This is me....

Jumat, September 04, 2015

Everybody’s Darling (Part 7: Tidak Ada Kisah Cinderella di Dunia Ini)

Cerita ini hanya imajinasi saja kok.. jangan dimasukkan ke hati banget...

Minho memaksa Hyo Rin masuk ke mobilnya, walau cewek itu menolak sekali dan ingin berontak. Hyo Rin cemberut saja sepanjang jalan, tidak tahu, apa yang akan Minho lakukan padanya. Sepanjang jalan menuju sebuah tempat, mereka hanya diam saja, tanpa bicara sepatah katapun.
Tak berapa lama, sampailah mereka ditempat sebuah pusat perbelanjaan merk merk terkenal dari seluruh dunia. Minho keluar dari mobil dan meminta Hyo Rin juga keluar.
Lama cewek itu berpikir, apa akan keluar atau bahkan berlari kabur.

“eh.. ayo cepat... gimana sih?? Waktu kita dua jam lagi,” Minho menunduk ke dalam mobil, memakai kacamata hitamnya dan topi, menunjukkan jarum jam yang memang tinggal dua jam lagi ke acara pesta yang akan diadakan keluarga Minho.
Hyo Rin masih terlihat ragu keluar dari mobil Minho. Dia seperti mencari akal untuk kabur. Dia berpikir licik, pelan-pelan dia keluar dari mobil, lalu langsung berlari.
Tapi, lagi-lagi, langkah larinya pun kalah cepat dengan Minho yang memang tinggi. Cowok itu berhasil menangkap tangannya dengan cepat.

“hey.. aku kan enggak akan jahat sama kamu...,” kata Minho dengan sedikit kesal.
“Lepas.. atau aku akan teriak,” bisik Hyo Rin.
Minho malah iseng,” teriak saja.. aku tidak takut sama sekali... anggap saja kita pacaran... beres kan??? Aku belum ada ikatan pernyataan apa-apa dengan Roh Min Jung,”
Lalu dia tersenyum kesan licik pada Hyo Rin.
Hyo Rin malah menatap wajah Minho.
“semestinya cowok ini akan panik kalau aku teriak.. ini kok enggak sih?? Menyebalkan,” kata Hyo Rin dalam hatinya.
Minho sedikit kesal karena dipikirnya Hyo Rin terlalu banyak pertimbangan, dia menarik lagi tangan cewek itu dan membiarkan Myong tinggal di dalam mobilnya.

“biasa saja... aku enggak mau orang-orang tahu.. kalau aku Lee Minho,” Minho jadi setengah berbisik pada Hyo Rin dan agak menunduk, mendekati wajah cewek itu.
Hyo Rin langsung menjauhkan wajahnya dari Minho, dengan pandangan yang aneh.
“eh.. jangan melihatku seperti itu,” gerutu Minho dengan wajah mendadak jutek, lalu mendorong pundak Hyo Rin menuju sebuah boutique gaun.

Mereka disambut ramah oleh seorang SPG boutique itu.
Minho dengan ramah meminta tolong SPG itu melihat gaun baru yang kira-kira cocok untuk Hyo Rin.
“dia temanku.. dan norak... jadi tolong Noona bantu aku untuk memilih gaun yang pantas untuk dia ya,” senyum Minho dibalik kacamata hitamnya.
Sang SPG senyum saja dengan perkataan Minho baru saja. Tidak asing lagi bagi mereka kalau seorang cowok membelikan baju untuk pacarnya, apalagi kalau memang cowok itu orang kaya. SPG itu mengarahkan Hyo Rin untuk memilih milih.
Minho cerewet pada sang SPG kalau mereka tidak punya waktu dan tunjukkan saja gaun jahitan keluaran terbaru.
Hyo Rin menoleh pada Minho dan terbelalak.
“Gila.. pasti harga gaunnya mahal dan aku enggak bisa bayar,” kata Hyo Rin dalam hati, cemas.
SPG hanya menunduk hormat, lalu meminta keduanya mengikuti. Tak berapa lama, pas di depan etalase, sebuah gaun berwarna hitam elegan terpampang dan Hyo Rin pun mencobanya.
“ya ampun...dia cantik banget pakai gaun itu,” Minho jadi membelalakkan matanya tanda kagum ketika melihat Hyo Rin keluar dari kamar ganti.
Minho mengalihkan kekagumannya itu biar tidak terlalu kentara dengan perilaku sedikit kasarnya, dia mendorong Hyo Rin ke depan kaca.
“Lihat deh... pas banget kan?? Aku juga suka... jadi.. masih enggak mau pergi ke pestaku??,” tanya Minho di depan cermin besar.
SPG hanya tersenyum melihat mereka berdua.
“pacar Eonni perhatian sekali..,” katanya.
Minho malah menoleh pada SPG itu dan senyum. Sementara Hyo Rin sudah terlanjur kusut hatinya, galau, bagaimana dia bisa membalas semua itu dan berhutang budi?

“aku kan sudah janji padamu.. aku enggak akan datang.. dan.. kalaupun datang.. aku enggak akan hutang budi padamu dengan gaun ini,” katanya. Lalu dia segera masuk lagi ke kamar pas.
Minho tersinggung dengan perkataan cewek itu. Sementara SPG hanya diam saja, menunggu,apakah mereka akan membeli atau tidak.
Keluar dari kamar pas, Hyo Rin langsung bersikap ramah pada SPG.
“maaf Eonni.. aku tidak bisa memakai ini.. terima kasih.. lain kali saja,” katanya, lalu memberikan pada SPG itu, segera menunduk hormat sedikit dan meninggalkan Minho.

Minho lekas juga keluar dari boutique itu dan menggerutu.
“kamu ini norak sekali.. kalau perlu, seluruh baju di boutique itu bisa aku beli,”
Hyo Rin menoleh Minho berkata seperti itu.
“aku enggak mau berhutang budi padamu, Minho.. mengertilah... aku bukan dari keluarga yang mudah menerima sesuatu,”
Wajahnya berubah menjadi kesan tersinggung dengan apa yang baru saja Minho katakan.
“kamu tahu tidak.. aku benar-benar berharap kamu bisa datang ke pestaku... kalau perlu.. aku katakan saja kalau kamu pacarku.. dan manager ku enggak akan buat setting-an kalau Roh Min Jung harus jadi pacarku,” jawab Minho dengan nada yang cepat, dia juga jadi emosi.
“kamu pikir aku ini barang, Minho?? kamu bisa seenaknya berbuat apapun padaku???,” tanya Hyo Rin. Tatapan matanya berubah menjadi galak dan tegas.
Mereka jadi berselisih faham di depan boutique ternama itu.
“kamu pikir... aku perempuan bodoh yang mau terima lelaki hanya karena dia kaya??? Aku mungkin naive... tapi bukan berarti aku sama sekali tidak punya hati hanya melihat kamu karena kamu kaya dan artis!,”
Suara Hyo Rin langsung tinggi, beberapa orang yang sedang lewat langsung menoleh pada mereka.
Minho jadi kegep, takut ketahuan kalau dia adalah Lee Minho, aktor yang sedang naik daun. Dia buru-buru menutup mulut Hyo Rin.
“kamu menyebalkan!,” bisiknya.
Beberapa orang masih melihat mereka dan Minho berusaha untuk tidak panik, agar identitasnya tidak terbuka di depan banyak orang.

Seorang cewek langsung melihat Minho dari ujung rambut ke ujung kaki dengan tatapan menyelidik, lalu berbisik pada temannya sesama cewek.
“memang dia itu aktor ya? Siapa??,”
“dari badannya kok seperti Lee Minho ya??? Atau kita salah??,” bisik ganti temannya satu lagi.
Mereka lalu ngeloyor pergi setelah seseorang dari mereka mengatakan enggak penting ikut campur urusan orang, mungkin cowok yang dianggap cewek itu (Hyo Rin) bukan aktor terkenal. Ya.. disini, bagi artis yang belum terkenal memang terkesan dianggap remeh, beda lagi kalau sudah mulai terkenal, akan banyak fans yang terkesan malah mengatur kehidupan idolanya.

“kamu bikin aku hampir ketahuan disini.. cewek bodoh banget,” gerutu Minho masih menutup mulut Hyo Rin.
Hyo Rin berusaha melepaskan telapak tangan Minho yang menutup mulutnya, dia juga tidak ingin diperhatikan banyak orang dengan tingkah Minho yang seperti itu.
Akhirnya, Minho pun melepaskan tangannya.
“waktu kita tinggal sedikit..,” kata Minho, tanpa basa basi, dia pergi lagi masuk ke dalam boutique itu, kembali menemui SPG yang mereka temui.
“Min...! ah!,” Hyo Rin mencoba memanggilnya, mencegah Minho masuk dan kembali mendapatkan gaun itu. Namun entah mengapa.. panggilannya itu tidak selesai. Dalam hatinya, di situasi seperti itu, dia tidak ingin orang-orang yang sedang ada di mall ternama itu tahu, kalau dia Minho, seorang aktor yang bayarannya sudah mulai mahal. Hyo Rin hanya berdiri di depan pintu boutique.
“dia membuatku berhutang budi...,” keluhnya dalam hati.
Lalu, SPG malah membukakan pintu untuknya dan mempersilahkan masuk. Dengan berat hati, dia mencoba melangkahkan kakinya, kembali masuk. Dilihatnya, Minho sudah mengangkat sebuah gaun, sepatu dan aksesoris kalung serta penjepit rambut.
“kita dapat satu set.. enggak repot kan??,” tanya dia dengan santai pada Hyo Rin.
Hyo Rin hanya mengangguk saja. Dia tak tahu, bagaimana harus membalas itu semua, sebab sudah pasti gaun itu sangat mahal dan butuh waktu lama untuk membayar hutang budi itu.

Dia kembali mencoba, kali ini lengkap semuanya. Minho tersenyum sampai mata kecilnya makin kecil.
“padahal dia cantik banget... tapi terkesan tomboy.. malah.. dia lebih baik dan lebih murni dari Roh Min Jung,”
Minho sebenarnya memang cinta sekaligus kagum dengan Sun Hyo Rin. Dalam kehidupan yang kejam itu, jika memang cewek itu tidak kuat mental, bisa saja dia bunuh diri karena ditinggal kedua orangtuanya dalam keadaan bangkrut dan miskin. Minho hanya merasa, cewek ini hatinya tulus dan penuh rasa cinta pada keluarganya... dan Minho suka sekali dengan perempuan seperti itu, yang dianggapnya bisa menjaga dirinya kelak.
Hyo Rin kembali memakai gaun itu lengkap dengan sepatu dan semuanya. Minho malah jadi kagum dan terpesona.
“kamu cantik sekali,” spontan saja terucap kalimat itu keluar dari bibirnya.
Hati Hyo Rin sebenarnya malas dengan itu semua, pikirannya bergayut lagi-lagi bagaimana membalas budi. Tapi Minho seperti tidak peduli akan hal itu, dia memang ingin cewek itu hadir dalam pestanya, bahkan dalam bayangannya, Hyo Rin akan menemaninya berdansa dan sudah mulai didekatkan dengan manager Ban.. supaya sebisa mungkin pacaran settingan akan dibatalkan.
Minho menggenggam tangannya dan mereka keluar dari mall itu.

Hyo Rin memperhatikan jalannya, menoleh kanan-kiri, takut dilihat banyak orang dan memang banyak orang, terutama para perempuan, melihat mereka, terutama melihat dirinya.
Dia memakai gaun yang indah berwarna hitam, terkesan elegant, dengan perhiasan sederhana dan jepit rambut yang memperlihatkan lehernya yang bagus, tidak lupa pula memakai sepatu high heel. Minho memang cowok yang suka membeli barang ber merek, dan begitu pula yang diberikan untuk Hyo Rin.
Tatapan mata beberapa perempuan ketika mereka keluar dari mall mahal itu terlihat ada yang kagum, karena merasa sepertinya, betapa bahagianya jika ada perempuan seperti Hyo Rin mendapatkan genggaman tangan dari seorang cowok cakep seperti Minho dengan romantisnya. Tetapi ada juga beberapa yang melihat aneh karena hal itu seperti tidak seimbang, bak negeri dongeng saja.
Minho cuek saja, dia mempersilahkan Hyo Rin masuk kembali ke mobilnya, bahkan memperlakukan cewek itu memang bak puteri raja.

Galaunya Hyo Rin tidak secepat itu hilang ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Dia diam saja. Minho pun jadi tidak banyak bicara juga.
“sepertinya kamu enggak bisa banget terima perlakuanku padamu hari ini,” mendadak Minho menebak apa yang dirasakan oleh Hyo Rin.
“memang begitu kok adanya.. aku merasa enggak enak hati denganmu.. hari ini.. aku memang sama sekali enggak berniat datang”, jawab Hyo Rin dengan lantang, namun begitu, suaranya sedikit bergetar.
Minho tetap santai menjawabnya, dia tidak ingin ribut padahal dia harus segera berganti baju dan menyambut para tamu yang lain, tidak seharusnya dia jalan-jalan dan bertemu dengan Hyo Rin.
“aku memang ingin kamu datang kok...”.
Hyo Rin memilih diam, dia akan berusaha menghormati dan berterima kasih pada Minho yang sudah memperlakukannya baik.
“kalau kamu enggak butuh itu semua, habis pesta bisa dikembalikan padaku.. simple kan??,” ujar Minho lagi.
Hyo Rin mengangguk saja, dia tidak mengerti hatinya cowok itu.
                                                .................................................
“astaga, Minho.. kenapa kamu terlambat sekali??,” tanya kakaknya dengen histeris lebay, melihat adiknya masuk ke rumah melalui jalan belakang, tempat pesta. Beberapa kerabat ayahnya sudah datang, tetapi dia masih terkesan santai.
Minho hanya sedikit senyum pada kakaknya, lalu masuk ke kamarnya yang besar. Dia meninggalkan Hyo Rin dalam mobilnya.
Di dalam kamar, saat berdandan rapi, dia malah asik ngobrol dengan Myong. Soal bagaimana nanti tanggapan orang-orang termasuk kedua orangtuanya atau bahkan manager Ban sendiri.
“eh.. apa aku ini sengaja memancing keributan?,” tanya dia pada Myong.
“kalau aku bilang memang aku begitu... sebenarnya tidak.. mungkin sekalian saja aku kenalkan pada appa dan eomma.. iya kan???,”
Myong hanya menggonggong saja dengan perkataan tuannya itu.
Minho terus berdandan rapi, semprot sana sini sampai wangi. Dia bersenandung, sama sekali tidak ingin memperasalahkan apapun, namun di dalam otaknya berfikir, dia akan meminta Ban tidak lagi menggunakan dirinya untuk pacaran settingan. Biar nanti pihak manajemen berpikir kalau settingan itu lebih baik dibatalkan saja.
Minho keluar kamar dan langsung menuju halaman depan, tempat dia memarkirkan mobilnya. Dia bertemu dengan beberapa rekan kerja ayah dan teman-teman lama ibunya dan menyapa mereka dengan santun. Lalu dia lekas berlari ke tempat parkir mobilnya dan membuka pintu.
Kebetulan sekali suasana depan rumah sudah mulai ramai, sudah banyak mobil berjejer parkir dekat dan seputar rumahnya.
“kesempatan baik,” kata hatinya Minho. Dia sudah berbunga-bunga duluan berharap akan mendapatkan apresiasi baik. Dia juga berpikir, pasti temannya dan managernya Byung Ho akan diam saja dan malah akan merestui hubungannya.

“ayo keluar,” katanya senyum manis pada Hyo Rin di luar mobil, menjulurkan tangannya untuk cewek itu.
Sementara, ada beberapa rekan orangtuanya yang mulai berbisik-bisik melihat, siapa perempuan di dalam mobilnya.
“tidak usah menyambut tanganku,” kata Hyo Rin dengan nada agak dingin.
Minho tidak menarik tangannya, dia tetap menjulurkan di depan cewek itu.
“ayo...tidak mengapa.. anggap saja mereka bukan siapa-siapa,” katanya pada Hyo Rin.
Hyo Rin agak ragu ingin keluar mobil, Minho memintanya sekali lagi, karena pesta akan segera dimulai. Cewek itu memang mendengar suara seperti alunan musik pengiring para tamu yang sudah banyak datang dan menuju halaman belakang rumah Minho yang luas, sampai ke samping.
“Tuhan.. rasanya aku hanya berhalusinasi.. aku tahu, Cinderella hanya ada dalam dunia dongeng saja,” ujar hati Hyo Rin.
Dia lalu menghela nafas dan menjemput tangan Minho. Cowok itu tersenyum manis, dengan bajunya yang dipadankan dengan baju Hyo Rin.

Dari sekitar jarak 3 meter, Roh Byung Ho ternyata melihat keduanya. Minho dengan santai menggenggam tangan kanan Hyo Rin yang keluar dari mobil.
“hei.. kamu bersikap biasa saja.. kalau nanti norak.. semua orang tahu, kamu dari Go Ryong,” bisik Minho.
Hyo Rin gugup dan hanya mengangguk saja, senyum... tetapi senyum yang kaku.
Byung Ho langsung berlari kecil menghampiri Minho dan Hyo Rin, dia minta dikenalkan, siapa cewek yang ada disamping Minho. Minho lalu mengenalkannya.
Byung Ho berbisik pada Minho, sementara Hyo Rin berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, dan Minho memiringkan badannya sehingga kupingnya mendekati mulut managernya itu.
“bagaimana nanti hubungan cinta setting-an mu itu dengan Min Jung?? Kamu sudah gila ya??,” bisik Byung Ho.
“Hyo Rin teman SMA ku.. jadi.. aku rasa.. wajar kalau kami pacaran dong??,” bisik dan balas Minho.
Byung Ho langsung berpikir... apakah ini sandiwara... setting-an ala Minho sendiri.. atau memang benar terjadi??
Dia langsung berbasa basi pada Hyo Rin, apakah cewek itu memang teman sekolahnya Minho.

Minho langsung menyerobot dengan jawaban,”kita dulu memang satu sekolah, walau tidak satu kelas,” pada Byung Ho dan bertanya,”iya kan??,” pada Hyo Rin.
Hyo Rin mengangguk saja, dia ingin membalas budi pada Minho dan tidak akan mengecewakannya.
Byung Ho malah tertawa-tawa, dia tidak menyangka Minho menyembunyikan hal itu darinya, manager sebaiknya tahu, apa yang dikerjakan, dengan siapa berhubungan, termasuk soal pacaran artisnya. Namun Minho ngeles, kali ini, dia ingin orang tidak banyak tahu sampai waktunya.
“hei.. bagaimana nanti kata tuan Ban??,” bisik Byung Ho lagi.
“Berisik ah... lihat saja nanti,” jawab Minho, masih menggenggam tangan Hyo Rin dan langsung menuju samping rumah.

Nyonya Han begitu terkesima ketika melihat Hyo Rin yang datang bersama Minho. Hyo Rin menunduk hormat padanya dan meminta maaf kalau kesannya dia terlambat hadir. Melihat gerak gerik anaknya yang aneh, Han juga jadi berfikir kalau mereka pacaran. Minho memang baginya sebagai anak yang susah mengenal orang walau bisa terkesan begitu dekat, namun menyelidiki pribadi orang lain dengan intuisinya. Baginya, hal wajar jika anaknya menyukai teman sekolah dulu. Jadi, Han hanya surprised dengan penampilan Hyo Rin yang dua kali berbeda dengan dilihatnya terdahulu.
“aku pikir, kamu tidak datang... karena tidak ada kabar selanjutnya kemarin,” senyum Han pada Hyo Rin.
“ah.. aku minta maaf Nyonya.. aku memang ragu apakah ingin datang atau tidak.. soalnya aku...,” jawab Hyo Rin pada ibunya Minho. Tapi Minho iseng malah menutup mulutnya, takut cewek itu cerita terlalu jujur soal keadaannya.
“ah.. biasa Eomma.. dia terlal sibuk sama urusan kue nya,” timpal Minho.
Han bukan risih malah tertawa kecil. Dia tahu, anaknya memang sedang jatuh cinta dan kemungkinan memang dengan Hyo Rin itu.
“jadi.. kamu dijemput Minho??,” tanya Han lagi.
Hyo Rin mengangguk saja. Dengan perlakuan Minho baru saja, dia berfikir, harus menyembunyikan dirinya.
“Minho memang baik kalau sama pacar, hehe,” gurau Han.
Hyo Rin sangat tidak enak hati Han berkata itu. Andai perempuan paruh baya itu tahu, siapa dirinya...sudah pasti dia akan ditolak masuk ke keluarga itu. Pikirannya realistis saja, bahwa di dunia ini tidak ada kisah Cinderella, tidak akan ada seorang pangeran berwajah tampan naik kuda putih menghampirinya seorang cewek dari daerah kumuh lalu menyatakan serius padanya.. dia selalu percaya, hal itu hanya ada di drama-drama penuh khayalan tingkat dewa.

“kamu belum bercerita padaku soal dirimu sendiri, Hyo Rin,” ujar Han, sembari menyodorkan segelas kecil minuman pembuka padanya.
“misalnya kamu anak ke berapa, anak siapa... mungkin aku dan ayahnya Minho mengenal ayahmu...,” lanjutnya lagi.
Hyo Rin kikuk dengan pernyataan itu. Jelas, jika dibandingkan, kehidupan dia dan keluarga Minho bagai langit dan bumi.
Namun, lagi-lagi Minho menimpali.
“kan aku sudah bilang, Eomma..  kalau dia ini tinggal di Goro.. hanya saja.. dia unik..suka banget dengan sepeda tuanya itu.. aku juga heran,”
Han tersenyum, baginya, tidak ada masalah dengan sepeda tua yang dua kali dilihatnya.
“mungkin suatu saat.. keluargamu bisa kami undang kesini, Hyo Rin.. Minho pasti senang,”
Pernyataan diplomatis Han itu yang membuat Hyo Rin makin galau... dan Minho berfikir.
“ah, Nyonya... aku kan masih belum terlalu dekat dengan Minho, hehehe,” jawab Hyo Rin, dia mencoba bersikap biasa jika bingung, menggaruk kepalanya hingga riasan rambutnya jadi sedikit berantakan.
“eh.. kamu ini cantik.. tapi kurangi norakmu,” bisik Minho, malah membantu merapikan jepit rambut.
Han malah jadi melihat anaknya benar-benar jatuh cinta, spontan melakukan itu di depannya. Dia tahu bagaimana anaknya kalau sedang jatuh cinta.
“mungkin.. lain kali.. memang aku akan mengundang orangtua mu untuk makan bersama.. tidak seberapa, Hyo Rin..hanya acara sederhana saja,” senyum Han.
“menyebalkan sekali.. aku tidak ingin membohongimu, Nyonya,” keluh hatinya Hyo Rin.
Namun, Hyo Rin membalas dengan basa basi penuh keramahan.
“Ah.. baik, Nyonya Han.. terima kasih sebelumnya atas tawaran Nyonya..,”
Habis sudah basa basi antar ketiganya, Hyo Rin meminta ijin pada Han untuk hanya bicara dengan Minho berdua. Sementara ternyata pesta sudah mau dimulai.
“kamu sadar tidak, Minho.. aku benar-benar enggak suka ini,” bisik Hyo Rin.
Namun Minho malah bersikap santai sekali, seperti cuek.
“jangan norak.. aku tidak suka kamu merasa miskin di depanku...”.
Perkataan Minho baru saja menohok hati Hyo Rin, tanpa disengaja oleh cowok itu.

Tuan Lee sendiri yang membuka acara. Dia bersyukur karir anaknya sudah semakin menanjak dan berkilau. Semua yang hadir bertepuk tangan atas kesuksesan Minho. Minho menunduk hormat dalam-dalam pada mereka, berterima kasih atas ucapan mereka. Semua menikmati hidangan dan saling mengobrol.
Ban yang datang agak terlambat melihat Hyo Rin yang berdiri disamping Minho. Ternyata manager utama itu datang bersama Roh Min Jung, cewek yang akan dijadikan pacar setting-an Minho.
Melihat mereka datang, Minho langsung menarik dan menggandeng tangan Hyo Rin, ke arah mereka berdua.
“Hi.. datang terlambat Ban-ssi?? Min Jung??,” basa basi Minho pada mereka berdua.
Ban hanya mengangguk, lalu melihat dari atas ke bawah Hyo Rin.
Minho langsung menyadari.
“oh ya.. ini teman SMA ku... Sun Hyo Rin.. perkenalkan”.
Mereka saling memperkenalkan diri. Begitu tahu siapa Ban, Hyo Rin seperti tidak enak hati lagi. Dalam bayangannya, manager utama sudah pasti akan bertanya ini itu padanya, dan... benar saja... Ban langsung tembak soal hubungan pribadi antara dirinya dan Minho.

“ah.. kami hanya teman, Ban ssi,” jawaban diplomatis Hyo Rin sambil senyum kaku.
“untuk ukuran artis yang sudah mulai ternama... aku tidak yakin kamu hanya sekedar teman Minho,” jawaban Ban malah terkesan menyindir cewek itu.
“aku memang teman SMA nya...,” akhirnya.. Hyo Rin mengikuti kebohongan Minho yang mengaku kalau mereka teman lama.
Ban tidak curiga itu, lantas dia meminta mundur sebentar untuk berbicara dengan Minho dan meninggalkan kedua cewek itu.

“kamu tidak bicara padaku soal dia,” katanya pada Minho, jauh di beberapa meter dari Hyo Rin dan Min Jung.
“aku tidak bisa menyukai orang dengan setting.... jadi.. dia memang yang aku pilih,” jawab Minho, dia menunduk hormat.
Ban tidak berkata banyak, dia harus menyusun strategi baru lagi. Dia berfikir, lalu...
“kamu masih bisa pacaran dengan dia itu kan... walau aku memasangkan dengan Min Jung??”.
Minho pikir... taktik cinta dan perasaannya pada Hyo Rin akan menghentikan pikiran Ban, ternyata tidak.
Lalu disana, dibeberapa meter, Min Jung ternyata sangat ramah dengan Hyo Rin dan membuat nyaman cewek itu, bercerita tentang proses syuting dramanya. Hyo Rin menjadi sangat excited mendengar pengalaman Min Jung, sebab dia juga termasuk suka dengan acting cewek itu.
Minho jadi berfikir... dia ingin lepas dari sandiwara pacaran dengan Min Jung... itu semua masa lalu....


Bersambung ke part 8...