Cerita ini hanya imajinasi saja .. Kalau serius banget, tanggung sendiri...
Di kantor pusat, Rima ketika masuk ruangan
kantor besar itu mencoba menghubungi
Minho lagi, apakah dia sudah sampai atau belum ke showroom mobil yang
diceritakan sebelumnya dalam pembicaraan di telepon. Beberapa staff yang
melihatnya masuk kantor, langsung menunduk hormat padanya, tapi dia hanya
senyum saja dan cuek, memilih untuk menunggu Minho menjawab telepon darinya.
”Aneh.. sama sekali kagak diangkat.. ape
udah meeting ye??,” katanya dalam
hati. Jawaban dari panggilan itu hanya ”telepon yang Anda tuju, sedang berada
di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi”.
Dia masuk ke lift dan mencoba santai dalam
kekhawatirannya, masih berpikir positif, mungkin memang Minho sedang rapat.
Di dalam lift, ternyata Il-Sung
meneleponnya. Tapi karena Rima sudah sampai kantor dan mau naik ke lantai
sepuluh, tempat para direktur, maka dia berfikir tidak perlu dijawab.
Setelah sampai di lantai sepuluh, Operator
menyambutnya.
”Ibu Rima, Tuan Lee Il-Sung meminta Ibu
lekas ke ruangannya. Katanya, tadi Tuan telepon tetapi tidak ibu angkat,”
Rima hanya mengatakan terima kasih, lantas
dia buru-buru ke ruangan Il-Sung.
”Ada apa?,” tanya Rima, heran, melihat
wajah Il-Sung yang sedih.
”Minho.. dia kecelakaan..Tapi... Safina
dan Lee Joong.. meninggal di perjalanan,” jawab lelaki itu dengan mata sembab.
Rima langsung menutupi wajahnya dan
menangis. Dia takut sasaran berikutnya memang Minho yang dibunuh oleh orang yang tidak tahu,
siapa mereka. Seperti musuh dalam selimut. Padahal, baru pagi menjelang siang
ini Minho mengungkit soal itu lagi dan tidak ada masalah dengan mobil yang
mereka tumpangi sebelumnya.
”Kita harus lekas pergi ke Rumah Sakit..
itu sebabnya tadi aku meneleponmu,” kata Il-Sung.
Rima masih menangis, dia ketakukan akan
ditinggal Minho selamanya, padahal dia sedang hamil.
Il-Sung hanya mengusap kepalanya,
memintanya untuk tenang dan mereka harus segera pergi ke rumah sakit tempat
Minho dirawat.
.......................................
”ya Alloh, mantu gue kenape?,” beh Hamid
kaget bukan main ketika Il-Sung meneleponnya di mobil, dalam perjalanan menuju
Rumah Sakit.
”Maaf, Pak.. kami juga bingung.. saat ini,
kami sedang menuju rumah sakit,” jawab Il-Sung dengan suara yang agak serak.
Rima masih tidak tahan dengan ini semua,
matanya masih sembab, dia memang menangis terus, kacau, takut Minho terluka
parah.
Beh Hamid memutuskan kalau Il-Sung segera
saja memulangkan Minho, sebab sepertinya ini rekayasa seseorang lagi. Dia turut
berduka atas kematian dua staff nya Minho.
Semua lekas pergi ke RS. Di sana, mereka
melihat Minho sudah sadar, tapi hanya melamun.
Rima langsung memeluknya,” kamu tidak
apa-apa, kan??”, dia sembunyikan wajah sedihnya.
Dilihat tangan Minho dibalut perban,
begitu juga kakinya.
”it
hurts (sakit sekali),” jawab Minho singkat.
”aku kaget sekali.. sebenarnya, ada apa
ini?? Kenapa bisa?,” tanya Il-Sung keheranan. Sebab itu memang mobilnya dan
setiap hari dia pakai, tidak ada masalah.
”aku juga tidak tahu,” balas Minho, agak
meringis, dalam bahasa mereka.
Il-Sung jadi bergumam. Dia jadi negative
thinking dengan semua ini.
”Young Sam belum datang, besok sepertinya
dan kamu harus segera kembali.. tidak pakai lama,”
Minho mengangguk. Dia minta bangun. Dia
menyesal ada dua staff nya yang meninggal dan keluarga mereka jadi duka.
”Bukan salahmu,” kata Il-Sung.
Lalu Minho bertanya, bagaimana nasib
ketiga showroom yang seharusnya dia kunjungi sore itu. Mendengar Minho mengalami kecelakaan, mereka
membatalkan pertemuan dan akan dijadwalkan ulang.
”jangan kamu pikirkan apa-apa dulu..aku
saja yang pikirkan hal itu.. kamu istirahat saja dulu,” jawab Il-Sung. Aslinya,
dia juga berpikir keras, kenapa perusahaan ini dilanda masalah bertubi-tubi
dalam waktu dekat.
Lalu Il-Sung meminta Rima berbicara
dengannya di luar, sementara meninggalkan Minho.
.....................................
”Aku takut keponakanku stress.. dia sudah
terlihat lelah sekali,” kata Il-Sung, membuka pembicaraan diluar, di lorong
rumah sakit itu.
”Aku mengijinkan Minho pulang..,” balas
Rima.
Il-Sung kaget, kenapa perempuan itu jadi
pasrah.
”Apa..kamu tidak takut.. Minho akan
meninggalkanmu??”
Rima menggeleng saja,”aku yakin tidak,
paman.. aku percaya, dia bisa mengatasi ini semua.. aku khawatir sekali dengan
keselamatannya”
Il-Sung bergumam sedikit,” ya.. dan kamu
sampai menangis.. aku pun bingung.. kami sudah kehilangan Kwon Yun dalam kurang
dari satu bulan dari kecelakaan ini.. ”
”dan sepertinya kepolisian juga belum bisa
mengetahui, siapa pembunuh keponakanku itu.. dan.. satu kasus datang lagi..
membuatku berpikir keras”
”Ijinkan aku berfikir tentang perusahaan
ini, paman..,” kata Rima, dia menunduk hormat sedikit pada Il-Sung, sudah mulai
terdesak dengan perutnya yang hamil.
Il-Sung tersenyum. Baginya, dia sudah
menganggap Rima sebagai keponakannya sendiri, sama dengan Minho baginya.
”Yang brengsek itu si Hyeon.. sama sekali
dia belum punya pikiran positive tentangmu”
”aku mengijinkanmu membantu kami.. tapi
dia masih selalu ragu. Aku
katakan padanya, tidak perlu Young Sam datang kesini”
”aku akan terus berusaha desak Hyeon
supaya dia mengakui mu sebagai bagian dari kami,” lanjut Il-Sung.
Baik Il-Sung atau Minho sebenarnya menjadi
orang yang terbuka terhadap orang lain ketika perempuan ini masuk ke dalam
kehidupan harian mereka. Tetapi memang latar budaya yang berbeda bisa saja
memunculkan prasangka.
”dalam kondisi seperti ini, aku akan tetap
membantu Minho.. apapun yang terjadi.. aku tidak akan putus asa dan selalu
mendukung tindakan positifnya,” kata Rima
Il-Sung senyum dengan perkataan keponakan
iparnya itu. Baginya, itu sudah sebuah perkataan jujur, rela berkorban seorang
perempuan terhadap pasangannya.
”aku tidak pernah dan tidak perlu takut
atas kesetiaanmu kepada keponakanku.. aku yakin itu.. hanya saja, kita harus mencari tahu, apa yang terjadi
dengan kecelakaan ini.. kematian
Joong memukul hati kami.. dia seorang pekerja yang ulet..., begitu juga dengan
Safina”
”dan.. aku mengambil kesimpulan.. ada orang
di dalam perusahaan kita ini yang memang ingin mencelalakan baik Minho, aku..
atau mungkin kamu,”
Memang, sepertinya tidak mungkin kalau
tidak ada orang jahat di dalam perusahaan tersebut. Sebab sebelum mobil itu
dikendarai oleh Safina, Il-Sung membawanya dengan baik-baik saja, dan begitu
juga Minho menceritakan, kalau dalam perjalanan awalnya, mobil memang dalam
kondisi baik.
”Tapi siapa??,” tanya Il-Sung.
Rima hanya menggeleng, tidak tahu.
Tugasnya jika memang Minho dipaksa kembali lusa, dia harus cepat membantunya
membuat laporan.
......................................
”Gue udah bilang ame si babehnye si
Minho... tapi die romannye gak mau dengerin gue,” kata beh Hamid pada Il-Sung
dimalam itu. Dia datang ke RS untuk melihat menantunya itu.
”Saya sudah berbicara dengan Hyeon, Pak
Hamid.. saya berusaha meyakinkan, kalau ini sudah keadaan darurat, dan Minho
harus segera kembali sementara waktu, sampai suasana menjadi aman,” jawab
Il-Sung.
Mereka duduk saja diluar kamar rawat inap.
Beh Hamid menyeruput teh yang dia pesan di
kantin rumah sakit.
Il-Sung memandang nya.
”Keluarga mereka jujur dan baik
hati..lantas, kenapa Hyeon tidak suka??,” katanya dalam hati.
Il-Sung jadi berfikir.. apa mungkin kakaknya dipengaruhi oleh
seseorang dalam perusahaan?
”Gue sih tetep ngebiarin aje kalu si Minho
mau pulang kesono.. kagak
masalah.. nyang penting die balik lagi.. kesian anak gue kalu ditinggal lame,”
kata beh Hamid lagi.
Il-Sung senyum dan dia menjawab, kalau dia
akan membantu mereka supaya Minho tidak lama di sana dan dapat kembali lagi.
”Pak Hamid.. apa benar Rima itu tidak
pernah mengenal Tina??,” mendadak Il-Sung bertanya itu.
Beh Hamid dengan santai menjawab,” gue
kagak teu.. lu emang gak tanya anak gue??.”
Rima ada juga disitu, tapi dia tidak banyak
bicara. Mencoba tidak ikut campur pembicaraan mereka, tapi membantu Il-Sung
menerjemahkan bahasa beh Hamid dengan yang baku.
”saya sempat curiga ketika Minho kemarin
lagi-lagi mengungkit Tina..,” lanjut Il-Sung lagi.
”Tine sape??,” tanya beh Hamid spontan
pada anaknya.
”Tidak tahu, beh... aye cuma tau, die
sekretarisnye Minho,” jawab Rima, singkat.
Lagi-lagi malah dia memegang kepalanya
sendiri, kepusingan. Beh Hamid dan Il-Sung jadi cemas.
”enggak ape-ape, Beh... tapi emang aneh...
asal aye ngomongin ntu orang, kepale mendadak puyeng,” ujar Rima.
”emang kenape??,” tanya beh Hamid heran.
Rima hanya menggeleng, muncul lagi
beberapa lintasan peristiwa.
”sepertinya ingatanmu tentang orang itu
sudah mulai kembali,” kata Il-Sung. Dia meminta Rima menceritakannya.
”Dulu... dia pernah
menjahatiku..meledekku..,” kata Rima, mencoba mengingat.
”Yang mana?? ,” tanya Il-Sung dengan penuh
semangat
”Lu beneran pernah dijahatin ntu harim (cewek)?,” tanya beh Hamid juga,
dia penasaran.
Rima mengangguk, masih mencoba mengingat,”Iya,
Beh.. waktu itu... aye lagi disuruh Minho ngerjain laporan buat ke korea
sana... nah, mendiang Kwon Yun nyuruh Tina gabung ame aye ngerjain laporan...
die iri, beh”
Rima mencoba menceritakan lagi apa yang
dia lihat, dengan lengkap waktu itu. Kejadian Tina kecewa pacarnya Raffi
dipecat Minho dan dia menyangka Minho membela Rima, lalu Rima membela dirinya.
Belum lagi kejadian di kantin yang bergossip adanya video kencan Rima dan
Minho. Il-Sung dan beh Hamid memperhatikan serius.
”ah... apa mungkin.. dia yang membuat
mobil saya seperti itu??,” tanya Il-Sung.
”Bise-bise aje.. mestinye elu nyang
mati... bukan si Minho nyang celake,” kata beh Hamid.
”Mungkin sebenernye ye.. lu nyang awalnye
diincer die”, tambah nya lagi.
Beh Hamid dan Il-Sung jadi bergumam
bersamaan.
”saya harus menelusuri, darimana Tina
berasal,” kata Il-Sung lagi.
....................................................
”bagaimanapun, Minho harus kembali.. aku
sisakan persoalan ini padamu,” kata Hyeon dalam pembicaraannya pada Il-Sung.
Il-Sung bilang, body guard akan disewa
lagi untuk mereka. Hyeon ingin lekas anaknya pulang, tidak peduli bagaimana
kondisinya dan juga kondisi isterinya.
”keselamatan anakku tetap nomor satu,”
kata Hyeon lagi dengan nada tegas pada Il-Sung.
Young Sam akan berada di Indonesia esok.
Jadi Il-Sung akan menjalani semua operasional dengannya, plus dengan body guard
kemanapun mereka pergi.
Il-Sung yang 180cm itu merasa risih dengan
adanya body guard, tetapi kalau tidak begitu, dia ketakutan juga akan menjadi
incaran berikutnya.
”Jangan katakan kamu tahu semuanya tentang
kondisi kita dari Tina, Oppa,” kata
Il-Sung. Dia memancing Hyeon, darimana kakaknya itu tahu segala kondisi
terlebih dulu?
”Kami mencurigai dia yang mencelakakan
anakmu itu,” lanjutnya lagi.
Hyeon ingin sekali mengelak, tapi Il-Sung
mendesaknya. Dia menceritakan pembicaraan apa malam ini antara dia, beh Hamid
dan Rima, serta kilas balik peristiwa yang dialami Rima.
”ada bodyguard pun jika perempuan itu
masih mempengaruhi mu, malah bisa-bisa Minho yang mati duluan dibanding aku,”
kata Il-Sung lagi.
”bagaimana bisa mobil yang setiap hari OK,
bahkan paginya aku sendiri mengendarai.. Minho pun masih baik-baik saja di
jalan sejenak sebelum kecelakaan, tiba-tiba semuanya berubah??,”
Hyeon jadi berfikir: apa selama ini dia
sudah termakan hasutan Tina atas kebenciannya kepada Rima?
Il-Sung memang tidak suka juga kalau ada
orang lain masuk ke dalam ”rumah”
mereka. Setidaknya, dia berargumen pada Hyeon kalau Rima dan keluarganya itu
tidak seperti yang kakaknya bayangkan.
Hyeon disana masih tidak percaya, kalau
Tina yang selama ini dia percaya untuk menceritakan situasi perusahaan,
ternyata pengkhianat yang sebenarnya? Bagaimana bisa?
Polisi tetap mengusut sampai esok harinya
mereka datang. Keluarga Safina sedih dengan kejadian itu. Begitu juga dengan
keluarga Joong di korea. Pengurusan keduanya dilakukan dengan cepat. Minho
benar-benar stress.
..................................
”Lu sementara relain dulu si Minho balik..
mau diapain lagi??,” kata beh Hamid, di malam kedua Minho menginap di Rumah
Sakit.
Ruang tamu malam itu memang agak dingin.
Angin malam terasa masuk ke dalam rumah beh Hamid yang pintunya masih belum
dikunci. Dia bicara dengan
Rima, sekaligus juga disitu ada Hasan dan Taufiq.
”kagak nyangke bisa jadi ribet gini yak,”
kata Taufiq begitu dia tahu apa yang terjadi dengan adik dan adik iparnya itu.
”Lu kudu siap kalu Minho ninggalin elu... udah
resiko eni mah,” kata Hasan.
Mereka duduk saling melingkar.
Rima akhirnya menunduk lalu menangis juga.
Hasan dan Taufiq mencoba menghibur adiknya
itu.
”sabar.. lu serahin semuanye pada Allah,”
kata Salma, ibu mereka.
Rima mengangguk, dia masih menunduk,” aye
pikir.. rumahtangga aye bakalan aman, kagak dapet gangguan.. nyatanye..”
Hasan mengusap-usap pundak adiknya itu,” sabar..
namanye berumah tangge, mana ade kagak ketimpe cubaan.. lu kudu sabar.. lagian disini kite kagak bakalan
tinggal diem ame nyang beginian,”
”eni mah aseli kudu maen jawara,” ucap beh
Hamid serius.
Semuanya jadi menoleh pada beh Hamid.
”kenape.. lu pada takut?,” tanya beh Hamid pada keluarganya.
”ya.. kagak , Beh.. sape juga nyang
takut?? Aye cuma mikir.. lusa pan si Minho bakalan balik ke sono.. ngapain
disini urusanan ame jaware segale??,” tanya Hasan.
Beh Hamid bangun dari bangsal
kesayangannya. Dia bilang, dia sudah greget, gak sabaran dengan ini semua.
Kalau sudah begini dan akan bisa kehilangan nyawa lagi, memang sudah bukan
main-main baginya.
Hasan bertanya, apa yang dilakukan polisi
ketika bertanya pada Minho? Mereka semua tidak tahu. Hasan hanya mengeluh, yang
begitu akan membuat masalah lama selesainya.
”pecat aje kalu gitu si Tine nya ntu.. cari gara-gara apaan aje gitu??,”
Hasan jadi asal ngomong.
”kagak bisa gitu, belum kebuktian,” timpal
beh Hamid.
”apa gak ade yang bisa bikin dia dijebak
gitu??,” tanya Taufiq.
Rima diam saja, tidak hanya menceritakan
berulang-ulang apa yang pernah dia alami ketika berinteraksi dengan Tina dimasa
lalunya.
”Kuncinya satu: ketika die kagak suka si
Minho pecat rejal nye (lelaki/pacar/suami),
bisa aja disitu dendamnye muncul,” kata Taufiq.
Semuanya jadi mikir: apa hanya itu saja
yang menyebabkan Tina dendam pada Minho??
Rima angkat suara, kalau dulu itu bukan
karena Tina tidak suka Minho memecat Raffi, tapi karena dirinya yang dianggap
dia selalu bisa merebut hati Minho dalam soal pekerjaan.
”Masuk akal juge sih,” gumam Taufiq.
Hasan mengangguk,” Tapi segitunye juge..
masak iye benci sampe ke si Minho segale??”
”Udah pasti ade nyang dibalik ntu.. dendam
lame,” timpal beh Hamid.
Semua melihat wajah beh Hamid dengan
kompak.
Rima bercerita terakhir waktu dia pusing,
mereka yang diruangan HRD bercerita kalau Tina ada hubungan saudara dengan Leo,
salahsatu orang yang perusahaannya membuat kerjasama karoseri dengan perusahaan
keluarga Minho.
Beh Hamid menjentikkan jarinya.
”Ngerti gue.. bisa jadi si Leo biang keladinye!”
Yang lain langsung melihat wajah beh Hamid
dengan heran.
”kenape.. gue salah lagi gitu??,” tanya
beh Hamid spontan pada mereka.
Kompak juga mereka menggelengkan kepala.
Mereka hanya sedikit bingung kenapa beh Hamid bisa menyimpulkan kalau otak
dibalik semua ini adalah Leo, yang justru adalah partner usaha perusahaan
keluarga Minho.
Beh Hamid dengan entengnya hanya
menjawab,”ye... semua itu bisa aje beneran kejadian... ape sih nyang enggak
sekarang mah??”
Hasan mengangguk saja, sepertinya dia
memang sudah mencium aroma tidak enak dalam pembicaraan dari awal.
”Masuk akal sih, Beh.. cuma kan kagak bisa
nuduh orang sembarangan aje.. bise-bise kite nyang gantian dituduh balik”
Beh Hamid jadi bergumam-gumam, dia mencari
cara bagaimana bisa memancing supaya biang keladinya, untuk sementara yang
sekarang dituduhkan kepada Leo, bisa keluar dari sarangnya.
”Gue sih ye, mikirnye.. romannye pamannye
si Minho nyang bakalan jadi sasaran berikutnye,” ujar beh Hamid.
”sape, Beh?? Il-Sung ntu??,” tanya Hasan.
Beh Hamid mengangguk,” kemungkinan begitu
dah romannye”
Mereka kompak lagi bergumam... dan
berfikir, bagaimana jika memang lelaki itu yang akhirnya bisa menjadi korban,
setelah nanti memang Minho akan pulang??
”lu kan tau semuanye, secara, si Tine atu
kantor ame si Il-Sung, die kan sekretarisnye Minho.. jadi ya.. apal-apal aje
deh lakonnye si Il-Sung bakalan ape aje,” ujar beh Hamid lagi.
Hasan mengangguk, berfikir, memang ayahnya
ini ada benarnya juga.
”Kalu beneran pamannye nyang baru nyang
bakalan diincer romannye kagak mungkin.. bakalan cepet ketauan sape dalangnye,”
lanjut beh Hamid lagi.
”kasian bener eni keluarge ye... ape
emangnye keluarge kaye begini semuanye?? Di incer musuh??,” tanya Salma
mendadak.
”tau dah ah,” beh Hamid malah jadi
kepusingan.
Mereka semua diam dan berfikir lagi: siapa
sebenarnya dalang dibalik itu semua?
...................................
Dua hari berikutnya, saatnyaYoung Sam
datang. Minho masih duduk di kursi roda nya, sebab kakinya patah. Suasana pagi
disiang hari itu di rumahnya beh Hamid lumayan sejuk. Angin dari persawahan dan
kebun masih terasa menusuk tulang.
Minho termenung saja di depan teras beh
Hamid. Dalam dua hari ini, dia jadi banyak diam memikirkan kepulangannya
kembali. Dirinya tidak ingin pulang, ingin saja berada disini bersama dengan
keluarga beh Hamid yang menurutnya mencintainya dengan cara yang berbeda.
Anak-anak kecil dilihatnya bermain di
jalan yang masih ½ aspal. Syal
yang dipakainya sesekali tertiup angin. Hujan rintik sudah mulai turun. Tak
berapa lama, sebuah mobil hitam metalik berjalan menuju rumah beh Hamid.
”Tettt....,” suara klakson mobil terdengar.
Minho diam saja, dia sudah tahu itu mobilnya yang dikendarai Suryanto,
menjemput pamannya.
Rima yang mendengar suara itu lekas keluar
dari rumah, menuju teras. Dia senyum pada Minho.
”Paman sudah datang??,”
Minho hanya menjawab dengan anggukan.
Rima lalu mendorong kursi roda Minho dan
membantunya menuju mobil itu. Dilihat mereka, keluarlah Young Sam, paman Minho.
Lelaki itu berkulit putih, tinggi sekitar
175cm, berwajah agak bulat, beralis tebal dan berperawakan sedang.
Rima langsung berdiri di samping Minho dan
menunduk hormat padanya.
”welcome
here,” katanya dengan senyum
Young Sam malah menggaruk kepalanya,
seperti lelaki yang pemalu. Il-Sung langsung melihat tingkah adiknya ini.
”dia cantik ya??,” tanya Il-Sung dalam
bahasa korea pada adiknya itu
Young Sam cengengesan saja, kumat lagi
genitnya.
”Ya.. kenapa harus dengan Minho ya??”
Minho langsung memandang pamannya itu
dengan tatapan tidak suka, dia mulai cemburu.
”awas menggoda isteriku,” kata Minho pada
Young Sam dengan tatapan cemburu.
”annyeong haseyo.. jeoneun Lee.. Young Sam ieyo,” dengan PeDe nya Young Sam
memperkenalkan diri pada Rima.
”selamat datang,” balas Rima, ramah dengan
senyumnya.
”kamu cantik ya? Hehe,” Young Sam dengan
pede langsung membicarakan isi hatinya.
Il-Sung memukul kepala adiknya sendiri.
”di negara orang lain harus menghormati
perempuannya juga, payah!”
Young Sam mengaduh.
Minho cemberut pamannya genit.
”Pulang saja kalau begitu kamu, Samchon.. kacau.. bisa-bisa isteriku habis digoda kamu,”
Rima tidak mengerti apa pembicaraan
mereka, karena memakai bahasa negara mereka sendiri.
Young Sam hanya cengengesan, dia katakan
bercanda, tidak akan mau merebut pasangan keponakannya itu.
Minho masih cemberut, takut Rima direbut
pamannya yang memang terkenal genit itu.
Tak berapa lama, setelah Rima kembali
masuk rumah, datanglah beh Hamid dan Salma-isterinya- ke depan.
”wah, wah.. ade orang jauh kemari,” kata
beh Hamid, ramah menyambut dengan gaya bahasanya sendiri yang betawi itu.
Dia langsung menyalami tangan Young Sam.
”Si Minho udah bilang ke gue kalau ente
mau nyambang ke mari,”
Jelas saja Young Sam bingung. Seumur-umur,
dia belum pernah bertemu dengan orang betawi, walau dia bisa berbahasa
Indonesia sedikit-sedikit.
”Beh... romannye enggak ngerti basa betawi
dah,” kata Rima pelan.
”Elu, Bang.. emang-emang deh,” lanjut
Salma.
Beh Hamid malah tertawa. Dia memang tipe
lelaki yang apa adanya.
”Gue
mah emang begini.. disini ya begini eni.. lu maklumin aje ye??,” kata Beh Hamid
pada Young Sam.
Mereka
sudah berkumpul di ruang tamu. Pintu
sengaja dibuka lebar agar angin segar tetap masuk.
”saya berterima kasih bapak Hamid mau
membantu Minho dan kakak saya disini,” balas Young Sam, ramah.
Beh Hamid malah tertawa keras.
”Hahaha.. dah kita mah begini, Pak.. kate
orang betawi mah, nyang namanye keluarge ntu penting.. pan si Minho udah gue anggap anak gue kendiri, begitu...”
Young Sam cengengesan saja dengan apa yang
dimaksud beh Hamid ketika sudah diterjemahkan oleh Rima.
Mereka lalu membicarakan lagi permasalahan
kemarin sehingga Minho kecelakaan.
”Tapi Minho harus kembali pulang, Pak
Hamid.. ini sudah keputusan ayahnya,” ujar Young Sam.
Dia
katakan memang Hyeon, kakaknya, ingin sekali Minho pulang untuk menenangkan
diri dan menyusun rencana baru, apa yang akan mereka lakukan setelah Minho pulih kembali.
Rima
yang duduk di samping kursi roda Minho ,
menggenggam terus tangan lelaki itu dengan lembut. Minho
masih diam saja, dia hanya menyimak pembicaraan mereka.
“Gue
aslinye enggak habis pikir ame abang lu itu, Young…,” kata beh Hamid.
“Gue
kate nih ye… abang lu ntu kemakan omongan sekretarisnye Minho
ntu… dua malem nyang lalu pan gue ngobrolin ini ame anak-anak gue…
kesimpulannye sih… romannye ntu harim
(perempuan- yang dimaksud adalah Tina) nyang jadi biang keladinye… “
“Mulut
ntu harim nyang ojok-ojok abang lu ntu supaye die enggak suka ame anak aye… dan
bise jadi juge.. ntu harim nyang nyelakain si Minho ”
Setelah
diterjemahkan oleh Rima, Young Sam malah berfikir serius.
Dia menoleh pada Minho.
“sekretarismu.. sering menelepon ayah
mu??,”
Minho menggeleng, dia memang tidak tahu,
walau dia sempat mendapatkan laporan satu kali kalau Tina pernah
mengabarkannya, kalau ayahnya menelepon dia.
”Mungkin ini kuncinya!,” kata Young Sam..
dia menjentikkan jarinya..
Semua memandangnya....
Bersambung ke part 38...