Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...
Minho dan Hyo Rin menjalankan aktivitasnya
masing-masing. Waktu sudah berlalu semenjak tiga bulan yang lalu, Minho meminta
Hyo Rin menjadi pacarnya, tetapi ditolak oleh cewek itu. Hyo Rin merasa dan
berfikir, dia sama sekali bukan cewek yang pantas jadi pacar seorang aktor yang
mulai terkenal macam Minho.
Minho berusaha menjalankan kegiatan
syutingnya yang rencana akan berakhir dalam bulan ke empat. Sepanjang itu, dia
tidak ada kontrak apapun selain bermain drama itu. Dia harus full totalitas berperan karena promosi
drama ini memang terkesan wah sekali. Sehabis mereka syuting saja, ada saja
esoknya Minho harus mengisi talkshow yang menceritakan sedikit perannya di
dalam drama tersebut.
“Ini sudah memasuki bulan ketiga syuting
drama.. apa Oppa tidak merasa lelah??,” tanya infotaintment anchor salah
satu stasiun tv swasta.
“sebenarnya lelah sekali.. iya kan, Min
Jung??,” Minho malah ramah bertanya pada Min Jung yang duduk di sampingnya.
Cewek mantan pacar Minho itu mengangguk
senyum.
“ya, begitulah.. kami syuting siang,
malam.. harus kejar target... bulan ke enam.. harus sudah tayang,” kata Minho
dengan wajah berbinar.
Lagi-lagi, di sebuah rumah di wilayah
kumuh Go Ryong, Ha Neul dan Ho Sung duduk manis di depan layar kaca, menonton
acara talkshow tersebut.
“Eonni.. mau lihat Oppa Minho lagi
tidak???!!??,” teriak Ha Neul dari depan tv.
Hyo Rin heran, kenapa kok Ha Neul senang
sekali, dia lalu menghampiri mereka.
“ada apa??,” sambil tangannya memegang
sebuah baskom besar dan penuh adonan.
“Oppa Minho.. tuh...,” tunjuk Ho Sung.
Tapi, sikap Hyo Rin biasa saja,” oo...
kalian ini terlalu nge fans dengannya”
“ah.. namanya juga aktor cakep, Eonni...
kapan ya.. aku bisa dapat namjachingu (pacar)
seperti Oppa Minho itu?? rasanya hidupku akan bahagia banget deh!,” Ha Neul
jadi mengkhayal.
Ho Sung memukul kepalanya, Ha Neul
mengaduh. Hyo Rin tertawa.
“jangan pernah berharap seperti itu, Ha
Neul.. hahaha!!”
Ha Neul menggaruk kepalanya.
“enggak apa dong, Eonni.. sekali-kali
begitu.. “
Hyo Rin masih mentertawakan adiknya itu
yang dia anggap khayalannya tingkat dewa.
Baginya, hal itu mustahil untuk terjadi. Lee Minho itu aktor yang sudah naik
daun, dan... bagaimana seorang aktor di negeri ini jika sudah terkenal, jangan
harap bisa berteman dengan orang biasa. Segala tingkah lakunya akan dilihat
banyak fans dan jika mengecewakan dimata para fans, siap-siap saja karirnya amblas ditengah jalan. Bahkan untuk
kehidupan asmara pun, akan didikte oleh para fans. Sudah pasti, baginya, hal
itu akan sangat mustahil dan sebaiknya adiknya itu jangan mengkhayal yang
tidak-tidak.
“Ah, Eonni.. aku kan cuma mengkhayal
saja.. lagipula, Oppa Minho juga tidak kenal aku.. dan enggak bakalan juga jadi
pacarku.. kok.. Eonni sensitif sekali??,” tanya Ha Neul. Sudah beberapa bulan
ini memang, jika kedua adiknya itu ngobrolin tentang Minho, Hyo Rin rasanya
sensitif, teringat lagi pada ciuman Minho terhadapnya di hujan deras, di dalam
mobil cowok itu. Tentu saja, kedua adiknya tidak tahu, kalau dia kenal dengan
aktor yang mereka idolakan.
“ah, kamu ini.. Eonni kan cuma mengajarkan
kamu supaya tetap realistis.. enggak bakalan cowok secakep dan sekaya Oppa Minho
itu akan naksir dengan kamu.. ,” jawab Hyo Rin dengan sedikit tegas.
“ah.. Eonni.. aku lihat terakhir kali...
Eonni terlalu sensitif kalau kita ngobrolin soal Oppa Minho.. ada apa sih?,”
kata Ho Sung, penasaran.
“gwaenchahn
ah.. enggak ada apa apa
kok...,” balas Hyo Rin dengan cepat.
“wah.. iya juga... ngomong-ngomong, Eonni
Min Jung...kalian kan..terakhir main bersama 3 tahun yang lalu ya??,” tanya
infotainment anchor.
Min Jung mengangguk,” iya.. sudah cukup
lama juga.. 3 tahun yang lalu..enggak terasa”
“Maaf kalau aku bertanya terlalu jauh,”
infotaintment anchor jadi cengengesan.
Minho sudah merasa, pasti akan bertanya
tentang hubungan masa lalu dia dengan Min Jung.
Dan, benar saja... sang anchor pun
bertanya itu.
Minho menjawab dengan mencoba santai,”
kami berteman baik.. terkadang memang aku juga suka ngobrol dengan dia.. iya
kan??”
Dia menoleh pada Min Jung. Min Jung
mengangguk mengiyakan.
“kami sebatas teman kok.. itu semua masa
lalu,” senyum Min Jung pada anchor tv itu.
Hyo Rin jadi memperhatikan soal itu,
memperhatikan mimik wajah Minho ketika ditanya. Ha Neul dengan seksama
memperhatikan wajah kakaknya itu yang dilihatnya seperti penasaran.
“Eonni... seperti penasaran banget dengan
Oppa Minho,” ujar Ha Neul dengan nada sedikit genit.
“ayoo.. jangan-jangan... Eonni juga
ngefans ya??,” lalu dia mentertawai kakaknya itu.
“eh.. ada ada saja.. itu kan.. karena
kalian semua.. uh,” jawab Hyo Rin.
Dia lalu pergi lagi ke dapur, menemani
nenek mereka membuat kue.
Ha Neul dan Ho Sung saling berbisik.
“aku penasaran... lihat gak.. tadi wajah
Eonni?? Matanya beda banget loh.. lihatin Oppa Minho di tv,” bisik Ha Neul.
Ho Sung mengangguk,” kok.. wajah Eonni..
seperti orang jatuh cinta ya? Hihihi”
“mungkin nge fans juga seperti kita,
hihihi,” balas Ha Neul. Mereka berdua cekikikan saja.
.....................................
Hari-hari berlalu...
Hyo Rin mengayuh sepedanya, kembali dia
duduk di taman sore itu. Dia menunggu saja orang berlalu-lalang.. barangkali
memang ada yang berniat membeli kue nya. Beberapa tertarik dan membeli,
beberapa hanya berlalu saja. Dia tetap melayani dengan ramah, orang yang
membeli kue berasnya.
Kue berasnya sore itu cukup laku. Dia pun
kembali pulang dan keluar dari taman itu. ketika dia mengayuh sepedanya di
jalan besar, tak berapa lama.. seorang wanita hampir separuh baya,
memanggilnya. Hyo Rin menoleh.
“Nyonya Han???,” ujarnya, keheranan.
Ternyata yang memanggil adalah ibunya Minho!
Hyo Rin penasaran, ada apa ibunya Minho
memanggilnya.
Han Sora membuka pintu mobil, keluar dan
menghampirinya.
“hai.. apa kabar...masih ingat aku?,”
senyum Ny.Han.
Hyo Rin dengan ramah membalas sapaan Ny
Han.
“hi, Nyonya Han bukan..?? Ibunya Minho??..
aku baik ...apa kabarnya Nyonya??”
Dia turun dari sepedanya. Bersikap seperti
biasa dengan Han.
“aku baik,” senyum Han. Lalu dia
mengeluarkan sesuatu dari tas mahalnya, ternyata sebuah kartu nama.
“aku lupa sesuatu... datanglah ke
rumahku... Minho akan mengadakan pesta kecil”
“apa.. masih memiliki kartu namaku??,”
Hyo Rin heran bercampur kaget, kenapa
wanita itu mengundangnya?? Bagaimana kalau nanti dia tahu.. kalau dirinya hanya
seorang miskin yang memang tinggal di wilayah kumuh Seoul??
“ah.. aku masih punya.. hanya saja.. aku
tidak membawanya, Nyonya, hehe”, ujar Hyo Rin, cengengesan.
“ini kartu nama temanku.. Tuan Cho. Dia
ingin sekali memesan kue mu.. sewaktu kami memesan, dia makan dan katanya..
enak sekali,” senyum Han. Dia lalu memberikan kartu itu pada Hyo Rin.
“terima kasih,” balas Hyo Rin sambil
menunduk hormat, menerima kartu itu.
“aku sudah berikan nomor teleponmu...
mungkin Tuan Cho akan meneleponmu...,” kata Han lagi.
“terima kasih.. Nyonya baik sekali
padaku,” senyum lebar Hyo Rin mengembang.
“Ingat loh.. kami mengundangmu minggu
depan... datanglah,” senyum Han. Dia mengatakan kalau Minho akan membuat pesta
kecil sebagai rasa syukurnya di tengah syuting yang hampir habis. Mereka
sengaja untuk tidak mengadakan pesta syukur setelah syuting selesai, karena
Minho harus pergi ke luar negeri, ke beberapa negara untuk langsung promosi
drama tersebut.
“wah.. dia hebat sekali.. karirnya semakin
cemerlang saja,” ujar Hyo Rin,dengan wajah cerianya.
“Minho bercerita.. kamu teman baiknya..
jadi.. datanglah,” senyum Han.
Hyo Rin jadi sedikit termenung. Hal itu
membuat Ny. Han bingung.
“ada apa?? Apa Minho tidak pernah bercerita
padamu soal ini??,” tanya Ny Han.
Dia heran kenapa kok Hyo Rin termenung.
“ah... iya, Nyonya.. aku akan datang...,”
Hyo Rin langsung sadar dan tersenyum lebar.
Ny Han berfikir, ada apa sebenarnya yang
disembunyikan antara Minho dan Hyo Rin??
Dia lalu bertanya, kapan terakhir antara
Hyo Rin dan Minho bertemu. Hyo Rin katakan, terakhir ketika setelah dia
memberikan pesanan kue nya ke rumah mereka. Ny Han pun tetap meminta dia untuk
datang dan akan mengabarkan pada Minho. Hyo Rin berjanji akan memenuhi nya jika
tidak ada aral.
Ketika Ny Han pamit dan mobilnya sudah
menghilang di ujung jalan taman itu, Hyo Rin hanya memegang kartu undangan
tersebut. Dia tidak ingin datang, tetapi, dia bukan orang yang ingkar janji.
................................
Nun jauh disana, di sebuah daerah
perbatasan, ternyata Minho menelepon ibunya untuk rencana kesiapan pesta kecil
itu. Dia senang karena ternyata ibunya berhasil menemukan Hyo Rin ditaman
seperti biasa. Minho berdalih kalau no telepon cewek itu hilang.
“ah... Gomawo,
Eomma.. aku senang sekali akhirnya Eomma bisa juga membantuku,”
Khayalannya berkembang, sudah hampir 4
bulan dia tidak bertemu dengan cewek yang disukainya.
“sepertinya.. kamu suka sekali dengan Hyo
Rin itu??,” tanya ibunya, penasaran.
Minho mengelak. Dia belum ingin ibunya
tahu, karena mereka dari keluarga kaya, sedangkan Hyo Rin dari keluarga yang
dulu kaya, mendadak miskin karena bangkrut.
“Eh.. tidak Eomma.. aku hanya tersisa
sedikit teman sekolah dulu.. dan dia teman yang baik,” jawab Minho, ngeles.
“sebab.. dia terlihat bingung sekali
ketika Eomma katakan.. kamu mengundangnya,” balas Ny Han lagi.
Minho malah jadi cekikikan di telepon pada
ibunya. Dia bilang dia memang belum menghubungi cewek itu untuk memberikan
kejutan. Makanya, mungkin dia bingung. Ny Han sama sekali tidak curiga anaknya
berbohong, bahkan tidak curiga anaknya menyimpan perasaan walau mengelak. Dia
hanya tahu, cewek yang bernama Hyo Rin itu tinggal di Goro, sebuah daerah
penghijauan dan cukup elit, walau aslinya, dia bingung: elit kenapa memakai
sepeda tua??? Dia percaya perkataan anaknya sendiri.
Ny Han bertanya, bagaimana kerja anaknya
selama sama sekali tidak tinggal dirumah walau satu malampun. Minho menjawab,
semuanya melelahkan. Namun dia merasa, bahwa nanti drama nya ini akan meledak
dan mendapatkan rating tinggi jika di tayangkan.
“Eomma melihat talkshow kemarin malam,”
“tentang apa yang ingin eomma bahas??,”
Minho penasaran.
“Hubunganmu dengan Min Jung... apa..
kalian pacaran lagi??,” tanya Ny Han. Minho memang suka sekali curhat padanya
dibanding pada ayah atau bahkan kakaknya.
“Kami memang setiap hari bersama,
Eomma..,” jawab Minho, kalem.
“Lalu??,” tanya Ny Han, masih penasaran.
“ah.. aku masih mikir-mikir...,” balas
Minho lagi.
“kalau kamu suka dia.. juga tidak apa
kan?? Apa kamu sudah memaafkan dia dari kisah masa lalu kalian??,”
Minho berfikir dengan pertanyaan ibunya
baru saja. Dia bukan orang yang mudah memaafkan jika disakiti, apalagi di
khianati. Pemberitaan berbeda antara apa yang dikatakan media dengan apa yang
dia rasakan. Hubungan pertemanan berlanjut lagi, juga karena syuting ini,
padahal, sama sekali sebenarnya dia tidak ingin cewek itu menjadi partner
mainnya, apalagi dengan posisi peran sekarang, menjadi pacarnya.
“aku masih mikir-mikir, Eomma,” balas
Minho lagi.
Ibunya tidak ingin berpanjang lebar
membahas itu. Mereka lalu membahas tentang kesiapan pesta karena sebentar lagi
syuting selesai.
Minho duduk di kursi, disebuah ruangan
yang sebentar lagi akan dipakai untuk syuting. Dia memangku bundelan skrip. Dia
memejamkan matanya, kelelahan, tetapi juga berfikir.
“Aku mengundang Hyo Rin.. semoga dia bisa
datang... hampir 4 bulan tidak melihat wajahnya,”
“kangen juga makan kue beras buatan
neneknya”
Salah seorang temannya masuk ruangan dan
menemukan Minho disana.
Dia menepuk pundak Minho,”oi.. bangun.. “
Minho tersadar, dia membuka matanya dengan
cepat.
“Jong Seol.. ada apa??,”
Cowok bernama Jong Seol itu mengambil
kursi, duduk di depan Minho.
“eh.. beneran.. kamu balik lagi.. pacaran
dengan Min Jung??,” tanya dia penasaran.
Minho senyum saja, dia memejamkan matanya
lalu menguceknya, kentara sekali dia mengantuk dan kurang tidur karena kejar
target syuting.
“belum ada pernyataan resmi sih,”
balasnya, santai.
Jong Seol malah tertawa. Dia mengerti,
dalam dunia artis, jika sudah mulai banyak fans, hati-hati saja dengan tingkah
laku para fans nekat. Terutama jika mereka tahu, idolanya punya pacar. Banyak
dari mereka yang tidak setuju dan bisa saja menteror.
“belum ada pernyataan.. tapi kalian dekat
banget setiap detik. Min Jung perhatian sekali dengan kamu,”
“Manajemen menginginkan kita memang tidak
bermusuhan.. kebetulan.. aku belajar melupakan masa lalu kami,” balas Minho
lagi. Dia meletakkan skrip diatas meja disamping kursi.
“gak jelas dong??,” tanya Jong Seol.
Minho mengangguk.
“memang masih belum jelas... aku juga
memang bisa perhatian dengan siapapun kan?? Bukan dengan dia saja??,”
“Tapi..sepertinya Min Jung mengharapkan
lebih dari yang kamu bayangkan,” ujar Jong Seol.
Minho senyum tipis. Dia masih mikir-mikir.
Dia ingat apa kata temannya, bisa saja semua itu, bahkan rasa suka seperti
sebuah setting. Tapi.. sekali lagi.. dia sedang bekerja. Rasa sukanya, tetap
pada Hyo Rin.
“ck... ah.. nanti saja itu.. aku tidak mau
di cap aktor cinlok (cinta lokasi),” Minho menepuk pundak temannya itu.
“Fans dia sendiri.. seperti apa??,” tanya
Jong Seol.
“sepertinya.. Min Jung punya fans yang
biasa saja.. tidak terlalu ganas,” jawab Minho, enteng.
Jong Seol tertawa renyah. Fans memang bisa
sangat gila mengatur karir idolanya. Dan Minho sudah mulai memiliki fans yang
banyak serta terbilang gila.
Tapi Jong Seol bilang, terakhir dia
mengintip staf nya Minho mengunduh tentang sikap ramah Min Jung padanya ketika
syuting dan tanggapan para fans biasa saja.
Minho lagi-lagi senyum tipis. Dia memang
gamang. Satu sisi, dia merasa memang belum bisa dekat, mengingat lagi kisah
masa lalu mereka. Satu sisi, Min Jung memang menurutnya gadis yang baik, hanya
skandal itu saja yang membuat diri mereka pernah terpuruk dan akhirnya berpisah
manajemen.
Jong seol menganggap, yang patut
dipermasalahkan adalah fans Minho, bukan fans Min Jung yang tidak terlalu
banyak dan tingkahnya biasa saja. Dia menceritakan beberapa tanggapan positif
ketika staf mengunduh foto mereka sedang tertawa bersama di syuting.
“bahkan ada yang mengetik.. kalian cocok
sekali.. apa kamu tidak tahu.. manajemen akan memasangkan kalian??,”
Minho kaget, matanya langsung terbelalak.
“Mueos??
Hwagsilhaeyo?? (apa?kamu yakin?),”
Jong Seol mengangguk. Minho jelas kaget,
dia tidak menyangka manajemen akan melakukan itu.
“loh.. perasaanmu sendiri seperti apa
padanya?? Kamu sendiri seperti ceria sekali di depan dia.. dan menolongnya
kalau ada kesulitan saat kita syuting,”
“bukankah aku bisa ramah dengan siapa
saja??,” tanya Minho.
Jong Seol mengangguk. Tak berapa lama, mereka
melihat para crew sudah datang. Mereka hentikan percakapan, berdiri dan
bersiap-siap syuting berikutnya.
Namun... Minho berfikir, apakah dia memang
lebih baik membuang perasaan sukanya pada Hyo Rin dan kembali berpacaran dengan
Roh Min Jung.. mantan pacarnya itu??
......................................
Hyo Rin melihat lagi kartu undangan itu di
depan mejanya yang diterangi lampu berwarna oranye terang. Tinggal di daerah
kumuh dibelakang wilayah yang terkenal gemerlap, Gangnam, bukan pilihannya,
termasuk soal listrik. Kalau sudah malam, dia hanya bisa menerangi kamarnya
dengan lampu watt rendah dan hanya kamar kedua adik dan neneknya saja yang
dibuat terang.
Pikirannya kadang berkhayal ingin kembali
lagi ke masa lalu, ketika masih menikmati kekayaan kedua orangtuanya sebelum
akhirnya mereka memutuskan bunuh diri karena bangkrut. Sejak itu, dia, kedua
adik dan neneknya bingung, mau tinggal dimana. Akhirnya, mereka pun sampai
disebuah daerah bernama Go Ryong, daerah kumuh yang banyak ditinggali anak-anak
jalanan, pekerja berupah rendah, atau orang kaya yang mendadak bangkrut dan
tidak tahu lagi mesti tinggal dimana. Dia harus menerima kenyataan itu. Dalam
usia sekolah SMA, dia sudah berjuang membantu neneknya yang mendadak buta
karena sedih, untuk berjualan kue beras buatan neneknya itu. Setiap hari, dia
melakukan itu, dia tidak meneruskan masa sekolahnya ke kuliah, tetap berjualan
setiap hari. Dia lebih memilih kedua adiknya minimal harus selesai sampai SMA.
Dia melihat terus undangan itu.
“pasti yang datang dari kalangan atas..
kenapa Minho sengaja mengundangku?”
Dia sudah membayangkan, dia tidak pantas
menghadiri acara itu. sudah dipastikan yang akan datang orang-orang kaya.. aku
mungkin tidak akan datang”
Dia lalu mencoba menenangkan dirinya
dengan tidur.
Ho Sung masuk kamarnya, ingin bertanya
sesuatu. Tanpa sengaja, dia melihat kertas undangan berlapis kertas emas itu.
“undangan apa ya??,” anak cowok masih
remaja itu penasaran. Dia pelan-pelan membuka agar kakaknya tidak tahu.
Dia begitu kaget, ketika dilihatnya,
undangan itu mencantumkan kata: Lee Minho mengundang Sun Hyo Rin diacara pesta
kebun untuk perayaan sukses selesai syuting drama.
“ah... apa ini benar-benar Oppa Lee
Minho?? alamat ini.. kan alamat kompleks orang-orang kaya,” Ho Sung menutup
mulutnya sendiri, supaya rasa kagetnya tidak diketahui kakaknya itu.
“dan... ini undangan perayaan selesai
drama?? Apa.. drama Oppa Minho yang memang akan selesai itu??”
Dia melihat wajah kakaknya yang tertidur.
“apa benar, Eonni.. Lee Minho disini
itu... Oppa Minho???”
Ho Sung jadi berpikir keras. Dia ingat
lagi beberapa waktu lalu, ketika kakaknya itu mengelak atas perasaannya sendiri
waktu menonton talkshow yang kebetulan Minho menjadi bintang tamunya.
“wah.. Eonni keren sekali.. kalau memang
ini adalah undangan dari Oppa Minho,”
Dia malah jadi kagum dengan kakaknya
sendiri, walau berfikir: darimana kakaknya itu kenal dengan Minho?? kapan??
Ho Sung senyum, dia merasa akan menyimpan
sebuah rahasia. Lalu dia keluar kamar lagi diam-diam.
..........................................
Minho sudah selesai syuting. Dia senang
sekali, pekerjaannya selesai dan tinggal menunggu kontrak selanjutnya yang
hanya menjadi model beberapa produk.
“sukses syutingnya.. semoga menjadi nomor
satu di korsel dan beberapa negara,” kata Manager Ban.
Minho mengangguk senang. Semua pemain
sedang berkumpul makan bersama yang terakhir untuk sekaligus perayaan kecil.
Mereka semua mengangkat gelas yang berisi
minuman.
“KUNBEEE!!”
, teriak mereka bersamaan.
Mereka tertawa-tawa semuanya.
“haah.. akhirnya.. selesai juga.. besok
masih banyak lagi pekerjaan,” kata Minho diantara Jong Seol dan Min Jung yang
duduk di samping kiri dan kanannya.
“belum selesai dong.. kita belum ada promosi
drama..,” balas Jong Seol.
Temannya itu lalu menoleh pada Min Jung.
“Oi, Min Jung... gimana perasaanmu.. semua
sudah selesai??,”
Min Jung senyum dan menjawab singkat saja.
“senang.. lelahnya terbayar sudah”
Jong Seol belum melanjutkan kata-katanya,
sudah dipotong oleh manajer Ban.
“sehabis ini.. aku ingin bicara dengan
kalian berdua”
Minho dan Min Jung hanya mengangguk saja.
Jong Seol berfikir, kemungkinan tentang nasib hubungan mereka berdua yang
sepanjang syuting terlihat akrab sekali.
...............................................
Apa yang dipikirkan Jong Seol benar..
“sepanjang syuting.. aku melihat kalian
berdua sangat akrab.. apa.. kalian pacaran lagi??,” tanya Ban.
Minho hanya senyum saja. Begitu juga
dengan Min Jung.
Ban memancing lagi mereka untuk membuka
suara.
“tidak kok.. kami hanya teman,” jawab
Minho, diplomatis.
Dia tahu, Min Jung mungkin bersikap, semua
itu akan terserah Minho. Mirip dengan kisah cinta yang lalu, ketika Minho
sedari awal syuting selalu memperhatikannya dan dia sendiri yang minta Min Jung
menjadi pacarnya. Tetapi, kali ini tidak. Walau Minho memperhatikannya
sepanjang keseharian mereka syuting, sikapnya hanya sebagai teman biasa.
“begitulah, Ban-ssi.. kami tidak pacaran kok,” senyum Min Jung.
Dia mencoba bersikap santai.
“para fans kalian sudah menggosipkan itu,”
kata Ban.
Yeah, kelakuan para fans memang bisa lebih
lebay dari yang dilakukan oleh para artis sendiri.
Minho hanya senyum saja. Dia tidak mau
menanggapi semua itu.
“tidak ada penyataan apapun tentang ini??,”
tanya Ban pada Minho.
“ah, Ban-ssi.. kami memang hanya teman,”
jawab Minho, dia berdiplomatis.
“berarti.. fans yang memang berlebihan
sekali menilai kalian,” ujar Ban lagi.
Dia berdiri, berjalan mendekati jendela.
“hebat juga jika fans bisa menciptakan
gossip seperti itu..,”
Dia lalu melanjutkan perkataannya.
“fans tidak masalah dengan kalian loh..
baru kali ini aku menemukan hal yang menggembirakan...”
Minho menebak apa yang Ban pikirkan..
akankah dia menjadikan Min Jung sebagai pacarnya.. seperti dulu???
Lagi-lagi, Minho berdiplomatis.
“Mungkin.. kita harus menyembunyikan
keakraban kita ya, Min Jung? Aku minta maaf, “
Min Jung senyum menanggapi perkataan
Minho.
“aku tidak masalah kalau memang Oppa Minho
baik padaku.. kamu memang baik”
Perkataan Min Jung seperti sebuah isyarat
bagi Ban untuk menghubungkan mereka lagi lebih dekat. Karena mereka juga akan
banyak promosi bersama lagi untuk drama mereka nanti.
Ban mendekati mereka berdua.
“masih ada waktu,” katanya dengan santai.
“lagipula.. aku membaca kontrak kalian..
dalam waktu dekat.. kalian akan ada flash story untuk iklan.. ini bagus untuk
saling dekat”
Minho hanya senyum saja.
“ah... bagiku hal seperti ini masih perlu
dipikirkan panjang”, jawabannya lagi-lagi diplomatis.
Min Jung memang masih berharap hubungan
mereka akan berlanjut. Karena yang hanya dia tahu, memang Minho dan dia
masing-masing belum punya pacar.
Sekali lagi, Minho masih berdiplomatis,
menjawab itu semua bisa dibicarakan nanti. Memang dia sama sekali tidak bisa
berpacaran dengan Min Jung, yang sudah tertolak dihatinya.
Bersambung ke part 6....