This is me....

Minggu, Desember 06, 2015

Aku Isteri Jendral Lee! (Part 11: Rasanya.. Tak Ingin Kamu Jauh Dariku, Minho)

Cerita ini cuma imajinasi saja, jangan dimasukkan ke hati.. kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..

Kekagetan tentu saja datang dari keluarga Minho. Daewoo dan isteri mendegar bahwa tadi malam, isteri politik Minho mendadak menceburkan diri ke dalam sungai Hanseong, tentu saja akan menjadi masalah besar jika Takako alias Taeyoung meninggal, bisa-bisa, akan ada keributan antar dua kekuasaan, Joseon dan Shogun Ashikaga. Walau bagi keluarga mereka, ini adalah pernikahan politik, posisi Takako dianggap penting jika dia mendapatkan masalah.

Daewoo langsung menuju rumah dinas Minho. Dari gerbang rumah, para pengawal Minho langsung menunduk hormat, ketika dia datang pagi-pagi mendengar itu.
Minho langsung menunduk hormat melihat ayah dan ibunya datang sampai depan pintu.
”Kenapa bisa??,” kata ayahnya, langsung masuk ruang depan dan duduk.
Minho memutar badannya dan masih menunduk hormat kepada kedua orangtuanya, barulah dia ikut duduk di depan mereka.
Hari itu, dia dan Takako harus menikah ulang. Sebentar lagi, pastinya perwakilan kerajaan akan segera datang membawa mereka berdua. Daewoo malah berdiskusi dengan Minho tentang kemungkinan bisa saja Han berulah ingin menguasai kerajaan mereka.
”Yuan tidak bisa begitu.. begitu juga Han (Ming),” balas Minho pada ayahnya. Selepas resepsi pernikahan ini, dia memang harus bertugas ke perbatasan antara Manchuria dengan Joseon.
”apa.. tenggelamnya isterimu ada hubungannya dengan pergi nya kamu tiga hari ke depan??,” tanya ayahnya. Dia juga sebenarnya gubernur di daerah yang sekarang bernama Pyongyang.
”aku masih tidak tahu, Appa..,” balas Minho dengan suara merendah.
”namun.. aku belum menduga kuat.. karena memang Yang Mulia sendiri menugaskan ku baru saja setelah pulang dari seossima (tsushima).. jadi.. dugaan belum sampai apakah Ming bertindak dibalik ini semua,” lanjutnya.
Daewoo menjadi tidak yakin kalau Ming adalah penyebabnya. Ming sudah bekerjasama dengan Joseon di beberapa hal, termasuk keamanan militer.
”Jadi.. mengapa Yang Mulia Raja memerintahkan ku untuk ke perbatasan??,” Minho jadi heran lagi. Dia memang hanya disuruh berbicara dengan para pengusaha lokal berdarah Joseon di perbatasan Ming/Han, karena mereka merasa tertindas. Namun, dia tidak diperintahkan banyak sampai meneliti dalam-dalam. Pastinya, dia harus lakukan juga penelusuran panjang nanti disana, selepas anak buahnya, Sim Hwang memberikan informasi dasar.
”Beruntung menantuku tidak meninggal.. bisa-bisa.. kita semua dipenggal Shogun Ashikaga itu,” keluh Daewoo.
Minho menunduk hormat pada kedua orangtuanya, meminta maaf atas kecerobohannya tidak menjaga pasangannya.
”Namun.. ada yang aneh, Appa.. Eomma.. rambut Taeyoung beberapa jari, hilang.. seperti terpotong tidak rata..,” kata Minho.
Daewoo dan isterinya lalu mendengarkan penjelasan Minho dari kakak tiri Taeyoung kalau ada ilmu sihir yang jahat dengan mengambil rambut orang yang akan disihir.
”jadi.. Sadamori ssi itu tahu.. kalau ada orang punya ilmu itu??,” tanya Daewoo pada anaknya sendiri.
Minho mengangguk,” itu ilmu sihir tingkat tinggi.. ilbon juga memilikinya..biasanya dikalangan ninja perempuan.. beruntung Sadamori ssi bisa mengatasinya..,”
Daewoo jadi bergumam. Antara Joseon dan Ashikaga memang belum lama bekerjasama untuk masalah perompak dari Jepang yang sangat meresahkan kedua wilayah ini. Bagaimanapun, keduanya diuntungkan jika para perompak itu habis.
Matahari semakin menunjukkan dirinya. Minho lalu melihat rombongan banyak perempuan dan lelaki dari istana.
”tampaknya para pembantu Yang Mulia sudah datang, ayah.. ,” katanya.
Daewoo berdiri, mempersilahkan Minho masuk kamarnya, untuk bersiap-siap mengikuti para pembantu itu.
Para pengawal dan pembantu kerajaan menghormat kepada Daewoo dan isterinya. Kedua orangtua itu membalas dan memang benar, mereka datang untuk menjemput anggota keluarga Lee.
                                                .....................................
Minho yang sudah masuk kamar tidurnya melihat Taeyong yang baru saja bangun. Dia tersenyum pada pasangannya itu. Takako alias Taeyoung kaget, kenapa dia bisa bersama Minho, bukankah seharusnya tidak boleh?
Minho duduk disampingnya yang bersandar di bantal kayu. Dia lalu memegang rambut Taeyoung.
“ini sebabnya..kenapa kamu sama sekali tidak menyadarinya,”
”rambutku.. beneran terpotong??,” tanya Taeyoung, heran. Mungkin hampir 10 cm terpotong.
Perempuan jepang, terutama dari kalangan bangsawan memang memelihara rambut sampai panjang sekali dan terawat sebagai bagian dari kecantikan. Mereka tidak akan berani memotong rambutnya walau 1 cm pun tanpa ijin suaminya.
Minho heran, bukankah sebenarnya Han Hye, pembantunya, bercerita kalau rambut isterinya itu pernah terpotong... namun, kenapa justru Taeyoung tidak ingat??
”benar kamu tidak ingat??,”
Taeyoung mengangguk,”hai (ya).. aku benar-benar tidak ingat,”
”Tinggi juga ilmu sihir orang itu,” gumam hatinya Minho, mengingat lagi peristiwa tadi malam, dia kesulitan melawan para kunang-kunang dengan rambut yang tipis bak senjata, menyerangnya demi menyelamatkan Taeyoung alias Takako.
Minho senyum, membelai pipi isterinya itu.
”berarti, mulai hari ini.. kedudukanmu diperhitungkan beberapa orang diluar sana.. geuttae...juui haejusibsio (jadi.. tolong berhati-hati)”, katanya dengan lembut.
ee... yakusoku da... ah... gwaenchanh-a... naega yagsog (baiklah..aku berjanji),” jawab Taeyong dengan dua bahasa. Wajahnya masih agak pucat karena tenggelam disungai Hanseong.
Minho tahu, isterinya yang seorang puteri Daimyoo (gubernur wilayah jepang kala itu) sekaligus juga seorang kunoichi (ninja perempuan) walau masih muda,namun semestinya waspada.

”aku memang ingat..aku bertarung dengan tiga orang lelaki dan Han Hye membantuku.. ,”
”apa kamu sadar... rambutmu diambil mereka?? Dan ingat..siapa mereka??,” tanya Minho, penasaran.
Taeyoung menggeleng. Minho berpikir, berarti, sedari awal, tanpa isterinya itu sadari, sebenarnya sudah mulai dipengaruhi ketika rambutnya terpotong.
Namun,”ah..sudahlah... para pengawal dan pembantu kerajaan sudah menunggu kita.. kita tidak boleh membuat Yang Mulia Raja menunggu”.
Dia membantu Taeyoung bangun dan memakai baju hariannya.
Minho sempat memegang lembut rambutnya dan menciumnya.
”sayang sekali..seharusnya rambut ini tidak terpotong... kamu sama sekali tidak pantas dengan rambut yang agak pendek,”
”aku akan kirim surat ke ayahku... tentang ini,” kata Taeyoung.
hajiman (jangan)... tidak perlu kedua orangtuamu tahu.. karena, kakak mu pun sudah tahu... dan lebih baik tidak diberi tahu.. aku rasa.. kita belum bisa mengambil kesimpulan, apakah memang orang yang akan mencelakaimu itu.. orang dalam kerjaan atau ...,”
Minho tidak melanjutkan ceritanya..dia ragu..
”atau.. kenapa??,” tanya Taeyoung, dengan wajah heran, memperhatikan wajah Minho yang berfikir.
Mendadak Minho teringat pada Hee Kyung. Yang dia khawatirkan, kemungkinan saja Hee Kyung menyewa tukang tenung untuk membunuh Taeyoung??
”ah.. enggak apa-apa, hehe,” Minho malah bercanda padanya, menaruh telapak tangannya di muka Taeyoung.
”aduh.. Minho jahat!,” teriak Taeyoung, manja.
Mereka keluar ruangan dan dibantu oleh para pengawal menuju kerajaan.
Sepanjang perjalanan, Minho berfikir lagi: siapa yang menjahati isteri politiknya ini??
                                                ..............................
Suasana salah satu istana kecil kerajaan saat itu ramai, meriah. Minho dan Taeyoung sebagai pengantin membutuhkan waktu dua jam lebih untuk berdandan ganteng dan cantik. Taeyoung begitu terpesonanya dengan kecantikan beberapa dayang perias kerajaan Joseon. Dia berbasa-basi meminta resep kecantikan kepada mereka sambil dirias.
”kalau begitu.. aku akan meminta Minho membelikan ginseng itu untuk dioleskan di wajahku.. Minho pasti suka,” katanya dengan wajah ceria, sambil diberikan semacam bedak dari bubuk mutiara.
”ah.. maaf Tuan Puteri Taeyoung... tidak baik di sini mengucapkan nama suami dengan nama kecilnya,” senyum sang dayang perias, berusaha menasehati.
”ah.. aku tahu itu... Minho biasa saja denganku.. sama sekali tidak mempermasalahkan itu...,” balasnya.
”oh.. kamu tahu Geum Hee Kyung??,” tanya dia pada perias.
Perias itu mengangguk. Ternyata, Geum Hee Kyung termasuk anak bangsawan yang dihormati di kalangan istana, walau tidak tinggal di dalam komplek istana.
Taeyoung jadi membayangkan, tentunya memang Minho dan Hee Kyung itu dulunya adalah pasangan yang serasi dan bahagia.
Ada rasa cemburu dalam dadanya. Minho memang mengatakan, kalau dia akan berusaha menjaganya dengan baik, bahkan dia rela melepas perempuan itu demi menikah dengannya.... namun.. apakah nanti.. dia akan melihat Hee Kyung lagi??

”Tuan puteri kenapa??,” tanya perias itu.
Taeyoung termenung, lantas, dia sadar dari lamunannya.
”apa.. memang Geum Hee Kyung itu juga perempuan yang manis??,” mendadak ia bertanya itu.
Perias itu mengiyakan, menceritakan dikalangan para wanita kegubernuran, Hee Kyung memang termasuk banyak yang dilihat para lelaki bangsawan. Sepertinya, perias ini tidak mengetahui hubungan sebelumnya antara Minho dengan perempuan itu.
”ah.. aku hanya bertanya,” ujar Taeyoung, mengalihkan pembicaraan sang perias.
Perias itu akhirnya diam dan melanjutkan pekerjaannya. Taeyoung harus menahan hatinya dihari bahagia yang kedua kalinya. Dia khawatir, jika bertanya banyak tentang perempuan itu, justru akan menimbulkan pertanyaan besar bagi sang perias, atau juga bagi Minho. Dia harus memegang teguh kata-katanya sendiri, bersabar, kalau Minho pasti sudah bisa melupakan perempuan itu dan hanya dia sebagai ganti dihatinya.
”aku harus percaya dan yakin... Minho hanya akan mencintaiku...”.
                                                ........................................
Chichiue.. hahaue... (ayah, ibu)... hari ini aku akan menikah ulang dengan Minho,” ujar Takako yang sudah berganti nama menjadi Taeyoung, yang langsung diberikan oleh sang Raja sendiri.
Dia begitu anggun, memakai baju pengantin kebesaran kerajaan Joseon, tidak hanya sekedar memakai Jeogori yang indah, oegoreum, chima dan segala keindahan yang sengaja ditonjolkan dalam kebesaran busana pengantin dan riasan wajahnya itu. Hari itu, perasaannya sungguh bercampur aduk, antara sedih karena dia hanya diwakili oleh kakak tirinya, Koichirou Sadamori, tidak dengan kedua orangtuanya, padahal dalam setiap adat, kehadiran orangtua sangat diharapkan sekali.
Pikirannya tertuju pada, bagaimana dia akan berusaha menjadi seorang perwakilan Shogun Ashikaga yang harus terlihat pintar, anggun dan bisa membawa diri. Dia harus meyakinkan pihak shogun bahwa dia bisa menjadi seorang diplomat sekaligus isteri yang baik, jikalau ada hal yang berhubungan dengan keshogunan, yang sudah pasti akan melibatkan dirinya. Satu hal, masalah keamanan kedua wilayah soal perompak sudah selesai, namun bukan berarti semua sudah selesai. Dia sedang berfikir, apa yang sebenarnya akan terjadi.
Disatu sisi, sebagai seorang perempuan yang terbilang sangat muda untuk menikah dengan pria dari kerajaan lain, Takako alias Taeyoung menganggap dirinya cukup bersyukur telah mendapatkan penghormatan dari Minho, keluarganya dan bahkan dari Raja Joseon sendiri.

Minho dari ujung pintu besar ruang pertemuan kerajaan tersenyum dengan memakai gaun pernikahan yang sangat gagah. Didampingi oleh kedua orangtuanya. Raja Joseon menjadi perwakilan dari pihak Taeyoung bersama dengan kakak tirinya. Kalau sudah begitu, berarti dirinya adalah bagian dari Joseon, dan jika ada suatu hal apapun yang terjadi yang memerintahkan untuk mengorbankan nyawanya, maka dia harus rela berkorban demi Joseon.
Mereka saling menghampiri lalu Minho memberikan sesuatu, sepasang angsa yang sangat lucu dan bagus bentuknya, sebagai tanda kesetiaan akan selalu ada disaat Taeyoung membutuhkannya dan akan selalu melindunginya.
Rasa hati bahagia Taeyoung tidak bisa dikatakan dengan apapun hari itu. Wajahnya terlalu bersemu ketika Minho membuka penutup kain pada wajahnya. Dia tertawa kecil bahagia ketika mereka minum bersama sebagai tanda kesetiaan dan kebersamaan. Semua proses dilalui satu persatu tanpa terlewati.

Namun disana... seorang perempuan bernama Geum Hee Kyung terlihat menangis, kecewa.. bahwa Minho yang telah berjanji untuk bersamanya, dengan mudahnya memutus janji itu demi seorang perempuan diplomatik pilihan sang Raja. Tiada yang bisa menolak. Minho sendiri memang tidak mengerti, kenapa dialah yang terpilih, bukan temannya, jendral muda Park. Mungkin Raja memiliki sebuah pertimbangan khusus hubungannya dengan ayahnya, yang ternyata masih ada ikatan darah. Sudah pasti, jika ada sebuah hal yang mengancam jiwa keluarga dan Taeyoung, maka Raja dapat dengan mudah menyusun rencana baru dan berharap bisa menyelamatkan mereka. Hal itu sepertinya sebuah taktik biasa, tidak ada yang aneh.
Pejabat Geum menghadiri acara tersebut. Raja begitu menghormati Koichirou sebagai perwakilan Shogun. Geum memandang Koichirou dengan tatapan yang mencuri namun tajam, tanpa disadari oleh lelaki anak daimyoo itu.
Sebelumnya, tatapan Geum beberapa waktu lalu pada Minho sewaktu mereka bertemu di lorong kerajaan sehabis pertemuan, bersama juga dengan Taeyoung yang baru datang dari Tsushima, dengan cara yang sama... sebuah tatapan ketidak puasan, dikhianati. Entah akan ada apalagi dibalik tatapan itu.

Ketika Raja mengumumkan hasil pembicaraannya dengan utusan Daimyoo Tsushima sekaligus Shogun Ashikaga itu.. semua sangat menghormati keputusan beliau, walau sambil bersenda gurau karena memang bukan sedang moment nya membicarakan hal yang serius berkenaan dengan hubungan kedua wilayah kuat. Namun Raja sedikit memberi pengetahuan kalau nanti kerjasama maritim tetap dikuatkan mengingat masih banyak masalah di soal perompak, baik itu yang datangnya dari ilbon (jepang) itu sendiri yang sangat ganas dan tidak ampun untuk membunuh semua awak kapal tanpa tersisa, atau datangnya dari bangsa joseon sendiri atau bangsa Ming. Termasuk, mereka akan menyelesaikan kasus dengan Ming soal perompak bajak laut yang dipimpin seorang perempuan bernama Zhang Yue itu. Raja berpikir, akan ada satu pertemuan membahas selepas dia menyuruh Minho melakukan pertemuan rahasia di perbatasan Joseon dan Manchuria.
Kerajaan yang semakin besar dan ternama, tentunya semakin mendapatkan banyak tantangan dari dalam dan luar. Tidak ada yang tidak mungkin dalam situasi apapun, termasuk dalam penguasaan wilayah. Sebagai yang sudah hampir satu abad lamanya berjaya, pastilah masih ada saja bangsa yang mengincar mereka. Itu sepertinya sudah sebuah hukum wilayah, bahwa wilayah yang terlihat makmur seperti gula yang membuat para semut datang.

Selama perayaan itu, Geum tidak beranjak dari tempat duduknya karena Raja juga ingin berbicara sembari makan-makan bersama. Sungguh, Geum melihat Takako Sadamori dengan tatapan mata yang menyelidik. Bagaimanapun, perempuan Tsushima itu yang sudah merebut Minho dari tangan anaknya.
Pikiran Geum melayang pada pejabat Ma yang tadi malam berbicara padanya soal kepentingannya di wilayah Kwangju. Sebuah pertemuan mereka adakan diam-diam tanpa sepengetahuan Raja.
Di dalam istana sedang tidak ada pertentangan baik politik dalam negeri maupun luar negeri, terutama yang berkaitan dengan Ilbon. Jadi, bisa saja ilbon dan joseon dalam keadaan stabil untuk tetap saling bekerja sama.

”SEMUA.. BERSULANG!!,” teriak Sang Raja kepada pejabat yang hadir di acara perayaan makan bersama itu.
Suara sangat riuh sekali menanggapi sulang Sang Raja.
”DEMI KEJAYAAN JOSEON!!!,” teriak para pejabat menanggapi Sang Raja.
Tentu saja Takako alias Taeyoung mengikuti kebiasaan mereka. Dia mempelajari sedikit demi sedikit agar tetap menjadi seorang bangsawan wanita ilbon yang diperhitungkan.
”terima kasih,” kata Daewoo, ayah Minho, ketika dituangkan minuman olehnya.
Mereka semua berpesta, makan dan minum sampai puas. Hari itu memang disengajakan oleh Sang Raja sebagai hari perayaan besar untuk hubungan kedua kerajaan besar.
Klan Sadamori yang diwakili oleh Koichirou menghaturkan ribuan terima kasih tak terhingga kepada Joseon sebagai penghargaan mereka, penjagaan mereka atas Takako Sadamori.
Selanjutnya, Koichirou dan Raja Joseon pun selesai acara, langsung mengadakan pertemuan, karena disana juga sudah hadir penguasa wilayah Cheju (Jeju) yang secara administratif kelautan lebih dekat dengan Tsushima selain juga wilayah Kimhae (Busan).
                                    ................................................................
Sore saja perayaan selesai, Minho langsung kembali ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari kompleks kerajaan. Raja menambahkan beberapa pelayan perempuan di rumahnya untuk sementara membantu mereka.
Sadamori mengirimkan surat untuk dibaca oleh Takako.
”apa.. kamu ingin pergi lagi ke ruang pertemuan istana, bersama dengan kakak ku dan Yang Mulia Raja??,” tanya Taeyoung padanya.
Minho senyum dan menggeleng. Kemungkinan pertemuan antara dia, jendral Kwon dan Raja baru akan dimulai besok.
Dia menunjukkan sepucuk surat dari ayahnya kepada Minho. Minho tidak mempermasalahkan, apakah dia perlu tahu atau tidak isi surat itu. Namun Taeyoung berinisiatif sendiri, Minho mesti tahu apa isi surat itu.
”sepertinya ayah dan ibuku yang mengirimkan.. ini ada dua,” katanya pada Minho.
Lalu, dia membuka dari ayahnya. Menurutnya, isi surat ini penting juga diketahui Minho.
”Anakku Takako... bagaimana kehidupan mu disana? Semoga Panglima Lee menjagamu dengan sangat baik. Berterima kasihlah kepada Raja Josen dan suamimu yang sudah memberikanmu kesempatan baik tinggal di wilayah mereka”
”Maafkan jika ayah dan ibu tidak dapat menghadiri perayaan pernikahan kalian, Koichirou sudah mewakilinya. Kami disini semua baik, hanya saja, ketegangan sedang terjadi karena pihak ke shogunan selalu mendapatkan gangguan, dan muncul lagi pemberontakan baru di wilayah Kanto. Shogun Ashikaga kemungkinan dalam bahaya perseteruan dan adanya para pemberontak yang sudah mulai mempengaruhi beberapa wilayah Kanto, membuat ayah khawatir disini.”
Taeyoung berhenti sejenak.
”Shogun selalu mendapatkan pertentangan,” katanya pada Minho.
Minho meminta meneruskannya membaca.
”dalam situasi politik shogun seperti ini, tetaplah berbakti kepada kerajaan dan keluarga mu sekarang ini, Takako. Ayah berpesan, jadilah bagian Joseon yang patuh kepada Raja, beliau pasti banyak memberikan kemurahan kepadamu”.
” Tidak perlu khawatir tentang kami.. Tsushima sekarang sudah berbeda semenjak kita mengadakan perjanjian kerjasama dengan Joseon. Semua jadi senang singgah di pulau ini, Shogun Ashikaga senang sekali dengan kerjasama ini. Tetaplah mengabdi kepada pihak Joseon karena kamu sudah menjadi bagian dari mereka. Jaga diri.”
Taeyoung menutup surat dari ayahnya. Dia malah jadi meminta pendapat Minho, apa yang bisa saja terjadi jika ternyata Kanto terjadi banyak pemberontakan dan membuat Ashikaga bisa saja runtuh dan tergantikan dengan shogun yang baru.
”aku tidak melihatnya seperti itu. Tsushima lebih baik bertahan dengan setia kepada Shogun yang sekarang. Tsushima merupakan tanah merdeka, tidak bisa begitu saja mengikuti para pemberontak. Lagipula, apa jadinya jika mereka tanpa tsushima??”
Tsushima memang sebagai pulau pertahanan, yang lumayan besar juga memberikan pajak kepada shogun. Tanah jepang memang penuh dengan peperangan antar daimyoo untuk bergabung dengan daimyoo lain membentuk shogun atau pemerintahan baru. Mereka akan saling berafiliasi.
”Sudah tidak ada pemberontakan selama sepuluh tahun terakhir.. aku sebenarnya mengkhawatirkan daerah ku karena dibawah kekuasaan besar kyushu,” kata Taeyoung.
Minho menyandarkan wajahnya ke telapak tangannya sambil tiduran disamping tubuh Taeyoung yang duduk bersandar membaca surat.
”semestinya kita tidak dulu membahas politik sehabis suka cita begini.. ternyata, kamu isteri yang tidak bisa santai juga dengan kondisi politik shogun,”
Lalu dia tersenyum manis pada Taeyoung.
Taeyoung memang khawatir. Dia sudah pernah mengalami dirinya dikirim ke Honshu, daratan Kanto, untuk membantu Shogun Ashikaga, walau saat itu umurnya masih terbilang kecil, 12 tahun.
Minho kaget mendengar itu. Dia tidak tahu, kalau memang banyak sekali Samurai atau ninja baik lelaki atau perempuan dididik untuk segera dikirim demi kelanggengan kekuasaan Shogun, bahkan termasuk isterinya sekalipun yang sebenarnya baru berusia 16 tahun ini, namun sudah mempunyai pengalaman lebih dulu darinya soal dikirim untuk berperang.
”Jikalau tidak ada perang, aku pun lebih tidak memilih peperangan,” ujar Minho. Dia lalu memeluk Taeyoung, sambil mendekatkan wajahnya kepada isterinya itu, mencium aroma tubuh Taeyoung yang wangi sekali dengan bunga.

”sebenarnya.. aku lebih menyukai menjadi rakyat biasa..,” kata Taeyoung.
Minho masih memeluknya dari belakang, masih menyandarkan dahinya pada pundak Taeyoung.
”Umm.. kalau menjadi rakyat biasa.. tentu kita tidak bisa bertemu dong?,” katanya dengan suara manja.
Taeyoung malah jadi tertawa kecil pada Minho.
Dia lalu membalikkan badannya, meminta Minho melepaskan pelukannya.
”aku tidak tahu kalau Minho juga seperti anak kecil,”
”eh.. tidak seperti itu.. ,” gerutu Minho.
”jangan bercerita kepada Han Hye atau siapapun tentang kebiasaan burukku,” katanya lagi.
”Kebiasaan buruk.. pipi yang selalu minta dipegang??hihi,” canda balas Taeyoung.
Minho cemberut, tapi malah memeluknya lagi.
”Tugasku semakin berat saja menjadi seorang Jendral.. kamu harus mendukungku.. dan percaya aku bisa melakukan apa yang diperintahkan Yang Mulia Raja,”
Taeyoung sedikit termenung. Pastinya, tugas seorang Jendral Muda tidaklah mudah. Dia membayangkan, jabatan nya Minho akan meningkat, namun meningkat pula beratnya tugas.
”Apa tetap akan ke Liao Ning lusa??,”
Minho mengangguk.
”Sim Hwang kan sudah berada disana.. tidak mungkin aku tidak pergi... Jendral Kwon juga sudah ada beberapa anak mata-matanya disana,”
”Perasaanku merasa tidak enak, Minho,” kata Taeyoung.
Minho melepas pelukannya dan memandangnya dengan senyum.
”tidak perlu merasa khawatir.. sebelum dengan raja, aku sudah sering menjadi pendamping mata-mata kerajaan,”
”dan aku tidak akan memakai pakaian prajurit.. tidak perlu takut.. tidak ada yang tahu kalau aku adalah seorang panglima,” lanjutnya.
”bukanlah kamu sendiri seorang Ninja juga?? Pastinya lebih mengerti tentang hal ini,” senyumnya pada Taeyoung.
Taeyoung berani mendekatkan wajahnya pada Minho, dan meminta ijin menciumnya.
”aku meniru Ratu,” senyumnya pada Minho.
Dia lalu berdiri dan membuka lemari. Dilihat Minho dari beberapa jarak, ada sebuah kotak yang sengaja ternyata disimpan oleh Taeyoung. Kotak itu sengaja dia bawa dari Tsushima. Dia lalu menunjukkannya pada Minho.

”apa itu??,” tanya Minho, penasaran.
Taeyoung membukanya, ternyata sebuah guci kecil.
”anti racun,” jawab Taeyoung,” berasal dari Tsushima.. keluarga kami meraciknya”.
“Untuk apa??,” Minho sangat heran.
”bawa saja,” Taeyoung menggenggam tangan Minho dan menyerahkan botol kecil itu kepadanya.
”aku pernah memerintahkan bawahanku untuk menjadi seorang ninja, namun lamanya tidak pernah selama dengan kamu pergi, suamiku,”
”ini anti racun yang sangat ampuh.. kita tidak tahu apa yang akan terjadi.. bawa saja,”
Minho mencoba membukanya, dilihatnya, ternyata pil-pil yang justru dilapisi emas.
”pil berlapis emas??,” Minho heran.
Taeyoung mengangguk,” bahkan dibuatnya saja, direndam dengan es dari gunung fuji.. seorang bhiksu yang membuatnya.. beliau seorang ahli anti racun”.
”oh,” balas Minho, singkat. Dia memang masih tidak mengerti, kenapa isterinya memberikan pil itu padanya, namun dia berterima kasih atas perhatian Taeyoung.
”kembali padaku dengan selamat.. aku pasti selalu rindu kamu, suamiku..,” senyum Taeyoung.
Minho tersenyum padanya, mengibas rambut yang ada di leher Taeyoung, lalu menciumnya.
”aku justru yang khawatir tentang mu.. belum lama berada di tanah Joseon, namun peristiwa kemarin cukup mengagetkanku,”
Dan Minho berpikir.. entah peristiwa apa lagi yang akan menimpa mereka. Taeyoung memang mengaku dan akhirnya bercerita tentang awalnya dia bertarung dengan tiga orang lelaki, beberapa hari sebelum kejadian di malam itu.
Minho mengaku tidak pernah mengenal tiga lelaki yang ciri-cirinya diceritakan Taeyoung. Boleh jadi, mereka adalah suruhan seseorang.
                                    ........................................
Lusa, Minho tetap bekerja, mengadakan pertemuan sampai siang dengan Raja, Bagian administrasi pertahanan kerajaan, pencatat kerajaan dan Jendral Kwon. Siangnya, dia menuju barak kerajaan lalu memantau latihan yang dilakukan para prajurit di bawah komandonya.   
Taeyoung di dalam rumah Minho yang diberikan kerajaan untuknya, semangat belajar memasak masakan Joseon pada Han Hye yang sudah mengetahui selera Minho. Dia sibuk membantu perempuan itu di dapur.
”daging sapi nya harus yang lembut dimasak dengan air jeruk ini.. Jendral Lee suka sekali dengan daging sapi bagian ini,” kata Han Hye, menunjukkan bagian daging sapi yang disukai Minho.
”kalau ditambah dengan soyu (semacam kecap kedelai fermentasi), pasti enak sekali,” ujar Taeyoung, sambil melihat Han Hye menghancurkan daging dengan pukulan kayu.
”apa itu masakan Tsushima??,” tanya Han Hye.
Taeyoung mengangguk. Dia juga menuangkan sedikit sejenis arak beras pada kuali berisi daging sapi itu.
”Harum sekali, Nyonya,” kata Han Hye.
”Minho pasti suka,” kata Taeyoung dengan penuh semangat.
Mereka mencium aroma wangi masakan itu dan tertawa-tawa.

Sore nya, Minho kembali pulang dari tugasnya. Dia senang tugasnya selesai dan pulang dengan wajah ceria ketika menemukan di meja makan banyak sekali hidangan yang dia pikir, cocoknya untuk sebuah perayaan.
”aku membuatnya,” ujar Taeyoung dengan bersemangat.
Han Hye menunduk hormat pada Minho.
”Nyonya yang membuatnya, aku hanya membantu,”
Biasanya memang dia hanya ingin dibuatkan masakan sederhana saja. Kebiasaannya makan biasa tanpa banyak meminta ini itu termasuk membuat nyaman para pembantu dirumahnya.
Taeyoung duduk disampingnya dan menuangkan sejenis arak.
”aku seperti seorang raja, hehe,” canda Minho pada Taeyoung.
”aku menukar uang dari ayahku.. jadi, aku belikan daging sapi dan arak,” ujar Taeyoung, sambil menuangkan minuman ke gelas yang dipegang Minho.
”Koichirou-sama pulang esok hari.. mungkin juga aku besok akan menemani sampai pelabuhan,” kata Minho.
Kakaknya menginap di salah satu ruangan tamu kerajaan, terpisah jauh dari mereka.
Mereka terus makan bersama sambil minum. Besok, Minho bersiap untuk berangkat.
”mulai sekarang.. aku bisa masak masakan kesukaanmu, Minho suamiku,” senyum Taeyoung.
Minho tersenyum, dengan cueknya, lalu dia mencium Taeyoung. Han Hye yang berdiri memperhatikan mereka makan, memalingkan wajahnya.
”Aku menghargai sekali.. terima kasih.. chu”.
Taeyoung menjadi sangat manis pada Minho. Dia belajar dari ibunya dahulu, bagaimana menjadi isteri yang baik. Walau sikapnya masih slebor, mungkin karena dia terbiasa lebih menjadi ninja wanita daripada seorang anak petinggi keshogunan.
                                                .............................................
Taeyoung membantu menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan Minho untuk persiapan esok. Sederhana saja, hanya beberapa baju, cap kerajaan, uang emas dan koin perak, serta kuda yang bagus dan pedang yang biasa dia gunakan.
Dia membuka sarung pedang yang biasa dimiliki Minho.
”sreeet,” suara pedang keluar dari sarungnya yang berbentuk ornamen naga.
Dia memperhatikan lagi pedang itu. Sementara Minho sedang berganti baju.
”darimana mendapatkan gagang pedang naga ini?? Indah sekali, Suamiku...,”
Dia tahu tentang artistik pedang. Dilihatnya setiap sentimeter ukiran gagang itu.
Minho keluar dari ruang ganti, lalu duduk di depannya.
”dari seorang Jendral,” senyumnya.
Dia tidak mungkin menceritakan masa lalunya, bahwa pedang itu sebenarnya dari seorang Jendral yang turut berjasa menaikkan karirnya, tetapi dengan terpaksa dibunuh juga, beserta keluarganya. Dari Jendral Ryong... yang anaknya adalah kekasih pertama Minho.
”wah... sugee (keren sekali)!,” Taeyoung menaikkan pedang itu sehingga ujung pedang terpapar sinar lampu rumah.
”aku saja tidak begini pedangnya.. ini pedang yang kuat,” katanya lagi.
Minho senyum. Melihat senyum Taeyoung yang begitu ceria dan semangatnya melihat pedang itu, dia tidak ingin teringat masa lalu.
Lalu... Taeyoung pun bercanda padanya. Dia berdiri, lalu menodongkan ujung pedang ke leher Minho.
”dan.. Hai Jendral Lee Minho.. bagaimana bisa kamu mendapatkan pedang seindah ini... aku, Takako Sadamori.. ingin sekali bertarung denganmu!”.
Minho senyum, dia tahu Taeyoung bercanda padanya. Lalu dengan lembut dia mengenggam tangan isterinya itu yang sedang menggenggam pedangnya.
”terlalu lembut untuk mengancamku... lebih baik jadi isteriku saja,” senyum Minho padanya, lalu menciumnya.
Taeyoung malah tertawa terkekeh-kekeh dengan tingkah Minho.
Lalu dia berjingkat memeluk Minho sampai dia repot sendiri dengan hanbok besar dan lebar yang masih dipakainya, belum berganti baju tidur.
”Minho.. kamu tinggi sekali.. aku kesulitan memelukmu!,” katanya manja.
”Tidak akan jadi pelukan terakhir.. aku akan segera pulang.. tentu saja.. aku bakalan kangen kamu.. ,” senyum Minho, dia menundukkan badannya, agar Taeyoung mudah memeluknya.
Tapi Minho malah lalu mengangkatnya dan membopongnya ke atas tempat tidur. Taeyoung malah jadi tertawa-tawa padanya, pedang Minho tergeletak begitu saja dilantai.

Minho masih memeluknya diatas tempat tidur. Menempelkan pipinya dengan pipi Taeyoung.
”esok.. tidak boleh sedih kalau ku tinggal sekitar dua atau tiga minggu... tidak akan lama.. aku pastikan Han Hye dan beberapa pengawal harus menjaga mu.. aku tidak ingin ada lagi kejadian seperti kemarin,” katanya sambil mengelus pipi Taeyoung.
Taeyoung tersenyum.
”rasanya.. dari tiga hari kemarin, sebelum kita merayakan hal ini.. aku jadi malas sekali melakukan apapun,” ujarnya, dia mengangkat kepalanya dan meminta tangan Minho menjadi bantal kepalanya.
Minho sigap menggenggam pergelangan tangan isterinya.
”denyut nadimu.. berbeda,” katanya dengan suara tegas.
”lekas panggil tabib saja!,” dia langsung bangun dan memakai pakaiannya. Berlari ke depan rumah, untuk ke samping, memanggil Han Hye.
Taeyoung memakai baju tidurnya dan berteriak pada Minho, kenapa terburu-buru sekali.
Han Hye menuruti apa perintah Minho, dia langsung melarikan kudanya mencari tabib.

atashi wa daijyoubu desu.. naze uisa ga yobimasu ka??... ima wa hontou ni konya desu yo (tidak perlu memanggil tabib/dokter .. ini sudah malam.. aku baik-baik saja),” katanya pada Minho, dia duduk di ruang depan dan cemberut mendadak.
Minho malah senyum padanya.
”nadi mu berbeda.. mungkin kita punya kabar baru,”
”apa kamu pusing sekali??,” katanya lagi.
sukoshi dake desu.. demo daijyoubu (sedikit, tapi enggak apa),” balas Taeyoung dengan bahasa jepang, dia sedikit kesal dengan Minho.
Minho senyum saja. Tetap menggenggam nadi isterinya itu.
Tak berapa lama, seorang tabib perempuan datang.
Minho langsung menunduk hormat padanya ketika tabib itu sampai di depan pintu rumahnya menuju ruang depan.
”maaf merepotkan.. sepertinya.. isteri ku mengalami masalah kesehatan,” katanya dengan sangat sopan pada tabib perempuan itu.
Tabib itu tersenyum dan mempersilahkan Taeyoung masuk ke kamarnya untuk diperiksa.
Minho mengikuti saja dan dia duduk di kursi dekat tempat tidur.
Tabib lalu bertanya beberapa hal tentang nafsu makannya Taeyoung.
”tidak ada.. namun memang hari ini.. aku sebenarnya tidak suka minum arak.. tadi.. aku menolak saja suamiku minum.. dan.. sepertinya daging sapi itu, walau enak.. agak sedikit bau untukku.. tenggorokanku tidak enak menelannya,” jawab Taeyoung.
Tabib senyum saja dan meletakkan kembali tangan Taeyoung di atas tempat tidur.

”Tuan Lee sungguh beruntung.. Nyonya Lee.. sedang hamil yang sangat muda..,” kata Tabib, berdiri menunduk hormat pada Minho.
Minho langsung bangun dari duduknya, wajahnya ceria sekali, bahagia.
”Benarkah??? Jadi.. yang tadi nadinya berbeda.. itu .. karena isteriku sedang hamil???,”
Tabib mengangguk membenarkan.
”Nyonya Lee harus istirahat yang cukup, makan yang menyehatkan.. dan minum ramuan yang akan saya berikan esok supaya tubuhnya kuat, Tuan.. ”
”selamat sekali lagi...,” senyum sang tabib.
Minho malah sangat senang sekali. Dia menunduk hormat berkali-kali pada tabib wanita itu dan berterima kasih dia mau datang, memberitahukan kabar berita yang dia sudah tebak, akan baik.
Tabib pulang dengan janji esok akan memerintahkan salah satu tabib bawahannya untuk membawa tonik vitamin yang dijanjikan untuk Taeyoung.

”Jadi.. kamu sekarang sama sekali tidak boleh berlatih.. kamu hamil, Taeyoung.. isteriku yang cantik!,” Minho memeluknya dengan sangat gembira.
”aku.. hamil??,” tanya Taeyoung, keheranan. Tentu saja, dia masih muda usia, dan dia tidak tahu pengalaman itu. Dan dia juga belum pernah berurusan dengan saudara perempuan lainnya di Tsushima soal kehamilan.
”Malam ini.. aku pergi ke tempat Appa dan Eomma.. aku ingin mereka tahu!,”
Minho langsung keluar rumah lagi dan menyuruh Han Hye menjaga Taeyoung sebentar.
Dia melarikan kudanya dengan cepat dan kembali dengan kereta kuda.

Wajah Tuan dan Nyonya Daewoo begitu senang dengan berita itu. Minho jadi tambah bahagia walau esok dia harus pergi untuk bertugas.
”cepat sekali... dan membahagiakan kami,” ujar ibunya Minho.
Taeyoung harus bersikap bahagia pula dengan berita dirinya. Dia menunduk hormat kepada kedua orangtua Minho dan bersikap sopan.
”aku mohon dibantu, ayah.. ibu.. sebab ini yang pertama kali untukku,”
Ibunya Minho meminta Taeyoung bersikap biasa saja pada mereka. Namun, hal ini tidak bisa lama. Mereka akan segera kembali ke Namyang, melakukan tugas kerajaan.
”Jika Sadamori sama sudah tahu juga, dia akan sangat bahagia... lekas tulis surat kepada nya,” kata daewoo.
Taeyoung menunduk hormat, melakukan apa yang mertuanya katakan. Malam itu, dia menulis surat bahagia untuk kedua orangtuanya, yang kebetulan akan dititipkan oleh Koichirou, kakak tirinya beda ibu.

Esoknya, Koichirou begitu senang dengan berita itu.
yappari... kono Mino ga hontou ni sugoi dakara, hahaha! (ini kan karena si Minho tokcer),” candanya dengan bergaya lelaki jepang, kepada Takako, adiknya.
Dia harus juga pergi hari itu, kembali ke Jepang, ke Tsushima dengan membawa kabar gembira dan juga surat-surat dari Raja Joseon bagi shogun Ashikaga. Baginya, kunjungannya itu adalah sebuah kepuasan dan dia akan di kawal oleh beberapa orang Joseon tepat sampai di Tsushima, dengan terlebih dulu akan singgah di Cheju, berbicara dengan penguasa/gubernur wilayah setempat.
Ki o tsukete ... genki de ne..(jaga diri).. ,” katanya pada Takako alias Taeyoung.
Taeyoung menunduk hormat padanya dalam-dalam. Dia akan begitu kangen dengan semua anggota keluarga di Tsushima.
”Tolong doakan aku selalu..,” katanya pada kakak tirinya itu.
Koichirou menepuk pundak Taeyoung dengan keras dan berkata, semua akan baik-baik saja. Dia percaya kalau kerajaan Joseon dan Minho akan menjaganya.

Minho juga akan menemani nya sampai Inch’on dan lalu akan langsung menuju Namyang dan ke perbatasan, menuju Jilan dan Liao Ning.
Taeyoung memeluknya cukup lama.
”berjanji untuk kembali padaku.. demi anak kita.. aku tidak mau berlama-lama ditinggal kamu, suamiku,”
”aku akan merindukan kamu dan anak kita... aku akan cepat kembali.. begitu semua urusan selesai... Kerajaan dan kamu.. masih sangat membutuhkanku,” senyum Minho, membalas pelukan Taeyoung dengan lembut.
”Jaga anak kita ya.. pulang.. aku ingin kalian tetap sehat,” lanjutnya lagi.
Wajah Taeyoung memang sudah terlihat berbeda, sedikit lebih dewasa, mungkin karena kehamilan barunya itu.
Dia tersenyum pada Minho, berkata berkali-kali rasanya tidak ingin ditinggalkan dan Minho harus lekas kembali.
Koichirou dan Minho menaiki kuda yang berbeda.
Mata au ne, Ani san... ki o tsukete!! (semoga kita ketemu lagi, kakak... jaga diri!),” teriak Taeyoung pada Koichirou.
Koichirou melambaikan tangannya.
”Cepat kembali, Suamiku!!,” teriaknya lagi pada Minho.
Minho tersenyum, melambaikan tangannya.
”Hiyah!!!,”
Kedua kuda itu pun menuju Inche’on... mengantarkan Koichirou kembali ke Tsushima... dan membawa Minho ke Liao Ning, melakukan tugasnya.
Han Hye berdiri disamping Taeyoung, berusaha menenangkan tuan puterinya itu agar tidak perlu khawatir dengan tugas baru Minho.
Taeyoung melepas kakak tiri dan suaminya dengan perasaan harus tegar...
”Minho.. cepat kembali.. karena aku membutuhkanmu... untuk melindungiku selalu...,” katanya dalam hati.


Bersambung ke part 12....