Cerita ini hanya fiksi imajinasi belaka. Gak usah dipikirin kenapa begini,
kenapa begitu.. Cuma keisengan diri saja yang ingin mengimajinasikan bebeb Lee
Minho. Adapun jika ada nama dan tempat
yang kebetulan sama, itu gak sengaja, hehehe. Kalau masih serius juga.. tanggung sendiri deh..
Akhirnya, Taeyoung pagi itu bercerita juga
pada Han Hye, apa yang dirasakannya tadi malam tentang Minho. Han Hye jadi ikut
berfikir.
”semoga Jendral baik-baik saja, Nyonya,”
kata Han Hye.
”seberapa dekat keluarga mertuaku dengan
Yang Mulia Raja.. sehingga mempercayakan tugas ini padanya?,” tanya Taeyoung
pada pembantu Minho yang setia itu.
”Ayah dari Jendral Lee.. adalah salah satu
paman dari Yang Mulia Raja,” senyum Han Hye.
”oh..,” balas Taeyoung, singkat. Memang
tidak heran, Raja akhirnya lebih memilih Minho berhadapan dengan seorang
pejabat Ming jika memungkinkan, dibandingkan dengan Jendral muda lain yang
diutus.
Tidak ada pekerjaan lain yang akan
dilakukan Taeyoung. Dia juga belum mendapatkan panggilan dari Raja atau Ratu.
”semoga Jendral mengirimkanku surat lagi,”
lanjutnya lagi.
Seharian itu, kerajaan Joseon tidak
memanggilnya. Jadi, dia hanya
belajar beberapa hal tentang Joseon dari Han Hye.
..............................
Sadamori menerima sepucuk surat dari
seseorang yang memang dimintai tolong Taeyoung alias Takako. Seorang Samurai
lalu menyampaikannya kepada Sadamori. Sadamori memerintahkan salahsatu dari
anak lelakinya untuk membaca dengan tenang, bersama dengan mereka, duduk
diruang pertemuan, sampai selesai.
”Dalam perjanjian, kita sudah sepakat
memang kondisi kedua wilayah sudah lebih baik. Shogun Ashikaga sendiri sangat
memuji kerjasama ini, mengurangi masalah dalam wilayah.. lalu.. kenapa Takako meminta pengawasan
tambahan??,” tanya Koichirou. Padahal dia baru saja pergi ke pusat kota Joseon,
kenapa pikiran adiknya itu berubah menjadi menginginkan mata-mata segala untuk
menjaga dirinya?
”sepertinya terlalu berlebihan oyakata-sama (orangtua),” kata Daijirou,
anak lelakinya yang lain.
”apa kalian berfikir.. hubungan dua
wilayah ini akan berakhir??,” tanya Sadamori pada mereka.
”Tidak.. jika salah satu nya tidak saling
berkhianat,” jawab Daijirou.
”aku pun berpikir begitu.. namun.. akan
menjadi hal yang menarik jika kita memenuhi permintaan Takako,” ujar Sadamori.
Semua anak lelaki Sadamori terbelalak,
heran.. apa berarti tidak mencari kesalahan terlebih dahulu dengan memiliki
banyak mata-mata yang sengaja beredar di dalam Hanyang??
”Tidak.. hanya sebagai penjaga bagi
puteriku,” jawab Sadamori lagi.
”Ini sebenarnya beresiko sekali, ayah..
bagaimana jika memang nanti Yang Mulia Raja Joseon malah mengetahui tindakan
kita?? Padahal, kita sudah
titipkan Takako bahkan pada salahsatu bagian dari keluarganya,” kata Koichirou.
”aku seperti mencium aroma ketidakberesan,”
jawab Sadamori dengan tegas.
Tentu saja semua anak lelakinya bingung,
sepertinya hubungan kedua wilayah sudah baik-baik saja.
”maksud ayah... ??,” semua anak lelaki
Sadamori terperangah dengan perkataan ayah mereka baru saja.
”Tidak mungkin Shogun berniat menyerang!,”
kata Shuntaro.
”diam dulu! Ini sudah keputusan Shogun!,” bentak Sadamori
kepada semuanya.
Semua anak Sadamori tidak mempercayai hal
ini. Bagaimanapun juga, adik perempuan mereka sudah milik Joseon, dan jika
Shogun berkhianat kepada perjanjian ini, maka yang mereka takutkan adalah: adik
mereka akan dibunuh, bahkan oleh suaminya sendiri, karena dituduh sebagai
penkhianat hubungan.
Sadamori sebenarnya juga mengkhawatirkan
hal itu. Takako adalah satu dari dua orang puteri yang dimilikinya. Tentu saja,
naluri melindungi nya masih ada, walau dia sudah jauh dan tidak lagi bersama
keluarga mereka.
”kita lihat dulu.. apa tindakan Shogun
terhadap hubungan ini,” katanya, pada semua anak lelakinya.
---------------------------------
Satu hari berlalu, semenjak malam itu,
Minho diserang oleh lima orang yang tidak dikenalnya. Dia tetap melanjutkan
perjalanan ke Liao Ning, sebentar lagi. Paling tidak, sore itu, dia sudah akan sampai. Kiriman suratnya pada
Taeyoung, dia sampaikan kepada seorang mata-mata kerajaan. Dia tidak ingin banyak bercerita soal pengalamannya diserang, tidak ingin membuat
isterinya panik dan khawatir.
”berapa lama lagi kita akan sampai??,”
teriak Minho dari atas kudanya, kepada Jin Seob.
”Kalau kita sudah menyebrangi sungai kecil
nanti.. kita akan sampai di kota!,” balas Jin Seob.
Minho tidak bicara lagi, dia meneruskan
saja memacu kudanya agar cepat sampai. Sudah 8 hari perjalanan dan dia harus
ngebut, supaya tugasnya bisa selesai.
Di pusat Kota Hanyang...
Han Hye memberikan surat kepada tuannya.
Taeyoung membuka surat itu dengan hati-hati. Ternyata berasal dari seseorang
yang tidak dikenalnya, tidak ada sama sekali ada petunjuk darimana surat itu
berasal.
Dengan heran, Taeyoung membacanya. Isinya
lebih seperti ancaman. Dia kaget. Han Hye yang melihat perubahan air muka pada
tuannya itu dan bertanya, apa yang sebenarnya terjadi, berita apa yang telah
tuannya baca itu.
”apa.. menurutmu.. ini sebuah ancaman??,”
Taeyoung menunjukkan surat itu.
Dia sedang tidak sehat. Bagaimanapun,
kehamilan muda sangat mempengaruhinya. Jika dia mendapatkan ancaman dari
seseorang dan terpaksa bertarung, hal itu seolah tidak mungkin baginya, akan
sangat melelahkan dan bisa membahayakan jiwanya.
Han hye tidak mengerti tulisan itu, karena
dalam bahasa Ilbon (jepang). Taeyoung
pun lalu mengartikan untuknya.
Han Hye kaget, isinya memang berupa
ancaman. Siapa yang hendak membunuh tuannya ini??
”saya akan meminta kerajaan untuk
melindungi Nyonya,” kata Han Hye, menunduk hormat. Dia lalu berdiri, ingin
meninggalkan ruangan.
Taeyoung tidak mencegahnya. Dia meminta
Han Hye mengantarkannya pada Yang Mulia Raja atau Ratu.
Han hye langsung meminta bantuan kepada
prajurit untuk menyiapkan kereta kuda bagi tuannya itu.
”bagaimana ini?? Jendral benar-benar
sedang tidak ada diantara kami?,” tanya Taeyoung.
Dia memang terlihat gugup, tidak seperti
biasanya sebagai perempuan yang juga sekaligus seorang ninja. Dia harus
berhati-hati menjaga diri dan kehamilannya. Bisa saja dia bertarung, namun, dia
tidak yakin dalam kondisi ini, akan bisa menang melawan musuh.
Jika ada hal yang buruk, tampaknya dalam
pikiran Han Hye tidak cukup sejumlah kecil prajurit melindungi tuannya, maka,
dia pun segera pergi memacu kudanya ke istana, bertemu dengan jendral lain yang
hari itu sedang bertugas.
Han Hye membantu Jendral Ghim mengartikan
tulisan yang dikirim itu.
”jadi.. ini sebuah ancaman untuk keluarga
Jendral Lee??,” kata Ghim.
Han Hye mengangguk, dia memohon
perlindungan bagi keluarga tuannya itu. Ghim lalu meminta Han Hye menunggu
sejenak, sebab, dia harus lapor kepada Raja.
Yang Mulia Raja begitu kaget membaca isi
surat tersebut. Dia memang memahami beberapa huruf baik Hanji maupun Kanji. Dia
lalu memerintahkan Ghim agar mengawal Taeyoung dan Han Hye untuk segera ke
istana.
”siapa yang berani memberikan surat
ini??!!,” suara Raja Jeong begitu terkesan menggelegar memenuhi ruangannya.
”Hamba tidak mengetahuinya, Yang Mulia
Raja.. seorang pesuruh Jendral Lee yang memberikannya... Isteri beliau
mendapatkan ancaman,” tunduk dan hormat Jendral Ghim pada sang Raja.
Raja bergumam. Isi surat itu memang
menyeramkan. Bagaimanapun, Jendral Lee dan keluarganya masih kerabat dekat
Raja, jadi, jika Raja gagal melindunginya atau bahkan terjadi pembunuhan, maka
reputasinya bisa tercoreng dimata rakyatnya sendiri.
”Aku tahu,kalau Jendral Lee mendapatkan
tugas dari raja untuk melindungi kerjasama antara Ming dan Joseon. Enak sekali
orang itu, terutama isterinya, Takako Sadamori yang sekarang berubah menjadi Taeyoung.
Tidak seperti Taeyoung yang lalu, tapi dia akan menjadi benalu hubungan antara
Joseon dan Ilbon. Tidakkah lebih baik aku menumpahkan darahmu sekarang saja,
Taeyoung? Tentunya.. Raja
tidak akan menyayangkan ini... Raja itu terlalu muda dan bodoh. Ming tidak akan
pernah mau diambil keuntungan oleh Joseon”.
”siapa yang mengirimkan ini?? Dia
merendahkan ku!,” Jeong marah dengan surat itu.
Ghim masih menunduk hormat pada rajanya
itu. Dia memang tidak tahu. Selain surat itu juga tidak memiliki cap kerajaan.
”bagaimana orang yang menulis surat ini
tahu.. bahwa Jendral Lee mendapatkan tugas untuk Ming??,” kata hatinya Jeong.
”perintahkan keluarga Jendral Lee dan
pesuruh kepercayaannya untuk tinggal di istana kerajaan!,” kata Jeong dengan
tegas.
Jendral Ghim langsung mematuhi perintah
Rajanya itu dan bergegas ke rumah kediaman Minho, lalu kembali ke kompleks
istana, sudah dengan Taeyoung dan Han Hye.
Taeyoung malam itupun sudah tinggal di
kompleks istana. Dia masih memandang langit gelap, dengan sedikit bintang.
Malam itu, cuaca sedikit dingin, angin menusuk cukup tajam. Han Hye
menemaninya, tidur dikamar bersamanya. Dia menghidangkan sup hangat agar badan
tuannya itu tidak sakit.
Taeyoung menoleh padanya.
”aku benar-benar khawatir dengan Jendral
Lee..,” katanya pada Han Hye.
Han Hye berusaha menenangkannya. Karena
sudah beberapa kalipun tuannya itu bertugas dan bertarung, aman-aman saja dan
pulang dengan selamat. Hanya mungkin Taeyoung khawatir karena mereka akan
menyambut anggota keluarga baru.
”apa perlu..aku bicara dengan Yang Mulia
Raja??,” tanya dia pada Han Hye.
Tak berapa lama niatnya ingin dilakukan,
ternyata Raja mendatanginya. Mereka langsung memberi hormat pada Jeong, Sang
Raja.
”semestinya tidak ada yang tahu, kalau
Jendral Lee diberangkatkan ke Liao Ning atas perintahku,” katanya membuka
pembicaraan dengan Taeyoung dan Han Hye.
”Maafkan aku, Yang Mulia Raja... aku
sendiri tidak bisa bicara dengan orang luar dari rumah, kecuali apa yang ada di
dalam rumah beliau,” balas Taeyoung dengan menunduk hormat sambil berdiri.
Raja memerintahkannya untuk duduk.
Taeyoung memang terlihat sedikit pucat dan lelah. Anak Taeyoung dan Minho, kelak
akan menjadi sepupu kecil bagi Raja.
”apa ada mata-mata di dalam kerajaan??,”
tanya Jeong dalam hatinya. Musuh yang seperti inilah justru malah lebih
berbahaya baginya.
Yang
berhak dia curigai adalah pejabat Un.. yang memang bekerja sebagai administrasi Negara. Tetapi.. apakah benar dia
yang membocorkan rencana ini?? Pejabat Un sudah dikenal sebagai pejabat jujur
sejak ayahnya memerintah. Rasanya tidak mungkin orang sejujur dan se-setia itu
mendadak berkhianat.
Taeyoung tidak mengerti banyak kedudukan
para pejabat administrasi negara dan juga apa yang mereka lakukan dimasa lalu
dan sekarang.
Raja Jeong bukan orang yang lambat dalam
menyelesaikan masalah. Dia langsung pergi ke ruangan lain... dan memanggil
pejabat Un langsung berbicara di depannya!
Taeyoung terkejut dengan apa yang
dilakukan oleh Raja yang terbilang muda itu. Raja Jeong juga menghadirkan
dirinya dalam menginvestigasi pejabatnya itu. Wajah pejabat Un terkesan takut
dan berharap, rajanya itu tidak akan menghukumnya dan akan mengampuninya.
”sudah berapa tahun Pejabat Un mengabdi
dalam kerajaan ini??,” tanya Jeong.
Pejabat Un menunduk hormat dalam-dalam
kepada rajanya itu, mengatakan kalau dia sudah bekerja mungkin sekitar 30 tahun
menjabat, dalam dua kepemimpinan.
”aku tidak meragukan lagi kesetiaanmu pada
Joseon,” mendadak Jeong berdiri dan berjalan beberapa langkah, lalu menoleh
kepada penasehatnya itu.
”terima kasih, Yang Mulia Raja,” jawab Un.
”hidup hamba memang untuk mengabdi kepada
Yang Mulia Raja dan Joseon,” lanjutnya.
Taeyoung memperhatikan saja. Dia tidak
ingin permainan dimulai. Dia tidak yakin kalau Un bekerjasama dengan seseorang,
berencana untuk membunuhnya atau menghina raja.
Raja lalu bercerita tentang seseorang yang
setia kepada Raja, lalu pada akhirnya, justru malah berkhianat, karena sengaja
menukar perak yang disangkanya emas. Un, Taeyoung, Han Hye dan dua orang pengawal mendengarkan cerita itu. Semua
mendengarkan dengan seksama, tapi tidak dengan Taeyoung. Dia terlanjur curiga,
kalau hal itu cenderung merupakan cerita sindiran untuk pejabat Un. Yang dia
khawatirkan, jika Raja tidak bijak, bisa saja menghukum pejabat itu dengan
sadis.
”Jika tidak bisa melihat emas dan batu
sebenarnya.. maka seseorang bisa salah jalan,” kata Jeong.
Semuanya menunduk hormat atas cerita Raja
mereka itu. Lalu dia menoleh pada Un.
”pejabat Un... siapa saja yang hadir di
pertemuan membicarakan soal keberangkatan Jendral Lee ke Liao Ning??,”
Pejabat Un lalu menyebutkan satu per satu
nama mereka yang hadir di pertemuan itu. Sama sekali sebenarnya tidak ada sisi
kecurigaan terhadap kesetiaan semua nama yang disebutkan olehnya.
”apa.. kamu mencurigai seseorang menjadi
pengkhianat diantara mereka??,” tanya Raja.
”Hamba tidak berani melakukan itu, Yang
Mulia,” balas Un dengan penghormatan yang tinggi.
Jeong bergumam. Memang, sulit menentukan
orang yang akan dia anggap sebagai pengkhianat, apalagi kepada petugas administrasi
ini. Dia orang yang sangat jujur mulai dari ayahnya memerintah. Dalam hatinya,
dia menunda keputusannya untuk menghukum orang ini.
”Baca ini,” katanya kepada Un.
Lalu Un melakukan apa yang diperintahkan
kepadanya dari Raja. Dia
kaget, bagaimana bisa? Yang jelas, bukan dia pelakunya.
”Hamba tidak bersalah, Yang Mulia.. mohon
jangan hukum hamba,”
Jeong tentu saja harus berbuat adil. Tanpa
bukti, dia tidak bisa menghukum siapapun. Dia meminta Un menyimpan surat itu
dan menyelidikinya, siapa-siapa saja pejabat yang hadir di pertemuan itu, yang
diperkirakan memiliki hubungan dengan Ming atau siapapun yang dicurigai atas
kelompok manapun.
”siapapun yang akhirnya tersangka... lekas
dibawa kesini! Aku yang akan langsung menghukumnya!,” teriak Jeong.
Semua yang hadir menunduk hormat, mematuhi
keputusan itu.
---------------------------------------------------
”Kerajaan ini mulai diusik,” senyum Ratu
kepada Taeyoung.
Taeyoung menundukkan badannya sedikit pada
Sang Ratu, meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebenarnya mungkin saja
surat itu ditujukan pada dirinya, bukan kepada Raja atau bahkan kerajaan.
”mereka menggunakan nama mu sebagai
sasaran,” kata Ratu lagi.
Taeyoung bukan berarti bodoh. Seorang Ninja perempuan juga diajari
bagaimana bertaktik. Saat ini, dirinya tidak ingin berkelahi karena kondisinya.
Raja pun tidak menginginkannya mendapatkan bahaya, karena dia dan keluarga
Minho masih bersaudara.
”aku merasa aman tinggal disini, Yang
Mulia,” senyum Taeyoung.
”Namun, sekarang, tidak tahu bagaimana kelanjutan
tugas Jendral Lee.. aku belum menerima kabar darinya,”
”aku percaya dia akan selamat.. tenang
saja.. beberapa kali sedari usia muda, dia sudah bisa ditugaskan untuk hal
berat... karirnya menanjak karena kerja kerasnya,” kata Ratu.
” beberapa tahun terakhir ini memang
Jendral Lee berubah,” lanjutnya lagi.
Taeyoung kurang faham dengan maksud Ratu.
Memang dia baru mengenal Minho kurang dari 6 bulan, jadi, dia mencaritahu, apa
yang dimaksud Ratu.
”karena apa.. atau.. karena siapa???,”
tanya Taeyoung.
Ratu malah menggosip tentang sepupu nya
itu. Dia bercerita tentang kisah cinta terakhir Minho dengan Geum Hee Kyung. Taeyoung
jadi mengingat hal itu lagi.
”sebelumnya.. dia memang pernah jatuh
cinta.. mungkin.. cinta
pertamanya,” kata Ratu.
Ingin rasanya Taeyoung alias Takako
Sadamori cemburu berat. Kisah cinta Minho dan mantan kekasihnya dalam
bayangannya memang indah. Beda sekali antara dia dengan Minho yang berawal dari
perjodohan dan dia sempat benci dengan Minho, sebelum beberapa kali di
selamatkan jiwanya oleh lelaki itu.
”Sepertinya.. Lee-sama
(panggilan penghormatan) bukan lelaki yang bisa cepat melupakan kekasihnya,”
kata Taeyoung. Dalam hatinya,
dia sedih. Dia takut dengan posisi Minho yang sudah tinggi, akan berani untuk
menambah isteri lagi. Apalah
daya dia nanti, sebab, dia hanya perempuan perjodohan politik. Jika sang Raja menghendaki
dalam hal perpolitikan lagi, bisa saja Minho menambah isteri.
”Dalam keluarga Ilbon.. bisa saja memang
seorang daimyoo, atau pemimpin wilayah, bahkan shogun sekalipun.. memiliki
banyak isteri,” kata Taeyoung. Dia memancing sang Ratu.
Ratu tertawa kecil dengan perkataan
Taeyoung baru saja. Dia menduga, bahwa perempuan ilbon itu cemburu dengan
ceritanya baru saja.
”Aku pun tidak boleh cemburu.. jika suatu
hari nanti.. Yang Mulia ingin memiliki selir,” senyumnya pada Taeyoung.
Hal
itu membuat pikiran Taeyoung gerah. Suka tidak suka, dia sendiri walau anak
Sadamori dari isteri pertama, namun semua kakak lelakinya berasal dari ibu
tirinya, isteri ke dua, yang dinikahi ayahnya karena persahabatan antar
wilayah. Hal itu pun sudah biasa di
dalam dunia ke-shogun-an.
”Bagaimana bisa.. aku tidak cemburu?? Mungkin saja.. aku bisa membunuh,” kata Taeyoung.
Ratu malah menghela nafasnya. Berbeda
kedudukan permainsuri dengan selir, jelas tidak ada artinya selir apalagi jika
permainsuri memiliki anak lelaki. Namun tidak dalam kasus pejabat lainnya. Taeyoung
malah bertanya kepada Ratu tentang Geum Hee Kyung itu. Ratu selain menceritakan
hal yang lalu pernah mereka bahas, dia juga bercerita kalau Hee Kyung bukan
seorang perempuan lemah. Dia juga bisa bertarung.
”Namun.. sepertinya dia bukan mata-mata
atau sejenis dengan prajurit wanita.. tapi.. dia memang jago bertarung...,”
senyum Ratu.
Taeyoung galau..mengapa dia berpikiran tentang perempuan itu.. dia kembali
takut, jika Minho kembali.. dan
bisa saja Hee Kyung masih menyukai Minho.. dia akan merebut Minho dari
tangannya.
Namun, Ratu beranggapan, bahwa Minho
lelaki yang sudah sangat sibuk dengan pengabdiannya kepada kerajaan. Mungkin
saja tidak sempat memikirkan apapun, termasuk soal cinta yang baru, jika
terjadi. Tetap saja, hal itu menjadi pikiran Taeyoung. Jika mungkin Minho
memiliki isteri lagi, dia takut tidak dapat terlindungi di wilayah bukan
kekuasaan ayahnya.
-------------------------------------------
Liao Ning..
Sore itu, Minho dan Ma sudah sampai
dipusat kota. Suasana begitu ramainya. Banyak orang lalu-lalang, ada yang
sekedar berjalan-jalan di suasana kota, ada yang berbelanja sendirian atau
membawa keluarga atau sanak saudara, ada yang berjualan, dan sebagainya. Liao
Ning memang kota yang padat. Beberapa suku bangsa tinggal disana: Manchu, Han,
Xibe, Joseon, dan beberapa suku kecil lainnya.
Mereka berjalan menyusuri kota. Tiba
disebuah kedai, Ma pun memberhentikan kudanya, diikuti oleh Minho. Mereka
menambatkan kuda-kuda dan masuk.
Ma lantas berbicara dengan seorang lelaki,
sepertinya pembantu pemilik kedai dengan bahasa yang tidak Minho mengerti, lalu
lelaki itu pun ke dalam sebuah ruangan. Mereka menunggu saja sambil duduk dan
minta dipesankan minum. Tidak
berapa lama, seorang lelaki berperawakan agak tambun keluar dari sebuah
ruangan. Dialah Liem Dan Shi.
Ma berbicara padanya, siapa yang Liem
temui sekarang. Lelaki agak tambun itu menunduk hormat pada Minho. Liem bisa dikatakan
seorang pedagang beberapa usaha dan jasa di wilayah itu. Liem langsung mengajak
mereka berdua ke sebuah ruangan, yang berbeda dari kedai terbukanya.
Ruangan di belakang itu ternyata cukup
besar, dengan pernak pernik yang justru tidak menimbulkan kesan Joseon, tapi ke
Manchu. Dia langsung mempersilahkan duduk kepada Minho dan Ma.
”siapa lagi yang akan datang selain
kami?,” tanya Minho langsung.
Liem menyebutkan beberapa nama. Semua
adalah seorang pedagang atau wirausaha yang dianggap berpengaruh ekonominya di
daerah itu. Tak berapa lama, dia juga bertemu dengan Sim Hwang.
”apa yang terjadi?,” katanya memulai
pembicaraan.
Sin Hwang bercerita bahwa mereka
mencurigai beberapa orang yang terlibat dari pihak Joseon maupun Ming. Orang-orang
inilah yang selain menghambat ekonomi orang Joseon, juga mengancam ingin
menggerakkan banyak orang, untuk membuat kerusuhan. Minho kaget ketika
mengetahui ada nama Pejabat Geum tercantum disana.
”siapa yang membuat daftar ini??,”
Sim Hwang menunjuk pada teman spionasenya,
anak buah Jendral Kwon.
Minho mengenyitkan dahi. Orangtua Geum Hee
Kyung masuk dalam salahsatu calon pengkhianat, yang berarti, siap-siap saja
dihukum mati. Dia malah jadi sedikit galau.
Anak buah Jendral Kwon, Hanh Dae Han
menunduk hormat kepada Minho. Dia memang membuat daftar itu sudah lebih dari 2
minggu dengan menelusuri orang-orang tersebut pelan-pelan. Minho sedikit
menghela nafasnya.
”ini gila... Pejabat Geum sudah jadi
pejabat utama dengan kedudukannya sekarang.. apalagi yang dia cari??,” katanya
dalam hati.
”aku ingin bukti yang lebih kuat lagi,”
kata Minho.
Hanh Dae Han sedikit bingung. Bukan
sembarangan dia membuat daftar nama-nama itu. Dia bukan prajurit biasa, memang
khusus prajurit sandi. Minho membingungkannya.
”karena, aku juga membawa surat untuk
Kerajaan Ming,” kata Minho.
”jadi.. aku harus memastikan, apakah
nama-nama ini benar,”
”dan orang-orang ini akan siap dihukum
mati jika mereka benar-benar menjadi perusuh di dua kerajaan,” lanjut Minho
lagi.
”kami memikirkan dan menuliskan ini selama
dua minggu, dengan bantuan seorang Jendral dari Ming,” kata Hanh.
Minho malah jadi terkesan membela pejabat
Geum ketika Hanh menjelaskan, bahwa mata-mata Ming juga masuk ke dalam wilayah
kerajaan Joseon lalu mendapatkan informasi bahwa Geum sempat mengadakan
pertemuan di luar Hanyang bersama dengan seorang pejabat Ming.
”Jadi...apa yang kemarin berniat
membunuhku.. suruhan pejabat Geum??”.
Minho masih tidak habis pikir.
Bersambung ke part 14...