Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...
Minho memaksa Hyo Rin masuk ke mobilnya,
walau cewek itu menolak sekali dan ingin berontak. Hyo Rin cemberut saja
sepanjang jalan, tidak tahu, apa yang akan Minho lakukan padanya. Sepanjang
jalan menuju sebuah tempat, mereka hanya diam saja, tanpa bicara sepatah
katapun.
Tak berapa lama, sampailah mereka ditempat
sebuah pusat perbelanjaan merk merk terkenal dari seluruh dunia. Minho keluar
dari mobil dan meminta Hyo Rin juga keluar.
Lama cewek itu berpikir, apa akan keluar
atau bahkan berlari kabur.
“eh.. ayo cepat... gimana sih?? Waktu kita
dua jam lagi,” Minho menunduk ke dalam mobil, memakai kacamata hitamnya dan
topi, menunjukkan jarum jam yang memang tinggal dua jam lagi ke acara pesta
yang akan diadakan keluarga Minho.
Hyo Rin masih terlihat ragu keluar dari
mobil Minho. Dia seperti mencari akal untuk kabur. Dia berpikir licik,
pelan-pelan dia keluar dari mobil, lalu langsung berlari.
Tapi, lagi-lagi, langkah larinya pun kalah
cepat dengan Minho yang memang tinggi. Cowok itu berhasil menangkap tangannya
dengan cepat.
“hey.. aku kan enggak akan jahat sama
kamu...,” kata Minho dengan sedikit kesal.
“Lepas.. atau aku akan teriak,” bisik Hyo
Rin.
Minho malah iseng,” teriak saja.. aku
tidak takut sama sekali... anggap saja kita pacaran... beres kan??? Aku belum
ada ikatan pernyataan apa-apa dengan Roh Min Jung,”
Lalu dia tersenyum kesan licik pada Hyo
Rin.
Hyo Rin malah menatap wajah Minho.
“semestinya cowok ini akan panik kalau aku
teriak.. ini kok enggak sih?? Menyebalkan,” kata Hyo Rin dalam hatinya.
Minho sedikit kesal karena dipikirnya Hyo
Rin terlalu banyak pertimbangan, dia menarik lagi tangan cewek itu dan membiarkan
Myong tinggal di dalam mobilnya.
“biasa saja... aku enggak mau orang-orang
tahu.. kalau aku Lee Minho,” Minho jadi setengah berbisik pada Hyo Rin dan agak
menunduk, mendekati wajah cewek itu.
Hyo Rin langsung menjauhkan wajahnya dari
Minho, dengan pandangan yang aneh.
“eh.. jangan melihatku seperti itu,”
gerutu Minho dengan wajah mendadak jutek,
lalu mendorong pundak Hyo Rin menuju sebuah boutique gaun.
Mereka disambut ramah oleh seorang SPG
boutique itu.
Minho dengan ramah meminta tolong SPG itu
melihat gaun baru yang kira-kira cocok untuk Hyo Rin.
“dia temanku.. dan norak... jadi tolong Noona bantu aku untuk memilih gaun yang
pantas untuk dia ya,” senyum Minho dibalik kacamata hitamnya.
Sang SPG senyum saja dengan perkataan
Minho baru saja. Tidak asing lagi bagi mereka kalau seorang cowok membelikan
baju untuk pacarnya, apalagi kalau memang cowok itu orang kaya. SPG itu
mengarahkan Hyo Rin untuk memilih milih.
Minho cerewet pada sang SPG kalau mereka
tidak punya waktu dan tunjukkan saja gaun jahitan keluaran terbaru.
Hyo Rin menoleh pada Minho dan terbelalak.
“Gila.. pasti harga gaunnya mahal dan aku
enggak bisa bayar,” kata Hyo Rin dalam hati, cemas.
SPG hanya menunduk hormat, lalu meminta
keduanya mengikuti. Tak berapa lama, pas di depan etalase, sebuah gaun berwarna
hitam elegan terpampang dan Hyo Rin pun mencobanya.
“ya ampun...dia cantik banget pakai gaun
itu,” Minho jadi membelalakkan matanya tanda kagum ketika melihat Hyo Rin
keluar dari kamar ganti.
Minho mengalihkan kekagumannya itu biar tidak
terlalu kentara dengan perilaku sedikit kasarnya, dia mendorong Hyo Rin ke
depan kaca.
“Lihat deh... pas banget kan?? Aku juga
suka... jadi.. masih enggak mau pergi ke pestaku??,” tanya Minho di depan
cermin besar.
SPG hanya tersenyum melihat mereka berdua.
“pacar Eonni perhatian sekali..,” katanya.
Minho malah menoleh pada SPG itu dan
senyum. Sementara Hyo Rin sudah terlanjur kusut hatinya, galau, bagaimana dia bisa membalas semua itu dan berhutang budi?
“aku kan sudah janji padamu.. aku enggak
akan datang.. dan.. kalaupun datang.. aku enggak akan hutang budi padamu dengan
gaun ini,” katanya. Lalu dia segera masuk lagi ke kamar pas.
Minho tersinggung dengan perkataan cewek
itu. Sementara SPG hanya diam saja, menunggu,apakah mereka akan membeli atau tidak.
Keluar dari kamar pas, Hyo Rin langsung
bersikap ramah pada SPG.
“maaf Eonni.. aku tidak bisa memakai ini..
terima kasih.. lain kali saja,” katanya, lalu memberikan pada SPG itu, segera
menunduk hormat sedikit dan meninggalkan Minho.
Minho lekas juga keluar dari boutique itu
dan menggerutu.
“kamu ini norak sekali.. kalau perlu,
seluruh baju di boutique itu bisa aku beli,”
Hyo Rin menoleh Minho berkata seperti itu.
“aku enggak mau berhutang budi padamu,
Minho.. mengertilah... aku bukan dari keluarga yang mudah menerima sesuatu,”
Wajahnya berubah menjadi kesan tersinggung
dengan apa yang baru saja Minho katakan.
“kamu tahu tidak.. aku benar-benar
berharap kamu bisa datang ke pestaku... kalau perlu.. aku katakan saja kalau
kamu pacarku.. dan manager ku enggak akan buat setting-an kalau Roh Min Jung
harus jadi pacarku,” jawab Minho dengan nada yang cepat, dia juga jadi emosi.
“kamu pikir aku ini barang, Minho?? kamu
bisa seenaknya berbuat apapun padaku???,” tanya Hyo Rin. Tatapan matanya
berubah menjadi galak dan tegas.
Mereka jadi berselisih faham di depan
boutique ternama itu.
“kamu pikir... aku perempuan bodoh yang
mau terima lelaki hanya karena dia kaya??? Aku mungkin naive... tapi bukan
berarti aku sama sekali tidak punya hati hanya melihat kamu karena kamu kaya
dan artis!,”
Suara Hyo Rin langsung tinggi, beberapa
orang yang sedang lewat langsung menoleh pada mereka.
Minho jadi kegep, takut ketahuan kalau dia adalah Lee Minho, aktor yang sedang
naik daun. Dia buru-buru menutup mulut Hyo Rin.
“kamu menyebalkan!,” bisiknya.
Beberapa orang masih melihat mereka dan
Minho berusaha untuk tidak panik, agar identitasnya tidak terbuka di depan
banyak orang.
Seorang cewek langsung melihat Minho dari
ujung rambut ke ujung kaki dengan tatapan menyelidik, lalu berbisik pada
temannya sesama cewek.
“memang dia itu aktor ya? Siapa??,”
“dari badannya kok seperti Lee Minho ya???
Atau kita salah??,” bisik ganti temannya satu lagi.
Mereka lalu ngeloyor pergi setelah seseorang dari mereka mengatakan enggak
penting ikut campur urusan orang, mungkin cowok yang dianggap cewek itu (Hyo
Rin) bukan aktor terkenal. Ya.. disini, bagi artis yang belum terkenal memang
terkesan dianggap remeh, beda lagi kalau sudah mulai terkenal, akan banyak fans
yang terkesan malah mengatur kehidupan idolanya.
“kamu bikin aku hampir ketahuan disini..
cewek bodoh banget,” gerutu Minho masih menutup mulut Hyo Rin.
Hyo Rin berusaha melepaskan telapak tangan
Minho yang menutup mulutnya, dia juga tidak ingin diperhatikan banyak orang
dengan tingkah Minho yang seperti itu.
Akhirnya, Minho pun melepaskan tangannya.
“waktu kita tinggal sedikit..,” kata
Minho, tanpa basa basi, dia pergi lagi masuk ke dalam boutique itu, kembali
menemui SPG yang mereka temui.
“Min...! ah!,” Hyo Rin mencoba
memanggilnya, mencegah Minho masuk dan kembali mendapatkan gaun itu. Namun
entah mengapa.. panggilannya itu tidak selesai. Dalam hatinya, di situasi
seperti itu, dia tidak ingin orang-orang yang sedang ada di mall ternama itu
tahu, kalau dia Minho, seorang aktor yang bayarannya sudah mulai mahal. Hyo Rin
hanya berdiri di depan pintu boutique.
“dia membuatku berhutang budi...,”
keluhnya dalam hati.
Lalu, SPG malah membukakan pintu untuknya
dan mempersilahkan masuk. Dengan berat hati, dia mencoba melangkahkan kakinya,
kembali masuk. Dilihatnya, Minho sudah mengangkat sebuah gaun, sepatu dan
aksesoris kalung serta penjepit rambut.
“kita dapat satu set.. enggak repot
kan??,” tanya dia dengan santai pada Hyo Rin.
Hyo Rin hanya mengangguk saja. Dia tak
tahu, bagaimana harus membalas itu semua, sebab sudah pasti gaun itu sangat
mahal dan butuh waktu lama untuk membayar hutang budi itu.
Dia kembali mencoba, kali ini lengkap
semuanya. Minho tersenyum sampai mata kecilnya makin kecil.
“padahal dia cantik banget... tapi
terkesan tomboy.. malah.. dia lebih baik dan lebih murni dari Roh Min Jung,”
Minho sebenarnya memang cinta sekaligus
kagum dengan Sun Hyo Rin. Dalam kehidupan yang kejam itu, jika memang cewek itu
tidak kuat mental, bisa saja dia bunuh diri karena ditinggal kedua orangtuanya
dalam keadaan bangkrut dan miskin. Minho hanya merasa, cewek ini hatinya tulus
dan penuh rasa cinta pada keluarganya... dan Minho suka sekali dengan perempuan
seperti itu, yang dianggapnya bisa menjaga dirinya kelak.
Hyo Rin kembali memakai gaun itu lengkap
dengan sepatu dan semuanya. Minho malah jadi kagum dan terpesona.
“kamu cantik sekali,” spontan saja terucap
kalimat itu keluar dari bibirnya.
Hati Hyo Rin sebenarnya malas dengan itu
semua, pikirannya bergayut lagi-lagi bagaimana membalas budi. Tapi Minho
seperti tidak peduli akan hal itu, dia memang ingin cewek itu hadir dalam
pestanya, bahkan dalam bayangannya, Hyo Rin akan menemaninya berdansa dan sudah
mulai didekatkan dengan manager Ban.. supaya sebisa mungkin pacaran settingan
akan dibatalkan.
Minho menggenggam tangannya dan mereka
keluar dari mall itu.
Hyo Rin memperhatikan jalannya, menoleh
kanan-kiri, takut dilihat banyak orang dan memang banyak orang, terutama para
perempuan, melihat mereka, terutama melihat dirinya.
Dia memakai gaun yang indah berwarna
hitam, terkesan elegant, dengan perhiasan sederhana dan jepit rambut yang memperlihatkan
lehernya yang bagus, tidak lupa pula memakai sepatu high heel. Minho memang cowok yang suka membeli barang ber merek,
dan begitu pula yang diberikan untuk Hyo Rin.
Tatapan mata beberapa perempuan ketika
mereka keluar dari mall mahal itu terlihat ada yang kagum, karena merasa
sepertinya, betapa bahagianya jika ada perempuan seperti Hyo Rin mendapatkan
genggaman tangan dari seorang cowok cakep seperti Minho dengan romantisnya.
Tetapi ada juga beberapa yang melihat aneh karena hal itu seperti tidak
seimbang, bak negeri dongeng saja.
Minho cuek saja, dia mempersilahkan Hyo
Rin masuk kembali ke mobilnya, bahkan memperlakukan cewek itu memang bak puteri
raja.
Galaunya Hyo Rin tidak secepat itu hilang
ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Dia diam saja. Minho pun jadi tidak
banyak bicara juga.
“sepertinya kamu enggak bisa banget terima
perlakuanku padamu hari ini,” mendadak Minho menebak apa yang dirasakan oleh
Hyo Rin.
“memang begitu kok adanya.. aku merasa
enggak enak hati denganmu.. hari ini.. aku memang sama sekali enggak berniat
datang”, jawab Hyo Rin dengan lantang, namun begitu, suaranya sedikit bergetar.
Minho tetap santai menjawabnya, dia tidak
ingin ribut padahal dia harus segera berganti baju dan menyambut para tamu yang
lain, tidak seharusnya dia jalan-jalan dan bertemu dengan Hyo Rin.
“aku memang ingin kamu datang kok...”.
Hyo Rin memilih diam, dia akan berusaha
menghormati dan berterima kasih pada Minho yang sudah memperlakukannya baik.
“kalau kamu enggak butuh itu semua, habis
pesta bisa dikembalikan padaku.. simple kan??,” ujar Minho lagi.
Hyo Rin mengangguk saja, dia tidak
mengerti hatinya cowok itu.
.................................................
“astaga, Minho.. kenapa kamu terlambat
sekali??,” tanya kakaknya dengen histeris lebay, melihat adiknya masuk ke rumah
melalui jalan belakang, tempat pesta. Beberapa kerabat ayahnya sudah datang,
tetapi dia masih terkesan santai.
Minho hanya sedikit senyum pada kakaknya,
lalu masuk ke kamarnya yang besar. Dia meninggalkan Hyo Rin dalam mobilnya.
Di dalam kamar, saat berdandan rapi, dia
malah asik ngobrol dengan Myong. Soal bagaimana nanti tanggapan orang-orang
termasuk kedua orangtuanya atau bahkan manager Ban sendiri.
“eh.. apa aku ini sengaja memancing
keributan?,” tanya dia pada Myong.
“kalau aku bilang memang aku begitu...
sebenarnya tidak.. mungkin sekalian saja aku kenalkan pada appa dan eomma.. iya
kan???,”
Myong hanya menggonggong saja dengan
perkataan tuannya itu.
Minho terus berdandan rapi, semprot sana
sini sampai wangi. Dia bersenandung, sama sekali tidak ingin memperasalahkan
apapun, namun di dalam otaknya berfikir, dia akan meminta Ban tidak lagi menggunakan
dirinya untuk pacaran settingan. Biar nanti pihak manajemen berpikir kalau
settingan itu lebih baik dibatalkan saja.
Minho keluar kamar dan langsung menuju
halaman depan, tempat dia memarkirkan mobilnya. Dia bertemu dengan beberapa
rekan kerja ayah dan teman-teman lama ibunya dan menyapa mereka dengan santun. Lalu
dia lekas berlari ke tempat parkir mobilnya dan membuka pintu.
Kebetulan sekali suasana depan rumah sudah
mulai ramai, sudah banyak mobil berjejer parkir dekat dan seputar rumahnya.
“kesempatan baik,” kata hatinya Minho. Dia
sudah berbunga-bunga duluan berharap akan mendapatkan apresiasi baik. Dia juga
berpikir, pasti temannya dan managernya Byung Ho akan diam saja dan malah akan
merestui hubungannya.
“ayo keluar,” katanya senyum manis pada
Hyo Rin di luar mobil, menjulurkan tangannya untuk cewek itu.
Sementara, ada beberapa rekan orangtuanya
yang mulai berbisik-bisik melihat, siapa perempuan di dalam mobilnya.
“tidak usah menyambut tanganku,” kata Hyo
Rin dengan nada agak dingin.
Minho tidak menarik tangannya, dia tetap
menjulurkan di depan cewek itu.
“ayo...tidak mengapa.. anggap saja mereka
bukan siapa-siapa,” katanya pada Hyo Rin.
Hyo Rin agak ragu ingin keluar mobil,
Minho memintanya sekali lagi, karena pesta akan segera dimulai. Cewek itu
memang mendengar suara seperti alunan musik pengiring para tamu yang sudah
banyak datang dan menuju halaman belakang rumah Minho yang luas, sampai ke
samping.
“Tuhan.. rasanya aku hanya berhalusinasi..
aku tahu, Cinderella hanya ada dalam dunia dongeng saja,” ujar hati Hyo Rin.
Dia lalu menghela nafas dan menjemput
tangan Minho. Cowok itu tersenyum manis, dengan bajunya yang dipadankan dengan
baju Hyo Rin.
Dari sekitar jarak 3 meter, Roh Byung Ho
ternyata melihat keduanya. Minho dengan santai menggenggam tangan kanan Hyo Rin
yang keluar dari mobil.
“hei.. kamu bersikap biasa saja.. kalau
nanti norak.. semua orang tahu, kamu dari Go Ryong,” bisik Minho.
Hyo Rin gugup dan hanya mengangguk saja,
senyum... tetapi senyum yang kaku.
Byung Ho langsung berlari kecil
menghampiri Minho dan Hyo Rin, dia minta dikenalkan, siapa cewek yang ada
disamping Minho. Minho lalu mengenalkannya.
Byung Ho berbisik pada Minho, sementara
Hyo Rin berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, dan Minho
memiringkan badannya sehingga kupingnya mendekati mulut managernya itu.
“bagaimana nanti hubungan cinta setting-an
mu itu dengan Min Jung?? Kamu sudah gila ya??,” bisik Byung Ho.
“Hyo Rin teman SMA ku.. jadi.. aku rasa..
wajar kalau kami pacaran dong??,” bisik dan balas Minho.
Byung Ho langsung berpikir... apakah ini
sandiwara... setting-an ala Minho sendiri.. atau memang benar terjadi??
Dia langsung berbasa basi pada Hyo Rin,
apakah cewek itu memang teman sekolahnya Minho.
Minho langsung menyerobot dengan jawaban,”kita
dulu memang satu sekolah, walau tidak satu kelas,” pada Byung Ho dan
bertanya,”iya kan??,” pada Hyo Rin.
Hyo Rin mengangguk saja, dia ingin
membalas budi pada Minho dan tidak akan mengecewakannya.
Byung Ho malah tertawa-tawa, dia tidak
menyangka Minho menyembunyikan hal itu darinya, manager sebaiknya tahu, apa
yang dikerjakan, dengan siapa berhubungan, termasuk soal pacaran artisnya.
Namun Minho ngeles, kali ini, dia ingin orang tidak banyak tahu sampai
waktunya.
“hei.. bagaimana nanti kata tuan Ban??,”
bisik Byung Ho lagi.
“Berisik ah... lihat saja nanti,” jawab
Minho, masih menggenggam tangan Hyo Rin dan langsung menuju samping rumah.
Nyonya Han begitu terkesima ketika melihat
Hyo Rin yang datang bersama Minho. Hyo Rin menunduk hormat padanya dan meminta
maaf kalau kesannya dia terlambat hadir. Melihat gerak gerik anaknya yang aneh,
Han juga jadi berfikir kalau mereka pacaran. Minho memang baginya sebagai anak
yang susah mengenal orang walau bisa terkesan begitu dekat, namun menyelidiki
pribadi orang lain dengan intuisinya. Baginya, hal wajar jika anaknya menyukai
teman sekolah dulu. Jadi, Han hanya surprised
dengan penampilan Hyo Rin yang dua kali berbeda dengan dilihatnya terdahulu.
“aku pikir, kamu tidak datang... karena
tidak ada kabar selanjutnya kemarin,” senyum Han pada Hyo Rin.
“ah.. aku minta maaf Nyonya.. aku memang
ragu apakah ingin datang atau tidak.. soalnya aku...,” jawab Hyo Rin pada
ibunya Minho. Tapi Minho iseng malah menutup mulutnya, takut cewek itu cerita
terlalu jujur soal keadaannya.
“ah.. biasa Eomma.. dia terlal sibuk sama
urusan kue nya,” timpal Minho.
Han bukan risih malah tertawa kecil. Dia
tahu, anaknya memang sedang jatuh cinta dan kemungkinan memang dengan Hyo Rin
itu.
“jadi.. kamu dijemput Minho??,” tanya Han
lagi.
Hyo Rin mengangguk saja. Dengan perlakuan
Minho baru saja, dia berfikir, harus menyembunyikan dirinya.
“Minho memang baik kalau sama pacar,
hehe,” gurau Han.
Hyo Rin sangat tidak enak hati Han berkata
itu. Andai perempuan paruh baya itu tahu, siapa dirinya...sudah pasti dia akan
ditolak masuk ke keluarga itu. Pikirannya realistis saja, bahwa di dunia ini
tidak ada kisah Cinderella, tidak akan ada seorang pangeran berwajah tampan
naik kuda putih menghampirinya seorang cewek dari daerah kumuh lalu menyatakan
serius padanya.. dia selalu percaya, hal itu hanya ada di drama-drama penuh
khayalan tingkat dewa.
“kamu belum bercerita padaku soal dirimu
sendiri, Hyo Rin,” ujar Han, sembari menyodorkan segelas kecil minuman pembuka
padanya.
“misalnya kamu anak ke berapa, anak
siapa... mungkin aku dan ayahnya Minho mengenal ayahmu...,” lanjutnya lagi.
Hyo Rin kikuk dengan pernyataan itu.
Jelas, jika dibandingkan, kehidupan dia dan keluarga Minho bagai langit dan
bumi.
Namun, lagi-lagi Minho menimpali.
“kan aku sudah bilang, Eomma.. kalau dia ini tinggal di Goro.. hanya saja..
dia unik..suka banget dengan sepeda tuanya itu.. aku juga heran,”
Han tersenyum, baginya, tidak ada masalah
dengan sepeda tua yang dua kali dilihatnya.
“mungkin suatu saat.. keluargamu bisa kami
undang kesini, Hyo Rin.. Minho pasti senang,”
Pernyataan diplomatis Han itu yang membuat
Hyo Rin makin galau... dan Minho berfikir.
“ah, Nyonya... aku kan masih belum terlalu
dekat dengan Minho, hehehe,” jawab Hyo Rin, dia mencoba bersikap biasa jika
bingung, menggaruk kepalanya hingga riasan rambutnya jadi sedikit berantakan.
“eh.. kamu ini cantik.. tapi kurangi
norakmu,” bisik Minho, malah membantu merapikan jepit rambut.
Han malah jadi melihat anaknya benar-benar
jatuh cinta, spontan melakukan itu di depannya. Dia tahu bagaimana anaknya
kalau sedang jatuh cinta.
“mungkin.. lain kali.. memang aku akan
mengundang orangtua mu untuk makan bersama.. tidak seberapa, Hyo Rin..hanya
acara sederhana saja,” senyum Han.
“menyebalkan sekali.. aku tidak ingin
membohongimu, Nyonya,” keluh hatinya Hyo Rin.
Namun, Hyo Rin membalas dengan basa basi
penuh keramahan.
“Ah.. baik, Nyonya Han.. terima kasih
sebelumnya atas tawaran Nyonya..,”
Habis sudah basa basi antar ketiganya, Hyo
Rin meminta ijin pada Han untuk hanya bicara dengan Minho berdua. Sementara
ternyata pesta sudah mau dimulai.
“kamu sadar tidak, Minho.. aku benar-benar
enggak suka ini,” bisik Hyo Rin.
Namun Minho malah bersikap santai sekali,
seperti cuek.
“jangan norak.. aku tidak suka kamu merasa
miskin di depanku...”.
Perkataan Minho baru saja menohok hati Hyo
Rin, tanpa disengaja oleh cowok itu.
Tuan Lee sendiri yang membuka acara. Dia
bersyukur karir anaknya sudah semakin menanjak dan berkilau. Semua yang hadir
bertepuk tangan atas kesuksesan Minho. Minho menunduk hormat dalam-dalam pada
mereka, berterima kasih atas ucapan mereka. Semua menikmati hidangan dan saling
mengobrol.
Ban yang datang agak terlambat melihat Hyo
Rin yang berdiri disamping Minho. Ternyata manager utama itu datang bersama Roh
Min Jung, cewek yang akan dijadikan pacar setting-an Minho.
Melihat mereka datang, Minho langsung
menarik dan menggandeng tangan Hyo Rin, ke arah mereka berdua.
“Hi.. datang terlambat Ban-ssi?? Min
Jung??,” basa basi Minho pada mereka berdua.
Ban hanya mengangguk, lalu melihat dari
atas ke bawah Hyo Rin.
Minho langsung menyadari.
“oh ya.. ini teman SMA ku... Sun Hyo Rin..
perkenalkan”.
Mereka saling memperkenalkan diri. Begitu
tahu siapa Ban, Hyo Rin seperti tidak enak hati lagi. Dalam bayangannya,
manager utama sudah pasti akan bertanya ini itu padanya, dan... benar saja...
Ban langsung tembak soal hubungan pribadi antara dirinya dan Minho.
“ah.. kami hanya teman, Ban ssi,” jawaban diplomatis Hyo Rin sambil
senyum kaku.
“untuk ukuran artis yang sudah mulai
ternama... aku tidak yakin kamu hanya sekedar teman Minho,” jawaban Ban malah
terkesan menyindir cewek itu.
“aku memang teman SMA nya...,” akhirnya..
Hyo Rin mengikuti kebohongan Minho yang mengaku kalau mereka teman lama.
Ban tidak curiga itu, lantas dia meminta
mundur sebentar untuk berbicara dengan Minho dan meninggalkan kedua cewek itu.
“kamu tidak bicara padaku soal dia,”
katanya pada Minho, jauh di beberapa meter dari Hyo Rin dan Min Jung.
“aku tidak bisa menyukai orang dengan
setting.... jadi.. dia memang yang aku pilih,” jawab Minho, dia menunduk hormat.
Ban tidak berkata banyak, dia harus
menyusun strategi baru lagi. Dia berfikir, lalu...
“kamu masih bisa pacaran dengan dia itu
kan... walau aku memasangkan dengan Min Jung??”.
Minho pikir... taktik cinta dan
perasaannya pada Hyo Rin akan menghentikan pikiran Ban, ternyata tidak.
Lalu disana, dibeberapa meter, Min Jung
ternyata sangat ramah dengan Hyo Rin dan membuat nyaman cewek itu, bercerita
tentang proses syuting dramanya. Hyo Rin menjadi sangat excited mendengar pengalaman Min Jung, sebab dia juga termasuk suka
dengan acting cewek itu.
Minho jadi berfikir... dia ingin lepas
dari sandiwara pacaran dengan Min Jung... itu semua masa lalu....
Bersambung ke part 8...