Tokoh imajinasi: Lee Minho, Kim Hee Chan, Kim Young Hee, Lee Sang Geoul,
Kwon Mi Young, Shin Dong
Cerita ini hanya imajinasi saja.... gak beneran terjadi... cuma iseng
ngebayangin Mbebh Minho aja kok..
Ya, Minho berhadapan dengan seorang lelaki
yang beberapa jam sebelumnya dia bicarakan dengan Kim Young Hee. Dia, Lee Sang Geol, yang ternyata masih
ada hubungan saudara dengan dirinya. Minho sedikit tercengang, apa yang dia
pikirkan sebelumnya, bahwa dalam waktu dekat akan berjabat tangan dengan lelaki
ini, akhirnya terjadi juga.
”Aku Minho, samchon (paman),” senyum Minho sambil berjabat tangan pada lelaki
yang terlihat berwajah tegas, berkacamata dan terkesan berwibawa.
”Wah.. Minho.. sudah setinggi ini?? Dahulu
kamu hanya setinggi ini, kan??,” sapa ramah Sang Geol, sambil berekspresi
menunjukkan tinggi Minho waktu kecil.
”Kapan mau mampir ke rumah paman??,” lanjutnya.
Minho memang pernah bertemu dengannya tapi
sewaktu masih kecil sehingga dia tidak ingat dengan lelaki itu.
Minho hanya ramah cengengesan menjawab pertanyaan pamannya itu, kalau dia sama sekali
tidak ingat dan minta maaf. Dalam pikirannya, dia langsung memblokir segala
ingatannya tentang lelaki ini, walau Minho merasa, sepertinya Sang Geol bukan
seorang clairvoyant.
Mereka berbasa-basi bicara masa-masa kecil
Minho. Sepanjang obrolan itu, Minho menutup pikirannya, curiga kepada paman
jauhnya itu. Dia ingat kembali apa yang dibicarakan dengan Young Hee.
...................................
”Jadi.. kamu pikir.. Lee Sang Geol itu
bernafsu menjadi presiden untuk menjual negeri ini??? Darimana kalian
mendapatkan buktinya? Bukankah kalau tuduhan itu salah... malah akan menyerang
kubu ayahmu sendiri, eh?,” tanya Minho pada Young Hee, dengan rasa penasarannya
yang tinggi. Sadar atau tidak, dia sudah menceburkan dirinya diladang politik,
hal yang sebenarnya dia benci.
”kami sedang mencurigai seseorang sebagai
perantara antara dia dengan sebuah negara,” ujar Young Hee.
Minho heran: dengan sebuah negara?? Apakah
sampai harus mendapatkan dukungan sekuat itu?? Kenapa pula melibatkan negara
lain untuk sebuah pemilihan??
”kamu enggak bisa bilang padaku alasan
yang jelas... kalau memang dia benar-benar bekerja sama dengan negara itu..
sudah pasti orang-orang akan menolak dia.. apa rela, negara kita diberikan pada
yang lain??,”
Young Hee mengatakan pada Minho, kalau
mereka mencurigai Sang Geol bekerjasama dengan sebuah negara di asia kecil, Aramanistan,
untuk menjual negara mereka pada negara kecil yang kekayaannya didapat dari
penjualan bahan-bahan nuklir.
”Aramanistan?? Negara kecil disebuah
gunung dan lembah berpadang rumput?? Gila sekali... lalu.. untuk apa negara
kita jadi sasarannya?.,” ujar Minho dengan mengusap dahinya. Dia mengetahui
negara itu tidak banyak penduduknya, lebih banyak yang menjadi penggembala,
tetapi kenapa lelaki itu sangat ingin menjual negara ini?
”kamu tidak bisa sembarangan memastikan
ini, Young Hee... kamu perlu untuk memastikan lagi.. reputasi ayahmu bisa jatuh
dalam sekejap,”
Young Hee mengangguk. Namun, dia tidak
tahu, harus bekerjasama dengan siapa lagi untuk membuktikan itu.
Minho berpikir keras... agak lama. Sampai
dia kemudian menjentikkan jarinya, tanda mengetahui sebuah ide.
”Membongkar data pendukung?? Kamu gila!,”
ujar Young Hee.
Tapi Minho malah tertawa, baginya, itu
cara satu-satunya untuk mencari bukti. Mereka memang clairvoyant, yang bisa
saja berkata sesuatu yang sebenarnya bisa terjadi, tapi untuk seperti ini,
dibutuhkan data dan sumber yang kuat. Bahkan jika tidak terbukti, Sang Geol
dapat memperkarakan Kim Hee Chan ke pengadilan pidana.
”apa kamu tahu juga... kalau Sang Geol itu
seorang clairvoyant atau bukan??,” tanya Minho, penasaran.
Young Hee mengatakan, kemungkinan bukan.
......................................
”sepertinya memang dia bukan seorang
clairvoyant,” kata hatinya Minho setelah berjabat tangan dengan Sang Geol yang
dihadapannya sedang ngobrol-ngobrol dengan ayahnya.
Minho memperhatikan saja gerak-gerik
lelaki itu dalam berbicara, tampaknya tidak ada kejanggalan apapun.
Ayah Minho, Joon Woon ngobrol asik dengan Sang
Geol justru seputar bisnis yang rencananya akan mereka jalankan bersama. Minho
hanya mendengar saja, sengaja dia tidak pamit duluan, menyelidiki apa arah
pembicaraan antara lelaki itu dan ayahnya.
Sang Geol basa-basi kalau Joon Woon sebaiknya
bergabung dengan bisnis kimia nya sementara memang usaha ayah Minho sedang
kurang baik. Lelaki itu menawarkan sebuah bisnis yang bekerjasama dengan sebuah
negara.
”Aramanistan??,” tebak Minho dalam hatinya.
”Aramanistan?? Negara dimana itu?? Apa
negara baru??,” tanya Joon Woon.
Ya, ternyata negara yang dimaksud adalah
Aramanistan. Minho kaget,
namun dia usahakan menyembunyikan kekagetannya itu. Bagaimana tidak... ternyata
apa yang Young Hee pikirkan adalah sama!
Namun.. apakah Sang Geol bisa menerka
dirinya? Atau.. lelaki itu sendiri adalah juga seorang clairvoyant??
”Wah.. bisa jadi bisnis yang bagus
sekali... jadi benar memang ada negara itu yang bisa mengubah sampah menjadi
bahan nuklir??,” tanya Joon Woon.
”sampah.. menjadi bahan nuklir, paman??
Hebat sekali!”, Minho pun ikut nimbrung di
percakapan mereka. Dia mencari informasi jelas saja sambil menyelidik.
Sang Geol mengangguk, dia katakan bahwa
ini adalah teknologi terbaru dan mereka selain membutuhkan sampah dari negeri
ini, juga membutuhkan sejenis mineral tanah kuning yang ada di negeri ini juga.
”Tanah kuning??,” pikir Minho. Apakah
dalam tanah kuning itu terdapat sebuah zat penghantar untuk pengembangan
nuklir.
”Curium,” jawab Sang Geol.
Minho bertanya, apakah memang harus Curium
sebagai penghantar bagi tanah kuning yang sudah ditanam bersama sampah?
”memang Curium yang saat ini pantas,”
jawab Sang Geol.
”ah.. itu sangat berbahaya, paman..
karena.. dia bisa saja
terhirup oleh manusia..lalu menjadi bahan penyebab kanker,” kata Minho.
Sang Geol mengangguk, itu sebabnya, dia
katakan, kalau pengolahan Curium ini mesti berhati-hati, dan.. Aramanistan itu
sebuah negara yang bisa mengolah bahan tersebut menjadi dua mata uang:
aman...atau menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
Minho menjadi tertarik dengan pembahasan
ini. Dia mencoba mengingat lagi tentang Curium dan juga reaksi-reaksinya. Sang
Geol menjadi mudah akrab dengannya dan malah berbagi ilmu dengan Minho.
”kamu benar-benar pintar sekali, Minho..
nah, Joon Woon.. kamu beruntung sekali memiliki anak sepintar Minho,” puji Sang
Geol pada keluarga itu.
Joon woon berbasa-basi, kalau dia
bersyukur punya anak sepintar Minho. Lalu dia pun berbasa basi pula kalau anak
Sang Geol, Yeun Jun, juga pintar dalam fisika. Hanya saja, Yeun Jun tidak satu
universitas dengan Minho. Tapi, Minho memang pernah mendengar ayahnya bercerita
tentang kepintaran Yeun Jun itu di hadapannya sewaktu dia masih sekitar kelas
7.
”ah.. Yeun Jun tidak sepintar Minho...
kamu terlalu pandai memuji dia, Joon Woon,” basa basi Sang Geol, merendah
tentang anaknya.
Lalu, dia menoleh pada Minho, mengatakan,
apakah Minho punya masukan tentang hal ini, jika bisnis tersebut dijalankan.
Minho sama sekali tidak curiga dengan apa yang dikatakan paman jauhnya itu. Dia
memberikan masukan kalau ditambahkan dengan alumunium, akan bisa menjadi bahan
nuklir kuat.
Sang Geol memuji Minho tetap lebih pintar
dari anaknya.
”sayang sekali.. anak mu belum bisa lulus
universitas, Joon Woon... tapi, mungkin tidak ada salahnya jika bergabung
bersamaku,”
Minho jadi berfikir... bergabung apa??
Menjadi simpatisannya untuk kandidat Calon presiden berikutnya?
Ternyata benar saja apa yang diperkirakan
Minho, kemudian Sang Geol menceritakan dirinya akan mengajukan diri dalam
pemilu yang akan datang. Minho berkelit, bahwa dia bingung dengan pilihannya,
mungkin sebaiknya dia netral dan belum waktunya memilih secara serius.
Sang Geol tertawa keras. Dia anggap Minho
terlalu polos dengan politik. Dalam pandangannya, sah-sah saja jika dia dapat
menarik siapapun menjadi simpatisannya, walau misalnya hanya berupa menyumbang
ide.
”ide mu itu.. sudah sangat luar biasa
bagiku, Minho,”
Minho mengangguk saja, tapi di dalam
kepalanya, terdapat pertanyaan: kenapa dia tidak bisa membaca arah pikiran Sang
Geol? Apakah.. dia benar-benar seorang clairvoyant yang tingkatannya lebih dari
dirinya??
”Mungkin.. aku belum berfikir jauh untuk
membantu khusus siapapun dalam hal ini, paman.. baik dari pihak paman.. maupun pihak lainnya,”
ujar Minho, sambil menunduk hormat, meminta maaf.
Sang Geol memakluminya, dia tidak memaksa.
Mereka tetap ngobrol asik
tentang perkembangan politik korea saat ini. Dalam pembicaraan antar orang
dewasa itu, Minho hanya dapat mendengarnya, tidak berani banyak nimbrung jika
sudah urusan bisnis, apalagi politik. Dia tetap bersikeras mengatakan pada
paman jauhnya itu, belum saatnya dia berpikir berat tentang urusan partisipasi
politik. Baginya, belajar yang tetap penting. Walau Sang Geol memujinya, dia
bilang persaingan antar mahasiswa semakin ketat saja. Pikiran Minho tetap
berputar: mengapa lelaki ini sulit dibaca pikirannya? Apakah dia juga seorang
clairvoyant?
Tak berapa lama, karena dipikirnya dia
tidak dapat lagi berbicara baik dengan ayah dan juga pamannya itu, dia pun ijin
masuk kamar.
......................................
”Apa? Jadi kamu beneran bertemu Lee Sang
Geol itu??,” tanya Kim Young Hee. Dia kaget sekali ternyata Minho dan orang itu
masih ada hubungan saudara.
Minho mengetik: ya, pada cewek itu. Dia juga
baru tahu kalau orang itu masih bersaudara dengannya. Kim Young Hee dari depan
smartphone nya menghela nafas, ketika Minho mengatakan kalau pamannya itu
secara terang-terangan mengajak dia untuk bergabung bersama, mendukungnya
menjadi presiden berikutnya.
”Tapi.. kamu tidak lantas ikut kan?,”
tanya Young Hee dengan harap.
”Kamu mesti tahu aku.. aku enggak akan mau
ikut apapun tanpa aku tahu alasannya.. begitu juga ketika kamu mengajakku untuk
terlibat dengan urusan ayahmu terhadap Sang Geol ini,” balas Minho.
”Tapi.. kamu sudah berjanji kan.. mau
mencari data pendukung.. bahwa Lee Sang Geol terlibat dalam penjualan
negara??,” tanya Young Hee lagi.
”aku enggak jamin loh,” ketik Minho.
Sepertinya, Minho melanggar janji dia sebelumnya pada cewek itu.
Kim Young Hee marah dan merasa terhina,
dianggapnya, Minho melanggar janji itu. Minho juga marah padanya, kalau kemarin
itu, dia hanya memberikan ide saja, tidak bermaksud turut campur lebih jauh
atas urusan ayah dan anak itu.
”atau.. itu karena kamu ternyata masih
bersaudara dengannya.. walau dia salah??,” Young Hee malah terkesan menantang
Minho, membuatnya marah.
”bersaudara atau tidak.. aku sama sekali
enggak tertarik dengan politik.. titik,” balas Minho dengan tegas. Dia sungguh
tersinggung dengan pertanyaan Young Hee sebelumnya. Dia lalu menutup game nya
dengan hati kesal.
”dasar cewek menyebalkan..!,” langsung dia
letakkan smartphone nya diatas meja. Lalu dia tidur-tiduran sambil menonton tv.
Malam itu, dia berjanji tidak akan membuka game dulu, karena kekesalannya pada
Young Hee.
-------------------------------
Sampai dikampus, hari itu, program Minho
menjadi asisten dosen sudah dimulai. Dia membantu dosen Kwon untuk presentasi
fisika quantum dasar. Dia berusaha belajar dari dosennya, cara mengajar yang
baik. Teman-temannya tidak mempermasalahkan. Hari itu dilaluinya dengan serius
dan santai.
Dia duduk di dekat taman jurusan sambil
bermain game. Shin Dong mendatanginya dan ikut duduk di sebelahnya. Namun,
bukan dia yang curhat, tapi justru Minho yang memulai curhatnya pada sahabatnya
itu.
”kenapa si Young Hee jadi terlalu curiga
denganmu??,” tanya Shin.
”cewek itu nyebelin banget... buat aku
kesal,” gerutu Minho.
Shin Dong menepuk-nepuk pundaknya.
”santai aja deh.. mungkin dia memang cewek
sensitif,”
”dia itu.. sama denganku,” kata Minho.
Shin kaget sekali. Ada berapa banyak orang
seperti Minho sih... di dunia ini?? Minho hanya menjawab: mungkin banyak, namun
tingkatannya berbeda. Minho juga bercerita, apa yang sudah dibicarakan oleh dia
dan cewek itu.
”Tuduhan enggak benar sih.. tapi..kamu
bisa saja terseret, kalau kamu menuruti baik apa kata paman jauhmu itu.. atau
kata cewek itu,” balas Shin.
Minho mengangguk. Shin memiliki ide,
bagaimana kalau Minho membuka game dan kalau ada timnya Micron alias Young Hee
masuk, pancing dia saja untuk chat online. Minho melakukan saja, apa kata
sahabatnya itu.
Benar saja, Kim Young Hee sedang bermain
game.
”masuk.. masuk..,” seru Shin pada Minho.
Minho lalu mengajaknya chat.
”hi micron..,” katanya, memulai
pembicaraan. Young Hee semula diam saja. Minho
akhirnya memainkan mind reading-nya.
“aku lebih tinggi darimu, micron,
hahaha!,” katanya, seperti berlagak sombong.
Tapi
Young Hee malah menyindir Minho .
“kalau
mengaku lebih tinggi.. seharusnya
kamu gunakan untuk berbuat baik”.
”bagaimana aku menggunakannya?? Aku
sendiri masih harus meraba.. apakah orangtuamu bersih atau tidak.. jangan
menyeretku ke hal politik.. kecuali ayahku yang bermasalah... ”, balas Minho.
Shin
Dong yang melihat itu, tertawa disamping Minho .
Minho memang bisa jadi penyindir habis kalau
sudah terdesak. Shin faham karakter
sahabatnya yang satu itu. Terang saja, Minho tidak mau kalah dan tidak mau
dirugikan. Kalau hanya sekedar bicara menyumbang pikiran, baginya tidak
mengapa.
Young Hee benar-benar sakit hati dengan
apa yang diketik Minho. Dia sesungguhnya berharap, Minho mau membantunya. Namun
Minho membalas,” cari saja cowok yang lain.. banyak kok yang lebih pintar dari
aku soal ini”.
Shin Dong tertawa-tawa saja melihat
percakapan itu. Minho pun
tertawa. Dia merasa menang.
Dari jarak beberapa meter, Kwon Mi Young
memandang mereka berdua. Lalu, dia menghampiri mereka yang masih asik
tertawa-tawa karena merasa menang mempermainkan perasaan Kim Young Hee. Minho
menaruh smartphonenya di kursi taman, sebelum dia mengambil botol minuman
karena kehausan.
Melihat dosen mereka datang menghampiri,
mereka langsung berdiri dan menunduk hormat. Kwon tersenyum pada mereka.
”kerja yang bagus, Minho,” katanya pada
mereka.
Minho menunduk hormat dan berterima kasih
atas pujian dosennya itu.
Kwon langsung duduk disamping Minho. Tanpa
Minho sadari, telapak tangan Kwon yang lain menempel pada bekas Minho menaruh
smartphone nya. Dalam dunia gelombang, dikenal istilah blueprint, berupa sisa energy dan gelombang yang masih ada ditempat
itu.
Minho lolos dari pikirannya terdahulu,
bahwa dia pernah menduga, kalau dosennya adalah seorang clairvoyant. Tentu aja,
Kwon membaca apa yang sudah dilakukan Minho terhadap sisa gelombang yang
tersisa di tempat duduk itu. Namun, Kwon menutup pikirannya dari mereka berdua.
Kwon adalah seorang clairvoyant yang lebih tinggi dari Minho.
”ah.. aku lupa memberikan lembar ini
padamu.. kemungkinan, jam esok pagi.. aku terpaksa terlambat,” katanya pada
Minho.
Minho menerima lembar itu, ternyata,
sebuah subjek baru.
”kalau kamu belum sanggup mengajarnya dan
belum paham.. diloncati
saja.. tetap pada subjek untuk esok,” kata Kwon.
Minho menunduk hormat sambil tetap duduk.
Dia mengaku, akan mempelajari dulu, lalu akan mengabarkan dosennya itu, apakah
sanggup atau tidak membawakannya di depan kelas esok.
”hubungi saja aku.. tapi.. jangan sampai terlalu sore..,” senyum
Kwon. Dia lalu berdiri dan ijin pamit pada mereka berdua.
Minho dan Shin Dong ikut berdiri dan
menunduk hormat pada dosen mereka itu. Kwon meninggalkan mereka, namun... dia
berhasil mendapatkan informasi dari memegang sisa gelombang itu.
”Minho.. jika kamu mulai bermain-main
dengan Lee sang Geol, pamanmu sendiri..dan lebih berpihak pada Kim Hee Chan.. aku khawatir, keluargamu tidak akan
selamat.. sama seperti keluargaku,” kata hatinya Kwon.
Sementara, masih ditempat duduk itu, Minho
galau, dia menggerutu pada Shin Dong,
apakah besok bisa mengajarkan teman-temannya subjek baru.
”yang ini susah juga.. bagaimana cara
menerangkan pada mereka ya?? Aku sih ngerti-ngerti aja... tapi.. enggak tahu deh nanti mereka bagaimana...”.
Kwon sempat menoleh pada mereka dari jauh,
lalu pergi meninggalkan kampus.
-------------------------------------
”jadi.. Lee Minho itu.. masih saudara
dengan Lee Sang Geol??,” tanya seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun,
berperawakan sedang, berahang cukup kuat.
”ye,
Appa.. mungkin... kita tidak bisa mendapatkan dukungan darinya... mian haeyo.. ,” kata Kim Young Hee,
berbicara di depan ayahnya, Kim Hee Chan.
Wajah Young Hee berubah, terang saja Hee
Chan bertanya-tanya, apakah ada kebocoran omongan antara Minho dan anaknya itu.
Young Hee mengakui, dia mengatakan pada Minho, kalau mereka mencurigai pamannya
itu, namun Minho lepas tangan, tidak ingin mendukung siapapun. Hee Chan kecewa
dengan sikap puterinya yang dianggapnya membahayakan dan bisa saja memberikan
pikiran negatif Minho pada dirinya.
”Minho hanya ingin...tidak terlibat,” ujar
Young Hee.
”apakah kamu yakin... kalau dia tidak
ditarik oleh pamannya sendiri??,” tanya Hee Chan.
Young Hee menjawab dengan menggeleng. Dia
bersalah sudah menceritakan tentang dugaan itu. Hee Chan meminta tanggungjawab
anaknya. Maka, Young Hee mencoba menghubungi Minho.
Dari jauh, Minho bingung, kenapa ada nomor
yang tidak kenal mencoba untuk meneleponnya. Agak lama dia membiarkan, sampai
akhirnya, dia mengangkat juga.
”nyoboseyo..
saya Kim Hee Chan,” kata Hee Chan, membuka pembicaraan dengan suara yang ramah
namun tetap tegas.
Minho kaget, matanya sedikit lebih besar.
Tenyata, Young Hee memberikan no telpnya pada politikus itu, ayahnya sendiri.
”nyoboseyo..
saya Lee Minho... ada apa??,” katanya, langsung tanpa basa basi.
”maaf jika saya menganggumu, Minho...,”
Hee Chan masih berbasa basi.
Minho jelas merasa terganggu. Dia
berpikir, kalau sampai orangtua itu mendesaknya, dia akan melapor pada pihak
yang berwajib, apalagi jika misalnya sampai ada nada ancaman.
”aku ingin minta maaf dengan kelakuan
puteriku, Young Hee.. dia masih terlalu banyak emosi,”
Minho langsung memainkan membaca
pikirannya.
”dia memang orang yang baik,” kata hatinya
Minho. Namun, masih disimpannya
persepsi itu.
”aku memang enggak suka dipaksa,” balas
Minho pada Hee Chan.
”aku mengerti... Young Hee memang
terkadang seperti itu,”
Namun, Minho memancingnya soal ide nya dan
ide Young Hee saat itu, sesuai dengan apa yang dipikirkan Hee Chan.
”Dia memang ceroboh. Aku hanya berharap,
kamu tidak menceritakan itu kepada Sang Geol...,”
”aku malas untuk berpikir aneh-aneh, samchon (paman) Kim... lebih baik aku
bermain game dan ngobrol dengan teman-teman,”
”aku mengerti... terima kasih”.
Minho berusaha menjauh dari semuanya, dari
Kim Hee Chan maupun Lee sang Geol. Dia takut berpolitik, dia takut terseret arus yang lebih jauh lagi. Namun,
dalam hati kecilnya, dia merasa, memang Kim Hee Chan lah orang yang sepantasnya
terpilih dan sepantasnya dia dukung. Hanya, dia melihat, pertarungan ini akan
semakin tajam, dan... sekali lagi, dia tidak ingin terseret terlalu dalam.
”anggap saja.. ide anakku kemarin hanya
sebuah canda,” ujar Hee Chan.
”ah.. tidak masalah, samchon..,” balas
Minho. Dia mencoba membuka dirinya dan tidak judes.
Sama sekali Hee Chan tidak memaksa Minho
untuk tertarik dengannya. Young Hee bercerita padanya, kalau tidak sengaja,
Minho ditemukannya dalam dunia game.. siapa juga yang bisa dipercaya dari dunia
itu?? Dapat saja Minho mengkhianatinya walau dia terbilang pintar. Dia pun
mengakhiri percakapannya dengan Minho, dengan ramah.
”enggak perlu ada yang maksa aku kok,” katanya pada Shin Dong, ketika
mereka kembali masuk kelas untuk mata kuliah berikutnya. Shin Dong malah
mendukung pikiran Minho untuk tidak terlibat disisi manapun. Anggap saja, Kim
Young Hee hanya teman game online yang bernama Micron.
”ah.. sudah deh.. jangan mau hidup susah
karena politik,” ujar Shin Dong. Minho pun setuju dan mereka jalan lagi ke kelas berikutnya.
”Jadi.. anak lelaki yang kamu pikir, dia
pintar itu adalah Lee Minho??,” tanya Sang Geol pada Mi Young.
Kwon Mi Young mengangguk mantap. Sang Geol
tidak terkejut sama sekali.
”jadi.. dia Lee Minho anak Lee Joon Woon,”
gumamnya.
”dia bahkan bisa menyamaiku dalam soal kepintaran
fisika quantum... ,” ujar Mi Young.
”aku sudah bertemu dia... aku memang
menginginkannya... jadi.. walau aku sudah bertemu.. tetap menjadi tugasmu... ,”
balas Sang Geol, sambil mengambil cerutu.
Mi Young menunduk hormat padanya,
mengatakan akan tetap mengusahakan menarik Minho menjadi bagian dari kampanye
ini.
Sang Geol tersenyum dingin,” ya.. memang
harus seperti itu... atau.. valium mu tak pernah di dapat”.
Kwon Mi Young seorang clairvoyant yang
sangat bergantung pada serbuk putih valium serta komposisi rahasia lainnya yang
dibisniskan oleh Lee Sang Geol. Otaknya akan berubah jadi gila, halusinasi
delusi jika dia kekurangan serbuk itu. Sang Geol diam-diam menjualnya di
beberapa rumah sakit dan juga diluar jaringan bisnisnya sampai ke luar negeri,
agar dia tetap mendapatkan banyak uang. Lee Joon Woon sebagai pamannya, bahkan
tidak mengetahui banyak, kalau keponakannya itu berbisnis yang sebenarnya
”haram” dinegara itu. Tidak ada yang tahu.. tidak ada yang peduli.
Kwon Mi Young keluar dari ruangan kerja
sang Geol. Wajahnya sedikit pucat. Dia membayangkan, selain dia tidak bisa
mendapatkan serbuk itu, keluarganya bisa dihabisi lelaki itu.
Sementara, Minho asik berteriak-teriak
kegirangan bersama Shin Dong dan beberapa teman kuliahnya karena dalam game online
itu, tim mereka berhasil mengalahkan tim lawan dengan telak dalam
Gods’chronicle, game yang lagi ngetrend di kalangan muda itu.
”Yippiee... kita menang lagi, Shin
Dong!!!”.
Yang lain jadi ikutan berteriak-teriak. Tim Minho menang dengan mudahnya.
”Kamu semestinya tahu aku, Minho... kalau
aku lebih tinggi dari kamu... kamu pasti tahu itu,” kata Kwon, dia menggenggam
pinsil kayu keras-keras... sampai patah. Di dalam hatinya, dia harus bisa menarik Minho... anak pintar dan sang
Clairvoyant itu.
Bersambung ke part 5....