
tinggi ya??,” canda Shiori pada Imae.
Mereka sedang memasukkan bahan makanan
untuk kemudian akan diberikan sinar. Shiori jadi penasaran. Imae menjawabnya
dengan tertawa. Lantas, Shiori berfikir, dia tidak akan menganggu apa yang
dirasakan oleh rekan kerjanya itu. Mungkin memang benar, tidak ada masalah
dalam pekerjaan. Lalu, semua terlewati begitu saja, sampai mereka meminta
bantuan beberapa perawat untuk membagikan makanan itu sebagai makanan sore para
pasien.
Dalam proses studi itu, Kamui hanya bertindak
sebagai pengawas dan penasehat. Jika mereka ada kesulitan, maka dia siap
membantu. Hanya pelaksanaan/teknis tetap diketuai Minho yang kemudian diikuti
oleh tim nya. Hari itu, Kamui menganggap tidak ada masalah.
Shiori dan Imae bertugas membagi-bagi
makanan dengan bantuan para perawat. Mereka berpisah. Sampai diruangan
anak-anak, ternyata Minho masih ada disana, sedang berbicara dengan seorang
anak yang tidak ingin mendapatkan kemoterapi plus obat bius. Namun dia ingin
bicara dengan Minho.
Perawat masuk ruangan dengan menunduk
hormat, bersama dengan Shiori. Minho berdiri, lalu menunduk hormat pada mereka
berdua. Dia lalu menoleh pada pasien kecilnya.
“waktu ngemil mu sudah datang loh,”
katanya ramah dengan senyum.
Shiori menyapa anak perempuan kecil itu,
menghampirinya lalu duduk.
“hi.. hari ini.. bagaimana kabarmu,
Kikyo-chan?? Sudah lebih baik??,”
Anak perempuan 10 tahun yang bernama Kikyo
itu mengangguk dengan senyumnya.
“ini hari keduaku, Sensei.. aku merasa
lebih baik,”
“kamu harus bisa sembuh,” Shiori memegang
lembut tangan Kikyo.
“terima kasih, sensei.. Lee sensei, Shiori
sensei.. baik padaku,” balas Kikyo.
Perawat lalu memberikan sebuah piring yang
berisi cemilan sehat. Shiori melihata catatan kesehatan Kikyo. Dia berbicara
pada Minho apa ada perubahan kondisi anak itu.
“terlihat lebih cerah, wajahnya tidak
terlalu pucat..,” jawab Minho.
“kemungkinan Hb stabil walau dalam kondisi
kemoterapi,” lanjutnya lagi,” setelah ini, akan ada pemeriksaan empat jam ke
depan”.
Shiori tidak banyak bicara. Lalu dia pamit
pada Kikyo, kalau harus mengerjakan hal lain. Ketika di pintu, Minho
mengatakan, bahwa dia akan bicara malam ini selepas kerja. Shiori mengangguk
saja menyanggupi. Lantas dia keluar ruangan.
Beberapa meter dari ruangan tempat Kikyo
dirawat, Yi Kyung mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu.
----------------------------------
Hari terus berlalu sampai sore, sampai
malam lagi...
Minho dan Shiori bertemu di ruangan
mereka, saling sapa dan bertanya soal pekerjaan.
“apa.. tadi semuanya berjalan lancar?,”
tanya dia pada Minho.
Minho mengangguk mengiyakan. Pekerjaan
hari ini memang tidak berat lagi. Tugas mengawasi pasien lain juga dari tangan
Minho sudah dilimpahkan kepada rekan sejawatnya yang lain, sehingga dia hanya
memang fokus pada studi itu.
Mereka lalu melangkah bersama keluar dari
rumahsakit itu.
Chiaki ternyata memandang mereka keluar
bersama.
“Minho.. akankah kamu benar-benar tidak
lagi suka padaku??”.
Sementara, dia melihat Minho senyum begitu
manisnya pada Shiori yang sedang menunduk berjalan. Walau mereka tidak mengarah
pada kemesraan, Chiaki begitu cemburu melihat itu.
-----------------------------------
Ternyata, Shiori mendapatkan telepon dari
ayahnya sendiri yang kebetulan sedang berada di kota itu. Minho sedikit kaget karena
mereka sedang bersama, menggunakan mobil Shiori. Dia takut ketahuan, kalau
mereka sudah mulai dekat. Akhirnya, mereka janji bertemu di sebuah restaurant
kecil.
Shiori hanya tertawa kecil ketika Minho
terlihat gugup, bahwa mereka harus segera bertemu dengan ayahnya. Shiori memang
belum mengatakan kepada baik ayah atau ibunya tentang kedekatannya dengan
Minho.
“ayahku ingin membicarakan tentang
pekerjaan,” senyumnya pada Minho.
Mereka lalu berbelok ke lokasi yang
dituju.
Minho menunduk hormat ketika melihat
Daisuke. Orangtua itu biasa saja sikapnya, saling menghormati antar sesama
rekan. Mereka duduk. Minho dan Shiori berhadapan dengan Daisuke.
“apa..ada hal penting yang akan ayah
bicarakan??,” tanya Shiori.
“sebentar lagi.. Kamui sensei akan datang
juga,” jawab ayahnya.
“kebetulan.. Lee sensei tadi bersama anak
ku.. jadi. Sekalian saja kita membahas ini daripada satu persatu,” lanjutnya
lagi.
Minho menunduk hormat sambil duduk,
berterima kasih dilibatkan dalam pembicaraan ini.
Tak berapa lama, memang Kamui datang.
Mereka duduk serius membahas tentang penelitian yang baru saja berjalan.
Ternyata, Daisuke bercerita kalau Maru
Chem seperti mendapatkan sebuah ancaman dari kementrian kesehatan soal penelitian
mereka itu. Kamui, Shiori dan Minho kaget mengetahuinya: bagaimana bisa? Siapa
yang membocorkan rahasia ini??
“Chiaki??,” Kamui malah menyebutkan nama
itu.
Minho diam. Apa mungkin dia? Namun, setahu
dia, Chiaki tidak sejahat itu.
Mereka semua diam, apa memang Chiaki
Akimoto.. anak dari Takeo??
“kalian tahu bukan.. kalau Takeo dekat
dengan kementrian kesehatan??,” tanya Daisuke.
“Jika memang kita bisa mengumpulkan bukti
bahwa Chiaki yang menjadi pembocor rahasia, maka kita bisa meminta Takahashi
sensei untuk menendangnya.. ,” Kamui menjadi emosi. Dia memang dari awal sudah
menjadi musuh bebuyutan Takeo. Sewaktu kasus antara Chiaki dan Minho, dia tidak
mengetahui nya karena sudah terlebih dahulu keluar dari universitas itu.
Mereka lalu membahas, apa yang akan mereka
lakukan jika mendapatkan peringatan dari kementrian kesehatan. Jika ada bukti
bahwa tidak adanya studi pendahuluan, maka habislah universitas mereka.
“dari awal.. memang kita sudah salah.. ,”
kata Shiori.
“dari awal.. aku tidak setuju semua ini...
mencobakan langsung pada manusia.. itu berbahaya, ayah,”
Minho yang memang waktu itu paling tahu
perasaan Shiori ketika mendengar dan mengetahui, kalau studi itu akan murni
langsung dicobakan kepada manusia. Hal itu jelas melanggar ketentuan umum
penelitian.
“tidak ada waktu menjelaskan, kenapa harus
langsung dicobakan kepada manusia,” kata Daisuke, datar.
Daisuke menyampaikan pemikirannya kepada
mereka. Diharapkan mereka lebih berhati-hati, tidak membicarakan hal ini diluar
tim mereka. Minho dan Shiori jadi ingat kejadian kemarin siang.
“apa... Yi Kyung yang membukanya?? Cepat
sekali,” kata hatinya Minho.
Ternyata, Shiori juga berpikiran yang sama
dengan Minho. Dia jadi merasa bersalah dengan obrolan kemarin.
“aku rasa.. apa karena Maeda sensei??,”
tanya Shiori pada semuanya.
Daisuke tidak mengenal Maeda atau Yi Kyung
itu. Dia menoleh pada anaknya dengan mengenyitkan dahinya.
“apa.. kalian bercerita sesuatu pada Maeda
itu??,” tanya Kamui.
Shiori diam saja. Memang bukan dia atau
Minho duluan yang memancing pembicaraan itu, tetapi Yi Kyung.
Minho langsung menjawab.
“bukan kami yang memulai.. tapi Yi Kyung,
maksud saya: Maeda sensei,”
“oh,” balas Kamui, singkat.
“dia berada di bawah pengawasan Yamada
sensei. Kita bisa saja melaporkan hal ini jika dia terbukti macam-macam,” kata
Kamui lagi, dengan suara tegas.
Minho lalu berani menceritakan masa
lalunya tentang dia, Takeo dan Yi Kyung. Daisuke sebenarnya tidak ingin
mendengar itu, karena terkesan masalah pribadi. Namun, Kamui cukup tertarik dan
menganggap bisa saja Yi Kyung adalah suruhan Takeo untuk kedua kalinya.
“aku akan tanyakan kepada Takeda sensei..
alasan apa dia mengirimkan orang itu,” kata Kamui lagi.
Kamui memang bukan tipe orang yang suka
pekerjaannya diutak-atik orang lain, kalau tidak ada urusan dengannya. Sekali
berurusan, pantang baginya mundur.
Daisuke menunjukkan wajah tidak sukanya
atas peristiwa ini. Dia harus mencari jalan, kalau studi ini diharapkan tidak
diblokir kementrian. Dia akan mencoba melobi kementrian supaya studi mereka
tidak terhambat terlalu cepat.
“dari awal.. aku sudah tidak setuju dengan
cara ini, ayah,” Shiori angkat bicara.
“Diam..,” balas Daisuke singkat.
Minho tidak bisa membela pacarnya itu.
Kepentingan bisnis dan kesehatan memang bisa mengalahkan perasaan dan hati. Itu
yang sudah pernah dia alami.
“Tidak perlu khawatir dan takut soal ini,
Fujita sensei... Kami bukan kumpulan orang polos yang bisa ditendang begitu
saja oleh orang bernama Takeo Akimoto itu,” senyum dingin Kamui.
“Universitas ini tetap akan dipertahankan
pemerintah sebagai universitas bagus,” lanjutnya lagi.
“sedari dulu.. orang itu memang tukang
cari masalah,” kata Daisuke, dengan nada suara kesal.
“kalian.. jangan lagi berbicara sembarang
apapun tentang hal ini.. ini akan menyulitkan kita,” Daisuke berbicara lagi
dengan suara tegas. Dia berjanji akan mencari tahu siapa yang membuat masalah
makin panjang. Jika memang Yi Kyung, maka dia tidak akan ragu mengatakan kepada
Takahashi untuk menendang perempuan itu dan memperkarakan lebih panjang lagi.
Jika itu adalah Chiaki, dia juga tidak akan ragu meminta Takahashi bertindak
tegas. Tidak bisa ada yang mencampuri urusan dalam universitas sendiri,
termasuk dalam urusan penelitian.
Kamui angkat bicara lagi. Jika memang
lekas dibutuhkan studi hewan untuk menutupi semuanya, dia bisa mengusahakan
kepada rekan-rekannya yang lain. Kesalahan fatal memang mereka lakukan, namun
bukan berarti tidak bisa membantah point apa yang akan diserang oleh Takeo.
“tidak perlu jauh, Fujita-san.. ada banyak
mahasiswa disini dan kita bisa mengarahkan mereka untuk memulai penelitian ini
secepatnya.. lebih cepat dari studi pada manusia.. shinpai shinaide kudasai (dont worry too much),” katanya pada
Daisuke.
Kamui memang orang yang bisa diandalkan.
Itu sebab Takahashi menyukai kerjanya sejak dulu. Adalah sebuah kesalahan besar
bagi Takeo memulai permusuhan dengan orang tipe Kamui.
Daisuke menyetujui itu. Dia meminta Kamui
melakukannya dengan cepat. Esok sudah mulai menyisir para mahasiswa yang lebih
mengarah menjadi dokter peneliti daripada dokter umum. Kamui memerintahkan
Minho mengubah proposal menjadi sasaran studi berupa hewan, dalam waktu semalam
saja.... malam ini juga.
Minho menunduk hormat, menyanggupi tugas
itu. Mereka lalu membahas sedikit persoalan itu.
“Ingat.. tidak perlu ada lagi persoalan
yang bocor.. ,” kata Daisuke.
Mereka semua menunduk hormat pada Daisuke.
------------------------------------
Daisuke mengaku ia akan menginap pada
sebuah hotel, tidak ingin berada satu flat dengan anaknya. Shiori berdiri di
depan ayahnya itu, menyesal atas apa yang dia dan Minho bicarakan dengan Yi
Kyung siang ini. Dia membela Minho, bahwa sebenarnya memang Yi Kyung yang
memulai memancing percakapan itu dan Minho berusaha untuk mengalihkannya,
bahkan men skak mat nya, agar tidak panjang bicara.
“ada beberapa orang yang patut dicurigai..
tidak hanya dia.. sudah.. jangan sedih,” kata Daisuke.
Minho dan Kamui hanya memandang percakapan
ayah dan anak itu dari jauh.
“kalian semakin akrab... pacaran ya??,”
tanya Kamui dengan senyum, masih memandang ayah dan anak itu bicara dari jauh.
Minho malu dengan pertanyaan Kamui,
atasannya itu, yang main langsung tembak. Sebenarnya memang tidak ada masalah
dengan yang seperti itu, asalkan bisa membedakan mana pekerjaan, mana cinta
atau urusan perasaan.
Minho tertawa kecil, memasukkan kedua
telapak tangannya ke saku, pertanda, kehidupannya tidak ingin banyak diketahui
orang, termasuk juga tidak ingin diketahui banyak oleh Kamui.
“iya kan??,” tanya Kamui lagi, penasaran,
namun tidak melihat wajah Minho.
“yeah.. begitulah,” jawab Minho dengan
tertawa yang malu.
“Jadi.. sudah bisa melupakan Chiaki??,”
tanya Kamui lagi.
Mereka tidak tahu apa yang dibicarakan
ayah dan anak itu dari jauh, hanya memandang kedua sosok itu.
“Begitulah.. aku sedang berusaha, sensei,”
jawab Minho lagi.
Kamui baru menolehkan wajahnya pada Minho,
senyum lalu menepuk pundak bawahannya itu.
“Cukup lama juga ya.. kamu susah pindah ke
lain hati?? Lima tahun?? Haha!”, Kamui malah meledeknya.
Minho hanya senyum kaku. Mungkin karena
dulu, dia berpikir, Chiaki lah perempuan yang bisa mengerti perasaannya, selain
ibu kandungnya yang sudah lama tiada.
“kamu harus bahagia, Lee sensei..
seharusnya, setelah kamu keluar dari Kenzai.. tidak perlu lagi ada Chiaki
Akimoto dalam hidupmu,” kata Kamui.
Minho menunduk hormat pada atasannya itu,
berterima kasih atas nasehatnya.
Kamui menepuk pundaknya, meminta Minho
bersikap biasa lagi padanya.
“ah...aku mau pulang.. kasihan isteriku
sendirian di rumah.. hehe,” candanya pada Minho.
“jangan lupa.. esok pagi semua harus sudah
beres.. karena aku akan langsung meminta beberapa mahasiswa untuk
mengerjakannya,” lanjutnya.
Minho menunduk hormat pada Kamui lagi.
“baik, Sensei.. akan aku kerjakan malam
ini juga,”
Kamui berterima kasih dan dia pamit pada
Minho, menuju parkir mobilnya.
Sementara Minho masih menunggu Shiori yang
berbicara dengan ayahnya, berdiri saja, tidak bergeming dari tempat itu, sampai
ayah dan anak itu selesai berbicara dan dia melihat Shiori kembali berjalan
menuju arah dia berdiri.
“aku akan mengerjakan tugas malam ini..,”
senyum Minho padanya.
“Maaf jika ayahku begitu keras,” balas
Shiori.
Minho membalas dengan senyum. Tadi siang
itu, memang dia lakukan untuk menutup mulut Yi Kyung, karena dia masih saja
curiga dengan perempuan itu. Shiori pun mengatakan yang sama pada ayahnya.
Sikap sementara ayahnya, tetap akan menyelidiki siapa-siapa saja yang tahu akan
hal itu.
Minho menggenggam kedua tangan Shiori,
yang mereka berdiri berhadap-hadapan.
“tidak perlu khawatir.. aku yakin, baik
ayahmu atau Kamui sensei.. akan melindungi kita dalam studi ini..,”
Shiori mengangguk saja. Minho berjanji
akan naik kendaraan umum saja supaya bisa cepat sampai rumah susunnya dan dapat
mengerjakan tugasnya malam ini. Namun, Shiori tetap memintanya untuk
bersamanya.
--------------------------------
Minho membuka pintu rumah susunnya.
Dilihatnya sudah sepi. Hari memang sudah malam. Dia menyalakan lampu depan,
sudah senyap di dalam ruangan itu. Lalu, dia menuju kamar kedua adiknya.
Ternyata, Nami bangun mendengar suara
langkah kakaknya itu.
“Oppa..
sudah pulang??,”
Minho masuk ke kamarnya, menghampiri adik
perempuannya itu, mengusap kepalanya.
“aku pulang malam.. tugas ku banyak
sekali.. apa kalian sudah makan??,”
Shiori dari luar kamar memperhatikan saja
mereka berbicara.
Nami tersenyum kakaknya mengusap kepalanya.
“aku dan Rin sudah makan.. apa Oppa sudah
makan??,”
Minho malah duduk disamping Nami, dia
bilang kalau sudah makan tadi bersama temannya, Shiori dan juga dokter-dokter
yang lain.
Nami bangun dan menyapa Shiori dengan
ramah, menunduk hormat sedikit padanya.
Shiori tertawa kecil agak kaku pada Nami.
“aku.. minta ijin mengerjakan tugas
bersama siapa... Op.. Pa.. mu?? Ah... maksudku.. bersama Lee sensei, hehe”
“kami dapat tugas berat malam ini,”
“Oppa..
Oppa wa Ani chan ga imi desu,” jawab Nami dengan ramah.
“ya.. aku kesini.. ingin kerjakan tugas ku
dengan Oppa,” kata Shiori, sambil menunjuk pada Minho.
Nami malah tertawa kecil. Lalu dia keluar
kamar, dan diikuti Minho. Shiori dan Minho berada di ruang depan.
Nami kembali dengan membawakan minuman
untuk kakaknya dan Shiori, mempersilahkan mereka, lalu kembali melanjutkan
tidurnya, sebab esok harus pergi sekolah.
Tinggallah Minho dan Shiori. Mereka sibuk
mengerjakan tugas untuk esok pagi.
“Keputusan Kamui sensei benar-benar
cepat.. memang untuk menghalangi niat Takeo menghancurkan kita, tidak ada jalan
lain untuk juga merekayasa studi ini,” kata Minho.
Shiori mengangguk sambil membuka file
studi mereka.
“aku cuma tidak bisa membayangkan
persaingan ini.. “
Minho senyum padanya. Dia bilang memang
Takeo sifatnya seperti itu, tidak boleh ada yang bisa mengalahkannya dimanapun
dan dalam kesempatan apapun. Memang mengetahui ada orang seperti itu
dilingkungan seputar akan sangat melelahkan manusia lain.
“Nah.. ini proposal terakhir kita,” kata
Shiori, menunjukkannya pada Minho.
Minho duduk bersila disampingnya, melihat
lagi dan berfikir sejenak.
“biar aku saja yang mengerjakannya...,” katanya.
Hari memang sudah menjelang tengah malam,
sebenarnya, sudah waktunya mereka beristirahat, tetapi malah harus mengonsep
dan mengubah proposal.
“kamu yakin.. tidak lelah.. Lee-kun??,”
tanya Shiori. Dia sudah merasa dekat dengan Minho dengan memanggil kata “kun”.
Minho menoleh padanya dan senyum.
“demi tim kita... dan.. mungkin saja..,”
“Mungkin apa??,” tanya Shiori, ketika Minho
tidak melanjutkan perkataannya.
“Mungkin.. demi balas dendamku..,” lanjut
Minho.
Antara tugas dan dendam. Minho merasa
mendapatkan apa yang dia rasakan, sebuah perasaan yang tidak membuatnya
menderita. Dia merasa dihargai di universitas dan rumah sakit ini.
Shiori tidak berkata apa-apa lagi untuk
urusan pribadi. Dia langsung berbicara, apakah Minho akan menerapkan proses
yang sama pula pada tikus dengan manusia? Karena bagaimanapun, ada bagian yang
melibatkan penambahan makanan.
“tetap.. semua kita asumsikan sama.. hanya
berbeda objek saja,” jawabnya, masih konsentrasi membaca sekaligus mengubah.
“jadi.. esok.. aku akan bicarakan pada
Kamui sensei.. agar Imae sensei mengajarkan para mahasiswa yang sudah ditunjuk
olehnya, untuk bisa mengerjakan apa yang dilakukan mirip oleh kamu dan Imae
sensei,” lanjutnya lagi.
Maka, mereka berdua pun mengerjakan dengan
cepat. Minho beberapa kali berbicara pada Shiori pemikirannya tentang
statistik, pengambilan objek, metoda dan sebagainya, yang membuat kalau tidak
tahan, orang akan semakin mengantuk saja. Tapi, dia mencoba terus mengubah dan
mengerjakannya sendirian, dia tidak memaksa dibantu Shiori.
Satu jam... dua jam berlalu. Minho memang
pintar. Dia langsung bisa mengerjakan tugas itu dengan sisa waktu. Dilihatnya, jam
sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Matanya memang sudah sangat penat sekali. Kedua
matanya sudah berkantung. Lelahnya tidak tertahankan lagi.
Dia menekan-nekan, memijat kedua alisnya
dengan mata yang sudah lelah. Dilihatnya, Shiori memang sudah tertidur dengan
kepala diatas meja rendah, tepat disamping Minho yang sedari tadi bekerja.
“melelahkan ya?,” senyumnya pada Shiori
yang tertidur.
Dia masih punya waktu 2 jam lagi untuk
bisa beristirahat. Minho menyudahi pekerjaannya, mematikan laptopnya. Lalu, dia
memandang wajah Shiori yang sudah lelap.
Pelan, dia mendekatkan wajahnya pada wajah
Shiori... mencium perempuan yang sedang tertidur itu dengan lembut dan
berhati-hati sekali, agar dia tidak terbangun.
“mungkin benar apa kata Kamui-sensei tadi
malam.. kalau aku sudah mulai bisa membuka diri,” senyumnya pada Shiori.
“dan yang bisa membuka kunci hatiku..
adalah kamu.. Shiori chan,”
Cukup lama Minho memandang wajah perempuan
itu, sampai dia benar-benar lelah.
Lalu dia menyandarkan dirinya ke dinding dan
tidur.
Bersambung ke part 17...