Lee Minho sebagai Matsuo Masahiro aka Hiro
Tatsuya Fujiwara sebagai Ryouji Matsuyama aka Ryo
Shun Oguri sebagai Takumi Ishimaru aka Taku
Cerita ini hanya imajinasi belaka.. jangan terlalu dimasukkan ke hati.. nama
tempat juga fiksi belaka.. genre semi horror..
Hiro masih berteriak. Dia tidak terima
teman-temannya sudah terbawa oleh iblis yang masuk dalam tubuh bhiksu yang
awalnya mereka pikir, bisa membantu mereka membebaskan Natsumi dari perangkap
kekuatan iblis leluhur. Dia dan sang panglima naga emas peliharaannya terus
saja berusaha mendobrak lapisan lapisan dinding salju yang dingin menusuk
kulit. Namun.. semakin lapisan itu di dobrak, terbentuklah yang baru dan
semakin tebal.
”WOI IBLIS SIALAN... LEPASKAN AKU!,”
katanya masih berteriak-teriak sambil mencoba menghancurkan terus dinding yang
semakin menebal.
Dia melihat teman-temannya memasuki lorong
merah yang dipenuhi kertas-kertas mantera.
”Gawat.. mereka makin terlena... Ryo-kun..
kamu tahu tidak sih??,”
Perasaannya sudah patah semangat, dan dia
melihat naga emasnya itu kehabisan energy.
Dia pun akhirnya duduk bersimpuh, mencoba
merenung. Sang naga emas
kembali masuk dalam jimat.
”harus bagaimana lagi, Kami-sama??”, katanya merenung.
Dia tidak bisa telepati, hingga pikirannya
buntu, bagaimana bisa membebaskan semua temannya dari cengkraman iblis.
Badannya pun sudah mulai kedinginan akibat dinding es yang tebal.
”apa.. aku dan teman-teman lainnya akan
mati disini??”.
Hatinya sudah sangat gundah. Dia memikirkan
sekali teman-temannya itu. Mungkin saja dia hanya akan mati karena kedinginan,
namun dia membayangkan bagaimana nasib mereka nanti??
Badannya sudah mulai menggigil.. dan mulai memikirkan hal yang aneh-aneh,
antara disadarinya atau tidak. Dia melihat banyak segerombolan setan dan
roh-roh bayangan hitam, merah menyala dan api, yang siap memangsanya. Padahal,
dia sendiri sedang terperangkap dalam salju yang dingin dan dadanya sudah mulai
sesak. Ia sudah sulit sekali bernafas.
Dalam pikirannya terbayang-bayang memori
manis bersama dengan para sahabatnya itu: Ryouji yang suka sekali memukul
kepalanya jika kebodohan dan asal-asalan dirinya muncul, apalagi kalau tingkah
playboy nya muncul; Takumi yang sifatnya pendiam dan pintar yang jarang
ngerjain dia; Natsumi cewek yang polos dan baik; dan pacarnya, Sara-cchi yang
keras kepala, judes, tapi aslinya baik.
Lalu.. dia juga membayangkan bagaimana
keceriaan keseharian hidupnya dengan ayah, ibu dan kedua adik perempuannya. Dalam
hatinya dia tersenyum... dan semuda itu.. mungkin ia harus siap pergi dari
dunia ini, sebegitu cepatnya... tapi dia harus siap.. demi menolong masa depan
temannya, Natsumi.
Dia berusaha untuk berkonsentrasi
mengatasi dingin nya terperangkap di dimensi itu. Tangan dan kakinya sudah
mulai kaku. Dia berusaha untuk menggerakkannya, mengalirkan energi penyembuhan
ke dalam dadanya sendiri, agar suhu tubuhnya tetap terjaga.
”Aku tidak boleh mati... teman-teman masih
membutuhkan aku,” katanya lirih dalam hati.
Beberapa menit dia mengkonsentrasikan
dirinya, berusaha untuk tetap menghangatkan diri. Sementara dia juga melihat
para setan diluar dimensi ini sudah mulai mengelilinginya, berusaha juga
membuka gerbang dimensi itu. Bukan untuk membelanya, tapi memakan rohnya.
”dimensi ini tetap harus ku buka...”,
katanya, sambil memejamkan mata.
Kakinya sudah mulai hangat.
”Lalu.. tinggal menghabisi para setan itu,”
Lima menit berlalu.. badannya juga sudah
mulai hangat. Dia belum memperdulikan lagi..sampai dimana langkah
teman-temannya dengan sang bhiksu palsu.
Tak berapa lama, kulitnya yang tadi biru
karena kedinginan berubah perlahan menjadi merah muda, dia sudah mulai pulih
dari hipotermik, kedinginan yang amat sangat.
Dilihatnya, banyak setan di depan matanya
sudah mulai mengintai. Sedikit lagi, dia sudah bisa menjebol dinding itu lalu
minimal mengusir para setan itu.
”o cmmon... ayo sembuh.. ayo sembuh,” dia
menyemangati dirinya sendiri.
Teringat lagi keceriaannya bersama dengan
para anggota keluarga dan sahabat nya, membuat semangatnya tetap bangkit.
“kasus leluhur Natsu-chan.. harus
diselesaikan sekarang juga.. harus!”.
Dia meyakinkan dirinya lagi, kalau akan
pulang dengan selamat.. apalagi, dia harus bisa menyelesaikan kasus ini dengan
bangganya.
-----------------------------------
Disebuah lorong antara satu kuil ke kuil yang lain...
”sepertinya lorong ini panjang sekali dan
enggak ada akhirnya,” gumam Ryouji.
”kapan kita sampai??,” bisik Natsumi pada
Ryouji.
”enggak tahu.. kenapa kita jadi lama
sekali sih???,” bisik Ryouji balik pada Natsumi.
Natsumi hanya menggeleng, tidak tahu.
Lalu Ryouji berbicara kepada Takumi,
berbisik.. apa ada benda yang kira-kira dapat di analisa. Takumi belum bisa
memastikan itu. Dan.. Ryouji
menoleh ke belakang.. dimana Hiro berjalan mengikuti mereka. Sara tidak banyak
bicara, dia justru berada di samping Takumi.
”Eh, Hiro kun.. kenapa kamu diam saja,
ah??,” tanya dia, dengan sedikit ketus.
Hiro diam saja, dia malah tersenyum. Namun
senyuman itu terkesan dingin, menyeramkan dan seperti menyeringai. Tidak ada
yang menyadari, bahwa Hiro yang mereka kenal, sedang berada di jeratan dimensi
es, dan yang berada di tengah-tengah mereka pada dasarnya setan suruhan dari
Iblis berkepala enam yang menyamar menjadi kepala bhiksu itu.
Ryouji menaikkan alisnya, tanda keheranan.
Tentu saja, bukan sifat Masahiro Matsuo yang seperti itu.
”kamu kenapa begitu, Hiro kun... sakit
perut??,”
Hiro dengan nada dingin hanya menjawab,”
tidak”.
Sara langsung menimpali,” aneh sekali
kamu”.
Tapi ekspresi Hiro tidak berubah, masih
terkesan dingin dan kaku. Teman-temannya berfikir mungkin karena dia
membayangkan akan menghadapi iblis yang mereka anggap hebat dan sakti, sehingga
dia menjadi serius.
Karena bisik-bisik dan juga ketusan Sara
agak sedikit keras, maka sang bhiksu jadi menoleh pada mereka.
”apa kalian merasa lelah?? Kita bisa
beristirahat di depan sana,” kata sang bhiksu dengan ramah.
Karena dibilang seperti penganggu mereka
minta maaf membuat berisik perjalanan itu. Namun, tanpa mereka sangka, di depan
sana ada sebuah kuil lagi. Ryouji jadi heran, begitu juga yang lain.
”sepertinya tadi lorong ini masih panjang
deh.. kok tiba-tiba ada kuil
lagi dekat kita??.”
Ternyata, semua juga kaget, kenapa bisa
begitu.
Ya, mendadak di hadapan mereka, ada sebuah
kuil yang sangat teduh. Tidak besar, namun dikelilingi pohon rindang yang
mungkin berusia ratusan tahun, dan disampingnya ada sebuah air terjun.
Benar-benar tempat yang menyejukkan jiwa. Namun, bukan itu persoalannya. Yang
mereka herankan, tadi mereka melewati lorong yang sangat panjang berwarna merah..
namun tidak sampai beberapa detik sang bhiksu menoleh, lorong itu seperti
membuka diri... dan terlihatlah kuil di depan mata mereka sekarang.
Ryouji menyikut sedikit pinggang Takumi,
tanda dia meminta temannya juga menyelidiki, apa benar yang mereka lihat di
depan mata adalah sebuah kuil indah???
Takumi mencoba melihat sisi lain.
”ah...benar.. ini sebuah kuil,” katanya
tanpa ragu.
Ryouji dan yang lainnya percaya saja
dengan kata-kata Takumi.
Sang bhiksu lalu tersenyum, sepertinya dia
tahu, kalau mereka ini tidak langsung percaya dengan apa yang dilihatnya.
”ini adalah tempat peristirahatan kepala
bhiksu terakhir sebelum saya memimpin... mari.. silahkan... kalian bisa
beristirahat disini sebelum tiba di kuil terakhir.,” katanya dengan ramah.
”ojama
shimasu (maaf mengganggu)!!!,” kata mereka, kompak, membuka alas kaki
mereka dan berjalan di pelataran kuil.
Diam-diam, Sara melirik pada Hiro yang
terkesan benar-benar kaku.
Wajah Hiro memang terlihat kaku, seperti
tidak bernyawa. Memang bukan
Hiro yang sebagaimana mereka tahu.
”Hiro kun.. tsukareta ka?? (kamu capek??),” tanya Sara, basa basi,
waktu membuka sepatu mereka.
”iya
(tidak),” geleng Hiro, datar.
Sara bergumam, ada apa dengan pacarnya
ini?? Memang sangat tidak biasanya. Dia sedikit mencuri pandang, namun dalam.
Dia seperti melihat wajah Hiro agak kebiruan.
”Kebiruan?? Apa.. aku salah lihat??,”
tanya hatinya.
”Byouki
ka? (sakit?),” tanya Sara lagi.
Hiro lagi-lagi datar dan hanya mengatakan
tidak.
Sang bhiksu berdiri di depan mereka. Dia
mengatakan kalau disini ada pelayanan yang sangat istimewa... bahwa setiap
orang akan dijamu satu persatu.
Tentu saja mereka kaget, karena baru
menemukan hal seperti itu.
”ah.. terima kasih, Guru.. tapi mungkin..
karena kami masih sekolah.. tidak perlu seperti itu,” kata Ryouji, basa basi.
”Kami bukan orang-orang istimewa,” senyum
Takumi.
”Kami memang memperlakukan semua orang
istimewa..,” balas sang Bhiksu sambil menghormat kepada mereka.
Mereka sangat berterima kasih, menunduk
hormat pada sang bhiksu. Di depan pintu besar itu, yang terbuka, sudah ada
beberapa bhiksu sesuai dengan jumlah mereka, akan melayani mereka sejenak
beristirahat di dalam ruangan tersebut.
”silahkan.............,” kata para bhiksu
tersebut, kompak.
Tentu saja Ryouji dan teman-temannya
begitu terkesan dengan keramahan pelayanan pemimpin bhiksu dan murid-muridnya
itu. Hal yang belum pernah mereka dapatkan. Tetapi, lagi-lagi, ternyata Ryouji
dan Sara kompak melihat wajah Hiro yang dingin-dingin saja.
”kenapa dia sedingin itu sih???,” tanya
Ryouji dalam hatinya.. dan dipertanyakan pula oleh Sara, dalam hatinya.
Sara akhirnya berinisiatif untuk
menggenggam tangan Hiro, yang ternyata memang dingin, seperti mayat.
”kamu kenapa??,” katanya, singkat.
Tapi hanya dijawab cowok itu dengan
gelengan kepala. Sara masih
tidak mengerti, apa yang terjadi dengan pacarnya itu. Lagi lagi dia
berpikir...mungkin itu hanya sebuah pikiran yang melanda dia, karena yang akan
dihadapi bukan hantu biasa.
Ruangan di dalam kuil itu ternyata tidak
kecil. Didalamnya masih ada ruangan-ruangan lagi yang spesial, benar seperti
apa yang dikatakan kepala bhiksu sebelumnya.. seperti ruangan khusus untuk
saling menjamu tamu.
Ryouji tidak begitu curiga... mungkin
memang ini sifat pelayanan baik mereka?? Dia meyakinkan yang lain untuk bersikap
biasa saja.
Sang kepala bhiksu lantas mempersilahkan
mereka semuanya masuk.
”Hanya dapat masuk satu persatu di
masing-masing ruangan...silahkan,” katanya dengan ramah kepada mereka.
”whoah.. masing-masing ruangan saja..
sepertinya kayu-kayu nya mewah sekali,” gumam Takumi, melihat langit-langit
ruangan yang besar itu.
Semua seperti terkagum-kagum, tapi tidak
dengan Sara. Pikirannya selalu mengarah pada Hiro. Namun dilihatnya, Hiro
santai saja memasuki ruangan yang berbeda dengannya.
Dia menggerakkan tangannya, ingin
mencegah, supaya pacarnya itu tidak masuk ke ruangan yang ditunjuk, tapi
bersama dia saja, meminta ijin pada sang bhiksu kepala, agar mereka bisa
bersama. Namun, diurungkan niatnya tersebut.
”Maaf.. disini.. semuanya akan mendapatkan
pelayanan yang terpisah,” ujar salah seorang bhikuni.
Karena tidak enak hati, Sara akhirnya
merasa malu dan menunduk hormat pada bhikuni itu, meminta maaf atas
kelancangannya tidak mematuhi aturan dalam kuil tersebut.
Mereka semua memasuki masing-masing ruangan
khusus. Di dalam ruangan tersebut, ada sebuah meja besar yang ternyata untuk melayani
mereka. Ada seperti beberapa kitab, minuman, makanan. Terdengar pula suara
musik, namun yang aneh dilihat oleh Ryouji, tidak ada orang yang memainkan
alat-alat musik, hanya suaranya saja. Ryouji jadi curiga, tidak seperti
sebelumnya yang awalnya santai.
Begitu juga ternyata Sara di ruangan lain.
Dia juga merasa aneh dengan semua ini. Namun, baik Sara atau Ryouji tidak bisa
melihat motif dibalik itu. Dalam hal ini, justru yang paling bisa adalah Hiro,
namun Hiro sendiri terlihat kaku, sama sekali tidak tertarik dan hanya terlihat
dingin dengan semuanya.
”Tidak mungkin ini semua ulah sang iblis,”
kata Ryouji, meyakinkan dirinya sendiri, kalau pandangannya itu salah. Dia tidak
mau menyangka buruk terlebih dulu.
”Silahkan duduk,” kata seorang bhikuni
kepada Sara.
Sara menunduk hormat dan mengucapkan
terima kasih, dan dia berbasa basi,” Aku seperti Ratu di kuil ini.. maafkan,
hehe.”
Padahal, keraguannya makin menjadi. Dia
masih saja memikirkan Hiro.
”Hiro kun... aku merasa aneh dengan semua
ini,” katanya dalam hati, ketika dia dituangkan minuman. Dia merasa... Hiro
yang dia lihat bukanlah sejatinya Hiro.
---------------------------------------
Hiro masih saja sibuk menyembuhkan dirinya
sendiri yang terkena serangan dingin karena berada di dimensi es. Semua yang
dia lihat adalah es, membeku.. bahkan para hantu yang siap untuk memangsanya
sepertinya berasal dari bekunya es. Dia tahu, bahwa dia sedang berada dalam
kekuasaan sang Bhiksu yang sebenarnya adalah iblis.
Sementara di depannya ketika dia berusaha
memusatkan penuh energinya... seperti ada seseorang perempuan berdiri.
”Wanginya seperti aroma tubuh Sara-cchi,”
katanya dalam hati, belum membuka matanya. Dia masih ragu, apakah hal ini hanya
cobaan bagi meditasi penyembuhan diri sendiri.
”Hiro kun... tolong aku...,” suara Sara,
ada di depannya.
”Apa... Sara-cchi menemui kesulitan???,”
kata hatinya Hiro, mulai ragu.
Dia berfikir dari awal, kalau para iblis
itu memang akan memasukkan satu persatu mereka dalam dimensi yang mereka
kuasai, sehingga akan mengurung mereka selamanya.
”Tidak...aku yakin.. ini tipuan,” katanya
lagi. Tinggal sedikit lagi kapasitas energi nya full untuk melawan kesaktian
para iblis itu.
Hito terus saja melanjutkan meditasinya,
tanpa melayani suara yang seperti Sara. Namun, sosok itu pantang menyerah. Dia
berjongkok dan menyentuh kulit cowok itu.
”Hiro kun.... ini aku,” suaranya
benar-benar mirip dengan Sara.. tanpa setitikpun berubah.
”Sara cchi... ini benar suaranya... apa
dia juga terperangkap dalam dimensi es??,” Hiro ternyata sudah mulai terusik.
”Hiro kun...,” suara Sara muncul lagi, dan
malah menggenggam tangannya.
Hiro benar-benar merasakan hangat tangan
Sara, seperti yang mereka lakukan kalau sedang jalan bersama.
”Sebentar lagi, Sara cchi...atau..siapapun
kamu,” balas Hiro, dalam hati.
Satu langkah lagi dia menyempurnakan
energinya, maka dia yakin bisa menghancurkan dimensi itu.
Wujud Sara itu malah memeluknya.. Hiro
jadi terbawa perasaan dalam terpejamnya mata.
”Apa... Sara cchi terperangkap juga???,”
dia masih belum tergoda.
-----------------------------------------------
”Aku terkesan dengan semua ini....,” kata
Sara, ramah dengan bhikuni itu.
Dia menikmati teh yang disediakan
perempuan itu. Sangat harum
dan menggoda untuk diminum.
”Kami memang ingin para pengunjung kuil
besar ini punya pengalaman yang menyenangkan ketika berkunjung,” kata bhikuni
itu.
Sara melihat wajah bhikuni yang berdiri
didepannya itu, terlihat pucat, mungkin karena wanita itu kurang gizi atau
terlalu lelah melayani masyarakat.
Sara berani untuk berbasa-basi mengatakan
kalau wajah bhikuni itu seperti kurang sehat dan kenapa tidak istirahat saja
supaya lekas pulih lagi??
Tapi, sang bhikuni itu mengelak, menjawab
kalau wajahnya sedari dulu memang seperti ini. Sara begitu penasaran, sebab dia
menangkap energi yang ”tidak enak” dari gelombang tubuh perempuan itu.
”Seperti bukan gelombang manusia... kenapa
rasa gelombangnya seperti dimiliki seorang monster perempuan??,” tanya Sara
dalam hatinya.
Dia tetap waspada, karena tidak memiliki
kemampuan melihat wujud lain dari sesuatu atau seseorang, tidak seperti Hiro
yang lebih tinggi darinya.
Perempuan itu menuangkan tambahan teh ke
dalam gelas untuk Sara.
”Silahkan...,” katanya dengan ramah.
Dia meminum lagi teh itu.
Namun... tak berapa lama.. dia seperti
mendengar kata-kata Hiro meminta tolong padanya.
Dalam kebingungannya itu, padahal Hiro
sedang ada di samping ruangan, dia seperti berada di sebuah dimensi yang
aneh.... dimensi es!
Dia seperti berada di sebuah ruangan tanpa
batas, tidak pula seperti di langit, dengan hamparan salju dan es yang sangat
dingin menusuk kulit. Pupil matanya menjadi besar, dia sangat shocked, tidak
menyangka, sebenarnya mereka telah ditipu oleh iblis.
Tubuhnya makin berputar-putar tak tentu
arah. Dia berusaha melawan, agar tidak terbawa semakin dalam ke dimensi itu.
Tubuhnya terus berputar-putar, dia berteriak-teriak. Yang pertama kali
disebutkan adalah nama Hiro.
”Hiro kunnnnnnnnnnnnn!!!!!!!!!!!,”
Dia mengira Hiro berada di sebelah
ruangannya dan dapat mendengar teriakannya. Padahal Hiro yang ada di ruangan
tersebut adalah seorang iblis juga.
Dia berteriak sangat keras... berharap
Hiro akan menolongnya, namun sia-sia saja.
Lantas dia melihat ada seorang perempuan
tua sekali, rambutnya panjang putih terurai, dengan wajah yang penuh keriput
serta luka menyeramkan dan pucat, kulit bawah matanya berwarna biru tua, tertawa
di depannya, yang sudah jatuh terduduk.
”Satu persatu kalian akan mati ....
hihihihi,” tawa menyeringai sang hantu perempuan.
Sara mencoba bangun, dia sangat kelelahan.
Pelan-pelan dia bangun.
”Ternyata... kamu iblis laknat!,” katanya,
menggeram pada hantu wanita itu.
Hantu wanita itu mempunyai wajah yang
aneh, mulutnya tidak dibawah hidung, tapi di kepalanya. Lalu.. Sara melihat,
kaki tangan iblis wanita itu berbulu seperti serangga.
Sara menyeringai tipis...
”Jorougumo,
eh???,” katanya, kepada hantu itu.
”Apa... Hiro kun juga kalian tawan??,”
lanjutnya.
Si Jorougumo itu terkekeh kepadanya,” Aitsu... kamu akan segera mati kami
mangsa... dou??”
”Sudah lama aku tidak makan daging
manusia...,” kata iblis itu lagi.
Sara tertawa terbahak-bahak dengan
sesumbar sang iblis. Satu hal yang dia pikir aneh sekarang adalah: mengapa dia
bisa melihat wujud iblis?? Padahal selama dia bersama Hiro, dia tidak memiliki
kemampuan itu!
”Hiro kun... kamu dimana?? Tolong jawab suaraku!”, katanya dalam
hati.
Dia berusaha mengatasi cemasnya, agar bisa
melawan sang iblis.
Lalu dia membentuk formasi di kedua
telapak tangannya, jadilah sebuah bola biru muda yang melingkupi dirinya. Itu
yang dapat dia lakukan untuk melindungi diri ketika Hiro tidak ada di
sampingnya untuk melawan hantu atau iblis.
Jorougumo (iblis laba-laba) tertawa, “Bola
seperti itu tidak ada gunanya bagiku!!.”
Lantas dari mulutnya yang berada di puncak
kepala, keluarlah seperti sebuah kaki serangga, yang mirip dengan kaki
laba-laba, berbulu yang tajam tipis.
” Bola mu itu takkan berguna... dasar
manusia tidak tahu diri!,”
”Coba saja... jangan meremehkan aku,”
balas Sara, lantang.
Sara terus membuat bola perlindungan
energinya menjadi semakin besar dan bulat. Kaki-kaki laba-laba yang keluar dari
iblis itu terus menyerangnya, berusaha menembus.
Sara terus melawan tanpa menyerah,” Apa
semua temanku juga terjebak di dimensi yang sama??”.
”Hiro kun... kamu dimana?? Serangan iblis ini semakin kuat saja...
tolong aku, Hiro kun!,” katanya dalam hati.
Iblis wanita laba-laba itu semakin kuat
saja menyerang Sara. Kaki-kaki nya yang keluar dari mulut di ujung kepalanya
semakin banyak, semakin tajam. Sara membuat perlindungan berlapis-lapis demi
mempertahankan diri, sambil terus memanggil nama Hiro, berharap cowok itu akan
datang melindunginya.
Sang iblis wanita itu makin keras
tertawanya. Gigi geliginya yang menyeringai dan tajam bagai gigi laba-laba,
seperti silet, seperti puas sebentar lagi Sara akan jadi mangsanya.
”Menyerahlah ....!!!,” katanya, sambil
tertawa.
”TIDAK.. DASAR IBLIS PEREMPUAN LAKNAT!!,” Sara balas
berteriak.
Dia lebih meningkatkan energinya. Tentu
saja ini menjadi resiko besar baginya, karena kalau terus menerus bertambah,
tenaganya akan habis dan
justru dia akan kalah. Bola perlindungannya terus diserang oleh kaki-kaki itu,
seluruh bagian bola sudah dipenuhi mereka.
Sara terus mempertahankan dirinya... dia
tidak mau menjadi budak iblis itu. Dia tahu, kalau Jorougumo adalah seorang
wanita yang dulunya berhikmat pada iblis, sehingga menjadi budak iblis utama di
neraka.
”Mati saja kau, iblis laba-laba laknat!!,”
teriaknya.
Tapi iblis itu terus tertawa. Dia merasa
sedikit lagi akan menang. Keringat di tubuh Sara semakin mengucur, dia sudah
kelelahan, kehabisan energi, berharap Hiro akan membantunya, namun ternyata
belum datang juga.
Sehingga... sebuah kaki laba-laba yang
bersar dan seperti silet, datang menyerangnya... lebih besar dari kaki-kaki
sebelumnya... dan...
Berhasil merobek bola perlindungannya!!
”AAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!,” Sara berteriak
kencang dan kesakitan... tubuhnya terasa ditusuk sebuah pedang yang tajam.
Jurougumo tertawa keras... dia sudah
menang.
“Hahahahahaha... lekas bawa anak perempuan
ini ke neraka!!!,” katanya, dengan tawa penuh kemenangan. Dari kepalanya
tiba-tiba keluarlah sebuah laba-laba besar dan hewan itu pun menarik-narik
tubuh Sara.
Hiro yang sudah mengumpulkan energi dan meditasinya
selesai, langsung membuka matanya dan mendengar teriakan Sara... namun..
sepertinya dia sudah terlambat...
“Sara cchi... bertahan sebentar!!,”
Dia langsung berdiri dan disekelilingnya,
ada sosok Sara yang sudah sangat pucat dan badannya seperti tertusuk kaki
laba-laba yang tajam, setajam pedang.
“SARA CCHII........ NOOOOOOOO!!!,”
Hiro berteriak... dia juga merasa
kesakitan dengan apa yang dia lihat dari pacarnya itu.
“ARGHHHHH!!!!”, tubuhnya jadi seperti
tertusuk pedang.
Jimat naga emas jatuh dari bajunya... dan
berubah menjadi seorang panglima..
Hiro terus kesakitan... badannya seperti
ikut merasakan ditusuk oleh Jurougumo itu.. dilihatnya... Sara diseret-seret
menuju sebuah tempat yang penuh dengan api, darah dan nanah...
“SARA CCHIII............
NOOOOOOOOOOOOO............ JUROUGUMO SIALAN!! LAKNAT!!! LEPASKAN SARA CCHI!!!,”
teriaknya... sambil memegang dadanya yang seperti tertusuk pedang...dia
terduduk.. dadanya begitu sakit...
Bersambung ke part 26....