This is me....

Sabtu, April 18, 2015

Everybody’s Darling (Part 5: Aku Masih Belum Mau Pacaran)

Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...

Minho dan Hyo Rin menjalankan aktivitasnya masing-masing. Waktu sudah berlalu semenjak tiga bulan yang lalu, Minho meminta Hyo Rin menjadi pacarnya, tetapi ditolak oleh cewek itu. Hyo Rin merasa dan berfikir, dia sama sekali bukan cewek yang pantas jadi pacar seorang aktor yang mulai terkenal macam Minho.
Minho berusaha menjalankan kegiatan syutingnya yang rencana akan berakhir dalam bulan ke empat. Sepanjang itu, dia tidak ada kontrak apapun selain bermain drama itu. Dia harus full totalitas berperan karena promosi drama ini memang terkesan wah sekali. Sehabis mereka syuting saja, ada saja esoknya Minho harus mengisi talkshow yang menceritakan sedikit perannya di dalam drama tersebut.


“Ini sudah memasuki bulan ketiga syuting drama.. apa Oppa tidak merasa lelah??,” tanya  infotaintment anchor salah satu stasiun tv swasta.
“sebenarnya lelah sekali.. iya kan, Min Jung??,” Minho malah ramah bertanya pada Min Jung yang duduk di sampingnya.
Cewek mantan pacar Minho itu mengangguk senyum.
“ya, begitulah.. kami syuting siang, malam.. harus kejar target... bulan ke enam.. harus sudah tayang,” kata Minho dengan wajah berbinar.

Lagi-lagi, di sebuah rumah di wilayah kumuh Go Ryong, Ha Neul dan Ho Sung duduk manis di depan layar kaca, menonton acara talkshow tersebut.
“Eonni.. mau lihat Oppa Minho lagi tidak???!!??,” teriak Ha Neul dari depan tv.
Hyo Rin heran, kenapa kok Ha Neul senang sekali, dia lalu menghampiri mereka.
“ada apa??,” sambil tangannya memegang sebuah baskom besar dan penuh adonan.

“Oppa Minho.. tuh...,” tunjuk Ho Sung.
Tapi, sikap Hyo Rin biasa saja,” oo... kalian ini terlalu nge fans dengannya”
“ah.. namanya juga aktor cakep, Eonni... kapan ya.. aku bisa dapat namjachingu (pacar) seperti Oppa Minho itu?? rasanya hidupku akan bahagia banget deh!,” Ha Neul jadi mengkhayal.
Ho Sung memukul kepalanya, Ha Neul mengaduh. Hyo Rin tertawa.
“jangan pernah berharap seperti itu, Ha Neul.. hahaha!!”

Ha Neul menggaruk kepalanya.
“enggak apa dong, Eonni.. sekali-kali begitu.. “
Hyo Rin masih mentertawakan adiknya itu yang dia anggap khayalannya tingkat dewa. Baginya, hal itu mustahil untuk terjadi. Lee Minho itu aktor yang sudah naik daun, dan... bagaimana seorang aktor di negeri ini jika sudah terkenal, jangan harap bisa berteman dengan orang biasa. Segala tingkah lakunya akan dilihat banyak fans dan jika mengecewakan dimata para fans, siap-siap saja  karirnya amblas ditengah jalan. Bahkan untuk kehidupan asmara pun, akan didikte oleh para fans. Sudah pasti, baginya, hal itu akan sangat mustahil dan sebaiknya adiknya itu jangan mengkhayal yang tidak-tidak.

“Ah, Eonni.. aku kan cuma mengkhayal saja.. lagipula, Oppa Minho juga tidak kenal aku.. dan enggak bakalan juga jadi pacarku.. kok.. Eonni sensitif sekali??,” tanya Ha Neul. Sudah beberapa bulan ini memang, jika kedua adiknya itu ngobrolin tentang Minho, Hyo Rin rasanya sensitif, teringat lagi pada ciuman Minho terhadapnya di hujan deras, di dalam mobil cowok itu. Tentu saja, kedua adiknya tidak tahu, kalau dia kenal dengan aktor yang mereka idolakan.
“ah, kamu ini.. Eonni kan cuma mengajarkan kamu supaya tetap realistis.. enggak bakalan cowok secakep dan sekaya Oppa Minho itu akan naksir dengan kamu.. ,” jawab Hyo Rin dengan sedikit tegas.
“ah.. Eonni.. aku lihat terakhir kali... Eonni terlalu sensitif kalau kita ngobrolin soal Oppa Minho.. ada apa sih?,” kata Ho Sung, penasaran.
“gwaenchahn ah.. enggak ada apa apa kok...,” balas Hyo Rin dengan cepat.

“wah.. iya juga... ngomong-ngomong, Eonni Min Jung...kalian kan..terakhir main bersama 3 tahun yang lalu ya??,” tanya infotainment anchor.
Min Jung mengangguk,” iya.. sudah cukup lama juga.. 3 tahun yang lalu..enggak terasa”
“Maaf kalau aku bertanya terlalu jauh,” infotaintment anchor jadi cengengesan.
Minho sudah merasa, pasti akan bertanya tentang hubungan masa lalu dia dengan Min Jung.
Dan, benar saja... sang anchor pun bertanya itu.
Minho menjawab dengan mencoba santai,” kami berteman baik.. terkadang memang aku juga suka ngobrol dengan dia.. iya kan??”
Dia menoleh pada Min Jung. Min Jung mengangguk mengiyakan.
“kami sebatas teman kok.. itu semua masa lalu,” senyum Min Jung pada anchor tv itu.

Hyo Rin jadi memperhatikan soal itu, memperhatikan mimik wajah Minho ketika ditanya. Ha Neul dengan seksama memperhatikan wajah kakaknya itu yang dilihatnya seperti penasaran.
“Eonni... seperti penasaran banget dengan Oppa Minho,” ujar Ha Neul dengan nada sedikit genit.
“ayoo.. jangan-jangan... Eonni juga ngefans ya??,” lalu dia mentertawai kakaknya itu.
“eh.. ada ada saja.. itu kan.. karena kalian semua.. uh,” jawab Hyo Rin.
Dia lalu pergi lagi ke dapur, menemani nenek mereka membuat kue.
Ha Neul dan Ho Sung saling berbisik.
“aku penasaran... lihat gak.. tadi wajah Eonni?? Matanya beda banget loh.. lihatin Oppa Minho di tv,” bisik Ha Neul.
Ho Sung mengangguk,” kok.. wajah Eonni.. seperti orang jatuh cinta ya? Hihihi”
“mungkin nge fans juga seperti kita, hihihi,” balas Ha Neul. Mereka berdua cekikikan saja.
                                                .....................................
Hari-hari berlalu...
Hyo Rin mengayuh sepedanya, kembali dia duduk di taman sore itu. Dia menunggu saja orang berlalu-lalang.. barangkali memang ada yang berniat membeli kue nya. Beberapa tertarik dan membeli, beberapa hanya berlalu saja. Dia tetap melayani dengan ramah, orang yang membeli kue berasnya.

Kue berasnya sore itu cukup laku. Dia pun kembali pulang dan keluar dari taman itu. ketika dia mengayuh sepedanya di jalan besar, tak berapa lama.. seorang wanita hampir separuh baya, memanggilnya. Hyo Rin menoleh.
“Nyonya Han???,” ujarnya, keheranan. Ternyata yang memanggil adalah ibunya Minho!
Hyo Rin penasaran, ada apa ibunya Minho memanggilnya.
Han Sora membuka pintu mobil, keluar dan menghampirinya.
“hai.. apa kabar...masih ingat aku?,” senyum Ny.Han.

Hyo Rin dengan ramah membalas sapaan Ny Han.
“hi, Nyonya Han bukan..?? Ibunya Minho??.. aku baik ...apa kabarnya Nyonya??”
Dia turun dari sepedanya. Bersikap seperti biasa dengan Han.
“aku baik,” senyum Han. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari tas mahalnya, ternyata sebuah kartu nama.
“aku lupa sesuatu... datanglah ke rumahku... Minho akan mengadakan pesta kecil”
“apa.. masih memiliki kartu namaku??,”

Hyo Rin heran bercampur kaget, kenapa wanita itu mengundangnya?? Bagaimana kalau nanti dia tahu.. kalau dirinya hanya seorang miskin yang memang tinggal di wilayah kumuh Seoul??
“ah.. aku masih punya.. hanya saja.. aku tidak membawanya, Nyonya, hehe”, ujar Hyo Rin, cengengesan.
“ini kartu nama temanku.. Tuan Cho. Dia ingin sekali memesan kue mu.. sewaktu kami memesan, dia makan dan katanya.. enak sekali,” senyum Han. Dia lalu memberikan kartu itu pada Hyo Rin.
“terima kasih,” balas Hyo Rin sambil menunduk hormat, menerima kartu itu.
“aku sudah berikan nomor teleponmu... mungkin Tuan Cho akan meneleponmu...,” kata Han lagi.
“terima kasih.. Nyonya baik sekali padaku,” senyum lebar Hyo Rin mengembang.

“Ingat loh.. kami mengundangmu minggu depan... datanglah,” senyum Han. Dia mengatakan kalau Minho akan membuat pesta kecil sebagai rasa syukurnya di tengah syuting yang hampir habis. Mereka sengaja untuk tidak mengadakan pesta syukur setelah syuting selesai, karena Minho harus pergi ke luar negeri, ke beberapa negara untuk langsung promosi drama tersebut.
“wah.. dia hebat sekali.. karirnya semakin cemerlang saja,” ujar Hyo Rin,dengan wajah cerianya.
“Minho bercerita.. kamu teman baiknya.. jadi.. datanglah,” senyum Han.
Hyo Rin jadi sedikit termenung. Hal itu membuat Ny. Han bingung.

“ada apa?? Apa Minho tidak pernah bercerita padamu soal ini??,” tanya Ny Han.
Dia heran kenapa kok Hyo Rin termenung.
“ah... iya, Nyonya.. aku akan datang...,” Hyo Rin langsung sadar dan tersenyum lebar.
Ny Han berfikir, ada apa sebenarnya yang disembunyikan antara Minho dan Hyo Rin??
Dia lalu bertanya, kapan terakhir antara Hyo Rin dan Minho bertemu. Hyo Rin katakan, terakhir ketika setelah dia memberikan pesanan kue nya ke rumah mereka. Ny Han pun tetap meminta dia untuk datang dan akan mengabarkan pada Minho. Hyo Rin berjanji akan memenuhi nya jika tidak ada aral.
Ketika Ny Han pamit dan mobilnya sudah menghilang di ujung jalan taman itu, Hyo Rin hanya memegang kartu undangan tersebut. Dia tidak ingin datang, tetapi, dia bukan orang yang ingkar janji.
                                                ................................
Nun jauh disana, di sebuah daerah perbatasan, ternyata Minho menelepon ibunya untuk rencana kesiapan pesta kecil itu. Dia senang karena ternyata ibunya berhasil menemukan Hyo Rin ditaman seperti biasa. Minho berdalih kalau no telepon cewek itu hilang.
“ah... Gomawo, Eomma.. aku senang sekali akhirnya Eomma bisa juga membantuku,”
Khayalannya berkembang, sudah hampir 4 bulan dia tidak bertemu dengan cewek yang disukainya.

“sepertinya.. kamu suka sekali dengan Hyo Rin itu??,” tanya ibunya, penasaran.
Minho mengelak. Dia belum ingin ibunya tahu, karena mereka dari keluarga kaya, sedangkan Hyo Rin dari keluarga yang dulu kaya, mendadak miskin karena bangkrut.
“Eh.. tidak Eomma.. aku hanya tersisa sedikit teman sekolah dulu.. dan dia teman yang baik,” jawab Minho, ngeles.
“sebab.. dia terlihat bingung sekali ketika Eomma katakan.. kamu mengundangnya,” balas Ny Han lagi.
Minho malah jadi cekikikan di telepon pada ibunya. Dia bilang dia memang belum menghubungi cewek itu untuk memberikan kejutan. Makanya, mungkin dia bingung. Ny Han sama sekali tidak curiga anaknya berbohong, bahkan tidak curiga anaknya menyimpan perasaan walau mengelak. Dia hanya tahu, cewek yang bernama Hyo Rin itu tinggal di Goro, sebuah daerah penghijauan dan cukup elit, walau aslinya, dia bingung: elit kenapa memakai sepeda tua??? Dia percaya perkataan anaknya sendiri.

Ny Han bertanya, bagaimana kerja anaknya selama sama sekali tidak tinggal dirumah walau satu malampun. Minho menjawab, semuanya melelahkan. Namun dia merasa, bahwa nanti drama nya ini akan meledak dan mendapatkan rating tinggi jika di tayangkan.
“Eomma melihat talkshow kemarin malam,”
“tentang apa yang ingin eomma bahas??,” Minho penasaran.
“Hubunganmu dengan Min Jung... apa.. kalian pacaran lagi??,” tanya Ny Han. Minho memang suka sekali curhat padanya dibanding pada ayah atau bahkan kakaknya.

“Kami memang setiap hari bersama, Eomma..,” jawab Minho, kalem.
“Lalu??,” tanya Ny Han, masih penasaran.
“ah.. aku masih mikir-mikir...,” balas Minho lagi.
“kalau kamu suka dia.. juga tidak apa kan?? Apa kamu sudah memaafkan dia dari kisah masa lalu kalian??,”
Minho berfikir dengan pertanyaan ibunya baru saja. Dia bukan orang yang mudah memaafkan jika disakiti, apalagi di khianati. Pemberitaan berbeda antara apa yang dikatakan media dengan apa yang dia rasakan. Hubungan pertemanan berlanjut lagi, juga karena syuting ini, padahal, sama sekali sebenarnya dia tidak ingin cewek itu menjadi partner mainnya, apalagi dengan posisi peran sekarang, menjadi pacarnya.
“aku masih mikir-mikir, Eomma,” balas Minho lagi.
Ibunya tidak ingin berpanjang lebar membahas itu. Mereka lalu membahas tentang kesiapan pesta karena sebentar lagi syuting selesai.
                                               
Minho duduk di kursi, disebuah ruangan yang sebentar lagi akan dipakai untuk syuting. Dia memangku bundelan skrip. Dia memejamkan matanya, kelelahan, tetapi juga berfikir.
“Aku mengundang Hyo Rin.. semoga dia bisa datang... hampir 4 bulan tidak melihat wajahnya,”
“kangen juga makan kue beras buatan neneknya”

Salah seorang temannya masuk ruangan dan menemukan Minho disana.
Dia menepuk pundak Minho,”oi.. bangun.. “
Minho tersadar, dia membuka matanya dengan cepat.
“Jong Seol.. ada apa??,”

Cowok bernama Jong Seol itu mengambil kursi, duduk di depan Minho.
“eh.. beneran.. kamu balik lagi.. pacaran dengan Min Jung??,” tanya dia penasaran.
Minho senyum saja, dia memejamkan matanya lalu menguceknya, kentara sekali dia mengantuk dan kurang tidur karena kejar target syuting.
“belum ada pernyataan resmi sih,” balasnya, santai.
Jong Seol malah tertawa. Dia mengerti, dalam dunia artis, jika sudah mulai banyak fans, hati-hati saja dengan tingkah laku para fans nekat. Terutama jika mereka tahu, idolanya punya pacar. Banyak dari mereka yang tidak setuju dan bisa saja menteror.
“belum ada pernyataan.. tapi kalian dekat banget setiap detik. Min Jung perhatian sekali dengan kamu,”

“Manajemen menginginkan kita memang tidak bermusuhan.. kebetulan.. aku belajar melupakan masa lalu kami,” balas Minho lagi. Dia meletakkan skrip diatas meja disamping kursi.
“gak jelas dong??,” tanya Jong Seol.
Minho mengangguk.
“memang masih belum jelas... aku juga memang bisa perhatian dengan siapapun kan?? Bukan dengan dia saja??,”
“Tapi..sepertinya Min Jung mengharapkan lebih dari yang kamu bayangkan,” ujar Jong Seol.
Minho senyum tipis. Dia masih mikir-mikir. Dia ingat apa kata temannya, bisa saja semua itu, bahkan rasa suka seperti sebuah setting. Tapi.. sekali lagi.. dia sedang bekerja. Rasa sukanya, tetap pada Hyo Rin.
“ck... ah.. nanti saja itu.. aku tidak mau di cap aktor cinlok (cinta lokasi),” Minho menepuk pundak temannya itu.

“Fans dia sendiri.. seperti apa??,” tanya Jong Seol.
“sepertinya.. Min Jung punya fans yang biasa saja.. tidak terlalu ganas,” jawab Minho, enteng.
Jong Seol tertawa renyah. Fans memang bisa sangat gila mengatur karir idolanya. Dan Minho sudah mulai memiliki fans yang banyak serta terbilang gila.
Tapi Jong Seol bilang, terakhir dia mengintip staf nya Minho mengunduh tentang sikap ramah Min Jung padanya ketika syuting dan tanggapan para fans biasa saja.
Minho lagi-lagi senyum tipis. Dia memang gamang. Satu sisi, dia merasa memang belum bisa dekat, mengingat lagi kisah masa lalu mereka. Satu sisi, Min Jung memang menurutnya gadis yang baik, hanya skandal itu saja yang membuat diri mereka pernah terpuruk dan akhirnya berpisah manajemen.

Jong seol menganggap, yang patut dipermasalahkan adalah fans Minho, bukan fans Min Jung yang tidak terlalu banyak dan tingkahnya biasa saja. Dia menceritakan beberapa tanggapan positif ketika staf mengunduh foto mereka sedang tertawa bersama di syuting.
“bahkan ada yang mengetik.. kalian cocok sekali.. apa kamu tidak tahu.. manajemen akan memasangkan kalian??,”
Minho kaget, matanya langsung terbelalak.
Mueos?? Hwagsilhaeyo?? (apa?kamu yakin?),”
Jong Seol mengangguk. Minho jelas kaget, dia tidak menyangka manajemen akan melakukan itu.
“loh.. perasaanmu sendiri seperti apa padanya?? Kamu sendiri seperti ceria sekali di depan dia.. dan menolongnya kalau ada kesulitan saat kita syuting,”
“bukankah aku bisa ramah dengan siapa saja??,” tanya Minho.
Jong Seol mengangguk. Tak berapa lama, mereka melihat para crew sudah datang. Mereka hentikan percakapan, berdiri dan bersiap-siap syuting berikutnya.
Namun... Minho berfikir, apakah dia memang lebih baik membuang perasaan sukanya pada Hyo Rin dan kembali berpacaran dengan Roh Min Jung.. mantan pacarnya itu??
                                                ......................................
Hyo Rin melihat lagi kartu undangan itu di depan mejanya yang diterangi lampu berwarna oranye terang. Tinggal di daerah kumuh dibelakang wilayah yang terkenal gemerlap, Gangnam, bukan pilihannya, termasuk soal listrik. Kalau sudah malam, dia hanya bisa menerangi kamarnya dengan lampu watt rendah dan hanya kamar kedua adik dan neneknya saja yang dibuat terang.
Pikirannya kadang berkhayal ingin kembali lagi ke masa lalu, ketika masih menikmati kekayaan kedua orangtuanya sebelum akhirnya mereka memutuskan bunuh diri karena bangkrut. Sejak itu, dia, kedua adik dan neneknya bingung, mau tinggal dimana. Akhirnya, mereka pun sampai disebuah daerah bernama Go Ryong, daerah kumuh yang banyak ditinggali anak-anak jalanan, pekerja berupah rendah, atau orang kaya yang mendadak bangkrut dan tidak tahu lagi mesti tinggal dimana. Dia harus menerima kenyataan itu. Dalam usia sekolah SMA, dia sudah berjuang membantu neneknya yang mendadak buta karena sedih, untuk berjualan kue beras buatan neneknya itu. Setiap hari, dia melakukan itu, dia tidak meneruskan masa sekolahnya ke kuliah, tetap berjualan setiap hari. Dia lebih memilih kedua adiknya minimal harus selesai sampai SMA.

Dia melihat terus undangan itu.
“pasti yang datang dari kalangan atas.. kenapa Minho sengaja mengundangku?”
Dia sudah membayangkan, dia tidak pantas menghadiri acara itu. sudah dipastikan yang akan datang orang-orang kaya.. aku mungkin tidak akan datang”
Dia lalu mencoba menenangkan dirinya dengan tidur.

Ho Sung masuk kamarnya, ingin bertanya sesuatu. Tanpa sengaja, dia melihat kertas undangan berlapis kertas emas itu.
“undangan apa ya??,” anak cowok masih remaja itu penasaran. Dia pelan-pelan membuka agar kakaknya tidak tahu.
Dia begitu kaget, ketika dilihatnya, undangan itu mencantumkan kata: Lee Minho mengundang Sun Hyo Rin diacara pesta kebun untuk perayaan sukses selesai syuting drama.

“ah... apa ini benar-benar Oppa Lee Minho?? alamat ini.. kan alamat kompleks orang-orang kaya,” Ho Sung menutup mulutnya sendiri, supaya rasa kagetnya tidak diketahui kakaknya itu.
“dan... ini undangan perayaan selesai drama?? Apa.. drama Oppa Minho yang memang akan selesai itu??”
Dia melihat wajah kakaknya yang tertidur.
“apa benar, Eonni.. Lee Minho disini itu... Oppa Minho???”
Ho Sung jadi berpikir keras. Dia ingat lagi beberapa waktu lalu, ketika kakaknya itu mengelak atas perasaannya sendiri waktu menonton talkshow yang kebetulan Minho menjadi bintang tamunya.
“wah.. Eonni keren sekali.. kalau memang ini adalah undangan dari Oppa Minho,”
Dia malah jadi kagum dengan kakaknya sendiri, walau berfikir: darimana kakaknya itu kenal dengan Minho?? kapan??
Ho Sung senyum, dia merasa akan menyimpan sebuah rahasia. Lalu dia keluar kamar lagi diam-diam.
                                                ..........................................
Minho sudah selesai syuting. Dia senang sekali, pekerjaannya selesai dan tinggal menunggu kontrak selanjutnya yang hanya menjadi model beberapa produk.
“sukses syutingnya.. semoga menjadi nomor satu di korsel dan beberapa negara,” kata Manager Ban.
Minho mengangguk senang. Semua pemain sedang berkumpul makan bersama yang terakhir untuk sekaligus perayaan kecil.

Mereka semua mengangkat gelas yang berisi minuman.
KUNBEEE!!” , teriak mereka bersamaan.
Mereka tertawa-tawa semuanya.
“haah.. akhirnya.. selesai juga.. besok masih banyak lagi pekerjaan,” kata Minho diantara Jong Seol dan Min Jung yang duduk di samping kiri dan kanannya.
“belum selesai dong.. kita belum ada promosi drama..,” balas Jong Seol.
Temannya itu lalu menoleh pada Min Jung.
“Oi, Min Jung... gimana perasaanmu.. semua sudah selesai??,”

Min Jung senyum dan menjawab singkat saja.
“senang.. lelahnya terbayar sudah”
Jong Seol belum melanjutkan kata-katanya, sudah dipotong oleh manajer Ban.
“sehabis ini.. aku ingin bicara dengan kalian berdua”
Minho dan Min Jung hanya mengangguk saja. Jong Seol berfikir, kemungkinan tentang nasib hubungan mereka berdua yang sepanjang syuting terlihat akrab sekali.
                                    ...............................................
Apa yang dipikirkan Jong Seol benar..
“sepanjang syuting.. aku melihat kalian berdua sangat akrab.. apa.. kalian pacaran lagi??,” tanya Ban.
Minho hanya senyum saja. Begitu juga dengan Min Jung.
Ban memancing lagi mereka untuk membuka suara.
“tidak kok.. kami hanya teman,” jawab Minho, diplomatis.
Dia tahu, Min Jung mungkin bersikap, semua itu akan terserah Minho. Mirip dengan kisah cinta yang lalu, ketika Minho sedari awal syuting selalu memperhatikannya dan dia sendiri yang minta Min Jung menjadi pacarnya. Tetapi, kali ini tidak. Walau Minho memperhatikannya sepanjang keseharian mereka syuting, sikapnya hanya sebagai teman biasa.

“begitulah, Ban-ssi.. kami tidak pacaran kok,” senyum Min Jung.
Dia mencoba bersikap santai.
“para fans kalian sudah menggosipkan itu,” kata Ban.
Yeah, kelakuan para fans memang bisa lebih lebay dari yang dilakukan oleh para artis sendiri.
Minho hanya senyum saja. Dia tidak mau menanggapi semua itu.

“tidak ada penyataan apapun tentang ini??,” tanya Ban pada Minho.
“ah, Ban-ssi.. kami memang hanya teman,” jawab Minho, dia berdiplomatis.
“berarti.. fans yang memang berlebihan sekali menilai kalian,” ujar Ban lagi.
Dia berdiri, berjalan mendekati jendela.
“hebat juga jika fans bisa menciptakan gossip seperti itu..,”
Dia lalu melanjutkan perkataannya.
“fans tidak masalah dengan kalian loh.. baru kali ini aku menemukan hal yang menggembirakan...”

Minho menebak apa yang Ban pikirkan.. akankah dia menjadikan Min Jung sebagai pacarnya.. seperti dulu???
Lagi-lagi, Minho berdiplomatis.
“Mungkin.. kita harus menyembunyikan keakraban kita ya, Min Jung? Aku minta maaf, “
Min Jung senyum menanggapi perkataan Minho.
“aku tidak masalah kalau memang Oppa Minho baik padaku.. kamu memang baik”

Perkataan Min Jung seperti sebuah isyarat bagi Ban untuk menghubungkan mereka lagi lebih dekat. Karena mereka juga akan banyak promosi bersama lagi untuk drama mereka nanti.
Ban mendekati mereka berdua.
“masih ada waktu,” katanya dengan santai.
“lagipula.. aku membaca kontrak kalian.. dalam waktu dekat.. kalian akan ada flash story untuk iklan.. ini bagus untuk saling dekat”

Minho hanya senyum saja.
“ah... bagiku hal seperti ini masih perlu dipikirkan panjang”, jawabannya lagi-lagi diplomatis.
Min Jung memang masih berharap hubungan mereka akan berlanjut. Karena yang hanya dia tahu, memang Minho dan dia masing-masing belum punya pacar.
Sekali lagi, Minho masih berdiplomatis, menjawab itu semua bisa dibicarakan nanti. Memang dia sama sekali tidak bisa berpacaran dengan Min Jung, yang sudah tertolak dihatinya.


Bersambung ke part 6....