This is me....

Sabtu, Oktober 15, 2016

Salang Itu Cinta (Part 11: Enggak Perlu Kepo Urusan Orang)

Aisha tetap mengikuti pengajian itu sampai selesai. Sesekali dia hanya menjawab pesan dari Shin dan juga beberapa temannya. Shin langsung bertanya, apa Johny ada di acara tersebut atau tidak.
”Tidak,” jawab Aisha, berbohong. Karena dia tahu, kalau menjawab jujur, bisa saja lelaki itu mendadak cemberut.
Oh, Thanks God,” balas Shin. Dia percaya saja dengan ketikan Aisha.
Aisha tidak ingin memperpanjang perkara. Dia ingin fokus untuk acara ini sampai sore. Dia sibuk memperhatikan ceramah, lalu dilanjutkan dengan tanya jawab. Dilihatnya, Nuraini masih lebih sibuk jalan-jalan kesana kemari, karena dia panitia utama.
Saat pembagian parcel dan uang untuk anak yang tidak mampu, Aisha lekas memfoto beberapa anak dan mengirimkannya pada Shin.

Thank you on behalf of them,” kata Aisha, berterima kasih atas bantuan yang sudah diberikan lelaki itu.
My pleasure...Just enjoy your time… ,” balas Shin, senang dia mendapatkan bukti dari apa yang sudah dibantunya.
Tidak lama, Nuraini menghampiri Aisha, bercanda padanya.
“Ekhm.. pacarmu bilang apa, sist??,”
”Dia bilang: sama-sama dan supaya aku lebih konsentrasi ikut acaranya,” jawab dan senyum Aisha.
Nuraini lalu duduk setengah berdiri disampingnya, mengambil beberapa foto untuk dokumentasi acara. Lalu setelah usai sesi acara tersebut, dia duduk lagi.
”Tadi.. kamu biasa aja kan... dengan Johny?,” tanya dia, seperti antara penasaran dan berharap tidak ada sesuatu yang sebaiknya dikhawatirkan.
”Biasa aja... ,” balas Aisha, singkat. Padahal dalam hatinya, dia eneg banget lihat cowok itu, cowok yang sudah meledek Shin macam-macam. Dan, beberapa kali cowok itu melihat dirinya. Tanpa sadar, ketika dilihat, Aisha otomatis juga melihat cowok itu. Jelas, tanpa Nuraini ketahui.
”Ya.. syukurlah... karena sebenarnya dia enggak sejahat itu kok, sist,” kata Nuraini.
Aisha senyum saja, namun seperti sedikit dipaksakan. Dia terus mengingat kata-kata yang lolos dari pengawasan Shin, namun sebenarnya kalau lelaki itu tahu, akan sangat menyakitkannya.
Dalam hati, dia hanya berkata,” Wish you knew it, Nuraini... you will know who he is….”. Hanya, dia diam saja, ingin menenangkan dirinya, karena pergi pengajian, bukan untuk ribut.
Masing-masing tetap sibuk dengan acaranya, sampai akhirnya selesai dan hanya tinggal panitia yang masih tetap berada di sana, karena anak makan sore bersama dengan kepala desa.

“ Yah.. disini ya begini ini… Mas-mas.. Mbak-mbak… seadanya aja dimakan,” basa-basi kepala desa.
Mereka makan bersama di rumah kepada desa, lengkap dengan lauk pauk sederhana.
”Ah.. gak apa, Pak... kita suka kok makanan begini,” kata Syahril, santai.
Pak kepala desa mempersilahkan mereka makan. Syahril dan teman-temannya langsung menyerbu makanan nasi dan lauk pauk yang beralaskan daun pisang itu. Begitu juga di sisi perempuan. Senda gurau menyelimuti acara makan-makan tersebut. Saling berbicara tentang kegiatan harian antara mereka dengan Bapak kepala desa dan isteri.
”Oh.. jadi Mas-mas dan Mbak-mbak ini tidak semuanya dari Bekasi?? Ada juga yang dari Jakarta??,” tanya Bu kepala desa.
Syahril menunjuk Aisha yang memang hanya satu-satunya yang dari Jakarta.
”Kalian enggak tahu ya?? Kalau pacarnya dia nyumbang loh,” kata Nuraini.
Malah mendadak Johny yang membalas perkataan Nuraini,” Masak sih, Nur??”.
Lalu dia menoleh pada Aisha, ”Bukannya pacar lu non muslim ya??”.
Aisha menjawab dengan mengangguk saja. Dia malas ada kalimat atau bahkan percakapan lanjutan soal hubungannya. Namun justru malah membuat Bapak dan Ibu kepala desa jadi penasaran. Mereka dan beberapa warga malah jadi tanya macam-macam.
”Beneran gitu, Mbak?? Trus.. orang mana??,” tanya Pak kepala desa.
Aisha agak ragu ingin menjawab. Tapi malah Syahril yang menjawab.
”Orang jauh, Pak... jauuuhhhh banget... orang luar negeri,” kata Syahril, antara semangat, beda tipis dengan iseng.
Pak dan Ibu kepala desa malah jadi kagum. Lalu bertanya, orang mana luar negerinya. Lagi-lagi, Johny dengan nada antara menggoda beda tipis dengan menyindir, menjawab pertanyaan Bu kepala desa.
”Pacarnya keren, Bu.. orang korea... dia susah pacaran sama orang indonesia.”
Aisha merasa tersindir dengan apa yang dikatakan Johny. Hanya, dia berusaha membalas dengan senyum.
”Iya, Pak.. Bu.. memang orang sana... Tapi bukan saya kok yang duluan mau sama dia.. tapi dia duluan, hehe...”.
”Wah... hebat dong, Mbak... pasti ganteng pisan (banget-red) ya???,” tanya bu Lurah.
Aisha hanya tertawa kecil. Namun, lagi-lagi, Johny seperti menyindir dia.
”Ganteng banget, Bu.. tapi malah menurut saya.. mirip perempuan.”
Aisha tidak memandang Johny, tapi justru dia menoleh kepada Nuraini, seperti menyampaikan sinyal ”Urus pacarmu yang benar, jangan enggak sopan”.

Nuraini merasa tidak enak hati, dia menangkap perasaan Aisha tersinggung dengan kata-kata tunangannya itu. Tapi, dia tidak membalas apapun.
”Mirip perempuan apaan?? Dia laki-laki kok.. ,” kata Aisha, berani membalas pernyataan Johny. Bahkan dalam hatinya, dia ingin sekali langsung debat dengan cowok itu saat itu dan disitu juga. Dia urungkan karena tidak enak hati. Bapak dan Ibu kepala desa dan juga beberapa dari panitia jelas tidak tahu masalah apa yang terjadi antara dia dan cowok itu.
Syahril lantas memotong pembicaan keduanya, karena takut menjadi ribut. Dia malah nyeletuk,” Ya pasti lelaki lah, Aish... cuma mungkin karena cowok lu manis banget kali ya... jadi dia becandain lu... Guyon, Neng... kagak usah dimasukin hati.”
Aisha harus menahan amarahnya, dia tidak ingin menyusahkan orang lain yang ada di situ. Akhirnya, dia pilih diam saja. Johny senyum-senyum saja.
Mereka semua ngobrol sampai acara selesai dan pulang ke rumah masing-masing.

Sampai dirumah, Syahril mencoba inbox dengan Aisha, menanyakan tentang obrolan terakhir tadi sore.
“Pasti lu tadi sensi banget sama si Johny ye?? Gue berasa banget,” tanya Syahril.
”Jago kalau enggak,” balas Aisha, singkat.
Syahril malah meledek, bisa aja sebenarnya cowok yang katanya sahabatnya itu mungkin suka dengan Aisha, tapi dengan cara menggoda dia.
”Lu enggak mikir.. kalau Nuraini tunangannya?? Cowok gimana ceritanya bisa begitu sama cewek lain.. sementara tunangannya ada di depan matanya?? Memang dia enggak mikir perasaan hati Nuraini??,” tanya Aisha, tanpa basa basi men-skak mat candaan Syahril.
Syahril sempat diam sejenak, entah apa yang dilakukannya di sana, tidak langsung menjawab ketikan Aisha.... Cukup lama.... Lantas dia hanya bisa menjawab, kalau temannya itu memang suka bercanda dan Nuraini rasanya sudah sangat maklum dengan sikapnya yang seperti itu.
”Maklum?? Oh mungkin karena gue enggak bisa begitu.. makanya gue memandang itu sama sekali enggak maklum,” balas Aisha.
Syahril malah mentertawakan Aisha. Dia pikir perempuan itu sangat sensitif dengan sahabatnya itu.
”Lu tu ye.. bini gue ngobrol sama dia panjang lebar... gue biasa aja tuh.. dasar cewek sensitif lo,” katanya.
“Untung ya.. dia enggak buat gue tantrum... coba kalau iya.. habis semua barang gue banting, kesal,” balas Aisha.

Aisha ternyata saat itu juga sedang melihat inbox si Johny masuk, namun belum dia layani. Hanya dia diamkan saja, namun si Johny tahu, bahwa Aisha hanya cukup membacanya, sama sekali tidak membalas.
“Walah.. ternyata segitu aja beraninya ya.. cewek yang pacarnya orang korea ini, hahaha!,” ketiknya kepada Aisha, benar-benar ditangkap sebagai sebuah ejekan yang sangat dalam.
Aisha mendiamkan saja, hanya membaca satu persatu bait ejekan Johny untuknya.
“Gue pikir cewek cantik, super gitu”
“Kok bisa ya.. itu cowok banci suka sama lu?”
”Eh tapi dasar.. elu emang cewek aneh.. sukanya sama cowok gak berti-tit, hahaha”.
”Mendingan lu kawin sama gue, say..... gue cowok asli, bukan bencong beti-tit”.
Sebenarnya, Aisha ingin sekali menyalin semua ketikan Johny itu pada Syahril. Tapi sekali lagi, dia menunggu tanggapan cowok itu terhadap perilaku orang yang dia anggap sahabatnya itu.

”Trus.. kalau sahabat lu itu misalnya sangat suka ngeledekin orang...sampai bikin sakit hati... gimana?? Lu mau punya sahabat model gitu??,” tanya Aisha, memancing.
”Ya enggak lah.. lu lagi,” balas Syahril.
Dan.. dengan jawaban seperti itu, Aisha lantas menyalin segala percakapan yang sudah disampaikan Johny kepadanya dan menunggu reaksi Syahril.
”Menurut lu?? Ini gue copy paste, dan percuma kalau gue bohong sengaja edit tulisan.. bukan gua banget,” kata Aisha.
Syahril membaca itu, lantas dia malah menertawakan Aisha,” Jangan-jangan emang teman gue naksir elo, hahaha”.
”Naksir?? Hello.. jangan ngetik kasar kalau naksir gue.. gue makin mau muntah sama cowok gak punya manner.. noted and notice it,” balas Aisha.
Baginya, lelaki bermulut kasar dan bercanda tidak bermoral sudah masuk dalam coretan kriterianya. Terserah juga dia mau suka dengan siapa saja, tetapi lelaki yang bermulut seperti itu lebih baik jauh-jauh dari dirinya.
”Bilang ya sama sahabat lo itu.. gue ENEG sama kelakuannya..,” ketik Aisha.
”Dan lagi.. dia udah ada tunangan.. gak pantes ngetik begitu sama cewek,” lanjutnya.
Syahril menanggapinya dengan santai saja. Dia janji akan bicarakan itu dengan sahabatnya itu.
“Dan sorry.. gue enggak mau balas chat dia.. kalau perlu, gue bakalan copy paste in ke cowok gue..,” kata Aisha lagi.
“Eh..santai dong, Neng Aisha… gak usah sensi kayak begitu.. nanti bakalan gue bilangin,” balas Syahril.
“Lebih cepat lebih baik...sebelum gue makin panas hati,” balas Aisha.
Mereka tidak melanjutkan lagi percakapannya, tidak tahu apa yang Syahril akan lakukan dengan copy paste itu. Aisha sudah sangat kesal. Dalam pikirannya, sedang bertunangan sekalipun, tidak pantas seorang cowok mengetik seperti itu. Bisa jadi perang dunia ketiga kalau dia melaporkan chat terakhir pada Nuraini. Dia tidak ingin melakukan itu, karena ingat dengan perkataan cewek itu. Dia tidak ingin merusak hubungan mereka.
Dalam hatinya, dia hanya bilang,” Tunangan lu mesti belajar sopan santun, Nur... jangan dianggap enteng sikap seperti itu.”
                                                -----------------------
Aisha pada akhirnya malas menulis atau apapun yang berhubungan dengan jejaring sosial itu. Namun, dia meng-screen shot segala percakapan dirinya dengan Johny, lalu dia hapus dengan cepat, agar Shin tidak curiga.
”Jadi lu beneran ketemu Si Johny itu??,” tanya Risa, penasaran.
Aisha mengangguk.
Risa tertawa terbahak-bahak, ”Enggak bisa gue bayangin.. gimana tampang jelek cowok sok kegantengan gitu, hahahahaha!.”
”Tau banget lu..kalau dia emang sok ganteng.. gue udah screen shot kata-kata dia yang menjijikkan,” balas Aisha.
Risa penasaran sekali dan dia minta ditunjukkan semuanya hasil screen shot itu. Dia berdecak, tidak menyangka ada lelaki bermulut seperti perempuan.
”Padahal udah tunangan ya... mana lu ketemu tunangannya lagi.. heran gua, ckckckckck.”
”Ya.. gitu deh... ,” balas Aisha, dengan ekspresi kesal.
Aisha perempuan yang tipenya tidak suka hubungannya diganggu dan ingin serius. Dia sendiri sebenarnya sadar, dia sudah mengganggu hubungan Shin dengan isterinya. Namun, kata-kata kasar cowok bernama Johny itu tidak bisa dia terima.

“Gue juga gak suka cowok mulut ember mirip perempuan gitu... pokoknya enggak usah lu layanin.. titik.. gak pake lama,” kata Risa.
Aisha mengangguk. Untuk beberapa saat, dia mau diam, tidak ingin komentar apapun di jejaring sosial supaya lelaki itu tidak mengganggunya lagi. Dia sudah marah, dan berjanji, jika masih diganggu, akan lapor ke polisi.
“Ah..semoga enggak terjadi kayak gitu,” balas Risa.
Tapi Risa merasa seru juga dengan ancaman yang diberikan Shin pada Johny. Memang hari gini sepertinya yang namanya selingkuh di pacaran udah biasa. Tapi bagi Aisha, itu tidak biasa. Apalagi, dia sudah mendengar bagaimana Nuraini berharap, kalau Johny tidak macam-macam lagi dengan setiap perempuan.
”Lagian si Nuraini aneh deh.. mau banget sama cowok model gitu... biar dulu gue badung.. najis banget sama cowok model begitu.. peh,” kata Risa.
”Gue enggak tahu deh.. mungkin ada rahasia yang enggak terungkap.. hanya saja.. memang ada tipe perempuan yang sudah disakitin, masih bisa bertahan... yeah.. demi sang kekasih,” kata Aisha.
Risa tertawa. Dia yang mantan playgirl tidak pernah mengalami pacaran yang sampai harus berkorban banyak walau sudah disakiti. Baginya, sangat mudah menarik lelaki, sangat mudah juga membuangnya. Tapi baginya, jika Nuraini bertindak sampai seperti itu, dia merasa, perempuan itu ada kejanggalan.
”Yah.. tapi enggak boleh juga sih.. kita ikut campur urusan dalam negeri mereka... ngapain juga?? Enggak penting amat,” kata Risa.
Akhirnya mereka membicarakan lagi hubungan Aisha dengan Shin, akan seperti apa dalam waktu dekat.
”Kelamaan banget sih dia kemari.. memang mau kapan kalian ada kejelasan??,” tanya Risa.
”Dia lagi sibuk.. gue juga cuma say hi aja dengan dia.. katanya lagi ada proyek makanan apa deh.. gue enggak ngerti sana,” balas Aisha.
”Tapi.. masih mau lanjut kan??,” tanya Risa lagi.
Aisha hanya mengangguk saja. Terakhir mereka hanya membicarakan soal santunan anak-anak kurang mampu saja, belum ada pembahasan yang serius.
”Ih gila ya... gue rasa cowok lu itu tipe pekerja keras, so perfecto gitu,” kata Risa.
Mungkin budaya nya orang sana harus bekerja keras, mencapai target dan tidak mau diganggu dengan apapun kala konsentrasi, fokus untuk kemajuan pekerjaan. Akhirnya mereka hanya cerita-cerita tentang rumahtangga Risa.
                                    -------------------------------
“Eh... gue di tag apa??,”
Aisha keheranan ketika dia masuk jejaring sosialnya. Sore menjelang malam itu, dia memang janji akan ngobrol dengan Shin, karena sudah beberapa hari mereka tidak komunikasi. Namun ternyata, dia malah mendapatkan pesan kalau mereka tidak bisa chat bareng karena target kerja Shin ternyata belum selesai juga. Akhirnya, dia kembali ke sebuah jejaring sosial dimana teman-temannya lebih berkumpul di sana. Dilihatnya sebuah tag tentang ”mencari pasangan hidup”, namun dalam bentuk meme. Dan yang men-tag adalah.... Johny! Lengkap juga disana di-tag nama Nuraini, Syahril, Aisha dan beberapa teman yang tidak terlalu banyak atau bahkan tidak diketahui Aisha, siapa mereka.
”Apa-apaan lagi nih??,” tanya hatinya Aisha, dia mengendus sesuatu yang tidak enak.
Dilihatnya, ada sebuah meme soal lelaki. Kata meme itu, lelaki itu macho berjenggot, bukan polos ala boyband.
Awalnya, Aisha mendiamkan saja meme seperti itu. Dia pikir, buat apa juga peduli dengan meme seperti itu. Notifikasi semakin banyak. Nuraini langsung masuk ke inbox  percakapannya. Dia berbasa-basi, menanyakan kabar Aisha setelah tiga hari selepas pengajian itu, mereka tidak bertemu lagi.

“Aku baik, Alhamdulillah,” Aisha menyapa balik, mencoba ramah. Baginya, memang bukan Nuraini yang bersalah, tapi tunangannya itu. Gantian dia berbasa-basi dengan Nuraini. Tidak berapa lama, Nuraini berkata, bahwa dia akan menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan Johny itu.
“Kenapa lagi dia, Mbak??,” tanya Aisha.
“Entah kenapa... kok rasanya aku enggak bisa putus dari lelaki macam itu yo, mbak??,” tanya balik Nuraini pada Aisha.
Dalam hati Aisha berkata,” Mana aku tahu?? Itu kan perasaanmu... tidak bisa aku mencampurinya.”
Tapi Aisha hanya bisa mengetik,” Memang kenapa??.”
Nuraini pun lalu menceritakan kembali saat-saat dia bertemu dengan Johny. Aisha hanya menyimak saja panjang lebar perempuan itu mengetik. Perkenalan dan juga sifat Nuraini yang tidak bisa menolak, membuat dia seperti tersiksa keadaan. Jadi, buah simalakama lah yang dia makan.
”Sebenarnya, kamu masih punya kesempatan untuk menolak,” balas ketik Aisha padanya.
”Kalau dia punya sifat genit seperti itu.. aku tidak mau gede rasa... hanya.. aku sangat terganggu dengan sifatnya.. lihat saja di tag gambar itu.. gambar itu sudah menyinggungku, sist...,” lanjutnya lagi.
”Dan.. bukan kamu yang seharusnya minta maaf pada saya, atau kepada Shin.. tapi dia.. lha wong bukan kamu yang kurang ajar ke kami berdua.”

Aisha melihat lagi ketikan-ketikan orang-orang yang di tag oleh cowok itu.
”Ana sih tetap suka ikhwan ada jenggotnya,” ketik salah seorang ID perempuan.
Johny mengetik icon tertawa dengan ketikan sang perempuan tadi. Dia lalu mengetik kalau ada perempuan yang sudah aja dengan pria-pria berjawah cling yang sibuk urus badan, mirip perempuan.
”Model begitu namanya cowok metroseksual, cuy,” ketik Syahril, tidak ingin menyalahkan siapapun.
”Memang siapa yang cowoknya kayak begini??,” ketik Aisha. Dia sengaja memancing cowok itu supaya bisa mengetahui, sampai sejauh mana di tag itu, akan menyindir dia.
”Just take a look at that tag, sist..,” ketik Aisha kepada Nuraini.
“Look what will happen,” lanjutnya.
“Kagak nyadar banget si Aisha.. cowok lu jenggotan gak??,” ketik dan sindir Johny.
Yang lain jadi ikut-ikutan ketik tertawa dan icon tertawa.
Aisha masih diam saja, belum panas hati.
”Cowok gue kan emang bukan muslim... jadi enggak masalah juga kan.. kalau enggak ada jenggotnya buat dia???,” balas ketik Aisha.
Lalu, dia mengetik inbox dengan Nuraini,” See?? Aku sudah tahu.. dia akan menyindirku.. aku enggak tahu, aku punya salah apa sama dia dan kenapa sepertinya dia, seperti dendam sama aku,”
”Seperti inilah cowok mu dengan ku, Sist... tapi.. ada yang lebih lagi kata-katanya,”
Nuraini penasaran.  Dia meminta Aisha menunjukkannya. Dengan berani, Aisha pun mengirimkan banyak kata-kata yang sama sekali tidak dia edit. Perempuan itu terperangah.
”Kenapa.. kaget??,” tanya Aisha.
Nuraini bercerita, kalau dia sebenarnya sudah tidak mau lagi membahas masalah ini, ingin rasanya tidak lagi berhubungan dengan cowok itu. Dia juga aslinya tidak tahan dengan mulut kasar dan nyinyirnya.

Aisha lalu kembali ke chat ramai-ramai, masih dengan tag gambar itu.
”Gimana... gak masalah kan, sebenarnya kalau non muslim itu enggak punya jenggot??,” ketiknya pada mereka.
”Tapi bukannya banyak grup barat.. lu kan suka banget tuh musik cadas.. mereka non muslim juga jenggotnya panjang-panjang ya???,”
Aisha masih menyindir balik. Sebenarnya dia memang bukan perempuan yang menyukai cowok yang memperhatikan penampilan. Dia hanya tidak suka, orang lain ribut membicarakan hubungannya. Dan baginya, tidak ada urusan antara hubungan dia-Shin dengan mereka. Jadi, mereka tidak perlu kepo dan harus tahu, darimana asalnya Shin, apalagi sampai membahas soal jenggot dan boysband segala.
Belum ada lagi komentar berkaitan dengan gambar tersebut. Johny lalu kembali masuk ke dalam inbox percakapannya.
”Marah lo ya, gue sindir?,” ketiknya.
Aisha diam, belum menjawab. Dia malas melayani lelaki yang cerewet dan kepo soal urusan pribadi orang lain. Sementara, Nuraini masih termangu dengan copy paste yang diberikan Aisha kepadanya.
“Aku kepengen putus dari dia, sist... gimana caranya?,”
”Itu terserah kamu, sist... well.. kita sedang berada di dunia maya, persepsi bisa berbeda.. dan aku hanya memberikan kamu ketikan-ketikannya... aku enggak bisa paksa kamu sama sekali,” balas Aisha.
”And... biasanya sih.. memang kalau orang mau menikah.. suka ada halangannya.. pastikan dulu dengan berdoa.. apakah dia memang benar-benar cowok yang bisa hidup denganmu atau tidak.”
Sementara, Johny mengetik,” Makanya lo jadi cewek jangan belagu... sok-sokan banget segala pakai cari cowok dari korea lah... cih... cowok jablay boysband aja lu suka.”
Aisha diam saja, walau dia buka chat box itu. Dia lebih baik tidak melayani panjang lebar sindiran yang lebih mengarah ke caci maki itu.
Lantas, dia kembali ke tag gambar itu dan ngetik,” Jadi orang alim semestinya tidak kepo dengan urusan hidup orang lain.... mau berjenggot atau tidak.. manusia yang dilihat perilaku dan kebaikannya.. sudah dulu, Wassalam”.
Tidak ada lagi ID yang mengomentari ketikannya. Dia pun akhirnya menutup jejaring sosial itu, membiarkan saja Nuraini disana, entah berpikir apa.
Hari itu, toh dia juga tidak bisa bicara dengan Shin, karena lelaki itu sibuk bekerja. Dia berusaha menenangkan dirinya di dunia nyata, walau kepikiran tentang kata-kata kasar dan nyinyir yang diketik si Johny.


Bersambung ke part 12...