Tokoh imajinasi: Lee Minho, Kim Hee Chan, Kim Young Hee, Lee Sang Geoul,
Kwon Mi Young, Shin Dong
Cerita ini hanya imajinasi saja....
”gimana.. kamu masih mau bilang kalau bu
Kwon dalam bahaya?,” tanya Shin pada Minho di ruang kuliah. Sebentar lagi
mereka akan mengikuti mata kuliah yang diajarkan dosen Kwon.
”kamu masih mikir.. kalau bu Kwon itu sama denganmu??,” lanjut Shin
lagi.
Minho mengangguk santai sambil main game.
Kali ini, dia tidak bertemu Micron alias Kim Young Hee, cewek yang beberapa
hari lalu dia buka identitasnya dan akhirnya dibully oleh team game nya Minho.
Shin katakan, apa kepentingan Minho
terhadap dua orang perempuan itu.
”iseng, sih.... cuma mau tahu aja,” balas Minho, santai... masih
sibuk dengan smartphone nya. Aslinya, dia berpikir jika memang dosen nya adalah
seorang clairvoyant, dia akan mudah berkomunikasi.
”kamu gak perlu mencampuri urusan
oranglain, Minho... bahaya,” kata Shin.
Minho masih santai saja main sambil mendengar
nasehat sahabatnya itu.
”bagiku.. ini penting tidak penting sih.. cuma..
penasaran banget kenapa dalam pikiranku.. sesuatu bahaya akan mengincar aku dan
dosen Kwon,” kata Minho lagi, masih dengan tidak memperhatikan wajah Shin dan
main game.
”Yes... menang lagi!,” lanjutnya, senang
game nya ditutup menang lawan grup lain.
Shin berdecak. Akhirnya Minho katakan,
lihat saja nanti, sebab sebenarnya dia juga berpikir berat, hanya Shin belum
mengerti apa yang ada di pikirannya dan Minho pun belum bisa menjabarkan detail
kepada sahabatnya itu.
Jam pengajaran tiba, dosen Kwon masuk ke
ruangan. Semua memberi salam padanya dengan berdiri, tapi Minho tidak cukup
hanya itu saja, dia sigap langsung menutup pikirannya, begitu Kwon di depan
pintu ingin masuk ke ruangan.
Kwon berjalan santai dan berdiri di depan
para mahasiswanya. Minho berusaha bersikap santai. Keduanya seperti saling
curiga.
”sepertinya anak ini sudah menutup
pikirannya,” kata hatinya Kwon yang memulai duluan untuk mencoba membaca
pikiran Minho.
Sementara, Minho pun berkata dalam
hatinya,”mian habnida, bu Kwon... aku
sama sekali enggak mau terbaca oleh mu,”
”hari ini kita memulai dasar fisika
quantum.. saya sudah berjanji... sebenarnya dengan melakukan test IQ kemarin,
saya ingin menguji kira-kira..siapa yang bisa sekaligus membantu saya menjadi
asisten.. dan.. pilihan saya jatuh kepada Lee Minho”.
Semua mahasiswa fisika dan lainnya yang
sedang mengambil mata kuliah itu sontak bertepuk tangan.
”hebat banget kamu, Minho... bagi-bagi
dong otaknya.. biar nilai ku nanti gak jeblok, hehe,” canda Ban yang duduk di
sebelahnya.
Minho cuma menjawab dengan nyengir kuda,
aslinya dia tahu, kalau dia sendiri malas membantu bu Kwon mengajar. Tidak akan
kena bully sih.. hanya saja..
pikirannya terus berputar-putar membayangkan, apakah memang benar dosen yang
sedang berdiri di depannya itu akan mendapatkan bahaya.
Minho berusaha untuk tetap tenang, seolah
tidak akan ada sesuatu terjadi pada dosennya itu di kemudian hari. Dia
sebaiknya fokus pada apa yang akan dijelaskan oleh dosen nya itu.
Minho lalu berdiri menunduk hormat untuk
bu Kwon dan teman-temannya satu ruangan itu. Mereka jadi sedikit ramai.
”biarpun aku akan bantu bu Kwon.. tapi aku
berharapa kerjasama teman semua disini, hehe”, kata Minho dengan ekspresi cengengesan dan menggaruk kepalanya yang
tidak gatal. Dia berfikir, berharap bu Kwon akan membuka diri padanya, bukan
dia yang beberapa kali membuka diri.
Kwon tersenyum dengan tingkah Minho yang
memang cowok itu masih muda dan kekana-kanakan. Namun dia punya misi lain:
menarik Minho menjadi pendukung Lee Sang Geol, sang calon presiden. Dia memuji
Minho kalau cowok itu akan bisa sangat membantunya dalam mengajar.
Waktu mengajar terus berjalan sampai ke
jam berikutnya. Minho harus memperhatikan cara Kwon mengajarkan sebelum jika
memang diperlukan, dia akan membantu dosennya itu. Sesi pun selesai.
”besok.. ini yang akan kita berikan kepada
mereka,” Kwon memberikan berkas pada Minho. Dengan menunduk menghormat, Minho
menerimanya dan mengucapkan terima kasih.
”hari ini.. sebenarnya aku ingin sekali
bicara padamu ...tentang sesuatu hal.. tapi.. tidak disini,” kata Kwon.
Minho menggerutu dalam hatinya, dia tidak
bisa membuka dan mengetahui pikiran Kwon. Sementara, dalam hatinya, Kwon tahu
kalau Minho sudah berusaha menyelidikinya.
”kamu tidak perlu tahu siapa aku, Minho..
dan tingkatanmu masih rendah,”
”ah... aku bisa-bisa enggak enak dengan
mahasiswa lain, bu Kwon,” Minho berpura-pura ceria dengan sifatnya di luar.
Kwon tersenyum, tahu sifat manipulasi
Minho itu. Dia katakan kalau dibicarakan di sekitar kampus rasanya tidak enak,
karena memang tidak berhubungan dengan persoalan kampus. Minho hanya bergumam
dalam hatinya, apa yang Kwon mau terhadap dirinya, namun, dia menyanggupi saja,
sebagai hubungan antara dosen dan mahasiswa.
...............................
Di jalan, sambil asik mendengarkan
lagu-lagu kesayangannya sembari antri menunggu jajanan di toko kecil pinggiran
jalan, Minho sibuk bermain game.
”hi, Micron.. kamu sendirian saja.. enggak dengan grup mu??,”
katanya, chat dengan Young Hee alias Micron, cewek yang kemarin ia buka
identitasnya.
Sepertinya cewek itu memang masih ngambek
dengan Minho karena dibully. Dia diam saja. Minho jadi kesal juga dicuekin,
padahal mereka sedang saling bermain.
”oi, Micron..,” katanya dengan kesal.
Minho malah jadi ngambek dan mendadak membaca pikiran cewek itu.
”Kim Young Hee.. kamu masih marah denganku
sudah 3 hari.. kamu mau bilang kalau kamu sebel denganku karena aku berusaha
mencari tahu siapa kamu kan??? Dan kamu sebel denganku karena aku ini kamu
anggap naksir kamu kan??”
Young Hee kaget dengan apa yang
dipikirkannya, ternyata bisa ditebak Minho.
”jangan
ke GR an, Micron.. aku biasa aja denganmu, kok,” lanjut Minho
lagi.
“Brengsek..
menyebalkan!,” Young Hee langsung marah dan mengakhiri permainannya.
Lalu
dia menyelesaikan lagi game nya bersama gamer online yang lain sampai puas dan
gilirannya mendapatkan bola-bola daging sapi dan nasi paket kotak kecil serta
coke selesai. Dia lekas membayar makanan dan minuman tersebut, lalu duduk di pinggiran
taman dekat kolam.
“ummm..
enggak muncul lagi si Micron,”
katanya dalam hati. Biasanya memang mereka muncul bersama grup, tapi kali ini,
tidak.
”kalau kamu beneran anak Kim Young Hee.. sebenarnya sih.. ada sesuatu yang ingin ku
katakan padamu,” lanjutnya lagi.
Dia makan sambil main game dengan grup
lain, masih di kursi dekat kolam, tidak bergeming sama sekali. Pikirnya, Young Hee akan tetap marah dengannya.
Namun, Minho iseng-iseng malah
membayangkan wajah cewek itu dan mengucap beberapa kata seiring dia ingin
sekali bertemu dengan cewek itu, yang dia pikir adalah anak calon presiden.
Dia terus saja makan, sambil sesekali
menyeruput coke nya dan juga menertawakan grup lain yang kalah mengeroyoknya
main game.
Mendadak... Micron masuk. Game yang sedang
dimainkan Minho memberikan peringatan kalau Micron ingin menantang Minho
bermain.
”kenapa lagi cewek ini?? Bukannya dia masih kesal ya?,” tanya hati
Minho, keheranan.
Minho lalu menghentikan game nya melawan
ID lain dan masuk ke Micron.
”ada apa??,” ketiknya langsung pada cewek
itu.
”Minho.. jujur saja deh padaku.. kamu.. seorang
clairvoyant bukan??,” Micron aka Kim
Young Hee langsung menembaknya.
Minho tidak langsung menjawab, walau
sebenarnya dia penasaran juga dan ingin bertemu. Dia menutup jalan pikirannya,
namun, ternyata hal itu terbaca Micron.
”Minho .. hey.. jangan curang ya!,” ketik Micron padanya.
“jangan
kamu tutup pikiranmu.. dasar cowok curang!,”
Dia
menggerutu sendiri, ternyata kemampuannya diketahui Micron. Namun, kemudian dia
heran, apakah Micron aka Young Hee itu memang juga seorang clairvoyant?? Dia
sempat pikirkan itu, bagaimanapun, seorang clairvoyant tidak harus langsung
menyentuh benda yang dekat dengannya, namun jika bertemu bisa saling merasakan,
karena pancaran gelombang tubuh juga bisa merambatkan energy masing-masing si
clairoyant.
“ah…
kalau Micron juga seorang clairvoyant… apa yang mau dia katakan??,”
1
detik, 2 detik… sampai detik ke sepuluh, dia berkonsetrasi, membaca warna
gelombang yang dimiliki Micron, lalu merasakan berbagai, banyak semburan warna
seperti benang, yang kemudian, ada warna yang sama datang padanya, itulah yang
dia tangkap sebagai warna gelombang yang dimiliki Micron yang telah dia
identifikasi sebelumnya.
Sementara disana, Micron seperti
mendapatkan sebuah bayangan, bahwa seseorang telah menghubunginya melalui dunia
gelombang. Dia berhati-hati sebab tidak ingin identitasnya terbuka.’
”ah...siapa lagi yang mengirimkan pertanda
kepadaku??,”
Dia masih belum bisa menebak, siapa yang
mengirimkan sinyal itu, hanya meraba saja.
”damn...
ah...dia belum setinggi itu!,” keluh hatinya Minho, dia akan kesulitan jika
yang dihadapinya adalah seorang clairvoyant tingkatan jauh dibawahnya.
”siapa suruh kamu menantangku, Kim Young
Hee?? Bikin penasaran!,” kata hatinya lagi.
Ya, Minho jadi penasaran dengan cewek itu,
semenjak 3 hari lalu dia berhasil membuka identitas Kim Young Hee, yang
dicurigai sebagai anak dari calon presiden korea mendatang.
Minho mencari tempat yang cukup sepi,
karena dilihatnya masih banyak orang berlalu-lalang diseputar situ, untuk
menghubungkan lagi dirinya dengan Micron, lebih berkonsentrasi lagi. Lantas,
didapat sekitar pojokan taman yang memang terlihat sepi. Dia menoleh kiri-kanan
seperti orang yang takut ketahuan ingin melakukan sesuatu yang tidak enak.
Setelah beberapa menit melihat-lihat sekeliling, mengobservasi apakah daerah
itu lebih sepi dari tempat semula, dia pun mulai duduk, memejamkan matanya
lagi, berkonsentrasi sejenak.
”Micron... aku memanggilmu loh... aku Lee
Minho... musuh utama mu di game Gods’cronicle..,” katanya dalam hati. Dia
memfokuskan membayangkan Micron, lalu menangkap warna gelombang yang dimiliki
cewek itu dan membayangkan bicara dengan cewek itu di depannya.
Sementara disana, perasaan Micron juga
tidak enak, karena diganggu gelombang dan energy nya oleh Minho.
”Minho brengsek.. ternyata kamu!,” setelah
beberapa menit, barulah Micron a.k.a Kim Young Hee mengetahui kalau Minho
mengirimkan sinyal telepati jarak jauh padanya.
Young Hee berdiri dari duduknya, lalu
memegang kedua dahinya, memejamkan mata dan berkonsentrasi.
”Minho... kamu dimana??,” katanya dengan
suara pelan.
”taman dekat sekolah Gyomyo,” jawab Minho
ditaman itu, jarak yang sangat jauh dari Micron, lebih dari 10km.
Micron langsung berlari keluar kamarnya,
mengambil kunci mobil di laci dan keluar rumah. Sementara dia cuek saja ketika
ibunya mendadak menemukannya terburu-buru keluar rumah dan dia hanya menjawab
kalau ada hal penting yang harus dibicarakan dengan teman kuliahnya.
Micron aka Young Hee melarikan mobilnya ke
taman dekat sekolah Gyomyo... mencari Minho yang sedang duduk juga menanti
dirinya.
......................................
Minho masih duduk ditempat yang sepi,
dipojokan taman. Dia tidak asik lagi bermain game, hanya menunggu Young Hee
mendatanginya. Pikirannya tetap melayang pada Kwon Mi Young, dosennya. Dia
merasakan kalau Kwon mengalami sebuah masalah besar yang akan membawanya dalam
jurang kesengsaraan.
”Young Hee masih berada 3 km lagi dari
sini.. apa yang sebaiknya aku pikirkan tentang bu Kwon??,” kata hatinya Minho
sendiri.
Antar clairvoyant sendiri memiliki beda
kekuatan. Minho sampai bisa mengetahui gerak-gerik seseorang sampai sejauh mana
secara fisik maupun mental. Sebenarnya, dia berada sedikit satu tingkat dibawah
Kwon Mi Young, hanya saja, sikapnya yang masih anak-anak terkadang membuatnya
jadi sedikit lebay, sok heboh, agak peragu dan kurang kontrol diri. Hal ini
yang menjadi peluang bagi Kwon untuk mendekati Minho.
”datang cepat kesini, Young Hee.. kamu
lambat sekali menyetir,” keluh Minho. Matanya seperti menembus jalur jalan besar yang sedang dilalui cewek itu.
Hari memang semakin sore menjelang malam,
dan Minho seperti tidak punya banyak waktu pada cewek itu.
”jangan lebih dari 10 menit, Young Hee..
aku bukan cowok yang suka lama menunggu,” keluhnya lagi.
..................................
Young Hee datang berlari di hadapan Minho
di menit ke 11. Dia begitu ngos-ngosan, capek karena jarak parkir dan taman
memang cukup jauh beberapa meter.
Minho masih agak berwajah jutek dengan cewek itu, karena merasa
dijauhi, walau sebenarnya mereka sama-sama membutuhkan.
Dengan setengah berjongkok, kedua telapak
tangan menyentuh kedua lututnya, Young Hee masih ngos-ngosan.
”ada apa memanggilku?? Kamu memang benar
seorang clairvoyant ya??,” katanya pada Minho.
Minho berdiri sekitar 2 meter di depannya.
”warna gelombangmu oranye.. tidak merasa
ya??,” balasnya pada Young Hee dengan nada sedikit jutek.
”Kim Young Hee, anak Kim Hee Chan,
politikus senior yang nanti akan mengajukan diri menjadi calon presiden korea
selatan berikutnya, dengan calon wakil presiden Park Ir Han... Lulusan ilmu
politik dari University of Seoul... dan terbaik di jurusannya,” lanjut Minho
lagi.
”Brengsek... kamu bahkan lebih tahu dari
aku, Minho.. kenapa??,” balas Young Hee. Dia berdiri seperti biasa lagi setelah
mengatur nafasnya.
”Tahu... lawan politik ayahmu.. siapa???,”
tanya Minho dengan suara sedikit judes.
Young Hee bertolak pinggang.
”apa maumu terhadap ayahku?? Ingin
memeras??,”
Minho senyum, membalas perkataan cewek itu
dengan nada datar dan dingin.
”aku tidak peduli dengan uang... aku
banyak uang dari kedua orangtuaku,”
”well..
Kim Young Hee... ayahmu akan berhadapan dengan Lee Sang Geol..,”
Dalam pikiran Kim Young Hee, bagaimana
Minho bisa tahu.. padahal, cowok itu dalam sepengetahuannya, belum pernah
bicara dengan ayahnya, dan baru beberapa hari lalu ayahnya menceritakan padanya
tentang bakal lawan politiknya itu.
”darimana kamu tahu??”, wajah Young Hee
jadi pucat, dia tidak menyangka kalau Minho lebih tinggi darinya.
”ah.. bodoh sekali pikiranmu.. makanya..
kalau lagi banyak masalah, jangan main game denganku,” Minho lalu menurunkan
intonasi suaranya menjadi sedikit mengejek dan dia duduk di kursi taman.
Young Hee penasaran dengan Minho, lalu
malah dia duduk disebelah cowok itu.
”kenapa.. apa yang kamu lihat??,”
Dengan santai, Minho menjawab kalau dia
tidak melihat apa-apa, dia hanya membaca sedikit pikiran cewek itu ketika 3
hari lalu dia bongkar identitasnya.
”tidak.. kamu pasti tahu banyak hal
tentang ayahku,” bantah Young Hee.
”enggak kok.. aku cuma tahu dari pikiranmu pada ayahmu.. 3 hari lalu,” balas Minho santai, sambil
mengirimkan pesan untuk pacarnya.
”heh.. cowok aneh... lalu.. kenapa kamu
memanggilku kesini???,” Young Hee jadi panas hati, Minho memanggilnya serasa
membuang waktunya.
Dengan santainya, Minho hanya menjawab,
kalau dia penasaran dengan sosok Micron, yang ternyata adalah anak calon
presiden.
”penasaranku sudah terpenuhi sih.. hanya
saja, sebaiknya kamu kosongkan pikiranmu, atau penuhin sekalian kalau sedang
berhadapan dengan clairvoyant yang lain,” ujar Minho masih dengan ekspresi
santai, sambil tetap mengirimkan pesan pada pacarnya.
”salahmu juga, Minho... kamu akan menjadi
bagian dalam sandiwara ini,” gerutu Young Hee.
Minho menoleh padanya dengan tatapan mata
yang sedikit terbelalak.
”itu karena kamu... ah.. sudah deh,”
katanya dengan kesal pada Young Hee.
Dia menyembunyikan pikirannya agar tidak
terbaca oleh cewek itu tentang Kwon Mi Young.
Akhirnya, malah Young Hee yang jadi
bertanya pada Minho.. apakah Lee Sang Geol itu orang yang berbahaya atau
tidak..
Jawaban Minho hanya,”aku kan belum pernah
bersalaman dengannya.. mana aku tahu??”, dengan enteng sekali.
”Lee Sang Geol itu seorang pengusaha....,”
kata Young Hee, memulai pembicaraan serius.
”dan aku tahu.. ayahmu seorang politikus
yang bersih,” timpal Minho mendadak.
”ya... aku bersyukur memiliki Appa (ayah) yang bersih dari korupsi
atau suap,” balas Young Hee.
Minho menutup akses internetnya, tidak
lagi membalas pesan chat dari pacarnya, dia jadi serius dengan pembicaraan itu.
Dia tutup flip smarphonenya.
”kamu seorang clairvoyant... kamu harus
menemani ayahmu...,” katanya pada Young Hee.
Young Hee menoleh, senyum pada Minho,
mengangguk mantap.
”pasti... dan.. hanya seorang clairvoyant
lagi yang mengerti perasaanku terhadap Appa ku,”
”aku hanya membaca pikiranmu sedikit
kok....,” balas Minho.
Ternyata, Young Hee bukan cewek yang judes
walau bahasanya terkesan kasar, dia lalu malah berusaha ramah dengan Minho dan
menepuk pundak cowok itu sampai terdengar keras.
”hey... gomawo!.. aku pikir, kamu cowok brengsek.. tapi malah mengingatkan
aku supaya lebih berhati-hati,”
Minho mengaduh, Young Hee malah tertawa
melihat itu.
”aku juga enggak ngerti sih.. kenapa
kepikiran harus ketemu kamu...,” kata Minho.
”kamu
juga cowok iseng... ,” canda Young Hee.
“kamu
pikir..aku ini cowok enggak punya kerjaan ya?? Buat apa aku tadi capek-capek
mengeluarkan energi ku untuk bilang kalau kita perlu ngobrol??,”
Young Hee menepuk pundak Minho lagi.
“Hey.. jangan terlalu sensitive.. kamu
sudah membacaku kemarin-kemarin... ayo tanggung jawab!”.
Young Hee lalu bercerita, kalau dia
seperti mencium aroma ketidakberesan dalam proses pencalonan presiden
berikutnya, tidak lagi mencantumkan kejujuran dalam berpolitik. Entah apakah
hanya dia yang merasakan... atau yang lain juga?? Lee Sang Geol memang seorang
pengusaha yang mencoba peruntungan dengan berpolitik. Tidak sama sekali hal
tersebut dilarang. Tetapi, Young Hee mendengar sebuah rumor kalau orang itu
bukan orang yang baik, alias bisa saja menjegal ayahnya untuk menjadi seorang
presiden.
”kamu enggak bisa bicara apapun tanpa
bukti... seorang clairvoyant juga mesti punya bukti yang kuat,” ujar Minho
serius.
”dan kalau itu tidak terjadi, pihak Lee
itu akan menyerang balik ayahmu,”
Young Hee mengangguk. Lalu Minho bertanya,
dari siapa tahu soal kehidupan lawan politik ayahnya itu? Young Hee ternyata
secara tidak langsung dan tidak diketahui ayahnya, memiliki semacam kumpulan
orang yang dia sewa untuk mengetahui sejauh mana tindakan lawan politik
ayahnya.
”semua harus dengan data.. file kecil 22
Kb pun sangat penting... jika itu isinya bukti,” balas Minho.
Young Hee mengangguk lagi.
”hey Minho.. kamu mau kan... jadi temanku???
Aku merasa..kita ini
nyambung,”
Minho senyum kaku, aslinya, dia takut
dicemburuin pacarnya, karena baru pacaran satu bulan, tentu saja biasanya kalau
cewek, masih sedang asik-asiknya manja pada cowoknya.
”kenapa..kamu punya pacar ya??,” tanya
Young Hee.
”begitulah, hehe... kamu bisa hubungin
aku.. di game saja ya??,” balas Minho sambil masih senyum kaku.
”... karena.. aku belum ada teman seorang
clairvoyant sama sekali,” ujar Young Hee.
Minho hanya cengengesan... dia berpisah
dengan Young Hee ketika mereka selesai bercerita tentang pikiran cewek itu yang
galau soal Lee Sang Geol. Dia
bercerita bagaimana sepak terjang lawan politik ayahnya itu dengan intuisinya
yang kuat. Tapi Minho hanya memanggut-manggut saja. Walau Minho juga seorang
intuitif, tetapi dia masih ada logika yang meliputi otaknya, sehingga dia hanya
ingin cewek itu mengumpulkan berbagai informasi, jika memang bisa mematahkan
karir pencalonan Lee Sang Geol.
”aku rasa.. seorang Lee Sang Geol jika
memang dia pengusaha dan sukses... kalau katamu...dia ada main dengan seorang
presiden sebuah negara... semestinya media sudah meliput hal tersebut.. aku
hanya bisa bilang begitu,” ujar Minho.
Mereka lalu pulang, Young Hee berjanji
tidak akan menghubungi Minho via apapun kecuali chat game.
Minho pulang dengan senang hati
bersiul-siul dan bernyanyi mengikuti lirik yang ada dari mp3 smartphonenya.
”aku pulang, Eomma!,” teriaknya ketika
membuka pintu.
Ibunya menyambut Minho dengan wajah ceria.
Disamping ibunya, juga ada ayahnya, dan ada lagi seorang lelaki paruh baya.
”sudah pulang??,” tanya ayahnya.
Minho mengangguk, menunduk hormat pada
mereka semua, terutama pada lelaki yang berdiri disamping ayahnya.
”ini paman jauh mu.. kami baru saja
bertemu...,” kata ayahnya Minho.
Lelaki itu menjulurkan tangannya.
”Lee Sang Geol... senang berjumpa,” kata
lelaki itu, ramah dengan senyumnya.
”Lee.. Sang Geol?? Lawan politik Kim Hee
Chan???,” tanya Minho, dalam hatinya.
Minho menerima jabat tangan lelaki itu
dengan heran.. sekarang.. dihadapannya adalah Lee Sang Geol... lelaki yang baru
saja dibicarakan olehnya dan Kim Young Hee...
Bersambung ke part 4....