Cerita ini cuma imajinasi saja, jangan dimasukkan ke hati.. kalau masih
serius juga.. tanggung sendiri deh..
Kekagetan tentu saja datang dari keluarga Minho.
Daewoo dan isteri mendegar bahwa tadi malam, isteri politik Minho mendadak
menceburkan diri ke dalam sungai Hanseong, tentu saja akan menjadi masalah
besar jika Takako alias Taeyoung meninggal, bisa-bisa, akan ada keributan antar
dua kekuasaan, Joseon dan Shogun Ashikaga. Walau bagi keluarga mereka, ini
adalah pernikahan politik, posisi Takako dianggap penting jika dia mendapatkan
masalah.
Daewoo langsung menuju rumah dinas Minho. Dari
gerbang rumah, para pengawal Minho langsung menunduk hormat, ketika dia datang
pagi-pagi mendengar itu.
Minho langsung menunduk hormat melihat
ayah dan ibunya datang sampai depan pintu.
”Kenapa bisa??,” kata ayahnya, langsung
masuk ruang depan dan duduk.
Minho memutar badannya dan masih menunduk
hormat kepada kedua orangtuanya, barulah dia ikut duduk di depan mereka.
Hari itu, dia dan Takako harus menikah
ulang. Sebentar lagi,
pastinya perwakilan kerajaan akan segera datang membawa mereka berdua. Daewoo
malah berdiskusi dengan Minho tentang kemungkinan bisa saja Han berulah ingin
menguasai kerajaan mereka.
”Yuan tidak bisa begitu.. begitu juga Han
(Ming),” balas Minho pada ayahnya. Selepas resepsi pernikahan ini, dia memang
harus bertugas ke perbatasan antara Manchuria dengan Joseon.
”apa.. tenggelamnya isterimu ada
hubungannya dengan pergi nya kamu tiga hari ke depan??,” tanya ayahnya. Dia
juga sebenarnya gubernur di daerah yang sekarang bernama Pyongyang.
”aku masih tidak tahu, Appa..,” balas Minho dengan suara
merendah.
”namun.. aku belum menduga kuat.. karena
memang Yang Mulia sendiri menugaskan ku baru saja setelah pulang dari seossima (tsushima).. jadi.. dugaan
belum sampai apakah Ming bertindak dibalik ini semua,” lanjutnya.
Daewoo menjadi tidak yakin kalau Ming
adalah penyebabnya. Ming sudah bekerjasama dengan Joseon di beberapa hal, termasuk
keamanan militer.
”Jadi.. mengapa Yang Mulia Raja
memerintahkan ku untuk ke perbatasan??,” Minho jadi heran lagi. Dia memang hanya disuruh berbicara dengan
para pengusaha lokal berdarah Joseon di perbatasan Ming/Han, karena mereka
merasa tertindas. Namun, dia tidak diperintahkan banyak sampai meneliti
dalam-dalam. Pastinya, dia harus lakukan juga penelusuran panjang nanti disana,
selepas anak buahnya, Sim Hwang memberikan informasi dasar.
”Beruntung menantuku tidak meninggal..
bisa-bisa.. kita semua dipenggal Shogun Ashikaga itu,” keluh Daewoo.
Minho menunduk hormat pada kedua
orangtuanya, meminta maaf atas kecerobohannya tidak menjaga pasangannya.
”Namun.. ada yang aneh, Appa.. Eomma..
rambut Taeyoung beberapa jari, hilang.. seperti terpotong tidak rata..,” kata
Minho.
Daewoo dan isterinya lalu mendengarkan
penjelasan Minho dari kakak tiri Taeyoung kalau ada ilmu sihir yang jahat
dengan mengambil rambut orang yang akan disihir.
”jadi.. Sadamori ssi itu tahu.. kalau ada orang punya ilmu itu??,” tanya Daewoo pada
anaknya sendiri.
Minho mengangguk,” itu ilmu sihir tingkat
tinggi.. ilbon juga memilikinya..biasanya
dikalangan ninja perempuan.. beruntung Sadamori ssi bisa mengatasinya..,”
Daewoo jadi bergumam. Antara Joseon dan
Ashikaga memang belum lama bekerjasama untuk masalah perompak dari Jepang yang
sangat meresahkan kedua wilayah ini. Bagaimanapun, keduanya diuntungkan jika para perompak itu habis.
Matahari semakin menunjukkan dirinya. Minho
lalu melihat rombongan banyak perempuan dan lelaki dari istana.
”tampaknya para pembantu Yang Mulia sudah
datang, ayah.. ,” katanya.
Daewoo berdiri, mempersilahkan Minho masuk
kamarnya, untuk bersiap-siap mengikuti para pembantu itu.
Para pengawal dan pembantu kerajaan
menghormat kepada Daewoo dan isterinya. Kedua orangtua itu membalas dan memang
benar, mereka datang untuk menjemput anggota keluarga Lee.
.....................................
Minho yang sudah masuk kamar tidurnya
melihat Taeyong yang baru saja bangun. Dia tersenyum pada pasangannya itu.
Takako alias Taeyoung kaget, kenapa dia bisa bersama Minho, bukankah seharusnya
tidak boleh?
Minho duduk disampingnya yang bersandar di
bantal kayu. Dia lalu memegang rambut Taeyoung.
“ini sebabnya..kenapa kamu sama sekali
tidak menyadarinya,”
”rambutku.. beneran terpotong??,” tanya
Taeyoung, heran. Mungkin hampir 10 cm terpotong.
Perempuan jepang, terutama dari kalangan
bangsawan memang memelihara rambut sampai panjang sekali dan terawat sebagai
bagian dari kecantikan. Mereka tidak akan berani memotong rambutnya walau 1 cm
pun tanpa ijin suaminya.
Minho heran, bukankah sebenarnya Han Hye,
pembantunya, bercerita kalau rambut isterinya itu pernah terpotong... namun,
kenapa justru Taeyoung tidak ingat??
”benar kamu tidak ingat??,”
Taeyoung mengangguk,”hai (ya).. aku benar-benar tidak ingat,”
”Tinggi juga ilmu sihir orang itu,” gumam
hatinya Minho, mengingat lagi peristiwa tadi malam, dia kesulitan melawan para
kunang-kunang dengan rambut yang tipis bak senjata, menyerangnya demi
menyelamatkan Taeyoung alias Takako.
Minho senyum, membelai pipi isterinya itu.
”berarti, mulai hari ini.. kedudukanmu diperhitungkan beberapa orang
diluar sana.. geuttae...juui haejusibsio
(jadi.. tolong berhati-hati)”, katanya dengan lembut.
”ee...
yakusoku da... ah... gwaenchanh-a... naega yagsog (baiklah..aku berjanji),”
jawab Taeyong dengan dua bahasa. Wajahnya masih agak pucat karena tenggelam
disungai Hanseong.
Minho tahu, isterinya yang seorang puteri Daimyoo (gubernur wilayah jepang kala
itu) sekaligus juga seorang kunoichi
(ninja perempuan) walau masih muda,namun semestinya waspada.
”aku memang ingat..aku bertarung dengan
tiga orang lelaki dan Han Hye membantuku.. ,”
”apa kamu sadar... rambutmu diambil mereka??
Dan ingat..siapa mereka??,” tanya Minho, penasaran.
Taeyoung menggeleng. Minho berpikir,
berarti, sedari awal, tanpa isterinya itu sadari, sebenarnya sudah mulai
dipengaruhi ketika rambutnya terpotong.
Namun,”ah..sudahlah... para pengawal dan pembantu kerajaan sudah
menunggu kita.. kita tidak boleh membuat Yang Mulia Raja menunggu”.
Dia membantu Taeyoung bangun dan memakai
baju hariannya.
Minho sempat memegang lembut rambutnya dan
menciumnya.
”sayang sekali..seharusnya rambut ini
tidak terpotong... kamu sama sekali tidak pantas dengan rambut yang agak
pendek,”
”aku akan kirim surat ke ayahku... tentang
ini,” kata Taeyoung.
”hajiman
(jangan)... tidak perlu kedua orangtuamu tahu.. karena, kakak mu pun sudah
tahu... dan lebih baik tidak diberi tahu.. aku rasa.. kita belum bisa mengambil
kesimpulan, apakah memang orang yang akan mencelakaimu itu.. orang dalam
kerjaan atau ...,”
Minho tidak melanjutkan ceritanya..dia
ragu..
”atau.. kenapa??,” tanya Taeyoung, dengan
wajah heran, memperhatikan wajah Minho yang berfikir.
Mendadak Minho teringat pada Hee Kyung. Yang
dia khawatirkan, kemungkinan saja Hee Kyung menyewa tukang tenung untuk
membunuh Taeyoung??
”ah.. enggak apa-apa, hehe,” Minho malah
bercanda padanya, menaruh telapak tangannya di muka Taeyoung.
”aduh.. Minho jahat!,” teriak Taeyoung,
manja.
Mereka keluar ruangan dan dibantu oleh para
pengawal menuju kerajaan.
Sepanjang perjalanan, Minho berfikir lagi:
siapa yang menjahati isteri politiknya ini??
..............................
Suasana salah satu istana kecil kerajaan
saat itu ramai, meriah. Minho dan Taeyoung sebagai pengantin membutuhkan waktu
dua jam lebih untuk berdandan ganteng dan cantik. Taeyoung begitu terpesonanya
dengan kecantikan beberapa dayang perias kerajaan Joseon. Dia berbasa-basi
meminta resep kecantikan kepada mereka sambil dirias.
”kalau begitu.. aku akan meminta Minho
membelikan ginseng itu untuk dioleskan di wajahku.. Minho pasti suka,” katanya
dengan wajah ceria, sambil diberikan semacam bedak dari bubuk mutiara.
”ah.. maaf Tuan Puteri Taeyoung... tidak
baik di sini mengucapkan nama suami dengan nama kecilnya,” senyum sang dayang
perias, berusaha menasehati.
”ah.. aku tahu itu... Minho biasa saja
denganku.. sama sekali tidak mempermasalahkan itu...,” balasnya.
”oh.. kamu tahu Geum Hee Kyung??,” tanya
dia pada perias.
Perias itu mengangguk. Ternyata, Geum Hee
Kyung termasuk anak bangsawan yang dihormati di kalangan istana, walau tidak
tinggal di dalam komplek istana.
Taeyoung jadi membayangkan, tentunya
memang Minho dan Hee Kyung itu dulunya adalah pasangan yang serasi dan bahagia.
Ada rasa cemburu dalam dadanya. Minho
memang mengatakan, kalau dia akan berusaha menjaganya dengan baik, bahkan dia
rela melepas perempuan itu demi menikah dengannya.... namun.. apakah nanti..
dia akan melihat Hee Kyung lagi??
”Tuan puteri kenapa??,” tanya perias itu.
Taeyoung termenung, lantas, dia sadar dari
lamunannya.
”apa.. memang Geum Hee Kyung itu juga
perempuan yang manis??,” mendadak ia bertanya itu.
Perias itu mengiyakan, menceritakan
dikalangan para wanita kegubernuran, Hee Kyung memang termasuk banyak yang
dilihat para lelaki bangsawan. Sepertinya, perias ini tidak mengetahui hubungan
sebelumnya antara Minho dengan perempuan itu.
”ah.. aku hanya bertanya,” ujar Taeyoung,
mengalihkan pembicaraan sang perias.
Perias itu akhirnya diam dan melanjutkan
pekerjaannya. Taeyoung harus menahan hatinya dihari bahagia yang kedua kalinya.
Dia khawatir, jika bertanya banyak tentang perempuan itu, justru akan
menimbulkan pertanyaan besar bagi sang perias, atau juga bagi Minho. Dia harus
memegang teguh kata-katanya sendiri, bersabar, kalau Minho pasti sudah bisa
melupakan perempuan itu dan hanya dia sebagai ganti dihatinya.
”aku harus percaya dan yakin... Minho
hanya akan mencintaiku...”.
........................................
”Chichiue..
hahaue... (ayah, ibu)... hari ini aku akan menikah ulang dengan Minho,”
ujar Takako yang sudah berganti nama menjadi Taeyoung, yang langsung diberikan oleh
sang Raja sendiri.
Dia begitu anggun, memakai baju pengantin
kebesaran kerajaan Joseon, tidak hanya sekedar memakai Jeogori yang indah, oegoreum,
chima dan segala keindahan yang sengaja ditonjolkan dalam kebesaran busana
pengantin dan riasan wajahnya itu. Hari itu, perasaannya sungguh bercampur
aduk, antara sedih karena dia hanya diwakili oleh kakak tirinya, Koichirou
Sadamori, tidak dengan kedua orangtuanya, padahal dalam setiap adat, kehadiran
orangtua sangat diharapkan sekali.
Pikirannya tertuju pada, bagaimana dia
akan berusaha menjadi seorang perwakilan Shogun Ashikaga yang harus terlihat
pintar, anggun dan bisa membawa diri. Dia harus meyakinkan pihak shogun bahwa
dia bisa menjadi seorang diplomat sekaligus isteri yang baik, jikalau ada hal
yang berhubungan dengan keshogunan, yang sudah pasti akan melibatkan dirinya.
Satu hal, masalah keamanan kedua wilayah soal perompak sudah selesai, namun bukan
berarti semua sudah selesai. Dia sedang berfikir, apa yang sebenarnya akan
terjadi.
Disatu sisi, sebagai seorang perempuan
yang terbilang sangat muda untuk menikah dengan pria dari kerajaan lain, Takako
alias Taeyoung menganggap dirinya cukup bersyukur telah mendapatkan
penghormatan dari Minho, keluarganya dan bahkan dari Raja Joseon sendiri.
Minho dari ujung pintu besar ruang
pertemuan kerajaan tersenyum dengan memakai gaun pernikahan yang sangat gagah.
Didampingi oleh kedua orangtuanya. Raja Joseon menjadi perwakilan dari pihak
Taeyoung bersama dengan kakak tirinya. Kalau sudah begitu, berarti dirinya
adalah bagian dari Joseon, dan jika ada suatu hal apapun yang terjadi yang
memerintahkan untuk mengorbankan nyawanya, maka dia harus rela berkorban demi
Joseon.
Mereka saling menghampiri lalu Minho
memberikan sesuatu, sepasang angsa yang sangat lucu dan bagus bentuknya,
sebagai tanda kesetiaan akan selalu ada disaat Taeyoung membutuhkannya dan akan
selalu melindunginya.
Rasa hati bahagia Taeyoung tidak bisa
dikatakan dengan apapun hari itu. Wajahnya terlalu bersemu ketika Minho membuka
penutup kain pada wajahnya. Dia tertawa kecil bahagia ketika mereka minum
bersama sebagai tanda kesetiaan dan kebersamaan. Semua proses dilalui satu
persatu tanpa terlewati.
Namun disana... seorang perempuan bernama
Geum Hee Kyung terlihat menangis, kecewa.. bahwa Minho yang telah berjanji
untuk bersamanya, dengan mudahnya memutus janji itu demi seorang perempuan
diplomatik pilihan sang Raja. Tiada yang bisa menolak. Minho sendiri memang
tidak mengerti, kenapa dialah yang terpilih, bukan temannya, jendral muda Park.
Mungkin Raja memiliki sebuah pertimbangan khusus hubungannya dengan ayahnya,
yang ternyata masih ada ikatan darah. Sudah pasti, jika ada sebuah hal yang
mengancam jiwa keluarga dan Taeyoung, maka Raja dapat dengan mudah menyusun
rencana baru dan berharap bisa menyelamatkan mereka. Hal itu sepertinya sebuah
taktik biasa, tidak ada yang aneh.
Pejabat Geum menghadiri acara tersebut. Raja begitu menghormati Koichirou sebagai
perwakilan Shogun. Geum memandang Koichirou dengan tatapan yang mencuri namun
tajam, tanpa disadari oleh lelaki anak daimyoo itu.
Sebelumnya, tatapan Geum beberapa waktu
lalu pada Minho sewaktu mereka bertemu di lorong kerajaan sehabis pertemuan, bersama
juga dengan Taeyoung yang baru datang dari Tsushima, dengan cara yang sama...
sebuah tatapan ketidak puasan, dikhianati. Entah akan ada apalagi dibalik
tatapan itu.
Ketika Raja mengumumkan hasil
pembicaraannya dengan utusan Daimyoo Tsushima sekaligus Shogun Ashikaga itu.. semua
sangat menghormati keputusan beliau, walau sambil bersenda gurau karena memang
bukan sedang moment nya membicarakan
hal yang serius berkenaan dengan hubungan kedua wilayah kuat. Namun Raja
sedikit memberi pengetahuan kalau nanti kerjasama maritim tetap dikuatkan
mengingat masih banyak masalah di soal perompak, baik itu yang datangnya dari ilbon (jepang) itu sendiri yang sangat
ganas dan tidak ampun untuk membunuh semua awak kapal tanpa tersisa, atau
datangnya dari bangsa joseon sendiri atau bangsa Ming. Termasuk, mereka akan
menyelesaikan kasus dengan Ming soal perompak bajak laut yang dipimpin seorang
perempuan bernama Zhang Yue itu. Raja berpikir, akan ada satu pertemuan
membahas selepas dia menyuruh Minho melakukan pertemuan rahasia di perbatasan
Joseon dan Manchuria.
Kerajaan yang semakin besar dan ternama,
tentunya semakin mendapatkan banyak tantangan dari dalam dan luar. Tidak ada
yang tidak mungkin dalam situasi apapun, termasuk dalam penguasaan wilayah.
Sebagai yang sudah hampir satu abad lamanya berjaya, pastilah masih ada saja
bangsa yang mengincar mereka. Itu sepertinya sudah sebuah hukum wilayah, bahwa
wilayah yang terlihat makmur seperti gula yang membuat para semut datang.
Selama perayaan itu, Geum tidak beranjak
dari tempat duduknya karena Raja juga ingin berbicara sembari makan-makan
bersama. Sungguh, Geum melihat Takako Sadamori dengan tatapan mata yang
menyelidik. Bagaimanapun, perempuan Tsushima itu yang sudah merebut Minho dari
tangan anaknya.
Pikiran Geum melayang pada pejabat Ma yang
tadi malam berbicara padanya soal kepentingannya di wilayah Kwangju. Sebuah
pertemuan mereka adakan diam-diam tanpa sepengetahuan Raja.
Di dalam istana sedang tidak ada
pertentangan baik politik dalam negeri maupun luar negeri, terutama yang
berkaitan dengan Ilbon. Jadi, bisa saja ilbon dan joseon dalam keadaan stabil
untuk tetap saling bekerja sama.
”SEMUA.. BERSULANG!!,” teriak Sang Raja
kepada pejabat yang hadir di acara perayaan makan bersama itu.
Suara sangat riuh sekali menanggapi sulang
Sang Raja.
”DEMI KEJAYAAN JOSEON!!!,” teriak para
pejabat menanggapi Sang Raja.
Tentu saja Takako alias Taeyoung mengikuti
kebiasaan mereka. Dia mempelajari sedikit demi sedikit agar tetap menjadi
seorang bangsawan wanita ilbon yang diperhitungkan.
”terima kasih,” kata Daewoo, ayah Minho,
ketika dituangkan minuman olehnya.
Mereka semua berpesta, makan dan minum
sampai puas. Hari itu memang disengajakan oleh Sang Raja sebagai hari perayaan
besar untuk hubungan kedua kerajaan besar.
Klan Sadamori yang diwakili oleh Koichirou
menghaturkan ribuan terima kasih tak terhingga kepada Joseon sebagai
penghargaan mereka, penjagaan mereka atas Takako Sadamori.
Selanjutnya, Koichirou dan Raja Joseon pun
selesai acara, langsung mengadakan pertemuan, karena disana juga sudah hadir
penguasa wilayah Cheju (Jeju) yang secara administratif kelautan lebih dekat
dengan Tsushima selain juga wilayah Kimhae (Busan).
................................................................
Sore saja perayaan selesai, Minho langsung
kembali ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari kompleks kerajaan. Raja
menambahkan beberapa pelayan perempuan di rumahnya untuk sementara membantu
mereka.
Sadamori mengirimkan surat untuk dibaca
oleh Takako.
”apa.. kamu ingin pergi lagi ke ruang
pertemuan istana, bersama dengan kakak ku dan Yang Mulia Raja??,” tanya
Taeyoung padanya.
Minho senyum dan menggeleng. Kemungkinan
pertemuan antara dia, jendral Kwon dan Raja baru akan dimulai besok.
Dia menunjukkan sepucuk surat dari ayahnya
kepada Minho. Minho tidak mempermasalahkan, apakah dia perlu tahu atau tidak
isi surat itu. Namun Taeyoung
berinisiatif sendiri, Minho mesti tahu apa isi surat itu.
”sepertinya ayah dan ibuku yang
mengirimkan.. ini ada dua,” katanya pada Minho.
Lalu, dia membuka dari ayahnya.
Menurutnya, isi surat ini penting juga diketahui Minho.
”Anakku Takako... bagaimana kehidupan mu
disana? Semoga Panglima Lee
menjagamu dengan sangat baik. Berterima kasihlah kepada Raja Josen dan suamimu
yang sudah memberikanmu kesempatan baik tinggal di wilayah mereka”
”Maafkan jika ayah dan ibu tidak dapat
menghadiri perayaan pernikahan kalian, Koichirou sudah mewakilinya. Kami disini
semua baik, hanya saja, ketegangan sedang terjadi karena pihak ke shogunan
selalu mendapatkan gangguan, dan muncul lagi pemberontakan baru di wilayah
Kanto. Shogun Ashikaga kemungkinan dalam bahaya perseteruan dan adanya para
pemberontak yang sudah mulai mempengaruhi beberapa wilayah Kanto, membuat ayah
khawatir disini.”
Taeyoung berhenti sejenak.
”Shogun selalu mendapatkan pertentangan,”
katanya pada Minho.
Minho meminta meneruskannya membaca.
”dalam situasi politik shogun seperti ini,
tetaplah berbakti kepada kerajaan dan keluarga mu sekarang ini, Takako. Ayah
berpesan, jadilah bagian Joseon yang patuh kepada Raja, beliau pasti banyak
memberikan kemurahan kepadamu”.
” Tidak perlu khawatir tentang kami.. Tsushima
sekarang sudah berbeda semenjak kita mengadakan perjanjian kerjasama dengan
Joseon. Semua jadi senang singgah di pulau ini, Shogun Ashikaga senang sekali
dengan kerjasama ini. Tetaplah mengabdi kepada pihak Joseon karena kamu sudah
menjadi bagian dari mereka. Jaga diri.”
Taeyoung menutup surat dari ayahnya. Dia
malah jadi meminta pendapat Minho, apa yang bisa saja terjadi jika ternyata
Kanto terjadi banyak pemberontakan dan membuat Ashikaga bisa saja runtuh dan
tergantikan dengan shogun yang baru.
”aku tidak melihatnya seperti itu.
Tsushima lebih baik bertahan dengan setia kepada Shogun yang sekarang. Tsushima
merupakan tanah merdeka, tidak bisa begitu saja mengikuti para pemberontak.
Lagipula, apa jadinya jika mereka tanpa tsushima??”
Tsushima memang sebagai pulau pertahanan,
yang lumayan besar juga memberikan pajak kepada shogun. Tanah jepang memang
penuh dengan peperangan antar daimyoo untuk bergabung dengan daimyoo lain
membentuk shogun atau pemerintahan baru. Mereka akan saling berafiliasi.
”Sudah tidak ada pemberontakan selama
sepuluh tahun terakhir.. aku sebenarnya mengkhawatirkan daerah ku karena
dibawah kekuasaan besar kyushu,” kata Taeyoung.
Minho menyandarkan wajahnya ke telapak
tangannya sambil tiduran disamping tubuh Taeyoung yang duduk bersandar membaca
surat.
”semestinya kita tidak dulu membahas
politik sehabis suka cita begini.. ternyata, kamu isteri yang tidak bisa santai
juga dengan kondisi politik shogun,”
Lalu dia tersenyum manis pada Taeyoung.
Taeyoung memang khawatir. Dia sudah pernah
mengalami dirinya dikirim ke Honshu, daratan Kanto, untuk membantu Shogun
Ashikaga, walau saat itu umurnya masih terbilang kecil, 12 tahun.
Minho kaget mendengar itu. Dia tidak tahu,
kalau memang banyak sekali Samurai atau ninja baik lelaki atau perempuan
dididik untuk segera dikirim demi kelanggengan kekuasaan Shogun, bahkan
termasuk isterinya sekalipun yang sebenarnya baru berusia 16 tahun ini, namun
sudah mempunyai pengalaman lebih dulu darinya soal dikirim untuk berperang.
”Jikalau tidak ada perang, aku pun lebih
tidak memilih peperangan,” ujar Minho. Dia lalu memeluk Taeyoung, sambil
mendekatkan wajahnya kepada isterinya itu, mencium aroma tubuh Taeyoung yang
wangi sekali dengan bunga.
”sebenarnya.. aku lebih menyukai menjadi rakyat biasa..,” kata
Taeyoung.
Minho masih memeluknya dari belakang,
masih menyandarkan dahinya pada pundak Taeyoung.
”Umm.. kalau menjadi rakyat biasa.. tentu
kita tidak bisa bertemu dong?,” katanya dengan suara manja.
Taeyoung malah jadi tertawa kecil pada
Minho.
Dia lalu membalikkan badannya, meminta
Minho melepaskan pelukannya.
”aku tidak tahu kalau Minho juga seperti
anak kecil,”
”eh.. tidak seperti itu.. ,” gerutu Minho.
”jangan bercerita kepada Han Hye atau
siapapun tentang kebiasaan burukku,” katanya lagi.
”Kebiasaan buruk.. pipi yang selalu minta
dipegang??hihi,” canda balas Taeyoung.
Minho cemberut, tapi malah memeluknya
lagi.
”Tugasku semakin berat saja menjadi
seorang Jendral.. kamu harus mendukungku.. dan percaya aku bisa melakukan apa yang
diperintahkan Yang Mulia Raja,”
Taeyoung sedikit termenung. Pastinya,
tugas seorang Jendral Muda tidaklah mudah. Dia membayangkan, jabatan nya Minho
akan meningkat, namun meningkat pula beratnya tugas.
”Apa tetap akan ke Liao Ning lusa??,”
Minho mengangguk.
”Sim Hwang kan sudah berada disana.. tidak
mungkin aku tidak pergi... Jendral Kwon juga sudah ada beberapa anak
mata-matanya disana,”
”Perasaanku merasa tidak enak, Minho,”
kata Taeyoung.
Minho melepas pelukannya dan memandangnya
dengan senyum.
”tidak perlu merasa khawatir.. sebelum
dengan raja, aku sudah sering menjadi pendamping mata-mata kerajaan,”
”dan aku tidak akan memakai pakaian
prajurit.. tidak perlu takut.. tidak ada yang tahu kalau aku adalah seorang
panglima,” lanjutnya.
”bukanlah kamu sendiri seorang Ninja
juga?? Pastinya lebih mengerti tentang hal ini,” senyumnya pada Taeyoung.
Taeyoung berani mendekatkan wajahnya pada
Minho, dan meminta ijin menciumnya.
”aku meniru Ratu,” senyumnya pada Minho.
Dia lalu berdiri dan membuka lemari.
Dilihat Minho dari beberapa jarak, ada sebuah kotak yang sengaja ternyata
disimpan oleh Taeyoung. Kotak itu sengaja dia bawa dari Tsushima. Dia lalu
menunjukkannya pada Minho.
”apa itu??,” tanya Minho, penasaran.
Taeyoung membukanya, ternyata sebuah guci
kecil.
”anti
racun,” jawab Taeyoung,” berasal dari Tsushima ..
keluarga kami meraciknya”.
“Untuk apa??,” Minho sangat heran.
”bawa saja,” Taeyoung menggenggam tangan
Minho dan menyerahkan botol kecil itu kepadanya.
”aku pernah memerintahkan bawahanku untuk
menjadi seorang ninja, namun lamanya tidak pernah selama dengan kamu pergi,
suamiku,”
”ini anti racun yang sangat ampuh.. kita
tidak tahu apa yang akan terjadi.. bawa saja,”
Minho mencoba membukanya, dilihatnya,
ternyata pil-pil yang justru dilapisi emas.
”pil berlapis emas??,” Minho heran.
Taeyoung mengangguk,” bahkan dibuatnya
saja, direndam dengan es dari gunung fuji.. seorang bhiksu yang membuatnya..
beliau seorang ahli anti racun”.
”oh,” balas Minho, singkat. Dia memang
masih tidak mengerti, kenapa isterinya memberikan pil itu padanya, namun dia
berterima kasih atas perhatian Taeyoung.
”kembali padaku dengan selamat.. aku pasti selalu rindu kamu, suamiku..,”
senyum Taeyoung.
Minho tersenyum padanya, mengibas rambut
yang ada di leher Taeyoung, lalu menciumnya.
”aku justru yang khawatir tentang mu..
belum lama berada di tanah Joseon, namun peristiwa kemarin cukup
mengagetkanku,”
Dan Minho berpikir.. entah peristiwa apa
lagi yang akan menimpa mereka. Taeyoung memang mengaku dan akhirnya bercerita
tentang awalnya dia bertarung dengan tiga orang lelaki, beberapa hari sebelum
kejadian di malam itu.
Minho mengaku tidak pernah mengenal tiga
lelaki yang ciri-cirinya diceritakan Taeyoung. Boleh jadi, mereka adalah
suruhan seseorang.
........................................
Lusa, Minho tetap bekerja, mengadakan
pertemuan sampai siang dengan Raja, Bagian administrasi pertahanan kerajaan, pencatat
kerajaan dan Jendral Kwon. Siangnya, dia menuju barak kerajaan lalu memantau
latihan yang dilakukan para prajurit di bawah komandonya.
Taeyoung di dalam rumah Minho yang
diberikan kerajaan untuknya, semangat belajar memasak masakan Joseon pada Han
Hye yang sudah mengetahui selera Minho. Dia sibuk membantu perempuan itu di
dapur.
”daging sapi nya harus yang lembut dimasak
dengan air jeruk ini.. Jendral Lee suka sekali dengan daging sapi bagian ini,”
kata Han Hye, menunjukkan bagian daging sapi yang disukai Minho.
”kalau ditambah dengan soyu (semacam kecap kedelai fermentasi),
pasti enak sekali,” ujar Taeyoung, sambil melihat Han Hye menghancurkan daging
dengan pukulan kayu.
”apa itu masakan Tsushima??,” tanya Han
Hye.
Taeyoung mengangguk. Dia juga menuangkan
sedikit sejenis arak beras pada kuali berisi daging sapi itu.
”Harum sekali, Nyonya,” kata Han Hye.
”Minho pasti suka,” kata Taeyoung dengan
penuh semangat.
Mereka mencium aroma wangi masakan itu dan
tertawa-tawa.
Sore nya, Minho kembali pulang dari
tugasnya. Dia senang tugasnya selesai dan pulang dengan wajah ceria ketika
menemukan di meja makan banyak sekali hidangan yang dia pikir, cocoknya untuk
sebuah perayaan.
”aku membuatnya,” ujar Taeyoung dengan
bersemangat.
Han Hye menunduk hormat pada Minho.
”Nyonya yang membuatnya, aku hanya
membantu,”
Biasanya memang dia hanya ingin dibuatkan
masakan sederhana saja. Kebiasaannya makan biasa tanpa banyak meminta ini itu
termasuk membuat nyaman para pembantu dirumahnya.
Taeyoung duduk disampingnya dan menuangkan
sejenis arak.
”aku seperti seorang raja, hehe,” canda
Minho pada Taeyoung.
”aku menukar uang dari ayahku.. jadi, aku
belikan daging sapi dan arak,” ujar Taeyoung, sambil menuangkan minuman ke
gelas yang dipegang Minho.
”Koichirou-sama pulang esok hari.. mungkin juga aku besok akan menemani sampai
pelabuhan,” kata Minho.
Kakaknya menginap di salah satu ruangan
tamu kerajaan, terpisah jauh dari mereka.
Mereka terus makan bersama sambil minum. Besok,
Minho bersiap untuk berangkat.
”mulai sekarang.. aku bisa masak masakan
kesukaanmu, Minho suamiku,” senyum Taeyoung.
Minho tersenyum, dengan cueknya, lalu dia
mencium Taeyoung. Han Hye
yang berdiri memperhatikan mereka makan, memalingkan wajahnya.
”Aku menghargai sekali.. terima kasih..
chu”.
Taeyoung menjadi sangat manis pada Minho. Dia belajar dari ibunya dahulu, bagaimana
menjadi isteri yang baik. Walau sikapnya masih slebor, mungkin karena dia
terbiasa lebih menjadi ninja wanita daripada seorang anak petinggi keshogunan.
.............................................
Taeyoung membantu menyiapkan segala
peralatan yang dibutuhkan Minho untuk persiapan esok. Sederhana saja, hanya beberapa baju, cap kerajaan, uang emas dan koin
perak, serta kuda yang bagus dan pedang yang biasa dia gunakan.
Dia membuka sarung pedang yang biasa
dimiliki Minho.
”sreeet,” suara pedang keluar dari
sarungnya yang berbentuk ornamen naga.
Dia memperhatikan lagi pedang itu.
Sementara Minho sedang berganti baju.
”darimana mendapatkan gagang pedang naga
ini?? Indah sekali,
Suamiku...,”
Dia tahu tentang artistik pedang.
Dilihatnya setiap sentimeter ukiran gagang itu.
Minho keluar dari ruang ganti, lalu duduk
di depannya.
”dari seorang Jendral,” senyumnya.
Dia tidak mungkin menceritakan masa
lalunya, bahwa pedang itu sebenarnya dari seorang Jendral yang turut berjasa
menaikkan karirnya, tetapi dengan terpaksa dibunuh juga, beserta keluarganya.
Dari Jendral Ryong... yang anaknya adalah kekasih pertama Minho.
”wah... sugee (keren sekali)!,” Taeyoung menaikkan pedang itu sehingga
ujung pedang terpapar sinar lampu rumah.
”aku saja tidak begini pedangnya.. ini
pedang yang kuat,” katanya lagi.
Minho senyum. Melihat senyum Taeyoung yang
begitu ceria dan semangatnya melihat pedang itu, dia tidak ingin teringat masa
lalu.
Lalu... Taeyoung pun bercanda padanya. Dia
berdiri, lalu menodongkan ujung pedang ke leher Minho.
”dan.. Hai Jendral Lee Minho.. bagaimana
bisa kamu mendapatkan pedang seindah ini... aku, Takako Sadamori.. ingin sekali
bertarung denganmu!”.
Minho senyum, dia tahu Taeyoung bercanda
padanya. Lalu dengan lembut dia mengenggam tangan isterinya itu yang sedang
menggenggam pedangnya.
”terlalu lembut untuk mengancamku... lebih
baik jadi isteriku saja,” senyum Minho padanya, lalu menciumnya.
Taeyoung malah tertawa terkekeh-kekeh
dengan tingkah Minho.
Lalu dia berjingkat memeluk Minho sampai
dia repot sendiri dengan hanbok besar dan lebar yang masih dipakainya, belum
berganti baju tidur.
”Minho.. kamu tinggi sekali.. aku kesulitan memelukmu!,” katanya manja.
”Tidak akan jadi pelukan terakhir.. aku
akan segera pulang.. tentu saja.. aku bakalan kangen kamu.. ,” senyum Minho,
dia menundukkan badannya, agar Taeyoung mudah memeluknya.
Tapi Minho malah lalu mengangkatnya dan
membopongnya ke atas tempat tidur. Taeyoung malah jadi tertawa-tawa padanya,
pedang Minho tergeletak begitu saja dilantai.
Minho masih memeluknya diatas tempat
tidur. Menempelkan pipinya
dengan pipi Taeyoung.
”esok.. tidak boleh sedih kalau ku tinggal
sekitar dua atau tiga minggu... tidak akan lama.. aku pastikan Han Hye dan
beberapa pengawal harus menjaga mu.. aku tidak ingin ada lagi kejadian seperti
kemarin,” katanya sambil mengelus pipi Taeyoung.
Taeyoung tersenyum.
”rasanya.. dari tiga hari kemarin, sebelum
kita merayakan hal ini.. aku jadi malas sekali melakukan apapun,” ujarnya, dia
mengangkat kepalanya dan meminta tangan Minho menjadi bantal kepalanya.
Minho sigap menggenggam pergelangan tangan
isterinya.
”denyut nadimu.. berbeda,” katanya dengan
suara tegas.
”lekas panggil tabib saja!,” dia langsung
bangun dan memakai pakaiannya. Berlari ke depan rumah, untuk ke samping,
memanggil Han Hye.
Taeyoung memakai baju tidurnya dan
berteriak pada Minho, kenapa terburu-buru sekali.
Han Hye menuruti apa perintah Minho, dia
langsung melarikan kudanya mencari tabib.
”atashi
wa daijyoubu desu.. naze uisa ga yobimasu ka??... ima wa hontou ni konya desu
yo (tidak perlu memanggil tabib/dokter .. ini sudah malam.. aku baik-baik
saja),” katanya pada Minho, dia duduk di ruang depan dan cemberut mendadak.
Minho malah senyum padanya.
”nadi mu berbeda.. mungkin kita punya kabar baru,”
”apa kamu pusing sekali??,” katanya lagi.
”sukoshi
dake desu.. demo daijyoubu (sedikit, tapi enggak apa),” balas Taeyoung
dengan bahasa jepang, dia sedikit kesal dengan Minho.
Minho senyum saja. Tetap menggenggam nadi
isterinya itu.
Tak berapa lama, seorang tabib perempuan
datang.
Minho langsung menunduk hormat padanya
ketika tabib itu sampai di depan pintu rumahnya menuju ruang depan.
”maaf merepotkan.. sepertinya.. isteri ku
mengalami masalah kesehatan,” katanya dengan sangat sopan pada tabib perempuan
itu.
Tabib itu tersenyum dan mempersilahkan
Taeyoung masuk ke kamarnya untuk diperiksa.
Minho mengikuti saja dan dia duduk di
kursi dekat tempat tidur.
Tabib lalu bertanya beberapa hal tentang
nafsu makannya Taeyoung.
”tidak ada.. namun memang hari ini.. aku
sebenarnya tidak suka minum arak.. tadi.. aku menolak saja suamiku minum..
dan.. sepertinya daging sapi itu, walau enak.. agak sedikit bau untukku..
tenggorokanku tidak enak menelannya,” jawab Taeyoung.
Tabib senyum saja dan meletakkan kembali
tangan Taeyoung di atas tempat tidur.
”Tuan Lee sungguh beruntung.. Nyonya Lee..
sedang hamil yang sangat muda..,” kata Tabib, berdiri menunduk hormat pada
Minho.
Minho langsung bangun dari duduknya,
wajahnya ceria sekali, bahagia.
”Benarkah??? Jadi.. yang tadi nadinya berbeda..
itu .. karena isteriku sedang hamil???,”
Tabib mengangguk membenarkan.
”Nyonya Lee harus istirahat yang cukup,
makan yang menyehatkan.. dan minum ramuan yang akan saya berikan esok supaya
tubuhnya kuat, Tuan.. ”
”selamat sekali lagi...,” senyum sang
tabib.
Minho malah sangat senang sekali. Dia
menunduk hormat berkali-kali pada tabib wanita itu dan berterima kasih dia mau
datang, memberitahukan kabar berita yang dia sudah tebak, akan baik.
Tabib pulang dengan janji esok akan
memerintahkan salah satu tabib bawahannya untuk membawa tonik vitamin yang
dijanjikan untuk Taeyoung.
”Jadi.. kamu sekarang sama sekali tidak
boleh berlatih.. kamu hamil, Taeyoung.. isteriku yang cantik!,” Minho
memeluknya dengan sangat gembira.
”aku.. hamil??,” tanya Taeyoung,
keheranan. Tentu saja, dia
masih muda usia, dan dia tidak tahu pengalaman itu. Dan dia juga belum pernah berurusan dengan saudara
perempuan lainnya di Tsushima soal kehamilan.
”Malam ini.. aku pergi ke tempat Appa dan
Eomma.. aku ingin mereka tahu!,”
Minho langsung keluar rumah lagi dan
menyuruh Han Hye menjaga Taeyoung sebentar.
Dia melarikan kudanya dengan cepat dan
kembali dengan kereta kuda.
Wajah Tuan dan Nyonya Daewoo begitu senang
dengan berita itu. Minho jadi tambah bahagia walau esok dia harus pergi untuk
bertugas.
”cepat sekali... dan membahagiakan kami,”
ujar ibunya Minho.
Taeyoung harus bersikap bahagia pula
dengan berita dirinya. Dia menunduk hormat kepada kedua orangtua Minho dan
bersikap sopan.
”aku mohon dibantu, ayah.. ibu.. sebab ini yang pertama kali untukku,”
Ibunya Minho meminta Taeyoung bersikap
biasa saja pada mereka. Namun, hal ini tidak bisa lama. Mereka akan segera
kembali ke Namyang, melakukan tugas kerajaan.
”Jika Sadamori sama sudah tahu juga, dia
akan sangat bahagia... lekas tulis surat kepada nya,” kata daewoo.
Taeyoung menunduk hormat, melakukan apa
yang mertuanya katakan. Malam itu, dia menulis surat bahagia untuk kedua
orangtuanya, yang kebetulan akan dititipkan oleh Koichirou, kakak tirinya beda
ibu.
Esoknya, Koichirou begitu senang dengan
berita itu.
”yappari...
kono Mino ga hontou ni sugoi dakara, hahaha! (ini kan karena si Minho
tokcer),” candanya dengan bergaya lelaki jepang, kepada Takako, adiknya.
Dia harus juga pergi hari itu, kembali ke
Jepang, ke Tsushima dengan membawa kabar gembira dan juga surat-surat dari Raja
Joseon bagi shogun Ashikaga. Baginya, kunjungannya itu adalah sebuah kepuasan
dan dia akan di kawal oleh beberapa orang Joseon tepat sampai di Tsushima,
dengan terlebih dulu akan singgah di Cheju, berbicara dengan penguasa/gubernur
wilayah setempat.
”Ki
o tsukete ... genki de ne..(jaga
diri).. ,” katanya pada Takako alias Taeyoung.
Taeyoung menunduk hormat padanya
dalam-dalam. Dia akan begitu kangen dengan semua anggota keluarga di Tsushima.
”Tolong doakan aku selalu..,” katanya pada
kakak tirinya itu.
Koichirou menepuk pundak Taeyoung dengan
keras dan berkata, semua akan baik-baik saja. Dia percaya kalau kerajaan Joseon
dan Minho akan menjaganya.
Minho juga akan menemani nya sampai
Inch’on dan lalu akan langsung menuju Namyang dan ke perbatasan, menuju Jilan
dan Liao Ning.
Taeyoung memeluknya cukup lama.
”berjanji untuk kembali padaku.. demi anak
kita.. aku tidak mau berlama-lama ditinggal kamu, suamiku,”
”aku akan merindukan kamu dan anak kita...
aku akan cepat kembali.. begitu semua urusan selesai... Kerajaan dan kamu.. masih
sangat membutuhkanku,” senyum Minho, membalas pelukan Taeyoung dengan lembut.
”Jaga anak kita ya.. pulang.. aku ingin
kalian tetap sehat,” lanjutnya lagi.
Wajah Taeyoung memang sudah terlihat
berbeda, sedikit lebih dewasa, mungkin karena kehamilan barunya itu.
Dia tersenyum pada Minho, berkata
berkali-kali rasanya tidak ingin ditinggalkan dan Minho harus lekas kembali.
Koichirou dan Minho menaiki kuda yang
berbeda.
”Mata
au ne, Ani san... ki o tsukete!! (semoga kita ketemu lagi, kakak... jaga
diri!),” teriak Taeyoung pada Koichirou.
Koichirou melambaikan tangannya.
”Cepat kembali, Suamiku!!,” teriaknya lagi
pada Minho.
Minho tersenyum, melambaikan tangannya.
”Hiyah!!!,”
Kedua kuda itu pun menuju Inche’on... mengantarkan
Koichirou kembali ke Tsushima... dan membawa Minho ke Liao Ning, melakukan
tugasnya.
Han Hye berdiri disamping Taeyoung,
berusaha menenangkan tuan puterinya itu agar tidak perlu khawatir dengan tugas
baru Minho.
Taeyoung melepas kakak tiri dan suaminya
dengan perasaan harus tegar...
”Minho.. cepat kembali.. karena aku
membutuhkanmu... untuk melindungiku selalu...,” katanya dalam hati.
Bersambung ke part 12....