Aisha masih memikirkan pesan yang baru
saja dikirim Shin. Dia memang tidak mengenal cowok yang pernah mengirimkan
pesan di jejaring sosial itu, hanya sebatas bertanya soal permasalahan agama
dan hanya teman biasa, atau bahkan tidak pernah mengetahui sama sekali
kehidupan orang itu di dunia nyata.
”Apa.. dia harus bertanya denganmu?? Tidak
bisa dengan yang lain??,” tanya dan ketik Shin.
Ada benarnya apa yang diketiknya.
Sebenarnya memang bisa bertanya dari lelaki ke lelaki, tidak harus ke lawan
jenis dan jelas bisa bertanya kepada siapa saja.
Shin yang memang belum banyak mengetahui
bahasa, yang juga memegang kata password merasa aneh dengan icon atau ekspresi cowok
itu dalam inbox.
”Aku tidak suka. Perasaanku kuat.. kalau
dia akan cari masalah,” katanya lagi.
”Kamu sama sekali tidak ikut nimbrung
dalam percakapan kita kan.. hanya
melihat saja?? Aku akan artikan dalam bahasa inggris untukmu,” balas Aisha,
dengan sedikit sengit. Dia memang tidak bisa dituduh sembarangan dan
kenyataannya memang bukan memulai duluan untuk ngobrol di inbox.
Aisha sebenarnya juga pencemburu, tukang
galau, posesif, kadang juga suka marah, kecewa. Dan dia berpikir, Shin
cemburunya sudah keterlaluan, karena semua itu belum terbukti.
”Nyebelin nih kamu lama-lama..payah,”
gerutu Aisha dalam hatinya.
”Ya.. you are right.. he shouldnt ask
everything to me..,” balas Aisha, mempercepat permasalahan.
“Aku tidak akan terlalu banyak ngobrol
lagi sama dia,” lanjutnya.
Lalu Aisha menerjemahkan percakapan yang
sudah dia lakukan dengan cowok itu.
” okay…I can be a bit relax then..,” balas Shin. Dia merasa bisa lebih
santai dengan jawaban Aisha. Padahal Aisha menggerutu di depan smartphone nya.
“Nyebelinnnnnnnnnnnnnnnnn…………”,
katanya dalam hati, kesal banget sampai sakit kepala.
“Aku
mau tidur dulu.. bye... good night,”
lanjutnya pada cowok itu, singkat.
Shin membalas dengan icon senyum dan
mengucapkan salam perpisahan hari itu.
Walau percakapan sudah selesai, Aisha
masih termenung.
”Memangnya si Johny itu maunya apa sih??.”
”Ya Tuhan...aku tuh malas banget kalau ada
masalah macam-macam lagi..sudah capek,”
Dia pun akhirnya mencoba tidur nyenyak.
---------------------------------
Pagi di hari minggu, tidak ada kegiatan
luar yang dapat Aisha lakukan. Setelah
selesai membereskan rumah dan melakukan tugas lainnya di pagi agak siang itu,
dia mencoba masuk jejaring sosialnya lagi.
”Hi.. lu lagi apa, Aisha?,” kata Johny,
masuk dalam inbox percakapan.
”Chat sama cowok gue,” balas Aisha
singkat, berharap cowok itu segera kabur tidak mengganggunya lagi.
Ternyata dia salah menduga, orang itu
malah iseng mengganggunya.
” Beneran?? Emang ID nya apa?,” tanya dia.
Kalau sudah kepo begitu, bagi Aisha, malas
sekali. Dia hanya menjawab singkat kalau Shin memang tidak punya account di
jejaring sosial ini, tapi yang lain.
Cowok itu menyindir dengan
ketikan,”pacaran melulu... sok sok an banget dapet cowok luar negeri”.
Terang saja hal ini membuat Aisha
tersinggung. Dia langsung defensif dan menyerang cowok itu dengan kata-kata.
Tetapi, dibalas dengan perkataan yang menyinggung hatinya lagi.
”Emang lu akhwat belagu... ,” katanya,
nyinyir, lalu tertawa.
Daripada lebih emosi lagi, Aisha hanya
diam saja, tidak melayani cowok itu dan tetap ngobrol dengan Shin.
”Menyebalkan banget orang itu.. padahal
anak pengajian..,” gerutunya dalam hati.
Shin tidak kepo hari itu, dia bilang agak sedikit sibuk jadinya hanya bisa
chat sebentar, banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan ditarget dalam waktu
dekat. Justru Aisha yang sedang lowong karena dia sedang tidak ada di luar
kota.
”Kamu seperti dukun, Shin.. sok tahu,
hehe,” canda Aisha, berusaha menyembunyikan kebeteannya akibat chat tadi. Dia
ingin meredam marahnya walau aslinya sudah sangat bete, sakit kepala, marah
besar dan ingin mengamuk. Tapi itu semua, dia coba kendalikan.
Shin lalu bertanya, apa yang dia lakukan
sekarang... apa hanya cukup chat dengannya?? Aisha yang sudah menghapus semua
riwayat percakapan dengan cowok nyinyir itu, agar tidak ada lagi rasa saling
tersinggung, hanya mengatakan bahwa dia hanya ngobrol dengan Shin, tidak dengan
yang lain, sehingga topik itu selesai, tidak perlu dibahas kembali.
Mereka ngobrol seperti biasa soal kegiatan
keseharian. Shin akhirnya mengatakan, kalau dia sudah kembali ke negaranya,
tanpa memberitahukan Aisha.
”Kenapa??,” tanya Aisha, heran.
”Perjalanan kerja saat ini akan panjang
sekali... jadi.... Sengaja tidak mengabarkanmu... urusan kerja ku panjang
sekali,” jawabnya.
”Apa kamu tidak sakit kepala ... karena
aku terkesan tidak jujur??,”
”Tapi nanti... kalau aku kembali.. kita
bisa makan lagi ditempat yang sama.”
Aisha diam sejenak, lalu dia menjawab,” Rasanya
memang ingin marah.”
Shin tidak berani langsung ikut marah dan
kecewa. Dia harus
mencaritahu, ada apa lagi dengan emosi perempuannya itu.
“Aku tidak selalu akan mengabarkan dimana
aku berada, asalkan tetap jujur pada mu”.
”
Is it okay??,”
Lantas dia kembali bertanya lagi, apa si
Johny itu menganggu Aisha lagi. Aisha mengatakan sekali lagi, bahwa tidak ada
masalah dengan cowok itu.
”Eh.. kamu bohong ya?,” tanya Shin.
Dia
tidak marah, tapi malah tertawa kecil.
”You lie to me.. kamu curang,” katanya lagi.
“Kamu mengajarkan ku supaya tidak curang…
tapi kamu curang… dia mengganggu lagi kan??.”
Aisha diam saja, memang dia tidak ingin
membahas semua itu. Kata-kata pedas cowok itu memang membuatnya harus
berbohong, lekas menghapus chat mereka, yang siapa tahu, Shin berusaha
meng-copy-paste dan menerjemahkan dalam bahasanya.
”Orang itu sudah tahap menganggu hubungan
kita. Kalau dinegaraku, jika aku tidak suka, dia bisa masuk dalam kriminal
mengganggu orang lain,” katanya lagi, malah intonasinya jadi ditegaskan.
Aisha semakin pusing saja dengan perkataan
sana-sini, dia langsung main mematikan saja jejaring sosialnya itu, tidak
perduli apa pikiran dan perasaan Shin setelah itu. Dia begitu bete nya dengan obrolan seputar cowok
itu.
” Tentu aku tidak akan mengkhianati
mu...memang aku ini perempuan model begitu, huh???,” katanya, sangat kesal
dalam hatinya.
Dia memang paling malas ditanya soal
ini-itu yang dianggap mengganggu pikirannya. Apalagi soal cowok itu. Dia
sendiri marah kalau diganggu oleh cowok itu. Sudah berapa kali marahnya sampai
menjadi-jadi, akhirnya dia lebih pilih meninggalkan percakapan.
Temannya yang lain di jejaring sosial hanya
berkata ,” Ah.. si Johny kan emang kerjaannya gitu, tukang ganggu orang.. masak
elu gak sensitif, Ai??”.
Namun bukan soal sensitif dan tidak
sensitif, Shin memang tipikal lelaki yang cenderung pencemburu. Walau tidak
100% mengawasi apa yang dilakukan Aisha setiap hari, pikiran perfect nya
membuat terkadang menanggap dirinya sebagai seorang investigator.
Menjadi pertanyaan bagi Aisha supaya tidak
terlalu dekat dengan orang ini. Namun, salah seorang temannya, malah berkata
”Ah.. Lu kok khawatir banget sama si Johny.. dia emang orangnya gitu kok..gue
kan sahabat dia daridulu.”
”Lu juga enggak pernah tahu..bahasa apa
yang dia ketik buat gue,” balas Aisha dengan sedikit sengit. Dia membela
dirinya kalau hal yang sudah dilakukan Johny salah besar. Cowok itu bersikap
tidak sopan, kasar, terlalu menyinggung perasaannya.
”Dan tampaknya.. dia itu seperti kelainan
jiwa ya.. enggak suka banget lihat orang senang,” ketus Aisha lagi.
Aisha kecewa sekali, perkataannya
seolah-olah tidak dipercaya tentang cowok itu. Lantas dia mengeluarkan
bukti-bukti percakapan antara mereka.
”Ah... buat gue sih.. biasa itu.. ,”
lanjut Syahril.
”Menurut lu biasa... menurut gue?? Gue
risih dengan semua itu.. dan
pacar gue marah,” balas Aisha, masih emosi.
Syahril hanya tertawa dengan penjelasan
Aisha. Menurutnya, perempuan
itu terlalu sensitif dan semua yang dia katakan itu tidak benar.
”Gue bisa jamin, Johny enggak bakal
gangguin elu sampe jauh,” katanya.
”Bisa jamin?? Kalau enggak.. gue berani
bilang guru ngaji kalian.. yang begini jahat,” balas Aisha, masih tidak mau
kalah.
Syahril lagi-lagi tertawa. Baginya ancaman
Aisha itu hanya sebuah gertak sambal saja. Dia tahu sekali bagaimana sifat
sahabatnya itu. Syahril bercerita kalau dia sudah cukup lama mengenal Johny dan
menurutnya, tidak perlu lebay menghadapi semua kata-katanya.
”Terserah,” balas Aisha, tampak sudah
terlalu kesal.
”Lagian.. dia bukan lagi di Jakarta, kan??
Cuek aja lagi,” kata Syahril lagi.
Bagi Aisha, ini bukan sekedar cuek atau
tidak cuek. Jaman sekarang yang namanya jarak, terlihat tidak berarti. Tapi
kepercayaan sangat berarti. Di otaknya, dia hanya memahami, kalau memang cowok
itu sengaja terus menggodanya, itu dinamakan kurang ajar, bukan sekedar
bercanda.
”Ah... lu mah terlalu sensitif,” gerutu
Syahril dan mereka menghentikan percakapan. Aisha juga malas membicarakan hal
itu, lebih baik dia mengerjakan hal lain. Lagipula, dia akan pergi ke luar kota
dan perlu mempersiapkan segalanya.
--------------------------------------
Beberapa hari dia tidak ingin berbicara
atau komunikasi dengan Shin dengan alasan pergi keluar kota dan sibuk. Lelaki
itu juga akan menyanggupi jika sudah berhubungan dengan pekerjaan, tipenya
memang bekerja loyal dan se sempurna mungkin. Dia berharap Aisha akan
mengatakan kapan mereka akan bisa bicara lagi dan kemungkinan akan kembali lagi
ke kota ini.
”Eh.. beneran itu pengajiannya jauh??,”
ketik Aisha pada salah seorang temannya.
Temannya itu mengatakan, kalau akan
diadakan di Bekasi. Aisha tampaknya ragu, namun ternyata dia dimasukkan menjadi
panitia.
”Udah
terlanjur, sist.. mau gimana
dong??,” balas Nuraini.
Aisha kesal, bukan sebab karena
kepanitiaan itu, dia tidak ingin bertemu dengan cowok nyebelin yang selalu
ingin buat dia marah. Beberapa teman perempuan nya pernah mentertawai ketika mereka
sedang bercanda dan kesannya, cowok itu terlalu mengganggunya, namun
teman-teman yang lain malah menambah bercanda, yang membuat Aisha jadi
tersinggung dan meninggalkan semua percakapan.
”Iya sudah deh.. mudah-mudahan bisa
datang,” balas Aisha.
Nuraini menangkap rasa yang tidak enak
dengan kalimat itu.
”Masih masalah yang kemarin ya, Sist??,”
tanya dia.
”What
else??,” Aisha bertanya balik.
Nuraini ingin menceritakan sesuatu hal
pada Aisha, namun ia urungkan. Dia hanya mengatakan kalau cowok itu sepertinya
belum dimasukkan dalam kepanitiaan, jadi tidak perlu khawatir dia akan datang
atau tidak. Sukur sekali kalau misalnya tidak datang.
”Are you gonna tell me something??,”
Tanya Aisha.
“Juju aja.. enggak apa kok,” lanjutnya lagi.
Nuraini masih menutupinya. Dia hanya
menyampaikan acara nanti akan seperti apa. Aisha hanya menjawab ketikan dengan
icon-icon tanda setuju. Dia akan berusaha membantu mereka, termasuk membantu
dana.
”beneran, sist.. kamu bisa bantu?? Eh.. kali aja pacarmu bisa bantu, hehe,”
canda Nuraini.
Aisha menanggapi itu dengan serius. Dia
janji akan bicarakan dengan Shin. Nuraini berharap, kalau ada waktu, lelaki itu
bisa datang, namun Aisha tidak berjanji, karena belum tahu jadual kapan akan
datang lagi.
”Tapi, janji ya.. tolong jangan membicarakan
orang itu lagi kalau dia datang,” kata Aisha.
Nuraini mengetik hehe saja, dia tidak mau
ikut campur urusan orang lain. Sebenarnya, dia ingin sekali mengatakan sesuatu,
tentang pengalamannya sering ngobrol dengan si Johny itu.
”Cerita saja.. aku enggak bakal marah sama
kamu, sist,” balas Aisha.
Nuraini lalu menceritakan yang ternyata
tentang pertemanan spesial dia dengan Johny. Aisha begitu kaget dengan semua
kata-kata yang diketik perempuan itu.
”Aku enggak suka sama dia kok.. tenang
saja.. aku bisa kasih kamu segala apa yang sudah kita bicarakan..,” balas
Aisha.
”Aku enggak pengen banget Sist ganggu
hubungan kita,” kata Nuraini.
Mengganggu hubungan?? Selama ini Aisha
merasa, cowok itulah yang sudah menggangu hubungan dia dengan Shin, sampai lelaki
itu kesal dan mengancam akan melaporkan cowok itu ke polisi. Cowok itu sering sengaja
mencari-cari topik yang bisa untuk memancing cerita, memancing sindiran pula.
Aisha tidak mengerti apa yang Nuraini ceritakan seolah terbalik, bahwa dirinya
lah yang dianggap sebagai pengganggu hubungan mereka. Sebab selama ini, justru
Aisha terganggu dengan tingkah cowok itu yang menurutnya sudah belagu. Namun,
Aisha berusaha menenangkan dirinya, berharap dengan ketenangan itu, Nuraini
tidak sensitif dan membiarkan waktu yang akan membuktikan. Dalam hatinya, Aisha
agak sedikit lega, karena ternyata cowok itu sedang dekat dengan seseorang,
jadi, kalau dia kurang sopan lagi, bisa langsung meng-skak mat nya.
”Ah.. tenang saja, Sist.. aku memang kesal
dengan dia.. tapi aku tidak melayaninya,” balas Aisha.
Nuraini berharap, hubungannya dengan cowok
itu akan berlangsung langgeng. Sebab, dia merasa malu dengan kedua orangtuanya
jika gagal.
Aisha kaget dengan cerita itu, ternyata
mereka berdua sudah jauh, namun, kenapa cowok itu bertingkah genit??
”Ah.. tenang saja deh.. aku bukan tipe
perempuan genit... lagipula, waktu itu.. dia yang memulai duluan.. jadi... ya
aku balas dengan kekesalan...itu caraku.,” balas Aisha.
”Dan.. aku tidak senang dengan hal itu
loh, Sist... bahkan Shin pun akan berniat mempolisikan cowokmu kalau dia terus
menerus mengganggu hubungan kita,” lanjutnya.
Nurani kaget tapi sedikit lega dengan
jawaban Aisha. Dia memang tahu kasus ini ketika tidak sengaja justru sama
seperti apa yang dilakukan Shin terhadap Aisha: membuka inbox jejaring sosial
dan menemukan percakapan panjang antara Johny dengan Aisha.
”Kamu percaya aku deh, sist... aku bukan
perempuan genit... ,” lanjut Aisha.
Dalam hatinya, Aisha berpikir.. apa coba..
maksud dari si Johny suka
mengganggu hubungan dia dan Shin???
-------------------------------
Aisha katakan kalau dia ingin pergi
mengikuti kajian di bekasi. Dan apakah Shin mau menyumbang sedikit untuk acara
itu, dia pun setuju.
”Tapi.. kapan kembali ke sini lagi??,” tanya
Aisha, penasaran.
Jawabannya: Masih lama, belum ada urusan
lagi. Hal itu yang membuat sebal bagi Aisha. Tapi, biasanya justru jadi bahan
ledekan Shin, yang dulu Aisha merasa kaku padanya.
”Hai.. kamu tidak bicara lagi dengan cowok
itu kan?,” tanya Shin.
”Enggak tuh... aku sudah keras sama dia..
dan lagi.. you know what?? Dia
itu sebenarnya sudah bertunangan loh,” balas Aisha.
Shin
kaget, bagaimana bisa.. cowok sudah bertunangan kok masih bisa genit dengan
cewek lain?? Cewek orang lain pula.
“Well.. I don’t know… but in several next
weeks, I am gonna meet his fiancĂ©e. ..,” balas Aisha.
“Wow.. tidak menyangka,” balas Shin.
”Kamu masih pikir.. dia bukan cowok baik
ya?,” tanya Aisha.
Shin mengangguk dalam pembicaraan skype
mereka. Bagaimana tidak?? Pertanyaan dia yang dijawab Aisha soal belajar,
memang sebenarnya dia sudah menduga jawabannya, kalau lelaki hanya dengan
lelaki dan begitu pula sebaliknya. Jadi... dia seperti cemburu dan curiga berat
dengan cowok itu.
“Ada berapa banyak temanmu seperti itu??,”
tanya Shin.
Aisha menjawab, yang lainnya tidak seperti
itu. Dia berteman dengan beberapa lelaki, indonesia atau luar negeri, semuanya
sopan, tidak bercanda yang menjurus ke hal jorok atau vulgar.
”Tapi dia begitu.. you said that he is nice and pious (beriman),” balas Shin.
Aisha
hanya membalas dengan kata “Ewww…,” dan dia berjanji tidak akan banyak bertanya
ini-itu dengan cowok itu.
“Dan jika dia kurang ajar padamu.. aku
bisa pastikan laporkan dia ke polisi.. aku tidak pernah main-main,” balas Shin.
Tapi yang seperti itu akan lama prosesnya,
jadi Aisha hanya memastikan, dia akan menjauhi cowok itu kalau nanti mereka
bertemu. Shin mengijinkan saja, toh dia tidak boleh membatasi gerak Aisha
asalkan tidak terbukti melakukan kesalahan yang fatal, yang mereka sepakati
bersama.
”Anyway..
aku akan pergi dengan teman-temanku yang perempuan..,” kata Aisha.
Shin percaya itu dan dia mengijinkannya.
Ketika Aisha ceritakan, sudah beberapa hari dia tidak bicara dengan si Johny
itu, dan Shin merasa tenang.
”Kamu takut... kalau aku selingkuh?? Selama
ini.. selalu aku justru yang menjadi korban perselingkuhan,” kata Aisha pada
Shin.
Shin menjawab dengan senyuman. Dia
katakan, kalau perempuan yang dia suka, banyak sekali hal tidak disangka-sangka
yang ia sukai, dengan moral dan sikap yang baik.. kenapa harus berakhir dengan
perselingkuhan??
Aisha hanya berani tertawa dan membalas
dengan kata,” I dont know why!.”
Shin lantas balas menjawab, ” Karena
mereka lelaki brengsek.. mereka
hanya tahu bagaimana merendahkan perempuan.. tidak peduli apakah perempuan di
hadapannya itu berjiwa baik.... merusak persepsi, bahwa di dunia ini sebenarnya
masih banyak lelaki yang baik dan memperlakukan perempuan dengan baik pula...
lelaki seperti itu tidak akan pernah lepas dari karma.”
Aisha hanya tertawa dan menganggap Shin
terlalu naive dengan pikirannya itu. Shin akhirnya mengatakan lagi, jika memang
cowok itu menganggunya, dia benar-benar berani melapor yang berwajib kala
datang kembali.
---------------------------------------
Beberapa minggu berlalu, akhirnya acara
jadi juga. Begitu meriah
perayaan sebuah hari raya islam itu. Ada banyak buku-buku islam dijual, baju
dan sebagainya.
”So.. is this sister Nuraini???,” Tanya
Aisha dengan bahasa Inggeris kepada Nuraini.
Nuraini
tertawa kecil, “Wah, sist… inggrisku pasif… kalau nulis sih… bisa.”
Lalu mereka bersalaman dan cipika-cipiki.
Mereka duduk agak ke belakang, karena
harus melayani para ibu-ibu yang akan dibagikan sedikit snack selama
berlangsungnya acara.
“Jadi.. beneran itu uang dari pacarmu???,”
tanya Nuraini.
Aisha mengangguk. Nuraini hanya heran,
karena Shin kan bukan muslim.. bagaimana bisa mau menyumbang cukup banyak??
“Wah.. kalau jadi orang islam.. mungkin
dia dermawan, sist, hehe,” puji Nuraini untuk Shin.
Aisha hanya tertawa, dia katakan kalau di
acara ini akan ada semacam sumbangan bagi anak-anak kurang mampu dan Shin
begitu terkesan.. itu sebabnya dia mau menyumbang.
”Pssst.. biasanya kan.. kata orang-orang..
orang Korea itu pelit loh,”
bisik Nuraini.
Tapi hanya dibalas Aisha dengan tertawa
keras.
Ternyata, mereka tidak tahu, kalau
diperhatikan seorang cowok.
Nuraini ternyata menyadari, mereka
diperhatikan. Aisha mencoba mengelak pandangan cowok itu...
Ternyata... si Johny datang.. dan itu
membuat Aisha benar-benar kesal, jadi khawatir. Nuraini pamit padanya sebentar,
lalu tidak berapa lama, berjalan menuju cowok itu.
”Gimana sih ni cewek?? Katanya itu orang
enggak datang, huh,” gerutu hatinya Aisha. Dia jadi pura-pura saja menyusun
kue-kue, supaya tidak terlihat oleh cowok menyebalkan itu.
Tapi... ternyata si Johny suaranya agak
sedikit keras bicara dengan Nuraini.
”Itu si Aisha kan???,” katanya.
Nuraini mengangguk saja. Aisha tidak enak
hati, dia benar-benar tidak mau bertemu dengan cowok menyebalkan itu.
”Sombong
banget loe, Aish... kayak kagak kenal gue!,” teriak Johny.
Aisha
dengan berat hati menoleh dan cuma dibalas senyum.
Johny
memandangnya dengan seperti menelan, dari atas ke bawah, dan senyum. Tapi
sepertinya yang ditangkap Aisha, itu senyum licik dan seperti merencanakan
sesuatu. Dan dia lantas berlalu bersama Nuraini.
Tak lama, Syahril datang.
“Et seh… bini cowok Korea datang nih.. Assalamualaikum,
Mpok!!,” Syahril malah bergaya seperti orang betawi, padahal dia orang Bandung
asli.
Ternyata, Syahril sudah melihat dari jauh.
”Lu udah tahu kan, Mpok.. siapa Nuraini???,” tanya dia.
Aisha mengangguk. Dia katakan pada Syahril
kalau mereka berdua sudah ngobrol sekitar 2-3 minggu lalu.
”Jadi.. mestinya lu percaya gue dong,
Mpok.. kalau dia bukan cowok pengganggu... siapa yang sensitif sih kalau
gini??.”
Aisha diam saja, tidak ingin memperpanjang
cerita, karena bisa jadi, baik Nuraini atau Syahril tidak akan percaya dengan
apa yang sudah Johny ketik padanya waktu itu.
Aisha ingin menyembunyikan itu saja, walau
dia sudah menyimpan buktinya. Dengan tegas kalau si Johny mengatakan, “biarpun
elu belagu, sukanya cowok luar negeri.. gue mau ngerebut lu dari tangan si
korea banci sok cakep itu... peh.. sukanya kok cowok banci gak punya ti-tit....”
Itulah yang mereka tidak tahu... yang
membuat Aisha begitu geram.. apalagi jika Shin tahu..mungkin dia akan
benar-benar membawa cowok itu ke kantor polisi...
Bersambung ke part 11...