This is me....

Senin, Desember 28, 2015

The Clairvoyant (Part 4: Kamu Tahu Aku kan, Minho?)

Tokoh imajinasi: Lee Minho, Kim Hee Chan, Kim Young Hee, Lee Sang Geoul, Kwon Mi Young, Shin Dong

Cerita ini hanya imajinasi saja.... gak beneran terjadi... cuma iseng ngebayangin Mbebh Minho aja kok..

Ya, Minho berhadapan dengan seorang lelaki yang beberapa jam sebelumnya dia bicarakan dengan Kim Young Hee. Dia, Lee Sang Geol, yang ternyata masih ada hubungan saudara dengan dirinya. Minho sedikit tercengang, apa yang dia pikirkan sebelumnya, bahwa dalam waktu dekat akan berjabat tangan dengan lelaki ini, akhirnya terjadi juga.
”Aku Minho, samchon (paman),” senyum Minho sambil berjabat tangan pada lelaki yang terlihat berwajah tegas, berkacamata dan terkesan berwibawa.
”Wah.. Minho.. sudah setinggi ini?? Dahulu kamu hanya setinggi ini, kan??,” sapa ramah Sang Geol, sambil berekspresi menunjukkan tinggi Minho waktu kecil.

”Kapan mau mampir ke rumah paman??,” lanjutnya.
Minho memang pernah bertemu dengannya tapi sewaktu masih kecil sehingga dia tidak ingat dengan lelaki itu.
Minho hanya ramah cengengesan menjawab pertanyaan pamannya itu, kalau dia sama sekali tidak ingat dan minta maaf. Dalam pikirannya, dia langsung memblokir segala ingatannya tentang lelaki ini, walau Minho merasa, sepertinya Sang Geol bukan seorang clairvoyant.
Mereka berbasa-basi bicara masa-masa kecil Minho. Sepanjang obrolan itu, Minho menutup pikirannya, curiga kepada paman jauhnya itu. Dia ingat kembali apa yang dibicarakan dengan Young Hee.
                                                ...................................
”Jadi.. kamu pikir.. Lee Sang Geol itu bernafsu menjadi presiden untuk menjual negeri ini??? Darimana kalian mendapatkan buktinya? Bukankah kalau tuduhan itu salah... malah akan menyerang kubu ayahmu sendiri, eh?,” tanya Minho pada Young Hee, dengan rasa penasarannya yang tinggi. Sadar atau tidak, dia sudah menceburkan dirinya diladang politik, hal yang sebenarnya dia benci.
”kami sedang mencurigai seseorang sebagai perantara antara dia dengan sebuah negara,” ujar Young Hee.
Minho heran: dengan sebuah negara?? Apakah sampai harus mendapatkan dukungan sekuat itu?? Kenapa pula melibatkan negara lain untuk sebuah pemilihan??
”kamu enggak bisa bilang padaku alasan yang jelas... kalau memang dia benar-benar bekerja sama dengan negara itu.. sudah pasti orang-orang akan menolak dia.. apa rela, negara kita diberikan pada yang lain??,”
Young Hee mengatakan pada Minho, kalau mereka mencurigai Sang Geol bekerjasama dengan sebuah negara di asia kecil, Aramanistan, untuk menjual negara mereka pada negara kecil yang kekayaannya didapat dari penjualan bahan-bahan nuklir.
”Aramanistan?? Negara kecil disebuah gunung dan lembah berpadang rumput?? Gila sekali... lalu.. untuk apa negara kita jadi sasarannya?.,” ujar Minho dengan mengusap dahinya. Dia mengetahui negara itu tidak banyak penduduknya, lebih banyak yang menjadi penggembala, tetapi kenapa lelaki itu sangat ingin menjual negara ini?
”kamu tidak bisa sembarangan memastikan ini, Young Hee... kamu perlu untuk memastikan lagi.. reputasi ayahmu bisa jatuh dalam sekejap,”
Young Hee mengangguk. Namun, dia tidak tahu, harus bekerjasama dengan siapa lagi untuk membuktikan itu.
Minho berpikir keras... agak lama. Sampai dia kemudian menjentikkan jarinya, tanda mengetahui sebuah ide.
”Membongkar data pendukung?? Kamu gila!,” ujar Young Hee.
Tapi Minho malah tertawa, baginya, itu cara satu-satunya untuk mencari bukti. Mereka memang clairvoyant, yang bisa saja berkata sesuatu yang sebenarnya bisa terjadi, tapi untuk seperti ini, dibutuhkan data dan sumber yang kuat. Bahkan jika tidak terbukti, Sang Geol dapat memperkarakan Kim Hee Chan ke pengadilan pidana.
”apa kamu tahu juga... kalau Sang Geol itu seorang clairvoyant atau bukan??,” tanya Minho, penasaran.
Young Hee mengatakan, kemungkinan bukan.
                                                ......................................
”sepertinya memang dia bukan seorang clairvoyant,” kata hatinya Minho setelah berjabat tangan dengan Sang Geol yang dihadapannya sedang ngobrol-ngobrol dengan ayahnya.
Minho memperhatikan saja gerak-gerik lelaki itu dalam berbicara, tampaknya tidak ada kejanggalan apapun.
Ayah Minho, Joon Woon ngobrol asik dengan Sang Geol justru seputar bisnis yang rencananya akan mereka jalankan bersama. Minho hanya mendengar saja, sengaja dia tidak pamit duluan, menyelidiki apa arah pembicaraan antara lelaki itu dan ayahnya.
Sang Geol basa-basi kalau Joon Woon sebaiknya bergabung dengan bisnis kimia nya sementara memang usaha ayah Minho sedang kurang baik. Lelaki itu menawarkan sebuah bisnis yang bekerjasama dengan sebuah negara.
”Aramanistan??,” tebak Minho dalam hatinya.
”Aramanistan?? Negara dimana itu?? Apa negara baru??,” tanya Joon Woon.
Ya, ternyata negara yang dimaksud adalah Aramanistan. Minho kaget, namun dia usahakan menyembunyikan kekagetannya itu. Bagaimana tidak... ternyata apa yang Young Hee pikirkan adalah sama!
Namun.. apakah Sang Geol bisa menerka dirinya? Atau.. lelaki itu sendiri adalah juga seorang clairvoyant??
”Wah.. bisa jadi bisnis yang bagus sekali... jadi benar memang ada negara itu yang bisa mengubah sampah menjadi bahan nuklir??,” tanya Joon Woon.
”sampah.. menjadi bahan nuklir, paman?? Hebat sekali!”, Minho pun ikut nimbrung di percakapan mereka. Dia mencari informasi jelas saja sambil menyelidik.
Sang Geol mengangguk, dia katakan bahwa ini adalah teknologi terbaru dan mereka selain membutuhkan sampah dari negeri ini, juga membutuhkan sejenis mineral tanah kuning yang ada di negeri ini juga.

”Tanah kuning??,” pikir Minho. Apakah dalam tanah kuning itu terdapat sebuah zat penghantar untuk pengembangan nuklir.
”Curium,” jawab Sang Geol.
Minho bertanya, apakah memang harus Curium sebagai penghantar bagi tanah kuning yang sudah ditanam bersama sampah?
”memang Curium yang saat ini pantas,” jawab Sang Geol.
”ah.. itu sangat berbahaya, paman.. karena.. dia bisa saja terhirup oleh manusia..lalu menjadi bahan penyebab kanker,” kata Minho.
Sang Geol mengangguk, itu sebabnya, dia katakan, kalau pengolahan Curium ini mesti berhati-hati, dan.. Aramanistan itu sebuah negara yang bisa mengolah bahan tersebut menjadi dua mata uang: aman...atau menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
Minho menjadi tertarik dengan pembahasan ini. Dia mencoba mengingat lagi tentang Curium dan juga reaksi-reaksinya. Sang Geol menjadi mudah akrab dengannya dan malah berbagi ilmu dengan Minho.
”kamu benar-benar pintar sekali, Minho.. nah, Joon Woon.. kamu beruntung sekali memiliki anak sepintar Minho,” puji Sang Geol pada keluarga itu.
Joon woon berbasa-basi, kalau dia bersyukur punya anak sepintar Minho. Lalu dia pun berbasa basi pula kalau anak Sang Geol, Yeun Jun, juga pintar dalam fisika. Hanya saja, Yeun Jun tidak satu universitas dengan Minho. Tapi, Minho memang pernah mendengar ayahnya bercerita tentang kepintaran Yeun Jun itu di hadapannya sewaktu dia masih sekitar kelas 7.
”ah.. Yeun Jun tidak sepintar Minho... kamu terlalu pandai memuji dia, Joon Woon,” basa basi Sang Geol, merendah tentang anaknya.
Lalu, dia menoleh pada Minho, mengatakan, apakah Minho punya masukan tentang hal ini, jika bisnis tersebut dijalankan. Minho sama sekali tidak curiga dengan apa yang dikatakan paman jauhnya itu. Dia memberikan masukan kalau ditambahkan dengan alumunium, akan bisa menjadi bahan nuklir kuat.
Sang Geol memuji Minho tetap lebih pintar dari anaknya.

”sayang sekali.. anak mu belum bisa lulus universitas, Joon Woon... tapi, mungkin tidak ada salahnya jika bergabung bersamaku,”
Minho jadi berfikir... bergabung apa?? Menjadi simpatisannya untuk kandidat Calon presiden berikutnya?
Ternyata benar saja apa yang diperkirakan Minho, kemudian Sang Geol menceritakan dirinya akan mengajukan diri dalam pemilu yang akan datang. Minho berkelit, bahwa dia bingung dengan pilihannya, mungkin sebaiknya dia netral dan belum waktunya memilih secara serius.
Sang Geol tertawa keras. Dia anggap Minho terlalu polos dengan politik. Dalam pandangannya, sah-sah saja jika dia dapat menarik siapapun menjadi simpatisannya, walau misalnya hanya berupa menyumbang ide.
”ide mu itu.. sudah sangat luar biasa bagiku, Minho,”
Minho mengangguk saja, tapi di dalam kepalanya, terdapat pertanyaan: kenapa dia tidak bisa membaca arah pikiran Sang Geol? Apakah.. dia benar-benar seorang clairvoyant yang tingkatannya lebih dari dirinya??
”Mungkin.. aku belum berfikir jauh untuk membantu khusus siapapun dalam hal ini, paman.. baik dari pihak paman.. maupun pihak lainnya,” ujar Minho, sambil menunduk hormat, meminta maaf.
Sang Geol memakluminya, dia tidak memaksa. Mereka tetap ngobrol asik tentang perkembangan politik korea saat ini. Dalam pembicaraan antar orang dewasa itu, Minho hanya dapat mendengarnya, tidak berani banyak nimbrung jika sudah urusan bisnis, apalagi politik. Dia tetap bersikeras mengatakan pada paman jauhnya itu, belum saatnya dia berpikir berat tentang urusan partisipasi politik. Baginya, belajar yang tetap penting. Walau Sang Geol memujinya, dia bilang persaingan antar mahasiswa semakin ketat saja. Pikiran Minho tetap berputar: mengapa lelaki ini sulit dibaca pikirannya? Apakah dia juga seorang clairvoyant?
Tak berapa lama, karena dipikirnya dia tidak dapat lagi berbicara baik dengan ayah dan juga pamannya itu, dia pun ijin masuk kamar.
                                    ......................................
”Apa? Jadi kamu beneran bertemu Lee Sang Geol itu??,” tanya Kim Young Hee. Dia kaget sekali ternyata Minho dan orang itu masih ada hubungan saudara.
Minho mengetik: ya, pada cewek itu. Dia juga baru tahu kalau orang itu masih bersaudara dengannya. Kim Young Hee dari depan smartphone nya menghela nafas, ketika Minho mengatakan kalau pamannya itu secara terang-terangan mengajak dia untuk bergabung bersama, mendukungnya menjadi presiden berikutnya.
”Tapi.. kamu tidak lantas ikut kan?,” tanya Young Hee dengan harap.
”Kamu mesti tahu aku.. aku enggak akan mau ikut apapun tanpa aku tahu alasannya.. begitu juga ketika kamu mengajakku untuk terlibat dengan urusan ayahmu terhadap Sang Geol ini,” balas Minho.
”Tapi.. kamu sudah berjanji kan.. mau mencari data pendukung.. bahwa Lee Sang Geol terlibat dalam penjualan negara??,” tanya Young Hee lagi.
”aku enggak jamin loh,” ketik Minho. Sepertinya, Minho melanggar janji dia sebelumnya pada cewek itu.
Kim Young Hee marah dan merasa terhina, dianggapnya, Minho melanggar janji itu. Minho juga marah padanya, kalau kemarin itu, dia hanya memberikan ide saja, tidak bermaksud turut campur lebih jauh atas urusan ayah dan anak itu.
”atau.. itu karena kamu ternyata masih bersaudara dengannya.. walau dia salah??,” Young Hee malah terkesan menantang Minho, membuatnya marah.
”bersaudara atau tidak.. aku sama sekali enggak tertarik dengan politik.. titik,” balas Minho dengan tegas. Dia sungguh tersinggung dengan pertanyaan Young Hee sebelumnya. Dia lalu menutup game nya dengan hati kesal.
”dasar cewek menyebalkan..!,” langsung dia letakkan smartphone nya diatas meja. Lalu dia tidur-tiduran sambil menonton tv. Malam itu, dia berjanji tidak akan membuka game dulu, karena kekesalannya pada Young Hee.
                                                -------------------------------
Sampai dikampus, hari itu, program Minho menjadi asisten dosen sudah dimulai. Dia membantu dosen Kwon untuk presentasi fisika quantum dasar. Dia berusaha belajar dari dosennya, cara mengajar yang baik. Teman-temannya tidak mempermasalahkan. Hari itu dilaluinya dengan serius dan santai.
Dia duduk di dekat taman jurusan sambil bermain game. Shin Dong mendatanginya dan ikut duduk di sebelahnya. Namun, bukan dia yang curhat, tapi justru Minho yang memulai curhatnya pada sahabatnya itu.
”kenapa si Young Hee jadi terlalu curiga denganmu??,” tanya Shin.
”cewek itu nyebelin banget... buat aku kesal,” gerutu Minho.
Shin Dong menepuk-nepuk pundaknya.
”santai aja deh.. mungkin dia memang cewek sensitif,”
”dia itu.. sama denganku,” kata Minho.
Shin kaget sekali. Ada berapa banyak orang seperti Minho sih... di dunia ini?? Minho hanya menjawab: mungkin banyak, namun tingkatannya berbeda. Minho juga bercerita, apa yang sudah dibicarakan oleh dia dan cewek itu.
”Tuduhan enggak benar sih.. tapi..kamu bisa saja terseret, kalau kamu menuruti baik apa kata paman jauhmu itu.. atau kata cewek itu,” balas Shin.
Minho mengangguk. Shin memiliki ide, bagaimana kalau Minho membuka game dan kalau ada timnya Micron alias Young Hee masuk, pancing dia saja untuk chat online. Minho melakukan saja, apa kata sahabatnya itu.

Benar saja, Kim Young Hee sedang bermain game.
”masuk.. masuk..,” seru Shin pada Minho.
Minho lalu mengajaknya chat.
”hi micron..,” katanya, memulai pembicaraan. Young Hee semula diam saja. Minho akhirnya memainkan mind reading-nya.
“aku lebih tinggi darimu, micron, hahaha!,” katanya, seperti berlagak sombong.
Tapi Young Hee malah menyindir Minho.
“kalau mengaku lebih tinggi.. seharusnya kamu gunakan untuk berbuat baik”.
”bagaimana aku menggunakannya?? Aku sendiri masih harus meraba.. apakah orangtuamu bersih atau tidak.. jangan menyeretku ke hal politik.. kecuali ayahku yang bermasalah... ”, balas Minho.
Minho balik menyindir Young Hee,” eh.. tapi ayahku tidak suka politik tuh.. jadi.. kamu kerjakan sendiri saja.. jangan bawa-bawa aku,” sambil dia mengeluarkan icon ”tidak mau tahu”.
Shin Dong yang melihat itu, tertawa disamping Minho. Minho memang bisa jadi penyindir habis kalau sudah terdesak. Shin faham karakter sahabatnya yang satu itu. Terang saja, Minho tidak mau kalah dan tidak mau dirugikan. Kalau hanya sekedar bicara menyumbang pikiran, baginya tidak mengapa.
Young Hee benar-benar sakit hati dengan apa yang diketik Minho. Dia sesungguhnya berharap, Minho mau membantunya. Namun Minho membalas,” cari saja cowok yang lain.. banyak kok yang lebih pintar dari aku soal ini”.
Shin Dong tertawa-tawa saja melihat percakapan itu. Minho pun tertawa. Dia merasa menang.

Dari jarak beberapa meter, Kwon Mi Young memandang mereka berdua. Lalu, dia menghampiri mereka yang masih asik tertawa-tawa karena merasa menang mempermainkan perasaan Kim Young Hee. Minho menaruh smartphonenya di kursi taman, sebelum dia mengambil botol minuman karena kehausan.
Melihat dosen mereka datang menghampiri, mereka langsung berdiri dan menunduk hormat. Kwon tersenyum pada mereka.
”kerja yang bagus, Minho,” katanya pada mereka.
Minho menunduk hormat dan berterima kasih atas pujian dosennya itu.
Kwon langsung duduk disamping Minho. Tanpa Minho sadari, telapak tangan Kwon yang lain menempel pada bekas Minho menaruh smartphone nya. Dalam dunia gelombang, dikenal istilah blueprint, berupa sisa energy dan gelombang yang masih ada ditempat itu.
Minho lolos dari pikirannya terdahulu, bahwa dia pernah menduga, kalau dosennya adalah seorang clairvoyant. Tentu aja, Kwon membaca apa yang sudah dilakukan Minho terhadap sisa gelombang yang tersisa di tempat duduk itu. Namun, Kwon menutup pikirannya dari mereka berdua. Kwon adalah seorang clairvoyant yang lebih tinggi dari Minho.
”ah.. aku lupa memberikan lembar ini padamu.. kemungkinan, jam esok pagi.. aku terpaksa terlambat,” katanya pada Minho.
Minho menerima lembar itu, ternyata, sebuah subjek baru.
”kalau kamu belum sanggup mengajarnya dan belum paham.. diloncati saja.. tetap pada subjek untuk esok,” kata Kwon.
Minho menunduk hormat sambil tetap duduk. Dia mengaku, akan mempelajari dulu, lalu akan mengabarkan dosennya itu, apakah sanggup atau tidak membawakannya di depan kelas esok.
”hubungi saja aku.. tapi.. jangan sampai terlalu sore..,” senyum Kwon. Dia lalu berdiri dan ijin pamit pada mereka berdua.
Minho dan Shin Dong ikut berdiri dan menunduk hormat pada dosen mereka itu. Kwon meninggalkan mereka, namun... dia berhasil mendapatkan informasi dari memegang sisa gelombang itu.
”Minho.. jika kamu mulai bermain-main dengan Lee sang Geol, pamanmu sendiri..dan lebih berpihak pada Kim Hee Chan.. aku khawatir, keluargamu tidak akan selamat.. sama seperti keluargaku,” kata hatinya Kwon.
Sementara, masih ditempat duduk itu, Minho galau, dia menggerutu pada Shin Dong, apakah besok bisa mengajarkan teman-temannya subjek baru.
”yang ini susah juga.. bagaimana cara menerangkan pada mereka ya?? Aku sih ngerti-ngerti aja... tapi.. enggak tahu deh nanti mereka bagaimana...”.
Kwon sempat menoleh pada mereka dari jauh, lalu pergi meninggalkan kampus.
                                    -------------------------------------
”jadi.. Lee Minho itu.. masih saudara dengan Lee Sang Geol??,” tanya seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun, berperawakan sedang, berahang cukup kuat.
ye, Appa.. mungkin... kita tidak bisa mendapatkan dukungan darinya... mian haeyo.. ,” kata Kim Young Hee, berbicara di depan ayahnya, Kim Hee Chan.
Wajah Young Hee berubah, terang saja Hee Chan bertanya-tanya, apakah ada kebocoran omongan antara Minho dan anaknya itu. Young Hee mengakui, dia mengatakan pada Minho, kalau mereka mencurigai pamannya itu, namun Minho lepas tangan, tidak ingin mendukung siapapun. Hee Chan kecewa dengan sikap puterinya yang dianggapnya membahayakan dan bisa saja memberikan pikiran negatif Minho pada dirinya.
”Minho hanya ingin...tidak terlibat,” ujar Young Hee.
”apakah kamu yakin... kalau dia tidak ditarik oleh pamannya sendiri??,” tanya Hee Chan.
Young Hee menjawab dengan menggeleng. Dia bersalah sudah menceritakan tentang dugaan itu. Hee Chan meminta tanggungjawab anaknya. Maka, Young Hee mencoba menghubungi Minho.

Dari jauh, Minho bingung, kenapa ada nomor yang tidak kenal mencoba untuk meneleponnya. Agak lama dia membiarkan, sampai akhirnya, dia mengangkat juga.
nyoboseyo.. saya Kim Hee Chan,” kata Hee Chan, membuka pembicaraan dengan suara yang ramah namun tetap tegas.
Minho kaget, matanya sedikit lebih besar. Tenyata, Young Hee memberikan no telpnya pada politikus itu, ayahnya sendiri.
nyoboseyo.. saya Lee Minho... ada apa??,” katanya, langsung tanpa basa basi.
”maaf jika saya menganggumu, Minho...,” Hee Chan masih berbasa basi.
Minho jelas merasa terganggu. Dia berpikir, kalau sampai orangtua itu mendesaknya, dia akan melapor pada pihak yang berwajib, apalagi jika misalnya sampai ada nada ancaman.
”aku ingin minta maaf dengan kelakuan puteriku, Young Hee.. dia masih terlalu banyak emosi,”
Minho langsung memainkan membaca pikirannya.
”dia memang orang yang baik,” kata hatinya Minho. Namun, masih disimpannya persepsi itu.
”aku memang enggak suka dipaksa,” balas Minho pada Hee Chan.
”aku mengerti... Young Hee memang terkadang seperti itu,”
Namun, Minho memancingnya soal ide nya dan ide Young Hee saat itu, sesuai dengan apa yang dipikirkan Hee Chan.
”Dia memang ceroboh. Aku hanya berharap, kamu tidak menceritakan itu kepada Sang Geol...,”
”aku malas untuk berpikir aneh-aneh, samchon (paman) Kim... lebih baik aku bermain game dan ngobrol dengan teman-teman,”
”aku mengerti... terima kasih”.
Minho berusaha menjauh dari semuanya, dari Kim Hee Chan maupun Lee sang Geol. Dia takut berpolitik, dia takut terseret arus yang lebih jauh lagi. Namun, dalam hati kecilnya, dia merasa, memang Kim Hee Chan lah orang yang sepantasnya terpilih dan sepantasnya dia dukung. Hanya, dia melihat, pertarungan ini akan semakin tajam, dan... sekali lagi, dia tidak ingin terseret terlalu dalam.
”anggap saja.. ide anakku kemarin hanya sebuah canda,” ujar Hee Chan.
”ah.. tidak masalah, samchon..,” balas Minho. Dia mencoba membuka dirinya dan tidak judes.
Sama sekali Hee Chan tidak memaksa Minho untuk tertarik dengannya. Young Hee bercerita padanya, kalau tidak sengaja, Minho ditemukannya dalam dunia game.. siapa juga yang bisa dipercaya dari dunia itu?? Dapat saja Minho mengkhianatinya walau dia terbilang pintar. Dia pun mengakhiri percakapannya dengan Minho, dengan ramah.
”enggak perlu ada yang maksa aku kok,” katanya pada Shin Dong, ketika mereka kembali masuk kelas untuk mata kuliah berikutnya. Shin Dong malah mendukung pikiran Minho untuk tidak terlibat disisi manapun. Anggap saja, Kim Young Hee hanya teman game online yang bernama Micron.
”ah.. sudah deh.. jangan mau hidup susah karena politik,” ujar Shin Dong. Minho pun setuju dan mereka jalan lagi ke kelas berikutnya.

”Jadi.. anak lelaki yang kamu pikir, dia pintar itu adalah Lee Minho??,” tanya Sang Geol pada Mi Young.
Kwon Mi Young mengangguk mantap. Sang Geol tidak terkejut sama sekali.
”jadi.. dia Lee Minho anak Lee Joon Woon,” gumamnya.
”dia bahkan bisa menyamaiku dalam soal kepintaran fisika quantum... ,” ujar Mi Young.
”aku sudah bertemu dia... aku memang menginginkannya... jadi.. walau aku sudah bertemu.. tetap menjadi tugasmu... ,” balas Sang Geol, sambil mengambil cerutu.
Mi Young menunduk hormat padanya, mengatakan akan tetap mengusahakan menarik Minho menjadi bagian dari kampanye ini.
Sang Geol tersenyum dingin,” ya.. memang harus seperti itu... atau.. valium mu tak pernah di dapat”.
Kwon Mi Young seorang clairvoyant yang sangat bergantung pada serbuk putih valium serta komposisi rahasia lainnya yang dibisniskan oleh Lee Sang Geol. Otaknya akan berubah jadi gila, halusinasi delusi jika dia kekurangan serbuk itu. Sang Geol diam-diam menjualnya di beberapa rumah sakit dan juga diluar jaringan bisnisnya sampai ke luar negeri, agar dia tetap mendapatkan banyak uang. Lee Joon Woon sebagai pamannya, bahkan tidak mengetahui banyak, kalau keponakannya itu berbisnis yang sebenarnya ”haram” dinegara itu. Tidak ada yang tahu.. tidak ada yang peduli.
Kwon Mi Young keluar dari ruangan kerja sang Geol. Wajahnya sedikit pucat. Dia membayangkan, selain dia tidak bisa mendapatkan serbuk itu, keluarganya bisa dihabisi lelaki itu.
Sementara, Minho asik berteriak-teriak kegirangan bersama Shin Dong dan beberapa teman kuliahnya karena dalam game online itu, tim mereka berhasil mengalahkan tim lawan dengan telak dalam Gods’chronicle, game yang lagi ngetrend di kalangan muda itu.
”Yippiee... kita menang lagi, Shin Dong!!!”.
Yang lain jadi ikutan berteriak-teriak. Tim Minho menang dengan mudahnya.
”Kamu semestinya tahu aku, Minho... kalau aku lebih tinggi dari kamu... kamu pasti tahu itu,” kata Kwon, dia menggenggam pinsil kayu keras-keras... sampai patah. Di dalam hatinya, dia harus bisa menarik Minho... anak pintar dan sang Clairvoyant itu.

Bersambung ke part 5....