This is me....

Minggu, Oktober 09, 2016

Salang Itu Cinta (Part 10: Aku Tidak Suka Lelaki Itu)

Aisha masih memikirkan pesan yang baru saja dikirim Shin. Dia memang tidak mengenal cowok yang pernah mengirimkan pesan di jejaring sosial itu, hanya sebatas bertanya soal permasalahan agama dan hanya teman biasa, atau bahkan tidak pernah mengetahui sama sekali kehidupan orang itu di dunia nyata.
”Apa.. dia harus bertanya denganmu?? Tidak bisa dengan yang lain??,” tanya dan ketik Shin.
Ada benarnya apa yang diketiknya. Sebenarnya memang bisa bertanya dari lelaki ke lelaki, tidak harus ke lawan jenis dan jelas bisa bertanya kepada siapa saja.

Shin yang memang belum banyak mengetahui bahasa, yang juga memegang kata password merasa aneh dengan icon atau ekspresi cowok itu dalam inbox.
”Aku tidak suka. Perasaanku kuat.. kalau dia akan cari masalah,” katanya lagi.
”Kamu sama sekali tidak ikut nimbrung dalam percakapan kita kan.. hanya melihat saja?? Aku akan artikan dalam bahasa inggris untukmu,” balas Aisha, dengan sedikit sengit. Dia memang tidak bisa dituduh sembarangan dan kenyataannya memang bukan memulai duluan untuk ngobrol di inbox.
Aisha sebenarnya juga pencemburu, tukang galau, posesif, kadang juga suka marah, kecewa. Dan dia berpikir, Shin cemburunya sudah keterlaluan, karena semua itu belum terbukti.
”Nyebelin nih kamu lama-lama..payah,” gerutu Aisha dalam hatinya.
Ya.. you are right.. he shouldnt ask everything to me..,” balas Aisha, mempercepat permasalahan.
“Aku tidak akan terlalu banyak ngobrol lagi sama dia,” lanjutnya.
Lalu Aisha menerjemahkan percakapan yang sudah dia lakukan dengan cowok itu.
” okayI can be a bit relax then..,” balas Shin. Dia merasa bisa lebih santai dengan jawaban Aisha. Padahal Aisha menggerutu di depan smartphone nya.
“Nyebelinnnnnnnnnnnnnnnnn…………”, katanya dalam hati, kesal banget sampai sakit kepala.
“Aku mau tidur dulu.. bye... good night,” lanjutnya pada cowok itu, singkat.
Shin membalas dengan icon senyum dan mengucapkan salam perpisahan hari itu.
Walau percakapan sudah selesai, Aisha masih termenung.
”Memangnya si Johny itu maunya apa sih??.”
”Ya Tuhan...aku tuh malas banget kalau ada masalah macam-macam lagi..sudah capek,”
Dia pun akhirnya mencoba tidur nyenyak.
                                                ---------------------------------
Pagi di hari minggu, tidak ada kegiatan luar yang dapat Aisha lakukan.  Setelah selesai membereskan rumah dan melakukan tugas lainnya di pagi agak siang itu, dia mencoba masuk jejaring sosialnya lagi.
”Hi.. lu lagi apa, Aisha?,” kata Johny, masuk dalam inbox percakapan.
”Chat sama cowok gue,” balas Aisha singkat, berharap cowok itu segera kabur tidak mengganggunya lagi.
Ternyata dia salah menduga, orang itu malah iseng mengganggunya.
” Beneran?? Emang ID nya apa?,” tanya dia.
Kalau sudah kepo begitu, bagi Aisha, malas sekali. Dia hanya menjawab singkat kalau Shin memang tidak punya account di jejaring sosial ini, tapi yang lain.
Cowok itu menyindir dengan ketikan,”pacaran melulu... sok sok an banget dapet cowok luar negeri”.
Terang saja hal ini membuat Aisha tersinggung. Dia langsung defensif dan menyerang cowok itu dengan kata-kata. Tetapi, dibalas dengan perkataan yang menyinggung hatinya lagi.
”Emang lu akhwat belagu... ,” katanya, nyinyir, lalu tertawa.
Daripada lebih emosi lagi, Aisha hanya diam saja, tidak melayani cowok itu dan tetap ngobrol dengan Shin.
”Menyebalkan banget orang itu.. padahal anak pengajian..,” gerutunya dalam hati.

Shin tidak kepo hari itu, dia bilang agak sedikit sibuk jadinya hanya bisa chat sebentar, banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan ditarget dalam waktu dekat. Justru Aisha yang sedang lowong karena dia sedang tidak ada di luar kota.
”Kamu seperti dukun, Shin.. sok tahu, hehe,” canda Aisha, berusaha menyembunyikan kebeteannya akibat chat tadi. Dia ingin meredam marahnya walau aslinya sudah sangat bete, sakit kepala, marah besar dan ingin mengamuk. Tapi itu semua, dia coba kendalikan.
Shin lalu bertanya, apa yang dia lakukan sekarang... apa hanya cukup chat dengannya?? Aisha yang sudah menghapus semua riwayat percakapan dengan cowok nyinyir itu, agar tidak ada lagi rasa saling tersinggung, hanya mengatakan bahwa dia hanya ngobrol dengan Shin, tidak dengan yang lain, sehingga topik itu selesai, tidak perlu dibahas kembali.

Mereka ngobrol seperti biasa soal kegiatan keseharian. Shin akhirnya mengatakan, kalau dia sudah kembali ke negaranya, tanpa memberitahukan Aisha.
”Kenapa??,” tanya Aisha, heran.
”Perjalanan kerja saat ini akan panjang sekali... jadi.... Sengaja tidak mengabarkanmu... urusan kerja ku panjang sekali,” jawabnya.
”Apa kamu tidak sakit kepala ... karena aku terkesan tidak jujur??,”
”Tapi nanti... kalau aku kembali.. kita bisa makan lagi ditempat yang sama.”
Aisha diam sejenak, lalu dia menjawab,” Rasanya memang ingin marah.”
Shin tidak berani langsung ikut marah dan kecewa. Dia harus mencaritahu, ada apa lagi dengan emosi perempuannya itu.
“Aku tidak selalu akan mengabarkan dimana aku berada, asalkan tetap jujur pada mu”.
” Is it okay??,”
Lantas dia kembali bertanya lagi, apa si Johny itu menganggu Aisha lagi. Aisha mengatakan sekali lagi, bahwa tidak ada masalah dengan cowok itu.
”Eh.. kamu bohong ya?,” tanya Shin.
Dia tidak marah, tapi malah tertawa kecil.
You lie to me.. kamu curang,” katanya lagi.
“Kamu mengajarkan ku supaya tidak curang… tapi kamu curang… dia mengganggu lagi kan??.”
Aisha diam saja, memang dia tidak ingin membahas semua itu. Kata-kata pedas cowok itu memang membuatnya harus berbohong, lekas menghapus chat mereka, yang siapa tahu, Shin berusaha meng-copy-paste dan menerjemahkan dalam bahasanya.
”Orang itu sudah tahap menganggu hubungan kita. Kalau dinegaraku, jika aku tidak suka, dia bisa masuk dalam kriminal mengganggu orang lain,” katanya lagi, malah intonasinya jadi ditegaskan.
Aisha semakin pusing saja dengan perkataan sana-sini, dia langsung main mematikan saja jejaring sosialnya itu, tidak perduli apa pikiran dan perasaan Shin setelah itu. Dia begitu bete nya dengan obrolan seputar cowok itu.
” Tentu aku tidak akan mengkhianati mu...memang aku ini perempuan model begitu, huh???,” katanya, sangat kesal dalam hatinya.
Dia memang paling malas ditanya soal ini-itu yang dianggap mengganggu pikirannya. Apalagi soal cowok itu. Dia sendiri marah kalau diganggu oleh cowok itu. Sudah berapa kali marahnya sampai menjadi-jadi, akhirnya dia lebih pilih meninggalkan percakapan.
Temannya yang lain di jejaring sosial hanya berkata ,” Ah.. si Johny kan emang kerjaannya gitu, tukang ganggu orang.. masak elu gak sensitif, Ai??”.
Namun bukan soal sensitif dan tidak sensitif, Shin memang tipikal lelaki yang cenderung pencemburu. Walau tidak 100% mengawasi apa yang dilakukan Aisha setiap hari, pikiran perfect nya membuat terkadang menanggap dirinya sebagai seorang investigator.

Menjadi pertanyaan bagi Aisha supaya tidak terlalu dekat dengan orang ini. Namun, salah seorang temannya, malah berkata ”Ah.. Lu kok khawatir banget sama si Johny.. dia emang orangnya gitu kok..gue kan sahabat dia daridulu.”
”Lu juga enggak pernah tahu..bahasa apa yang dia ketik buat gue,” balas Aisha dengan sedikit sengit. Dia membela dirinya kalau hal yang sudah dilakukan Johny salah besar. Cowok itu bersikap tidak sopan, kasar, terlalu menyinggung perasaannya.
”Dan tampaknya.. dia itu seperti kelainan jiwa ya.. enggak suka banget lihat orang senang,” ketus Aisha lagi.
Aisha kecewa sekali, perkataannya seolah-olah tidak dipercaya tentang cowok itu. Lantas dia mengeluarkan bukti-bukti percakapan antara mereka.
”Ah... buat gue sih.. biasa itu.. ,” lanjut Syahril.
”Menurut lu biasa... menurut gue?? Gue risih dengan semua itu.. dan pacar gue marah,” balas Aisha, masih emosi.
Syahril hanya tertawa dengan penjelasan Aisha. Menurutnya, perempuan itu terlalu sensitif dan semua yang dia katakan itu tidak benar.
”Gue bisa jamin, Johny enggak bakal gangguin elu sampe jauh,” katanya.
”Bisa jamin?? Kalau enggak.. gue berani bilang guru ngaji kalian.. yang begini jahat,” balas Aisha, masih tidak mau kalah.
Syahril lagi-lagi tertawa. Baginya ancaman Aisha itu hanya sebuah gertak sambal saja. Dia tahu sekali bagaimana sifat sahabatnya itu. Syahril bercerita kalau dia sudah cukup lama mengenal Johny dan menurutnya, tidak perlu lebay menghadapi semua kata-katanya.
”Terserah,” balas Aisha, tampak sudah terlalu kesal.
”Lagian.. dia bukan lagi di Jakarta, kan?? Cuek aja lagi,” kata Syahril lagi.
Bagi Aisha, ini bukan sekedar cuek atau tidak cuek. Jaman sekarang yang namanya jarak, terlihat tidak berarti. Tapi kepercayaan sangat berarti. Di otaknya, dia hanya memahami, kalau memang cowok itu sengaja terus menggodanya, itu dinamakan kurang ajar, bukan sekedar bercanda.
”Ah... lu mah terlalu sensitif,” gerutu Syahril dan mereka menghentikan percakapan. Aisha juga malas membicarakan hal itu, lebih baik dia mengerjakan hal lain. Lagipula, dia akan pergi ke luar kota dan perlu mempersiapkan segalanya.
                                    --------------------------------------
Beberapa hari dia tidak ingin berbicara atau komunikasi dengan Shin dengan alasan pergi keluar kota dan sibuk. Lelaki itu juga akan menyanggupi jika sudah berhubungan dengan pekerjaan, tipenya memang bekerja loyal dan se sempurna mungkin. Dia berharap Aisha akan mengatakan kapan mereka akan bisa bicara lagi dan kemungkinan akan kembali lagi ke kota ini.
”Eh.. beneran itu pengajiannya jauh??,” ketik Aisha pada salah seorang temannya.
Temannya itu mengatakan, kalau akan diadakan di Bekasi. Aisha tampaknya ragu, namun ternyata dia dimasukkan menjadi panitia.
”Udah terlanjur, sist.. mau gimana dong??,” balas Nuraini.
Aisha kesal, bukan sebab karena kepanitiaan itu, dia tidak ingin bertemu dengan cowok nyebelin yang selalu ingin buat dia marah. Beberapa teman perempuan nya pernah mentertawai ketika mereka sedang bercanda dan kesannya, cowok itu terlalu mengganggunya, namun teman-teman yang lain malah menambah bercanda, yang membuat Aisha jadi tersinggung dan meninggalkan semua percakapan.
”Iya sudah deh.. mudah-mudahan bisa datang,” balas Aisha.
Nuraini menangkap rasa yang tidak enak dengan kalimat itu.
”Masih masalah yang kemarin ya, Sist??,” tanya dia.
What else??,” Aisha bertanya balik.
Nuraini ingin menceritakan sesuatu hal pada Aisha, namun ia urungkan. Dia hanya mengatakan kalau cowok itu sepertinya belum dimasukkan dalam kepanitiaan, jadi tidak perlu khawatir dia akan datang atau tidak. Sukur sekali kalau misalnya tidak datang.
Are you gonna tell me something??,” Tanya Aisha.
“Juju aja.. enggak apa kok,” lanjutnya lagi.
Nuraini masih menutupinya. Dia hanya menyampaikan acara nanti akan seperti apa. Aisha hanya menjawab ketikan dengan icon-icon tanda setuju. Dia akan berusaha membantu mereka, termasuk membantu dana.
”beneran, sist.. kamu bisa bantu?? Eh.. kali aja pacarmu bisa bantu, hehe,” canda Nuraini.
Aisha menanggapi itu dengan serius. Dia janji akan bicarakan dengan Shin. Nuraini berharap, kalau ada waktu, lelaki itu bisa datang, namun Aisha tidak berjanji, karena belum tahu jadual kapan akan datang lagi.
”Tapi, janji ya.. tolong jangan membicarakan orang itu lagi kalau dia datang,” kata Aisha.
Nuraini mengetik hehe saja, dia tidak mau ikut campur urusan orang lain. Sebenarnya, dia ingin sekali mengatakan sesuatu, tentang pengalamannya sering ngobrol dengan si Johny itu.
”Cerita saja.. aku enggak bakal marah sama kamu, sist,” balas Aisha.

Nuraini lalu menceritakan yang ternyata tentang pertemanan spesial dia dengan Johny. Aisha begitu kaget dengan semua kata-kata yang diketik perempuan itu.
”Aku enggak suka sama dia kok.. tenang saja.. aku bisa kasih kamu segala apa yang sudah kita bicarakan..,” balas Aisha.
”Aku enggak pengen banget Sist ganggu hubungan kita,” kata Nuraini.
Mengganggu hubungan?? Selama ini Aisha merasa, cowok itulah yang sudah menggangu hubungan dia dengan Shin, sampai lelaki itu kesal dan mengancam akan melaporkan cowok itu ke polisi. Cowok itu sering sengaja mencari-cari topik yang bisa untuk memancing cerita, memancing sindiran pula. Aisha tidak mengerti apa yang Nuraini ceritakan seolah terbalik, bahwa dirinya lah yang dianggap sebagai pengganggu hubungan mereka. Sebab selama ini, justru Aisha terganggu dengan tingkah cowok itu yang menurutnya sudah belagu. Namun, Aisha berusaha menenangkan dirinya, berharap dengan ketenangan itu, Nuraini tidak sensitif dan membiarkan waktu yang akan membuktikan. Dalam hatinya, Aisha agak sedikit lega, karena ternyata cowok itu sedang dekat dengan seseorang, jadi, kalau dia kurang sopan lagi, bisa langsung meng-skak mat nya.
”Ah.. tenang saja, Sist.. aku memang kesal dengan dia.. tapi aku tidak melayaninya,” balas Aisha.
Nuraini berharap, hubungannya dengan cowok itu akan berlangsung langgeng. Sebab, dia merasa malu dengan kedua orangtuanya jika gagal.
Aisha kaget dengan cerita itu, ternyata mereka berdua sudah jauh, namun, kenapa cowok itu bertingkah genit??
”Ah.. tenang saja deh.. aku bukan tipe perempuan genit... lagipula, waktu itu.. dia yang memulai duluan.. jadi... ya aku balas dengan kekesalan...itu caraku.,” balas Aisha.
”Dan.. aku tidak senang dengan hal itu loh, Sist... bahkan Shin pun akan berniat mempolisikan cowokmu kalau dia terus menerus mengganggu hubungan kita,” lanjutnya.
Nurani kaget tapi sedikit lega dengan jawaban Aisha. Dia memang tahu kasus ini ketika tidak sengaja justru sama seperti apa yang dilakukan Shin terhadap Aisha: membuka inbox jejaring sosial dan menemukan percakapan panjang antara Johny dengan Aisha.
”Kamu percaya aku deh, sist... aku bukan perempuan genit... ,” lanjut Aisha.
Dalam hatinya, Aisha berpikir.. apa coba.. maksud dari si Johny suka mengganggu hubungan dia dan Shin???
                                                -------------------------------

Aisha katakan kalau dia ingin pergi mengikuti kajian di bekasi. Dan apakah Shin mau menyumbang sedikit untuk acara itu, dia pun setuju.
”Tapi.. kapan kembali ke sini lagi??,” tanya Aisha, penasaran.
Jawabannya: Masih lama, belum ada urusan lagi. Hal itu yang membuat sebal bagi Aisha. Tapi, biasanya justru jadi bahan ledekan Shin, yang dulu Aisha merasa kaku padanya.
”Hai.. kamu tidak bicara lagi dengan cowok itu kan?,” tanya Shin.
”Enggak tuh... aku sudah keras sama dia.. dan lagi.. you know what?? Dia itu sebenarnya sudah bertunangan loh,” balas Aisha.
Shin kaget, bagaimana bisa.. cowok sudah bertunangan kok masih bisa genit dengan cewek lain?? Cewek orang lain pula.
Well.. I don’t know… but in several next weeks, I am gonna meet his fiancĂ©e. ..,” balas Aisha.
“Wow.. tidak menyangka,” balas Shin.
”Kamu masih pikir.. dia bukan cowok baik ya?,” tanya Aisha.
Shin mengangguk dalam pembicaraan skype mereka. Bagaimana tidak?? Pertanyaan dia yang dijawab Aisha soal belajar, memang sebenarnya dia sudah menduga jawabannya, kalau lelaki hanya dengan lelaki dan begitu pula sebaliknya. Jadi... dia seperti cemburu dan curiga berat dengan cowok itu.
“Ada berapa banyak temanmu seperti itu??,” tanya Shin.
Aisha menjawab, yang lainnya tidak seperti itu. Dia berteman dengan beberapa lelaki, indonesia atau luar negeri, semuanya sopan, tidak bercanda yang menjurus ke hal jorok atau vulgar.
”Tapi dia begitu.. you said that he is nice and pious (beriman),” balas Shin.
Aisha hanya membalas dengan kata “Ewww…,” dan dia berjanji tidak akan banyak bertanya ini-itu dengan cowok itu.
“Dan jika dia kurang ajar padamu.. aku bisa pastikan laporkan dia ke polisi.. aku tidak pernah main-main,” balas Shin.
Tapi yang seperti itu akan lama prosesnya, jadi Aisha hanya memastikan, dia akan menjauhi cowok itu kalau nanti mereka bertemu. Shin mengijinkan saja, toh dia tidak boleh membatasi gerak Aisha asalkan tidak terbukti melakukan kesalahan yang fatal, yang mereka sepakati bersama.
Anyway.. aku akan pergi dengan teman-temanku yang perempuan..,” kata Aisha.
Shin percaya itu dan dia mengijinkannya. Ketika Aisha ceritakan, sudah beberapa hari dia tidak bicara dengan si Johny itu, dan Shin merasa tenang.
”Kamu takut... kalau aku selingkuh?? Selama ini.. selalu aku justru yang menjadi korban perselingkuhan,” kata Aisha pada Shin.
Shin menjawab dengan senyuman. Dia katakan, kalau perempuan yang dia suka, banyak sekali hal tidak disangka-sangka yang ia sukai, dengan moral dan sikap yang baik.. kenapa harus berakhir dengan perselingkuhan??
Aisha hanya berani tertawa dan membalas dengan kata,” I dont know why!.”
Shin lantas balas menjawab, ” Karena mereka lelaki brengsek.. mereka hanya tahu bagaimana merendahkan perempuan.. tidak peduli apakah perempuan di hadapannya itu berjiwa baik.... merusak persepsi, bahwa di dunia ini sebenarnya masih banyak lelaki yang baik dan memperlakukan perempuan dengan baik pula... lelaki seperti itu tidak akan pernah lepas dari karma.”
Aisha hanya tertawa dan menganggap Shin terlalu naive dengan pikirannya itu. Shin akhirnya mengatakan lagi, jika memang cowok itu menganggunya, dia benar-benar berani melapor yang berwajib kala datang kembali.
                                                ---------------------------------------
Beberapa minggu berlalu, akhirnya acara jadi juga. Begitu meriah perayaan sebuah hari raya islam itu. Ada banyak buku-buku islam dijual, baju dan sebagainya.
”So.. is this sister Nuraini???,” Tanya Aisha dengan bahasa Inggeris kepada Nuraini.
Nuraini tertawa kecil, “Wah, sist… inggrisku pasif… kalau nulis sih… bisa.”
Lalu mereka bersalaman dan cipika-cipiki.
Mereka duduk agak ke belakang, karena harus melayani para ibu-ibu yang akan dibagikan sedikit snack selama berlangsungnya acara.
“Jadi.. beneran itu uang dari pacarmu???,” tanya Nuraini.
Aisha mengangguk. Nuraini hanya heran, karena Shin kan bukan muslim.. bagaimana bisa mau menyumbang cukup banyak??
“Wah.. kalau jadi orang islam.. mungkin dia dermawan, sist, hehe,” puji Nuraini untuk Shin.
Aisha hanya tertawa, dia katakan kalau di acara ini akan ada semacam sumbangan bagi anak-anak kurang mampu dan Shin begitu terkesan.. itu sebabnya dia mau menyumbang.
”Pssst.. biasanya kan.. kata orang-orang.. orang Korea itu pelit loh,” bisik Nuraini.
Tapi hanya dibalas Aisha dengan tertawa keras.
Ternyata, mereka tidak tahu, kalau diperhatikan seorang cowok.
Nuraini ternyata menyadari, mereka diperhatikan. Aisha mencoba mengelak pandangan cowok itu...
Ternyata... si Johny datang.. dan itu membuat Aisha benar-benar kesal, jadi khawatir. Nuraini pamit padanya sebentar, lalu tidak berapa lama, berjalan menuju cowok itu.
”Gimana sih ni cewek?? Katanya itu orang enggak datang, huh,” gerutu hatinya Aisha. Dia jadi pura-pura saja menyusun kue-kue, supaya tidak terlihat oleh cowok menyebalkan itu.

Tapi... ternyata si Johny suaranya agak sedikit keras bicara dengan Nuraini.
”Itu si Aisha kan???,” katanya.
Nuraini mengangguk saja. Aisha tidak enak hati, dia benar-benar tidak mau bertemu dengan cowok menyebalkan itu.
”Sombong banget loe, Aish... kayak kagak kenal gue!,” teriak Johny.
Aisha dengan berat hati menoleh dan cuma dibalas senyum.
Johny memandangnya dengan seperti menelan, dari atas ke bawah, dan senyum. Tapi sepertinya yang ditangkap Aisha, itu senyum licik dan seperti merencanakan sesuatu. Dan dia lantas berlalu bersama Nuraini.

Tak lama, Syahril datang.
“Et seh… bini cowok Korea datang nih.. Assalamualaikum, Mpok!!,” Syahril malah bergaya seperti orang betawi, padahal dia orang Bandung asli.
Ternyata, Syahril sudah melihat dari jauh.
”Lu udah tahu kan, Mpok.. siapa Nuraini???,” tanya dia.
Aisha mengangguk. Dia katakan pada Syahril kalau mereka berdua sudah ngobrol sekitar 2-3 minggu lalu.
”Jadi.. mestinya lu percaya gue dong, Mpok.. kalau dia bukan cowok pengganggu... siapa yang sensitif sih kalau gini??.”
Aisha diam saja, tidak ingin memperpanjang cerita, karena bisa jadi, baik Nuraini atau Syahril tidak akan percaya dengan apa yang sudah Johny ketik padanya waktu itu.
Aisha ingin menyembunyikan itu saja, walau dia sudah menyimpan buktinya. Dengan tegas kalau si Johny mengatakan, “biarpun elu belagu, sukanya cowok luar negeri.. gue mau ngerebut lu dari tangan si korea banci sok cakep itu... peh.. sukanya kok cowok banci gak punya ti-tit....”
Itulah yang mereka tidak tahu... yang membuat Aisha begitu geram.. apalagi jika Shin tahu..mungkin dia akan benar-benar membawa cowok itu ke kantor polisi...

Bersambung ke part 11...